I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010
adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal guna terciptanya
masyarakat, bangsa dan negara dengan penduduk hidup sehat dalam lingkungan
yang sehat dan memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan
yang optimal diseluruh Indonesia (Depkes, 2001).
Sejalan dengan ini tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia maka
seseorang dikatakan sehat bila dalam keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomi ( Depkes RI, 2001). Sehubungan dengan hal tersebut maka secara umum
pelayanan kesehatan di Indonesia dilakukan dengan upaya peningkatan melalui
usaha promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif. Kesemuanya ini akan diharapkan
akan tercapai tujuan pelayanan prima seperti: mempercepat penyembuhan,
mengurangi angka kematian, kesakitan dan mengurangi kemungkinan tertularnya
penyakit yang sama (Ngatimin, 1999).
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat banyak dipengaruhi oleh
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Upaya penyelenggaraan dilakukan secara
mandiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi, untuk memelihara dan
1
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perseorangan, kelompok dan masyarakat (Syaifuddin,
2000).
Menurut Word Health Organization (WHO) dalam Soegijanto (2002)
menyatakan bahwa tujuh dari sepuluh kematian anak di negara berkembang dapat
disebabkan oleh lima penyebab utama yakni salah satunya adalah Gastroenteritis
yang masih merupakan salah satu penyebab utama mortalitas anak-anak di
berbagai negara yang sedang berkembang. Setiap tahunnya lebih dari satu milyar
kasus Gastroenteritis sebanyak 3,3 juta kasus Gastroenteritis pada balita setiap
tahun dengan 2-3 % kemungkinan jatuh kedalam keadaan dehidrasi Data
Departemen Kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka penyakit Gastroenteritis di
Indonesia saat ini adalah 230-342 per 1000 penduduk untuk semua golongan
umur dan 60 % kejadian Gastroenteritis tersebut terjadi pada balita yang sebagian
mengakibatkan kematian.
Penyakit Gastroenteritis merupakan salah satu masalah di Indonesia
karena sering menimbulkan wabah. Data Departemen Kesehatan RI menyebutkan
bahwa angka kejadian Gastroenteritis untuk umur anak 230-342 penderita per
1000 penduduk setiap tahunnya sedangkan angka kematian mencapai 4 per 1000
anak, sedangkan untuk daerah ibukota terdapat 15-20 % penderita Gastroenteritis
meninggal.
Data Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular (PPM) Dinas
Kesehatan Tingkat I Provinsi Sultra jumlah Gastroenteritis pada anak meningkat
2
tahun 2005 sebanyak 17.976 orang, jumlah penderita Gastroenteritis pada anak
meningkat menjadi 21.634 orang pada tahun 2006. Kemudian jumlah penderita
Gastroenteritis pada tahun 2007 berjumlah 21.871 orang (Dinkes Propinsi Sultra,
2007).
Data Sub Dinas Pemberantasan Penyakit Menular (PPM) Dinas Kesehatan
Kota Kendari jumlahroenteritis di Wilayeritis pada anak tahun 2005 sebanyak
2.997 orang, jumlah penderita Gastroenteritis pada anak meningkat menjadi
3.490 orang pada tahun 2006. Kemudian jumlah penderita Gastroenteritis pada
tahun 2007 berjumlah 3.672 orang (Dinkes Kota Kendari, 2008).
Jumlah anak yang berumur 0-14 tahun di Kecamtan Poasia yang terdiri
dari 4 kelurahan yaitu : Kelurahan Andounohu terdiri dari 1263 laki-laki dan 999
perempuan, di Kelurahan Rahandouna terdiri dari 1195 laki-laki dan 2088
perempuan, di Kelurahan Anggoeya terdiri dari 627 laki-laki dan 480 perempuan
dan di Kelurahan Matabubu terdiri dari 207 laki-laki dan 176 perempuan (BPS
Propinsi Sultra, 2008).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Poasia jumlah anak
penderita Gastroenteritis tahun 2006 berjumlah 194 penderita terdiri dari 79 laki-
laki dan 115 perempuan, tahun 2007 berjumlah 214 penderita terdiri dari 101 laki-
laki dan 113 perempuan dan tahun 2008 berjumlah 248 penderita terdiri dari 115
laki-laki dan 133 perempuan dengan rincian sebagai berikut : pada bulan Januari-
Juni sebesar 142 penderita terdiri dari 65 laki-laki dan 77 perempuan, pada bulan
Juli-Desember sebesar 106 penderita terdiri dari 50 laki-laki dan 56 perempuan.
3
Ini menunjukkan jumlah anak yang menderita Gastroenteritis di Puskesmas
Poasia Kota Kendari terus meningkat.
Hal ini berhubungan dengan pengetahuan, sikap, sumber air dan jamban
keluarga.Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “ Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritis Pada
Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Seberapa besar faktor resiko tingkat pengetahuan dengan kejadian penyakit
Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
tahun 2008 ?
2. Seberapa besar faktor resiko sikap dengan kejadian penyakit Gastroenteritis
pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008 ?
3. Seberapa besar faktor resiko sumber air dengan kejadian penyakit
Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
tahun 2008 ?
4. Seberapa besar faktor resiko jamban keluarga dengan kejadian penyakit
Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
tahun 2008 ?
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko tingkat pengetahuan, sikap,
sumber air dan jamban keluarga dengan kejadian penyakit Gastroenteritis
pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko tingkat pengetahuan
dengan kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008.
b. Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko sikap dengan kejadian
penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas Poasia
Kota Kendari tahun 2008.
c. Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko sumber air dengan
kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas
Poasia Kota Kendari tahun 2008.
d. Untuk mengetahui seberapa besar faktor resiko jamban keluarga dengan
kejadian penyakit Gastroenteritis pada anak di wilayah kerja Puskesmas
Poasia Kota Kendari tahun 2008.
5
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat :
1. Sebagai masukkan bagi para petugas kesehatan khususnya di wilayah kerja
Puskesmas Poasia untuk lebih meningkatkan kualitas pelayanan.
2. Merupakan pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dalam
mengaplikasikan teori tentang ilmu kesehatan masyarakat.
3. Sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya.
4. Sebagai bahan bacaan dan sumbangan ilmiah yang dapat memperkaya
khasanah ilmu pengetahuan.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan perbuatan manusia, keluarga atau masyarakat
yang dipengaruhin oleh pengetahuan, pengalaman, keyakinan, kepercayaan,
yang melatar belakangi yang kita kenal dengan norma budaya (Rusmi, 1999).
Perilaku adalah merupakan konsepsi yang tidak sederhana, sesuatu
yang kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses-proses psikologis oleh
seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan response menurut
cara tertentu terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah perbuatan
manusia yang kompleks terhadap suatu objek yang dipengaruhi oleh
pengetahuan, pengalaman, keyakinan dann kepercayaan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku
Dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam dan luar individu itu sendiri.
Faktor-faktor tersebut antara lain : susunan syaraf pusat, persepsi, motivasi,
emosi, proses belajar, lingkungan dan sebagainya. Susunan syaraf pusat
7
memegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena merupakan
sebuah bentuk perpindahan dari rangsangan yang masuk menjadi perbuatan
atau tindakan. Perpindahan ini dilakukan oleh susunan syaraf indra
pendengaran, penglihatan, pembauan, pencicipan dan perabahan disalurkn
dari temapt terjadinya rangsangan melalui inpuls-inpuls syaraf ke susunan
saraf pusat, (Notoatmodjo, 2003).
Perubahan-perubahan perilaku dalam diri seseorang dapat diketahui
melalui persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui
panca indra, setiap orang mempunyai persepsi berbeda, meskipun mengamati
terhadap objek yang sama. Motivasi diartikan sebagai suatu dorongan untuk
bertindak untuk mencapai suatu tujuan dapat berwujud dalam bentuk perilaku.
Perilaku juga dapat timbul karena emosi. Aspek psikologis yang
mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada
kehendaknya merupakan faktor keturunan (bawaan).
Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek tersebut diatas akan
berkembang sesuai dengan hukum perkembangan. Belajar diartikan sebagai
suatu proses perubahan perilaku yang dihasilkan dari praktek-praktek dalam
lingkungan kehidupan. Belajar adalah suatu perubahan perilaku yang didasari
oleh perilaku terdahulu (sebelumnya).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perilaku itu dibentuk
melalui suatu proses dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan
lingkungannya. Jadi faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku
8
dibedakan menjadi dua yakni faktor internal yang mencakup pengetahuan,
kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi yang berfungsi untuk mengolah
rangsangan dari luar. Sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan sekitar,
baik fisik maupun non fisik seperti : iklim, manusia, sosial ekonomi,
kebudayaan, dan sebagainnya (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003) kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor yaitu perilaku :
a. Faktor-faktor redisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap,
kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya
b. Faktor-faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia
atau tidaknya fasilitas - fasislitas atau sarana kesehatan seperti puskesmas,
obat-obatan atau alat-alat kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
c. Faktor-faktor pendorong yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas
kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku kesehatan.
Selain uraian di atas, ada yang disebut dengan perilaku masyarakat
sehubungan dengan pelayanan kesehatan dimana masyarakat atau anggota
masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak merasa sakit ( disease but not
liness ) sudah barang tentu tidak akan berbuat apa-apa terhadap penyakitnya
tersebut. Tetapi bila seseorang diserang penyakit dan juga merasa sakit, baru
akan timbul berbagai perilaku dan usaha. Hal ini merupakan suatu bukti
bahwa kesehatan belum menjadi prioritas dalam kehidupan masyarakat.
9
3. Komponen Perilaku
Menurut Blom (1956) dalam Ansyar (2008) membedakan perilaku
dalam 3 (tiga) bentuk yakni cognitife, affectife, dan psikomotor. Ada 3 (tiga)
komponen dalam pengertian perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan
atau perbuatan.
a. Pengetahuan
Pengetahuan adalah apa saja yang diketahui dan mampu diingat
oleh seseorang setelah ia mengalami, menyaksikan dan mengamati atau
diajarkan sejak akhir sampai dewasa khususnya setelah ia diberi
pendidikan formal maupun nonformal.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal, maupun dari
penjelasan ataupun penjelasan dari sumber lain. Pengetahuan dapat juga
diperoleh melalui pengalaman-pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain. Dengan adanya pengetahuan orang dapat bermotivasi untuk
berperilaku sehat. Sebab jika seseorang telah mengetahui tentang masalah
kesehatan yang dihadapi akan besar kemungkinan orang tersebut akan
berperilaku sehat. Tetapi bila sebaliknya dimana seseorang memiliki
pengetahuan yang benar melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai
dengan pengetahuannya tersebut. Hal ini disebabkan oleh karena proses
10
peralihan tersebut bukanlah suatu proses yang sederhana dimana untuk
sampai pada penerapan pengetahuan ke dalam bentuk tindakan harus
memenuhi beberapa tahap, yaitu :
1) Aware (tahu) ; Timbulnya kesadaran masyarakat dari yang tidak tahu
menjadi tahu.
2) Interest (tertarik) ; Setelah tertarik akan timbul minat karena merasa
tertarik.
3) Evolution (penelitian) ; Dalam tahap ini, masyarakat mengevaluasi
keuntungan dan kerugian.
4) Trial (mencoba) ; Dalam tahap ini subjek dimulai mencoba melakukan
sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5) Adoption (penerimaan) ; Setelah mencoba, ada dua kemungkinan yaitu
menerima dan menolak dan bila dia menerima maka perilaku yang baru
tersebut akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2003).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan suatu
hasil tahu atau sesuatu yang dipelajari melalui pengetahuan ini dapat
berubah perilaku masyarakat dibidang kesehatan sehingga berperan dalam
perubahan sikap yang pada akhirnya merupakan predisposisi bentuk
perubahan. Begitu pula dengan tingkat pengetahuan keluarga sangat
berpengaruh terhadap status kesehatan anak, apabila tingkat pengetahuan
keluarga cukup sedapat mungkin melakukan upaya pencegahan gangguan
11
kesehatan dan mewaspadai jika gangguan timbul. Jika pengetahuan
keluarga itu rendah, maka tidak ada upaya pencegahan kesehatan yang
akan dilakukan pada anaknya. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yaitu menanyakan tentang isi materi yang
akan diukur dari subjek penelitian atau responden.
