HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOBILISASI DINI PADA IBU POST SECTIO CAESARIA DI RUANG NIFAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAHTERAMAS PROVINSI
SULAWESI TENGGARA TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi D-IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH:
HELMI HABIAWATI P00312017113
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PRODI D-IV KEBIDANAN KENDARI
2018
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PENULIS
1. Nama : Helmi Hibiawati
2. NIM : P00312017113
3. Tempat Tanggal Lahir : Tosiba, 24 Januari 1987
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
7. Alamat : Jl. Srikaya Anduonohu
B. PENDIDIKAN
1. SDN 1 Poasia Tamat tahun 1999
2. SMPN 5 Kendari Tamat Tahun 2002
3. SMAN 2 Kendari Tamat Tahun 2005
4. DIII Kebidanan Poltekkes Kendari Tamat Tahun 2008
5. DIV Kebidanan Poltekes Alih Jenjang Masuk 2017 Sampai
Sekarang
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT karena
berkat karunia Nya, sehingga penulis dapa tmenyelesaikan skripsi ini tepat
pada waktunya. Dalam penyusunan Skripsi ini, banyak kendala yang di
hadapi namun berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada Ibu Hj. Nurnasari P, SKM, M.Kes selaku pembimbing I dan ibu
Hasmia Naningsi, SST, M.Keb selaku pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi serta
arahan dalam proses penyusunan skripsi ini selesai.
Selanjutnya penulis pun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kendari.
2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari.
3. Ibu Hasmia Naningi, SST, M.Keb selaku ketua Prodi D-IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari.
4. Bapak Dr. Yusuf Hamra, Sp.Pd, M.Kes selaku Direktur RSU
Bahteramas
5. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku Penguji I, Ibu DR. Kartini, S.Si.T,
M.Kes selaku Penguji II dan Ibu Melania Asi, S.Si.T, M.Keb selaku
Penguji III.
vi
6. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan pendidikan Politeknik Kesehatan
Kendari Jurusan Kebidanan yang telah banyak membimbing dan
membagi ilmu selama penulis mengikuti proses belajar dibangku kuliah
beserta seluruh staf pegawai yang telah banyak membantu.
7. Teristimewa untuk suami, atas doa, dukungan,bantuan, motivasi serta
kasih sayang yang begitu besar kepada penulis semoga kita semua
selalu dalam lindunganNYA dan semoga penulis bisa memberikan yang
terbaik untuk kalian.
8. Seluruh rekan – rekan seperjuanganku Politeknik Kesehatan Kendari
Prodi DIV Kebidanan angkatan 2017 khususnya teman-teman Alih
Jenjang Kelas C. Terima kasih atas segala dukungan serta
kebersamaan kita.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
baik isi, bahasa maupun materi yang ada di dalamnya oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Dan akhirnya penulis
mengucapkan terimakasih dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua terutama dalam bidang ilmu Kebidan amin.
Kendari, Agustus 2018
Penulis
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................. iiii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................. iv
KATA PENGANTAR......................................................................... v
DAFTAR ISI...................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ ix
ABSTRAK.......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 9
A. Telaah Pustaka ......................................................................... 9
B. Landasan Teori.......................................................................... 31
C. Kerangka Teori.......................................................................... 33
D. Kerangka Konsep...................................................................... 34
E. Hipotesis Penelitian...................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 35
A. Jenis Penelitian......................................................................... 35
B. Waktu dan Tempat Penelitian................................................... 35
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 36
D. Variabel Penelitian AAAAAAAAAAAAAAAAAAA.. 36
E. Definisi Operasional..................................................................... 37
viii
F. Instrumen Pengumpulan Data................................................... 37
G. Jenis dan Sumber DataA................................................... 38
H. Pengolahan dan Analisis Data.................................................... 39
I. Etika PenelitianAAAAAA....................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 44
A. Gambaran Lokasi Penelitian...................................................... 44
B. Hasil Penelitian.......................................................................... 47
C. Pembahasan............................................................................. 51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 57
A. Kesimpulan................................................................................ 57
B. Saran......................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 59
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Dukungan keluarga Ibu Post SC Di Ruang Nifas di
RSUD Bahteramas Tahun 2018AAAAAAAAAA.
48
Tabel 4.2 Mobilisasi Dini Ibu Post SC di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018AAAAAAAAAAAAA
49
Tabel 4.3 Hubungan dukungan Keluarga dengan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post SC Di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018AAAAAAAAAAAAAAAAAAA
50
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin penelitian dari Badan Riset Propinsi Sultra
Lampiran 2. Kuesioner
Lampiran 3. Surat keterangan telah melakukan penelitian
Lampiran 4. Master tabel
Lampiran 5. Output analisis data
xi
ABSTRAK
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOBILISASI DINI
PADA IBU POST SC DI RUANG NIFAS RSUD BAHTERAMAS
PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2018
Helmi Habiawati 1, Nurnasari2, Hasmia Naningsi 2
Latar belakang: Mobilisasi dini merupakan kebijakan untuk secepat mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbing secepat mungkin untuk berjalan (Manuaba, 2004) Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dukungan Keluarga dengan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post SC Di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018 Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah observasional dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian yaitu ibu post section caesarea di Ruang Nifas RSUD Bahteramas yang berjumlah 42 orang. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner mengenai dukungan keluarga, dan mobilisasi dini ibu post SC. Data dianalisis dengan uji Chi Square. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan Sebagian besar ibu post SC di Ruang Nifas RSUD Bahteramas dapat melakukan mobilisasi dini dengan baik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar ibu post SC mendapat dukungan keluarga pada kategori baik. Secara bivariat, hasil penelitian menunjukkan bahwa Ada hubungan yang signifikan antara dukungan Keluarga dengan Mobilisasi Dini pada Ibu Post SC di ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018 yang ditandai dengan nilai p = 0,003 < α = 0,05 dengan X2 hitung = 8,976. Kata kunci : Dukungan Keluarga, Mobilisasi Dini
1. Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan. 2. Dosen Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sectio Caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas
500 gram (Sarwono, 1991). Sectio caesaria adalah lahirnya janin, melalui
insisi di dinding abdomen dan dinding uterus (Kasdu.2005). Menurut data
WHO (World Health Organization), sebanyak 99% kematian ibu akibat
masalah persalinan atau kelahiran terjadi di Negara-negara berkembang
yaitu Negara yang masuk dalam ASEAN (Association of South East
Asian Nations) seperti Negara Indonesia. Rasio kematian di Negara-
negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian ibu
per 100.000 kelahiran bayi hidup, jika dibandingkan dengan rasio
kematian ibu disembilan Negara maju yaitu Jepang, Amerika Serikat,
Australia, Belanda, New Zealand, Kanada, Irlandia, Jerman, dan Swedia.
(Wahyuni, 2012).
Masih tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia merupakan
salah satu tantangan tersendiri bagi dunia kesehatan, khususnya
penangan pada ibu post SC. Konsep perawatan dasar pada masa nifas
atau masa pascasalin pasien pasca sectio caesarea yaitu mobilisasi dini
yang diberikan setelah tindakan sectio caesarea. Mobilisasi dini post
2
partum adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang
dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan sectio
caesarea dengan tujuan untuk mencegah komplikasi post operasi sectio
caesarea dan supaya ibu merasa lebih sehat juga membantu
memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan. Mobilisasi dini juga
merupakan kebijakan untuk secepat mungkin membimbing penderita
keluar dari tempat tidurnya dan membimbing secepat mungkin untuk
berjalan (Manuaba, 2004). Mobilisasi dini pada pasien yang mengalami
pembedahan berguna untuk mencegah tromboemboli, kekakuan otot
pembedahan ,melancarkan siklus peredaran darah dan mencegah
terjadinya perdarahan (Rustam, 2012).
Salah satu manfaat mobilisasi pada ibu dengan post sectio
caesarea adalah mempercepat organ tubuh bekerja seperti semula dan
dapat membantu memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh,
sehingga tubuh mampu menghasilkan zat pembakar dan pembangun
yang membantu proses penyembuhan luka, dimana proses
penyembuhan luka terdiri dari fase inflamasi, fase proliferasi, dan fase
maturasi. Pada fase inflamasi dan proliferasi membutuhkan sirkulasi
darah yang baik yang akan membantu kesembuhan luka. Sirkulasi darah
yang baik akan membantu memenuhi nutrisi sel dalam darah sehingga
membantu mempercepat pertumbuhan jaringan. Mobilisasi dini dapat
dilakukan 6 jam pasca sectio caesarea dengan menggerakkan lengan,
tangan, memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menekuk dan
3
menggeser otot kaki. Setelah 6-10 jam ibu diharuskan miring kiri dan
kekanan, setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat belajar duduk,
setelah ibu dapat duduk dianjurkan ibu belajar berjalan (Kasdu, 2013).
Dengan bergerak, hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi
sehingga juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah,
memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja
fisiologis organ-organ vital. Menggerakkan badan atau melatih kembali
otot-otot dan sendi pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran
dan mengurangi dampak negatif dari beban psikologis yang tentu saja
berpengaruh baik juga terhadap pemulihan fisik. Menurut penelitian-
penelitian yang seksama, mobilisasi dini tidak mempunyai dampak yang
buruk, tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal, tidak
mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut, serta
tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri (Saleha,
2009).
