i
i
IDENTIFIKASI KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM(KJDR) DI RSU DEWI SARTIKA KOTA KENDARI
PROVINSI SULAWESI TENGGARATAHUN 2016
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat dalam MenyelesaikanPendidikan pada Diploma III Di Politeknik Kesehatan Kendari
Jurusan Kebidanan
OLEH:
SRY AYU PERDANANIM. P00324014032
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIAPOLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANANPRODI D III KEBIDANAN
TAHUN 2017
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
limpahan berkat rahmat dan hidayah-Nya lah, sehingga karya tulis ilmiah
ini dapat terselesaikan dengan judul “ Identifikasi Kejadian Kematian janin
dalam rahim (KJDR) Di Rumah Sakit Dewi Sartika kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2016”. Penulis sadar dan mengakui
sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak terdapat
kekeliruan, kesalahan dan kekurangan walaupun penulis telah berupaya
semaksimal mungkin. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan
saran kritikan yang sifatnya membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini,
tidak akan terlaksana dan berjalan dengan baik tanpa bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih setinggi-tingginya kepada Ibu Aswita, S. Si. T, MPH selaku
pembimbing I dan Ibu Heyrani, S. Si. T, M. Kes selaku pembimbing II yang
telah meluangkan waktu dan pikirannya dengan penuh kesabaran dan
tanggung jawab guna memberikan bimbingan serta petunjuk kepada
penulis dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini hingga dapat
terselesaikan.
v
Begitu pula dengan berbagai pihak yang telah membantu proses
penyelesaian karya tulis ilmiah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang
terhormat :
1. Bapak Petrus, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari.
2. Ibu Halijah, SKM, M.Kes selaku selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kendari.
3. Bapak dr. H. Muh. Rinvil Amiruddin, M. Kes selaku Direktur Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari dan staf yang telah
membantu dalam memberikan informasi.
4. Ayahanda Jabarullah, S. Si dan Ibunda Ratna. H yang saya sayangi
dan hormati serta saudaraku-saudaraku ( Dwy Shelvi Perdana dan
Muh. Adam Ibrahim ) dan seluruh keluarga yang memberikan
bantuan materi maupun moril serta dukungan selama penulis
mengikuti pendidikan di Poltekkes Kemenkes Kendari.
5. Seluruh dosen pengajar dan staf Poltekkes Kemenkes Kendari
khususnya Jurusan Kebidanan .
6. Sahabat saya (Mimi, Gadis, Kakak, Mae, Piho, Mami, Eva) dan
rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari angkatan
2014.
Akhir kata, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian
vi
selanjutnya di Poltekkes Kemenkes Kendari Khususnya Jurusan
Kebidanan serta mendapat ridho dari Allah SWT, Amin.
Kendari, Mei 2017
Penulis
vii
BIODATA PENULIS
A. Identitas
1. Nama : Sry Ayu Perdana
2. Tempat tanggal lahir : Kendari, 08 Oktober 1997
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
6. Alamat : Desa Atowatu Kec. Soropia Kab.
Konawe
B. Pendidikan
1. SDN 1 Toronipa, Kabupaten Konawe tamat tahun 2008
2. SMPN 1 Bungku Tengah, Kabupaten Morowali tamat tahun
2011.
3. Madrasah Aliyah Bahrul Mubarak Toronipa, Kabupaten Konawe
tamat tahun 2014
4. Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan, masuk tahun
2014 sampai dengan sekarang
viii
INTISARI
IDENTIFIKASI KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM (KJDR) DI RSU DEWISARTIKA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2016
Sry Ayu Perdana1, Aswita, S.Si.T, MPH2, Heyrani, S.Si.T, M.Kes3
Latar BelakangKematian janin dalam rahim (KJDR) adalah janin yang mati dalam rahim denganberat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim padakehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir darigangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi. Angka kejadian KJDR diIndonesia masih tinggi bila dibandingkan Negara di Asia Tenggara sepertiSingapura (26,3%), Indonesia (25,2%), Thailand (21,1%), dan Malaysia (10,5%).Tujuan PenelitianUntuk mengidentifikasi kejadian KJDR di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika kotaKendari tahun 2016Metode PenelitianPenelitian deskriptif dengan populasi 57 ibu yang mengalami di RSU DewiSartika. Sampel penelitian ini diambil dengan cara total sampling yaitu sebanyak57 ibu. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder.Hasil PenelitianIbu yang mengalami KJDR dengan preeklampsia yaitu 52,63% dan yang tidakmengalami preeklampsia yaitu 47, 36%. Umur kehamilan 2028 minggu yaitu 56,14% dan umur kehamilan >28 minggu 43, 85%. Yang mengalami Pertumbuhanjanin terhambat (PJT) 45, 61% dan yang tidak mengalami PJT 54, 38%.
