HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF KELELAHAN MATA PADA
PEKERJA DI RUMAH SAKIT X TAHUN 2019
SKRIPSI
Mohammad Royhan
NIM : 031721013
PRODI D.IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
2019
i
HUBUNGAN INTENSITAS PENCAHAYAAN DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF KELELAHAN MATA PADA
PEKERJA DI RUMAH SAKIT X TAHUN 2019
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Terapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Oleh : Mohammad Royhan
NIM : 031721013
PRODI D.IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS BINAWAN
JAKARTA
2019
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mohammad Royhan
NIM : 031721013
Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya susun dengan judul:
Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Keluhan Subjektif
Kelelahan Mata Pada Pekerja di Rumah Sakit X Tahun 2019
Adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan plagiat
dari skripsi orang lain. Apabila pada kemudian hari pernyataan saya tidak
benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis yang berlaku (cabut
predikat kelulusan dan gelar sarjana).
Jakarta, ......................... 2019
iii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademik Universitas Binawan, saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mohammad Royhan
NIM : 031721013
Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Binawan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalty Free Right) atas karya saya yang berjudul :
Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja di Rumah Sakit X Tahun 2019
Beserta perangkat yang ada (apabila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Binawan berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelolanya, dan menampilkan/mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta dalam karya ini menjadi tanggungjawab saya pribadi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Jakarta
Pada tanggal ...................... 2019
Yang Menyatakan
(...........................................)
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Mohammad Royhan
NIM : 031721013
Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Judul Skripsi : Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan Keluhan
Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja di Rumah Sakit X Tahun 2019
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Program
Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Binawan pada
tanggal 16 Juli 2019 dan telah diperbaiki sesuai masukan Dewan Penguji.
Jakarta, ....................... 2019
Penguji I
(dr. Agung Cahyono, T, M.Si)
Penguji II
(Putri Winda Lestari, SKM, M.Kes (Epid))
Pembimbing
(Cynthia Febrina, SKM, M.Sc)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mohammad Royhan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 30 September 1995
Alamat : Jl. Melati Ujung 1 RT 18 / RW 11, Jatimulya,
Bekasi Timur
Riwayat Pendidikan :
2001 - 2007 : SD Negeri 11 Jatimulya
2007 - 2010 : SMP Negeri 4 Tambun Selatan
2010 - 2013 : SMA Negeri 20 Jakarta
2013 - 2016 : D.III, Program Studi Perumahsakitan, Universitas
Indonesia
2017 - 2019 : D.IV, Program Studi Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Universitas Binawan
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahilladzi bi nimatihi tatimmush sholihat. Segala puji
hanya milik Allah Azza Wa Jalla yang dengan segala nikmatnya segala
kebaikan menjadi sempurna atas izin dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini. Dalam penyusunan skripsi ini penulis
mendapatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu
pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan Jazakumullah
Khairan / Terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu,
diantaranya :
1. Keluarga, baik orang tua maupun kedua kakak peneliti
2. Ibu Cynthia Febrina, SKM, M.Sc selaku dosen pembimbing peneliti
dalam penyusunan skripsi ini yang banyak memberikan masukan
demi kelancaran penelitian ini.
3. Bapak dr. Agung Cahyono, T, M.Si dan Ibu Putri Winda Lestari ,
SKM, M.Kes (Epid) selaku dosen penguji peneliti yang juga
memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.
4. Rekan-rekan Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja
kelas karyawan angkatan 2017.
5. Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu yang telah
memberikan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari dalam penelitian ini masih banyak terdapat
kekurangan baik dari segi penulisan maupun penyajian data. Kritik dan
saran sangat diperlukan kepada penulis dalam penulisan karya ilmiah
selanjutnya.
Akhir kata semoga skripsi ini menjadi tulisan yang bermanfaat
bagi siapapun yang membacanya.
Jakarta, Juli 2019
Mohammad Royhan
vii
ABSTRAK
Nama : Mohammad Royhan
Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Judul : Hubungan Intensitas Pencahayaan Dengan Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja Di Rumah Sakit X Tahun 2019
Latar Belakang:
Pengukuran awal yang dilakukan ditemukan adanya 1 titik pengukuran di Ruang Carlo 76 lux, 1 titik Farmasi Gudang Obat 87 lux, dan 1 titik di Customer Service 65 lux belum memenuhi standar dan hasil wawancara singkat kepada 5 pekerja mengatakan mengalami keluhan kelelahan mata. Tujuan penelitan ini adalah untuk mengetahui hubungan intensitas pencahayaan dan keluhan subjektif kelelahan mata pada pekerja di Rumah Sakit X.
Metode:
Jenis penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Titik pengukuran adalah 3 ruang di RS X yaitu Ruang Carlo, Farmasi Gudang Obat, dan Customer Service. Populasi adalah seluruh pekerja di RS X dengan sampel 34 pekerja di ruang tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran lokal/meja kerja untuk mengetahui intensitas pencahayaan dan menyebarkan kuesioner untuk mengetahui keluhan kelelahan mata. Data diolah menggunakan uji chi square.
Hasil:
Hasil pengukuran ditemukan 16 titik dari 34 titik pengukuran belum sesuai standar pencahayaan. Sebanyak 20 responden dari 34 responden mengalami kelelahan mata. Hasil uji chi square didapatkan hasil p = 0,324 yang berarti tidak ada hubungan antara intensitas pencahayaan dengan keluhan subjektif kelelahan mata.
Simpulan:
Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas pencahayaan dengan kelelahan mata pada tenaga kerja Ruang Carlo, Farmasi Gudang Obat, dan Customer Service RS X. Disarankan adanya pengawasan dan pengecekan kesehatan kepada pekerja yang mengalami kelelahan mata.
Keyword: Intensitas Pencahayaan, Keluhan Subjektif, Kelelahan Mata
viii
ABSTRACT
Name : Mohammad Royhan
Study Program : Safety and Health Occupational
Tittle : Relationship Between Lighting Intensity With
Subjective Complaints Of Eye Fatigue In Hospital Workers X year
2019
Background :
The initial measurements made found 1 point in Carlo Room 76 Lux, 1 point in Pharmacy drug warehouse Lux 87, and 1 point in Customer Service 65 Lux did not meet the standards and the results of a short interview to 5 workers said they had complaints of eye fatigue. The purpose of this research is to determine the relationship of lighting intensity and subjective complaints of eye fatigue in workers at the Hospital X.
Methods :
This type of research is analytic observational with cross sectional approach. The measurement points are 3 rooms in Hospital X, namely Carlo Room, Pharmacy Drug Store, and Customer Service. The population is all workers in Hospital X with a sample of 34 workers in the room. Data collection done by local measurements / work tables to determine the intensity of lighting and distributing questionnaires to determine complaints of eye fatigue. Data processed using chi square test.
Results :
The measurement results found 16 points out of 34 measurement points not yet in accordance with lighting standards. A total of 20 respondents from 34 respondents experienced eyestrain. Chi square test results obtained p = 0.324 which means there is no relationship between lighting intensity with subjective complaints of eye fatigue.
Conclusion :
There is no significant relationship between the intensity of lighting with eye fatigue in the Carlo Workforce, Drug Store Pharmacy, and Customer Service Room. It is recommended that there be supervision and health checks for workers who experience eye fatigue.
ix
DAFTAR ISI
Halaman Judul. ........................................................................................... I
Halaman Pernyataan Orisinalitas. ............................................................... ii
Halaman Persetujuan Publikasi ................................................................. iii
Halaman Pengesahan ............................................................................... iv
Daftar Riwayat Hidup. ................................................................................ v
Kata Pengantar. ......................................................................................... vi
Abstrak Bahasa Indonesia. ....................................................................... vii
Abstrak Bahasa Inggris. ........................................................................... viii
Daftar Isi .................................................................................................... ix
Daftar Tabel ............................................................................................. xiii
Daftar Gambar ......................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ........................................................................................ xv
BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 2
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.3.1. Tujuan Umum .................................................................... 3
1.3.2. Tujuan Khusus .................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................ 3
1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti ........................................................ 3
1.4.2. Manfaat Bagi Rumah Sakit ................................................ 3
1.4.3. Manfaat Bagi Universitas Binawan .................................... 4
x
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 5
2.1. Tinjauan Umum Pencahayaan ..................................................... 5
2.1.1. Pengertian Pencahayaan .................................................. 5
2.1.2. Sifat-Sifat Pencahyaaan .................................................... 5
2.1.3. Istilah-Istilah Dalam Pencahayaan .................................... 7
2.1.4. Sumber Pencahayaan ....................................................... 8
2.2. Alat Ukur Pencahayaan .............................................................. 11
2.3. Standar Pencahayaan ................................................................ 11
2.4. Anatomi Mata .............................................................................. 12
2.5. Dampak Pencahayaan Terhadap Pekerja .................................. 14
2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Mata ................... 15
2.6.1. Faktor Pekerja ................................................................... 15
2.6.2. Faktor Lingkungan ............................................................. 18
2.6.3. Sistem Pencahayaan ........................................................ 19
2.7. Pemeliharaan Pencahayaan ....................................................... 21
2.8. Kerangka Teori ........................................................................... 22
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ................................................................... 23
3.1. Kerangka Konsep ....................................................................... 23
3.2. Definisi Operasional .................................................................... 24
3.3. Jenis dan Rancangan Penelitan ................................................. 25
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 25
xi
3.4.1. Daerah Penelitian .............................................................. 25
3.4.2. Populasi dan Sampel Pekerja ........................................... 25
3.5. Sumber Data Penelitian .............................................................. 25
3.5.1. Data Primer ....................................................................... 25
3.5.2. Data Sekunder .................................................................. 25
3.5.3. Instrumen Penelitian .......................................................... 26
3.6. Pengumpulan Data ..................................................................... 26
3.6.1. Pengumpulan data sekunder ............................................. 26
3.6.2. Survei lokasi titik sampling ................................................ 26
3.6.3. Pengukuran intensitas pencahayaan ................................ 26
3.6.4. Penyebaran Kuesioner ...................................................... 29
3.7. Pengolahan Data ........................................................................ 29
3.8. Analisa Data ............................................................................... 30
3.8.1. Univariat ............................................................................ 30