Mobilisasi dini merupakan tindakan yang sangat penting untuk
dilakukan oleh ibu nifas pasca SC. oleh karena itu, dukungan keluarga
sangat dibutuhkan untuk kelancaran tindakan tersebut. Dukungan
keluarga merupakan hubungan interpersonal yang didalamnya berisi
pemberian bantuan yang melibatkan aspek-aspek yang terdiri dari
informasi, perhatian emosi, penilaian dan bantuan instrumental yang
diperoleh ibu postpartum blues melalui interaksi dengan lingkungan,
dimana hal itu memiliki manfaat emosional atau efek perilaku bagi
4
penerima, sehingga dapat membantu ibu postpartum dalam mengatasi
masalahnya.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Dep
Kes R.I, 1998, dalam Puspita dkk, 2010). Keluarga sebagai suatu
kelompok individu didalam keluarga dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan, atau memperbaiki masalah kesehatan dalam
kelompoknya sendiri. Keluarga merupakan sistem pendukung utama
yang memberi perawatan langsung pada setiap keadaan (sehat–sakit)
klien (Yosep, 2007). Keluarga merupakan bagian dari manusia yang
setiap hari selalu berhubungan dengan kita. Keadaan ini perlu kita sadari
sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan bagiannya dan keluarga
juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti
(Suprajitno, 2004). Dukungan keluarga dapat memberikan rasa senang,
rasa aman, rasa nyaman dan mendapat dukungan emosional yang akan
mempengaruhi kesehatan jiwa. Karena itu dukungan keluarga sangat
diperlukan dalam perawatan pasien, dapat meningkatkan semangat
hidup dan menurunkan kecemasan pasien serta menguatkan komitmen
pasien untuk menjalani pengobatan (Setiadi, 2008).
Kuncoro (2002, dalam Rahayu, 2009), menyatakan bahwa
dukungan keluarga adalah komunikasi verbal dan non verbal, saran,
bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang
5
yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa
kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional
atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dukungan keluarga
itu merupakan bentuk nyata dari subyek didalam lingkungan sosialnya
dan mempengaruhi tingkah laku penerimanya.
Data rekam medik RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
menunjukkan tahun 2016 terdapat 450 (36,02%) persalinan normal
dengan jumlah total persalinan sebanyak 1249, tahun 2017 sebanyak
455 (33,48%) persalinan normal dengan jumlah total persalinan
sebanyak 1359 dan pada periode Januari-Juni 2018 sebanyak 353
(47,06%) dengan jumlah total persalinan sebanyak 780. Sedangakan
persalinan dengan kasus post sectio caesarea pada tahun 2016 terdapat
315 (25,22%) persalinan sectio caesarea dengan jumlah total persalinan
sebanyak 1249, tahun 2017 sebanyak 501 (36,86%) dengan jumlah total
persalinan sebanyak 1359 persalinan dan pada tahun 2018 periode
Januari-Juni sebanyak 427 (54,74%) kasus sectio caesarea.
Survey awal yang dilakukan di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara bahwa masih didapatkan ibu yang belum melaksanakan
mobilisasi dini pada persalinan post SC. Dari 6 ibu post SC yang diamati
semuanya belum melaksanakan mobilisasi dini dengan alasan
ketidaktahuan dan kekhawatiran. Dengan demikian, berdasarkan uraian
latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Mobilisasi Dini
6
Pada Ibu Post SC Di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2018”
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada
hubungan dukungan keluarga dengan mobilisasi dini pada ibu post SC
Di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018 ?”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan dukungan Keluarga dengan Mobilisasi
Dini Pada Ibu Post SC Di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun
2018.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengindentifikasi dukungan keluarga pada Ibu Post SC Di
Ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018.
b. Untuk mengindentifikasi mobilisasi dini Ibu Post SC Di Ruang
Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018.
c. Untuk menganalisa hubungan dukungan keluarga dengan
mobilisasi dini pada ibu post SC di ruang nifas RSUD Bahteramas
Tahun 2018
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya hubungan
dukungan keluarga terhadap mobilisasi dini pada ibu post SC,
7
sehingga dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk melakukan
tindakan terhadap ibu post SC.l
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Ibu Post SC
Sebagai bahan informasi dan wawasan tentang pentingnya
mobilisasi dini bagi ibu post SC
b. Bagi Instansi
Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit tentang tindakan yang
dapat dilakukan sehubungan dengan dukungan keluarga terhadap
mobilisasi dini ibu post SC
c. Bagi Peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi
peneliti mengenai hubungan antara dukungan keluarga terhadap
mobilisasi dini ibu post SC
E. Keaslian Penelitian
1. Sulistiani dan Sari (2015) dengan judul Gambaran Pengetahuan Ibu
Post Partum Dengan Sectio Caesarea Tentang Mobilisasi Dini di
RSU Wates Kulon Progo. Penelitian ini menggunakan desain
deskriptif dengan rancangan survey dengan variabel penelitian yaitu
pengetahuan. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu jenis
penelitian, metode penelitian dan variabel penelitian. Penelitian yang
sekarang merupakan penelitian analitik dengan menggunakan
8
rancangan cross sectional, dengan variabel penelitian yaitu
dukungan keluarga dan mobilisasi dini.
2. Penelitian ini juga telah dilakukan oleh Dina Dewi tahun 2011 dengan
judul “Hubungan mobilisasi dini dengan kecepatan kesembuhan luka
perineum pada ibu post partum di seluruh wilayah kerja Puskesmas
Singosari Kabupaten Malang “ bertujuan untuk mengetahui
perbandingan mobilisasi dini 2-4 jam dan 6-8 jam dengan kecepatan
kesembuhan luka perineum pada ibu post partum di wilayah kerja
Puskesmas Singosari Kabupaten Malang” Metode penelitian
menggunakan desain komparatif dengan pendekatan kohort. Sample
dipilih dengan tehnik purposive sampling sebanyak 16 responden ibu
post partum dengan luka perineum grade 2. Analisis data
menggunakan fisher. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya
yaitu jenis penelitian, metode penelitian dan variabel penelitian.
Penelitian yang sekarang menggunakan rancangan cross sectional,
dengan variabel penelitian yaitu dukungan keluarga dan mobilisasi
dini.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Sectio Caesaria (SC)
a. Pengertian
Sectio Caesaria (SC) adalah suatu tindakan untuk melahirkan
bayi per abdominal dengan melalui insisi pada dinding abdomen
dan dinding uterus interior, biasanya yang sering dilakukan insisi
segmen bawah tranversal (Farrer, 2005). Sectio caesarea juga
didefinisikan sebagai suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut rahim dengan
saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat di atas 500 gram
(Mitayani, 2009). Tindakan Sectio caesarea digunakan bilamana
diyakini bahwa penundaan persalinan pervaginam tidak mungkin
dilangsungkan secara aman (Cunningham, 2006).
b. Tipe-tipe Sectio Caesaria
Menurut Farrer (2006), tipe-tipe sectio Caesaria adalah:
1) Segmen bawah: insisi melintang
Pada bagian segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang
kecil, luka ini dilebarkan ke samping dengan jari-jari tangan dan
berhenti didekat daerah pembuluh-pembuluh darah uterus.
Kepala janin yang pada sebagian besar kasus terletak dibalik
10
insisi diekstraksi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya
dan kemudian plasenta serta selaput ketuban.
2) Segmen Bawah : Insisi Membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama
seperti pada insisi melintang. Insisi membujur dibuat dengan
skapel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk menghindari
cidera pada bayi.
3) Sectio Caesaria klasik
Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan skapel ke dalam
dinding anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah
dengan gunting berujung tumpul. Diperlukan luka insisi yang
lebar karena bayi dilahirkan dengan presentasi bokong dahulu,
janin atau plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan
tiga lapis.
4) Sectio Caesaria Ekstra Peritoneal
Pembedahan ekstra peritoneal dikerjakan untuk menghindari
perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang mengalmi infeksi
luas dengan mencegah peritonitis generalisasi yang sering
bersifat fatal
c. Etiologi
Manuaba (2010) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah
ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini.
11
Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin besar
melebihi 4.000 gram. Penyebab Sectio caesarea sebagai berikut:
1) Chepalo Pelvik Disproportion/CPD
CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan
ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak
dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga
panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin
ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang
menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga
harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan
ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2) Pre-Eklamsi Berat/PEB
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit
yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya
masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi
dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan
perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu
diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
12
3) KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi
inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm
di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4) Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal
ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi
yang lebih tinggi dari pada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi
kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang
sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5) Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor
dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu
sulit bernafas.
6) Kelainan Letak Janin
a) Kelainan pada letak kepala
(1) Letak kepala tengadah bagian terbawah adalah puncak
kepala, pada pemeriksaan dalam teraba Ubun-Ubun
Besar (UUB) yang paling rendah. Etiologinya kelainan
panggul, kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau
mati, kerusakan dasar panggul.
13
(2) Presentasi muka Letak kepala tengadah (defleksi),
sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah
muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
(3) Presentasi dahi Posisi kepala antara fleksi dan defleksi,
dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling
depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan
sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
d. Patofisiologi
Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus
yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi
kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta
previa untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin
besar dan letak lintang setelah dilakukan Sectio Caesarea ibu akan
mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa
kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek
fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi port de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah
salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa
nyaman.
14
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi
bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih
banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin
sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnoe yang
tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati,
sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap
tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar.
Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif
akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan
dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung
akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus.
Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh
energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga
menurun. Makanan yang ada di lambung akan menumpuk dan
karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien sangat
beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat
pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin,
Mansjoer & Prawirohardjo, 2002).
e. Komplikasi Sectio Caesarea
1) Nyeri pada daerah insisi,
15
2) Perdarahan primer sebagai akibat kegagalan mencapai
homeostatis karena insisi rahim atau akibat atonia uteri yang
dapat terjadi setelah pemanjangan masa persalinan,
3) Sepsis setelah pembedahan, frekuensi dari komplikasi ini lebih
besar bila Sectio Caesaria dilaksanakan selama persalinan
atau bila terdapat infeksi dalam rahim,
4) Cidera pada sekeliling struktur usus besar, kandung kemih
yang lebar dan ureter,
5) Infeksi akibat luka pasca operasi,
6) Bengkak pada ekstremitas bawah,
7) Gangguan laktasi,
8) Penurunan elastisitas otot perut dan otot dasar panggul,
9) Potensi terjadinya penurunan kemampuan fungsional (Farrer,
2006)
2. Mobilisasi Dini
a. Pengertian
Menurut Carpenito (2009), mobilisasi dini merupakan suatu
aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial
untuk mempertahankan kemandirian. Dari definisi tersebut dapat
disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya
mempertahan kan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.
Konsep mobilisasi mula-mula berasal dari ambulasi dini yang
16
merupakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap
mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi.
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan bebas dan imobilisasi mengacu pada ketidak
mampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Mobilisasi dan
imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak tingkatan
imobilisasi parsial. Beberapa klien mengalami kemunduran dan
selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi
pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan
berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas.
Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat dan
mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti
terjadinya dekubitus, kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh
tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan terganggu, juga adanya
gangguan peristaltik maupun berkemih. Sering kali dengan keluhan
nyeri, klien tidak mau melakukan mobilisasi ataupun tidak berani
merubah posisi. Disinilah peran perawat sebagai edukator dan
motivator kepada klien sehingga klien tidak mengalami suatu
komplikasi yang tidak diinginkan
b. Tujuan Mobilisasi
Menurut Fitriyahsari (2009) tujuan dari mobilisasi adalah untuk
Mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah,
membantu pernafasan menjadi lebih baik, Memperlancar eliminasi
17
urin, mengembalikan. Tujuan dari mobilisasi adalah untuk
Mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah,
membantu pernafasan menjadi lebih baik, Memperlancar eliminasi
urin, mengembalikan aktifimas tertentu, sehingga pasien dapat
kembali normal dan dapat memenuhi kebutuhan gerak harian,
memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau
komunikasi.
Mobilisasi dini adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan
melakukan aktifitas atau kegiatan. Mobilisasi merupakan
kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas dan
merupakan faktor yang menonjol dalam mempercepat pemulihan
pasca bedah, mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang
terpenting pada fungsi fisiologis karena hal ini esensial untuk
mempertahankan kemandirian. Dengan demikian mobilisasi dini
adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin
dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi
fisiologi. Bahwa mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk selekas
mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan
membimbing selekas mungkin berjalan (Wirnata, 2010)
Menurut Vivian, (2011) Perawatan mobilisasi dini mempunyai
keuntungan, Menglancarkan pengeluaran lokhea, mengurangi
infeksi puerperium, mempercepat involusi uteri, melancarkan fungsi
alat grastrointestinal dan alat kelamin, meningkatkan kelancaran
18
perdaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan
pengeluaran sisa metabolisme, kesempatan yang baik untuk
mengajar ibu memeliha atau merawat anaknya
c. Tahap-Tahap Mobilisasi
Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap. Tahap-tahap
mobilisasi dini pada ibu post partum operasi secsio caesarea
(Kasdu, 2002). 6 jam pertama Ibu post secsio caesarea istirahat
tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukang adalah
menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan
memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegakkan otot
betis serta menekuk dan menggeser kaki.
Ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan
mencegah trombosis dan trombo emboli. Makan dan minum di
bantu, mengangkat tangan, mengangkat kaki, menekuk lutut,
menggeser badan. Setelah 24 jam Ibu dianjurkan untuk dapat
mulai belajar untuk duduk. Dapat mengangkat tangan setinggi
mungkin, balik kekiri dan kekanan tanpa bantuan, latihan
pernafasan serta makan dan minum tanpa dibantu. Setelah ibu
dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.
d. Pelaksanaan Mobilisasi
Menurut Aliahani (2010) pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu
post partum secsio caesarea terdiri dari:
1) Hari ke 1:
19
a) Berbaring miring kekanan dan kekiri yang dapat dimulai
sejak 6 -10 jam setelah ibu sadar.
b) Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur
terlentang sedini mungkin setelah sadar.
2) NHari ke 2 :
a) Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-
dalam lalu menghembuskannya disertai batuk-batuk kecil
yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan
sekaligus menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu bahwa
ia mulai pulih.
b) Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah
duduk
c) Selanjunya secara berturut- turut, hari demi hari ibu yang
sudah melahirkan dianjurkan belajar duduk selama sehari.
3) Hari ke 3 sampai ke 5 :
20
a) Belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah
operasi
b) Mobolisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan
istirahat dapat membantu penyembuhan luka.
Sedangkan menurut (Handiyani, 2009) prosedur pelaksanaan
mobilisasi terdiri dari:
1) Hari 1 – 4
a) Membentuk lingkaran dan meregangkan telapak tangan
Ibu berbaring di tempat tidur, kemudian bentuk gerak
lingkaran dengan telapak tangan kaki satu demi satu.
Gerakan ini seperti sedang menggambar sebuah lingkaran
dengan ibu jari kaki ke satu arah, lalu kearah lainnya.
Kemudian regangkan masing-masing telapak kaki dengan
cara menarik jari-jari kaki ibu ke arah betis, lalu balikkan
ujung telapak kaki kearah sebaliknya sehingga ibu
merasakan otot betisnya berkontraksi. Lakukan gerakan ini
dua atau tiga kali sehari.
b) Bernafas dalam-dalam
Berbaring dan tekukkan kaki sedikit. Tempatkan
kedua tangan ibu di bagian dada atas dan tarik nafas.
Arahkan nafas ke arah tangan ibu, lalu tekanlah dada saat
ibu menghembus nafas. Kemudian tarik nafas sedikit lebih
dalam. Tempatkan kedua tangan diatas tulang rusuk,
21
sehingga ibu dapat merasakan paru-paru mengembang,
lalu hembuskan nafas seperti sebelumnya. Cobalah untuk
bernafas lebih dalam sehingga mencapai perut . hal ini
akan merangsang jaringan-jaringan disekitar bekas luka.
Sanggah insisi ibu dengan cara menempatkan kedua
tangan secara lembut diatas daerah tersebut. Kemudian,
tarik dan hembuskan nafas yang lebih dalam lagi beberapa
kali. Ulangi sebanyak tiga atau empat kali (Handiyani,
2009).
c) Duduk tegak
Tekuk lutut dan miring kesampin,putar kepala ibu dan
gunakan tangan- tangan ibu untuk membantu dirinya ke
posisi duduk. Saat melakukan gerakan yang pertama, luka
akan tertarik dan terasa sangat tidak nyaman, namun
teruslah berusaha dengan bantuan lengan samapai ibu
berhasil duduk. Pertahankan posisi itu selama beberapa
saat. Kemudian, mulailah memindahkan berat tubuh ke
tangan, sehingga ibu dapat menggoyangkan pinggul kearah
belakang. Duduk setegak mungkin dan tarik nafas dalam-
dalam beberapa kali. Luruskan tulang punggung dengan
cara mengangkat tulang-tulang rusuk. Gunakan tangan ibu
untuk menyangga insisi. Cobalah batuk 2 atau 3 kali
(Handiyani, 2009).
22
d) Bangkit dari tempat tidur
Gerakkan tubuh ke posisi duduk. Kemudian gerakkan
kaki pelan-pelan kesisi tempat tidur. Gunakan tangan ibu
untuk mendorong kedepan dan perlahan turunkan telapak
kaki ke lantai. Tekanlah sebuah bantal dengan ketat diatas
bekas luka ibu untuk menyangga. Kemudian cobalah
bagian atas tubuh ibu. Cobalah meluruskan seluruh tubuh
lalu luruskan kaki-kaki ibu (Aliahani, 2010).
e) Berjalan
Dengan bantal tetap tertekan diatas bekas luka,
berjalanlah kedepan. Saat berjalan usahakan kepala tetap
tegak, bernafas lewat mulut. Teruslah berjalan selama
beberapa menit sebelum kembali ke tempat tidur
(Handiyani, 2009).
23
f) Berdiri dan meraih
Duduklah dibagian tepi tempat tidur, angkat tubuh
hingga berdiri.Pertimbangkanlah untuk mengontraksikan
otot-otot punggung agar dada mengembang dan
merenggang, cobalah untuk mengangkat tubuh, mulai dari
pinggang perlahan-lahan, melawan dorongan alamiah
untuk membungkuk, lemaskan tubuh kedepan selama satu
menit (Handiyani, 2009).
g) Menarik perut
Berbaringlah ditempat tidur dan kontraksikan otot-otot
dasar pelvis, dan cobalah untuk menarik perut. Perlahan-
lahan letakkan kedua tangan diatas bekas luka dan
berkontraksilah untuk menarik perut menjauhi tangan ibu,
lakukan 5 kali tarikan dan lakukan 2 kali sehari.
h) Saat menyusui
24
Tarik perut sembari menyusui. Kontraksikan otot-otot
perut selama beberapa detik lalu lemaskan.lakukan 5
sampai 10 kali setiap kali ibu menyusui (Alihani, 2010).