Kata Kunci : KJDR, Preeklampsia, Umur Kehamilan, PJTDaftar Pustaka : 20 (2005-2016)
1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari jurusan Kebidanan2. Dosen pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan3. Dosen pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................ iii
DAFTAR ISI ...................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................... 5
E. Keaslian Penelitian......................................................... . 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang IUFD................................................... 7
B. Tinjauan tentang variabel penelitian ............................... 19
C. Landasan Teori .............................................................. 31
D. Kerangka Konsep .......................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis penelitian .............................................................. 34
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................ 34
C. Populasi dan Sampel ..................................................... 34
D. Variabel Penelitian .......................................................... 35
E. Definisi Operasional........................................................ 35
F. Instrumen Penelitian ...................................................... 36
G. Pengumpulan Data ........................................................ 37
x
H. Pengolahan Data ............................................................ 37
I. Analisa Data.................................................................... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.. .............................. 42B. Hasil Penelitian ................................................................ 46C. Pembahasan.................................................................... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................... 54B. Saran ............................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kematian janin dalam rahim (KJDR) adalah janin yang mati
dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau
kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau lebih.
Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan
janin, gawat janin, atau infeksi (Winkjosastro. H, 2009).
Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO)
diseluruh dunia, terdapat kematian bayi sebesar 10.000.000 jiwa
pertahun. Di dunia diperkirakan hampir 3,3 juta kematian perinatal,
dan lebih dari 4 juta lainnya mati dalam 28 hari pertama
kehidupannya, jumlah terbesar kematian perinatal terjadi di Asia
Tenggara yaitu 2,7 juta bayi lahir mati. Badan pusat statistik
kesehatan nasional tahun 2003 menunjukkan di Amerika Serikat
frekuensi KJDR sebesar 6,9 per 1000 kelahiran (Novita, 2008).
Janin saat ini dipandang sebagai pasien yang menghadapi
resiko mortalitas dan mordibitas yang cukup serius. Secara faktor
maternal (5,1%). Resiko tingginya angka kematian yang berkaitan
dengan faktor maternal kebanyakan berupa jarak 15 bulan
kehamilan dari persalinan terakhir dan usia ibu hamil diatas 40
tahun.
2
Sedangkan tiga besar penyebab kematian perinatal secara
umum masih belum bergeser dari pola lama yaitu KJDR (31,3%),
asfiksia atau gangguan pernafasan (20,4%) dan prematur (18,7)
(Winkjosastro. H, 2009).
Kematian maternal dan perinatal merupakan masalah besar,
khususnya di negara berkembang sekitar 98%-99%, sedangkan
negara maju hanya 1%-2%. Menurut laporan WHO tahun 2000
kematian perinatal adalah 400/100.000 orang atau sekitar 200.000
orang pertahun sehingga kematian perinatal terjadi 1,2-1,5 menit.
Kematian perinatal di Indonesia adalah yang tertinggi diantara
negara-negara Association South of East Nation (ASEAN)
kejadiannya sekitar 15 kali di Malaysia. Salah satu jenis kematian
perinatal adalah KJDR (Manuaba. IBG, 2007).
KJDR termasuk dalam masalah perinatal yang merupakan
salah satu indikator kesehatan, sehingga hal ini sangat sensitif
karena berhubungan dengan kesehatan ibu dan janin.
Indonesia, diantara negara ASEAN merupakan negara
dengan angka kematian perinatal tertinggi, yang berarti
kemampuan untuk memberikan pelayanan kesehatan masih
memerlukan perbaikan yang bersifat menyeluruh dan lebih
bermutu. Dengan perkiraan persalinan di Indonesia setiap
tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa kematian
bayi terjadi setiap 25-26 menit sekali. Berdasarkan Survei
3
Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2012 angka
kematian bayi mencapai 32/1000 kelahiran hidup. Target Millenium
Development Goals (MDG’s) tahun 2015 kematian bayi menurun
23/ 1000 kelahiran hidup.
Angka kejadian KJDR di Indonesia masih tinggi bila
dibandingkan Negara di Asia Tenggara seperti Singapura (26,3%),
Indonesia (25,2%), Thailand (21,1%), dan Malaysia (10,5%).
