PERUNDINGAN KOLEKTIF DAN HUBUNGAN BURUH
Roesdaniel Ibrahim 122.140.128 Salahudin Arif 122.140.134
Sherly Febrinasari 122.140.135
TUGAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIAPROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PASCA SARJANA UNIVERSITAS TRISAKTI
TUJUAN PEMBELAJARAN
Definisi perundingan kolektif dan hubungan buruh.
Tujuan hubungan buruh bagi pihak manajemen, serikat buruh dan masyarakat.
Dampak lingkungan hukum terhadap hubungan buruh.
Interaksi utama antara buruh dan manajemen : pengorganisasian, negosiasi, kontrak dan administrasi kontrak.
Pendekatan baru yang lebih ramah terhadap hubungan buruh dan manajemen.
Perubahan tantangan persaingan (misalnya globalisasi dan kompetisi pasar produk) memengaruhi interaksi buruh dan manajemen.
Hubungan buruh di sektor publik berbeda denga di sektor swasta.
DEFINISI PERUNDINGAN KOLEKTIF DAN HUBUNGAN
BURUH
TUGAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIAPROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PASCA SARJANA UNIVERSITAS TRISAKTI
DEFINISI HUBUNGAN BURUH
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 1 disebutkan beberapa definisi :
Hubungan Kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan perintah.
Hubungan Industrial adalah suatu sistem hubungan yang terbentuk anatara pelaku dalam proses produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha, pekerja/buruh, dan pemerintah yang didasarkan pada nilai Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
DEFINISI PERUNDINGAN KOLEKTIF
Serikat Pekerja/ Serikat Buruh adalah oraganisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja pekerjaan/ buruh dan keluarganya.
Undang-Undang No. 4 Tahun 2003 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial pasal 1 disebutkan definisi :
Perundingan bipartit adalah perundingan antara pekerja/ buruh atau serikatpekerja/serikat buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial.
4 ELEMEN KEBERHASILAN
HUBUNGAN INDUSTRI
Menurut John Dunlop dalam bukunya yang berjudul Industrial Relation System (1958) : Konteks lingkungan (teknologi, tekanan pasar, dan kerangka
kerja hukum, terutama karena ini berpengaruh terhadap kekuatan perundingan).
Peserta, meliputi pekerja dan serikatnya, manajemen, dan pemerintah.
"Jejaring aturan" (aturan main) yang menjelaskan proses interaksi antara manajemen dan buruh berikut penyelesaian perselisihan (seperti langkah-langkah yang diikuti dalam penyelesaian keluhan kontrak.
Ideologi yang menjaga sistem hubungan industri berjalan benar, ketiga peserta harus memiliki kesamaan ideologi (seprti penerimaan sistem kapitalis) dan harus menerima peran-peran peserta lainnya.
MENGIDENTIFIKASI TUJUAN
HUBUNGAN BURUH BAGI PIHAK
MANAJEMEN, BURUH DAN MASYARAKAT
TUGAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIAPROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PASCA SARJANA UNIVERSITAS TRISAKTI
MENGIDENTIFIKASI TUJUAN HUBUNGAN BURUH BAGI
PIHAK MANAJEMEN, BURUH DAN MASYARAKAT
Manajemen :
Fokus penanganan bergeser dari penanganan individu menjadi penanganan kelompok.
Buruh :
Efektivitas perundingan, karena dengannya akan ada kekuatan dan pengaruh untuk membuat suara pekerja didengar, serta untuk mempengaruhi perubahan di tempat kerja.
Masyarakat :
Perselisihan antara manajemen dan serikat dapat diselesaikan melalui perundingan kolektif dan bukan adu fisik di jalanan.
TUJUAN HUBUNGAN BURUH BAGI PIHAK
MANAJEMEN
Tujuan Manajemen
Mengendalikan biaya buruh.
Meningkatkan produktivitas dengan terus menerus memeriksa upah dan tunjangan.
Memelihara kekuasaan manajemen di area-area penting seperti staffing dan pengaturan kerja.
Kekhawatiran Manajemen Terhadap Serikat
Biaya tunjangan dan upah yang naik,
Gangguan akibat pemogokan,
Hubungan tidak selaras dengan pekerja,
Keterbatasan diskresi dan fleksibilitas manajemen dalam mengambil keputusan.
TUJUAN HUBUNGAN BURUH BAGI PIHAK
MANAJEMEN
Strategi Manajemen Menyikapi Serikat
Melalui syarat dan ketentuan kerja yang menarik dan adil bagi pekerja/ buruh sehingga para pekerja/ buruh tidak melihat manfaat besar dari keberadaan serikat.
