1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertaniannya.
Salah satu hasil pertanian yang terlihat semakin berkembang sehubungan dengan
meningkatnya kesejahteraan masyarakat adalah sektor hortikultura. Hortikultura
merupakan suatu cabang dari ilmu pertanian yang mempelajari budidaya buah-
buahan, sayuran dan tanaman hias. Menurut Martawijaya dan Nurjayadi (2010),
komoditas hortikultura cukup potensial dikembangkan secara agribisnis, karena
memiliki nilai ekonomis dan nilai tambah cukup tinggi dibandingkan dengan
komoditas lainnya. Salah satu yang termasuk dalam jenis hortikultura tersebut
adalah sayuran.
Sayuran merupakan komoditas yang berprospek cerah, karena dibutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari dan permintaannya cenderung terus meningkat.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013), dimana produksi sayuran di
Indonesia dari tahun 2010 ke 2013 mengalami peningkatan dari 10.699.420 ton
per tahun menjadi 11.630.379 ton per tahun. Peningkatan produksi tersebut terjadi
karena adanya permintaan sayuran yang terus meningkat, sejalan dengan
pertambahan jumlah penduduk di Indonesia dan semakin meningkatnya tingkat
kesadaran penduduk untuk mengkonsumsi sayuran yang bermanfaat bagi
kesehatan. Persentase pengeluaran penduduk Indonesia untuk sayuran pada tahun
2007 ke 2013 mengalami peningkatan dari 7,87% per tahun menjadi 8,74% per
tahun (Sabarella dan Cakrabawa 2013).
Pemanfaatan sayuran tidak hanya sebatas pada industri rumah tangga, tetapi
juga lebih mengarah pada industri bisnis seperti rumah makan, restoran siap saji,
dan hal-hal yang berkaitan dengan industri makanan. Data Gabungan Pengusaha
Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) dalam Sugianto (2013)
menunjukkan pertumbuhan industri makanan dan minuman dari tahun ke tahun
mengalami pertumbuhan yang positif. Walaupun sempat terjadi penurunan pada
2010 dan 2011, namun penurunan tersebut tidak begitu besar. Hal ini terbukti
dengan angka pertumbuhan industri makanan dan minuman lima tahun ke
belakang yang dapat dilihat pada Tabel 1.
2
Tabel 1. Pertumbuhan industri makanan dan minuman
Tahun Pertumbuhan
2009 12,0%
2010 10,0%
2011 9,19%
2012 10,0%
2013 8-10%
Sumber: GAPMMI, diolah Kememperin dalam Sugianto (2013)
Berdasarkan Tabel 1, pertumbuhan industri makanan mengalami
peningkatan mulai dari tahun 2011 hingga tahun 2013, hal ini menunjukkan
bahwa adanya peningkatan jumlah industri makanan yang ada di Indonesia dan
mendorong meningkatnya kebutuhan pasokan bahan baku makanan. Salah satu
kebutuhan bahan baku makanan adalah kebutuhan sayuran, dimana sayuran
merupakan bahan pelengkap makanan yang digemari oleh masyarakat Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan sayuran tersebut, industri makanan seperti restoran
umumnya bekerja sama dengan mitra produsen sayuran. Salah satu perusahaan
pemasok sayuran untuk restoran adalah PT Sayuran Siap Saji.
Pendirian PT Sayuran Siap Saji berkaitan erat dengan perkembangan toko-
toko makanan siap saji, seperti Mc Donald dan Burger King. Hotel dan restoran
juga mulai tertarik untuk menggunakan sayuran fresh cut dalam memenuhi
kebutuhan sayuran pada menu makanan. Menurut Hadinata dalam Ihorti (2014),
untuk mempercepat proses produksi makanan, perusahaan-perusahaan food
industry (termasuk di dalamnya restoran, hotel, dan catering) membutuhkan
barang setengah jadi. Kondisi itulah yang menjadi peluang PT Sayuran Siap Saji
untuk menyediakan produk sayuran fresh cut untuk mempermudah industri
restoran dalam memasak dan mempercepat penyajian makanan kepada konsumen.
Pada bulan Desember 2011 PT Sayuran Siap Saji mulai beroperasi memasok
produknya dengan menyediakan sayuran berbentuk fresh cut yang sudah dicuci
bersih, dikupas, dan dipotong-potong yang sudah siap untuk dikonsumsi atau
untuk diproses lebih lanjut. Produk sayuran fresh cut merupakan produk sayuran
sehat berkualitas siap masak yang telah melewati standard kualitas yang tinggi.
Produk ini bukan hanya meningkatkan efisiensi namun juga memberikan
kemudahan dalam penyajian makanan. Sebanyak 20 jenis sayuran seperti caisim,
wortel, kol, selada, jamur, bawang bombay, dan lain-lain sudah dipasarkan ke
restoran-restoran yang tersebar di Jakarta.
5
Perkembangan bisnis PT Sayuran Siap Saji setiap tahunnya mengalami
peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 7,5% per tahun, dengan
bertambahnya mitra konsumen yang melakukan order permintaan sayuran fresh
cut dari restoran-restoran yang berada di kawasan Jakarta. PT Sayuran Siap Saji
dalam menjalankan usaha sayuran fresh cut telah mengeluarkan investasi, namun
investasi yang telah dikeluarkan oleh PT Sayuran Siap Saji belum dianalisis
kelayakannya secara finansial maupun non finansial. Akan tetapi, perusahaan ini
sudah berjalan hampir tiga tahun sehingga perlu dilakukan evaluasi keuangan
untuk dua tahun usaha yang sudah berjalan apakah anggaran yang dikeluarkan
sudah sesuai pengalokasiannya. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian kelayakan
usaha dari berbagai aspek, mulai dari aspek pasar, teknis, manajemen, finansial,
analisis switching value dan evaluasi keuangan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teknologi Fresh Cut
Menurut Syamsir (2010), teknologi fresh cut dapat disebut juga dengan
teknologi olah minimal, yang dibuat dengan menggunakan aplikasi proses yang
minimal (pengupasan, pemotongan pengirisan dan lain-lain)
dengan proses pemanasan minimal atau tanpa pemanasan sama sekali. Perlakuan
minimal ini menyebabkan kesegaran buah dan sayur masih tetap bertahan, tetapi
proses yang diberikan tidak mengaktifkan mikroba yang ada di dalam produk.
Contoh dari produk yang diolah minimal adalah salad buah dan sayur,
produk buah sayur potong/irisan (fresh cut product) dalam bentuk tunggal atau
campuran yang siap untuk dikonsumsi (ready to eat) dan siap masak (ready to
cook). Keunggulan dari produk yang diolah minimal terletak pada aspek
kemudahan dalam pemanfaatannya, selain nilai nutrisi dan kesegarannya
yang relatif tidak berbeda dari buah dan sayur segar.
Proses pengupasan, pemotongan, pengirisan yang diberikan menyebabkan
buah dan sayur yang diolah minimal bersifat sangat mudah rusak dengan umur
simpan yang pendek. Kerusakan produk yang diolah minimal karena perubahan
reaksi fisiologis dan biokimia serta kerusakan mikrobiologis menyebabkan
degradasi warna, tekstur dan flavor produk diolah minimal menjadi lebih cepat
dari bahan segarnya.
Suhu yang tepat untuk penyimpanan produk ini adalah ≤5°C. Penyimpanan
diatas suhu ini sebaiknya dihindari karena akan mempercepat kerusakan dan
merangsang pertumbuhan mikroba pathogen. Fluktuasi suhu penyimpanan juga
sedapat mungkin dicegah karena dapat menyebabkan terjadinya kondensasi uap
air didalam kemasan yang akan mempercepat kerusakan. Jika produk disiapkan
hari ini untuk dikonsumsi besok seperti yang umum dilakukan oleh industri jasa
boga, maka proses yang dilakukan relatif murah dan sederhana. Penting
diperhatikan adalah bahan baku buah dan sayurnya bermutu baik, dapur,
peralatan, permukaan dan pekerja berada dalam kondisi higienis dan pekerjaan
dilakukan dengan menerapkan GMP, tidak ada pencucian „berat‟ buah dan sayur
setelah dikupas dan suhu penyimpanan maksimal 5°C.
6
2.2. Studi Kelayakan Bisnis
Studi kalayakan bisnis telah banyak dikenal oleh masyarakat, terutama
masyarakat yang bergerak dalam bidang bisnis. Banyak peluang dan kesempatan
yang ada dalam kegiatan bisnis telah menutut perlu adanya penilaian sejauh mana
kegiatan dan kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila bisnis
dilakukan. Studi kelayakan bisnis merupakan dasar untuk menilai apakah kegiatan
investasi atau suatu bisnis layak untuk dijalankan. Bagi penanam modal, studi
kelayakan bisnis dapat memberikan gambaran prospek bisnis dan seberapa besar
kemungkinan tingkat manfaat (benefit) dapat diterima dari suatu bisnis, sehingga
hal ini merupakan dasar dalam pengambilan keputusan investasi (Nurmalina et al.
2009).
2.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran
Sebelum melakukan perencanaan bisnis, hendaknya analisis terhadap pasar
potensial yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh perusahaan
dilakukan terlebih dahulu. Jika pasar yang dituju tidak jelas, prospek bisnis ke
depan pun tidak jelas, maka resiko kegagalan bisnis menjadi besar (Umar 2007).
Dalam mengkaji aspek pasar terdapat hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu
market potensial yang tersedia untuk mengetahui jumlah permintaan masa lalu,
sekarang, dan yang akan datang, serta variabel-variabel yang berpengaruh
terhadap permintaan tersebut (Husnan dan Muhammad 2000).