Angka kematian bayi di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra)
pada tahun 2015 dilaporkan menjadi 872 kasus. Kota Kendari
sendiri sebanyak 22 kasus. Jumlah kejadian KJDR pada tahun
2011-2012 pada RSU Bahteramas provinsi Sulawesi Tenggara
sebanyak 166 kasus. Jumlah semua ibu bersalin fisiologi dan
Sectio caesarea (SC) tahun 2015 berjumlah 430 dari 31 kasus
KJDR (7,20%) dan pada tahun 2016 berjumlah 1422 dari 26 kasus
KJDR (1,82%) di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2016.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana
mengidentifikasi kejadian KJDR di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika tahun 2016 ?
4
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk
mengidentifikasi kejadian KJDR di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika kota Kendari tahun 2016
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi kejadian KJDR dengan pereklampsia di
RSU Dewi Sartika kota Kendari tahun 2016
b. Mengidentifikasi kejadian KJDR dengan umur kehamilan di
RSU Dewi Sartika kota Kendari tahun 2016
c. Mengidentifikasi kejadian KJDR dengan Pertumbuhan janin
terhambat (PJT) di RSU Dewi Sartika kota Kendari tahun
2016
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini sebagai data dasar dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan
penulis mengenai kejadian KJDR.
2. Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat di jadikan latihan
dan referensi kepustakaan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
5
3. Bagi Kesehatan
Sebagai masukan terhadap petugas kesehatan agar
dapat memberikan pelayanan dan konseling yang terbaik
khususnya tentang KJDR.
E. Keaslian Penelitian
1. WD Hasriati dengan judul Identifikasi faktor-faktor resiko
terjadinya Kematian janin dalam rahim (KJDR) pada ibu bersalin
di RSU Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2013.
Variabel bebas umur, paritas, dan pekerjaan serta variabel
terikat yaitu faktor-faktor penyebab terjadinya KJDR.
2. Novita Rantelino dengan judul Gambaran Umum Tentang
Kematian janin dalam rahim (KJDR) di RSUD Lakipadada
Tahun 2008. Variabel bebas umur ibu, paritas dan pendidikan
dan variabel terikat yaitu KJDR.
3. Perbedaan dari kedua penelitian di atas dengan penelitian ini
yaitu variabel penelitian. Proposal ini mengambil variabel
penelitian preeklampsia, umur kehamilan, dan Pertumbuhan
janin terhambat (PJT) sebagai variabel bebas dan variabel
terikat yaitu kejadian KJDR.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR)
1. Pengertian KJDR
Kematian janin dalam rahim (KJDR) adalah janin yang
mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram atau lebih atau
kematian janin dalam rahim pada kehamilan 20 minggu atau
lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi (Winkjosastro. H,
2009).
KJDR adalah kematian intra uterine sebelum seluruh
produksi konsepsi manusia dikeluarkan, ini tidak diakibatkan
oleh abortus terapeutik atau kematian janin juga disebut
kematian intra uterine dan mengakibatkan kelahiran mati
(Saifuddin, A.B, 2007).
Kematian janin dianggap jika terjadi pada janin yang
telah berumur 20 minggu atau lebih, dan bila terjadi pada umur
di bawah umur 20 minggu disebut abortus. Sedangkan World
Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa yang
dinamakan kematian janin adalah kematian yang terjadi bila
umur janin 20 minggu dan berat janin waktu lahir diatas 500
gram.
6
7
Menurut United States National Center for Health
Statistic Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
(Winknjosastro. H, 2009).
a. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan mencapai
20 minggu penuh (early fetal death).
b. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
(intermediate fetal death).
c. Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan >28
minggu (late fetal death).
d. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada
ketiga golongan di atas.
2. Diagnosis KJDR
Pada anamnesis ibu hamil tidak merasakan ada
pergerakan janin dan hilangnya tanda-tanda dan gejala
kehamilan. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda
pertumbuhan uterus, pada pemeriksaan laboratorium terdapat
penurunan kadar serial β-Hcg, pada pemeriksaan x-ray
ditemukan Spalding sign dan Robert’s sign, dan pada
pemeriksaan Ultrasonografi (USG) ditemukan jelas keadaan
janin mati intra uterin.
a. Kriteria Diagnosa
1) Rahim Ibu hamil tersebut tidak bertambah besar lagi,
bahkan semakin kecil.
8
2) Tidak lagi dirasakan gerakan janin
3) Reaksi kehamilan : reaksi kehamilan baru negative
setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
4) Rontgen foto abdomen :
a) Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh
darah besar janin.
b) Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang
belakang janin
c) Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang
leher janin
d) Tanda Spalding : overlapping tulang-tulang kepada
(Sutura) janin.
e) Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
f) Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda
padat.