Secara agresif melawan representasi serikat, bahkan ketika terdapat kepentingan pekerja/buruh yang signifikan.
TUJUAN SERIKAT BURUH BAGI PIHAK BURUH (1)
Tujuan serikat di Indonesia dijabarkan dalam definisi Serikat Pekerja/ Serikat Buruh pada UU No. 21 Tahun 2000tentang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh pasal 4 ayat (1), yaitu :
Serikat Pekerja/ Serikat Buruh adalah oraganisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerja/buruh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta meningkatkan kesejahteraan pekerja pekerjaan/ buruh dan keluarganya.
TUJUAN SERIKAT BURUH BAGI PIHAK BURUH (2)
Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) serikatpekerja/serikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerja/serikat buruh mempunyai fungsi :
a. Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama danpenyelesaian perselisihan industrial;
b. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam lembaga kerja sama di bidangketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya;
c. Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d. Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya;
e. Sebagai perencana, pelaksana, dan penanggung jawab pemogokan pekerja/buruh sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f. Sebagai wakil pekerja/buruh dalam memperjuangkan kepemilikansaham di perusahaan.
SYARAT DAN KETENTUAN PEKERJAAN (1)
Penetapan Administrasi
Kesepakatan
Penentuan dan Administrasi
UpahOperasi Pabrik
Unit perundingan dan
suplemen pabrik
Durasi kontrak dan
ketentuan pembukaan
kembali dan renegosiasi
Keselamatan serikat dan
check off
Komite perundingan khusus
Prosedur ketidak puasan
Arbitrase dan mediasi
Pemogokan dan larangan
bekerja
Penegakan kontrak
Provisi umum
Perbedaan upah dan
struktur tariff
Tunjangan
Sistem insentif dan program
bonus produksi
Klasifikasi dan evaluasi kerja
Penyesuaian upah individu
Penyesuaian gaji umum
selama periode kontrak
Aturan kerja dari
perusahaan
Periode istirahat dan
tunjangan waktu lainnya
Keselamatan dan
kesehatan
Komite pabrik
Jam kerja dan praktik gaji
premi
Operasi shift
Pekerjaan berbahaya
Pendisiplinan dan
pemberhentian
SYARAT DAN KETENTUAN PEKERJAAN (2)
Fungsi Hak dan Tanggung
Jawab
Keamanan Pendapatan atau
Pekerjaan
Cuti Bergaji dan Tidak
Bergaji
Klausul hak-hak manajemen
Pemindahan pabrik
Subkontrak
Aktivitas serikat pada premis
dan waktu perusahaan
Kerjasama serikat dan
manajemen
Regulasi perubahan
teknologi
Konsultasi dan
pemberitahuan di depan
Ketetapanpengangkatan dan
mutasi
Jaminan pendapatan dan
pekerjaan
Pelaporan dan gaji call-in
Program tunjangan
pengangguran tambahan
Regulasi lembur, shift, dan
lain-lain
Pengurangan jam untuk
menghindari PHK
Prosedur PHK senioritas
recall
Pembagian kerja sebagai
pengganti PHK
Liburan dan hari besar
Cuti sakit
Cuti pribadi dan cuti
pemakaman
Cuti tugas kemiliteran
dan juri
SYARAT DAN KETENTUAN PEKERJAAN (3)
Program Tunjangan PekerjaKeamanan Pendapatan atau
PekerjaanProgram Khusus
Program asuransi dan
kesehatan
Program pension
Bagi untung pembelian
saham dan program
penghematan
Program bonus
Ketentuan pengurangan
pekerja
Praktik promosi
Pelatihan dan pemeliharan
Tunjangan relokasi
Pesangon dan program
tunjangan PHK
Pemagang dan
pembelajar
Pekerja penderita cacat
dan lansia
Wanita
Veteran
Perwakilan serikat
Bukan merupakan serikat
buruh tetapi sebuah federasi
yang berusaha memajukan
kepentingan anggotanya di
level nasional, seperti
Chamber of Commerce dan
the National Association of
Manufacturer, yang berafiliasi
secara nasional dan
internasional dengan ribuan
serikat lokal.
AFL-CIO mewakilikepentingan buruh : • Kebijakan Publik• Memberikan
informasi dan analisisyang dapat digunakanserikat
Berdiri 20 Februari 1973 dengan
nama Federasi Buruh Seluruh
Indonesia (FBSI) yang terdiri dari
21 serikat buruh, 21 serikat buruh
(vak sentral) yang terintegrasi dan
terorganisir ke dalam 21 Serikat
Buruh Lapangan Pekerjaan (SBLP)
yang bersifat sektoral.