Pengetahuan mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu :
1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari
sebelumnya.
2) Memahami (comprensif) yaitu suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui serta dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi (application) yaitu suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari sebenarnya.
4) Analisa (analysis) merupakan suatu kemampuan untuk dapat
menjabarkan materi atau objek.
5) Sintesis (sintensis) yaitu suatu kemampuan untuk meletakan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru.
6) Evaluasi (evaluation) merupakan suatu kemampuan untuk
melakukan suatu penilaian terhadap suatu materi atau objek
(Notoatmodjo, 2003).
12
Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari berbagai macam
sumber, misalnya media masa, media elektronik, buku petunjuk, petugas
(petugas kesehatan), kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat
membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang dapat berperilakau
sesuai keyakinan tersebut (Istiarti, 2000).
b. Sikap
Sikap adalah keadaan mental dan syaraf dari kesiapan, yang diatur
melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah
terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan
dengannya (Rusmi, 1999).
Sikap adalah pemberi penilaian dalam hal menolak atau menerima
terhadap suatu obyek yang dihadapi (Sumadi, 1986). Lebih lanjut,
Saifuddin (1995) menyatakan sikap merupakan perilaku yang berada
dalam batas kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau
reaksi terhadap stimulus lingkungan sosial.
Sikap seseorang adalah komponen yang sangat penting dalam
perilaku kesehatannya, yang kemudian diasumsikan bahwa adanya
hubungan langsung antara sikap dan perilaku sesorang, sikap positif
seseorang terhadap kesehatan kemungkinan tidak otomatis berdampak
pada perilaku seseorang menjadi positif, tetapi sikap yang negatif
terhadap kesehatan hampir pasti berdampak negatif pada perilakunya
13
Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap
stimulus atau objek. Manifestasi sikap ini tidak dapat langsung dilihat,
akan tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang
tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan tetapi merupakan “
predisposisi” tindakan atau perilaku (Niven, 2000).
Pada pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tindakan yakni : (a)
menerima (receiving) bahwa orang atau subyek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan objek, (b) merespon (responding) yakni
memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, (c) menghargai (valving)
yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan dengan orang lain terhadap
suatu masalah, (d) bertanggung jawab (responsible) yaitu bertanggung
jawab atas segala yang dipilihnya dengan segala resiko. Pengukuran sikap
dilakukan dengan secara langsung ditanyakan bagaiman pernyataan
responden terhadap suatu objek (Notoatmodjo, 2003).
Maka batasan-batasan di atas menyatakan bahwa manifestasi sikap
itu tidak dapat dilihat langsung, melainkan hanya dapat ditafsirkan terlebih
dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosiaonal terhadap
stimulus sosial. Salah seorang ahli psikologi sosial mengatakan bahwa
14
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bentindak dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu, Newcomb dalam Notoatmodjo
(1997).
Cara menentukan sikap adalah dengan menggunakan skala linkert
dengan nilai masing-masing tingkatan : sangat setuju (5), setuju (4), ragu-
ragu (3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1) (Arikunto, 2002).
c. Perbuatan / Tindakan
Tindakan adalah kegiatan nyata dari seseorang terhadap stimulus
yang ada. Adapun tingkatan dari tindakan adalah a) Persepsi yakni
mengenal atau memilih berbagai objek dengan tindakan yang diambil, b)
Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan
yang benar, c) Mekanisme apabila seseorang dapat melakukan dengan
benar secara otomatis atau sesuatu itu menjadi kebiasaan maka ia
mencapai praktek yang ketiga, d) Adaptasi yaitu tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara
tidak langsung dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan beberapa jam, hari, bahkan bulan yang lalu (Notoatmodjo,
2003).
Tindakan merupakan suatu kegiatan yang kongkrit berupa
perbuatan rangsangan dari luar (Notoatmodjo, 1997). Untuk terwujudnya
sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas.
15
B. Tinjauan Umum Tentang Air Bersih
Air adalah unsur penting yang sangat berperan dalam kehidupan manusia.
Tidak hanya karena sekitar 80% tubuh manusia terdiri dari cairan, akan tetapi
juga karena didalam air terdapat unsur mineral yang diperlukan untuk
perkembangan dan pertumbuhan fisik manusia (Hasyim, 2000).
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitas memenuhi syarat kesehatan yang dapat diminum apabila telah dimasak.
Air sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, sehingga penyediaan air untuk
masyarakat harus aman, higienis, baik dan dapat diminum, tersedia dalam jumlah
yang cukup dan murah.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI. No. 907/Menkes/SK/VII/2002
bahwa air bersih yang memenuhi syarat kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Syarat kualitas air bersih terdiri atas :
a. Syarat fisik : tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak keruh.
b. Syarat kimia : tidak mengandung bahan kimia yang memiliki pengaruh
langsung pada kesehatan dan jumlahnya tidak melebihi ambang batas
yang telah ditetapkan.
16
c. Syarat bakteriologis : tidak mengandung organisme pathogen baik itu
Enterobacteri coli maupun Coliform.
d. Syarat radioaktif : mengandung sinar alfa dan sinar beta yang tidak
melebihi nilai ambang batas yang telah ditetapkan (Depkes, 2002).
2. Syarat kuantitas, yaitu pada daerah pedesaan untuk hidup secara sehat cukup
dengan memperoleh 60 liter/orang/hari, sedangkan daerah perkotaan 100 –
150 liter/orang/hari.
C. Tinjauan Umum Tentang Jamban Keluarga
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang
tinja atau tinja manusia yang lazim disebut kakus/WC. Jamban diusahakan sistem
yang sedemikian rupa hingga tidak menjadi tempat atau sumber penularan
penyakit dan tidak menimbulkan bau (Djabu, 1990).
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan oleh tubuh manusia,
sedangkan yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda atau zat
yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini
berbentuk tinja (feses), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses
pernapasan. Pembuangan kotoran manusia yang dimaksudkan adalah tempat
pembuangan tinja dan urine yang pada umumnya disebut jamban atau kakus
(Notoatmodjo, 2003).
17
Menurut Notoatmodjo (1997), untuk mencegah atau sekurang-kurangnya
mengurangi kontaminasi tinja dengan lingkungan, maka pembuangan kotoran
manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya harus dilakukan disuatu tempat
tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban keluarga disebut sehat apabila
memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban.
2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya.
3. Tidak dapat dijangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa.
4. Tidak menimbulkan bau.
5. Mudah digunakan dan dirawat.
6. Desainnya sederhana.
7. Dapat diterima oleh pemakainya.
Menurut Notoatmodjo (2003), agar persyaratan ini dapat dipenuhi maka
perlu diperhatikan yaitu sebagai berikut :
1. Sebaiknya jamban tertutup, artinya jamban terlindung dari panas dan hujan,
serangga dan binatang lainnya, juga terlindung dari pandangan orang.
2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat serta tempat
berpijak yang kuat.
3. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.
4. Sebaiknya letak pembuangan jamban dengan sumber air bersih adalah kurang
lebih 10 meter.
18
D. Tinjauan Umum Tentang Gastroenteritis
1. Pengertian Gastroenteritis
Gastroenteritis adalah infeksi akut pada sistem pencernaan yang
menimbulkan gangguan pada lambung yang berupa mual dan muntah serta
gangguan pada usus yang berupa diare (Sudoyo, 2007).
Berdasarkan manifestasi klinis Gastroenteritis menimbulkan gejala
diare dan muntah (Mansjoer, 2000).
Penyebab Gastroenteritis Infeksi enternal yaitu infeksi pada saluran
pencernaan, meliputi : Infeksi bakteri terdiri dari Vibrio, E. Coli, Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya. Infeksi virus
terdiri dari Enterovirus (virus ECHO, Coxackie, Poliomyelitis), Adenovirus,
Rotarovirus, Astrovirus, dan lain-lain. Infeksi parasit terdiri dari Cacing
(Ascariasis, Trichiaris, Oxyaris, Strongloydes), Protozooa (Entamoeba
histolytica, Glardia lambia, Trichomonas, Hominis) dan Jamur (Candida
albicans, Candida enteritis).
a. Patofisiologi
Fungsi usus dalam keadaan normal adalah penyerapan, khususnya
untuk bahan-bahan yang mengandung hidrat arang, zat putih telur dan
lemak, selain itu juga melakukan absorbsi terhdap air dan elektrolit.
Berbagai jenis mikroorganisme penyebab Gastroenteritis yang masuk
19
kedalam tubuh seseorang akan mengadakan multiplikasi serta reaksi pada
usus yang menyebabkan terjadinya Gastroenteritis (Brunner dan
Suddarth, 2002)
Gastroenteritis banyak disebabkan oleh penurunan penyerapan air
serta elektrolit oleh mukosa usus ke dalam lumen usus, diare osmotik
terjadi bila air terdorong kedalam usus oleh tekanan osmotik partikel-
partikel yang tidak dapat di absorbsi, sehingga reabsorbsi air menjadi
lambat, umumnya Gastroenteritis terjadi karena adanya peningkatan
peristaltik usus sebagai akibat adanya inflamasi usus, yang berdampak
pada peningkatan frekuensi defekasi. Muntah merupak respon refleks
simpatis terhadap berbagai rangsangan yang melibatkan aktivitas otot
perut dan pernafasan. Pada saat muntah terjadi respon yang berlawanan
dari keadaan normal, dimana tonus sfingter esophagus bawah, fundus, dan
korpus menurun, sedangkan peristaltic antrum, tonus pilorus dan
duodenum meningkat (Brunner dan Suddarth, 2002).
2. Manifestasi Klinis
a. Diare
1) Pengertian
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari
dengan/tanpa lender dan/atau darah dalam tinja (Mansjoer, 2000).
20
2) Penyebab Diare
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor :
a) Faktor Infeksi meliputi :
(1) Infeksi bakteri terdiri dari Vibrio, E. Coli, Salmonella,
Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan
sebagainya.
(2) Infeksi virus terdiri dari Enterovirus (virus ECHO,
Coxackie, Poliomyelitis), Adenovirus, Rotarovirus,
Astrovirus, dan lain-lain
(3) Infeksi parasit terdiri dari Cacing (Ascariasis, Trichiaris,
Oxyaris, Strongloydes), Protozooa (Entamoeba histolytica,
Glardia lambia, Trichomonas, Hominis) dan Jamur
(Candida albicans).
(4) Infeksi perenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain diluar
alat pencernaan, seperti Otitis Media Akut (OMA),
Tonsilofangiritis, Bronchopneumonia, Ensefalitis, dan
sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak di bawah umur 2 tahun.
b) Faktor Malabsorbsi
(1) Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleran laktosa,
maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleran glukosa,
fruktosa dan galaktosa).
21
(2) Malabsorbsi lemak.
(3) Malabsorbsi protein.
c) Faktor Makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap
makanan.
d) Faktor Psikologis : rasa takut dan cemas (Suryadi, 2001).
e) Faktor Penyebab Yang Lain :
Jika ditinjau dari sudut pandang epidemiologi, suatu penyakit
(dalam hal ini adalah diare) dapat terjadi apabila terjadi
ketidakseimbangan antara ketiga unsur dalam epidemiologi
yaitu Host, Agent dan Environment. Host (manusia) terdiri dari
jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status sosial, dan lain-
lain. Agent (penyebab) terdiri dari penyebab terjadinya suatu
penyakit yakni bakteri, virus dan kuman-kuman patogen
lainnya. Environment ( lingkungan) terdiri dari lingkungan
fisik, biologis dan sosial (Noor, 1997). Dari tinjauan di atas
dapat diambil kesimpulan bahwa diare dapat disebabkan secara
langsung maupun tak langsung oleh ketiga faktor diatas (Host,
Agent and Environment).