3.8.2. Bivariat .............................................................................. 30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................................. 31
4.1. Hasil Penelitian ........................................................................... 31
4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit ........................................ 31
4.1.2. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan ....................... 34
4.1.3. Hasil Analisa Univariat....................................................... 40
4.1.4. Hasil Analisa Bivariat ......................................................... 46
4.2. Pembahasan Penelitian .............................................................. 47
4.3. Keterbatasan Penelitian .............................................................. 48
xii
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 50
5.1. Kesimpulan ................................................................................. 50
5.2. Saran .......................................................................................... 50
Daftar Pustaka. ........................................................................................ 52
Lampiran. ................................................................................................. 54
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Standar Pencahayaan berdasarkan KMK
No.1204/MENKES/SK/X/2004 ................................................................. 12
Tabel 3.1. Definis Operasional ................................................................. 24
Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Ruang Carlo ........ 35
Tabel 4.2. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Farmasi Gudang
Obat ......................................................................................................... 37
Tabel 4.3. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Customer Service 39
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Intensitas Pencahayaan ......................... 40
Tabel 4.5. Distribusi Data Numerik Kategori Usia .................................... 41
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Kateogri Usia .......................................... 41
Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Kategori Masa Kerja ............................... 42
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Riwayat Kelelahan Refraksi Mata ........... 43
Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Perilaku Beresiko .................................... 43
Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Mengelami Keluhan Kelelahan Mata .... 44
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Keluhan Kelelahan Mata Berdasarkan
Ruangan/Unit ........................................................................................... 46
Tabel 4.12. Hasil Analisa Intensitas Pencahayaan dengan Keluhan
Kelelahan Mata pada Pekerja .................................................................. 47
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian ................................................... 22
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ............................................... 23
Gambar 3.2. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan
luas kurang dari 10m2 .............................................................................. 27
Gambar 3.3. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan
luas kurang antara 10m2-100m2 .............................................................. 28
Gambar 3.4. Penentuan Titik Pengukuran Penerangan Umum dengan
luas lebih dari 100m2 ............................................................................... 27
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit X ..................................... 33
Gambar 4.2. Grafik Distribusi Keluhan Kelalahan Mata ........................... 45
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumentasi Foto ................................................................ 53
Lampiran 2. Form Pengukuran Intensitas Pencahayaan ......................... 55
Lampiran 3. Hasil Output SPSS ............................................................... 56
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai institusi yang di dalamnya terdapat pelayanan
selama 24 jam penuh, keselamatan dan kesehatan menjadi hal yang
sangat penting bagi rumah sakit. Tidak hanya untuk pasien dan
keluarga pasien, keselamatan dan kesehatan juga meliputi para
pekerja seperti tenaga medis dan non medis. Undang-Undang
Kesehatan Republik Indonesia No 36 tahun 2009 mewajibkan
pentingnya kesehatan kerja.1
Kesehatan kerja merupakan hal yang penting dan perlu untuk
diperhatikan para pelaku industri termasuk rumah sakit. Kesehatan
kerja adalah upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan baik berupa, mental, fisik, dan kesejahteraan bagi semua
pekerja yang ada di lingkungan kerja. Dalam setiap aktivitas kerja
tentunya dibutuhkan lingkungan kerja yang baik, salah satunya
merupakan pencahayaan yang tercukupi. Pencahayaan adalah
suatu energi dari partikel yang dapat merangsang retina manusia
dan menimbulkan sensasi secara visual.2
Dalam suatu tempat kerja pencahayaan menjadi salah satu
faktor penting penentu produktivitas pekerja, termasuk para pekerja
di rumah sakit. Dengan baiknya pencahayaan benda-benda yang
terdapat di ruangan pekerja akan terlihat dengan jelas. Tapi jika
pencahayaan kurang baik, benda-benda menjadi sulit terlihat serta
dapat mengganggu produktivitas para pekerja. Oleh sebab itu,
diperlukan pengaturan tingkat pencahayaan agar cahaya yang
diterima pekerja sesuai berdasarkan jenis aktivitasnya.3
Pencahayaan yang baik mampu membuat pekerja
berkonsentrasi lebih baik pada pekerjaan yang dilakukannya
sehingga mampu meningkatkan produktivitas pekerja. Sebaliknya,
2
pencahayaan yang tidak sesuai jenis pekerjaanya dapat
mengganggu penglihatan para pekerja sehingga mengakibatkan
sulitnya berkonsentrasi. Bekerja di bawah cahaya yang redup atau
terlalu terang dalam jangka waktu pendek maupun panjang akan
menimbulkan ketidaknyamanan pada mata serta dapat
memperbesar resiko terjadinya kecelakaan kerja.
Rumah sakit X merupakan rumah sakit yang berdiri di daerah
Jakarta Pusat. Rumah sakit ini sudah berdiri selama 100 tahun.
Pelayanan yang ada di rumah sakit ini terbagi menjadi 2 jenis yaitu
pelayanan medis dan penunjang. Pelayanan medis terdiri dari
medical check up, pelayanan umum, gigi, dan spesialis yang terdiri
dari anak, bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit dalam, mata,
syaraf, kulit dan kelamin, jantung, rehab medik dan juga psikiatri.
Sementara untuk pelayanan penunjang terdiri dari laboratorium, dan
radiologi. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara singkat yang
dilakukan pada bulan Februari 2019 diketahui bahwa belum pernah
dilakukan pengukuran terhadap intensitas pencahayaan di Rumah
Sakit X. Wawancara singkat kepada 5 orang pekerja menyatakan
adanya keluhan dari pekerja di ruang carlo, ruang farmasi gudang
obat, dan ruang customer service mengenai pencahayaan yang
mereka rasakan kurang baik. Pengukuran awal yang dilakukan
peneliti terdapat 1 titik pengukuran di ruang carlo untuk jenis
pekerjaan administrasi dengan intensitas pencahayaan sebesar 76
lux (standar minimal 100 lux), 1 titik pengukuran di farmasi gudang
obat dengan intensitas pencahayaan sebesar 87 lux (standar
minimal gudang adalah minimal 200 lux), dan 1 titik pengukuran di
customer service dengan intensitas pencahayaan sebesar 65 lux
(standar minimal administrasi adalah 100 lux).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti merasa perlu
dilakukan penelitian melalui pengukuran pencahayaan di Rumah
3
Sakit X untuk mengetahui gambaran tingkat pencahayaan yang
diterima pekerja serta mengetahui hubungan intensitas
pencahayaan dengan keluhan subjektif kelelahan mata pekerja di
Rumah Sakit X pada ruang carlo, ruang farmasi gudang obat, dan
ruang customer service pada tahun 2019.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ada dua, tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu :
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan intensitas pencahayaan dan
keluhan subjektif kelelahan mata pada pekerja di Rumah
Sakit X.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui intensitas pencahayaan di ruang carlo,
ruang farmasi gudang obat, dan ruang customer
service Rumah Sakit X, Jakarta tahun 2019.
2. Mengetahui gambaran keluhan subjektif kelelahan
mata pada pekerja di ruang carlo, ruang farmasi
gudang obat, dan ruang customer service.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang di dapat didapatkan dari penelitian ini adalah
1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti
Peneliti dapat mengimplementasikan ilmu yang di
dapat selama mengikuti perkuliahan di Universitas
Binawan.
1.4.2. Manfaat Bagi Rumah Sakit X
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
dan data bagi rumah sakit guna mencapai perbaikan
4
intensitas pencahayaan setiap ruangan di Rumah Sakit X
sesuai standar Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.1204 tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
1.4.3. Manfaat Bagi Universitas Binawan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan
literatur dan referensi bagi penelitian K3 selanjutnya,
terutama tentang pencahayaan di rumah sakit.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini mengetahui hubungan tingkat intensitas
pencahayaan dengan keluhan subjektif kelelahan mata pada pekerja
Rumah Sakit X pada ruang carlo, ruang farmasi gudang obat, dan
ruang customer service. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan
Februari 2019 di Rumah Sakit X Provinsi DKI Jakarta. Pengukuran
tingkat pencahayaan menggunakan alat lux meter dan data keluhan
subjektif kelelahan mata akan menggunakan kuesioner yang
disebarkan pada karyawan di ruang carlo, ruang farmasi gudang
obat, dan ruang customer service.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Umum Pencahayaan
2.1.1. Pengertian Pencahayaan
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X2004, pencahayaan di
dalam ruang bangunan rumah sakit merupakan intensitas
penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam
ruang bangunan rumah sakit yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif. Sedangkan
Santoso, A mendefinisikan pencahayaan merupakan
jumlah penyinaran pada suatu bidang kerja yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif.3
2.1.2. Sifat-Sifat Pencahayaan
Pencahayaan memiliki sifat-sifat, yaitu :
2.1.2.1. Pemantulan
Cahaya yang merambat mengenai
suatu permukaan, maka sebagian dari cahaya
akan dipantulkan pada permukaan logam.
Rasio cahaya yang dipantulkan oleh suatu
permukaan disebut sebagai reflektan.
Pemantulan cahaya terdiri dari beberapa tipe,
yaitu.5
1) Specular
Specular reflection merupakan perilaku
pantulan cahaya pada permukaan yang
mengkilap dan rata, seperti cermin yang
memantulkan sinar cahaya ke arah yang
dengan mudah dapat diduga.
6
2) Difuse
Difuse reflection merupakan pemantulan
cahaya pada permukaan yang tidak
mengkilap, seperti pada kertas atau batu.
Pantulan sinar dari permukaan ini
mempunyai distribusi sinar terpantul yang
bergantung pada struktur mikroskopik
permukaan.
3) Spread
Spread reflection menjelaskan pemantulan
sinar cahaya pada permukaan yang
bergelombang, seperti plastik, kaca atau
logam yang tergores.
4) Mixed
Mixed reflection terjadi ketika permukaan
yang berwarna digunakan sehingga hanya
panjang gelombang warna tertentu saja
yang dapat dipantulkan.
2.1.2.2. Menembus Material (Transmission)
1) Diffuse
Terjadi ketika cahaya menyebar secara
luas, berguna ketika ingin mengaburkan
sumber cahaya dan menghasilkan cahaya
yang sama pada permukaan trasmisi.6
2) Spread
Terjadi ketika intensitas maksimum cahaya
melewati sebuah permukaan dengan
sedikit perubahan arah, menghasilkan
cahaya pada permukaan transmisi dan
berkilau.
7
3) Mixed
Terjadi ketika panjang gelombang warna
yang dipilih dapat menembus suatu
material. Contohnya cahaya yang
menembus suatu kaca yang berwarna.
2.1.2.3. Penyerapan (Absortion)
Absorsi merupakan sifat cahaya dimana
cahaya dapat diserap sebagian atau
seluruhnya oleh suatu material. Sebagai
contoh adalah rumah yang memiliki dinding
berwarna putih akan terlihat sangan terang
dibandingkan dengan rumah yang dindingnya
berwarna gelap.
2.1.2.4. Pembelokan (Refraction)
Reflaksi atau pembelokan biasanyan
digunakan pada benda yang berbentuk prisma,
terjadi ketika cahaya melewati suatu material
dan material lainnya dengan intensitas yang
berbeda. Pembiasan terjadi karena cahaya
merambat pada medium yang berbeda.
2.1.3. Istilah-Istilah Dalam Pencahayaan
Dalam pencahayaan terdapat istilah-istilah yang sering
digunakan, yaitu :
2.1.3.1. Intensity (I) disebut sebagai luminous intensity
merupakan jumlah cahaya yang dikeluarkan
oleh suatu sumber cahaya pada suatu arah
tertentu. Satuan yang diigunakan adalah
candela atau candlepower.7
2.1.3.2. Lumens (F) adalah unit atau satuan cahaya
yang keluar dari suatu sumber cahaya yang
memancar rata.