5) USG : tidak terlihat denyut jantung janin dan
gerakan- gerakan janin.
b. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan darah lengkap, jika dimungkinkan kadar
fibrinogen
c. Gambaran klinik KJDR secara klinis sebagai berikut :
1) Pertumbuhan janin berkurang, bahkan janin mengecil
sehingga tinggi fundus uteri menurun.
9
2) Bunyi jantung tidak terdengar dengan menggunakan alat
pendengar misalnya stetoskop dan Doppler
3) Tidak adanya gerakan janin yang dirasakan oleh ibu
4) Berat badan ibu menurun
5) Tulang kepala kolaps
6) USG merupakan sarana penunjang diagnostik yang baik
untuk memastikan kematian janin dimana gambarnya
menunjukkan janin tanpa tanda kehidupan.
7) Bila pemeriksaan radiologi dilakukan 5 hari setelah
kematian janin adalah tampak gambaran sebagai berikut:
a) Tulang kepala janin tumpang tindih satu sama lain
b) Tulang belakang mengalami hiperfleksi
c) Tampak gambaran gas pada jantung dan pembuluh
darah.
d) Oedema disekitar tulang kepala
e) Pemeriksaan Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
urin menjadi negative, hasil ini terjadi beberapa hari
setelah kematian janin.
3. Etiologi KJDR
Penyebab dari KJDR seringkali dipicu oleh
Ketidakcocokan rhesus darah ibu dan janin, penyakit kelainan
darah gerakan janin yang terlalu aktif, penyakit pada ibu,
kelainan kromosom, trauma saat hamil, infeksi pada ibu,
10
kelainan bawaan janin, perdarahan antepartum seperti plasenta
previa dan solusio plasenta, penyakit saluran kencing, penyakit
endokrin, preeklampsia dan eklampsia, penyakit infeksi dan
menular, malnutrisi, dll. Pada 25-60 % kasus penyebab
kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan
oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.
a. Faktor Maternal
1) Ketidakcocokan rhesus darah Ibu dengan janin
Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif,
sementara bapak rhesus positif. Anak akan mengikuti
yang dominan, menjadi rhesus positif.akibatnya ibu dan
anak mengalami ketidakcocokan rhesus.
2) Berbagai penyakit pada ibu hamil (hipertensi,
preeklampsia, eklampsia, diabetes melitus tidak
terkontrol, lupus eritematosus sistemik)
3) Hemoglobinopati
Gangguan herediter yang ditandai dengan adanya
kelainan struktur Hb akibat mutasi gen
4) Umur kehamilan
Umur kehamilan ibu umumnya berlangsung 40 minggu
atau 280 hari. Umur kehamilan ibu adalah batas waktu
ibu mengandung, yang dihitung mulai dari hari pertama
haid terakhir (HPHT).
11
5) Rupture uteri
Adanya ruptura uteri ini secara otomatis akan
mengakibatkan adanya perdarahan mendadak pada ibu
dan trans- plasenta, sehingga berakibat pada perdarahan
janin yang masif dan kematian janin
6) Infeksi pada ibu hamil
Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagi infeksi, seperti
infeksi berbagai bakteri maupun virus. Demam tinggi
pada ibu hamil bisa menyebabkan janin mati.
7) Antifosfolipid sindrome
Gangguan sistempebekuan darah yang dapat
menyebabkan keguguran bahkan KJDR.
8) Kematian Ibu
b. Faktor Janin
1) Kelainan genetik
Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya kelainan genetik
berat trisomi. Kematian janin akibat kelainan genetik
biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi,
yaitu autopsi bayi.
2) Kelainan bawaan bayi
Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau
paru-paru, bisa mengakibatkan KJDR.
3) Kehamilan Kembar
12
4) Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
Pertumbuhan janin sangat tergantung pada kualitas dan
letak placenta, yang memberikan suplai oksigen dan
nutrisi dari ibu ke janin. Gangguan pada fungsi dan letak
placenta, akan berpengaruh pada KJDR.
5) Infeksi
Infeksi mempunyai efek langsung maupun tidak langsung
terhadap janin. Efek tidak langsung timbul karena
mengurangi oksigen darah ke plasenta, efek langsung
tergantung kepada kemampuan organisme penyebab
menembus plasenta dan menginfeksi janin, sehingga
dapat mengakibatkan kematian janin.
c. Faktor Plasenta
1) Kelainan tali pusat
Pada umumnya tali pusat mempunyai panjang sekitar 55
cm. Tali pusat yang terlalu panjang dapat menimbulkan
lilitan pada leher janin, sehingga mengganggu aliran
darah ke jantung dan menimbulkan asfiksia sampai
kematian janin dalam kandungan. Tali pusat yang
panjang berbahaya karena dapat menyebabkan tali pusat
menumbung, atau tali pusat terkemuka.