2) Hari 4 – 7
a) Menekuk pelvis
Kontraksikan abdomen dan tekan punggung bagian
bawah ketempat tidur. Jika dilakukan dengan benar pelvis
akan menekuk. Lakukan 4 hingga 8 tekukkan selama 2
detik.
b) Meluncurkan kaki
Berbaring dengan lutut ditekuk dan bernafaslah
secara normal. Lalu luncurkan kaki diatas tempat tidur,
menjauhi tubuh .Seraya mendorong tumit, ulurkan kaki,
sehingga ibu akan merasakan sedikit denyutan disekitar
insisi. Lakuakan 4 kali dorongan untuk satu kaki.
c) Sentakan pinggul
Berbaringlah di atas tempat tidur, tekukkan kaki
keatas dan rentangkan kaki yang satu lagi. Lakukan
gerakan menunjuk ke arah jari-jari kaki. Dorong pinggul
pada sisi yang sama dengan kaki yang tertekuk ke arah
bahu,lalu lemaskan. Dorong kaki menjauhi kaki menjauhi
tubuh dengan lurus. Lakuakn 6 hingga 8 pengulangan
untuk masing-masing tubuh.
25
d) Menggulingkan lutut
Berbaring ditempat tidur, kemudian letakkan tangan
disamping tubuh untuk menjaga keseimbangan. Perlahan-
lahan gerakkan kedua lutut ke satu sisi. Gerakkan lutut
hingga bisa merasakan tubuh ikut berputar. Lakukan 3 kali
ayunan lutut kemasing-masing sisi. Akhiri dengan
meluruskan kaki.
e) Posisi jembatan
Berbaringlah diats tempat tidur dengan kedua lutut
tertekuk. Bentangkan kedua tangan ke bagian samping
untuk keseimbangan. Tekan telapak kaki kebawah dan
perlahan- lahan angkat pinggul dari tempat tidur. Rasakan
tulang tungging terangkat. Lakukan gerakan ini lima kali
sehari.
f) Posisi merangkak
Perlahan-lahan angkat tubuh dengan bertopang
kedua tangan dan kaki diatas tempt tidur. Saat ibu
mempertahankan posisi merangkak tanpa merasa tidak
nyaman sedikitpun ibu dapat menambah beberpa gerakan
dalam rangkaian ini. Tekan tangan dan kaki di tempat tidur
dan cobalah untuk melakukan gerakan yang sama dengan
sentakan pinggul, sehingga pinggul terdorong kearah bahu.
Jika melakukan gerakan ini dengan benar, ibu akan merasa
26
seolah-olah menggoyang-goyangkan ekor. Lakukan
gerakan ini 5 kali sehari.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini
Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi dini
1) Penyakit tertentu dan cidera
Penyakit-penyakit tertentu dan cidera berpengaruh terhadap
mobilitas misalnya penderita multipe aklerosis dan cidera pada urat
saraf tulang belakang. Demikian juga pada pasien post operasi atau
yang mengalami nyeri, cenderung membatasi gerakan.
2) Budaya
Beberapa faktor budaya juga mempunyai pengaruh terhadap
aktivitas. Misalnya di Jawa berpenampilan halus dan merasa tabu
bila mengerjakan aktivitas berat dan pria cenderung melakukan
aktivitas lebih berat.
3) Energi
Tingkat energi bervariasi pada setiap individu. Terkadang seseorang
membatasi aktivitas tanpa mengetahui penyebabnya. Selain itu
tingkat usia juga berpengaruh terhadap aktivitas. Misalnya orang
pada usia pertengahan cenderung mengalami penurunan aktivitas
yang berlanjut sampai usia tua.
4) Keberadaan nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, universal dan bersifat
individual. Dikatakan bersifat individual karena respon individu
27
terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu
dengan yang lainnya. Menurut Perry dan Potter (1993), nyeri tidak
dapat diukur secara objektif misalnya dengan X-Ray atau tes darah.
Namun tipe nyeri yang muncul dapat diramalkan berdasarkan tanda
dan gejalanya. Kadang-kadang hanya bisa mengkaji nyeri dengan
berpatokan pada ucapan dan prilaku klien. Klien kadang-kadang
diminta untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya tersebut
sebagai nyeri ringan, nyeri sedang, atau berat. Bagaimanapun
makna dari istilah tersebut berbeda. Tipe nyeri tersebut berbeda
pada setiap waktu. Gambaran skala nyeri merupakan makna yang
lebih objektif yang dapat diukur. Gambaran skala nyeri tidak hanya
berguna dalam mengkaji beratnya nyeri, tetapi juga dapat
mengevaluasi perubahan kondisi klien.
5) Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan
keluarga terhadap anggota keluarganya yang bersifat mendukung
pelaksanaan mobilisasi dini. Keluarga selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan dalam pelaksanaan mobilisasi di pada ibu
post partum baik normal maupun SC.
6) Perkembangan
Faktor yang mempengaruhi adalah umur dan paritas. Paritas adalah
banyaknya kelahiran hidup yang dimiliki oleh seorang wanita. Umur
28
adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak
dilahirkan.
7) Tingkat Kecemasan
Yang mempengaruhi mobilisasi adalah cemas (ansietas) Ansietas
merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan
sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam
mengatasi permasalahan (Asmadi, 2008)
8) Tingkat Pengetahuan
Pasien yang sudah diajarkan mengenai gangguan muskuloskeletal
akan mengalami peningkatkan penanganan. Informasi mengenai
apa yang diharapkan termasuk sensasi selama dan setelah
penenganan dapat memberanikan pasien untuk berpartisipasi
secara aktif dalam pengembangan dan penerapan penanganan.
Informasi khusus mengenai antisipasi peralatan misalnya
penanganan alat fiksasi eksternal, alat bantu ambulasi (trapeze,
walker, tongkat), latihan dan medikasi harus didiskusikan dengan
pasien (Brunner & Suddarth, 2002). Informasi yang diberikan
tentang prosedur perawatan dapat mengurangi ketakutan pasien.
3. Tinjauan Umum Tentang Dukungan Keluarga
a. Definisi keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
tergabung hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-
29
masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Friedman, 2010). Sedangkan menurut Ali (2010), keluarga
adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan dan adopsi dalam satu rumah
tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran
dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
b. Definisi dukungan keluarga
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan
penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan. Dalam hal ini penerima dukungan
keluarga akan tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan,
menghargai dan mencintainya (Friedman, 2010).
Dukungan keluarga merupakan hubungan interpersonal
yang didalamnya berisi pemberian bantuan yang melibatkan
aspek-aspek yang terdiri dari informasi, perhatian emosi,
penilaian dan bantuan instrumental yang diperoleh ibu
postpartum blues melalui interaksi dengan lingkungan, dimana
hal itu memiliki manfaat emosional atau efek perilaku bagi
penerima, sehingga dapat membantu ibu postpartum dalam
mengatasi masalahnya. Dukungan keluarga merupakan salah
satu variabel penting yang membantu ibu postpartum primipara
dalam mengahadapi permasalahan dan pemecahan masalah
setelah proses melahirkan (Yanti, 2012).
30
Menurut House dalam Smet (2004) yang menyatakan
bahwa melalui dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental serta dukungan informatif dapat
bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan psikologis.
Dukungan yang diperoleh ibu postpartum primipara dapat
mencegah berkembangnya masalah dan dapat megurangi
tekanan dalam menghadapi adaptasi setelah melahirkan. Tanpa
dukungan keluarga ibu postpartum primipara tidak mampu
menyelesaikan masalah-masalah yang akan terjadi setelah
melahirkan
c. Bentuk-bentuk dukungan keluarga
Menurut Chaplan, (1976) dalam Ali (2009) bentuk
dukungan keluarga terdiiri dari empat macam dukungan yaitu:
1) Dukungan informasional
Yang bersifat informasional dapat berupa sarana
pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana cara
memecahkan masalah antara lain keluarga mengetahui
anggota keluarganya telah memasuki masa tua, keluarga
mengetahui masalah/penykakit yang biasa terjadi pada
orang usia lanjut, keluarag mengetahui sebab-sebab lansia
rentan terhadap masalah penyakit keluarga mengenali
gejala-gejala yang terjadi apabila lansia mengalami
masalah/sakit dan keluarga mengganggap perawatan pada
orang tua itu penting
31
2) Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik
membimbing dan menangani pemecahan masalah serta
sebagai sumber dan validator identitas anggota. Dukungan
ini melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan
penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan performa
orang lain.
3) Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit.
Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan secara langsung
misalnya berupa penyediaan barang-barang/jasa yang
diperlukan.
4) Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk
istrahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi. Merupakan dukungan emosional yang
mencakup ungkapan empati, kepedulian dan pengertian
terhadap orang yang bersangkutan misalnya penegasan,
reward, pujian dan sebagainnya.
B. Landasan Teori
Mobilitas atau Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk
bergerak secara bebas, mudah, dan teratur dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatan.
32
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan
menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk
menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya
dalam waktu 12 jam. Mobilisasi dini merupakan faktor yang menonjol
dalam mempercepat pemulihan pasca bedah dan dapat mencegah
komplikasi pasca bedah. Banyak keuntungan bisa diraih dari latihan
ditempat tidur dan berjalan pada periode dini pasca bedah (Vivian,
2011).
Tindakan mobilisasi dini pada ibu post SC dapat dilakukan dengan
baik jika di dukung oleh keluarga sebagai bagian dari proses penguatan
yang diberikan oleh keluarga. Friedman (2010) menyatakan bahwa
Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang
bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan
jika diperlukan. Pada hakekatnya keluarga diharapkan mampu berfungsi
untuk mewujudkan proses pengembangan timbal balik rasa cinta dan
kasih sayang antara anggota keluarga, antar kerabat, serta antar
generasi yang merupakan dasar keluarga yang harmonis. Hubungan
kasih sayang dalam keluarga merupakan suatu rumah tangga yang
bahagia. Dalam kehidupan yang diwarnai oleh rasa kasih sayang maka
semua pihak dituntut agar memiliki tanggung jawab, pengorbanan, saling
tolong menolong, kejujuran, saling mempercayai, saling membina
pengertian dan damai dalam rumah tangga. Kondisi mental yang Ibu
33
post SC yang masih sangat labil tentu membutuhkan perhatian lebih
besar dari keluarganya sebagai dukungan yang dapat meningkatkan
motifasinya untuk berusaha melakukan mobilisasi dini secara
komprehensif (Setiadi, 2008).
C. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dijabarkan, kerangka teori
dari penelitian ini adalah:
Sumber: Modifikasi (Friedman, 2010), Vivian (2011), (Setiadi, 2008)
Gambar 2.1: Kerangka Teori
Ibu Post SC
Dukungan Keluarga
• informasional
• penilaian
• instrumental
• emosional
Mobilisasi Dini
Sectio Caesarea
Faktor Penyebab SC:
1. CPD 2. PEB 3. KPD 4. Bayi Kembar 5. Hambatan Jalan lahir 6. Kelainan letak janin
Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan mobilisasi dini:
1. Penyakit tertentu dan cidera 2. Budaya 3. Energi 4. Keberadaan nyeri 5. Dukungan keluarga 6. Tingkat kecemasan 7. Tingkat pengetahuan 8. Faktor perkembangan
34
D. Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Variabel Independent Variabel Dependent
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep
Keterangan :
Variabel bebas (Independent) : Dukungan Keluarga
Variabel terikat (Dependent) : Mobilisasi Dini
E. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post SC Di Ruang Nifas
RSUD Bahteramas Tahun 2018.
Dukungan Keluarga
Mobilisasi Dini Ibu Post SC
35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode Observasional
melalui pendekatan cross sectional study. Dimana penelitian diadakan
dalam waktu yang bersamaan tetapi dengan subjek yang berbeda-beda
(Arikunto, 2006).
Berikut skema rancangan penelitian.
Gambar 3 : Skema Rancangan Penelitian Cross Sectional
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Ruang Nifas RSUD Bahteramas tahun
2018.
Ibu Post SC
Dukungan keluarga (Baik)
Dukungan keluarga (Kurang)
Mobilisasi dini
(Kurang)
Mobilisasi dini
(Baik)
Mobilisasi dini
(Baik)
Mobilisasi dini
(Kurang)
36
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2018.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
Populasi penelitian adalah semua ibu post sectio caesarea di Ruang
Nifas RSUD Bahteramas berjumlah 427 orang.
2. Sampel penelitian
Sampel penelitian yaitu ibu post section caesarea di Ruang Nifas
RSUD Bahteramas yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi yang
berjumlah Besarnya sampel diambil dengan melihat jumlah populasi
melebihi 100 maka pengembilan besar sampel diambil 10% dari
jumlah populasi (10/100 x 427 = 42 orang). Metode pengambilan
sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling (Ari Saryano,
2010). Sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi:
1. Ibu post SC yang komunikatif
2. Ibu post SC yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini
3. Ibu post SC hari 1
Kriteria eksklusi
1. Ibu post SC dengan komplikasi
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent) yaitu Dukungan Keluarga
37
2. Variabel terikat (Independent) yaitu Mobilisasi Dini.
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Dukungan Keluarga adalah dukungan yang diberikan oleh keluarga
untuk mendorong ibu post SC untuk melakukan mobilisasi dini.
kriteria objektif :
Baik : bila jawaban responden memperoleh nilai > 60% dari
total skor maksimal.
Kurang : bila jawaban responden memperoleh nilai < 60% dari
total skor maksimal (Friedman, 2010).
2. Mobilisasi Dini adalah suatu pergerakan dan posisi yang akan
melakukan aktifitas atau kegiatan yang dilakukan ibu post sectio
caesarea secara bertahap yaitu mulai pada 6 jam pertama Ibu
istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukang adalah
menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan
memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegakkan otot
betis serta menekuk dan menggeser kaki (Vivian (2011).
a. Baik : bila jawaban responden memperoleh nilai > 60% dari
total skor maksimal.
b. Kurang : bila jawaban responden memperoleh nilai < 60% dari
total skor maksimal.
F. Instrument Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan Kuesioner. Kuesioner yang
digunakan merupakan kuesioner tertutup atau closedended dengan
38
variasi dichotomous choice yang terdiri dari 15 pertanyaan sehubungan
dengan dukungan keluarga. Kuisioner dukungan keluarga menggunakan
alternatif jawaban “ya” dan “tidak”. Kuisioner untuk menilai mobilisasi dini
terdiri dari 10 pertanyaan menggunakan alternatif jawaban “ya” dan
“tidak”.
G. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data berupa data primer digunakan untuk mengukur dukungan
keluarga dan mobilisasi dini ibu post SC di RSUD Bahteramas tahun
2018
2. Data Sekunder
Data sekunder diambil dari buku register ibu post SC RSUD
Bahteramas.
H. Alur Penelitian
Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 2: Alur penelitian
Populasi semua ibu post SC di RSUD bahteramas berjumlah 427 orang.
Sampel Sampel berjumlah 42 orang responden
Pembahasan
Analisis data
Pengumpulan data
Kesimpulan
39
I. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu
langkah yang sangat penting. Hal ini di sebabkan karena data yang
diperoleh langsung dari penelitian masih mentah, belum memberikan
informasi apa-apa, dan belum siap untuk disajikan. Untuk memperoleh
penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik,
diperlukan pengolahan data (Notoatmodjo, 2010). Dalam hal ini
pengolahan data menggunakan komputer akan melalui tahap-tahap
sebagai berikut
a. Editing’
Peneliti melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner
apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas,
relevan dan konsisten.
b. Coding
Pemberian kode yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf
menjadi data angka atau bilangan.
c. Processing
Peneliti memasukan data dari kuesioner ke komputer agar dapat
dianalisis. Processing dilakukan pada analisa univariat dan bivariat
mengunakan komputer.
d. Cleaning
40
Peneliti melakukan pengecekan kembali data dari setiap sumber
data selesai di masukkan, untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidak lengkapan. Kemungkinan dilakukan
pembetulan atau koreksi.
e. Tabulating
Tabulating yaitu data yang dikelompokan kemudian disajikan dalam
bentuk tabel.
2. Analisa Data
a. Analisis Univariat
Analisa ini digunakan untuk mendiskripsikan variable bebas
yaitu variabel bebas yaitu dukungan keluarga dan variabel
terikat yaitu mobilisasi dini ibu post SC, dianalisa menggunakan
rumus sebagai berikut:
Keterangan:
X = Presentase variable yang diteliti
f = Frekuensi kategori variable yang diamati
n = Jumlah sampel penelitian
K = Konstanta (100%)
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah tekhnik analisa yang dilakukan terhadap
dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi
X = f/n x K
41
(Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini mengunakan uji chi square
(X2) dengan tingkat kepercayaan 95% (0,05) dengan
menggunakan tabel kontingensi 2x2.
Adapun penghitungan uji chi square (X2) dalam penelitian ini
digunakan untuk melihat hubungan dukungan keluarga dengan
mobilisasi dini ibu post SC, dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Keterangan :
X2 : Chi square
O : Nilai-nilai yang diamati
E : Nilai-nilai frekuensi harapan
E : Total baris x total kolom Grand total
Pengambilan kesimpulan dari pengujian hipotesa adalah
ada hubungan jika p value < 0,05 dan tidak ada hubungan jika p
value > 0,05 atau X2 hitung ≥ X2 tabel maka hipotesis diterima
yang berarti ada hubungan dan X2 hitung < X2 tabel maka
hipotesis ditolak yang berarti tidak ada hubungan.
42
I. Etika Penelitian
Etika penelitian artinya subyek penelitian dan yang lainya harus
dilindungi. Beberapa prinsip dalam pertimbangan etik meliputi : bebas
eksploitasi, bebas kerahasiaan, bebas penderitaan, bebas menolak
menjadi responden, dan perlu surat persetujuan (Nursalam, 2013).
Etika membantu manusia untuk melihat atau menilai secara kritis
moralitas yang dihayati dan dianut oleh masyarakat. Perilaku penelitian
atau peneliti dalam menjalankan tugasnya hendaknya memegang teguh
pada etika penelitian. Meskipun penelitian yang dilakukan tidak
merugikan atau membahayakan bagi subjek penelitian. Secara garis
besar, dalam penelitian ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh
yakni, :
1. Informet concent (persetujuan setelah penjelasan)
Salah satu aspek etika yang harus ada dalam sebuah penelitian
adalah adanya inform content. Dimana responden akan mengisi
lembar persetujuan untuk dilakukan penelitian, jika responden
menolak maka peneliti tidak akan memaksa karena hak asasi
responden. Tetapi jika responden menerima untuk dilakukan
penelitian maka menandatangani lembar persetujuan tersebut.
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, diisi penelitian tidak akan
mencantumkan nama responden dan hanya memberi kode sehingga
43
privacy responden tetap terjaga dan responden merasa nyaman
walaupun sebagai responden penelitian.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Dalam penelitian, peneliti harus menjaga kerahasiaan jawaban dan
hasil dari responden, hanya data tertentu yang akan di publikasikan
pada hasil riset.
4. Balancing harms and benefits (Mempertimbangkan manfaat dan
kerugian yang ditimbulkan)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian
pada khususnya. Penelitian hendaknya berusaha meminimalisasi
dampak yang merugikan bagi subjek. Pelaksanaan penelitian harus
dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera,
stress, maupun kematian subjek penelitian.
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak geografis
Sejak bulan Oktober 2012, Rumah Sakit Umum Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara telah mencapai lokasi baru di jalan P.