Setelah menentukan aspek pasar, selanjutnya perusahaan melakukan analisis
lingkungan internal perusahaan, yaitu aspek pemasaran. Dari segi pemasaran
kegiatan bisnis dapat diharapkan beroperasi secara sehat bilamana produk yang
dihasilkan mampu mendapat tempat dipasaran serta dapat menghasilkan jumlah
hasil penjualan yang memadai dan menguntungkan. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam menganalisis aspek pemasaran adalah penentuan segmen
pasar, target pasar, posisi produk pada pasarnya, selera konsumen, dan strategi
pemasaran.
2.2.2 Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut
selesai dibangun. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengkaji aspek teknis
adalah lokasi proyek, besarnya skala operasi atau luas produksi yang ditetapkan,
kriteria pemilihan mesin, peralatan utama, dan mesin pembantu, proses produksi
yang dilakukan, dan jenis teknologi yang akan digunakan (Husnan dan
Muhammad 2000).
1. Lokasi Bisnis
Dalam pemilihan lokasi bisnis ini terdapat dua variabel, yaitu variabel
primer dan variabel sekunder. Variabel-variabel primer terdiri dari
ketersediaan bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air,
supply tenaga kerja, dan fasilitas transportasi. Sedangkan variabel-variabel
sekunder terdiri dari hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan keadaan
tanah, sikap dari masyarakat setempat, dan rencana masa depan perusahaan.
2. Luas Produksi
Luas produksi adalah jumlah produk yang seharusnya diproduksi untuk
mencapai keuntungan yang optimal. Ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan, yaitu batasan permintaan, tersedianya kapasitas mesin-mesin,
jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi,
kemampuan manajemen dan finansial perusahaan, serta kemungkinan
adanya perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.
3. Proses Produksi
Berdasarkan proses produksi dikenal adanya tiga jenis proses yaitu proses
produksi yang terputus-putus (intermiten), kontinu, dan kombinasi. Sistem
yang kontinu akan lebih mampu menekan resiko kerugian akibat fluktuasi
harga dan efektifitas tenaga kerja yang lebih baik dibandingkan dengan
sistem terputus. Umumnya proses produksi kontinu menggunakan mesin-
mesin dengan teknologi yang lebih baik.
4. Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan
Pemilihan mesin dan peralatan serta jenis teknologi mempunyai hubungan
yang erat sekali. Apabila pengadaan teknologi tidak terpisah dari mesin
yang ditawarkan, maka praktis jenis teknologi, mesin dan peralatan yang
akan dipergunakan telah menjadi satu. Sehingga dalam pemilihan mesin
tidak terlalu sulit.
8
Selain itu, dalam aspek teknis dan teknologi juga lebih menekankan apakah
dari segi pembangunan proyek dan segi implementasi rutin bisnis secara
teknis dapat dilaksanakan, begitu pula dengan aspek teknologi yang akan
dipakai (Umar 2007).
2.2.3 Aspek Organisasi dan Manajemen
Manajemen merupakan hal yang sangat penting dalam suatu perusahaan
agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Tujuan menganalisis aspek manajemen
adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi bisnis dapat
direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat
dinyatakan layak atau tidak layak. Aspek manajemen bisnis juga mempelajari
tentang manajemen dalam pembangunan bisnis dan manajemen dalam masa
operasi (Umar 2007).
Dalam evaluasi manajemen, tidak mengenal rumus-rumus matematis,
pengalaman dan keahlian yang dibutuhkan untuk mengelola bisnis pun tidak dapat
dilihat secara visual. Sehingga dalam mengevaluasi aspek manajemen menjadi
berat. Namun selama persiapan investasi kegiatan bisnis, evaluasi manajemen
harus dilakukan dengan baik karena manajemen adalah bagian terpenting diantara
seluruh faktor produksi yang dikerahkan. Pihak manajemenlah yang mengelola
uang, tanah, mesin, bahan baku, tenaga kerja sehingga bisnis secara keseluruhan
dapat mencapai berbagai macam tujuan yang dikehendaki oleh berbagai pihak
yang bersangkutan dengan kegiatan bisnis (Nurmalina et al. 2009).
2.3. Analisis Kelayakan Finansial
Aspek finansial merupakan aspek yang sangat menentukan bagi perusahaan
untuk menentukan pengambilan keputusan menjalankan bisnis tersebut atau tidak
sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan. Tujuan menganalisis aspek finansial
adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan
manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan
pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk
membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai
apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar 2007).
Dalam perhitungan finansial dibutuhkan komponen yang sangat penting
untuk melihat aktivitas yang berlangsung dalam bisnis tersebut, yaitu penerimaan
9
dan pengeluaran yang dikenal dengan aliran (cash flow). Selain itu, untuk
menentukan kelayakan bisnis digunakan kriteria investasi, diantaranya nilai bersih
kini (NPV), Net Benefit Cost Rasio, tingkat pengembalian internal (IRR), dan
jangka waktu pengembalian modal investasi (PP).
2.4. Analisis Nilai Pengganti (Switching Value Analysis)
Switching value ini merupakan perhitungan untuk mengukur “perubahan
maximum” dari perubahan suatu komponen inflow (penurunan harga ouput,
penurunan produksi) atau perubahan komponen outflow (peningkatan harga input
atau peningkatan biaya produksi) yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih
tetap layak. Perhitungan ini mengacu kepada beberapa besar perubahan terjadi
sampai dengan NPV sama dengan nol (NPV = 0). Perubahan atas komponen
dapat disebabkan oleh cost overrun, perubahan harga, waktu pelaksanaan, dan
perubahan internal rate of return (IRR) atau return on investment (ROI). Tujuan
utama dilakukannya analisis sensitivitas tersebut adalah untuk memperbaiki
desain dan atau pelaksanaan bisnis sehingga dapat meningkatkan IRR dan untuk
mengurangi resiko kerugian, dengan cara melakukan tindakan-tindakan
pencegahan yang dianggap perlu pada saat pelaksanaan pembangunan proyek.
2.5. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu ukuran kinerja yang menggunakan indikator
keuangan. Analisis kinerja keuangan pada dasarnya dilakukan untuk menilai
kinerja di masa lalu dengan melakukan berbagai analisis sehingga diperoleh posisi
keuangan yang mewakili realitas entitas dan potensi-potensi kinerja yang akan
berlanjut. Pengukuran kinerja dan indikator merupakan bagian dari proses
manajemen strategis (Jackson dan Palmer dalam Batafor 2011). Oleh karena itu,
sebagai suatu elemen manajerial, kinerja merupakan kunci sukses. Keputusan
strategis disusun melalui kebijakan untuk mencapai sasaran dan target yang
diinginkan. Pencapaian sasaran dan target membutuhkan informasi tentang aktual
kinerja yang diharapkan dengan membandingkan kebijakan yang ditetapkan
(setting objectives). Informasi yang diharapkan harus tersusun, dan merupakan
desain pengukuran kinerja dan indikator yang terurai dan jelas. Dalam penelitian
ini penilaian kinerja keuangan dilakukan dengan menggunakan perhitungan
10
statistik dengan analisis uji-t (t-test) untuk mengetahui perkembangan variabel
yang dianalisis pada cash flow dan laporan laba rugi data realisasi dengan data
prediksi.
III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Restoran cepat saji adalah salah satu industri di dunia yang berkembang
dengan cepat, khususnya di area perkotaan, sebagai tanggapan terhadap gaya
hidup modern dengan fleksibilitas yang semakin meningkat. Dengan adanya
perubahan gaya hidup serta semakin diterimanya restoran cepat saji oleh
masyarakat, maka persaingan antar gerai restoran cepat saji terhadap kualitas
produk dan layanan akan semakin menonjol di masa mendatang (Goyal et al.
dalam Widaningrum 2010).
Perkembangan restoran siap saji, seperti Mc Donald dan Burger King, hotel
dan restoran mulai tertarik untuk menggunakan sayuran fresh cut dalam
memenuhi kebutuhan sayuran pada menu makanan seperti burger, hotdog, pizza,
dan sebagainya. Walaupun jumlah permintaan akan sayuran fresh cut meningkat,
namun semua produk fresh cut masih dikerjakan secara manual oleh tenaga kerja
terlatih yang dibantu dengan alat yang cukup sederhana. Sehingga hal tersebut
menjadi peluang bagi perusahaan agribisnis untuk mencari teknologi yang
berkaitan dengan mesin produksi sayuran fresh cut. Hal ini dilakukan juga oleh
PT Sayuran Siap Saji untuk memenuhi permintaan dengan cara pengerjaan
mesinisasi agar pengerjaannya cepat dan semua permintaan terpenuhi.
Pada bulan Desember 2011 PT Sayuran Siap Saji mulai beroperasi
memenuhi semua kebutuhan sayuran fresh cut dengan sistem mesinisasi untuk
memenuhi jumlah order yang diperlukan dan memaksimalkan kapasitas mesin itu
sendiri. PT Sayuran Siap Saji dalam menjalankan usaha sayuran fresh cut telah
mengeluarkan investasi, namun investasi yang telah dikeluarkan oleh PT Sayuran
Siap Saji belum dianalisis kelayakannya secara finansial maupun non finansial.