1984 bersama-sama serikat buruh
se-ASEAN membentuk
ASEAN Trade Union Council (ATUC).
Sesuai dengan UU No. 21 Tahun 2000
FBSI berubah nama menjadi Konfederasi
Serikat Pekerja Seluruh Indonesia
(KSPSI) karena merupakan gabungan
federasi.
FSPA NIBA (Federasi Serikat Pekerja
Anggota Niaga, Bank dan. Asuransi).
FSP PAR (Federasi Serikat Pekerja
Pariwisata).
FSPMI (Federasi Serikat Pekerja Metal
Indonesia).
FSPA FARKES (Federasi Serikat
Pekerja Apotek Farmasi dan
Kesehatan).
PROGRAM KEBERLANGSUNGAN HIDUP SERIKAT
Checkoff Provision (Ketentuan Checkoff)
Ketentuan kontrak serikat yang mengharuskan perusahaan perusahaan memotong iuran serikat dari gaji pekerja.
Union Shop
Ketentuan keselamatan serikat yang mengharuskan seseorang bergabung ke serikat dalam periode waktu tertentu setelah resmi diangkat.
Closed Shop
Ketentuan keselamatan serikat yang mengharuskan seseorang menjadi anggota serikat sebelum resmi diangkat .Ketentuan ini dianggap illegal oleh NLRA.
Agency Shop
Ketentuan keselamatan serikat yang mengharuskan seorang pekerja membayar iuran keanggotaan serikat tanpa menjadi anggota serikat.
Maintenance of Membership (Pemeliharaan Keanggotaan)
Aturan serikat yang mengharuskan anggotanya tetap menjadi serikat selama periode tertentu.
Right to Work Laws (Hukum Hak untuk Berkerja)
Ketentuan yang bertolak belakang dengan union shop, agency shop dan maintenance of membership.Dimana ketentuan ini melarang serikat dan perusahaan memasukankewajiban pekerja untuk bergabung dengan serikat dan membayar iuran untuk mendapatkan atau mempertahankan pekerjaan dalam perjanjian kerja.
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENURUNAN TREN
SERIKAT DI AMERIKA SERIKAT (1)
Perubahan Struktur Ekonomi.
Meningkatnya Resistensi Perusahaan.
Subsitusi dengan Manajemen SDM.
Subsitusi oleh Regulasi Pemerintah.
Tidak adanya sejarah feodalism di AS.
Permasalahan internal Serikat, seperti :
Korupsi di dalam tubuh serikat,
Kemampuan adaptasi serikat terhadap perubahan
terbaru dalam struktur ekonomi yang masih sering
dipertanyakan,
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENURUNAN TREN
SERIKAT DI AMERIKA SERIKAT (2)
Permasalahan internal Serikat, seperti :
Wilayah dengan laju pertumbuhan ekonomi yang cepat cenderung lebih jarang berserikat,
Wanita cenderung lebih jarang berserikat dibandingkan pria dengan perbandingan 11 persen lawan 14 persen,
Industri non-manufaktur seperti keuangan, asuransi dan real estate memiliki representasi serikat lebih rendah 2 persen dibandingkan industry manufaktur yang mencapai 14 persen.
Kurang terorganisirnya serikat di wilayah selatan AS dibandingkan wilayah lain.
MENJELASKAN DAMPAK LINGKUNGAN
HUKUM TERHADAP HUBUNGAN BURUH
TUGAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIAPROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PASCA SARJANA UNIVERSITAS TRISAKTI
8 KONVENSI DASAR PERBURUHAN
INTERNATIONAL LABOR ORGANIZATION
Konvensi No. 87/1948 Tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak Untuk Berorganisasi dan Berunding Bersama Keputusan Presiden RI No. 83 Tahun 1998.
Konvensi No. 98/1949 Tentang Hak Untuk Berorganisasi dan Berunding Bersama UU No. 18 Tahun 1956.
Konvensi No. 29/1930 Tentang Kerja Paksa Konvensi No. 105/1957 Tentang Penghapusan Kerja
Paksa Konvensi No. 138/1973 Tentang Usia Minimum Untuk
Diperbolehkan Bekerja. Konvensi No. 182/1999 Tentang Dampak Pekerjaan
Buruk Bagi Para Pekerja Anak Konvensi No. 100/1951 Tentang Upah Yang Sama Untuk
Pekerjaan Yang Sama UU No. 80 Tahun 1957. Konvensi No. 111/1958 Tentang Diskriminasi Dalam
Pekerjaan dan Jabatan UU No. 21 Tahun 1999.