Tandean Kecamatan Baruga Kota Kendari. Lokasi ini angat strategis
karena mudah dijangkau dengan kendaraan. Adapun batas-batas
RSU Bahteramas Sultra secara administrative sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kelurahan Wundudopi
b. Sebelah Timur : Kelurahan Lepo-Lepo
c. Sebelah Selatan : Kecamatan Baruga
d. Sebelah Barat : Kelurahan Watunbangga
2. Sarana dan Prasarana
RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara berdiri di atas
tanah dengan luas mencapai 170.000 m2. Sarana dan prasarana yang
berupa bangunan fisik seluas 54.127 m2 sedangkan selebihnya belum
terealisasi atau belum selesai dibangun. Namun semua bangunan
yang telah dioperasikan memiliki tingkat aktivitas yang sangat tinggi.
Sebagian sarana fisik termasuk sarana pelayanan pasien telah
direhabilitasi namun masih ada beberapa sarana fisik lain yang
memerlukan rehabilitasi dan renovasi. Sarana kesehatan terdiri dari
pelayanan rawat jalan, rawat inap, instalasi, dan pelayanan penunjang
45
medic. Pelayanan rawat jalan terdiri: poliklinik penyakit dalam,
poliklinik kesehatan anak, poliklinik bedah, poliklinik mata, poliklinik
kulit dan kelamin, poliklinik kesehatan gigi dan mulut, poliklinik
neurologi, poliklinik kebidanan dan penyakit kandungan,poliklinik
jantung dan kardiovaskuler dan poliklinik gizi .
Sedangkan pelayanan rawat inap terdiri dari: ruangan
perawatan penyakit dalam, kesehatan anak, bedah, THT, Mata, Kulit
dan kelamin, gigi dan mulut, neurologi, penyakit kandungan,
perawatan intensif, prenatologi. Sedangkan instalasi terdiri dari
instalasi gawat darurat dan instalasi rehabilitasi medic. Pelayanan
penunjang antara lain terdiri dari: patologik klinik, patologi anatomi,
radiologi, farmasi, dan pelayanan lain seperti binatu, ambulance dan
perawatan serta pengatur jenazah.
3. Visi dan Misi RSU Bahteramas Provinsi Sultra
Visi pembangunan Pemerintah Sulawesi Tenggara adalah “
Mewujudkan Sulawesi Tenggara Sejahtera, Mandiri dan berdaya
saing tahun 2013-2018”. RSU Bahteramas Provinsi Sultra dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat mengacu pada visi dan
misi pemerintah daerah dan visi pembangunan kesehatan Provinsi
Sulawesi Tenggara. Visi RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara adalah “Rumah Sakit Unggulan dalam pelayanan
Kesehatan Rujukan, Pendidikan dan pelatihan di Sulawesi tenggara
tahun 2018”.
46
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi yang diemban oleh
RSU Bahteramas Provinsi Sultra adalah :
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan prima berlandaskan etika
provesi.
b. Menyelenggarakan profesi dokter, ppendidikan kesehatan
lainnya serta pelatihan dalam penelitian
c. Pengembangan sarana dan prasarana untuk menunjang rumah
sakit pendidikan
d. Meningkatkan Profesionalisme sumber daya manusia dan
kesejahteraan karyawan.
Moto RSU Bahteramas Provinsi adalah “melayani dengan hati
dan senyum “.
4. Tugas Pokok dan Fungsi Rumah Sakit
Tugas pokok dan fungsi RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi
Tenggara mengacu pada perda nomor 3 tahun 2008 tentang susunan
organisasi dan tata kerja lembaga teknis daerah RSU Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara dan pola tata kelola RSU Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara yakni “ Melaksanakan upaya kesehatan
secara berdaya guna dan berhasil guna mengutamakan
penyembuhan penyakit dan pemulian kesehatan yang dilaksanakan
secara serasi dan terpadu melalui upaya peningkatan, pencegahan
dan pelaksanaan upaya rujukan”.
47
Untuk melaksanakan tugas popok sebagaimana tersebut
diatas, RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai
fungsi yaitu menyelenggarakan pelayanan medic, menyelenggarakan
pelayanan penunjang medic, menyelenggarakan pelayanan dan
asuhan keperawatan, menyelenggarakan pelayanan rujukan,
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihaan, menyelenggarakan
penelitian dan pengembangan kesehatan, menyelenggarakan upaya
promotif dan preventif.
5. Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
hingga 31 desember 2017 berjumlah 789 orang pegawai negeri sipil
(PNS) terdiri atas tenaga medis sebanyak 78 orang, paramedic
perawatan sebanyak 365 orang, paramedic non perawatan sebanyak
218 orang dan non medis sebanyak 128 orang. Sedangkan tenaga
kontrak sebanyak 74 orang (RSU Bahteramas, 2018).
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan
dukungan Keluarga dengan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post SC Di Ruang
Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018. Data primer yang dikumpulkan
melalui kuesioner selanjutnya diolah dan dianalisis secara univariat dan
bivariat menggunakan software SPSS for windows versi 20.
48
1. Analisi Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan untuk
memperoleh gambaran dari variabel yang diteliti baik variabel terikat
maupun variabel bebas, kemudia ditampilkan dalam bentuk distribusi
frekuensi. Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan untuk
mendeskripsikan dukungan Keluarga dan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post
SC Di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018.
a. Deskripsi dukungan keluarga Ibu Post SC di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018
Setelah mengumpulkan dan menganalisis data secara
univariat, maka peneliti menyajikan deskripsi dukungan keluarga Ibu
Post SC Di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018 pada tabel
4.1 berikut.
Tabel 4.1 Dukungan keluarga Ibu Post SC Di Ruang Nifas di RSUD Bahteramas
Tahun 2018
Dukungan Keluarga Jumlah %
Kurang 4 9,52
Baik 38 90,48
Total 42 100
sumber: olahan data primer
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa mayoritas
dukungan keluarga ibu post SC di RSUD Bahteramas Tahun 2018
berada pada kategori baik, yakni dari 42 orang responden terdapat
38 orang (90,48%) responden yang memiliki dukungan keluarga
49
pada kategori baik. Hanya 4 orang (9,52%) responden yang memiliki
dukungan keluarga pada kategori kurang.
b. Deskripsi Mobilisasi Dini Ibu Post SC di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018
Setelah mengumpulkan dan menganalisis data secara
univariat, maka peneliti menyajikan deskripsi Mobilisasi Dini Ibu Post
SC di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018 pada tabel 4.2
berikut.
Tabel 4.2
Mobilisasi Dini Ibu Post SC di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018
Mobilisasi Dini Jumlah %
Kurang 8 19,05
Baik 34 80,95
Total 42 100
sumber: olahan data primer
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mayoritas ibu
Post SC di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018 dapat
melakukan mobilisasi dini dengan baik, yakni dari 42 orang
responden yang diukur mobilisasi dininya, terdapat 34 orang
(80,95%) responden dapat melakukan mobilisasi dini dengan baik.
Hanya 8 orang (19,05%) responden yang kurang melakukan
mobilisasi dini.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan dua
variabel. Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan
50
antara variabel independen (kategorik) dengan variabel dependent
(kategorik). Analisis bivariabel dalam penelitian ini dilakukan dengan
Chi Square untuk mengetahui hubungan dukungan Keluarga dengan
Mobilisasi Dini Pada Ibu Post SC Di Ruang Nifas RSUD Bahteramas
Tahun 2018. Hasil analisis disajikan pada tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3
Hubungan dukungan Keluarga dengan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post SC Di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018
Dukungan Keluarga Mobilisasi Dini
Total Kurang % Baik %
Kurang 3 75 1 25 4
Baik 5 13,16 33 86,84 38
Total 8 19,05 34 80,95 42
p-Value 0,003
X2 hitung 8,976
Sumber: olahan data primer
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas ibu post SC Di Ruang
Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018 yang memiliki dukungan
keluarga pada kategori baik dapat melakukan mobilisasi dini dengan
baik, yakni dari 38 orang ibu post SC dengan dukungan keluarga yang
baik, terdapat 33 orang (86,84%) ibu post SC dapat melakukan
mobilisasi dini dengan baik, dan hanya 5 orang (13,16%) ibu post SC
yang kurang melakukan mobilisasi dini. Sementara ibu post SC yang
kurang memiliki dukungan keluarga, mayoritas kurang melakukan
mobilisasi dini, yakni dari 4 orang ibu post SC yang kurang mendapat
dukungan keluarga, terdapat 3 orang (75%) ibu post SC yang kurang
51
melakukan mobilisasi dini, dan hanya 1 orang (25%) ibu post SC yang
melakukan mobilisasi dini dengan baik.
Secara statistik menggunakan analisis Chi Square (X²) pada
tingkat kemaknaan 95% menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara dukungan Keluarga dengan Mobilisasi Dini pada Ibu
Post SC di ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018 yang
ditandai dengan nilai p = 0,003 < α = 0,05 dengan X2 hitung = 8,976.
B. Pembahasan
Masa nifas adalah periode di mana terjadi proses perbaikan tubuh
selama persalinan dan kelahiran. Perawatan nifas merupakan perawatan
lebih lanjut bagi wanita sesudah melahirkan. Hal ini penting dilakukan
karena dapat memulihkan kesehatan umum ibu nifas dengan cara:
penyediaan makanan bergizi, pengembalian darah yang kurang untuk
menghilangkan anemia, pencegahan terhadap infeksi, pergerakan otot
agar tonus otot menjadi lebih baik dan melancarkan peredaran darah.
Upaya awal yang dilakukan oleh ibu post SC adalah melakukan
mobilisasi dini yang bertujuan untuk mempercepat pemulihan pasca
bedah dan dapat mencegah komplikasi pasca bedah.