8
2.1.3.3. Illumination level (E) adalah jumlah atau
kuantitas cahaya yang jatuh ke suatu
permukaan. Satuan Illumination level adalah
footcandle.
2.1.3.4. Luminance (L) adalah ukuran yang digunakan
menunjukan jumlah cahaya yang terpancar
atau terpantul dari suatu area atau
permukaan. Satuan untuk luminance adalah
footlambert
2.1.3.5. Reflectance adalah ukuran yang menunjukan
jumlah yang direfleksikan oleh suatu
permukaan.
2.1.3.6. Luminer adalah rumah lampu yang dirancang
untuk mengarahkan cahaya, untuk tempat dan
melindungi lampu serta menempatkan
komponen-komponen listrik.
2.1.3.7. Glare atau silau adalah efek yang timbul dari
penerangan yang tinggi sehingga
menyebabkan ketidaknyaman dan kehilangan
area pandang.
2.1.4. Sumber Pencahayaan
Berdasarkan sumbernya pencahayaan dibagi menjadi dua
yaitu, pencahayaan alami dan pencahayaan buatan. 8
2.1.4.1. Pencahayaan Alami
Pencahayaan alami merupakan pencahayaan
yang berasal dari sinar matahari. Pencahayaan
alami mempunyai banyak keuntungan, selain
menghemat energi listrik juga dapat
membunuh kuman. Tapi untuk mendapatkan
pencahayaan alami pada suatu ruangan
diperlukan jendela-jendela yang besar ataupun
9
dinding kaca yang banyak dilobangi, sehingga
pembiayaan bangunan menjadi mahal.
2.1.4.2. Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan merupakan
pencahayaan yang dihasilkan oleh sumber
cahaya selain cahaya alami. Pencahayaan
buatan sangat diperlukan apabila posisi
ruangan sulit dicapai oleh pencahayaan alami
atau saat pencahayaan alami tidak mencukupi.
Pencahayaan buatan memiliki syarat, yaitu :
1) Tidak menimbulkan bertambahnya suhu
lingkungan yang berlebihan pada tempat
kerja.
2) Memberikan pencahayaan dengan
intensitas yang menyebar secara merata,
tidak menyilaukan, tidak berkedip, dan
tidak menimbulkan bayangan.
3) Mempunyai intensitas pencahayaan yang
cukup sesuai dengan jenis pekerjaan.
Jenis-jenis lampu yang digunakan dalam
pencahayaan buatan, yaitu :
1) Lampu Pijar
Lampu pijar biasa disebut sebagai
lampu panas karena sebagian energi listrik
berubah menjadi panas dan sebagian
berubah menjadi energi cahaya. Lampu
pijar kurang efisien bila digunakan untuk
mengenali warna dan juga dapat
mengeluarkan panas yang bisa membuat
kurang nyaman dalam bekerja.
Bola lampu pijar berisi gas. Gas
yang terdapat dalam bola pijar dapat
10
menyalurkan panas dari kawat. Gangguan
kecil pada kawat dapat menyebabkan
pemutusan arus listrik. Patahnya kawat
pijar merupakan batas dari umur lampu.
2) Lampu Fluorensi
Lampu fluorensi disebut sebagai
lampu dingin karena energi listrik berubah
menjadi cahaya dan tidak disertai oleh
pengeluaran energi panas. Lampu
fluorensi terdapat beberapa jenis, yaitu :
(1) Lampu Neon
Lampu ini kurang cocok
untuk suasana pabrik, laboratorium,
dan kantor karena gas neon yang
dihasilkan menimbulkan warna
merah.
(2) Lampu Natrium
Lampu ini kurang baik untuk
suasana pabrik, laboratorium dan
kantor karena gas natrium yang
dihasilkan menimbulkan warna
oranye dan kuning serta panas.
(3) Lampu Helium
Lampu ini sangat baik untuk
suasana pabrik, laboratorium dan
kantor karena gas helium yang
dihasilkan menimbulkan warna
putih.
(4) Lampu Xenon
Lampu ini sangat baik untuk
suasana pabrik, laboratorium, dan
kantor karena gas xenon memiliki
11
spektrum yang hampir sama
dengan sinar matahari.
(5) Lampu Merkuri
Lampu ini sangat baik untuk
suasana pabrik, laboratorium, dan
kantor karena uap merkuri
menimbulkan warna putih.
2.2. Alat Ukur Pencahayaan
Pengukuran intensitas pencahayaan dapat dilakukan dengan
menggunakan alat lux meter yang dapat dibaca langsung. Alat ini
mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian energi
listrik dalam bentuk arus listrik diubah menjadi angka yang dapat
dibaca pada layar monitor. Penentuan titik pengukuran pencahayaan
terdapat 2 cara, yaitu pencahayaan setempat dan pencahayaan
umum. Pada pencahayaan setempat atau lokal, bila merupakan
meja kerja, pengukuran dapat dilakukan di atas meja kerja yang ada.
Sedankan pada pencahayaan umum, titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan pada setiap jarak tertentu setinggi satu
meter dari lantai.
2.3. Standar Pencahayaan
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No. 1204/Menkes/SK/2004 tentang persyaratan
kesehatan lingkungan rumah sakit yang dimaksud dengan
pencahayaan di dalam ruangan bagunan rumah sakit merupakan
intensitas penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam
ruangan bangunan rumah sakit yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan secara efektif.4 Standar pencahayaan
adalah :
12
Tabel 2.1 Standar Pencahayaan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1204/MENKES/SK/X/04
No Ruangan atau Unit Intensitas
Cahaya (Lux) Keterangan
1 Ruangan pasien ~ saat tidak tidur ~ saat tidur
100-200
Maksimal 50
Warna cahaya terang
2 R. Operasi Umum 300-500
3 Meja Operasi 10000-20000 Warna cahaya
sejuk atau sedang tanpa bayangan
4 Anestesi, pemulihan 300-500 -
5 Endoscopy. Lab 75-100
6 Sinar X Minimal 60
7 Koridor Minimal 100
8 Tangga Minimal 100 Malam hari
9 Administrasi/Kantor Minimal 100
10 Ruang alat/gudang Minimal 200
11 Farmasi Minimal 200
12 Dapur Minimal 200
13 Ruang cuci Minimal 100
14 Toilet Minimal 100
15 Ruang isolasi khusus penyakit tetanus
0,1-1,5 Warna cahaya
biru
16 Ruang luka bakar 100-200
2.4. Anatomi Mata
Bentuk mata manusia hampir bulat dan berdiameter ± 2,5 cm.
Bola mata manusia terletak dalam bantalan lemak. Pada sebelah
depan dilindungi oleh kelopak mata dan ditempat lain dengan tulang
orbita. Bola mata terdiri atas :
2.4.1. Dinding mata, terdiri dari :
1) Kornea dan sklera.
2) Selaput Khoroid, korpus siliaris, iris dan pupil.
2.4.2. Medium tempat cahaya lewat, terdiri dari :
1) Kornea
2) Acqueonus humour
3) Lensa
13
4) Vitreous humour
2.4.3. Jaringan nervosa, terdiri dari :
1) Sel-sel saraf pada retina
2) Serat saraf
Sklera adalah lapisan pembungkus bagian luar mata yang
mempunyai ketebalan ± 1mm. Seperenam luas sklera di bagian
depan merupakan lapisan bening yang disebut kornea. Kornea
adalah selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita dapat
melihat membran pupil dan iris. Di sebelah dalam kornea ada iris dan
pupil. Iris berfungsi mengatur bukaan pupil secaara otomatis
menurut jumlah cahaya yang masuk ke mata. Iris berwarna karena
mengandung pigmen, warna dari iris bervariasi sesuai dengan
jumlah pigmen yang terdapat di dalamnya, makin banyak kandungan
pigmen makin gelap warna iris. Pupil memiliki fungsi untuk mengatur
cahaya yang masuk ke mata. Dalam keadaan terang bukaan pupil
akan mengecil, sedangkan dalam keadaan gelap bukaan pupil akan
membesar. Diameter bukaan pupil berkisar antara 2 sampai 8 mm.
Selaput khoroid adalah lapisan berpigmen diantara sklera dan
iris, fungsinya memberikan nutrisi. Korpus siliaris merupakan lapisan
yang tebal, berbentuk seperti cincin yang terbentang dari ora serata
sampai ke iris. Fungsinya adalah untuk terjadinya akomodasi, proses
muskulus siliaris harus berkontraksi.
Lensa mata menerima cahaya dari pupil dan meneruskannya
pada retina. Fungsi lensa mata adalah mengatur fokus cahaya,
sehingga cahaya jatuh tepat pada bintik kuning retina. Untuk dapat
melihat objek yang jauh (cahaya datang dari jauh), lensa mata akan
menipis. Sedangkan untuk melihat objek yang dekat (cahaya datang
dari dekat). Lensa mata akan menebal. Lensa terletak diantra iris dan
kornea, terpisah oleh aquerus humour. Aquerus humour merupakan
suatu cairan yang komposisinya serupa dengan cariran
serebrospiral. Demikian pula antara lensa mata dan bagian belakang
14
mata terisi semacam cairan kental (vitreous humour). Vitreous
humour adalah suatu cairan kental yang mengandung air dan
mukoposakarida. Cairan ini bekerja bersama-sama lensa mata untuk
mebiaskan cahaya sehingga tepat jatuh pada fofea atau dekat fofea.