Akan tetapi, perusahaan ini sudah berjalan hampir tiga tahun sehingga perlu
dilakukan evaluasi keuangan untuk tiga tahun usaha yang sudah berjalan apakah
anggaran yang dikeluarkan sudah efektif pengalokasiannya. Oleh karena itu,
diperlukan pengkajian kelayakan usaha dari berbagai aspek, mulai dari aspek
pasar, teknis, manajemen, finansial, analisis switching value dan evaluasi
keuangan. Penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
12
PT Sayuran Siap Saji
Studi Kelayakan dan Evaluasi Keuangan
Analisis Kualitatif dan
Kuantitatif 1. Aspek Pasar dan
Pemasaran 2. Aspek Teknis dan
Teknologi
3. Aspek Organisasi dan
Manajemen
4. Aspek Finansial
a. NPV (Net Present
Analisis Sensitivitas
1. Komponen inflow
(penurunan harga ouput,
penurunan produksi)
2. Komponen outflow
(peningkatan harga
input atau peningkatan
biaya produksi) yang
masih dapat ditoleransi
Evaluasi Keuangan
Perbandingan laporan data
prediksi dan realisasi
finansial :
Analisis uji beda dengan
Uji-t(t-test)
1. Cash flow
2. Laba Rugi
Value)
b. Net B/C (Net Benefit
Cost Rasio)
c. IRR (Internal Rate of Return)
d. PP (Payback Period).
agar bisnis masih
layak.
tetap
Layak / Tidak Layak
Rekomendasi
Gambar 1. Kerangka pemikiran PT Sayuran Siap Saji
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian tentang analisis kelayakan usaha sayuran siap saji ini dilakukan di
PT Sayuran Siap Saji di Desa Sukamanah, Kampung Pasir Muncang, Kecamatan
Megamendung Bogor, Jawa Barat. Pemilihan tempat ini dilakukan dengan sengaja
(purposive), karena pihak perusahaan pada bulan Desember 2011 baru mulai
beroperasi, sehingga perlu dikaji kelayakan usaha secara finansial dan non
finansial. Pengumpulan dan pengambilan data dilakukan selama 3 bulan pada
bulan Desember 2012 – Februari 2013.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian analisis kelayakan usaha
sayuran siap saji ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
dari hasil wawancara dan pengamatan langsung di PT Sayuran Siap Saji.
13
Kemudian untuk data sekunder diperoleh dari dokumen yang dimiliki perusahaan,
literatur baik dari buku-buku pertanian, majalah pertanian, bahan kuliah, internet,
koran, penelitian sebelumnya, serta data dari lembaga pemerintahan seperti Badan
Pusat Statistik (BPS), Departemen Pertanian, dan Kelurahan Kabupaten Bogor.
3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian dilakukan secara kualitatif
dan kuantitatif. Analisa kualitatif dilakukan secara deskriptif untuk mengetahui
gambaran usaha di tempat penelitian dari berbagai aspek, yaitu aspek pasar,
teknis, dan aspek manajemen. Aspek pasar dan pemasaran meliputi market
potensial, segmen pasar, target pasar, posisi produk pada pasarnya, selera
konsumen, dan strategi pemasaran. Aspek teknis dan teknologi meliputi lokasi
proyek, besarnya skala operasi atau luas produksi yang ditetapkan, kriteria
pemilihan mesin, peralatan utama, dan mesin pembantu, proses produksi yang
dilakukan, serta jenis teknologi yang akan digunakan.
Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan perhitungan nilai uang
untuk mengkaji penerimaan dan pengeluaran uang dengan aliran (cash flow) dan
mengkaji kelayakan investasi. Kriteria investasi yang dikaji adalah NPV, IRR, Net
B/C dan Pay Back Period. Selain itu juga melihat kepekaan kelayakan investasi
digunakan analisis switching value dalam menghadapi beberapa perubahan.
Sedangkan untuk evaluasi keuangan menggunakan perhitungan statistik dengan
uji-t (t-test). Data-data yang diperoleh untuk melakukan penelitian ini baik untuk
analisa kualitatif maupun kuantitatif berasal dari hasil wawancara, survei,
pengamatan langsung serta pencarian data-data terkait.
3.4.1 Aspek Pasar dan Pemasaran
Dalam mengkaji aspek pasar terdapat hal-hal yang harus diperhatikan, yaitu
market potensial yang tersedia untuk mengetahui jumlah permintaan masa lalu,
sekarang, dan yang akan datang, serta variabel-variabel yang berpengaruh
terhadap permintaan tersebut (Husnan dan Muhammad 2000). Analisis
permintaan pasar dilakukan dengan cara memproyeksikan jumlah permintaan
produk berdasarkan pesanan dari restoran. Penawaran pasar dianalisis dengan cara
menghitung realisasi penjualan sayuran siap saji di perusahaan tersebut.
14
Selain itu dianalisis juga jenis pasar yang dimasuki oleh perusahaan, jika
dilihat dari sisi produsen dan konsumen. Pemasaran perusahaan juga dinilai
dengan cara melihat penempatan perusahaan PT Sayuran Siap Saji pada
segmentasi, target, dan posisi pasar. Tujuannya untuk melihat bagaimana
perusahaan tersebut mampu bersaing dengan melihat bauran pemasarannya yang
meliputi 4P (product, price, promotion, place).
3.4.2 Aspek Teknis dan Teknologi
Aspek teknis dianalisis secara deskriptif dengan melihat kebutuhan bahan
baku, tenaga kerja, peralatan pada perusahaan PT Sayuran Siap Saji, dan teknis
proses produksi suatu produk dibuat. Proses produksi dibuat terkait kapasitas
produksi, jenis teknologi yang dipakai dalam pembuatan suatu produk, pemakaian
peralatan, lokasi proyek, input proyek (persediaan) serta output (produk). Selain
itu mengkaji proses pembuatan produk beserta komposisinya untuk menghasilkan
produk pada perusahaan tersebut.
3.4.3 Aspek Organisasi dan Manajemen
Melihat perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian perusahaan PT
Sayuran Siap Saji yang sudah berjalan tiga tahun dalam beroperasi apakah sesuai
atau tidak dengan struktur organisasi yang ada. Analisis ini digunakan secara
kualitatif untuk melihat apakah fungsi manajemen dapat diterapkan dalam
kegiatan operasional suatu usaha. Analisis ini dapat dilihat berdasarkan sesuai
tidaknya proyek dengan pola kerja pihak yang terlibat dan kesanggupan atau
keahlian staf yang ada untuk mengelola usaha. Jika fungsi manajemen dapat
diterapkan, maka usaha perusahaan PT Sayuran Siap Saji layak dari aspek
manajemen.
3.4.4 Aspek Finansial
Dalam perhitungan finansial dibutuhkan komponen yang sangat penting
untuk melihat aktivitas yang berlangsung dalam bisnis tersebut, yaitu penerimaan
dan pengeluaran yang dikenal dengan aliran (cash flow). Selain itu, untuk
menentukan kelayakan bisnis digunakan kriteria investasi, diantaranya nilai bersih
kini (Net Present Value = NPV), Net Benefit Cost Rasio (Net B/C), tingkat
pengembalian internal (Internal Rate of Return = IRR), dan jangka waktu
pengembalian modal investasi (Payback Period = PP).
15
1. Aliran Kas (Cash Flow)
Cash flow merupakan arus manfaat bersih sebagai hasil pengurangan arus
biaya terhadap arus manfaat. Suatu cash flow terdiri dari beberapa unsur
yang nilainya disusun berdasarkan tahap-tahap kegiatan bisnis. Unsur-unsur
tersebut terdiri dari : inflow (arus penerimaan), outflow (arus pengeluaran),
manfaat bersih (Net Benefit), dan manfaat bersih tambahan (Incremental Net
Benefit) bila diperlukan.
2. Kriteria Investasi
Kriteria-kriteria yang digunakan dalam melakukan suatu evaluasi terhadap
investasi proyek adalah Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost (Net
B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PP).
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value yaitu selisih antara Present Value dari investasi
dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas
operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. Suatu
bisnis dinyatakan layak jika NPV lebih dari 0 (NPV > 0) yang artinya
bisnis menguntungkan atau memberikan manfaat. Nilai yang dihasilkan
oleh perhitungan NPV adalah dalam satuan mata uang Rupiah (Rp).
Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut.
........................ (1)
Keterangan :
Bt = Manfaat pada tahun t (Rupiah)
Ct = Biaya pada tahun t (Rupiah)
t = Tahun kegiatan bisnis ( t = 0,1,2,3,…,n), tahun awal bisa
tahun 0 atau tahun 1 tergantung karakteristik bisnisnya (tahun)
i = Tingkat Discount Rate (% / tahun)
b. Net Benefit / Cost Ratio
Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif
dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Suatu bisnis dinyatakan
16
layak bila Net B/C lebih besar dari satu dan dinyatakan tidak layak bila
Net B/C lebih kecil dari satu. Secara sistematis dapat dinyatakan sebagai
berikut.
................................. (2)
Keterangan :
Bt = Manfaat pada tahun t (Rupiah)
Ct = Biaya pada tahun t (Rupiah)
i = Discount rate (% / tahun)
t = Tahun (tahun)
c. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) merupakan tingkat pengembalian modal
investasi yang digunakan. Metode ini digunakan untuk mencari tingkat
bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di
masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal.
Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan
persentase (%). Pada dasarnya IRR menggambarkan persentase laba
nyata yang dihasilkan proyek. Sebuah bisnis dinyatakan layak apabila
IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-nya (DR). Berikut
ini rumus IRR :
Keterangan :
............................................... (3)
i1 = Discount rate yang menghasilkan NPV positif (% / tahun)
i2 = Discount rate yang menghasilkan NPV negatif (% / tahun)
NPV1 = NPV positif (Rupiah)
NPV2 = NPV negatif (Rupiah)
d. Payback Period (PP)
Metode ini juga digunakan untuk mengukur seberapa cepat investasi bisa
kembali. Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat
pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Metode
payback period ini merupakan metode pelengkap penilaian investasi.
17
.................................................... (4)
Keterangan :
I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan (Rupiah)
Ab = Manfaat bersih yang dapat diperoleh pada setiap tahunnya
(Rupiah)
3.4.5 Analisis Switching Value
Analisis switching value digunakan untuk mengetahui seberapa besar
perubahan pada nilai penjualan dan biaya variabel yang akan menghasilkan
keuntungan normal yaitu NPV sama dengan nol atau mendekati, IRR sama
dengan tingkat suku bunga berlaku, dan Net B/C sama dengan satu. Variabel yang
dianalisis dengan switching value merupakan variabel yang dianggap signifikan
dalam proyek. Adapun variabel-variabel yang dimaksud antara lain nilai input dan
biaya variabel, sehingga dengan analisis ini akan dicari tingkat harga penjualan
minimum dan peningkatan biaya maksimum agar proyek masih dapat dikatakan
layak.