3) Gejala Diare
Menurut Ngastiyah (1997) gejala diare yang paling khas
dan paling sering ditemukan yakni :
22
a) Buang air besar (BAB) encer atau cair lebih dari 3 kali sehari.
b) Dapat disertai muntah-muntah
c) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka
akan timbul gejala sebagai berikut :
(1) Berat badan turun
(2) Turgor kulit berkurang
(3) Mata dan ubun-ubun cekung
(4) Mukosa mulut dan bibir kering
(5) Pasien gelisah serta muka pucat
(6) Ujung-ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis
(7) Rasa haus meningkat
4. Akibat Diare
Penyebab diare yang utama adalah terjadinya kehilangan cairan
serta elektrolit mendadak sehingga dapat terjadi komplikasi.
5. Upaya Pencegahan Penyakit Diare
Upaya penanggulangan diare yaitu cara-cara yang dapat ditempuh bila kita
mendapati seseorang yang mengalami diare. Adapun upaya
penanggulangannya adalah sebagai berikut :
a) Pemberian cairan pada diare murni
23
b) Makanan setengah padat (bubur) adalah makan padat (nasi tim), bila
anak tidak mau minum susu karena dirumah tidak biasa.
c. Susu yang khususnya disesuaikan dengan kelainan yang di temukan
misalnya yang tidak mengandung laktosa atau asam lemak murni atau
tidak jenuh.
b. Muntah
1) Pengertian
Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksplusif
melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot – otot perut. Perlu
dibedakan dengan regurgitasi, ruminasi, ataupun refluks
esophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali
kemulut akibat gerakan antiperistaltik esophagus. Ruminasi adalah
pengeluaran makan secara sadar untuk dikunyah yang kemudian
ditelan kembali. Sedangkan refluks esophagus merupakan
kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara pasif
yang dapat disebabkan oleh hipotoni sfingter esophagus bagian
bawah, posisi sambungan esophagus dengan kardia, atau
pengosongan isi lambung yang lambat. Tanda akut abdomen
seperti nyeri perut yang mendahului muntah dan/atau berlangsung
selama lebih dari 3 jam, muntah bercampur empedu dan distensi
24
abdomen merupakan petujuk perlunya pertolongan bedah segera.
Muntah dapat merupakan manifestasi awal Gastroenteritis
(Naziruddin, 1999).
2) Patofisiologi
Muntah merupakan respon refleks simpatis terhadap
berbagai rangsangan yang melibatkan aktifitas otot perut serta
pernapasan. Pada saat muntah terjadi respon yang berlawanan dari
keadaan normal, dimana tonus sfingter esophagus bawah, fundus
serta korpus menurun, sedangkan peristalik antrum, tonus pylorus
dan duodenum meningkat (Naziruddin, 1999).
3. Proses muntah dibagi menjadi 3 fase yaitu :
a) Nausea merupakan sensasi psikis yang dapat timbul akibat
rangsangan pada organ dalam, lebirin, atau emosi serta tidak
selalu diikuti oleh retching atau muntah.
b) Retching merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spasmodik
dengan glottis tertutup, bersamaan dengan adanya usaha
inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan
tekanan intra toraks yang negatif.
c) Emesis (ekspulse) terjadi bila fase retching mencapai puncaknya
yang ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti
bertambah turunnya diafragma disertai dengan penekanan
mekanisme anti refluks. Pada fase ini, pylorus dan antrum
25
berkontraksi, fundus dan esophagus relaksasi, serta mulut
terbuka (Mansjoer, 2000).
2. Klasifikasi Penyakit Gastroenteritis
Klasifikasi Gastroenteritis dibedakan atas :
a. Gastroenteritis akut adalah obstruksi usus yang menimbulkan gangguan
pada usus dan menimbulkan gejala kurang dari 7 hari. Biasanya
disebabkan oleh mikroorganisme (Naziruddin, 1999).
b. Gastroenteritis kronis adalah obstruksi usus yang menimbulkan gangguan
pada usus dan menimbulkan gejala kurang dari 7 hari. Disebabkan tidak
hanya karena mikroorganisme, akan tetapi juga karena adanya faktor lain
(Masnjoer, 2000).
3. Pencegahan Penyakit Gastroenteritis
Dalam pencegahan penyakit Gastroenteritis dapat dilihat dalam lima
tingkat pencegahan (five levels of prevention) sebagai berikut :
a. Promosi Kesehatan (Health Promotion)
26
Promosi kesehatan (Health Promotion) adalah upaya
meningkatkan peranan kesehatan perorangan dan masyarkat secara
optimal, mengurangi penyebab serta derajat resiko serta meningkatkan
secara optimal lingkungan yang sehat. Sasaran dari pencegahan ini yaitu
orang sehat dengan usaha meningkatkan derajat kesehatan.
Promosi kesehatan (Health Promotion) dalam mencegah terjadinya
penyakit Gastroenteritis dapat dilakukan dengan berbagai upaya
diantarannya :
1) Memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
menerapkan pola hidup sehat dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) sejak dini, untuk mencegah terjadinya suatu penyakit seperti
Gastroenteritis.
2) Memberi penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara penularan
dan cara-cara pemberantasan serta manfaat menegakan diagnosa dini
dari suatu penyakit seperti Gastroenteritis.
3) Melakukan perbaikan lingkungan sosial seperti mengurangi dan
menghilangkan kondisi sosial yang mempertinggi resiko terjadinya
infeksi.
b. Perlindungan Khusus (Spesific Protection)
Sasaran pada perlindungan khusus (Spesific Protection) yang
utama ditujukan adalah pada penjamu dan penyebab untuk meningkatkan
27
daya tahan tubuh maupun untuk mengurangi resiko terhadap penyakit
tertentu.
Perlindungan khusus (Spesific Protection) dalam mencegah
terjadinya penyakit Gastroenteritis dapat dilakukan dengan berbagai
upaya diantarannya :
1) Perbaikan status gizi individu/perorangan ataupun masyarakat untuk
membentuk daya tahan tubuh yang lebih baik dan dapat melawan
Agent penyakit yang akan masuk kedalam tubuh, seperti
mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung zat gizi yang lebih
baik dan diperlukan oleh tubuh.
2) Pemberian ASI Ekslusif kepada bayi yang baru lahir, karena ASI
banyak mengandung kalori, protein dan vitamin yang banyak
dibutuhkan oleh tubuh, pencegahan ini bertujuan untuk membentuk
system kekebalan tubuh sehingga terlindung dari berbagai penyakit
infeksi seperti Gastroenteritis.
c. Diagnosa Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis and Prompt
Treatment)
Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and
Prompt Treatment) merupkan pencegahan yang ditujukkan bagi mereka
yang menderita/terancam akan menderita suatu penyakit tertentu, dengan
tujuan untuk mencegah meluasnya penyakit/terjadinya wabah pada
28
penyakit menular dan menghentikan proses penyakit lebih lanjut serta
mencegah terjadinya komplikasi.
Diagnosis dini dan pengobatan segera (Early Diagnosis and
Prompt Treatment) dalam mencegah terjadinya penyakit Gastroenteritis
dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya :
a. Temukan semua penderita secara dini dan aktif dengan cara
pemeriksaan disarana pelayanan kesehatan guna memastikan bahwa
seseorang/anak benar-benar tidak menderita Gastroenteritis ataupun
gangguan kesehatan lainnya.
b. Melakukan pencarian penderita Gastroenteritis dan berikan segera
pengobatan yang tepat dan sediakan fasilitas untuk penemuan dan
pengobatan penderita agar tidak menularkan penyakitnya kepada
orang lain.
c. Sediakan fasilitas yang memadai seperti laboratorium agar dapat
melakukan diagnosa dini terhadap penderita, kontak dan tersangka.
d. Pemberantasan Cacat (Disability Limitation)
Pemberantasan cacat (Disability Limitation) merupakan
pencegahan yang mencegah terjadinya kecacatan dan kematian karena
penyebab tertentu.
Penyakit Gastroenteritis ini jika tidak diobati secara baik dan
teratur akan dapat menyebabkan kematian. Pembatasan kecacatan
29
(Disability Limitation) dalam mencegah terjadinya penyakit
Gastroenteritis dapat dilakukan dengan berbagai upaya diantaranya :
1) Mencegah proses penyakit lebih lanjut dengan cara melakukan
pengobatan secara berkesinambungan sehingga tercapai proses
pemulihan yang baik.
2) Melakukan perawatan khusus secara berkala guna memperoleh
pemulihan kesehatan yang lebih cepat.
e. Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi (Rehabilitation) merupakan pencegahan yang
bertujuan untuk berusaha mengembalikan fungsi fisik, psikologis dan
sosial secara optimal.
Rehabilitasi (Rehabilitation) dalam mencegah terjadinya penyakit
Gastroenteritis dapat dilakukan dengan rehabilitasi fisik/medis apabila
terdapat gangguan kesehatan fisik akibat penyakit Gastroenteritis
(Notoatmodjo, 2003).
E. Kerangka Konsep
Gastroenteritis, merupakan suatu jenis penyakit pada lambung dan atau
usus yang gejala utama adalah diare atau muntah.
30
Berdasarkan hasil survey masyarakat di Indonesia menunjukkan bahwa
Gastroenteritis merupakan penyebab utama tingginya Morbiditas dan Mortalitas
pada anak.Gastroenteritis, merupakan suatu jenis penyakit pada lambung dan atau
usus yang gejala utama adalah diare atau muntah.
Perilaku adalah tindakan perbuatan manusia atau masyarakat yang
dipengaruhi oleh pengetahuan, pengalaman, keyakinan, kepercayaan yang melatar
belakangi yang kita kenal dengan norma budaya (Notoatmodjo, 2003). Ada 3
(tiga) komponen dalam pengertian perilaku yaitu : pengetahuan, sikap dan
tindakan atau perbuatan.
Pengetahuan adalah apa saja yang telah diketahui dan mampu diingat oleh
seseorang setelah ia mengalami, menyaksikan atau mengamati dan diajarkan
sejak akhir hingga dewasa khususnya setelah ia diberi pendidikan formal maupun
nonformal.
Pengetahuan merupakan faktor resiko kejadian Gastroenteritis, sebab
seseorang yang memiliki tingakat pengetahuan yang cukup sedapat mungkin
melakukan upaya pencegahan gangguan kesehatan dan mewaspadai jika
gangguan timbul. Jika pengetahuan keluarga itu rendah, maka tidak ada upaya
pencegahan kesehatan yang akan dilakukan pada ananknya.
Sikap seseorang adalah komponen terpenting dalam perilaku
kesehatannya, yang kemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan langsung
antara sikap dan perilaku seseorang, sikap positif seseorang terhadap kesehatan
kemungkinan tidak otomatis berdampak pada perilaku seseorang menjadi positif,
31
tetapi sikap negatif terhadap kesehatan hampir pasti berdampak negatif pada
perilakunya (Niven, 2000).
Tindakan adalah merupakan perbuatan yang sudah kongkrit terhadap
rangsangan dari luar (Notoatmodjo,1997). Suatu sikap belum otomatis terwujud
dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan
nyata dibutuhkan faktor perdukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara
lain fasilitas.
Sanitasi lingkungan merupakan faktor resiko kejadian Gastroenteritis,
sebab jika sanitasi lingkungan kurang hygiene maka agent Gastroenteritis akan
lebih mudah berinteraksi di dalam lingkungan tersebut dan jika tubuh dalam
keadaan lemah maka agent ini dengan mudah dan dalam waktu yang singkat
dapat menginfeksi host atau manusia yang ada dilingkungan tersebut.