Retina adalah bagian penting mata. Retina merupakan bagian
awal mata, tersusun atau sel-sel saraf dan serat-seratnya. Sel-sel
saraf terdiri dari sel saraf berbentuk batang dan kerucut. Sel saraf
bentuk batang sangat peka cahaya tetapi tidak dapt membedakan
warna. Sel saraf bentuk batang tersebar sepanjang retina
sedangkan sel saraf kerucut terkonsentrasi pada fofea dan
mempunyai hubungan tersendiri dengan serat saraf optik. Pada
retina terdapat dua buah bintik yaitu bintik buta (blind spot) dan bintik
kuning (fofea). Pada bintik kuning terdapat sel saraf kerucut
sedangkan pada bintik buta tidak terdapat sel saraf batang maupun
kerucut. Suatu objek dapat dilihat dengan jelas apabila bayangan
objek tersebut tepat jatuh pada fofea. Dalam hal ini lensa mata akan
bekerja otomatis untuk memfokuskan bayangan objek tersebut
sehingga tepat jatuh pada bagian fofea.9
2.5. Dampak Pencahayaan Terhadap Pekerja
Pencahayaan yang baik adalah pencahayaan yang
memungkinkan seseorang tenaga kerja melihat pekerjaan dengan
teliti, cepat dan membantu menciptakan lingkungan kerja yang
nyaman. Penerangan yang baik akan meningkatkan daya kerja,
mengurangi terjadinya kecelakaan dalam bekerja, mengurangi
kelelahan mata dan penurunan daya penglihatan sehingga
kesehatan dan produktivitas kerja dapat ditingkatkan.2
Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan kelelahan
mata dengan berkurangnya daya efisiensi kerja, kelelahan mental,
keluhan-keluhan pegal di daerah mata dan sakit kepala sekitar mata,
kerusakan alat penglihatan dan meningkatnya kecelakaan.10
15
Penerangan yang tidak memadai pada pekerjaan yang
memerlukan ketelitian akan menimbulkan dampak yang sangat
terasa pada mata yaitu terjadinya kelelahan otot mata (kelelahan
visual) dan kelelahan saraf mata sebagai akibat tegangan yang terus
menerus pada mata, walaupun tidak menyebabkan kerusakan mata
secara permanen, tetapi menambah beban kerja, mempercepat
lelah, sering istirahat, kehilangan jam kerja dan mengurangi
kepuasan kerja, penurunan mutu produksi, meningkatkan frekuensi
kesalahan, mengganggu konsentrasi dan menurunkan produktivitas
kerja.11
Hubungan tingkat pencahayaan dengan produktivitas telah
diteliti oleh Hendrawan pada Tenaga Kerja Akunting Hotel
Berbintang di Yogyakarta dalam Padmanaba yang menemukan
bahwa tingkat pencahayaan yang baik dan memadai dapat
mengurangi tingkat kelelahan kerja sehingga meningkatkan
produktivitas. Hal senada juga dilakukan oleh Padmanaba yang
melakukan penelitian tentang pengaruh penerangan dalam ruang
terhadap produktivitas kerja mahasiswa desain interior Fakultas Seni
Rupa Denpasar. Hasil penelitiannya menemukan bahwa
penambahan penerangan lokal pada meja gambar mahasiswa
desain interior FSRD ISI Denpasar dari 407,85 lux menajdi 1416 lux,
produktivitas kerja meningkat sebesar 40%.11
2.6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelelahan Mata
Kelelahan mata dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
merupakan faktor pekerja dan lingkungan. Faktor tersebut adalah :
2.6.1. Faktor Pekerja
2.6.1.1. Kelainan Refraksi, meliputi :
1) Miopia
Miopia adalah cacat mata yang
disebabkan oleh diameter antersposterior
bola mata terlalu panjang sehingga bayang-
16
bayang dari benda yang jaraknya akan jatuh
di depan retina. Pada orang penderita
miopia tidak dapat melihat benda yang jauh,
mereka hanya dapat melihat benda yang
jaraknya cukup dekat. Kelainan ini dapat
diatasi dengan lensa cekung.
2) Hipermetropi
Hipermetropi adalah cacat mata yang
disebabkan oleh diameter antersposterior
bola mata terlalu pendek sehingga bayang-
bayang dari benda yang jaraknya dekat
akan jatuh di belakang retina. Pada kelainan
hipermetropi orang tidak dapat melihat
benda yang dekat, mereka hanya dapat
melihat benda yang jaraknya jauh. Kelainan
ini dapat diatasi dengan lensa cembung.
3) Astigsmatismus
Astigsmatismus adalah kelainan
yang disebabkan kecembungan kornea
tidak rata atau kelengkungan yang tidak
sama, sehingga berkas sinar dibiaskan ke
fokus yang berbeda, dampaknya bayang-
bayang jatuh tidak pada tempat yang sama.
Kelainan ini dapa diatasi dengan bantuan
lensa silindris, yaitu yang mempunyai
beberapa fokus.12
4) Presbiopia
Mata disebut presbiopia apabila pada
usia 40 tahun seseorang dengan
penglihatan normal mengalami kesulitan
untuk memfokuskan penglihatan pada
objek-objek dekat. Pada mata presbiopia
17
terjadi penurunan daya akomodasi.
Kelainan ini dapat diatasi dengan bantuan
lensa cembung.13
2.6.1.2. Usia
Usia mempengaruhi kondisi penglihatan
manusia. Bertambahnya usia menyebabkan
lensa mata berangsur-angsur mengalami
kehilangan elastisitasnya. Hal tersebut akan
menyebabkan ketidaknyamanan penglihatan
ketika pekerja sedang mengerjakan
pekerjaannya. Sekitar umur 40 tahun - 50 tahun
terjadi perubahan yang menyolok, objek-objek
nampak kabur atau timbul perasaan tidak enak
atau kelelahan pada waktu mengerjakan
pekerjaan-pekerjaan dekat.14
2.6.1.3. Perilaku Beresiko
Menurut Notoadmodjo perilaku
merupakan apa yang di lakukan oleh organisme,
baik yang di amati secara langsung ataupun
yang tidak langsung. Perilaku manusia adalah
suatu aktivitas dari manusia tersebut.15 Perilaku
beresiko pekerja yang kurang baik seperti
menonton terlevisi terlalu dekat, membaca buku
atau handphone sambil tiduran dapat
mempengaruhi kualitas penglihatan mata
pekerja.
2.6.1.4. Faktor Keturunan
Menurut Mahendrastari, faktor genetik
keluarga (± 3 generasi) berperan sekitar ± 30 -
35 %, sedangkan lingkungan berperan sekitar
70%. Cara penurunan gen mata minus, plus,
cylinder adalah irregular penetration (penetrasi
18
tidak beraturan) yang artinya dapat diturunkan
pada tingkat 1, langsung bapak / ibu pada anak
atau pada keturunan tingkat 2 atau 3 dan
seterusnya. dapat pada anak laki-laki ataupun
perempuan. Itu sebabnya ada keluarga yang
orang tuanya tidak berkacamata tetapi anaknya
berkacamata hal tersebut berarti orangtuanya
adalah pembawa (carier) gen.16
2.6.1.5. Masa Kerja
Pada penelitian yang dilakukan Sommer
dkk untuk mengetahui mekanisme adaptasi air
mata pada iklim kerja dalam Roestijawati,
mendapatkan prevalensi mata kering meningkat
pada pekerja dengan masa kerja 3 – 4 tahun.17
2.6.2. Faktor Lingkungan
2.6.2.1. Tingkat intensitas pencahayaan yang di dapat
manusia mempengaruhi kelelahan mata.
Penerangan yang tidak memadai akan
menyebabkan otot iris mengatur pupil sesuai
dengan intensitas penerangan yang ada.
Semuanya berakibat pada kelelahan otot-otot
mata.11
2.6.2.2. Tipe Pencahayaan
1) Pencahayaan Umum
Pencahayaan umum merupakan
pencahayaan yang secara umum dengan
memperhatikan karakteristik dan bentuk fisik
ruangan yang akan diukur, tingkat
pencahayaan yang diinginkan dan instalasi
yang diguanakan. Pencahayaan umum
harus menghasilakan iluminasi yang merata
pada bidang kerja dan pencahayaan ini
19
cocok untuk ruangan yang tidak
dipergunakan khusus.
2) Pencahayaan Terarah
Pencahayaan terarah berfungsi untuk
menyinari suatu tempat atau aktivitas
tertentu atau objek seni atau koleksi
berharga lainnya. Sistem ini cocok untuk
pameran atau penonjolan suatu objek
karena akan tampak lebih jelas.
3) Pencahayaan Setempat
Pencahayaan setempat merupakan
mengkonsentrasikan cahaya pada tempat
tertentu, misalnya tempat kerja yang
memerlukan tugas visual dan tidak
beripindah-pindah, tipe ini sangat
bermanfaat pada pekerja yang melakukan
pekerjaan teliti. Pekerjaan yang mengamati
bentuk dan benda memerlukan cahaya dari
arah tertentu. Menunjang tugas visual yang
pada mulanya tidak direncanakan untuk
ruangan tersebut.12
2.6.3. Sistem Pencahayaan
Sistem pencahayaan mempunyai dua pengertian
yaitu sistem untuk pencahayaan dan pola distribusi cahaya.
Untuk sistem pencahayaan dibedakan menjadi dua bagian,
general lighting dan local lighting. General lighting
digunakan untuk pencahayaan yang menyeluruh atau
sistem pencahayaan yang digunakan untuk mendapatkan
pencahayaan yang merata. Local lighting digunakan untuk
memberikan nilai pada suatu bidang atau lokasi tertentu
tanpa memperhatikan kerataan pencahayaan.
20
Dalam proses desain sistem pencahayaan
merupakan salah satu faktor penting yang harus
dipertimbangkan. Menciptakan suasana yang diinginkan
pada sebuah ruangan dibutuhkan minimal dua jenis sistem
pencahayaan dalam ruangan. Secara keselurhan general
lighting dibedakan menjadi lima jenis sistem pencahayaan,
yaitu :
2.6.3.1. Indirect Lighting
Sistem pencahayaan disebut indirect
lighting apabila 90-100% distribusi cahaya
mengarah ke plafon dan dinding bagian atas
pada ruangan. Sistem ini disebut indirect karena
distribusi cahaya melalui langit-langit atau
dinding bagian atas yang menjadi sumber
cahaya melalui pantulan sinar lampu.
2.6.3.2. Semi-Indirect Lighting
Sistem pencahayaan ini disebut sebagai
semi-indirect lighting apabila 60-90% distribusi
cahaya mengarah pada plafon dan dinding
bagian atas pada ruangan. Sistem ini disebut
juga semi-indirect karena distribusi cahaya
berada pada sumbu horisontal ruangan, dimana
plafon atau dinding bagian atas menjadi sumber
cahaya melalui pantulan cahaya lampu.
2.6.3.3. General Diffuse dan Direct-Indirect Lighting
Distribusi cahaya seimbang antara
cahaya yang mengarah pada pafon atau dinding
bagian atas pada ruangan dengan cahaya yang
mengarah ke bawah. Sistem pendahayaan ini
merupakan sistem yang baik untuk ruangan
dengan dinding berwarna gelap, dimana
dibutuhkan distribusi cahaya yang cukup tanpa
21
menghadapi resiko silau. Kualitas pencahayaan
tergantung pada luas ruangan dan kegiatan
yang dilakukan, dengan menggunakan sistem
pencahayaan ini maka ruang bagian atas tidak
akan terlihat kosong.
2.6.3.4. Semi-Direct Lighting
Sistem pencahayaan disebut sebagai
semi-direct apabila 60-90% distribusi cahaya
mengarah pada dinding bagian bawah dan
lantai. Sistem ini disebut semi-direct karena
distribusi cahaya berada pada sumbu horisontal
ruangan bagian bawah.
2.6.3.5. Direct Lighting
Sistem pencahayaan disebut sebagai
direct lighting apabila 90-100% distribusi cahaya
mengarah ke bawah atau ke benda-benda yang
perlu diterangi.9
2.7. Pemeliharaan Pencahayaan
Pencahayaan yang tidak dipelihara dengan baik dapat
mempengaruhi intensitas pencahayaan yang dikeluarkan lampu. Hal
ini disebabkan penuaan umur lampu, debu pada permukaan lampu
dan ruangan. Untuk itu diperlukannya perawatan lampu secara rutin
sehingga membantu mencegah hal tersebut. Perawatan-perawatan
yang diperlukan antara lain adalah
1. Pembersihan peralatan lampu setiap 6 hingga 24 bulan dengan
menyapu debu.