13
2) Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta
yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya
sebelum janin lahir. Solusio plasenta dapat terjadi akibat
turunnya darah secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri
yang menuju ke ruang intervirale maka terjadilah
anoksemia dari jaringan bagian distalnya.
3) Ketuban pecah dini (KPD)
Ketuban pecah dini yaitu pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam
sebelum dimulainya tanda persalinan. Makin lama
periode laten makin besar kemungkinan infeksi dalam
rahim, persalinan prematuritas, dan selanjutnya
meningkatkan kejadian kesakitan dan kematian ibu dan
bayi atau janin dalam rahim
4) Vasa Previa
Bahaya insersi velamentosa bila terjadi vasa previa, yaitu
pembuluh darahnya melintasi kanalis servikalis, sehingga
saat ketuban pecah pembuluh darah yang berasal dari
janin ikut pecah. Kematian janin akibat pecahnya vasa
previa mencapai 60%-70% terutama bila pembukaan
masih kecil karena kesempatan seksio sesaria terbatas
dengan waktu.
14
d. Faktor Resiko
1) Status sosial ekonomi rendah
2) Tingkat pendidikan ibu yang rendah
3) Paritas pertama dan paritas kelima atau lebih
4) Kehamilan tanpa pengawasan antenatal
5) Kehamilan tanpa riwayat pengawasan kesehatan ibu
yang adekuat
6) Riwayat kehamilan dengan komplikasi medik atau
obstetrik.
4. Epidemiologi KJDR
Janin saat ini dipandang sebagai pasien yang
menghadapi resiko mortalitas dan morbiditas yang cukup serius.
Secara epidemiologi, angka kejadian kematian janin di seluruh
dunia diperkirakan mencapai rentang 2,14 – 3,82 juta jiwa.
Angka ini mengalami penurunan pada tahun 2009, yaitu
sejumlah 14,5%. Kisaran angka tersebut adalah 18,9 lahir mati
per 1000 kelahiran (Mac Dorman, 2009).
Pada tahun 2009, jumlah global diperkirakan saat
dilahirkan adalah 2,64 juta (berkisar ketidakpastian, 2,14-3.82
juta). Tingkat kelahiran mati di seluruh dunia menurun 14,5%
dari 22,1 bayi lahir mati per 1000 kelahiran pada tahun 1995-
18,9 lahir mati per 1000 kelahiran pada tahun 2009 (Mac
Dorman, 2009).
15
Kondisi kesehatan janin memiliki kontribusi tertinggi
dalam mengakibatkan mortalitas perinatal (39%) dibandingkan
dengan faktor maternal (5,1%). Resiko tingginya angka
kematian yang berkaitan dengan faktor maternal kebanyakan
berupa jarak 15 bulan kehamilan dari persalinan terakhir dan
umur ibu hamil di atas 40 tahun.
5. Patogenitas, Patofisiologi dan Tanda Gejala KJDR
Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah
perubahan- perubahan sebagai berikut :
a. Rigor mostis (tegang mati)
Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.
b. Stadium maserasi I
Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih
tapi kemudian menjadi merah. Stadium ini berlangsung 48
jam setelah mati.
c. Stadium maserasi II
Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban menjadi
merah coklat, stadium ini berlangsung 48 jam setelah anak
mati.
d. Stadium maserasi III
Terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin
sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar
dan terdapat oedema dibawah kulit.
16
Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin atau kelainan bawaan atau
akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga
tidak diobati.
6. Komplikasi KJDR
Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta
menjadi rusak. Plasenta yang rusak akan menghasilkan
tromboplastin. Tromboplastin masuk ke dalam peredaran darah
ibu yang mengakibatkan pembekuan intravaskuler yang dimulai
dari endotel pembuluh darah oleh trombosit sehingga terjadi
pembekuan darah yang meluas Disseminated intravascular
coagulation (DIC). Dampak dari adanya DIC tersebut adalah
terjadinya hipofibrinogenemia. Hipofibrinogenemia (kadar
fibrinogen < 100 mg%), biasa pada 4-5 minggu sesudah KJDR.
Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700
mg%. Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi
perdarahan post partum. Perdarahan post partum biasanya
berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati.