Berdasarkan pola pemikiran diatas maka kerangka konsep variabel yang
akan diteliti sebagai berikut :
32
Pengetahuan
Sumber Air Bersih
Jamban Keluarga
Kontrol Anak Gastroenteritis
Sikap keluarga
Penyakit Gastroenteritiis
Keterangan : = Variabel yang diteliti
= Variabel Yang Tidak Diteliti
= Hubungan Yang Tidak Diteliti
= Hubungan Yang Diteliti
Gambar 1 . Kerangka Konsep Penelitian
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep maka dirumuskan hipotesisi kerja sebagai
berikut :
H0 : 1. Pengetahuan keluarga tidak berhubungan dengan kejadian Gastroenteritis
pada anak diwilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.
2. Sikap keluarga tidak berhubungan dengan kejadian Gastroenteritis
pada anak diwilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.
3. Sumber Air tidak berhubungan dengan kejadian Gastroenteritis pada
anak diwilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.
4. Jamban Keluarga tidak berhubungan dengan kejadian Gastroenteritis
pada anak diwilayah kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.
33
Kasus Anak GastroenteritisTindakan
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan survei analitik dengan rancangan
Case Kontrol Study yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara paparan
(faktor penelitian) dengan timbulnya penyakit Gastroenteritis pada anak.
Adapun Rancangan penelitian kasus kontrol seperti di bawah ini :
Faktor risiko +
Retrospektif Kasus Gastroenteritis
Faktor risiko –
34
Matching Populasi (Umur, Jenis Kelamin) (Sampel)Faktor risiko
Retrospektif Kontrol Gastroenteritis
Faktor risiko
Gambar 2. Skema penelitian Case Kontrol
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 27 Februari 2009 sampai tanggal
1 April 2009, yang bertempat di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini meliputi semua keluarga yang memiliki
anak (umur 1-14 Tahun) yang pernah menderita Gastroenteritis di Wilayah
kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Periode Juli-Desember Tahun 2008
sebanyak 106 penderita.
2. Sampel
a. Sampel kasus adalah sebagian dari populasi yang terpilih menjadi sampel.
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan
rumus :
35
N
n =
1+ N (d)²
Keterangan :
n = Jumlah sampel penelitian (besar sampel yang diharapkan)
N = Jumlah Populasi
d = Tingkat kesalahan = 5% = 0,05 (Notoatmodjo).
106 n = = 83,79 dibulatkan menjadi 84 1+ 106 (0,05)²
b. Teknik Pengambilan Sampel
Berdasarkan perhitungan di atas jumlah sampel adalah 84 orang
dengan tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Simple random
sampling.
c. Sampel kontrol adalah keluarga yang mempunyai anak yang tidak terkena
penyakit Gastroenteritis pada saat penelitian dan berdomisili di Wilayah
kerja Puskesmas Poasia yang jumlahnya sama dengan kasus yakni
sebanyak 84 orang dengan Matching yaitu umur dan jenis kelamin Anak.
Jadi jumlah sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 168 orang.
D. Variabel Penelitian
36
1. Variabel Bebas (Independent) yaitu pengetahuan, sikap, sumber air dan
jamban keluarga.
2. Variabel Terikat (Dependent) yaitu kasus penyakit Gastroenteritis pada
anak.
E. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Anak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak yang berumur 1-14
tahun yang pernah menderita penyakit Gastroenteritis.
2. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah pemahaman yang dimiliki oleh
responden tentang penyakit Gastroenteritis yang diperoleh baik melalui
pendidikan formal maupun non formal, yang didapat dari kemampuan
responden untuk menjawab pertanyaan dengan benar berhubungan dengan
penyakit Gastroenteritis. Jumlah sebanyak 10 nomor yang masing-masing
terdiri dari 2 alternatif jawaban dengan menggunakan skala nominal, jika
menjawab benar diberi skor 1 (satu) dan menjawab salah diberi skor 0 (nol),
sehingga diperoleh skor nilai :
Skor tertinggi : 10 x 1 = 10 (100%)
Skor terendah : 10 x 0 = 0 (0%)
Kemudian diukur dengan menggunakan rumus menurut Sugiono (2006) :
R I = K
Dimana :
I = Interval kelas
37
R = Range (kisaran yaitu nilai tertinggi - nilai terendah)
= ( 100% - 0% ) = 100%
K = Jumlah kategori = 2 ( cukup, kurang )
Jadi, R 100% I = = = 50% K 2
Kriteria objektif :
Cukup : Apabila nilai jawaban yang diberikan responden benar mencapai 5
sampai dengan 10 atau ≥ 50%
Kurang : Apabila nilai jawaban yang diberikan responden benar mencapai 1
sampai 4 atau < 50% (Sugiono, 2006).
3. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tanggapan atau persepsi
yang dimiliki oleh responden tentang penyakit Gastroenteritis yang meliputi
upaya-upaya peningkatan derajat kesehatan, pengobatan dan pemulihan.
Kriteria penilaian didasarkan atas jumlah keseluruhan pertanyaan
yaitu sebanyak sepuluh (10) pertanyaan dan setiap pertanyaan mempunyai 5
pilihan dengan skor nilai untuk pernyataan positif dengan menggunakan skala
likert, jika sangat setuju (5), setuju (4), ragu-ragu (3), tidak setuju (2), sangat
tidak setuju (1) (Arikunto, 2002).
Total skor adalah jumlah skor pada masing-masing pernyataan sikap
sehingga diperoleh skor nilai :
Skor tertinggi : 10 x 5 = 50 (100%)
Skor terendah : 10 x 1 = 10 (20%)
38
Kemudian diukur dengan menggunakan rumus menurut sugiono (2006) :
R I =
K Dimana :
I = Interval kelas
R = Range (kisaran yaitu nilai tertinggi - nilai terendah)
= ( 100% - 20% ) = 80%
K = Jumlah kategori = 2 ( cukup, kurang )
Jadi, R 80% I = = = 40% K 2
Kriteria objektif :
Cukup : Bila responden memperoleh skor ≥ 60 dari total skor pertanyaan
sikap yang diberikan
Kurang : Bila responden memperoleh skor < 60 dari pertanyaan sikap yang
diberikan
4. Sumber air bersih adalah sifat sumber air bersih yang menyebabkn kasus
secara fisik. Air bersih aalah air yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak
berbau. Meskipun demikian, air jernih, tidak berwarna, dan tidak berbau
belum tentu aman dikonsumsi (Permenkes RI No.907/menkes/VII/2002).
Kriteria objektif :
a. Memenuhi syarat : apabila air memenuhi syarat kesehatan secara
fisik yaitu tidak berwarna, tidak berbau, tidak
39
berasa dan tidak keruh serta disimpan dalam
wadah yang tertutup rapat.
b. Tidak memenuhi syarat : apabila tidak sesuai dengan kriteria diatas
5. Penyediaan jamban Keluarga adalah tersedianya jamban keluarga yang
memenuhi syarat kesehatan.
a. Memenuhi syarat : jika tipe leher angsa atau cemplung tertutup
rapat, memiliki lubang penampungan yang
jaraknya minimal 10 meter dari sumber air
bersih yang digunakan oleh responden, lantai
kedap air, mempunyai lampu, mempunyai
ventilasi dan kondisinya selalu bersih.
b. Tidak memenuhi syarat : apabila tidak sesuai dengan kriteria diatas
F. Instrumen dan Jenis Data
1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu :
a. Kuisioner berisi serangkaian pertanyaan tentang penyakit Gastroenteritis.
b. Pensil/balpoin sebagai alat tulis/ceklist.
2. Jenis Data
a. Data Primer
Diperoleh dengan cara wawancara langsung kepada responden
(keluarga anak) dengan menggunakan kuisioner, mengenai identitas
40
responden, identitas anak, pengetahuan keluarga tentang Gastroenteritis,
sikap keluarga, ssumber air bersih dan penyediaan jamban keluarga.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari hasil pencatatan dan pelaporan di
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, Dinas Kesehatan Kota
Kendari, Puskesmas Poasia Kabupaten Kendari Tahun 2008 yang
meliputi data tentang Kejadian Penyakit Gastroenteritis dan Sumberdaya
Puskesmas, dan dari Kantor Kecamatan Poasia yang meliputi Keadaan
Demografi dan Keadaan Geografi, serta Sosial budaya
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh diolah menggunakan Komputer dengan program SPSS
versi 13,0 for Windows.
2. Analisis Data
Analisis data menggunakan Statistik Inferensial sebagai berikut :
a) Univariat
Analisis Univariat digunakan untuk mengetahui distribusi dan
presentase dari tiap variabel bebas (pengetahuan, sikap, sarana air bersih
dan penyediaan jamban keluarga) dengan variabel terikat (Kejadian
Gastroenteritis).
41
b) Bivariat
Untuk mengetahui keeratan hubungan antara variabel bebas
( pengetahuan, sikap, sarana air bersih dan penyediaan jamban keluarga)
dengan variabel terikat (Kejadian Gastroenteritis) dengan menggunakan
uji Chi-Square (X²) yaitu suatu sampel yang diambil dari populasi bivariat
yang tidak normal yang terdiri dari dua variabel, dan tiap variabel dibagi
menjadi dua kategori, jika dibawa dalam bentuk tabel diperoleh tabel 2X2.
Dengan rumus :
n﴾| ad – bc |- n )2 2
X² = (a+b)(C+d)(a+b)(b+d)
Kriteria pengujian : H1 diterima jika nilai X² hitung ≤ X² tabel dan H0
diterima jika nilai X² hitung ≥ X² tabel, pada taraf kepercayaan 95%(α = 0,05).
Analisis bivariat juga menggunakan Uji Odds Ratio (OR) untuk melihat
besarnya risiko dan menguatnya variabel yang diteliti antara variabel bebas
(engetahuan, sikap, sarana air bersih dan penyediaan jamban keluarga) dengan
variabel terikat (Kejadian Gastroenteritis) karena Insidence Rate dari penyakit
pada kelompok kasus maupun kontrol tidak dapat diukur (Candra, 1996). Dengan
Rumus :
a x dOR = b x c
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel kontingensi 2x2 berikut :
42
Tabel 2. Kontingensi 2x2 pada kasus Gastroenteritis
Faktor Resiko
Gastroenteritis
Kasus Kontrol Total
Positif
Negatif
Total
a b
c d
a+c b+d
a+b
c+d
a + b + c + d
Keterangan :
a : Jumlah kasus dengan risiko Positif ( + )
b : Jumlah kontrol dengan risiko Positif ( + )
c : Jumlah kasus dengan risiko Negatif ( - )
d : Jumlah kontrol dengan risiko Negatif ( - )
Hubungan dikatakan bermakna apabila Lower Limit dan Upper Limit tidak
mencakup nilai 1 (Ho) ditolak.
Lower Limit : OR x e-
Upper Limit : OR x e
Estimasi koefisien Interval (CI) ditetapkan pada tingakt kepercayaan 95% dengan
Interpretasi OR :
Bila OR = 1, artinya tidak ada hubungan antara faktor risiko dengan kejadian
Gastroenteritis (bukan merupakan faktor resiko)
Bila OR < 1, artinya ada hubungan antara faktor risiko dengan kejadian
Gastroenteritis
43
Bila OR > 1, artinya ada hubungan positif antara faktor risiko dengan kejadian
Gastroenteritis (merupakan faktor resiko) (Multono, 2000).
3. Penyajian Data
Data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi
berdasarkan variabel yang diteliti.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Keadaan Geografis
Puskesmas Poasia merupakan puskesmas plus yang melayani rawat
jalan dan rawat inap yang berkedudukan di Kelurahan Rahandouna
Kecamatan Poasia Kota Kendari. Wilayah Kerja Puskesmas Poasia meliputi 4
kelurahan yaitu : Kelurahan Anggoeya, Kelurahan Anduonohu, Kelurahan
Rahandouna, dan Kelurahan Matabubu. Jumlah posyandu sebanyak 14
44
posyandu yang tersebar dalam 4 kelurahan, dengan batas – batas wilayah
sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Teluk Kendari.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Baruga.
c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Abeli.