2. Mengganti lensa jika sudah berwarna kuning.
3. Bersihkan atau cat ulang ruangan setiap tahun dan ruangan
yang lebih besar setiap 2 hingga 3 tahun.
4. Pertimbangkan pemasangan kembali lampu secara
berkelompok. Para pakar pencahayaan merekomendasikan
22
penggantian seluruh lampu dalam sistem pencahayaan dalam
suatu waktu.7
2.8. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang sudah disampaikan
dapat disusun kerangka teori sebagai berikut ini :
Faktor Lingkungan :
Tingkat Pencahayaan
Tipe Pencahayaan
Sistem Pencahayaan
Faktor Pekerja :
Kelainan Refraksi
Usia
Perilaku Pekerja
Faktor Keturunan
Masa Kerja
Keluhan Subjektif
Kelelahan Mata
Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Konsep
Variabel Bebas
Intensitas Pencahayaan
Variabel Terikat
Keluhan Subjektif
Kelelahan Mata
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
24
3.2. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel Dependen
1 Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja
Keluhan yang dirasakan pekerja jika mengalami salah satu gejala yaitu, penglihatan kabur, nyeri kepala, mata merah, mata terasa perih, gatal, tegang, dan mata mengantuk
Pengisian Kuesioner (Angket)
Kuesioner 1. Ada 2. Tidak Ada
Nominal
Variabel Independen
1 Tingkat Pencahayaan
Intensitas pencahayaan yang jatuh pada suatu permukaan dan diukur pada setiap titik pengukuran dan dinyatakan dalam lux. Hasil pengukuran pencahayaan dibandingkan dengan Kepmenkes No 1204/MENKES/SK/X/2004
Observasi langsung di meja / area kerja
Lux meter merek Luxtron Light Meter Lx-105
1. Tidak Sesuai 2. Sesuai
Nominal
2 Usia Lama hidup pekerja dimulai dari sejak lahir hingga saat pengambilan data dan dinyatakan dalam tahun
Pengisian Kuesioner (Angket)
Kuesioner 1. > 40thn 2. < 40thn
Ordinal
3 Masa Kerja Masa kerja merupakan lamanya responden bertugas mulai dari responden bekerja di Rumah Sakit X hingga saat pengambilan data dan dinyatakan dalam tahun
Pengisian Kuesioner (Angket)
Kuesioner 1. > 4thn 2. < 4thn
Ordinal
4 Riwayat Kelainan Refraksi Mata
Penyakit atau gangguan mata yang di derita atau yang pernah di derita oleh responden
Pengisian Kuesioner (Angket)
Kuesioner 1. Ada 2. Tidak ada
Nominal
5 Perilaku Beresiko Perilaku beresiko merupakan perilaku pekerja seperti menonton televisi terlalu dekat, membaca buku, atau handphone sambil tiduran
Pengisian Kuesioner (Angket)
Kuesioner 1. Ada 2. Tidak Ada
Nominal
25
3.3. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang
bersifat Analitik Observasional dengan pendekatan cross sectional
untuk mengetahui tingkat pencahayaan dan juga keluhan subjektif
kelelahan mata pada ruang carlo, ruang farmasi gudang obat, dan
ruang customer service di Rumah Sakit X.
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1. Daerah Penelitian
Populasi daerah penelitian merupakan semua
ruangan di lima gedung di RS X, sedangkan sampel ruang
penilitian merupakan 3 ruangan yaitu ruang carlo, ruang
farmasi gudang obat, dan ruang customer service
3.4.2. Populasi dan Sampel Pekerja
Populasi dan sampel pekerja yang berjumlah total
34 orang, diantaranya ruang carlo berjumlah 10 orang,
ruang farmasi gudang obat 4 orang, dan ruang customer
service 20 orang.
3.5. Sumber Data Penelitian
3.5.1. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan
dengan melakukan pengukuran secara langsung dilokasi
kerja serta menyebarkan kuesioner pada pekerja di ruang
carlo, ruang farmasi gudang obat dan ruang customer
service. Data primer penelitian ini adalah data tentang
intensitas pencahayaan, dan keluhan subjektif kelelahan
mata.
3.5.2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data dari pihak rumah
sakit. Data sekunder penelitian ini adalah data tentang profil
rumah sakit, jumlah pekerja, struktur organisasi dan denah
rumah sakit untuk menentukan titik pengukuran.
26
3.5.3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
3.5.3.1. Lux Meter
Lux meter merupakan alat yang digunakan
untuk mengukur intensitas pencahayaan di
suatu tempat. Lux meter yang akan digunakan
adalah Luxtron Light Meter Lx-105.
3.5.3.2. Meteran
Meteran digunakan untuk mengetahui ukuran
ruangan.
3.5.3.3. Lembar Kuesioner
Lembar kuesioner ini berisi pertanyaan-
pertanyaan yang akan diajukan kepada
responden. Pertanyaan kuesioner terdiri dari 14
pertanyaan.
3.6. Pengumpulan Data
Tahapan pengumpulan data dilakukan dengan cara berikut
3.6.1. Pengumpulan data sekunder
Pengumpulan data sekunder yaitu dokumen-
dokumen rumah sakit berupa profil rumah sakit, struktur
organisasi, jumlah karyawan.
3.6.2. Survei lokasi titik sampling
Survei lokasi titik yang akan digunakan untuk
pengukuran intensitas pencahayaan. Titik yang akan
digunakan merupakan meja kerja yang terdapat aktivitas
pekerja di meja/area kerja tersebut.
3.6.3. Pengukuran intensitas pencahayaan
Data pengukuran pencahayaan didapatkan dengan
cara melakukan pengukuran secara langsung tingkat
pencahayaan di area kerja sesuai standar pengukuran SNI
27
16-7062-2004.18 Metode pengukuran dilakukan sebagai
berikut.
3.6.3.1. Penentuan Titik Pengukuran
Terdapat dua macam penentuan titik
pengukuran, yaitu :
1) Pencahayaan Umum
Pencahayaan umum merupakan
pencahayaan yang dibutuhkan untuk
menerangi tempat ruangan secara umum.
Standar titik pengukuran ditentukan
berdasarkan luas ruangan, yaitu :
(1) Luas ruangan kurang dari 10 meter
persegi, titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada
jarak setiap 1 meter seperti Gambar 3.2
1 m
1 m
1 m
Gambar 3.2 Penentuan titik pengukuran
penerangan umum dengan luas kurang dari
10 m2
(2) Luas ruangan antara 10 meter persegi
sampai 100 meter persegi, titik potong
garis horizontal panjang dan lebar
ruangan adalah pada jarak setiap 3
meter seperti pada Gambar 3.3
28
3 m 3 m
3 m
3 m
Gambar 3.3 Penentuan titik pengukuran
penerangan umum dengan luas antara 10m2
- 100m2
(3) Luas ruangan lebih dari 100 meter
persegi, titik potong garis horizontal
panjang dan lebar ruangan adalah pada
jarak setiap 6 meter seperti pada
Gambar 3.4
Gambar 3.4 Penentuan titik pengukuran
penerangan umum dengan luas lebih dari
100m2
2) Pencahayaan Lokal
Pencahayaan lokal adalah pencahayaan di
tempat objek kerja, baik berupa meja kerja
maupun peralatan. Pengukuran
pencahayaan lokal hanya berada pada meja
kerja / area kerja.
6 m
6 m
6 m
6 m
29
3.6.3.2. Persyaratan Pengukuran
1) Kondisi ruangan dan meja kerja harus
sesuai dengan kondisi pekerjaan.
2) Pintu ruangan dalam keadaan sesuai
kondisi tempat kerja dilakukan.
3.6.3.3. Tata Cara Pengukuran
1) Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi
dengan membuka penutup sensor.
2) Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang
telah ditentukan, baik pengukuran untuk
intensitas penerangan setempat (lokal) atau
umum.
3) Baca hasil pengukuran pada layar monitor
setelah menunggu beberapa saat sehingga
didapat nilai angka yang stabil.
4) Cata hasil pengukuran pada lembar hasil
pencatatan intensitas pencahayaan sesuai
SNI 16-7062-2004.
5) Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan
pengukuran.
3.6.4. Penyebaran Kuesioner
Penyebaran kuesioner kepada karyawan di ruang
carlo, dan bagian farmasi gedung A, dan customer service
yang berjumlah total 34 orang, diantaranya ruang carlo
berjumlah 10 orang, ruang farmasi gudang obat 4 orang,
dan ruang customer service 20 orang.
3.7. Pengolahan Data
Data kueioner yang telah terkumpul akan dilakukan
pengolahan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :
30
1. Editing, proses penelitian data kuesioner yang telah
terkumpul. Data diteliti kelengkap dam ketepatannya.
2. Coding, proses pemberian kode pada masing-masing
kuesioner yang telah dijawab.
3. Entry data, proses memasukkan data ke dalam program
komputer SPSS versi 21.
4. Koreksi data adalah proses pengecekan ulang data
3.8. Analisa Data
3.8.1. Univariat
Analisis ini dilakukan untuk melihat distribusi
frekuensi dari tiap-tiap variabel mengenai tingkat intensitas
pencahayaan dan keluhan subjektif kelelahan mata pada
pekerja di Rumah Sakit X pada ruang carlo, ruang farmasi
gudang obat, dan ruang customer service.
3.8.2. Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk menguji adanya
hubungan antar variabel. Pada analisis ini dilakukan
dengan analisis tabel silang antara variabel independen
dengan dependen dengan menggunakan uji statistik chi
square dengan nilai p value = 0,05.
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit X
Rumah Sakit X adalah rumah sakit swasta yang
terletak di daerah Provinsi Jakarta. Rumah sakit X sudah
berdiri lebih dari 100 tahun. Rumah Sakit X memiliki jumlah
karyawan lebih dari 1000 orang dan di Rumah Sakit X
terdapat berbagai macam fasilitas dan pelayanan kepada
pasien maupun keluarga pasien.