Selain dari komplikasi fisik yang serius pada ibu, dampak
secara kejiwaan pun dapat terjadi. Dampak psikologis dapat
timbul pada ibu setelah lebih dari 2 minggu kematian janin yang
dikandungnya.
17
Hal tersebut dapat mempengaruhi kesehatan jiwa ibu.
Faktor resiko terjadinya depresi pada ibu hingga psikosis dapat
terjadi (Rahayu, 2008).
7. Penatalaksanaan KJDR
a. Terapi
1) Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami
syok dan ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah
meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai
motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam
menerima segala kemungkinan yang ada.
2) Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi
dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan
rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya
melakukan rujukan.
3) Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi
penelitian oleh Radestad, et al (1996) memperlihatkan
bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin
setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan
hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam
sebelum permulaan persalinan dengan gejala
kecemasan. Maka sering dilakukan terminasi kehamilan.
18
a) Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih
dari 12 minggu kehamilan.
Persiapan :
i. Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%,
tekanan darah baik.
ii. Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:
pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu
pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu
protombin.
Tindakan:
i) Kuretase vakum
ii) Kuretase tajam
iii) Dilatasi dan kuretase tajam
b) Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari
12 minggu sampai 20 minggu
Misoprostol 200 mg intravaginal, yang dapat
diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
Pemasangan batang laminaria 12 jam
sebelumnya.
Kombinasi pematangan batang laminaria
dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin 10
IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per
menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
19
Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat
jaringan.
c) Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 20 – 28
minggu.
i. Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat
diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
ii. Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.
iii. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose
5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60
tetes per menit.
iv. Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin
hidup maupun janin mati.
v. Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin
mati.
Catatan: dilakukakan histerektomi bila upaya
melahirkan pervaginam dianggap tidak berhasil
atau atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan
konsulen.
d) Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 28 minggu
kehamilan
i. Misoprostol 50 mg intravaginal, yang dapat
diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama.
20
ii. Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum
induksi untuk pematangan serviks (tidak efektif
bila dilakukan pada Ketuban pecah dini (KPD) ).
iii. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose
5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60
tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk
grande multigravida sebanyak 2 labu.
iv. Kombinasi ketiga cara diatas.
Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan
pervaginam tidak berhasil, atau bila didapatkan
indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan
persalinan.
4) Periksa ulangan (follow up)
Dilakukan kunjungan rumah pada hari ke 2, 6, 14,
atau 40 hari. Dilakukan pemeriksaan nifas seperti biasa.
Mengkaji ulang tentang keadaan psikologis, keadaan
laktasi (penghentian ASI), dan penggunaan alat
kontrasepsi.
Kematian janin adalah suatu kejadian traumatik
psikologik bagi wanita dan keluarganya. Radestat, et al
mendapatkan bahwa interval yang lebih dari 24 jam sejak
diagnosa kematian janin sampai induksi persalinan berkaitan
dengan ansietas berlebihan. Faktor lain yang berperan adalah
21
apabila wanita yang bersangkutan tidak melihat bayinya selama
yang dia inginkan dan apabila dia tidak memiliki barang
kenangan dapat timbul kecemasan pada ibu sampai gejala
depresi dan gejala somatisasi yang dapat bertahan sampai lebih
dari 6 bulan. Seorang wanita yang pernah melahirkan bayi
meninggal, telah lama dianggap memiliki resiko yang lebih
besar mengalami gangguan hasil kehamilan pada kehamilan
berikutnya.
Kematian janin sebelumnya dapat menyebabkan
gangguan hasil pada kehamilan berikutnya. Evaluasi perinatal
penting dilakukan untuk memastikan penyebab. Apabila
penyebab lahir mati terdahulu adalah kelainan karyotipe atau
sebab poligenik, pengambilan sampel villus khorionik atau
amniosintesis dapat mempermudah deteksi dini dan
memungkinkan dipertimbangkannya terminasi kehamilan.
Pada diabetes, cukup banyak kematian perinatal yang
berkaitan dengan kelainan kongenital. Pengendalian glikemik
intensif pada periode perikonsepsi dilaporkan menurunkan
insiden malformasi dan secara umum memperbaiki hasil (Silver,
2007).
8. Pencegahan KJDR
Beberapa pencegahan yang dianjurkan dari beberapa
pustaka yang ada antara lain sebagai berikut (Silver, 2007) :
22
a. Memberikan nasehat pada waktu pemeriksaan kehamilan
mengenai nutrisi dan keseimbangan diet makanan.
b. Hindari merokok, tidak meminum minuman beralkohol, jamu,
obat-obatan dan hati-hati terhadap infeksi yang berbahaya.
c. Mendeteksi secara dini faktor-faktor predisposisi KJDR dan
pemberian pengobatan.
d. Mendeteksi gejala awal KJDR atau tanda fetal distres.
e. Diberlakukannya tindakan terminasi kehamilan.