3.4.6 Asumsi-Asumsi
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penyusunan cash flow pada analisis
studi kelayakan ini dapat dilihat dibawah ini.
1. Modal yang digunakan adalah modal sendiri yang dimiliki Pak Tatang
Hadinata dan PT Hessing dengan pembagian sahamnya sebesar 50% : 50%
dengan melakukan join venture. Pembagian keuntungan dibagi sama rata
berdasarkan keuntungan yang diperoleh.
2. Bangunan pada perusahaan PT Sayuran Siap Saji adalah milik sendiri.
3. Umur ekonomis proyek yang digunakan pada pengembangan bisnis ini
adalah selama sepuluh tahun yang didasarkan pada umur ekonomis mesin
Kronen type GS 10.
4. Asumsi jumlah produksi dan banyaknya bahan baku yang diperlukan,
plastik kemasan, cup salad, label dan barcode selama umur proyek
mengalami kenaikan sebesar 7,5% setiap tahunnya berdasarkan permintaan
konsumen. Sedangkan untuk biaya transportasi, biaya listrik, dan biaya-
biaya perawatan mesin diasumsikan mengalami kenaikan 5% setiap tahun.
18
Gaji karyawan dan tenaga kerja produksi juga setiap tahun diasumsikan
mengalami kenaikan 3%. Kenaikan tersebut berdasarkan data perusahaan
PT Sayuran Siap Saji sebelumnya.
5. Pajak di dalam cash flow diambil dari pajak yang ada pada laporan
laba/rugi. Berdasarkan Direktorat Jenderal Pajak (2014), Peraturan
Pemerintah No. 46 Tahun 2013 Tentang Pajak Penghasilan Atas
Penghasilan dari Usaha Yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto kurang dari 4,8 milyar rupiah adalah sebesar 1%
(satu persen).
6. Berdasarkan data Bank Indonesia (2014), discount rate yang digunakan
untuk usaha sayuran PT Sayuran Siap Saji pada tahun ke 1 sampai ke 3
adalah sebesar 5,75% yang merupakan rata-rata tingkat suku bunga BI
(Bank Indonesia) dalam satu tahun 2012. Sedangkan pada tahun ke 4
sampai ke 10 adalah sebesar 7,5% yang merupakan rata-rata tingkat suku
bunga BI (Bank Indonesia) dalam satu tahun 2014.
7. Jumlah produksi sayuran fresh cut adalah ±45 ton per bulan dengan harga
jual sebesar Rp 8.000 sampai dengan Rp 28.000 per kilogram.
8. Analisis switching value terdiri dari dua asumsi. Asumsi pertama adalah
penurunan harga penjualan akibat banyaknya jumlah produksi sayuran fresh
cut di pasaran yang menyebabkan penawaran lebih tinggi daripada
permintaan. Sedangkan asumsi kedua adalah kenaikan harga input variabel
produksi yang terbesar karena adanya kenaikan harga akibat inflasi.
3.4.7 Perbedaan Prediksi dan Realisasi Finansial
PT Sayuran Siap Saji sudah beroperasi dari bulan Desember 2011 sehingga
perlu dilakukan evaluasi keuangan untuk dua tahun usaha yang sudah berjalan
apakah anggaran yang dikeluarkan sudah sesuai pengalokasiannya. Untuk
melakukan evaluasi keuangan tersebut, perlu dilakukan pengujian dengan analisis
uji beda yaitu uji-t (t-test). Uji-t (t-test) merupakan statistik uji yang sering kali
ditemui dalam masalah-masalah praktis statistik. Uji-t juga termasuk dalam
golongan statistik parametik. Uji-t digunakan ketika informasi mengenai nilai
variance (ragam) populasi tidak diketahui (Siregar 2013). Dalam penelitian ini,
perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan teknik analisis dua sampel
19
independent untuk mengetahui perkembangan variabel yang dianalisis pada cash
flow dan laporan laba rugi data realisasi dengan data cash flow. Uji-t dua sampel
merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah suatu variabel memiliki
nilai yang sama atau tidak sama, lebih tinggi atau tidak lebih tinggi, lebih rendah
atau tidak lebih rendah dan sebagainya. Perhitungan uji dua sampel independent
disajikan dalam dua bentuk, yaitu perhitungan secara manual dan menggunakan
bantuan software SPPS 15. Berikut ini prosedur uji-t dua sampel independent :
1. Membuat hipotesis dalam uraian kalimat
Ho = Tidak terdapat perbedaan antara kedua sampel
Ha = Terdapat perbedaan antara kedua sampel
2. Membuat hipotesis model statistik
Ho = μ1 = μ2
Ha = μ1 ≠ μ2
3. Menentukan tingkat signifikansi (resiko kesalahan)
Tahap ini kita menentukan seberapa besar peluang membuat resiko
kesalahan dalam mengambil keputusan menolak hipotesis yang benar.
Tingkat signifikasi dinyatakan dengan lambang α.
4. Menentukan uji yang akan digunakan
Uji statistik yang digunakan adalah uji-t dua sampel. Penggunaan uji-t dua
sampel, karena datanya bersifat interval/rasio, data antara dua sampel tidak
ada hubungan keterkaitan, serta data yang digunakan tidak lebih dari 30.
5. Kaidah pengujian
Jika, -ttabel ≤ thitung ≤ ttabel, maka Ho diterima
Jika thitung > ttabel, maka Ho ditolak
6. Menghitung thitung dan ttabel
Tahapan menentukan nilai thitung
a. Membuat tabel penolong
b. Menghitung nilai rata-rata pengukuran kelompok ke-i
Rumus :
..................................................................... (5)
20
Keterangan :
Xi = data pengukuran kelompok ke-i
Xi = nilai rata-rata data pengukuran kelompok ke-i
ni = jumlah responden kelompok ke-i
Si2
= nilai varian kelompok ke-i
c. Menghitung nilai varian kelompok ke…i
Rumus :
..................................................... (6)
d. Menghitung nilai thitung
Rumus :
........................ (7)
e. Menghitung ttabel
Dengan taraf signifikan α = 0,05. Kemudian dicari ttabel pada tabel
distribusi –t dengan ketentuan : db = n – 2.
7. Membandingkan antara thitung dan ttabel
8. Membuat keputusan
21
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
PT Sayuran Siap Saji terletak di Desa Sukamanah, Kampung Pasir
Muncang, Kecamatan Megamendung Bogor, Jawa Barat. PT Sayuran Siap Saji
merupakan anak perusahaan dari PT Saung Mirwan yang dimiliki oleh bapak
Tatang Hadinata. PT Saung Mirwan berinisiatif membuka unit usaha baru tersebut
dengan mengeluarkan investasi yang cukup besar dan melakukan kerjasama bisnis
join venture dengan PT Hessing yang berasal dari Belanda, adapun besarnya
saham yang dimiliki sebesar 50 persen milik PT Hessing sedangkan 50 persennya
dimiliki PT Saung Mirwan. Pada bulan Desember 2011 PT Sayuran Siap Saji
mulai beroperasi memenuhi semua kebutuhan sayuran fresh cut dengan sistem
mesinisasi untuk memenuhi jumlah order yang diminta konsumen dan
memaksimalkan kapasitas mesin itu sendiri dengan target pasarnya restoran-
restoran yang berada di kawasan Jakarta. PT Sayuran Siap Saji ini dipimpin oleh
bapak Dedy Hadinata sebagai direktur utama.
Bidang usaha PT Sayuran Siap Saji tidak jauh berbeda dengan PT Saung
Mirwan. PT Saung Mirwan adalah salah satu perusahaan agribisnis yang
menyediakan produk fresh cut yaitu sayuran dan sayuran buah dalam kemasan
yang sudah dicuci bersih, dikupas, dan dipotong-potong sesuai kebutuhan.
Menurut Hadinata dalam Ihorti (2014), peluang dari bisnis yang dirintisnya
merupakan bisnis masa depan, karena konsumen cenderung ingin segala sesuatu
yang praktis dan aman dalam proses membuat masakan. Pendirian PT Sayuran
Siap Saji ini berkaitan erat dengan perkembangan toko-toko makanan siap saji,
seperti Mc Donald dan Burger King. Hotel dan restoran juga mulai tertarik untuk
menggunakan sayuran fresh cut dalam memenuhi kebutuhan sayuran pada menu
makanan.
Pada awalnya PT Sayuran Siap Saji ini mengeluarkan produk yang bernama
Greenlicious. Sebuah produk yang merupakan kemasan sayuran sehat berkualitas
siap masak yang telah melewati standard kualitas yang tinggi yaitu HACCP
(Hazard Analysis and Critical Control Points). HACCP merupakan salah satu
bentuk manajemen resiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan
22
dengan pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan
jaminan dalam menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen (Institut
Pertanian Bogor 2012). Produk Greenlicious bukan hanya memberikan efisiensi
namun juga memberikan kemudahan dan mendukung gaya hidup keluarga
modern. Lebih dari 25 varian diciptakan dan tersebar di seluruh pasar modern di
Jakarta, seperti sayur sup, sayuran, shabu-shabu dan lain-lain. Akan tetapi, melihat
permintaan pasar yang lebih besar dari sektor restoran yang membutuhkan
sayuran fresh cut siap saji, maka PT Sayuran Siap saji lebih memfokuskan untuk
memproduksi sayuran fresh cut. Di samping itu, PT Sayuran Siap Saji juga
menyediakan salad buah, sayur dan jagung manis kemasan yang bisa langsung
dikonsumsi untuk pasar convenience store. Convenience store adalah toko
pengecer yang menjual jenis item produk yang terbatas, berada di tempat yang
nyaman, dan jam buka panjang.