4.1.1.1. Fasilitas Rumah Sakit X
1) UGD 24 Jam
2) Rawat Jalan
3) Rawat Inap
4) Kamar Bedah
5) ICU, PICU,NICU
6) High Care
7) Hemodialisa
8) Kamar Bersalin
9) Klinik Laktasi
10) Rehabilitasi Medik
11) Rehabilitasi Medik Anak
12) Psikologi
13) Klinik Gigi
14) Klinik Paru
15) One Day Care (Kemoterapi dan Transfusi
Darah)
16) Home Care (Perawatan Kesehatan di
Rumah)
32
4.1.1.2. Pelayanan Rumah Sakit X
Pelayanan di Rumah Sakit X terbagi
menjadi dua, yaitu pelayanan medis dan
penunjang medis. Pelayanan tersebut adalah :
1) Pelayanan Medis
(1) Medical Check Up
(2) Dr. Umum
(3) Dr. Gigi
(4) Dr. Spesialis
(5) Sub - Spesialis
2) Penunjang Medis
(1) Laboratorium
(2) Radiologi
(3) Endoskopi
(4) BMD
(5) ESWL
33
4.1.1.3. Struktur Organisasi Rumah Sakit X
Sturktur organisasi Rumah Sakit X adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Rumah Sakit X
34
4.1.2. Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan
Hasil pengukuran Intensitas pencahayaan perincian
titik-titik pengukuran adalah sebagai berikut :
4.1.2.1. Ruang Carlo
Ruang Carlo merupakan salah satu unit
yang ada di Rumah Sakit X. Ruang Carlo
terletak di lantai 1 gedung pusat administrasi
Rumah Sakit X. Ruang Carlo adalah unit
pemeriksaaan untuk penyakit HIV/AIDS di
dalam ruang ini terdapat beberapa ruang lain,
yaitu ruang tunggu, kasir, gudang berkas,
farmasi, 1 ruang tindakan, dan juga 2 ruang
pemeriksaan. Karyawan yang terdapat di ruang
carlo berjumlah total 10 orang dengan rincian 1
orang kasir, 3 orang bagian laboratorium, 2
orang dokter, 2 orang bagian farmasi, dan 2
orang bagian administrasi dalam dengan jam
kerja berdasarkan office hour (8jam/hari).
Keadaan lain di ruangan ini adalah :
1) Jenis pencahayaan adalah buatan lampu
LED Philips dengan daya 7 watt bewarna
putih kekuning-kuningan. Terdapat 10
lampu di area ruang tunggu dan kasir, 2
lampu di farmasi, 1 lampu di gudang
berkas, 1 lampu di ruang pemeriksaan, 2
lampu di laboratorium, dan 3 lampu di
administrasi dalam.
2) Dinding dan plafon bewarna putih dan tidak
adanya jendela yang mengarah keluar
gedung.
Hasil pengukuran pencahayaan di unit ini
adalah:
35
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Ruang Carlo
No Titik Pengukuran Hasil
Pengukuran (Lux)
Standar Pencahayaan
Sesuai / Tidak Sesuai
1
Administrasi dalam Meja Kerja 1
76
Minimal 100
Tidak Sesuai
Meja Kerja 2 107 Minimal 100 Sesuai
2 Farmasi
Meja Kerja 62 Minimal 200 Tidak Sesuai
3
Laboratorium Meja Kerja 1
131 75-100 Tidak Sesuai
Meja Kerja 2 121
75-100 Tidak Sesuai
Meja Kerja 3 148 75-100 Tidak Sesuai
4 Kasir 61 Minimal 100 Tidak Sesuai
5 Gudang berkas 75 Minimal 200 Tidak Sesuai
6 Ruang
Pemeriksaan 1 51
75-100 (saat tidak
tidur) Tidak Sesuai
7 Ruang
Pemeriksaan 2 32
75-100 (saat tidak
tidur) Tidak Sesuai
Dari 10 titik pengukuran pada tabel diatas
terlihat hanya pada meja kerja 2 administrasi
nomor 1 yang sudah memenuhi sesuai standar
yang berlaku. Titik pengukuran lainnya tidak
sesuai standar yang di tetapkan.
4.1.2.2. Farmasi Gudang Obat
Ruang ini merupakan tempat
penyimpanan obat untuk gedung GMCB. Ruang
ini terletak di basement lantai 1 gedung GMCB.
36
Ruang ini berbentuk persegi panjang dengan
panjang ±15 meter, lebar ruangan ±8 meter dan
tinggi 3 meter. Di dalam ruang ini terdapat 4
orang yang bekerja dengan meja kerja yang
berbeda dengan jam kerja sesuai office hour
(8jam/hari) tetapi sama-sama menghadap
dinding. Keadaan lain ruangan ini adalah :
1) Jenis pencahayaan adalah pencahayaan
buatan berjumlah total 17 lampu panjang
LED Philips dengan daya 16 watt pada
area lemari penyimpanan obat terdapat 14
lampu sedangkan area meja kerja terdapat
3 lampu. Pada saat penelitian dilakukan
kondisi lampu dalam keadaan menyala.
2) Dinding dan plafon ruangan bewarna putih.
Dan tidak adanya jendela.
3) Terdapat 6 lemari di area penyimpanan
sedangkan 4 meja kerja dengan komputer
yang menghadap ke dinding, posisi meja
kerja berada di sebelah kanan pintu
masuk.
Pengukuran di unit ini menggunakan jenis
pengukuran lokal di meja kerja. Hasil
pengukuran intensitas pencahayaan di unit ini
adalah
37
Tabel 4.2 Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Farmasi Gudang Obat
No Titik Pengukuran Hasil
Pengukuran (Lux)
Standar Pencahayaan
Sesuai / Tidak Sesuai
1 Meja Kerja 1 38 Minimal 200 Tidak Sesuai
2 Meja Kerja 2 89 Minimal 200 Tidak Sesuai
3 Meja Kerja 3 87 Minimal 200 Tidak Sesuai
4 Meja Kerja K.A Unit 162
Minimal 100 (Administrasi)
Sesuai
Dari 4 titik pengukuran meja kerja
karyawan diketahui 3 titik belum sesuai standar
untuk unit farmasi yaitu minimal 200. Sedangkan
1 titik meja kerja milik kepala unit sudah sesuai
standar pencahayaan untuk jenis pekerjaan
administrasi.
4.1.2.3. Customer Service
Ruangan customer service merupakan
unit ini berfungsi untuk menerima panggilan
telfon dari pasien untuk mendapatkan layanan
seperti reservasi antrian berobat, emergency,
dan lainnya. Unit ini terletak di gedung selatan.
Gedung ini masih berada di dalam tahap
renovasi saat penelitian dilakukan. Ruang
customer service memiliki bentuk persegi
panjang dengan ukuran panjang 11 meter, lebar
2,5 meter, dan tinggi 3 meter. Ruang ini terletak
di sebelah kiri pintu masuk utama gedung
selatan. Di unit ini terdapat 20 orang yang
bekerja dengan pembagian sistem kerja 3 shift.
38
Keadaan-keadaan lain yang di dapatkan saat
penelitian :
1) Jenis pencahayaan di unit adalah
pencahayaan buatan berjumlah 10 lampu
LED Philips dengan daya 15 watt. Sistem
pencahayaan yang digunakan semi direct
lighting. Pada saat penelitian dilakukan
kondisi lampu dalam keadaan menyala.
Masing-masing lampu berjarak ± 1 meter.
2) Dinding ruangan bewarna hijau muda
dengan plafon bewarna putih. Tidak
adanya jendela keluar gedung untuk
masuknya pencahayaan buatan.
3) Terdapat 2 meja kerja, meja pertama
bewarna coklat muda permukaan bewarna
hitam. Meja pertama ini memanjang
dengan adanya 8 unit komputer. Meja
pertama juga ini menghadap jendela kaca
yang mengarah ke lobby gedung selatan.
Meja kerja 2 dan ke 3 terpisah dengan
warna coklat gelap tanpa adanya
komputer.
Pengukuran di unit customer service
dilakukan dengan pengukuran pencahayaan
lokal (Meja Kerja), hasil dari pengukuran
pencahayaan unit customer service adalah :
39
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Intensitas Pencahayaan Ruang
Customer Service
No Titik Pengukuran Hasil
Pengukuran (Lux)
Standar Pencahayaan
Sesuai / Tidak Sesuai
1 Meja Kerja 1 139 Minimal 100 Sesuai
2 Meja Kerja 2 173 Minimal 100 Sesuai
3 Meja Kerja 3 181 Minimal 100 Sesuai
4 Meja Kerja 4 173 Minimal 100 Sesuai
5 Meja Kerja 5 127 Minimal 100 Sesuai
6 Meja Kerja 6 65 Minimal 100 Tidak Sesuai
7 Meja Kerja 7 74 Minimal 100 Tidak Sesuai
8 Meja Kerja 8 100 Minimal 100 Sesuai
9 Meja Kerja 1B 150 Minimal 100 Sesuai
10 Meja Kerja 2B 180 Minimal 100 Sesuai
11 Meja Kerja 3B 185 Minimal 100 Sesuai
12 Meja Kerja 4B 179 Minimal 100 Sesuai
13 Meja Kerja 5B 131 Minimal 100 Sesuai
14 Meja Kerja 6B 71 Minimal 100 Tidak Sesuai
15 Meja Kerja 7B 78 Minimal 100 Tidak Sesuai
16 Meja Kerja 8B 103 Minimal 100 Sesuai
17 Meja Kerja 1C 152 Minimal 100 Sesuai
18 Meja Kerja 2C 180 Minimal 100 Sesuai
19 Meja Kerja 3C 185 Minimal 100 Sesuai
20 Meja Kerja 4C 178 Minimal 100 Sesuai
Keterangan : - B = Pengukuran dilakukan pada sore hari (15.00 WIB) - C = Pengukuran dilakukan pada malam hari (20.00 WIB)
Dari 20 titik pengukuran pencahayaan di
unit customer service diketahui 16 titik sudah
sesuai dengan standar pencahayaan yang
belaku untuk unit administrasi yaitu minimal 100.
Sedangkan 4 titik belum memenuhi standar
persyaratan.
40
4.1.3. Hasil Analisa Univariat
Dalam analisis univariat ini menjelaskan secara
deskriptif mengenai variabel-variabel penelitian yang terdiri
dari usia, masa kerja, riwayat kelainan refraksi mata,
perilaku pekerja, dan keluhan subjektif kelelahan mata.
4.1.3.1. Intensitas Pencahayaan
Pengukuran intensitas pencahayaan
yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit X
dilakukan dengan jenis pengukuran lokal yaitu
pengukuran yang hanya pada meja kerja atau
area kerja tempat para pekerja bekerja. Hasil
pengukuran yang dilakukan pada 3 unit
berjumlah 34 titik yang dikategorikan menjadi 2
kategori yaitu sesuai dan tidak sesuai. Frekuensi
dari hasil pengukuran intensitas pencahayaan
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Intensitas Pencahayaan
No Kategori Frekuensi Persentase (%)
1 Sesuai 18 52,9
2 Tidak Sesuai 16 47,1
Jumlah 34 100
Berdasarkan tabel diatas, dari 34 titik
pengukuran yang tersebar di 3 unit yaitu ruang
carlo, farmasi gudang obat, dan customer
service ada 18 titik pengukuran (52,9%) yang
memenuhi sudah memenuhi standar sementara
16 titik pengukuran (47,1%) tidak memenuhi
standar yang sudah di tetapkan.
41
4.1.3.2. Usia
Tabel 4.5 Distribusi data numerik kategori usia
Variabel Mean Median Standar Deviasi
Minimum - - Maksimum
Usia 31,7 25,5 8,279 23-51
Berdasarkan tabel diatas diketahui
distribusi data numerik kategori usia memiliki
rata-rata usia 31,7 tahun nilai median yaitu 25,5
tahun. Usia termuda dari pekerja adalah 23
tahun sedangkan usia tertua dari pekerja adalah
51 tahun dengan standar deviasi 8,279.