B. Tinjauan tentang Variabel Penelitiian
1. Preeklampsia
Preeklampsi dalam kehamilan adalah apabila ditemukan
tekanan darah diatas normal setelah kehamilan 20 minggu
(akhir triwulan kedua sampai triwulan ketiga) atau bisa lebih
awal terjadi. Preeklampsia adalah salah satu kasus gangguan
kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian ibu dan janin.
Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan
masa nifas yang berdampak pada ibu dan bayi.
Hipertensi dalam kehamilan terbagi menjadi tiga jenis
yaitu hipertensi gestasional, pre-eklampsia, dan eklampsia.
Ketiga jenis hipertensi kehamilan ini merupakan bagian yang
berurutan, sesuai dengan tingkat keparahan.
Hipertensi gestasional merupakan peningkatan tekanan
darah mencapai 140/90 mmHg atau lebih untuk pertama kali
23
selama kehamilan, tetapi belum mengalami proteinuria.
Hipertensi gestasional yang memberat akan menyebabkan
terjadinya pre-eklampsia. Pre-eklampsia adalah sindrom
spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat
vasospasme dan aktivasi endotel disertai dengan adanya
kombinasi antara hipertensi dan proteinuria yang nyata selama
kehamilan. Bila pre-eklampsia tidak segera ditangani dengan
baik, akan menimbulkan stadium pre-eklampsia berat yang
akhirnya mengakibatkan eklampsia.
Hipertensi kehamilan sejatinya mengakibatkan
vasospasme dan iskemia dalam pembuluh darah ibu. Pada
hipertensi gestasional, terjadi peningkatan curah jantung yang
bermakna. Hal ini mengakibatkan adanya peningkatan
afterload jantung. Hal ini akan semakin parah bila mencapai
tahap pre-eklampsia, dimana terjadi peningkatan resistensi
perifer akibat vasospasme yang berlebihan dan berakibat pada
penurunan mencolok curah jantung. Bila keadaan ini terus
dibiarkan, maka akan mengganggu perfusi utero-plasenta dan
mengakibatkan hipoksia janin. Hal ini akan berakibat pada
kematian janin (Utama, 2008).
Gejala dan tanda untuk masing-masing tipe hipertensi
kehamilan hampir mempunyai gambaran yang sama, terutama
pada keluhan nyeri kepala dan epigastrium. Pada hipertensi
24
gestasional, dapat dikenali adanya nyeri kepala, nyeri
epigastrium, dan peningkatan tekanan darah yang nyata. Pre-
eklampsia berat ditegakkan dengan adanya ekskresi protein
urin dalam 24 jam sebesar 2 gram atau lebih, dan proteinuria
2+ atau lebih yang menetap. Sedangkan pre-eklampsia ringan
ditemukan proteinuria 1+ atau tidak ada sama sekali, dan
merupakan kelanjutan dari hipertensi gestasional (Utama,
2008).
Oleh karena itu, pada preeklampsia, pembedaan antara
pre-eklampsia ringan dengan preeklampsia berat adalah
sesuatu yang sangat vital karena berhubungan dengan tekanan
onkotik dan volume cairan tubuh yang terganggu (POGI, 2006).
2. Umur kehamilan
Umur kehamilan ibu umumnya berlangsung 40 minggu
atau 280 hari. Umur kehamilan ibu adalah batas waktu ibu
mengandung, yang dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir
(HPHT).
Penggolongan umur kehamilan ibu :
a. Kehamilan preterm ialah umur kehamilan ibu antara 20-37
minggu dihitung dari HPHT
b. Kehamilan aterm ialah umur kehamilan ibu antar 38-42
minggu
25
c. Kehamilan postterm ialah kehamilan serotinus kehamilan
atau kehamilan ibu >42 minggu atau 294 hari.
Salah satu penyebab dari IUFD dari faktor maternal
adalah kehamilan post term ( ≥ 42 minggu). Karena pada umur
kehamilan post term menimbulkan masalah perinatal yang
berkaitan dengan fungsi plasenta yang mulai menurun setelah
42 minggu sehingga mengakibatkan transportasi oksigen dari
ibu ke janin terganggu dan terjadi peningkatan gawat janin
bahkan kematian janin dalam rahim . Fungsi plasenta mencapai
puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai
menurun terutama setelah 42 minggu, hal ini dapat dibuktikan
dengan penurunan kadar estriol dan plasental laktogen.