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kambu.
2. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia pada Tahun
2008 adalah 17.949 jiwa, yang terdiri dari 10.106 jiwa laki-laki dan 7.843
jiwa perempuan, dengan jumlah kepala keluarga 5.638 KK. Jumlah penduduk
tersebut terdistribusi di 4 (empat) kelurahan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel di bawah :
Tabel 2. Distribusi Penduduk Menurut Jumlah KK dan Jumlah Penduduk pada Masing-Masing Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
No Kelurahan Jumlah Pddk (Jiwa)
Persentase (%)
Jmlh KK
Persentase (%)
1. Anduonohu 6.273 35,0 1.865 33,12. Rahandouna 7.528 42,0 2.342 41,53. Anggoeya 3.149 17,5 874 15,54. Matabubu 999 5,5 557 9,9
Jumlah 17,949 100 5.638 100Sumber : Profil Puskesmas Poasia, 2008
Penduduk per kelurahan adalah semua orang yang berdomisili dalam
suatu kelurahan tertentu selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang
berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap (Rush,2001).
45
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 4 Kelurahan di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia penduduk terbanyak di Kelurahan Rahandouna yaitu
berjumlah 7.528 orang (42,0%) dengan jumlah KK 2.342 (41,5%). Dengan
demikian sangatlah beralasan jika Puskesmas Poasia tersebut di tempatkan di
Kelurahan Rahandouna. Selanjutnya Kelurahan Anduonohu berjumlah 6.273
(35,0%) dengan jumlah KK 1.865 (33,1%), Kelurahan Anggoeya berjumlah
3.149 (17,5%) dengan jumlah KK 874 (15,5%) dan yang paling terendah
penduduknya adalah Kelurahan Matabubu yakni hanya 999 jiwa (5,5%)
dengan jumlah KK 557 (9,9%).
3. Pendidikan
Tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Poasia di Wilayah Kerja
Puskesmas Poasia sebagian besar tidak tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA) (Profil Puskesmas Poasia,2008).
4. Keadaan Sosial Ekonomi
Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia sebagian besar bermata
pencaharian sebagai nelayan, petani, buruh harian, dan pegawai negeri
sipil/TNI/Polri, yang secara umum tingkat pendapatannya atau penghasilan
rata-ratanya masih sangat rendah (Profil Puskesmas Poasia, 2008).
46
5. Sumberdaya Puskesmas
a. Sarana Pelayanan Kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan di Puskesmas Poasia dapat dilihat pada
tabel di bawah :
Tabel 3. Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Poasia Kecamatan PoasiaNo Jenis Sarana Pelayanan Jumlah Sarana
1 Puskesmas Induk 1
2. Pustu 2
3. Rumah Dinas 2
Sumber : Profil puskesmas Poasia Tahun 2008
Tabel 3 menunjukkan bahwa sarana pelayanan kesehatan di
Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008 memiliki 1
puskesmas induk, 2 puskesmas pembantu (Pustu) dan 2 rumah dinas.
b. Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan adalah jumlah orang yang mengabdikan
diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan
(Philip,2003).
Tenaga kesehatan di Puskesmas Poasia dapat dilihat pada tabel di
bawah :
47
Tabel 4. Tenaga Kesehatan Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia
No Jenis Tenaga Jumlah Tenaga1. Dokter Umum 42. Dokter Gigi 23. Bidan 174. Perawat 315. Perawat Gigi 26. Petugas Sanitasi 57. Petugas Gizi 68. Asisten Apoteker 29. Petugas Laboratorium 110. Pengelola Gudang Obat 111. Petugas Administrasi 312. Pengemudi 113. Cleaning Service 2
Sumber : Profil Puskesmas Poasia Tahun 2008
Tabel 4 menunjukkan bahwa dengan melihat sarana dan prasarana
diatas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah dan jenis yang dibutuhkan
untuk melaksanakan kegiatan puskesmas hampir terpenuhi.
B. Hasil dan Pembahasan
1. Karakteristik Umum Responden
a. Karakteristik Responden Menurut Kelurahan
Kelurahan adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah
penduduk yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di
bawah camat (Rush, 2001).
48
Jumlah dan persentase responden menurut kelurahan dapat dilihat
pada tabel di bawah :
Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
No Kelurahan Jumlah Persentase (%)
1. Anduonohu 82 48,8
2. Rahandouna 51 30,3
3. Anggoeya 28 16,7
4. Matabubu 7 4,2
Jumlah 168 100
Sumber : Data Primer, 2009
Tabel 5 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak yaitu
pada Kelurahan Anduonohu yaitu dengan jumlah 82 orang (48,8%) dan yang
terendah adalah di Kelurahan Matabubu dengan jumlah 7 orang (4,2%).
6. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah kata yang umumnya digunakan untuk
membedakan seks seseorang (laki-laki atau perempuan) (Rush, 2001).
Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin dapat
dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota KendariJenis Kelamin Jumlah Persentasi (%)
49
Laki-laki 96 57,1
Perempuan 72 42,9
Jumlah 168 100
Sumber : Data Primer, 2009
Tabel 6 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin resonden,
yang paling banyak yaitu jenis kelamin laki-laki sebanyak 96 orang (57,1%)
sedangkan yang terendah adalah jenis kelamin perempuan dengan jumlah 72
orang (42,9%).
7. Karakteristik Responden Menurut Kelompok Umur
Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan
suatu makhluk, baik yang hidup maupun yang mati, yang diukur sejak dia
lahir hingga waktu umur itu dihitung (Philip, 2003).
Jumlah dan persentase responden menurut kelompok umur dapat
dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Persentasi (%)
1. 20-30 41 24,4
2. 31-40 99 58,9
3. 41-50 28 16,7
Jumlah 168 100
Sumber : Data Primer, 2009
50
Tabel 7 menunjukkan bahwa kelompok umur responden bervariasi
mulai dari kelompok umur 20-30 tahun sampai dengan kelompok umur 41-
50 tahun. Sebagian besar responden berada pada kelompok umur 31-40 tahun
yaitu sebanyak 99 orang (58,9%) sedangkan terendah adalah kelompok umur
41-50 tahun yaitu sebanyak 28 orang (16,7%).
8. Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya (Rush, 2001). Pendidikan terakhir yang
dimaksud yaitu pendidikan yang terakhir diraih oleh responden.
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pendidikan dapat
dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
No Pendidikan Jumlah Persentasi (%)
1. SLTP 17 10,1
2. SLTA 68 40,5
3. Diploma 40 23,8
4. PT 43 25,6
Jumlah 168 100
51
Sumber : Data Primer, 2009
Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden
bervariasi mulai dari SLTP sampai dengan PT. Sebagian besar responden
atau sebanyak 68 orang (40,5%) memiliki tingkat pendidikan SLTA
sedangkan yang terendah yaitu SLTP dengan jumlah 17 orang (10,1%).
9. Karakteristik Responden Menurut Umur Anak
Umur anak adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir yang
berusia 1-14 tahun (Karasaputra, 1991).
Jumlah dan persentase responden menurut umur anak dapat dilihat
pada tabel di bawah :
Tabel 9. Distribusi Responden Menurut Umur Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Kelompok umur anak Jumlah Persentasi (%)
1-5 tahun 116 69,1
6-10 tahun 34 20,2
11-14 tahun 18 10,7
Jumlah 168 100
Sumber : Data Primer, 2009
Tabel 9 menunjukkan bahwa kelompok umur anak yang paling
banyak terdapat yaitu pada kelompok umur 1-5 tahun sebanyak 116 orang
(69,1%) sedangkan yang terendah adalah kelompok umur 11-14 tahun
sebanyak 18 orang (10,7%).
10. Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin Anak
52
Jenis kelamin adalah kata yang umumnya digunakan untuk
membedakan seks seseorang (laki-laki atau perempuan) (Rush, 2001).
Jumlah dan persentase responden menurut jenis kelamin anak dapat
dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 10. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Anak di WilayahKerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Jenis Kelamin Jumlah Persentasi (%)
Laki-laki 82 48,8
Perempuan 86 51,2
Jumlah 168 100
Sumber : Data Primer, 2009
Tabel 10 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin, anak yang
paling banyak yaitu anak perempuan sebanyak 86 orang (51,2%) sedangkan
yang terendah adalah anak laki-laki dengan jumlah 82 orang (48,8%).
2. Analisis Univariat
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah seeorang
melakukan pengindraan terhadap suatu tertentu baik melalui indra
pengihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
53
pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yaitu menanyakan tentang isi materi yang dapat diukur dari subjek penelitian
atau responden.
Distribusi responden berdasarkan tingkat pengetahuan di wilayah
Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 11. Distribusi Responden berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Pengetahuan Jumlah Persentase (%)
Kurang 94 56,0
Cukup 74 44,0
Jumlah 168 100
Sumber : Data Primer, 2009
Tabel 11 menunjukkan bahwa dari 168 responden yang mempunyai
pengetahuan kurang sebanyak 94 responden (56,0%) sedangkan yang
mempunyai pengetahuan cukup sebayak 74 responden (44,0%). Hal ini
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden sebagian besar kurang,
sehingga akan terjadi penyakit Gastroenteritis lebih besar karena
pengetahuan optimal respon dapat berdampak pada terbentuknya tindakan
atau perilaku seseorang.
b. Sikap
54
Sikap adalah pemberi penilaian dalam hal menolak atau menerima
terhadap suatu obyek yang dihadapi (Sumadi, 1986). Lebih lanjut, Saifuddin
(1995) menyatakan sikap merupakan perilaku yang berada dalam batas
kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap
stimulus lingkungan sosial.
Distribusi responden berdasarkan sikap di wilayah Kerja Puskesmas
Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 12. Distribusi Responden berdasarkan Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Sikap Jumlah Persentase (%)
Kurang 56 33,3
Cukup 112 66,7
Jumlah 168 100
Sumber : Data Primer, 2009
Tabel 12 menunjukkan bahwa dari 168 responden yang diteliti yang
mempunyai sikap cukup sebanyak 112 responden (66,7%) sedangkan yang
mempunyai sikap kurang sebayak 56 responden (33,3%). Hal ini
menunjukkan bahwa masih ada responden yang mempunyai sikap yang
kurang mendukung terhadap upaya pencegahan penanggulangan penyakit
Gastroenteritis.
c.Sumber Air Bersih
55
Air adalah salah satu kebutuhan pokok manusia dan mahkluk hidup
lainnya. Kegunaan air selain dapat memberikan manfaat juga dapat
memberiakn pengaruh buruk terhadap kesehatan. Air yang tidak memenuhi
syarat kesehatan sangat baik bagi penularan penyakit (Azwar, 1990). Air
merupakan unsur yang sangat berperan dalam kehidupan manusia untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari, baik itu untuk keperluan rumah tangga,
industri dan untuk perkotaan.
Distribusi responden berdasarkan tingkat sumber air bersih di wilayah
Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 13. Distribusi Responden berdasarkan Tingkat Sumber Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Sumber Air Bersih Jumlah Persentase (%)
Memenuhi Syarat 89 53,0
Tidak Memenuhi Syarat 79 47,0
Jumlah 168 100
Sumber : Data Primer, 2009
Tabel 13 menunjukkan bahwa dari 168 responden yang diteliti yang
mempunyai sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak 89
responden (53,0%) sedangkan yang mempunyai sumber air bersih yang
tidak memenuhi syarat kesehatan sebanyak 79 responden (47,0%).
d. Jamban Keluarga
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan oleh tubuh manusia,
sedangkan yang dimaksud dengan kotoran manusia adalah semua benda
56
atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam
tubuh ini berbentuk tinja (feses), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari
proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia yang dimaksudkan adalah
tempat pembuangan tinja dan urine yang pada umumnya disebut jamban
atau kakus (Notoatmodjo, 2003).