4.2. Analisis Kelayakan Usaha
4.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran
Dalam aspek pasar, yang dikaji adalah potensi pasar dari produk yang akan
dihasilkan. Hal ini dapat dilihat dari analisis permintaan dan penawaran serta
bauran pemasaran yang dilakukan.
1. Analisis Permintaan dan Penawaran
Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta merupakan pusat pertumbuhan bisnis
restoran terbesar, yang memiliki kontribusi 26,1 persen dari jumlah restoran
di Indonesia. Selama tahun 2010, sektor perdagangan, hotel dan restoran
mengalami pertumbuhan sebesar 8,7 persen serta memberikan sumbangan
terbesar terhadap total pertumbuhan PDB yaitu sebesar 1,5 persen (BPS
2011). Data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta
menunjukkan terjadi peningkatan jumlah restoran pada tahun 2006-2011.
Pertumbuhan bisnis restoran yang cepat di DKI Jakarta menimbulkan
persaingan antar restoran untuk mendapatkan dan memenuhi kebutuhan
konsumen.
23
Tabel 2. Data usaha industri pariwisata bidang penyedia makanan dan
minuman di DKI Jakarta Tahun 2006-2011 (unit)
No
Jenis Usaha Tahun
2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Restoran 1849 1779 2014 2215 2481 2742
2 Bar 504 526 586 600 646 705
3 Pusat jajan 0 0 26 48 54 55
4 Kafetaria 0 0 0 1 7 21
Jumlah 2353 2305 2626 2864 3188 3523
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta (2013)
Permintaan sayuran fresh cut PT Sayuran Siap Saji umumnya berasal dari
restoran-restoran siap saji / frasnchise dan convenience store yang berada di
Jakarta seperti Bakmi Gajah Mada, Domino Pizza, Solaria, Seven Eleven,
dan Burger King. Pelanggan dari restoran tersebut kebanyakan pekerja
kantoran, ibu-ibu rumah tangga, dan remaja. Rata-rata permintaan sayuran
fresh cut dari PT Sayuran Siap Saji ini adalah ±65 ton per bulan. Setiap hari
PT Sayuran Saji menerima pesanan sayuran fresh cut by order dari customer
dengan mengirimkan bukti pesanan melalui faximile sehari sebelum produk
dikirimkan. Pada tahun 2011, hanya PT Sayuran Siap Saji yang mempunyai
mesin pemotong sayuran fresh cut untuk mempermudah dan mempercepat
proses produksi, sehingga PT Sayuran Siap Saji hanya mampu memenuhi
permintaan pasar 70 persen yaitu sebanyak ±45 ton per bulan.
2. Strategi Bauran Pemasaran (4P)
Manajemen pemasaran produk barang dibagi atas empat kebijakan
pemasaran yang disebut bauran pemasaran (marketing-mix). Bauran
pemasaran ini terdiri empat komponen yaitu produk, harga, distribusi, dan
promosi (Umar 2003). Berikut ini dijelaskan mengenai kebijakan masing-
masing komponen.
a. Product (Produk)
Produk adalah setiap tawaran yang dapat memuaskan kebutuhan dan
keinginan (Kotler 2002). Produk sayuran fresh cut PT Sayuran Siap Saji
biasanya diolah lagi atau langsung disajikan pada konsumen. Bentuk
produk sayuran fresh cut ini memberi daya tarik konsumen karena
ukuran potongan seragam mulai dari bawang bombay, tomat, wortel yang
24
berbentuk ring, silvered, slice, dice, dan julienne, kembang kol, brokoli,
jamur champignon, dan mix salad yang dipotong kecil-kecil, dan lain-
lain (Gambar 2). Keunggulan dari produk PT Sayuran Siap Saji ini ready
to eat, ready to cook, dan hygienis, sehingga mengurangi waktu
persiapan, 100% dapat dikonsumsi, mengurangi biaya tenaga kerja, dan
mengurangi kebutuhan ruang penyimpanan. Selain itu, untuk menjaga
keamanan pangan produk sayuran fresh cut PT Sayuran Siap Saji ini
memiliki label tanggal produksi dan kadaluarsa.
b. Price (Harga)
Gambar 2. Bentuk potongan sayur
Harga suatu barang adalah nilai pasar (nilai tukar) dari barang tersebut
yang dinyatakan dalam jumlah uang. Harga sayuran fresh cut yang
ditetapkan oleh PT Sayuran Siap Saji ini beragam tergantung dengan
jenis sayuran dan berat produk per kemasan mulai dari Rp 8.000 – Rp
28.000 per kilogram, untuk lebih rinci dapat dilihat di Lampiran 1. Cara
25
pembayaran produk yang sudah dipasarkan ke konsumen melalui transfer
antar rekening bank setiap dua minggu sekali.
c. Promotion (Promosi)
PT Sayuran Siap Saji tidak mengalami kesulitan dalam mempromosikan
produknya, hal ini didukung oleh pengalaman dalam bisnis sayuran sejak
20 tahun lalu yang diawali oleh PT Saung Mirwan. Sehingga kosumen
PT Sayuran Siap Saji mengetahui keberadaan sayuran fresh cut melalui
promosi personal selling. Akan tetapi, PT Sayuran Siap Saji juga
melakukan promosi melalui media cetak seperti koran, media sosial
seperti website PT Sayuran Siap Saji, facebook, serta mengikuti pameran
industri makanan yang sering diadakan di Jakarta.
d. Place (Tempat)
Place (tempat) berkaitan dengan keputusan penentuan lokasi penjualan
dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan barang kepada
konsumen. Dalam memasarkan produk, PT Sayuran Siap Saji dilakukan
secara langsung yang berada di daerah Jakarta dan memiliki target pasar
yang banyak karena hampir semua head store restoran siap saji,
franchise, dan convenience store berada di Jakarta. Pengiriman sayuran
fresh cut dilakukan setiap hari dengan menggunakan truck chiller yang
sudah dilengkapi dengan pendingin untuk menjaga kesegaran sayur
sampai ke konsumen. Sistem pengirimannya dengan menggunakan
sistem trip dan titik kirim produk ke beberapa wilayah pengiriman.
Pengiriman sayuran fresh cut setiap hari dilakukan di pagi hari.
4.2.2 Aspek Teknis dan Teknologi
Analisis dalam aspek teknis dan teknologi usaha sayuran fresh cut
mencakup lokasi bisnis yang terdiri dari bahan baku dan tenaga kerja, peralatan
produksi serta proses produksi. Berikut ini hasil analisis pada tiap kriteria aspek
teknis dan teknologi.
1. Lokasi Bisnis
PT Sayuran Siap Saji terletak di Desa Sukamanah, Kampung Pasir
Muncang, Kecamatan Megamendung Bogor, Jawa Barat. Dalam kegiatan
produksinya, PT Sayuran Siap Saji mendapatkan bahan baku sayuran dari
26
petani mitra yang berada di sekitar tempat usaha, yaitu Desa Megamendung,
Bogor, serta petani mitra di daerah Lembang, Garut, dan Bandung.
Pengiriman bahan baku sayuran di daerah Bogor biasanya dilakukan setiap
hari, sedangkan untuk bahan baku yang dikirim dari Bandung dilakukan dua
hari sekali dengan menggunakan truk. Akan tetapi, ada juga bahan baku
seperti bawang bombay dibeli dari importir yang mengambil barang dari
negara China. Standar bahan baku yang ditetapkan PT Sayuran Siap Saji
adalah bermutu tinggi, tidak boleh ada cacat, berpenyakit, terlalu
matang/tua, tidak mengalami luka mekanis, perubahan tekstur, tidak boleh
kehilangan warna, flavor yang khas, kehilangan nutrisi, dan mengandung zat
asing/berbahaya. Harga beli dari petani mitra yang ditetapkan adalah dengan
harga kontrak. Harga kontrak ini selalu diperbarui seminggu sekali dengan
menyelaraskan perkembangan harga sayur di pasaran agar PT Sayuran Siap
Saji tidak kesulitan mendapatkan bahan baku.
Tenaga kerja PT Sayuran Siap Saji berasal dari penduduk sekitar
perusahaan. Rata-rata tenaga kerja yang ada di bagian produksi PT Sayuran
Siap Saji adalah wanita berusia 18-40 tahun, pekerjaan ini umumnya banyak
dilakukan oleh wanita karena ada beberapa jenis sayuran yang tidak bisa
dipotong dengan menggunakan mesin, sehingga harus dilakukan secara
manual dengan menggunakan pisau. Setiap hari tenaga kerja bagian
produksi ini bekerja selama 7 jam dalam seminggu. Sebelum masuk ke
bagian produksi, para pekerja diwajibkan mengganti pakaian produksi yang
sudah disediakan di bagian fitting room mulai dari menggunakan masker,
penutup kepala, sampai dengan baju produksi. Selain itu, mereka juga harus
mencuci tangan hingga bersih sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.
Hal ini dilakukan untuk menjaga ke hygienisan produk yang diproduksi.
2. Peralatan
Pada tahun 2011, PT Sayuran Siap Saji menggunakan mesin pemotong
sayuran yang berasal dari Belanda yang bernama mesin Kronen type GS 10
(Gambar 3). Mesin ini didatangkan dari Belanda, fungsi mesin ini untuk
mempermudah dan mempercepat proses produksi sayuran fresh cut. Akan
tetapi, tidak semua sayuran bisa dipotong di mesin ini, sehingga harus
27
dilakukan secara manual dengan menggunakan pisau. Selain menggunakan
mesin Kronen, PT Sayuran Siap Saji menggunakan mesin centrifuge type
MSD-500S & MSD-500M untuk mempercepat proses pengeringan sayuran
setelah dicuci. Mesin Kronen type GS 10 memiliki keunggulan dalam hal
proses pemotongan yang ideal pada selada, tomat, caisim, kol, serta produk
sayuran lainnya. Mesin ini menggunakan jenis pisau GS 10 yang dapat
melakukan pemotongan yang tepat dan hasilnya menjamin tidak ada
sayuran yang terbuang. Pisau GS 10 juga dilengkapi dengan wide belt
conveyor 125 mm yang membantu membentuk ukuran yang tepat dan
menghasilkan produk yang lembut irisannya. Irisan sayuran dan buah dapat
disesuaikan 1-50 mm atau dibentuk sesuai yang diiinginkan.