(Moctar, 2005) menjelaskan bahwa mobilisasi dini adalah suatu
upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara
membimbing ibu untuk mempertahankan fungsi fisiologi. Dan
kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing keluar dari tempat
tidurnya dan membimbing selekas mungkin berjalan. Hasil penelitian
52
menunjukkan bahwa mayoritas ibu post SC di RSUD Bahteramas Tahun
2018 dapat melakukan mobilisasi dini dengan baik, yakni dari 42 orang
ibu post SC, terdapat 34 orang (80,95%) ibu post SC dapat melakukan
mobilisasi dini dengan baik, namun masih ada 8 orang (19,05%) ibu post
SC yang kurang melakukan mobilisasi dini.
Tingginya ibu post SC yang melakukan mobilisasi dini dengan
baik merupakan hal yang positif bagi ibu post SC. Ini mendakan bahwa
ibu post SC di RSUD Bahteramas memiliki kesadaran tinggi dalam
rangka mengupayakan pemulihan dirinya. Kemampuan mobilisasi dini
tersebut sebagian besarnya didukung keluarga. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa mayoritas ibu nifas di RSUD Bahteramas Tahun
2018 mendapat dukungan yang baik dari keluarganya, yakni sebanyak
38 orang (90,48%) ibu nifas mendapat dukungan yang baik dari
keluarga. Dari jumlah tersebut, sebanyak 33 orang (86,84) ibu post SC
dapat melakukan mobilisasi dini degan baik, hanya 5 orang (13,16%) ibu
post SC yang kurang melakukan mobilisasi dini. Dan 4 orang (9,52%)
ibu post SC kurang mendapat dukungan dari keluarganya, dimana 3
orang (75%) diantaranya kurang melakukan mobillisasi dini, hanya 1
orang (25%) yang dapat melakukan mobilisasi dini dengan baik.
Dukungan keluarga adalah pemberian perhatian, dorongan, kasih
sayang, barang, infomasi dan jasa dari orang-orang terdekat seperti
suami/istri, orang tua, anak, dan orang terdekat lainnya sehingga
penerima dukungan merasa disayangi dan dihargai (Mahmudah, 2012).
53
Fungsi dukungan Keluarga adalah meliputi dukungan informasional,
dukungan penilaian, dukungan instrumental, dukungan emosional
(Mahmudah, 2012). Adanya ibu post SC yang kurang mendapatkan
dukungan keluarga tersebut ini dapat disebabkan oleh kuranganya
pengetahuan keluarga tentang mobilisasi sehingga mereka tidak dapat
memberikan masukan ataupun membantu ibu untuk melakukan dini
karena takut akan melakukan hal yang salah terhadap ibu yang baru saja
menjalani proses operasi. Keluarga diharapkan mampu untuk
memberikan peran dukungan kepada ibu nifas agar mampu melakukan
mobilisasi dini secara bertahap dengan baik. Keluarga dapat membantu
ibu nifas dalam melakukan mobilisasi bertahap mulai dari miring kanan-
miring kiri, duduk dan berjalan (Horhoruw, Rompas & Bidjuni, 2015).
Namun secara umum berdasarkan hasil penelitian, tampak bahwa
ibu post SC yang mendapat dukungan keluarga dengan baik, cenderung
dapat melakukan mobilisasi dini dengan baik pula, sebaliknya bahwa ibu
post SC yang kurang mendapat dukungan keluarga juga cenderung
kurang melakukan mobilisasi dini. Ini menunjukkan bahwa dukungan
keluarga pada ibu post SC memiliki peran yang penting dalam
mendorong ibu post SC untuk melakukan mobilisasi dini sebagai
rangkaian proses percepatan pemulihan dirinya pasca SC. Hasil ini di
dukung oleh pendapat yang Friedman (2010) bahwa anggota keluarga
diketahui sebagai sumber dukungan dan bantuan signifikan dalam
membantu anggota keluarga yang lain mengubah gaya hidupnya. Artinya
54
dukungan keluarga dapat mengubah persepsi ibu dengan memberikan
motivasi kepada ibu post SC agar memiliki semangat yang kuat sehingga
mampu melakukan mobilisasi dini.
Secara bivariat, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara dukungan Keluarga dengan Mobilisasi
Dini pada Ibu Post SC di ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun 2018
yang ditandai dengan nilai p = 0,003 < α = 0,05 dengan X2 hitung =
8,976. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Rizky Arum Sari (2015)
yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara dukungan keluarga
dengan mobilisasi dini ibu nifas di ruang bersalin RSU Dr. Wahidin
Sudiro Husodo.
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-
aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan
dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan
dan didengarkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Oswari (1993) bahwa
keadaan umum klien harus diperhatikan untuk melakukan mobilisasi dini,
dan harus dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan klien,
timbulnya luka setelah pembedahan menimbulkan nyeri yang
menyebabkan kecemasan dan rasa takut untuk melakukan mobilisasi,
dukungan keluarga dan perawatan diruangan sangat membantu dalam
jalannya mobilisasi yang optimal, dan dilakukan secara bertahap, sosial
budaya di lingkungan tempat tinggal juga ikut berperan dalam melakukan
55
mobilisasi dini yang dilakukan pada pasien post partum dengan sectio
caesaria (Anikinayat, 2009).
Keterbatasan yang dialami oleh ibu post SC menyebabkan Ia
tidak mampu melakukan aktivitas dengan sendiri dan membutuhkan
bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satunya untuk
mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan. Keluarga sebagai orang
yang terdekat dengan ibu dapat berperan sebagai pendamping pasien
untuk tetap mendapatkan fasilitas pelayanan kesehatan yaitu upaya
mobilisasi dini. Keluarga memiliki peran yang sangat penting bagi ibu
post SC khususnya suami dari ibu post SC sebab suami dapat
memahami kondisi istrinya dengan baik. Hal ini didukung pendapat
Effendy (1998, dalam Lenni, 2010) yang menyatakan bahwa keluarga
merupakan sistem pendukung utama yang memberi pelayanan langsung
pada setiap keadaan (sehat-sakit) anggota keluarga, oleh karena itu,
asupan pelayanan/perawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya
memulihkan keadaan pasien, tetapi juga bertujuan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan dalam keluarga tersebut
Mobilisasi dini sebagai suatu usaha untuk mempercepat
penyembuhan dari suatu penyakit tertentu dengan kebijaksanaan untuk
selekas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidur dan
membimbingnya selekas mungkin berjalan (Ambarwati, 2009:87).
Menurut Kasdu (2003:70) salah satu keuntungan dari mobilisasi dini
56
adalah mempercepat penyembuhan luka, dengan mobilisasi dapat
memperlancar peredaran darah. Hal ini sesuai dengan pendapat Morison
(2003:15) Luka dengan suplai darah yang buruk sembuh dengan lambat,
jika faktor-faktor yang esensial untuk penyembuhan yang terdiri dari:
oksigen, asam amino, vitamin dan mineral sangat lambat mencapai luka
karena lemahnya vaskularisasi maka penyembuhan luka tersebut akan
terhambat meskipun pada pasien-pasien dengan nutrisi yang baik.
Mobilisasi dini harus dapat dilakukan oleh ibu post SC dengan
baik sebab hal ini sangat penting bagi ibu post untuk melancarkan
sirkulasi darah, membantu proses pemulihan, mencegah terjadinya
infeksi yang timbul karena gangguan pembuluh darah balik serta
mencegah pencegahan lebih lanjut.
57
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Mayoritas dukungan keluarga ibu post SC di RSUD Bahteramas
Tahun 2018 berada pada kategori baik, yakni dari 42 orang
responden terdapat 38 orang (90,48%) responden yang memiliki
dukungan keluarga pada kategori baik. Hanya 4 orang (9,52%)
responden yang memiliki dukungan keluarga pada kategori kurang.
2. Mayoritas ibu Post SC di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Tahun
2018 dapat melakukan mobilisasi dini dengan baik, yakni dari 42
orang responden yang diukur mobilisasi dininya, terdapat 34 orang
(80,95%) responden dapat melakukan mobilisasi dini dengan baik.
Hanya 8 orang (19,05%) responden yang kurang melakukan
mobilisasi dini
3. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan Keluarga dengan
Mobilisasi Dini pada Ibu Post SC di ruang Nifas RSUD Bahteramas
Tahun 2018 yang ditandai dengan nilai p = 0,003 < α = 0,05 dengan
X2 hitung = 8,976.
58
B. SARAN
Berdasarkan hasil penlitian yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi RSUD diharapkan agar dapat mendorong keluarga ibu post SC
untuk dapat memberikan dukungan kepada ibu post SC untuk
melakukan mobilisasi dini
2. Bagi ibu post SC, diharapkan agar tidak takut untuk melakukan
mobilisasi dini, sebab hal tersebut sangat bermanfaat bagi
percepatan pemulihan ibu post SC
3. Bagi peneliti selanjutnya, oleh karena dalam penelitian ini peneliti
hanya meneliti tentang dukungan keluarga. maka diharapkan bagi
peneliti disarankan pada peneliti selanjutnya untuk menggali faktor-
faktor lain yang berhubungan dengan mobilisasi dini ibu post SC
59
DAFTAR PUSTAKA Ali, Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta : EGC Aliahani, 2010. Mobilisasi Dini Pada Ibu Post
SectioCaesaria,http://honey72.wordpress.com,diakses tanggal 28 Juni 2018
Alimul hidayat, A. Aziz. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia :
aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Cunningham, F. Gary, et al, 2006Obstertri Williams edisi 21.Penerbit EGC.