Distribusi responden berdasarkan jamban keluarga di wilayah Kerja
Puskesmas Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 14. Distribusi Responden berdasarkan Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Jamban Keluarga Jumlah Persentase (%)
Tidak Memenuhi Syarat 66 39,3
Memenuhi Syarat 102 60,7
Jumlah 168 100
Sumber : Data Primer, 2009
Tabel 14 menunjukkan bahwa dari 168 responden yang diteliti
mempunyai jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan
sebanyak 66 responden (39,3%) sedangkan yang memiliki jamban keluarga
yang memenuhi syarat sebanyak 102 responden (60,7%).
3. Analisis Bivariat Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritis
a. Risiko Pengetahuan Terhadap Kejadian Penyakit Gastroenteritis
57
Analisis faktor risiko pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas
Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 15. Analisis Faktor Risiko Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Pengetahuan
Penyakit Gastroenteritis Total OR CIKasus Kontrol
n % n % N %Kurang 55 65,5 39 46,4 94 56,0
2,188
Lower Limit = 1,176Upper
Limit = 4,074
Cukup 29 34,5 45 53,6 74 44,0
Jumlah 84 100 84 100 168 100
Sumber : Data Primer, 2009
Tabel 15 menunjukkan bahwa jumlah responden pada kelompok
kasus dengan pengetahuan yang kurang sebanyak 55 responden (65,5%) dan
pada kontrol sebanyak 39 responden (46,4%) sedangkan responden yang
mempunyai pengetahuan yang cukup sebanyak 29 responden (34,5%) pada
kelompok kasus, dan pada kelompok kontrol sebanyak 45 responden
( 53,6%).
Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai X2 = 6,183 dan nilai p = 0,020
(lampiran 3) karena nilai p < α (0,05). Interpretasinya adalah ada hubungan
bermakna antara pengetahuan dengan kejadian Gastroenteritis di di wilayah
kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari tahun 2008. Hasil uji statistik dengan
Odds Ratio (OR) sebesar 2,188, berarti bahwa pengetahuan yang kurang
berpeluang 2,188 kali menderita Gastroenteritis dibanding responden
58
berpengetahuan cukup. Hal ini didukung pula dengan tingkat pendidikan
responden yang rata-rata hanya tamatan SLTA.
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan hasil
dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan masyarakat juga memegang peranan penting dalam melakukan
upaya-upaya pencegahan terhadap peningkatan kejadian Gastroenteritis
dengan berbagai faktor yang berhubungan dengan Gastroenteritis maupun
tentang system atau mekanisme penularan Gastroenteritis.
Pengetahuan merupakan suatu hasil tahu atau sesuatu yang dipelajari
melalui pengetahuan ini dapat berubah perilaku masyarakat dibidang
kesehatan sehingga berperan dalam perubahan sikap yang pada akhirnya
merupakan predisposisi bentuk perubahan. Begitu pula dengan tingkat
pengetahuan keluarga sangat berpengaruh terhadap status kesehatan anak,
apabila tingkat pengetahuan keluarga cukup sedapat mungkin melakukan
upaya pencegahan gangguan kesehatan dan mewaspadai jika gangguan
timbul. Jika pengetahuan keluarga itu rendah, maka tidak ada upaya
pencegahan kesehatan yang akan dilakukan pada anaknya. Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yaitu
menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau
responden.
59
Masyarakat umumnya belum menyadari sepenuhnya tentang
pentingnya pemeliharaan kesehatan melalui pencegahan, masyarakat akan
memperhatikan masalah kesehatan ketika sudah dihinggapi atau menderita
suatu penyakit, padahal masalah kesehatan bukan hanya terletak pada
pengobatan. Pengobatan hanyalah salah satu aspek yang ditempuh untuk
meningkatkan kesehatan. Masih ada aspek lainnya yang lebih penting
diantaranya aspek preventif dan aspek promotif seperti yang terlah
dikemukakan di atas.
Hasil penelitian pada Tabel 11 menunjukkan bahwa kondisi
pengetahuan yang rendah sangat erat kaitannya dengan tingkat pendidikan
responden dimana responden dari kasus Gastroenteritis yang berpengetahuan
kurang sebanyak 94 (56,0%) dan selebihnya yang memiliki pengetahuan
cukup 74 (44,0%).
Responden kurang mengetahui atau kurang paham tentang masalah
Gastroenteritis atau tindakan apa yang harus dilakukan agar tidak terkena
penyakit Gastroenteritis atau terhindar dari penyakit Gastroenteritis, namun
ada juga responden yang pengetahuannya cukup tetapi perilaku yang sudah
terbiasa dengan perilaku buruk yang susah diubah. Disamping itu ada asumsi
responden bahwa anak-anak yang mulai tumbuh gigi akan sering menderita
penyakit infeksi khususnya Gastroenteritis.
Kebiasaan buruk responden berkunjung ke dokter atau tenaga
kesehatan lain apabila kondisi anak sudah kronis. Mengenai tanggapan
60
responden tentang makanan dan minuman yang disajikan harus ditutup,
umumnya sudah dipahami namun kurang dilaksanakan. Kondisi ini
disebabkan karena faktor kebiasaan yang disebabkan kurangnya pengetahuan
responden tentang akibat dan dampak yang ditimbulkan oleh kebiasaan buruk.
Menurut hasil penelitian Nurjannah (2000), bahwa ada hubungan
antara pengetahuan terhadap kejadin Gastroenteritis, hal ini disebabkan
karena dengan memiliki pengetahuan kurang seseorang tidaklah mampu atau
memecahkan atau menuliskan dalam bentuk kata-kata ataupun maksud yang
sebenarnya tentang penyakit Gastroenteritis dengan demikian seseorang akan
mampu melakukan sesuatu yang dianggap baik dan berguna bila memiliki
pengetahuan yang cukup bahkan dengan pengetahuan pula akan membuat
seseorang lebih mudah melihat cara dan kesempatan atau meningkatkan taraf
hidupnya (http://www.infeksi.com/articles.php?Ing=in&pg=15&id=4 diakses
pada tanggal 15/3/09).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003), bahwa
pengetahuan akan membuat seseorang lebih melihat cara dan kesempatan
untuk meningkatkan derajat hidup. Seserang akan mampu melakukan sesuatu
yang dianggap baik bila memiliki pengetahuan cukup. Berarti bila seseorang
mempunyai pengetahuan cukup tentang Gastroenteritis akan lebih mampu
melakukan usaha pencegahan dari penyakit sehingga keluarga dan anggotanya
bias terhindar dari berbagai penyakit.
61
b. Risiko Sikap Terhadap Kejadian Penyakit Gastroenteritis
Analisis faktor risiko sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota
Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 16. Analisis Faktor Risiko Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Sikap
Penyakit Gastroenteritis Total OR CIKasus Kontrol
n % n % N %Kurang 26 31,0 30 35,7 56 33,0
0,807 Lower Limit
= 0,424Upper Limit
= 1,535 Cukup 58 69,0 54 64,3 112 66,7
Jumlah 84 100 84 100 168 100 Sumber : Data Primer, 2009
Tabel 16 menunjukkan bahwa sikap yang kurang pada kelompok
kasus sebanyak 26 responden (31,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak
30 responden (35,7%) sedangkan sikap yang cukup pada kelompok kasus
sebanyak 58 responden (69,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 54
responden (64,3%).
Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai X2 = 0,429 dan nilai p = 0,623
(lampiran 3), karena nilai p > α (0,05) dan nilai OR = 0,807 maka yang
berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara faktor risiko sikap
dengan kejadian Gastroenteritis di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota
Kendari tahun 2008.
Sikap adalah pemberi penilaian dalam hal menolak atau menerima
terhadap suatu obyek yang dihadapi (Sumadi, 1986). Lebih lanjut, Saifuddin
62
(1995) menyatakan sikap merupakan perilaku yang berada dalam batas
kewajaran dan kenormalan yang merupakan respon atau reaksi terhadap
stimulus lingkungan sosial.
Sikap seseorang adalah komponen yang sangat penting dalam perilaku
kesehatannya, yang kemudian diasumsikan bahwa adanya hubungan langsung
antara sikap dan perilaku sesorang, sikap positif seseorang terhadap kesehatan
kemungkinan tidak otomatis berdampak pada perilaku seseorang menjadi
positif, tetapi sikap yang negatif terhadap kesehatan hampir pasti berdampak
negatif pada perilakunya
Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap
adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus
atau objek. Manifestasi sikap ini tidak dapat langsung dilihat, akan tetapi
hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
belum merupakan suatu tindakan tetapi merupakan “ predisposisi” tindakan
atau perilaku (Niven, 2000).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 168 responden yang memilki
sikap yang cukup sebanyak 112 (66,7%) sedangkan yang mempunyai sikap
kurang sebesar 56 (33,3%).
Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa banyaknya
responden yang memiliki sikap cukup di wilayah penelitian ini disebabkan
karena rata-rata responden memiliki sikap mau menerima informasi yang
63
diberikan, tetapi hal tersebut harus didukung dengan pengetahuan yang cukup
pula yang diberikan oleh para petugas kesehatan. Karena antara sikap dan
pengetahuan saling mendukung
c. Risiko Sumber Air Bersih Terhadap Kejadian Penyakit Gastroenteritis
Analisis faktor risiko air bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia
Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 17. Analisis Faktor Risiko Sumber Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Sumber Air Bersih
Penyakit Gastroenteritis Total OR CIKasus Kontrol
n % n % N %TMS 47 56,0 32 38,1 79 47,0
2,064
Lower Limit = 1,115Upper
Limit = 3,822
MS 37 44,0 52 61,9 89 53,0
Jumlah 84 100 84 100 168 100
Sumber : Data Primer, 2009
Tabel 17 menunjukkan bahwa jumlah responden pada kelompok
kasus yang mempunyai sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat
kesehatan sebesar 47 responden (56,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak
32 responden (38,1%), sedangkan responden yang memiliki sumber air bersih
yang memenuhi syarat kesehatan pada kelompok kasus sebesar 37 responden
(44,0%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 52 responden (61,9%).
Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai X2 = 5,376 dan nilai p = 0,030
(lampiran 3) karena nilai p < α (0,05), interpreasinya adalah ada hubungan
64
bermakna antara sumber air bersih dengan kejadian Gastroentereitis di
Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008. Hasil uji statistik
dengan Odds Ratio (OR) terhadap sumber air bersih diperoleh nilai sebesar
2,064 menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor risiko
sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan dengan kejadian
Gastroenteritis berpeluang 2,064 kali lebih besar risiko untuk terjadinya
penyakit Gastroenteritis. Hal ini disebabkan karena sumber air bersih yang
mereka gunakan (sumur gali) yang sebagian besar kondisi sumur gali tidak
terlalu terawat dan kurang diperhatikan kebersihannya serta pemanfaatannya
yang kemungkinan besar berpengaruh bagi yang mengkonsumsinya.
Sumber air bersih adalah tersedianya air bersih yang memenuhi syarat
kesehatan secara fisik, yaitu tidak berwarna, tdak berbau, dan tidak berasa
serta disimpan dalam wadah khusus yang memenuhi syarat kesehatan,
tertutup rapat yang digunakan oleh responden bersama anggota keluarganya
dalam kehidupan sehari-hari (Azwar, 1990).
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 168 responden yang memilki
sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan 89 (53,0%) sedangkan
yang mempunyai sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan 79
(47%).
Mengenai sumber air bersih yang digunakan sehari-hari umumnya
kondisi air yang belum memenuhi syarat kesehatan dari segi fisik sarana
tersebut sudah tidak memenuhi syarat kesehatan, berarti secara langsung air
65
yang digunakan kurang layak dikonsumsi. Tetapi ada sebagian kecil
masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari yang
menggunakan sarana PDAM dan air isi ulang yang hanya khusus untuk
dikonsumsi. kemudian pada saluran pembuangan air yang terdapat pada
sumber air bersih tidak kedap air hal ini memungkinkan akan terjadi resapan
oleh air buangan yang kemudian akan masuk atau merembes ke dalam sumber
air bersih yang digunakan.