MENJELASKAN DAMPAK LINGKUNGAN
HUKUM TERHADAP HUBUNGAN BURUH
Regulasi Hubungan Buruh di Amerika Serikat
National Labor Relation Act (NLRA, 1935) yang dijalankan oleh National Labor Relation Board (NLRB).
NLRA tidak memberikan perlindungan kepada :
Supervisor
Orang tua atau pasangan
Tenaga kerja kontrak lepas
Pembantu rumah tangga
Buruh tani
Pekerja yang termasuk dalam railway labor act.
Pegawai pemerintah daerah, negara bagian atau pemerintah pusat
Pekerja lain di luar pemberi kerja yang didefinisikan dalam NLRA.
Hak-hak yang dilindungi NLRA :• Pengorganisasian serikat• Bergabung ke serikat,• Turut serta dalam aksi mogok
demi kondisi kerja yang lebih baik
• Menjauhkan diri dari aktivitas demi kepentingan serikat
JEJARING ATURAN INDONESIA
Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-undang
Keputusan Presiden dan Instruksi Presiden
Peraturan Menteri dan Keputusan Menteri
Peraturan Gubernur dan Keputusan Gubernur
JEJARING ATURAN INDONESIA :
UUD 1945
Pasal 27 :
“Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Pasal 28 :
“Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
JEJARING ATURAN/ REGULASI
INDONESIA : UNDANG-UNDANG
Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang nomor 21 tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/
Serikat Buruh
UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial
Undang-Undang nomor 2 tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang nomor 1 tahun 2005 tentang penangguhan mulai berlakunya Undang-Undang nomor 2 tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial menjadi Undang-Undang.
Undang Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Undang-Undang No. 12_Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Sistem Jaminan Sosial Nasional
Undang- Undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerdja
JEJARING ATURAN INDONESIA : KEPUTUSAN DAN INSTRUKSI PRESIDEN
Keputusan Presiden
Keppres 107 Tahun 2004 Tentang Dewan Pengupahan
Instruksi Presiden
Instruksi Presiden nomor 9 Tahun 2013 Tentang Kebijakan Penetapan Upah Minimum Dalam Rangka Keberlangsungan Usaha Dan Peningkatan Kesejahteraan Pekerja
JEJARING ATURAN INDONESIA :PERATURAN DAN KEPUTUSAN MENTERI
Permenaker RI No.PER-04/MEN/1994 Tentang Tunjangan Hari Raya Keagamaan bagi Pekerja di Perusahaan
Permenakertrans Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Upah Minimum
Permenakertrans No 13 Tahun 2012 Tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak
Permenakertrans No 19 Tahun 2012 Tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain
Permenakertrans Nomor Per. 16/MEN/XI/ 2011 Tentang Tata Cara Pembuatan dan Pengesahan Peraturan Perusahaan Serta Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama
Kepmenakertrans KEP 102 MEN VI 2004 Tentang Waktu Kerja Lembur Dan Upah Kerja Lembur
Kepmenakertrans KEP 100 MEN VI 2004 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Kerja Waktu Tertentu
JEJARING ATURAN INDONESIA :PERATURAN DAN KEPUTUSAN
GUBERNUR
Pergub Aceh No. 65 Tahun 2012 Tentang UMP Provinsi Aceh 2013
Peraturan Gubernur No. 78 Tahun 2013 Tentang UMP Provinsi Aceh 2014
Keputusan Gubernur Sumatera Utara No.188.44 54 KPTS 2013 Tentang Upah Minimum Sektoral Provinsi Sumut 2013
Pergub Riau No. 58 Tahun 2012 Tentang UMP Riau 2013
Pergub Sumatera Barat No. 562/781/2012 Tentang UMP Sumbar 2013
Keputusan Gubernur Sumatera Barat N0.562.846.2013 Tentang UMP Sumbar 2014
Keputusan Gubernur Bengkulu No. D/308/XIV/ 2013 Tentang UMP Bengkulu 2013
Keputusan Gubernur Jambi No. 626/Kep.Gub/Dissosnakertrans/2012 Tentang Penetapan UMP Jambi 2013