Karakteristik responden berdasarkan usia
di bagi menjadi dua kategori yaitu kategori
pertama kurang dari 40 tahun dan kategori ke
dua yaitu lebih dari 40 tahun. Hasil penelitian
yang didapat dari 34 responden yang mengisi
kuesioner adalah sebagai berikut ini :
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kategori Usia
No Kategori Jumlah Persentase (%)
1 > 40 tahun 4 11,8
2 < 40 tahun 30 88,2
Total 34 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui
bahwa terdapat 4 responden berusia lebih dari
sama dengan 40 tahun (11,6%) dan 30
responden (88,2%) berusia dibawah 40 tahun.
Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
responden berusia kurang dari 40 tahun.
42
4.1.3.3. Masa Kerja
Masa kerja dikelompokkan menjadi dua
golongan kategori yaitu kategori pertama lebih
dari sama dengan 4 tahun dan kategori kedua
yaitu kurang dari 4 tahun. Hasil penelitian yang
didapat dari 34 responden yang mengisi
kuesioner adalah sebagai berikut ini :
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Masa Kerja
No Kategori Jumlah Persentase (%)
1 > 4 tahun 19 55,9
2 < 4 tahun 15 44,1
Total 34 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui
terdapat 19 reponden (55,9%) dengan masa
kerja lebih dari sama dengan 4 tahun dan 15
responden (44,1%) dengan masa kerja kurang
dari 4 tahun. Dapat disimpulkan bahwa sebagian
besar reponden memiliki masa kerja lebih dari 4
tahun.
4.1.3.4. Riwayat Kelainan Refraksi Mata
Karakteristik riwayat kelainan refraksi
mata responden di golongkan menjadi dua
kategori yaitu ada dan tidak ada. Hasil penelitian
yang didapatkan dari 34 responden adalah
sebagai berikut :
43
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Riwayat Kelainan
Refraksi Mata
No Kategori Jumlah Persentase (%)
1 Ya 6 17,6
2 Tidak 28 82,4
Total 34 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui
terdapat 6 responden (17,6%) yang memiliki
riwayat kelainan refraksi mata dan 28 responden
(82,4%) menjawab tidak memiliki riwayat
kelainan refraksi mata. Dapat disimpulkan dari
seluruh responden yang paling banyak adalah
tidak memiliki riwayat kelainan refraksi mata.
4.1.3.5. Perilaku Beresiko
Karakteristik perilaku beresiko pekerja
adalah terkati kebiasaan pekerja yaitu membaca
buku, bermain smartphone, dan menonton
televisi sambil tiduran. Karakteristik ini di
golongkan menjadi dua kategori yaitu ya dan
tidak. Hasil penelitian yang didapatkan dari 34
resoinden adalah sebagai berikut :
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Perilaku Pekerja
No Kategori Jumlah Persentase (%)
1 Ya 24 70,6
2 Tidak 10 29,4
Total 34 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui
terdapat 24 responden (70,6%) yang memiliki
kebiasaan membaca buku, bermain
44
smartphone, dan menonton televisi sambil
tiduran dan 10 responden (29,5%) tidak memilki
kebiasaan tersebut.
4.1.3.6. Mengalami Keluhan Kelelahan Mata
Distribusi reponden berdasarkan pernah
mengalami keluhan kelelahan mata. Terdapat
dua kategori yaitu ya atau tidak. Hasil penelitian
yang didapatkan dari 34 responden adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Mengalami
Keluhan Kelelahan Mata
No Kategori Jumlah Persentase (%)
1 Ya 20 58,8
2 Tidak 14 41,2
Total 34 100
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui
terdapat 20 responden (58,8%) yang pernah
mengalami gangguan penglihatan dan 14
responden (41,2%) tidak memiliki gangguan
penglihatan. Dapat disimpulkan sebagian besar
responden mengalami keluhan kelelahan mata.
Dari 20 responden yang pernah
mengalami gangguan penglihatan. Distribusi
responden yang mengalami gangguan
penglihatan berdasarkan masing-masing jenis
keluhan subjektif kelelahan mata adalah sebagai
berikut :
45
Gambar 4.2 Grafik Distribusi Keluhan Kelelahan Mata
Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui
keluhan kelelahan mata yang dialami 20
respoden yang mengalami kelehan mata.
Keluhan tertinggi adalah pada keluhan kesulitan
fokus sebanyak 15 responden (75%) dari 20
responden. Sedangkan untuk keluhan mata
terasa perih semua reponden tidak pernah
mengalami keluhan tersebut.
Kemudian dari 20 responden yang
mengalami keluhan kelelahan mata dilakukan
analisa lebih lanjut, untuk mengetahui prevalensi
keluhan subjektif kelelahan mata yang terjadi
berdasarkan ruangan, didapatkan hasil berikut :
3
12
0 1
811
9
2 3
1517
8
20 19
129
11
18 17
5
0
5
10
15
20
25
Keluhan Kelelahan Mata
Frekuensi Ya Frekuensi Tidak
46
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Keluhan Kelelahan Mata Berdasarkan Ruangan/Unit
No Ruangan / Unit Frekuensi Persentase (%)
1 Carlo 6 30
2 Farmasi Gudang
Obat 2 10
3 Customer Service 12 60
Total 20 100
Berdasarkan tabel diatas diketaui dari 20
responden yang mengalami gangguan
penglihatan mata terdapat 6 responden dari unit
carlo (30%), 2 responden dari unit farmasi
gudang obat (10%), dan 12 responden dari unit
customer service (60%).
4.1.4. Hasil Analisa Bivariat
Dari hasil pengukuran intensitas pencahayaan dan
kelelahan mata pada tenaga kerja ruang carlo, farmasi
gudang obat, dan customer service selanjutnya dilakukan
uji analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel
independen dengan variabel dependen.
4.1.4.1. Hubungan Intensitas Pencahayaan dengan
Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja
47
Tabel 4.12 Hasil analisa intensitas pencahayaan dengan keluhan kelelahan mata pada pekerja
Intensitas Pencahayaan
Keluhan Subjektif Kelelahan Mata Pada Pekerja
Jumlah P
Value (95% CI)
Ya Tidak
Tidak Sesuai 8 8 16
0,324 0,500 – 7,997
Sesuai 12 6 18
Dari hasil uji chi square diperoleh hasil p
value = 0,324, maka dinyatakan H0 diterima dan
Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan
antara intensitas pencahayaan dengan keluhan
subjektif kelelahan pada pekerja ruang carlo,
farmasi gudang obat, dan customer service di
Rumah Sakit X.
4.2. Pembahasan Penelitian
Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p
value sebesar 0.324 yang berarti lebih besar dari nilai p =
0,05 sehingga h0 diterima dan ha ditolak yang berarti tidak
adanya hubungan yang signifikan antara intensitas
pencahayaan dengan kelelahan mata pada pekerja di
ruang carlo, farmasi gudang obat, dan customer service di
Rumah Sakit X
Penelitian tentang hubungan intensitas penerangan
dengan kelelahan mata tetapi tidak mempunyai hubungan
yang signifikan terdapat pada penelitian yang dilakukan
Reana (2003), yaitu hubungan antara intensitas
penerangan dan masa kerja dengan gejala kelelahan mata
48
pada perajin perak di HS Silver 800-025 Kotagede Provinsi
Yogyakarta dengan hasil tidak terdapat hubungan yang
signifikan untuk hubungan intensitas penerangan dengan
kelelahan mata, dengan nilai p = 0,276.19 Penelitian lain
yang dilakukan Yulyana dkk, (2009), yaitu faktor-faktor
yang berhubungan dengan kelelahan mata pada operator
komputer di Kantor Samsat Palembang tahun 2009
didapatkan hasil yang tidak signifikan antara hubungan
penerangan dengan kelelahan mata dengan nilai p =
0,108.22
Sedangkan penelitian yang dilakukan Riski (2006)
tentang hubungan intensitas penerangan dengan
kelelahan mata pada karyawan bagian administrasi di P.T.
Hutama Karya wilayah IV Semarang, hasilnya terdapat
hubungan yang signifikan dengan nilai p = 0,011.21
Penelitian lain juga dilakukan Ratna (2010) tentang faktor
yang berhubungan dengan tingkat kelelahan mata pada
petugas operator komputer sistem informasi di Rumah
Sakit Permata Bunda Purwodadi Grobogan, didapatkan
hasil bahwa intensitas penerangan merupakan faktor yang
berhungan dengan tingkat kelelahan mata dengan nilai p =
0,003.22
4.3. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari dalam penelitian ini masih terdapat
kekurangan dan keterbatasan. Kekurangan dan keterbatasan
tersebut adalah terdapat sedikit kesalahpahaman mengenai
terlambatnya pemberitahuan dari unit HRD kepada unit terkait
tentang akan dilakukannya penelitian sehingga saat peneliti akan
melakukan pengukuran adanya penolakan dari kepala unit terkait
dan peneliti harus menunggu sampai keluarnya surat ijin dari HRD.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian hubungan intensitas pencahayaan
dengan keluhan subjektif kelelahan mata pada pekerja di Rumah
Sakit X dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Terdapat 16 titik pengukuran (47,1%) dari 34 titik pengukuran
yang intensitas pencahayaanya tidak sesuai standar
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1204 tahun 2014 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
2) Pekerja yang mengalami kelelahan mata sebanyak 20
responden (58,8%). Dengan rincian ruang carlo sebanyak 6
responden (30%), farmasi gudang obat 2 responden (10%),
dan customer service 12 responden (60%).
3) Tidak adanya hubungan antara intensitas pencahayaan
dengan kelelahan mata pada pekerja ruang carlo, farmasi
gudang obat, dan customer service di Rumah Sakit X tahun
2019 (p value=0,0324).
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti pada pekerja di ruang carlo, farmasi gudang obat, dan
customer service maka saran yang dapat diberikan oleh peneliti
adalah sebagai berikut :
5.2.1. Saran untuk Rumah Sakit X
1) Melakukan pengecekan dan perbaikan ulang pada
lampu dan mengatur tata letak lampu yang ada di
ruang carlo, farmasi gudang obat, dan customer
50
service agar sesuai standar yang ditetapkan pada
KMK No.1204/MENKES/SK/X/2014.
2) Rumah Sakit X sebaiknya melakukan pengawasan
serta pengecekan kesehatan kepada pekerja yang
mengalami keluhan kelelahan mata.
5.2.2. Saran Untuk Pekerja di Ruang Carlo, Farmasi Gudang
Obat, dan Customer Service.
1) Karena tingginya pekerja yang memiliki perilaku
beresiko. Sebaiknya pekerja lebih menjaga kesehatan
matanya dengan tidak melakukan aktivitas membaca,
bermain smartphone, dan menonton tv sambil tiduran.
2) Saat mengoperasikan komputer, beristirahatlah
setiap 20 menit dengan memejamkan mata selama 20
detik.
3) Saat membaca/menatap layar komputer mulai terasa
melelahkan, pekerja sebaiknya sering mengedipkan
mata dan mengalihkan pandangan ke tempat lain
untuk sesaat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan. Jakarta.