Gambar 3. Mesin Kronen Type GS 10 & Centrifuge Type MSD-500S &
MSD-500M
3. Proses Produksi
Kegiatan produksi yang dilakukan PT Sayuran Siap Saji adalah sebagai
berikut :
a. Pada saat bahan baku datang dilakukan pengecekan bahan baku yang
bermutu tinggi, mengamati apakah ada kerusakan dan infeksi serangga,
dan mencatat jumlah produk yang diterima. Kemudian, pengaturan aliran
bahan baku yaitu produk yang masuk pertama akan keluar lebih dahulu,
lalu untuk penyimpanan sayuran daun-daunan apabila belum diproses
langsung dimasukkan ke dalam cool storage dengan suhu 6-8° Celcius,
tomat diruang ber-ac dengan suhu 18-20° Celcius, dan bawang Bombay
diletakkan di luar ruang produksi karena harus disimpan di tempat
kering. Bahan yang disimpan harus dilakukan pencatatan untuk
28
menjamin bahan yang masuk penyimpanan awal akan keluar paling awal
pula.
b. Sebelum melakukan kegiatan produksi, ruangan harus dibersihkan
terlebih dahulu dan setelah itu melakukan persiapan seperti
menggunakan pakaian produksi, mencuci tangan, dan memasang pisau
serta sambungan conveyor mesin produksi. Apabila semuanya sudah
siap, maka kegiatan produksi bisa langsung dikerjakan mulai dari proses
trimming sayuran yaitu membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan
seperti daun yang sudah layu dan busuk.
c. Pemotongan produk sayuran fresh cut dengan menggunakan mesin
Kronen ini bervariasi mulai dari bawang bombay, tomat, wortel yang
berbentuk ring, silvered, slice, dice, dan julienne, kembang kol, brokoli,
jamur champignon, dan mix salad yang dipotong kecil-kecil, dan lain-
lain. Sedangkan untuk pemotongan sayuran secara manual pisau yang
digunakan harus tajam dan bersih. Selain itu, sanitasi tempat pemotongan
dan peralatan tenaga kerja juga harus dijaga kebersihannya.
d. Pencucian dengan menggunakan mesin hanya dilakukan untuk sayuran
daun saja, karena lebih mudah digerakkan disambungan conveyor mesin
dan lebih mudah untuk dikeringkan. Sedangkan untuk sayuran seperti
tomat dan jagung dilakukan secara manual. Pencucian dilakukan setelah
pemotongan/pengecilan ukuran dengan menggunakan air tanah dari
sumur artesis yang dibuat sendiri oleh PT Sayuran Siap Saji untuk
menghilangan jasad renik pembusuk dan menghilangkan kotoran yang
menempel pada sayur.
e. Pengeringan sayuran daun dilakukan dengan menggunakan mesin
centrifuge selama 30 detik.
f. Packaging sayuran daun dengan menggunakan plastik bening dengan
berat bersih 1 kilogram, sedangkan untuk tomat 0,25 – 0,5 kilogram per
kemasan. Setiap kemasan juga diberi label tanggal produksi dan tanggal
kadaluarsa untuk menjaga keamanan produk.
g. Setelah semua produk dikemas, sebelum produk sayuran fresh cut
dipasarkan disimpan terlebih dahulu di dalam ruangan cool strorage yang
29
bersuhu 2-5°Celcius. Kegiatan produksi sayuran fresh cut PT Sayuran
Siap Saji sudah mendapatkan sertifikat HACCP dimana perusahaan
menjaga kualitas semua bahan baku yang sudah diuji coba, dirasakan,
dan disempurnakan agar sesuai dengan sistem pengoperasian yang
diinginkan industri restoran dengan memasang label tanggal produksi
dan kadaluarsa. Tujuannya adalah untuk menjaga keamanan pangan
apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
4. Output
Semua produk sayuran fresh cut jenis daun-daunan dan kembang kol
dikemas dengan menggunakan plastik bening ukuran 0,25 – 1 kilogram,
sedangkan untuk salad buah dan sayur dikemas dalam mangkok plastik
kecil ukuran 120 gram (Gambar 4).
Gambar 4. Produk fresh cut yang dikemas
4.2.3 Aspek Organisasi dan Manajemen
PT Sayuran Siap Saji dipimpin oleh bapak Dedy Hadinata sebagai direktur
yang bertugas dalam perencanaan, pengarahan dan pengawasan jalannya usaha
sayuran fresh cut pada perusahaan tersebut. Pemilik dari PT Sayuran Siap Saji ini
adalah bapak Tatang Hadinata yang merupakan pemilik dan penggerak (owner)
PT Sayuran Siap Saji. Modal yang digunakan dalam usaha sayuran fresh cut
berasal dari modal sendiri oleh pemilik perusahaan dan PT Hessing.
Kegiatan pengelolaan keuangan, produksi, pemasaran, dan sumberdaya
manusia PT Sayuran Siap Saji dilakukan oleh karyawan yang telah
berpengalaman dalam bidangnya yang dibagi berdasarkan tugas dan tanggung
jawab masing-masing sesuai perannya. Sedangkan untuk karyawan bagian
30
produksi dan pemasaran berasal dari warga di sekitar perusahaan sehingga secara
tidak langsung membantu perusahaan meminimumkan upah tenaga kerja dan
meningkatkan ekonomi daerah tersebut. Gambar 5 menunjukkan struktur
organisasi PT Sayuran Siap Saji yang bisa dilihat sebagai berikut. Investor Asing Pemilik Perusahaan (Owner)
Direktur PT Sayuran Siap Saji
Manajer SDM Manajer Produksi Manajer Pemasaran
Manajer
Keuangan
Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan
Gambar 5. Struktur organisasi PT Sayuran Siap Saji
Tugas dan tanggung jawab karyawan PT Sayuran Siap Saji :
1. Direktur
a. Menjalankan fungsi manajemen seperti di bawah ini.
1) Perencanaan tentang produksi dan keuangan.
2) Pengorganisasian usaha sayuran fresh cut.
3) Melaksanakan kepemimpinan terhadap bawahannya.
4) Melakukan pengawasan terhadap semua aktivitas usaha sayuran fresh
cut.
b. Membuat perencanaan produksi yang menyangkut aspek teknis,
manajemen dan aspek-aspek lainnya yang terkait dengan usaha sayuran
fresh cut.
c. Melakukan kerjasama yang baik dengan petani plasma, pemborong dan
distributor.
d. Sebagai pengambil keputusan manajerial.
2. Manajer Sumberdaya Manusia
a. Merekrut karyawan yang memiliki keahlian dan keterampilan dalam
bidangnya.
b. Pembagian tugas untuk karyawan.
31
c. Mengawasi kinerja dan kehadiran karyawan.
3. Manajer Produksi
a. Melakukan kegiatan perencanaan, pengawasan, dan pengontrolan
produksi.
b. Melakukan pengecekan alat dan bahan produksi.
4. Manajer Pemasaran
a. Menganalisis dan merencanakan kebutuhan pasar yang akan dipenuhi.
b. Melakukan kegiatan kerjasama dan promosi.
c. Mengidentifikasi selera konsumen.
5. Manajer Keuangan
a. Mencatat semua penggunaan biaya operasional dan penerimaan yang
diperoleh.
b. Membuat laporan keuangan setiap akhir periode.
c. Melaporkan hasil pencatatan keuangan kepada pemilik (direktur).
d. Menganalisis laporan keuangan.
Jadwal kerja untuk bagian kantor PT Sayuran Siap Saji setiap hari Senin-
Jumat dari jam 08.00 – 16.00 WIB. Sedangkan untuk karyawan bagian produksi
dan pemasaran jadwal kerjanya setiap hari mulai dari jam 07.00-17.00 WIB
dengan sistem shift untuk memenuhi pesanan dari pelanggan. Sistem penggajian
PT Sayuran Siap Saji untuk level middle management diberikan gaji bulanan
sedangkan untuk bagian produksi dan pemasaran diberikan gaji mingguan yang
dihitung harian. Karyawan juga diberikan bonus berupa THR setiap satu tahun
sekali. Selain itu, PT Sayuran Siap Saji juga memberikan fasilitas mess karyawan
untuk bagian middle management untuk memudahkan akomodasi apabila tempat
tinggalnya jauh dari tempat usaha.
4.2.4 Aspek Finansial
Aspek finansial merupakan suatu aspek yang dapat melihat layak atau tidak
layaknya suatu usaha untuk dijalankan dengan perhitungan yang menggunakan
formula penilaian investasi. Aspek ini dapat menilai biaya-biaya apa saja dan
seberapa besar biaya-biaya tersebut dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat
berupa penerimaan dalam menjalankan suatu usaha. Biaya adalah segala sesuatu
yang mengurangi pendapatan bagi suatu usaha. Arus biaya (outflow) pada
32
No
.
Biaya
investasi
Unit
barang
Harga
beli
(unit)
Total
biaya
Umur
(tahun)
Nilai sisa
Penyusutan
1 Bangunan pabrik
2
1.000
500.000
25
50.000
18.000
2 Bangunan kantor
2
1.000
150.000
25
15.000
5.400
3 Bangunan mess karyawan
2
1.000
45.000
15
4.500
2.700
4 Mesin kronen GS 10
1
53.000
53.000
10
5.300
4.770
5 Mobil truck chiller
3
250.000
750.000
5
75.000
135.000
6
Biaya pembangunan
sumur
5.000
5.000
7 Mesin pres 3 500 1.500 5 150 270
8 AC besar 2 10.000 20.000 5 2.000 3.600
9 AC kecil 1 2.500 2.500 5 250 450
10 Cool storage 1 20.000 20.000 10 2.000 1.800
11 Pisau 10 7 70 5 7 13
12 Trail 60 30 1.800 5 180 324
13 Pakaian produksi
20
50
1.000
1
1.000
14 Perizinan 5.000
15 Pemasangan Meteran Air
1
5.000
5.000
Jumlah 1.559.870 154.387 173.326,6
pengembangan bisnis ini terdiri dari dua komponen, yaitu biaya investasi dan
biaya operasional.
1. Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan satu kali pada awal tahun
proyek untuk memperoleh beberapa kali manfaat sampai secara ekonomis
kegiatan bisnis itu tidak menguntungkan lagi. Biaya investasi pada
pengembangan bisnis ini terdiri dari bangunan pabrik, kantor, mess, mesin
Kronen, mobil truck chiller, pembuatan sumur bor dan saluran air yang
dikeluarkan berdasarkan umur proyek usaha. Total biaya investasi yang
dikeluarkan pada tahun pertama adalah sebesar Rp 1.559.870.000, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat mengenai rincian biaya investasi pada Tabel 3.
Tabel 3. Biaya investasi PT Sayuran Siap Saji Tahun 2011 dalam 000 (juta rupiah)
500 m
150 m
45 m
33
2. Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan jumlah dana yang dikeluarkan perusahaan
dalam memenuhi seluruh kebutuhan yang mendukung jalannya aktivitas
perusahaan. Biaya operasional termasuk semua biaya produksi,
pemeliharaan dan lainnya yang menggambarkan pengeluaran untuk
menghasilkan produksi yang digunakan bagi setiap proses produksi dalam
satu periode kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari dua komponen
utama, yakni biaya tetap dan biaya variabel.
a. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh
perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam satu tahun (satu
satuan waktu). Biaya tetap yang dikeluarkan setiap beberapa tahunnya
mengalami kenaikan yang disebabkan oleh pengaruh inflasi, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Biaya tetap PT Sayuran Siap Saji
dalam 000 (juta rupiah)
No
Jenis biaya tetap
Jumlah
Satuan
Harga Total harga
1 tahun
1 Biaya perawatan mesin 12 kali 1.000 1.000 12.000
2 Biaya perawatan mobil 3 kali 1.500 1.500 6.000
3 Pajak mobil 3 kali 3.500 10.500 10.500
4 Gaji pegawai manajemen
5
orang
4.500
22.500
315.000
5 Biaya telepon 12 bulan 1.000 1.000 12.000
6 Biaya promosi 1 kali 6.000 6.000 24.000
7 Biaya listrik 12 bulan 5.000 5.000 60.000
Jumlah biaya tetap 47.500 439.500
b. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya selaras dengan
perkembangan produksi atau penjualan setiap tahun (satu satuan waktu).
Biaya variabel yang dikeluarkan untuk pengembangan bisnis ini terdiri
dari input produksi, pembayaran upah tenaga kerja borongan, biaya
pengemasan, dan lain-lain. Lebih jelasnya biaya-biaya ini dapat dilihat
pada Tabel 5.
34
Tabel 5. Biaya operasional PT Sayuran Siap Saji
dalam 000 (juta rupiah)
No
Jenis biaya
variabel
Jumlah
1 x
produksi
Satuan
Harga
Tc
1 x
produksi
1 tahun
(12 x)
1 Bahan baku kilogram 5.277.764
2 Plastik kemasan bening
5
pack
650
3.250
39.000
3 Cup salad 700 buah 3 2.100 25.200
4 Label dan barcode
100.000
buah
0.012
1.200
14.400
5 Biaya transportasi
30
hari
900
27.000
324.000
6 Biaya tenaga kerja produksi
20
orang
1.500
30.000
390.000
7 Biaya listrik produksi
12
bulan
9.000
9.000
108.000
Jumlah biaya variabel
72.550
6.178.364
4.2.5 Analisis Kriteria Kelayakan Usaha
Analisis kriteria kelayakan usaha dilakukan untuk menentukan kelayakan
suatu bisnis untuk dijalankan yang dilihat dari sisi finansial dengan
memperhitungkan nilai waktu dari uang (time value of money). Perhitungan
kriteria investasi menggunakan metode Discounted Cash Flow, dimana seluruh
penerimaan selama sepuluh tahun ke depan didiskontokan pada masa kini.
Analisis kriteria investasi yang digunakan adalah Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP). Analisis ini
dilakukan dengan menggunakan tingkat suku bunga BI (Bank Indonesia) pada
tahun ke 1 sampai ke 3 sebesar 5,75 persen yang merupakan rata-rata tingkat suku
bunga BI dalam satu tahun 2012. Sedangkan pada tahun ke 4 sampai ke 10 adalah
sebesar 7,5% yang merupakan rata-rata tingkat suku bunga BI dalam satu tahun
2014. Berikut kriteria investasi dengan metode kelayakan cash flow yang
diperoleh, seperti pada Tabel 6.
Tabel 6. Rincian kriteria investasi dengan Metode Cash Flow Kriteria investasi Hasil
NPV > 0 Rp 2.161.854.000
Net B/C > 1 2,23
IRR > 5,75% 24%
PP 6,22
35
Berdasarkan Tabel 6, dapat dilihat bahwa :
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value adalah nilai masa kini manfaat bersih (net benefit) selama
10 tahun periode usaha. Nilai NPV pada usaha sayuran fresh cut ini adalah
Rp 2.161.854.000. Nilai ini menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh
selama 10 tahun periode usaha dengan tingkat suku bunga 5,75 persen
pertahun untuk tahun ke 1 sampai ke 3 dan 7,5 persen untuk tahun ke 4
sampai ke 10. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha sayuran
fresh cut layak untuk dijalankan karena NPV yang dihasilkan lebih besar
dari nol (NPV>0).
b. Net Benefit / Cost Ratio (Net B/C)
Net Benefit/Cost Ratio merupakan rasio antara present value net benefit
yang bernilai positif dan present value net benefit yang bernilai negatif.
Suatu usaha dikatakan layak jika rasio Net B/C lebih dari satu. Pada usaha
sayuran fresh cut ini rasio Net B/C sebesar 2,23. Hal ini berarti bahwa setiap
Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan mendapatkan pengembalian manfaat
bersih sebesar Rp 2,23. Karena rasio Net B/C lebih dari satu, maka usaha ini
layak untuk dijalankan.
c. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah tingkat pengembalian usaha terhadap modal
yang ditanamkan pada suatu usaha. Suatu usaha layak dijalankan jika nilai
IRR yang diperoleh lebih besar dibandingkan tingkat suku bunga yang
ditetapkan. Nilai IRR pada usaha sayuran fresh cut ini adalah 24 persen.
Nilai ini lebih besar dari tingkat suku bunga yang ditetapkan sebesar 5,75
persen dan 7,5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan
pengembalian modal yang digunakan lebih besar dari tingkat discount rate
yang digunakan.
d. Payback Period (PP)
Payback Period dihitung untuk mengukur seberapa cepat investasi yang
ditanamkan bisa kembali. Perhitungan PP tidak memperhitungkan nilai
waktu uang (time value of money). Secara umum suatu usaha layak untuk
dijalankan jika PP nya lebih kecil dari periode usahanya. PP dari usaha
36
sayuran fresh cut ini adalah 6 tahun 2 bulan 2 hari. Nilainya lebih kecil dari
periode usaha 10 tahun sehingga layak untuk dijalankan.
4.3. Analisis Switching Value
Salah satu variasi perhitungan yang dilakukan adalah perhitungan nilai
pengganti (switching value). Analisis switching value digunakan untuk melihat
ambang batas kelayakan suatu proyek terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
pada faktor-faktor baik pada produksi maupun penjualan. Komponen-komponen
yang digunakan dalam perhitungan switching value pada usaha bisnis sayuran
fresh cut adalah penurunan produksi penjualan dan kenaikan harga input produksi.
Pada penelitian ini juga dilakukan metode switching value untuk mengetahui nilai
maksimal perubahan variabel yang mempengaruhi usaha. Pada tabel 7 di bawah
terlihat hasil perhitungan switching value.
Tabel 7. Rincian Switching Value terhadap usaha Sayuran Fresh Cut
Kriteria investasi
Penurunan harga penjualan
sayuran fresh cut sebesar 0,65%
Kenaikan harga input
produksi sayuran fresh cut sebesar 0,79%
NPV (-) Rp 42.500.000 (-) Rp 21.687.000
IRR 5% 5%
Net B/C 0,90 0,91
PP 7,93 7,83
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa usaha ini akan berada diambang
batas kelayakan apabila terjadi penurunan harga penjualan sebesar 0,65 persen
akibat banyaknya produksi sayuran fresh cut di pasaran yang menyebabkan
penawaran lebih tinggi daripada permintaan. Sedangkan batas kelayakan terjadi
juga apabila adanya kenaikan harga input produksi sebesar 0,79 persen karena
adanya inflasi. Kenaikan harga input ini diambil berdasarkan harga input yang
terbesar, yaitu harga bahan baku. Analisis switching value diperlukan agar
perusahaan jangan sampai berada pada tingkat perubahan tersebut agar bisnis
yang dijalankan tetap layak. Dari perhitungan analisis switching value tersebut
yang sangat sensitif terhadap perubahan adalah penurunan harga penjualan
sehingga untuk mengatasi hal tersebut perusahaan melakukan diversifikasi produk
dan pengembangan pasar yang baru.
37
4.4. Perbandingan Realisasi dan Prediksi Finansial
Hasil evaluasi keuangan PT Sayuran Siap Saji untuk perhitungan
berdasarkan cash flow pada Tabel 8.