Keputusan Gubernur Sumatera Selatan No. 107/KPTS/ Disnakertrans/203 Tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Sumatera Selatan No. 796/KPTS/Disnakertrans/2012 Tentang UMP Sumsel 2013
JEJARING ATURAN INDONESIA :PERATURAN DAN KEPUTUSAN
GUBERNUR
Keputusan Gubernur Lampung No. 6 /741/III.05/HK/2012 Tentang Penetapan UMP Lampung 2013
Keputusan Gubernur Kep Bangka Belitung No. 188.44/696/TKT/2012 Tentang UMP Bangka Belitung 2013
Keputusan Gubernur Kep. Riau No. 687 Tahun 2012 Tentang Penetapan UMP 2013
Keputusan Gubernur Banten No. 561/Kep.836-Huk/2012 Tentang Penetapan UMP 2013
Pergub DKI Jakarta No 189 Tahun 2012 Tentang UMP DKI Jakarta 2013
Keputusan Gubernur Jawa Barat No.561/Kep. 1636-Bangsos/2013 Tentang Upah Minimum Kabupaten/Kota di Jawa Barat 2014
Keputusan Gubernur Jawa Tengah No.560/60 Tahun 2013 Tentang Upah Minimum Pada 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jateng 2014
Keputusan Gubernur DI Yogyakarta No.279/KEP/2013 Tentang UMK DI Yogyakarta 2014
MEKANISME PENETAPAN UPAH MINIMUM
INTERAKSI ANTARA BURUH DAN
MANAJEMEN: PENGORGANISASIAN
TUGAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIAPROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PASCA SARJANA UNIVERSITAS TRISAKTI
INTERAKSI ANTARA BURUH DAN MANAJEMEN: PENGORGANISASIAN
KAMPANYE SERIKATPERSENTASE
Serikat akan mencegah ketidakadilan dan akan melakukan prosedur ketidak puasan
dari sistem senioritas82%
Serikat akan memperbaiki upah yang tidak memuaskan 79%
Kekuatan serikat akan memberikan suara karyawan dalam hal upah dan kondisi kerja 79%
Serikat (dan bukan pihak luar) merundingkan keinginan karyawan 73%
Serikat mencapai keuntungan di tempat lain 70%
Serikat akan memperbaik asuransi dan cuti sakit yang tidak memuaskan 64%
Biaya inisiasi dan iuran masih masuk akal 64%
Serikat akan memperbaiki tunjangan liburan dan kunjungan yang tidak memuaskan 61%
Serikat akan memperbaiki dana pensiun yang tidak memuaskan. 61%
Periakuan baik dan janji perusahaan bisa berhenti jika tidak ada serikat 61%
Perusahaan akan berusaha membujuk atau mengancam karyawan agar melawan
serikat55%
Tidak ada aksi mogok tanpa adanya pemungutan suara 55%
Serikat akan memperbaiki kondisi kerja yang tidak memuaskan 52%
Karyawan memiliki hak sah untuk terlibat dalam aktivitas serikat 52%
SUMBER: Dari J. A. Fossum, yang terdapat pad a Labor Relations: Development, Structure and Process, 1992. Hak Cipta ©1992
INTERAKSI ANTARA BURUH DAN MANAJEMEN: PENGORGANISASIAN
KAMPANYE MANAJEMENPERSENTASE
Perbaikan tidak tergantung pada perserikatan 85%
Upah bagus, sama dengan, atau lebih baik dibanding ketika dalam Kontrak Serikat 82%
Biaya finansial dari iuran serikat melebihi keuntungan yang di dapat karyawan 79%
Serikat adalah pihak luar 79%
Memperoleh fakta sebelum mengambil keputusan, perusahaan akan memberikan
fakta dan menerima keputusan karyawan76%
Jika serikat menang, aksi mogok bisa muncul menyusul kemenangan 70%
Hilangnya tunjangan bisa terjadi setelah serikat menang 67%
Pemogok akan kehilangan upah; kerugian lebih banyak didapat dari keuntungan 67%
Serikat tidak peduli dengan kesejahteraan karyawan 67%
Pemogkan bisa berakibat kehilangan pekerjaan 64%
Perusahaan sudah memperlakukan karyawan secara baik/atau adil 60%
Karyawan harus mantap dlam mengeluarkan suara 54%
SUMBER: Dari J. A. Fossum, yang terdapat pad a Labor Relations: Development, Structure and Process, 1992. Hak Cipta ©1992
INTERAKSI ANTARA BURUH DAN MANAJEMEN: PENGORGANISASIAN
Ada dua alasan pekerja bergabung dengan Serikat, yaitu :
Adanya kesenjangan antara hak yang diterima dibandingdengan apa yang seharusnya diterima oleh karyawan
Perlu ada upaya dan sarana efektif untuk melakukanperubahan.