Mengenai bibir sumur sudah baik hanya saja pada lantai sumur
kondisinya sudah retak-retak dan kebanyakan tidak di semen yang
memungkinkan terjadinya rembesan yang bias mencemari sumber air yang
digunakan. Kemudian mengenai lubang peresapan juga sudah cukup baik dari
segi jarak namun masih perlu diberi penutup agar serangga terutama nyamuk
dan serangga lainnya tidak dapat bersarang dan berkembang biak yang dapat
menimbulkan bibit penyakit.
Hal yang demikian ikut memperbesar risiko untuk terjadinya penyakit
menular khususnya penyakit Gastroenteritis di Wilayah Kerja Puskesmas
Poasia Kota Kendari.
Kondisi sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat tentunya tidak
terlepas dari pengetahuan dan sikap dari pemilik sarana tersebut (responden).
Apabila pengetahuan dan sikap seseorang itu baik maka cenderung untuk
selalu berbuat yang terbaik terhadap sarana air bersih yang ikut diketahuinya
66
yang dapat mempengaruhi status atau kondisi kesehatan dirinya maupun
orang lain.
Hasil analisis data yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan
antara sumber air bersih dengan kejadian Gastroenteritis memberikan
petunjuk perlunya masyarakat dan instansi terkait berupaya untuk
meningkatkan sumber air bersih. Hal ini terutama ditunjang bagi masyarakat
yang selama ini mengkonsumsi air yang memenuhi syarat kesehatan.
Hasil penelitian Taufik (2006) di Desa Ranomentaa Kecamatam
Watubangga Kabupaten Kolaka Propinsi Sulawesi Tenggara menyimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara sampel sumber air bersih dengan
kejadian Gastroenteritis, dengan risiko 6,3 kali lebih besar terjadinya penyakit
Gastroenteritis pada sampel sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat
kesehatan.
d. Risiko Jamban Keluarga Terhadap Kejadian Penyakit Gastroenteritis
Analisis faktor risiko jamban keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas
Poasia Kota Kendari dapat dilihat pada tabel di bawah :
67
Tabel 18. Analisis Faktor Risiko Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Jamban Keluarga
Penyakit Gastroenteritis Total OR CIKasus Kontrol
n % n % N %TMS 46 54,8 20 23,8 66 39,3
3,874 Lower Limit
= 2,000Upper Limit
= 7,501
MS 38 45,2 64 76,2 102 60,7Jumlah 84 100 84 100 168 100
Sumber : Data Primer, 2009
Tabel 18 menunjukkan bahwa jamban keluarga yang tidak
memenuhi syarat kesehatan pada kelompok kasus sebanyak 46 responden
(54,8%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 20 responden (23,8%)
sedangkan jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan pada kelompok
kasus sebanyak 38 responden (45,2%) dan pada kelompok kontrol sebanyak
64 responden (76,2%)
Hasil uji Chi-Square diperoleh nilai X2 = 16,870 dan nilai p = 0,000
(lampiran 3) karena nilai p < α (0,05), maka Ho ditolak, yang berarti bahwa
ada terdapat hubungan antara jamban keluarga dengan kejadian
Gastroenteritis di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Dengan
OR sebesar 3,874 yang artinya penderita yang memiliki jamban keluarga yang
tidak memenuhi syarat mempunyai risiko mengalami penyakit Gastroenteritis
sebesar 3,874 kali disbanding dengan yang memiliki jamban keluarga yang
memenuhi syarat kesehatan.
68
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang digunakan untuk
membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut kakus atau WC.
Pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan menyebabkan
kontaminasi pada air tanah. Tinja dalah bahan buangan yang dikeluarkan oleh
tubuh manusia, sedangkan kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang
tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus segera dukeluarkan dari dalam
tubuh yang berbentuk tinja (feses), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil
proses pernapasan. Tempat pembuangan tinja dan air seni pada umumya
disebut jamban (Notoatmodjo, 2002).
Dari hasil penelitian dilapangan menunjukkan bahwa banyaknya
responden yang memiliki jamban keluarga yang tidak memnuhi syarat
diwilayah penelitian. Ini disebabkan karena rata-rata responden memiliki
jamban tidak dilengkapi dengan penutup dan mempunyai lubang penampun
gan yang jaraknya minimal 10 meter dari sumber air bersih yang digunakan
oleh responden.
Untuk menentukan sarana jamban responden yang memenuhi syarat
dan tidak memenuhi syarat dilakukan observasi langsung ke tempat jamban
keluarga respinden dengan berpatokan pada criteria objektif sebelumnya yaitu
dikatakan jamban keluarga yang memenuhi syarat jika jamban digunakan oleh
responden tertutupi, lantai dan klosed selalu dalam keadaan bersih dan jarak
69
lubang penampungan tinja/kotoran jamban minimal 10 meter dari sumber air
bersih.
Pada kelompok kasus juga terdapat responden yang memiliki
jamban keluarga yang memenuhi syarat yaitu 38 (45,2%) responden.
Responden tersebut memiliki jamban keluarga yang memenuhi syarat
kesehatan namun masih menderita Gastroenteritis. Hal ini diduga disebabkan
karena jamban keluarga bukan merupakan satu-satunya faktor responden
terhindar dari kejadian penyakit Gastroenteritis, tetapi ada faktor lain seperti :
pengetahuan, dan sarana air bersih.
Dalam penleitian ini juga ditemukan hasil bahwa pada kelompok
kontrol terdapat responden yang memiliki jamban keluarga yang tidak
memenuhi syarat kesehatan yaitu sebanyak 20 (23,8%). Responden tersebut
memiliki jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan tetapi tidak
menderita penyakit Gastroenteritis.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Mansjoer (2000), bahwa sarana jamban keluarga merupakan variable yang
berhubungan dan merupakan fakto risiko kejadian penyakit Gastroenteritis di
wilayah penelitian tersebut.
70
V. PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik simpulan sebagai
berikut :
1. Pengetahuan berhubungan dan merupakan faktor risiko kejadian
Gastroenteritis pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Tahun 2008, dengan risiko sebesar 2,188 kali lebih besar terjadinya penyakit
Gastroenteritis pada responden yang berpengetahuan kurang dibandingkan
dengan responden berpengetahuan cukup.
2. Sikap tidak berhubungan dan bukan merupakan faktor risiko kejadian
Gastroenteritis pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Tahun 2008.
3. Sumber air bersih berhubungan dan merupakan faktor risiko kejadian
Gastroenteritis pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
Tahun 2008, dengan risiko sebesar 2,064 kali lebih besar terjadinya penyakit
Gastroenteritis pada responden yang memiliki sumber air bersih yang tidak
memenuhi syarat kesehatan dibandingkan dengan responden yang memiliki
sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan.
4. Jamban keluarga berhubungan dan merupakan faktor risiko kejadian
Gastroenteritis pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari
71
Tahun 2008, dengan risiko sebesar 3,874 kali lebih besar terjadinya penyakit
Gastroenteritis pada responden yang memiliki jamban keluarga yang tidak
jamban keluarga yang memenuhi syarat kesehatan.
B. Saran
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, sebagai saran adalah sebagai
berikut :
1. Diharapkan kepada unit pelayanan kesehatan setempat untuk lebih dapat
mengefektifkan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat, agar masyarakat bias
mengerti dan memahami (mengetahui), apa manfaat yang ditimbulkan apabila
berperilaku baik dan apa akibat yang ditimbulkan apabila berperilaku buruk
sehingga masyarakat bias melihat dan membandingkan dampak dari
berperilaku baik dan buruk tersebut.
2. Bagi masyarakat yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia khususnya yang
memiliki sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan yang berasal
dari sumur gali, agar dapat melakukan upaya perbaikan/perubahan sehingga
sumber air bersih tersebut dapat memenuhi syarat kesehatan dan layak untuk
digunakan/dikonsumsi. Untuk pencapaian ini perlu adanya kerjasama yang erat
antara petugas kesehatan dengan masyarakat setempat, serta sektor terkait
terutama Dinas Pekerjaan Umum (PU).
3. Bagi masyarakat yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia khususnya yang
memiliki jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat kesehatan agar dapat
melakukan upaya perbaikan/perubahan sehingga jamban keluarga tersebut
72
dapat memenuhi syarat kesehatan dan layak untuk digunakan dan tidak
menemari lingkungan sekitar. Untuk pencapaian ini perlu adanya kerjasama
yang erat antara petugas kesehatan dengan masyarakat setempat.
4. Bagi pemerintah daerah pencapaian ini perlu adanya kerjasama yang erat
antara petugas kesehatan dengan masyarakat setempat agar program perbaikan
lingkungan perumahan sehat yang ada diprioritaskan kepada kelompok
masyarakat yang memiliki sumber air bersih yang tidak memnuhi syarat
kesehatan, pengetahuan yang kurang, jamban keluarga yang tidak memenuhi
syarat kesehatan untuk mengurangi risiko kejadian Gastroenteritis dan
penyakit menular lainnya.
73
DAFTAR PUSTAKA
Ansyar, S., 2008, Tinjauan Perilaku Terhadap Penatalaksanaan Gastroenteritis Pada Anak, Poltekkes, Kendari
Arikunto, S., 2002, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.
Azwar, 1990, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan, Mutiara Sumber Widya. Jakarta.
Saifuddin ,A., 1995, Sikap Manusia, Pustaka Belajar, Bandung.
Brunner and Suddart, 2002, Keperawatan Medical Bedah Vol 2, EGC, Jakarta.
Chandra, B., 1995, Pengantar Statistik Kesehatan, EGC, Jakarta.
Djabu, 2000, Pedoman Pembuangan Tinja dan Air Limbah, Institusi Pendidikan Sanitasi Kesling, Pusdiknakes, Jakarta.
Dinkes Kota Kendari, 2008, Profil Dinkes Kota Kendari, Dinkes Kota Kendari. Kendari.
Dinkes Propinsi Sultra, 2007, Profil Dinkes Propinsi Sulawesi Tenggara, Dinkes Sultra, Kendari.
Depkes RI, 2001, Indonesia Sehat 2010, Jakarta.
Depkes, 2001, Buku Indonesia Sehat 2010, Depkes Jakarta.
Depkes, 2008, Profil Puskesmas Poasia, Kota Kendari, Sultra.
Hasyim, M., 2000, Penyediaan Air Bersih Jurusan Kesehatan Lingkungan, FKM Universitas Hasanuddin, Makassar.
Istiarti, 2000, Menanti Buah Hati Kaitan Antara Kemiskinan Dan Kesehatan, Yayasan Adikarya IKAPI, Yogyakarta.
Karasaputra, H., 1991, PanduanPerawatan Anak, Bharata, Jakarta.
Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, Jakarta.
Menkes RI, No.907/Menkes/SK/VII/2002 tentang kondisi sarana air bersih yang memenuhi syarat kesehatan, Jakarta.
74
Multono, 2000, Modul Penelitian Kasus Kontrol, Akademi Gizi Kendari, Kendari.
Naziruddin, 1999, Gastroenterologi Hepatologi, Sagung Seto, Jakarta.
Niven, 2000, Psikologi, UGM, Yogyakarta.
Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.
Ngatimin, 1999, Promosi Peningkatan Mutu Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Noor, 1997, Dasar Epidemiologi, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, S., 1997, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
-Notoatmodjo.S., 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Philip, 2003, Administrasi Pembangunan Kesehatan, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
Rush, M., 2001, Pengantar Demografi Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta.
Rusmi, WT., 1999, Ilmu Perilaku, CV. Sagung Seto, Jakarta.
Soegijanto, 2002, Ilmu Penyakit Anak, diagnosa dan Penatalaksanaannya, Salemba Medika, Jakarta.