Tabel 8. Perbandingan hasil realisasi dan prediksi Berdasarkan Cash Flow
dalam 000 (juta rupiah)
Keterangan
Tahun
Indikator
Total
inflow
Total biaya
tetap
Total biaya
variabel
Net benefit
PV/tahun
Realisasi
2012 6.446.796 480.900 4.865.518 1.085.360 970.539
Prediksi 6.902.027 439.500 6.178.364 281.865 266.539
Realisasi
2013 6.867.926 528.615 5.583.535 744.205 629.291
Prediksi 7.408.100 451.545 6.611.231 342.414 306.190
Sedangkan hasil perhitungan berdasarkan laporan laba rugi terlihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Perbandingan hasil realisasi dan prediksi berdasarkan laporan laba rugi Keuntungan bersih Tahun 2012 Tahun 2013
Realisasi Rp 892.681.000 Rp 551.525.000
Prediksi Rp 128.478.000 Rp 189.027.000
Berdasarkan hasil perhitungan cash flow dan laporan laba rugi realiasasi dan
prediksi dilakukan pengolahan dengan menggunakan teknik statistik hipotesis uji
beda dua rata-rata dengan cara membandingkan antara rata-rata masing-masing
variabel penelitian pada tahun 2012 dan 2013. Penelitian ini menggunakan uji
beda dua rata-rata (t-test) dengan bantuan program SPSS 15.00 for Windows,
dengan menggunakan nilai signifikansi (α) sebesar 5%, seperti pada tabel 10.
Tujuan dilakukan perhitungan dengan analisis uji t(t-test) adalah untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan yang cukup signifikan antara data prediksi
dan realiasasi. Adapun hipotesis yang digunakan adalah :
Ho = Tidak terdapat perbedaan antara data prediksi dan data realisasi
Ha = Terdapat perbedaan antara data prediksi dan data realisasi
Jika, -t(0.025;2) ≤ to≤ t(0.025;2), maka Ho diterima
Jika to> t(0.025;2), maka Ho ditolak
38
Tabel 10. Hasil pengujian hipotesis penelitian
Alat ukur Nilai t sig (tailed) Nilai t (0.025;4) Hipotesis Ho
Total inflow -1,512 4,303 Diterima
Total biaya tetap 2,407 4,303 Diterima
Total biaya variabel -2,792 4,303 Diterima
Net benefit 3,479 4,303 Diterima
Pv per tahun 2,990 4,303 Diterima
Keuntungan bersih 3,252 4,303 Diterima
Berdasarkan perbandingan antara thitung dan ttabel, jika -t(0.025;2) ≤ tsig(tailed) ≤
t(0.025;2), maka Ho diterima. Dari tabel 10 diatas, dapat dijelaskan bahwa hasil
pengujian hipotesis terhadap cash flow data realisasi, data prediksi, dan laporan
laba rugi dengan menggunakan total inflow, total biaya investasi, total biaya tetap,
net benefit, PV per tahun, dan keuntungan bersih hasil hipotesis Ho diterima
karena nilai uji statistik to yang diperoleh lebih kecil dengan nilai t0.025;4. Artinya
dari hasil perhitungan cash flow dan laporan laba rugi data prediksi dengan data
realisasi secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang cukup signifikan.
Perhitungan cash flow dan laba rugi data prediksi menunjukkan biaya operasional
yang dikeluarkan perusahaan, penerimaan dan keuntungan yang diperoleh tidak
berbeda jauh dengan perhitungan data realisasi.
4.6. Rekapitulasi Hasil Studi
Tabel 11. Rekapitulasi hasil studi No. Analisis Pembahasan
1. Aspek Pasar dan Pemasaran Potensi pasar dapat dilihat dari jumlah permintaan dan penawaran dari restoran-
restoran siap saji / frasnchise dan
convenience store yang berada di Jakarta.
Rata-rata permintaan sayuran fresh cut
dari PT Sayuran Siap Saji ini adalah ±65
ton per bulan. Akan tetapi, PT Sayuran
Siap Saji hanya mampu memenuhi
permintaan pasar 70 persen yaitu sebanyak
±45 ton per bulan. Pengembangan pasar
dilakukan dengan menggunakan variabel
pemasaran yang dapat dikendalikan, yaitu
product, price, promotion, dan place.
2. Aspek Teknis dan Teknologi Lokasi usaha PT Sayuran Siap Saji memiliki sarana dan prasarana yang dapat
mendukung kegiatan usaha. Bahan baku
sayuran yang mudah didapatkan dari
petani mitra dan tenaga kerja produksi juga
berasal dari sekitar tempat usaha. Peralatan
39
Lanjutan Tabel 9.
No. Analisis Pembahasan produksi yang digunakan sudah
menggunakan mesinisasi sehingga
mempercepat proses produksi. Serta
kegiatan produksi sesuai standar HACCP.
3. Aspek Organisasi dan Manajemen
Struktur organisasinya adalah pemilik usaha bertindak sebagai owner dan pemilik
modal usaha, sedangkan direktur berfungsi
dalam perencanaan, pengarahan dan
pengawasan jalannya usaha sayuran fresh
cut yang membawahi manajer operasional
dan tenaga kerja produksi. Kegiatan
pengelolaan keuangan, produksi,
pemasaran, dan sumberdaya manusia PT
Sayuran Siap Saji dilakukan oleh
karyawan yang telah berpengalaman dalam
bidangnya yang dibagi berdasarkan tugas
dan tanggung jawab masing-masing sesuai
perannya.
4. Aspek Finansial Analisis Kelayakan Usaha : a. NPV = Rp 2.161.854.000 (Layak)
b. Net B/C = 2,23 (Layak)
c. IRR = 24% (Layak)
d. PP = 6 tahun 2 bulan 2 hari
5. Analisis Switching Value Usaha ini akan berada diambang batas kelayakan apabila terjadi penurunan harga
penjualan sebesar 0,65 persen akibat
banyaknya produksi sayuran fresh cut di
pasaran. Sedangkan batas kelayakan terjadi
juga apabila terjadi kenaikan harga input
produksi sebesar 0,79 persen karena
adanya inflasi.
6. Analisis Perbedaan dengan Uji-t (t-test)
Hasil perhitungan cash flow dan laporan laba rugi data prediksi dengan data
realisasi secara keseluruhan tidak terdapat
perbedaan yang cukup signifikan,
4.5. Implikasi Manajerial
Implikasi manajerial merupakan suatu rekomendasi berupa langkah strategis
yang perlu dilakukan oleh pemilik usaha Hasil penelitian ini diharapkan memiliki
implikasi manajerial bagi perusahaan pengembangan usaha sayuran fresh cut.
Implikasi manajerial yang dapat dilakukan yaitu :
40
1. Mengembangkan pemasaran selain di Jakarta, seperti di kota Bogor,
Bandung, dan kota-kota besar lainnya. Karena perkembangan industri
kuliner saat ini semakin beragam seiring bertambahnya jumlah tempat-
tempat wisata di berbagai kota di Indonesia.
2. Meningkatkan produksi dengan penambahan supplier bahan baku agar
persediaannya tetap terpenuhi dan untuk mengatasi jika sewaktu-waktu
mengalami kenaikan harga.
3. Mengembangkan kegiatan Research and Development dengan melakukan
diversifikasi produk yaitu pembaharuan desain kemasan, perubahan
komposisi produk dalam kemasan, dan perubahan potongan produk sesuai
dengan kebutuhan konsumen untuk mempertahankan dan mengembangkan
pasar baru.
4. Melakukan standarisasi bahan baku yang sesuai dengan penggunaan mesin
Kronen sehingga mesin menjadi lebih efektif dalam menghasilkan produk.
5. Penerapan sistem produksi yang sesuai dengan standar HACCP selalu
diperhatikan untuk menjamin kualitas produk yang aman dan higienis.
41
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Hasil analisis kelayakan pada aspek pasar dan pemasaran, aspek teknik
dan teknologi dan aspek manajemen dan operasional menunjukkan
bahwa usaha sayuran fresh cut ini layak untuk dilaksanakan. Sedangkan
aspek finansial menunjukkan nilai NPV positif Rp 2.161.854.000, nilai
IRR 24 persen dimana nilai ini lebih besar dari nilai suku bunga Bank
Indonesia (BI) 5,75% dan 7,5%, Net B/C 2,23 dan PP 6 tahun 2 bulan 2
hari yang berarti usaha ini sudah dapat menutup biaya investasi awalnya
sebelum umur usaha berakhir. Semua hasil perhitungan pada analisis
finansial juga menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan.
b. Kenaikan harga bahan baku yang menunjukkan usaha tidak layak
dilakukan oleh PT Sayuran Siap Saji adalah sebesar 0,79 persen, dimana
akan menghasilkan nilai NPV sebesar (-) Rp 21.687.000, nilai Net B/C
sebesar 0,91, dan PP selama 7 tahun 8 bulan 3 hari. Sedangkan apabila
terjadi penurunan harga jual sebesar 0,65 persen, usaha sayuran fresh cut
tidak layak untuk dilakukan juga. Nilai NPV yang didapatkan sebesar (-)
Rp 42.500.000, nilai Net B/C sebesar 0,90, dan PP selama 7 tahun 9
bulan 3 hari. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ini sangat sensitif
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
c. Perbedaan cash flow dan laporan laba rugi data prediksi dengan realisasi
finansial dari usaha sayuran fresh cut PT Sayuran Siap Saji dengan
menggunakan uji-t (t-test) secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan
yang cukup signifikan.
42
2. Saran
Studi kelayakan usaha sayuran fresh cut sudah memiliki jaringan pasar yang
kuat akan tetapi permintaan produk belum terpenuhi secara optimal. Penggunaan
peralatan mesinisasi diharapkan mampu memenuhi permintaan pasar untuk
meningkatkan jumlah produksi. Oleh karena itu perlu adanya penelitian lebih
lanjut mengenai pengoptimalisasian mesin produksi untuk mengetahui seberapa
besar manfaat yang akan diperoleh PT Sayuran Siap Saji dalam memenuhi
permintaan pasar.