2. Adrianur. Kesehatan dan Produktivitas Kerja. Majalah Hiperkes.
Edisi April – September 1983. Jakarta. 1983.
3. Santoso, A. Pencahayaan Pada Interior Rumah Sakit: Studi
Kasus Ruang Rawat Inap Utama Gedung Lukas, Rumah Sakit
Panti Rapih, Yogyakarta. Majalah Dimensi Interior. Edisi
Desember. 2006.
4. Kepmenkes No 1204/Menkes/X/2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja.
5. NIOSH. Industrial Illumination. The Industrial Environment
Evaluation and Control. 2013.
6. Illuminating Engineering Society of North America. (2000). The
IESNA Lighting Handbook. Vol II. Geneva.
7. Kaufinan, John. E. The Industrial Environment: its Evaluation and
Control, Chapter 27 Illumination. National Institute for
Occupational Safety and Health. Washington, DC. 1973.
8. UNEP. Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia;
www.energyefficiencyasia.org. 2006.
9. Mendrofa, F. Tehnik Pencahayaan I. Dep. Pendidikan Nasional.
Jakarta. 2003.
10. Suma’mur. Ergonomi Untuk Produktivitas Kerja. CV. Haji
Masaagung. Jakarta. 1989.
11. Padmanaba. Pengaruh Penerangan Dalam Ruang Terhadap
Produktivitas Kerja Mahasiswa Desain Interior; Majalah Dimensi
Interior; Edisi Desember. 2006.
12. Departemen Pekerjaan Umum, Standar Penerangan dalam
Gedung ; Jakarta; 1981
13. Ganong, W.F. Fisiologi Kedokteran; EGC; Jakarta. 1990.
14. Pamekar. Pemeriksaaan Refraksi Sederhana; Maj.Indon; Vol 42;
. 11; Jakarta. 1992.
15. Natalegawa, A. Geriastik Oftalmologi dalam Bunga Rampai Ilmu
Kedokteran; Alumni; Bandung. 1982.
16. Notoadmodjo, S. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan; Andi Offset; Jakarta. 1993.
17. Mahendrastari, R. Anakku dan Kacamata; Seminar Awam
Auditorium R.S.I.B; Jakarta. 2006.
18. Roestijahwati. Sindrom Dry Eye pada pengguna Visual Display
Terminal; Majalah CDK; No. 154; Jakarta. 2007.
19. Badan Standarisasi Nasional. SNI 16-7062-2004. Pengukuran
Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. 2004.
20. Reanna, M. Hubungan Antara Intensitas Penerangan Dan Masa
Kerja Dengan Gejala Kelelahan Mata Pada Pengrajin Perak Di
HS Silver 800-925 Kotagede Provinsi Yogyakarta; Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Dipenogoro; Semarang.
2003.
21. Yulyana dkk. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kelelahan Mata Pada Operator Komputer Di Kantor Samsat
Palembang Tahun 2009; Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sriwijaya; Sumatra Selatan. 2009.
22. Riski. Hubungan Intensitas Penerangan Dengan Kelelahan Mata
Pada Karyawan Bagian Administrasi di P.T. Hutama Karya
Wilayah IV Semarang; Universitas Negeri Semaran; Semarang.
2012.
23. Ratna, W. Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kelelahan
Mata Pada Petugas Operator Komputer Sistem Informasi Di
Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi Grobogan; Universitas
Negeri Semarang; Semarang. 2010.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Dokumentasi Foto
Gambar 1. Light Meter Lx 105
Gambar 2 Ruang Carlo
Gambar 3 Ruang Farmasi Gudang Obat
Gambar 4 Ruang Customer Service
Lampiran 2 Form Pengukuran Pencahayaan
FORM PENGUKURAN PENCAHAYAAN
Ruang/Unit :
Tgl Pengukuran :
Alat Pengukuran :
Jenis Pengukuran :
No No Meja Intensitas Cahaya Standar
Pencahayaan Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Petugas Pengukuran Mengetahui
1. .
2. .
3. .
4. .
5. . dr. Rita Ingewaty Wijaya, Mkk
Pembimbing Lapangan
1
Lampiran 3. Hasil output SPSS
Warning # 849 in column 23. Text: in_ID
The LOCALE subcommand of the SET command has an invalid parameter. It
could
not be mapped to a valid backend locale.
GET
FILE='D:\Royhan Files\Binawan\Skripsi\Revisi\Spss Royhan.sav'.
DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT.
FREQUENCIES VARIABLES=UR MK A2 A3 B1
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes
Output Created 08-JUL-2019 14:24:39
Comments
Input
Data
D:\Royhan
Files\Binawan\Skripsi\Revisi\Spss
Royhan.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
34
Missing Value Handling
Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data.
Syntax
FREQUENCIES VARIABLES=UR MK
A2 A3 B1
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,00
Elapsed Time 00:00:00,00
[DataSet1] D:\Royhan Files\Binawan\Skripsi\Revisi\Spss Royhan.sav
2
Statistics
Usia
Responden
Masa Kerja Riwayat
Gangguan Mata
Kebiasaan
Buruk
Pernah
mengalami
gangguan
penglihatan
N Valid 34 34 34 34 34
Missing 0 0 0 0 0
Frequency Table
Usia Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
< 40thn 30 88,2 88,2 88,2
> 40thn 4 11,8 11,8 100,0
Total 34 100,0 100,0
Masa Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
> 4thn 19 55,9 55,9 55,9
< 4thn 15 44,1 44,1 100,0
Total 34 100,0 100,0
Riwayat Gangguan Mata
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ya 6 17,6 17,6 17,6
Tidak 28 82,4 82,4 100,0
Total 34 100,0 100,0
Kebiasaan Buruk
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Ya 24 70,6 70,6 70,6
Tidak 10 29,4 29,4 100,0
Total 34 100,0 100,0
Pernah mengalami gangguan penglihatan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid Ya 20 58,8 58,8 58,8
3
Tidak 14 41,2 41,2 100,0
Total 34 100,0 100,0
DATASET ACTIVATE DataSet1.
DATASET CLOSE DataSet2.
GET
FILE='D:\Royhan Files\Binawan\Skripsi\Revisi\Hasil
Pengukuran.sav'.
DATASET NAME DataSet3 WINDOW=FRONT.
FREQUENCIES VARIABLES=IP2
/ORDER=ANALYSIS.
Frequencies
Notes
Output Created 08-JUL-2019 14:29:12
Comments
Input
Data
D:\Royhan
Files\Binawan\Skripsi\Revisi\Hasil
Pengukuran.sav
Active Dataset DataSet3
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data
File
34
Missing Value Handling
Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all cases with
valid data.
Syntax FREQUENCIES VARIABLES=IP2
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,00
Elapsed Time 00:00:00,00
[DataSet3] D:\Royhan Files\Binawan\Skripsi\Revisi\Hasil
Pengukuran.sav
Statistics
Intensitas Pencahayaan
N Valid 34
Missing 0
4
Intensitas Pencahayaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Sesuai 18 52,9 52,9 52,9
Tidak Sesuai 16 47,1 47,1 100,0
Total 34 100,0 100,0
Statistics
Usia Responden
N Valid 20
Missing 0
Mean 31,70
Median 28,50
Std. Deviation 8,279
Minimum 23
Maximum 51
Usia Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
23 1 5,0 5,0 5,0
24 3 15,0 15,0 20,0
26 1 5,0 5,0 25,0
27 2 10,0 10,0 35,0
28 3 15,0 15,0 50,0
29 2 10,0 10,0 60,0
32 1 5,0 5,0 65,0
33 1 5,0 5,0 70,0
34 1 5,0 5,0 75,0
36 2 10,0 10,0 85,0
47 1 5,0 5,0 90,0
48 1 5,0 5,0 95,0
51 1 5,0 5,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
CROSSTABS
/TABLES=UR MK A2 A3 IP2 BY B1
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED COLUMN
/COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
Notes
Output Created 21-JUL-2019 23:57:31
Comments
Input
Data
C:\Users\General\Desktop\Skripsi
fix\Revisi\SPSS\Hasil
Pengukuran2.sav
Active Dataset DataSet2
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data File 34
Missing Value Handling
Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used
Statistics for each table are based on
all the cases with valid data in the
specified range(s) for all variables in
each table.
Syntax
CROSSTABS
/TABLES=UR MK A2 A3 IP2 BY B1
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT EXPECTED
COLUMN
/COUNT ROUND CELL.
Resources
Processor Time 00:00:00,03
Elapsed Time 00:00:00,03
Dimensions Requested 2
Cells Available 174734
[DataSet2] C:\Users\General\Desktop\Skripsi fix\Revisi\SPSS\Hasil
Pengukuran2.sav
Intensitas Pencahayaan * Pernah mengalami gangguan penglihatan
Crosstab
Intensitas Pencahayaan
Sesuai
Count
Expected Count
% within Pernah mengalami gangguan penglihatan
Tidak Sesuai
Count
Expected Count
% within Pernah mengalami gangguan penglihatan
Total
Count
Expected Count
% within Pernah mengalami gangguan penglihatan
Crosstab
Pernah
mengalami
gangguan
penglihatan
Ya
Intensitas Pencahayaan
Sesuai
Count 12
Expected Count 10,6
% within Pernah mengalami gangguan
penglihatan
60,0%
Tidak Sesuai
Count 8
Expected Count 9,4
% within Pernah mengalami gangguan
penglihatan
40,0%
Total
Count 20
Expected Count 20,0
% within Pernah mengalami gangguan
penglihatan
100,0%
Crosstab
Pernah
mengalami
gangguan
penglihatan
Tidak
Intensitas Pencahayaan Sesuai Count 6
Expected Count 7,4
% within Pernah mengalami gangguan
penglihatan
42,9%
Tidak Sesuai
Count 8
Expected Count 6,6
% within Pernah mengalami gangguan
penglihatan
57,1%
Total
Count 14
Expected Count 14,0
% within Pernah mengalami gangguan
penglihatan
100,0%
Crosstab
Total
Intensitas Pencahayaan
Sesuai
Count 18
Expected Count 18,0
% within Pernah mengalami gangguan penglihatan 52,9%
Tidak Sesuai
Count 16
Expected Count 16,0
% within Pernah mengalami gangguan penglihatan 47,1%
Total
Count 34
Expected Count 34,0
% within Pernah mengalami gangguan penglihatan 100,0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(1-sided)
Pearson Chi-Square ,971a 1 ,324
Continuity Correctionb ,405 1 ,524
Likelihood Ratio ,974 1 ,324
Fisher's Exact Test ,487 ,262
Linear-by-Linear Association ,943 1 ,332
N of Valid Cases 34
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,59.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value 95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Intensitas Pencahayaan (Sesuai /
Tidak Sesuai)
2,000 ,500 7,997
For cohort Pernah mengalami gangguan
penglihatan = Ya
1,333 ,740 2,403
For cohort Pernah mengalami gangguan
penglihatan = Tidak
,667 ,295 1,509
N of Valid Cases 34