Ed. 21. Jakarta: x +904 hlm Farrer, H. 2005. Perawatan Maternitas.Yasmin Asih. vii + 267 hlm.Jakarta Fitriyahsari.(2009). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori
dan Praktek Edisi 5. Jakarta : EGC Handiyani, 2009. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogjakarta: Gosyen
Publishing Iyus, Yosep. 2007. Keperawatan Jiwa, Edisi 1. Jakarta : Refika Aditama Kasdu, Dini. 2012. Solusi Problem Persalinan. Jakarta: Puspa Swara Manuaba, I.B.G 2004. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Manuaba, 2010. Buku Ajar Patologi Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan.
Jakarta: EGC. Mitayani, 2009.Asuhan Keperawatan Maternitas. Salemba Medika: Jakarta Mochtar, Rustam. (2002) .Sinopsis obstetri : obstetri operatif, obstetri sosial,
jilid 2. Jakarta: EGC. Saleha, Siti. (2009). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, Jakarta: Salemba Medika.
60
Saifuddin, A.B. (2010). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sarwono.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Setiadi. 2008. Konsep & keperawatan keluarga. Yogyakarta : Graha ilmu Smet, B. 2004. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC Suprajitno, 2004, Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam praktik,
Jakarta : EGC Yanti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta : Pustaka
Rihama Vivian, 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba
61
MASTER TABEL
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP MOBILISASI DINI PADA IBU POST SC DI RUANG NIFAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
BAHTERAMAS PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2018
No. Nama
Responden Dukungan keluarga Mobilisasi dini
Baik Kurang Baik Kurang
62
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
No. Responden : ��..................������������................
Alamat : �������.......��������.......................
Setelah mendengar/membaca penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian ini,
maka saya bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian yang
dilakukan peneliti dengan Judul “Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Mobilisasi
Dini Pada Ibu Post SC Di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara
Tahun 2018”.
Saya mengerti bahwa ada beberapa pertanyaan-pertanyaan yang harus saya
jawab, dan sebagai responden saya akan menjawab pertanyaan kuesioner dengan
jujur.
Saya bersedia menjadi responden bukan karena adanya paksaan dari pihak lain,
namun karena keinginan sendiri dan tanpa biaya yang akan ditanggungkan kepada
saya sesuai dengan penjelasan yang sudah dijelaskan oleh peneliti.
Hasil yang diperoleh dari saya sebagai responden dapat dipublikasikan sebagai
hasil dari penelitian dan akan diseminarkan pada ujian hasil dengan tidak akan
mencantumkan nama, kecuali nomor informan.
....................., ...............................2018
Responden
�������������
KUESIONER
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP MOBILISASI DINI PADA IBU POST SC DI RUANG NIFAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BAHTERAMAS
PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2018
KODE RESPONDEN:
Pendidikan : Pekerjaan : Umur : Anak ke : I. DUKUNGAN KELUARGA
Petunjuk : berilah tanda check list () pada kolom jawaban yang tersedia
Pilihan jawaban:
Ya = Ya jika pertanyaan tersebut dilakukan keluarga
Tidak = Tidak jika pertanyaan tersebut tidak dilakukan keluarga
NO PERNYATAAN Ya Tidak
1 Saya meminta pendapat dari keluarga tentang pentingnya mobilisasi dini
2 Keluarga mengingatkan saya untuk melakukan mobilisasi dini
3 Saya mendapat teguran dari keluarga jika tidak melakukan mobilisasi dini
4 Keluarga membantu mencari informasi tentang pentingnya mobilisasi dini
5 Keluarga tidak mengingatkan saya untuk melakukan mobilisasi dini
6 Keluarga melarang ibu melakukan mobilisasi dini
7 Keluarga mendampingi ibu saat melakukan mobilisasi dini
8 Keluarga tidak peduli saat ibu melakukan mobilisasi dini
9 Keluarga memberikan kenyaman saat melakukan mobilisasi dini
10 Keluarga memberikan pujian kepada saya setelah melakukan mobilisasi dini
11 Keluarga mendukung saya melakukan mobilisasi dini
12 Keluarga tidak senang ketika saya membahas mengenai mobilisasi dini
13 Keluarga memberikan teguran saya tidak melakukan mobilisasi dini
14 Keluarga selalu mengingatkan saya untuk mendengarkan saran dan nasehat yang diberikan oleh petugas kesehatan.
15 Keluarga memberikan bantuan saat saya melakukan mobilisasi dini
II. MOBILISASI DINI
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Pada 6 jam setelah persalinan, saya masih takut dan belum
mencoba miring kanan kiri.
2. Pada 6 jam setelah persalinan, saya sudah mencoba
miring kanan kiri.
3. Pada 8 jam setelah persalinan, saya sudah mencoba
mengangkat tangan dan kaki
4. Pada 9 jam setelah persalinan, saya sudah mencoba
menekuk lutut tanpa bantuan.
5. Pada 10 jam setelah persalinan saya belum mencoba
menggeser badan karena khawatir dengan luka bekas
operasi
6. Pada 10 jam setelah persalinan, saya sudah mencoba
menggeser badan.
7. Pada 24 jam setelah persalinan, saya belum mencoba
duduk.
8. Pada 24 jam setelah persalinan, saya masih pusing dan
belum mencoba berdiri
9. Pada hari ke dua setelah persalinan, saya belum
mencoba berjalan.
10. Pada hari ke dua setelah persalinan, saya sudah dapat ke
kamar mandi untuk buang air kecil.
OUTPUT SPSS
Statistics
DUKUNGAN_KE
LUARGA
MOBILISASI_DI
NI
N Valid 42 42
Missing 0 0
DUKUNGAN_KELUARGA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid KURANG 4 9.5 9.5 9.5
BAIK 38 90.5 90.5 100.0
Total 42 100.0 100.0
MOBILISASI_DINI
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid KURANG 8 19.0 19.0 19.0
BAIK 34 81.0 81.0 100.0
Total 42 100.0 100.0
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
DUKUNGAN_KELUARGA *
MOBILISASI_DINI 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%
DUKUNGAN_KELUARGA * MOBILISASI_DINI Crosstabulation
Count
MOBILISASI_DINI
Total KURANG BAIK
DUKUNGAN_KELUARGA KURANG 3 1 4
BAIK 5 33 38
Total 8 34 42
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 8.976a 1 .003
Continuity Correctionb 5.414 1 .020
Likelihood Ratio 6.809 1 .009
Fisher's Exact Test .018 .018
Linear-by-Linear Association 8.762 1 .003
N of Valid Casesb 42
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,76.
b. Computed only for a 2x2 table
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 001 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 Baik
2 002 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 9 90 Baik
3 003 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71 Baik 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80 Baik
4 004 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Baik
5 005 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Baik
6 006 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71 Baik 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Baik
7 007 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Baik
8 008 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90 Baik
9 009 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Baik
10 010 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 8 57,14 Kurang 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0 4 40 Kurang
11 011 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 10 71,43 Baik 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80 Baik
12 012 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 80 Baik
13 013 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71 Baik 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80 Baik
14 014 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 Baik
15 015 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71 Baik 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 80 Baik
16 016 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90 Baik
17 017 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71 Baik 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 Baik
18 018 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71 Baik 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 80 Baik
19 019 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71 Baik 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 7 70 Baik
20 020 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 10 71,43 Baik 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90 Baik
21 021 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 5 50 Kurang
22 022 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 5 50 Kurang
23 023 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 5 50 Kurang
24 024 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Baik
25 025 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 6 60 Baik
26 026 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 5 50 Kurang
27 027 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 57,14 Kurang 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90 Baik
28 028 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71 Baik 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 6 60 Baik
29 029 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 12 85,71 Baik 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 6 60 Baik
30 030 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 6 60 Baik
31 031 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71 Baik 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 90 Baik
32 032 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Baik
33 033 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71 Baik 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 7 70 Baik
34 034 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 10 71,43 Baik 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90 Baik
35 035 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100 Baik
36 036 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 6 60 Baik
37 037 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 80 Baik
38 038 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 12 85,71 Baik 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80 Baik
39 039 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 11 78,57 Baik 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 5 50 Kurang
40 040 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 8 57,14 Kurang 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 5 50 Kurang
41 041 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 8 57,14 Kurang 1 0 1 0 0 1 0 1 1 0 5 50 Kurang
42 042 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 10 71,43 Baik 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80 Baik
NoKode
Responden
I. Dukungan KeluargaTotal
Persentase
(%)Kategori
MASTER TABEL
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Mobilisasi Dini Pada Ibu Post SC Di Ruang Nifas RSUD Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2018
II. Mobilisasi DiniTotal
Persentase
(%)Kategori
Baik Kurang Baik Kurang
1 001 � �
2 002 � �
3 003 � �
4 004 � �
5 005 � �
6 006 � �
7 007 � �
8 008 � �
9 009 � �
10 010 � � �
11 011 � �
12 012 � �
13 013 � �
14 014 � �
15 015 � �
16 016 � �
17 017 � �
18 018 � �
19 019 � �
20 020 � �
21 021 � �
22 022 � �
23 023 � �
24 024 � �
25 025 � �
26 026 � �
27 027 � �
28 028 � �
29 029 � �
30 030 � �
31 031 � �
32 032 � �
33 033 � �
34 034 � �
35 035 � �
36 036 � �
37 037 � �
38 038 � �
39 039 � �
40 040 � �
41 041 � �
42 042 � �
NoKode
Responden
I. Dukungan Keluarga II. Mobilisasi Dini
DUKUNGAN_KELUARGA Jumlah %
KURANG 4 9,52
BAIK 38 90,48
Total 42 100
MOBILISASI_DINI Jumlah %
KURANG 8 19,05
BAIK 34 80,95
Total 42 100
KURANG % BAIK %
KURANG 3 75 1 25 4
BAIK 5 13,16 33 86,84 38
Total 8 19,05 34 80,95 42
DUKUNGAN
KELUARGA
MOBILISASI DINI Total