INTERAKSI ANTARA BURUH DAN MANAJEMEN: NEGOSIASI KONTRAK
Proses Negosiasi Richard Walton dan Robert Mc.Kersie menyatakan bahwa negosiasi
antara buruh dan manajemen dapat dipilah menjadi empat subproses :1. Perundingan distributif (distributive bargaining) fokus pada
pembagian "kue" ekonomi antar kedua sisi.2. Perundingan integratif (integrative bargaining) memiliki fokus
mencari solusi yang menguntungkan kedua belah pihak (win-winsolution).
3. Strukturisasi kesikapan (attitudinal structuring), merujuk padahubungan dan kepercayaan antara perunding buruh danmanajemen.
4. Perundingan intraorganisasi (intraorganizational bargaining)merupakan negosiasi internal di dalam organisasi masing-masing.
INTERAKSI ANTARA BURUH DAN MANAJEMEN: NEGOSIASI KONTRAK
Persiapan Manajemen Menuju Negosiasi
Menyadur diskusi Fossum adalah sebagai berikut:
1. Menetapkan tujuan kontrak lintas departemen
2. Mengkaji kontrak lama
3. Menyiapkan dan menganalisis data
4. Mengantisipasi tuntutan serikat
5. Menetapkan biaya dari kemungkinan ketentuan kontrak
6. Persiapan adanya aksi mogok
7. Menentukan strategi dan logistik
INTERAKSI ANTARA BURUH DAN MANAJEMEN: NEGOSIASI KONTRAK
Tahap Negosiasi dan Taktik
Negosiasi berlangsung dalam beberapa tahap. Di tahap-tahap awal, bisa memberikankesempatan kepada semua kelompok kepentingan internal untuk berpartisipasidan menyuarakan tujuannya. Perunding serikat biasanya menyuguhkan banyak sekalidaftar proposal untuk memuaskan konsituennya sekaligus untuk membuat merekalebih fleksibel di proses- proses kemudian.
Pada tahap pertengahan, masing-masing pihak harus mengambil serangkaiankeputusan, meski hasilnya belum dapat dipastikan. Bagian mana yang masih tetapdiperjuangkan, dan bagian mana yang mulai dikurangi penekananannya.
Di tahap akhir, tekanan untuk bersepakat semakin naik karena tenggang pemogokansemakin mepet. Negosiasi publik bisa jadi hanya bagian dari proses. Di samping itu,pihak ketiga (netral) bisa juga dilibatkan, yakni seseorang yang dapat bertindak sebagaiperantara atau fasilitator. Tidak menutup kemungkinan terjadinya kemandegan dalamnegosiasi (jalan buntu).
Prosedur Resolusi jalan buntu :
- Mediasi
- Pencarian fakta
- Arbitrase
UU No. 2 Tahun 2004 tentang PenyelesaianPerselisihan Hubungan Industrial :• Mediasi• Konsiliator• Arbitrase
INTERAKSI ANTARA BURUH DAN MANAJEMEN:ADMINISTRASI KONTRAK
– PROSEDUR KETIDAKPUASAN
Proses negosiasi dan administrasi saling berkaitan. Bahasa kontrak yang tidak lengkap atau rancu yang disusun dalam proses negosiasi dapat menjadikan administrasi kontrak bermasalah.
Prosedur ketidakpuasan untumenyelesaikan perselisihan serikat dan manajemen menyangkut interpretasi dan eksekusi kontrak. Saat ini mayoritas prosedur ketidakpuasan memiliki arbitrase dalam langkah terakhirnya.
Di luar kemampuannya untuk mengurangi pemogokan, prosedur ketidakpuasan dapat dinilai melalui tiga kriteria.
- Seberapa baik permasalahan kontrak diselesaikan?
- Seberapa baik prosedur ketidakpuasan beradaptasi terhadap perubahan lingkungan?
- Dalam kontrak multiunit, seberapa baik prosedur ketidakpuasan mengizinkan masalah kontrak lokal (seperti aturan kerja) dimasukkan dan diselesaikan?
Dari perspektif karyawan, prosedur ketidakpuasan adalah kunci bagi perlakuan adil di tempat kerja, dan efektivitasnya bertumpu pada sampai di mana karyawan merasa bahwa mereka dapat menggunakan prosedur tersebut tanpa kekhawatiran terjadinya aksi saling tuding dan apakah mereka yakin kasus mereka akan sungguh-sungguh diperjuangkan oleh perwakilan serikat.