Sudoyo, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta.
Sugiono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan R n B, Affabcta, Bandung.
Sumadi, 1986, Ilmu Perilaku, CV. Agung Jaya, Jakarta.
Suryabrata, 1986, Psikologi Kepribadian, UGM, Yogyakarta.
Suryadi, 2001, Asuhan Keperawatan Anak, PT. Fajar Interpratama, Jakarta.
Syaifuddin, 2000, Buku Acuan Nasional : Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta.
Taufik, 2006, Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritis Di Desa Ranomeeto Propinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006, FKM Universitas Hasanuddin, Makassar
75
http://www.infeksi.com/articles.php?Ing=in&pg=15&id=4 diakses pada tanggal 15/03/09.
76
FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT GASTROENTERITIS PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA KOTA KENDARI
TAHUN 2008
OLEH
NURTIKARYANIFID2 04 015
ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor risiko (pengetahuan, sikap,
sumber air bersih dan jamban keluarga) yang mempengaruhi kejadian penyakit Gastroenteritis Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari. Jenis penelitian yang digunakan adalah Survey Analitik dengan rancangan Case Kontrol Study untuk mengetahui seberapa besar faktor risiko yang diteliti dengan kejadian penyakit Gastroenteritis. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 168 sampel yang terdiri dari 68 kasus dan 68 kontrol dengan matching berdasarkan umur dan jenis kelamin. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yaitu pengetahuan, sikap, sumber air bersih dan jamban keluarga dan variable terikat yaitu penyakit Gastroenteritis.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan ada risiko yang signifikan antara pengetahuan dengan Lower Limit = 1,176, Upper Limit = 4,074 dan nilai OR = 2,188, sumber air bersih dengan Lower Limit = 1,115, Upper Limit = 3,822 dan nilai OR = 2,064 dan jamban keluarga dengan Lower Limit = 2,000,Upper Limit = 7,501 dan nilai OR = 3,874 dengan kejadian penyakit Gastroenteritis. Dari hasil analisis penelitian diperoleh gambaran bahwa pengetahuan yang kurang, sumber air bersih dan jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat beresiko terhadap kejadian penyakit Gastroenteritis Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008. Sedangkan sikap tidak beresiko terhadap kejadian penyakit Gastroenteritis Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Tahun 2008.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Sumber Air Bersih, Jamban Keluarga, Kejadian Penyakit Gastroenteritis
77
CASE RISK FACTOR OF GASTROENTERITIS DESEASE AT CHIDREN IN OFFICIAL AREA OF PUSKESMAS POASIA KENDARI CITY IN THE
YEAR 2008
By
NURTIKARYANIF1D2 04015
ABSTRACT
This research aimed to study risk factors ( Knowledge, attitude, source of clean water an family toilet) that influenced gastroenteritis disease at children case in official area of Puskesmas Poasia Kendari City. Type of research used was analytic survey with Case Control Study Design to know how much risk factor studied through gastroenteritis disease case. Samples in the research much as 168 samples that consisted of 68 cases and 68 kontrols through matching according to age and sex. Research variables consisted of independent variables namely knowledge, attitude, source of clean water and family toilet, while dependent variable namely gastroenteritis disease.
Accoding to result of research which was obtained at truth level 95% showed that there was significant risk between knowledge ang lower limit = 1,176, upper limit = 4,074 and OR value = 2,188, source of clean water with lower limit = 1,115, upper limit = 3,882 and OR value = 2,064 and famili toilet with lower limit = 2,000, upper limit = 7,501 and OR value = 3,874 with gastroenteritis disease case. Based on research analysis result had been gotten description that less knowledge, source of clean water and family toilet that unfulfilled requirement had some risk to Gastroenteritis diseases at children case in official area of Puskesmas Poasia Kendari City in the year 2008. While attitude had ti risk to gastroenteritis disease at children case in official area of Puskesmas Poasia in the year 2008.
Keywords : Knowledge, Attitude, Source of Clean Water, Family Toilet, Gastroenteritis Disease At Children Case.
78
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xiv
ABSTRAK xvi
ABSTRACT xvii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan Penelitian 5
D. Manfaat Penelitian 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Perilaku 7
1. Pengertian Perilaku 7
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Perilaku 7
3. Komponen Perilaku 10
B. Tinjauan Umum Tentang Air Bersih 16
C. Tinjauan Umum Tentang Jambang Keluarga 17
79
D. Tinjauan Umum Tentang Gastroenteritis 18
1. Pengertian Gastroenteritis 18
2. Klasifikasi Penyakit Gastroenteritis 26
3. Pencegahan Penyakit Gastroenteritis 26
E. Kerangka Konsep 30
F. Hipotesis Penelitian 33
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian 34
B. Waktu dan Tempat Penelitian 34
C. Populasi dan Sampel Penelitian 35
D. Variabel Penelitian 36
E. Definisi Operasional Dan Kriteria Objektif 36
F. Instrumen Dan Jenis Data 40
G. Pengolahan Dan Analisis Data 41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi 44
1. Keadaan Geografis 44
2. Keadaan Demografi 44
3. Pendidikan 46
4. Keadaan Sosial Ekonomi 46
5. Sumberdaya Puskesmas 46
B. Hasil dan Pembahasan 48
1. Karakteristik Umum Responden 48
2. Analisis Univariat 53
3. Analisis Bivariat 57
80
V. PENUTUP
A. Simpulan 70
B. Saran 71
DAFTAR PUSTAKA 73
LAMPIRAN 75
81
KATA PENGANTAR
“Syukur Allhamdulillah” penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
Rahmat dan Hidayah-Nya jualah maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi dengan judul “Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritis Pada Anak Di
Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008”.
Seiring dengan selesainya penelitian dan penyusunan skripsi, teristimewa
penulis ucapakan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Drs. H. Umar
Deba, M.Kes dan Ibunda Hj. Botji Mustafa serta saudaraku tersayang Nur Cita Maya,
SE, Suhartiyah, SS, M.Si dan Uci Musdayan, ST, yang selalu memberikan spirit dan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi. Serta yang terkhusus buat
suamiku Zamal, S.Si yang selalu setia membantuku dalam suka maupun duka serta
anakku tercinta Muh.Ibnu Yusdar Naufal Azaya dan Muh. Sholehin Gibran Zamal
yang selalu memberikan semangat dan inspirasi. Semoga Allah SWT selalu
melindungi dan melimpahkan rahmat-Nya kepada orang-orang yang kusayangi.
Pada kesempatan ini pula penulis dengan segala kerendahan hati
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak
Muhsin, S.Pd, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Suhadi, SKM, M.Kes selaku
pembimbing II yang telah sabar dan mengorbankan waktu dan pikiran dalam
82
membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam penelitian sampai
terselesainya penyusunan skripsi ini.
Penulis tak lupa pula menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
1. Rektor Universitas Haluoleo.
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Haluoleo.
3. Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Haluoleo.
4. Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat FMIPA Universitas Haluoleo
Kendari.
5. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Program Studi Kesehatan Masyarakat yang
telah mendidik dan membantu penulis selama masa perkuliahan.
6. Bapak Drs. Ruslan Madjid, M.Kes., Bapak Ardiansyah, S.Si, M.Si, Bapak Pitrah
Asfian, S.Sos., M.Sc., selaku Dewan Penguji yang telah banyak memberikan ide
dan saran yang sifatnya membangun demi kelancaran penulisan skripsi ini.
7. Teman-teman penulis ” Inun, Pito, SKM, Iman, SKM, Iqha, Halimah ,SKM, Iin,
SKM, Agus Ndut ,SKM, Arni,SKM, Mila, Asyahril, Meinar, SKM, Inang, terima
kasih atas bantuannya dan seluruh teman-temanku angkatan 2004 yang tidak
sempat disebutkan namanya, terima kasih atas bantuan, dukungan dan
motivasinya yang diberikan kepada penulis.
8. Semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung selama
proses awal hingga selesainya penulisan hasil penelitian ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu
83
Akhir kata penulis ucapkan semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi kita
semua, Amin................
Jazakillah Khairan katsiran Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Kendari, Juni 2009
Penulis
84
FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT GASTROENTERITIS PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POASIA KOTA
KENDARI TAHUN 2008
Skripsi
Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai Derajat Sarjana (S-1)
Oleh :
NurtikaryaniF1D2 04 015
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
85
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARIJUNI 2009
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
Arti Lambang dan Singkatan
Keterangan
Akut
AgentASI
BakteriologisBPSChi-SquareCase Control StudyCO2
Depkes RIDependent VariableD3Enterobacteri Coli
Faktor Risiko
FesesHostHygieneIndependent VariableInfeksi
Insidence RateKronisLower LimitMorbiditasMortalitasMatching
PathogenPathogenesis
Mendadak, penyakit yang datang mendadak dan berkelanjutan singkat serta gawatPenyebab penyakitPenyebab penyakitAir Susu Ibu
Tidak mengandung organisme patogenBadan Pusat StatistikChi kuadratMetode/rancangan studi kasus kontroKarbondioksidaDepartemen Kesehatan Republik IndonesiaVariabel terikatDiplomaBakteri yang terkandung/terdapat di air dan kotoran manusiaFaktor yang dapat berkaitan dengan meningkatnya peluang mengalami suatu penyakitKotoran yang dikeluarkan dari ususPenjamu (manusia)Ilmu tentang kesehatan dan penjagaannyaVariabel bebasMasuknya bibit penyakit kedalam tubuh, khususnya mikroba, ketularan penyakit yang belum diketahuiJumlah kasus baruPernyakit yang berlangsung secara lambatBatas bawahAngka kesakitanAngka kematianPemilihan subjek control yang sama dengan kasus untuk factor risiko yang akan dikendalikanMikroorganisme penyebab penyakitPerkembangan keadaan sakit atau penyakit
86
Shigella
Upper LimitUrineORPHBSKKCLSPSSWHOSLTPSLTAPTSPAL
Genus bakteri gram positif, fakultatif anaerobic, berbentuk batang dari famili EnterBatas atasAir seniOdds RatioPerilaku Hidup Bersih dan SehatKepala KeluargaConfidence Interval/Tingkat KepercayaanStatistical Programe For Social Science World Health OrganizationSekolah Lanjutan Tingkat PertamaSekolah Lanjutan Tingkat AtasPerguruan TinggiSaluran Pembuangan Air Limbah
87
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Kouisiner Faktor Risiko Kejadian Penyakit Gastroenteritis di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari Tahun 2008 75
2. Tabel Induk Hasil Penelitian
81
3. Hasil Analisis Statistik 88
4. Permohonan Izin Penelitian dari FMIPA Universitas Haluoleo Kendari 98
5. Surat Izin Penelitian dari Kepala Badan Riset Daerah Sulawesi Tenggara 99
6. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari Kepala Puskesmas Poasia 100
88
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks
Halaman
1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian 32
2. Desain Penelitian Case Control Study 34
89
DAFTAR TABEL
Nomor Teks
Halaman
1 Tabel Kontingensi 2 X 2 42
2 Distribusi Penduduk Menurut Jumlah KK dan Jumlah Penduduk Pada Masing-masing Kelurahan di wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 45
3 Sarana Pelayanan Kesehatan Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia 46
4 Tenaga Kesehatan Puskesmas Poasia Kecamatan Poasia Tahun 2008 47
5 Distribusi Responden Menurut Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 48
6 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 49
7 Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 50
8 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 51
9 Distribusi Responden Menurut Umur Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 51
10 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 52
90
11 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 53
1. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 54
13 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 55
14 Distribusi Responden Berdasarkan Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 56
15 Analisis Faktor Risiko Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 57
16 Analisis Faktor Risiko Sikap di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 61
17 Analisis Faktor Risiko Sumber Air Bersih di Wilayah KerjaPuskesmas Poasia Kota Kendari 63
18 Analisis Faktor Risiko Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Poasia Kota Kendari 67
91
92