HASIL-HASIL DARI HUBUNGAN BURUH
• Pemogokan
• Upah dan Tunjangan Pekerja terserikat swasta menerima upah rata-rata24% lebih tinggi (AS). Kompensasi 44% lebih tinggi.
• Produktivitas Serikat diyakini mengurangi Produktivitas
• Profit dan unjuk kerja saham Serikat menurunkan profit dan nilai saham
• Daftar UMP DKI Jakarta dalam 7 tahun terakhir.
• Tahun 2015 kenaikan
10%- 11% sekitar
Rp 2.709.844/bulan
PENDEKATAN BARU YANG LEBIH RAMAH TERHADAP
HUBUNGAN BURUH DAN MANAJEMEN
TUGAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIAPROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PASCA SARJANA UNIVERSITAS TRISAKTI
STRATEGI BARU BURUH DAN MANAJEMEN
Ada tanda-tanda transformasi umum menuju hubungan kerjayang semakin akur. Transformasi ini memiliki dua tujuan dasar :
Meningkatkan keterlibatan individu dan kelompok kerja dalammengatasi hubungan tidak akur dan meningkatkan komitmen,motivasi dan kecakapan pemecahan masalah dari karyawan dan
Mengorganisir ulang kerja sehingga aturan kerja terminimalisir,sementara fleksibilitas pengelolaan orang dimaksimalkan.Program khusus yang ditujukan untuk menjawab hal ini meliputiperlibatan karyawan dalam pengambilan keputusan, timpengelolaan mandiri, tim pemecahan masalah buruh danmanajemen, pekerjaan yang didefinisikan secara luas, danberbagi untung dan informasi bisnis dengan karyawan.
STRATEGI BARU BURUH DAN MANAJEMEN
DIMENSI TRADISIONAL TRANSFORMASIONAL
RESOLUSI KONFLIK
Frekuensi konflik Tinggi Rendah
Kecepatan resolusi konflik Lamban Cepat
Resolusi informal terhadap ketidakpuasan Rendah Tinggi
Ketidak puasan tahap 3 dan tahap 4 Tinggi Rendah
KERJA SAMA SHOP FLOOR
Kelompok pemecahan masalah formal seperti
kualitas, mengurangi pertengkaran, jaminan kerja) Rendah Tinggi
Aktivitas pemecahan masalah formal Rendah Tinggi
OTONOMI DAN UMPAN BALIK PEKERJA
Kelompok kerja otonomi formal Rendah Tinggi
Aktivitas otonom pekerja secara informal Rendah Tinggi
Perubahan desain kerja diprakarsai pekerja Rendah Tinggi
Umpan balik terhadap biaya, kualitas, dan jadwal Rendah Tinggi
SUMBER: Diadaptasi dari J. Cutcher-Gershenfeld , "The Impact of Economic Performanceof a Transformation in WorkplaceRelations," Industrial
and Labor Relations Review 44 (1991), him 241 - 60. Dicetak ulang dengan izin.
HASIL-HASIL DARI HUBUNGAN BURUH
• Pemogokan
• Upah dan Tunjangan Pekerja terserikat swasta menerimaupah rata-rata 24% lebih tinggi (AS). Kompensasi 44% lebihtinggi.
• Produktivitas Serikat diyakini mengurangi Produktivitas
• Profit dan unjuk kerja saham Serikat menurunkan profit dannilai saham
PERUBAHAN TANTANGAN
PERSAINGAN (MISALNYA GLOBALISASI DAN KOMPETISI
PASAR PRODUK) MEMENGARUHI INTERAKSI BURUH DAN
MANAJEMEN
TUGAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIAPROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PASCA SARJANA UNIVERSITAS TRISAKTI
PERUBAHAN TANTANGAN PERSAINGAN (MISALNYA
GLOBALISASI DAN KOMPETISI PASAR PRODUK) MEMENGARUHI INTERAKSI BURUH DAN MANAJEMEN
Konteks International
Dengan berkembangnya globalisasi pasar, biaya buruh danproduktivitas akan terus menjadi tantangan utama. Denganglobalisasi pasar berarti bahwa barang, jasa, dan produksiakan terus bergerak bebas antar batas internasional. Jika adaperbedaan substansial dalam hal upah, tunjangan, danbiaya operasi bisnis lainnya (misalnya regulasi), akan adatendensi gerakan menuju area yang lebih murah, kecualijika di area tersebut tidak tersedia skil atau produktivititasnyarendah.
Kecuali jika serikat buruh dapat meningkatkan produktivitasatau mengorganisir fasilitas produksi baru, pengaruh serikatakan menurun.
HUBUNGAN BURUH DI SEKTOR PUBLIK BERBEDA
DENGAN DI SEKTOR SWASTA
TUGAS MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIAPROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PASCA SARJANA UNIVERSITAS TRISAKTI
HUBUNGAN BURUH DI SEKTOR PUBLIK BERBEDA
DENGAN DI SEKTOR SWASTA
Berbeda dengan sektor swasta, keanggotaan serikat di sektorpublik mengalami perkembangan di era 1960-an dan 1970-an dantetap stabil di kisaran 1980-an. Perubahan dalam kerangka hukumturut berkontribusi terhadap perkembangan serikat di sektorpublik. Salah satu tahap awalnya adalah pemberlakuan aturanperundingan kolektif di tahun 1959 bagi pegawai negeri (lingkupnegara bagian Wisconsin). 81 Executive Order 10988 memberikanhak perundingan kolektif bagi pegawai negeri (lingkuppemerintah federal).
Pertumbuhan serikat sektor publik justru terjadi di industri jasadan di antara karyawan kerah-putih, kelompok yang selama inidipandang sulit diorganisir.
Berbeda dengan sektor swasta, di sektor publik aksi mogok dilevel federal dan di level negara bagian merupakan tindakanilegal. Di tahun 2006, dari 20 aksi mogok yang melibatkan 1.000lebih pekerja, 8 di antaranya terjadi di lingkup pemda dan negarabagian.
STUDY CASE : GAMBARAN UMUM
PT Panarub Dwikarya (PDK) adalah perusahaan yang bergerak dibidang produksi sporwear alas kaki atau sepatu merek Adidas dan Mizuno untuk pesanan pasaran ekspor keberbagai negara di Eropa, Amerika maupun Asia. PT Panarub Dwikarya adalah sebuah perusahaan dari PT Panarub Group, perusahaan ini berkedudukan di Jalan Benoa Raya Komplek Benoamas Blok B No.1 Kecamatan Karawaci Kota Tangerang.
Perusahaan memiliki serikat yang bernama SerikatBuruh Garmen, Tekstil dan Sepatu Gabungan SerikatBuruh Independen PT.Panarub Dwikarya (SBGTS-GSBIPT PDK). Dimana iuran keanggotaan diberikan olehperusahaan (Checkoff Provision).
STUDY CASE : KRONOLOGI
10 Juli 2012 Manajemen PT PDK dan PTP SBGTS-GSBI melakukan perundingan. Perundingan ini dilakukan dengan dasar bahwa banyak buruh PT PDK mengeluhkan kondisi kerja dan syarat kerja yang dirasakan tidak baik di lingkungan kerja PT PDK. Hasil akan dilakukan pertemuan lanjutan 12 Juli 2012.
12 Juli 2012 sebagaimana yang disepakati PTP SBGTS-GSBI melakukan konfirmasi ke manajemen PT PDK untuk melakukan perundingan lanjutan. Namun pihak manajemen menolak dan terjadi pemogokan oleh sekitar 2.000 buruh secara sepontan. Manajemen mem-PHK-kan 1.300 buruh yang berunjuk rasa.
13 Juli 2012 hingga Juni 2014 PTP SBGTS-GSBI berusaha melakukan perundingan dan demonstrasi, namun belum berhasil mengabulkan tuntutan untuk menerima 1.300 buruh yang di PHK.
STUDY CASE : LANGKAH PENYELESAIAN
21 dan 24 Juni 2014 PT PDK dan Pimpinan Tingkat perusahaan melakukan pengadilan rakyat (people's tribunal) tentang kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) sepihak terhadap 1.300 buruh PT Panarub Dwi Karya (PDK).
Dan hingga saat ini belum tuntas dan masih dalam proses mediasi di Pusat Mediasi Nasional (PNM)
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini PT Panarub Dwikarya (PDK) melanggar pasal 28 UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja yaitu : Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksapekerja/buruh untuk membentuk atau tidak membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadianggota atau tidak menjadi anggota dan/atau menjalankanatau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerja/serikat buruhdengan cara:a. melakukan pemutusan hubungan kerja, memberhentikan
sementara, menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi;b. tidak membayar atau mengurangi upah pekerja/buruh;c. melakukan intimidasi dalam bentuk apapun;d. melakukan kampanye anti pembentukan serikat
pekerja/serikat buruh. Lemahnya pengawasan pemerintah terhadap pengusaha
yang “nakal” dalam mengawasi regulasi yang dibuat.