Hal ini bisa dievaluasi melalui USG dengan color doppler
sehingga bisa dilihat arus arteri umbilikalis jantung ke janin. Jika
demikian, maka kehamilan harus segera dihentikan dengan cara
diinduksi. Itulah perlunya taksiran kehamilan pada awal
kehamilan dan akhir kehamilan melalui USG.
Menurut United States National Center for Health Statistic
Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu:
(Winknjosastro, 2009).
a. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan mencapai
20 minggu penuh (early fetal death).
26
b. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
(intermediate fetal death).
c. Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan >28
minggu (late fetal death).
d. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada
ketiga golongan di atas.
3. PJT
PJT adalah gangguan pertumbuhan janin dibawah
standar normal atau berat janin tidak sesuai dengan umur
kehamilan ibu. PJT ditentukan bila berat janin kurang dari 10%
dari berat yang harus dicapai pada umur kehamilan tertentu.
Biasanya perkembangan yang terhambat diketahui setelah 2
minggu tidak ada pertumbuhan.
PJT diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin
berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada
umur kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan
sebagai kecil untuk masa kehamilan. Umumnya janin dengan
PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya
janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin
dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada
umumnya akan lahir prematur (37 minggu).
PJT adalah ketidaknormalan pertumbuhan dan
perkembangan dari fetus, yang mana terjadi 3-7% dari
27
persalinan, tergantung pada kriteria diagnosa yang
dipergunakan. Pertumbuhan fetus yang terhambat beresiko
tinggi untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Diperkirakan
kematian perinatal 5-10 lebih tinggi pada neonatus yang
mengalami pertumbuhan terhambat dibandingkan dengan yang
memiliki ukuran atau berat badan yang sesuai dengan usia
kehamilan.
Janin yang memiliki berat badan kurang bisa disebabkan
oleh banyak faktor, antara lain gangguan sirkulasi darah, kondisi
plasenta yang menyebabkan transfer nutrisi dari ibu terhambat,
nutrisi ibu kurang, infeksi atau secara genetik terjadi berat badan
yang tidak optimal sejak dalam janin. Faktor infeksi sering
kurang diperhatikan. Padahal infeksi ini juga berkontribusi pada
kelahiran prematur. Infeksi bisa berasal dari gigi atau gusi,
infeksi keputihan, dan sebagainya. Untuk mengetahui ada
tidaknya infeksi, bisa dilakukan pemeriksaan laboratorium C-
reactive protein (CRP). Bila hasilnya tinggi atau lebih dari 6,
berarti ada infeksi dalam 24 jam terakhir. Janin dengan berat
badan rendah juga sangat rentan mengalami persalinan
prematur karena umumnya mereka tidak tahan kontraksi di
trimester ketiga kehamilan. Mereka juga beresiko tinggi
mengalami kematian dalam kandungan. Bila semua intervensi
yang dilakukan tidak berhasil menambah berat badan janin,
28
mungkin memang lebih baik dilahirkan untuk ditingkatkan berat
badannya di luar rahim. Yang penting organ-organ janin sudah
siap untuk hidup di luar kandungan.
a. Klasifikasi
1) PJT tipe I atau dikenal juga sebagai tipe simetris. Terjadi
pada kehamilan 0-20 minggu, terjadi gangguan potensi
tubuh janin untuk memperbanyak sel (hiperplasia),
umumnya disebabkan oleh kelainan kromosom atau
infeksi janin. Prognosisnya buruk.
2) PJT tipe II atau dikenal juga sebagai tipe asimetris.
Terjadi pada kehamilan 28-40 minggu, yaitu gangguan
potensi tubuh janin untuk memperbesar sel (hipertrofi),
misalnya pada hipertensi dalam kehamilan disertai
insufisiensi plasenta. Prognosisnya baik.
3) PJT tipe III adalah kelainan di antara kedua tipe di atas.
Terjadi pada kehamilan 20-28 minggu, yaitu gangguan
potensi tubuh kombinasi antara gangguan hiperplasia
dan hipertrofi sel, misalnya dapat terjadi pada malnutrisi
ibu, kecanduan obat, atau keracunan.
29
b. Faktor Risiko
Kecurigaan akan PJT ditegakkan berdasarkan
pengamatan-pengamatan factor risiko dan ketidaksesuaian
tinggi fundus uteri dan umur kehamilannya.
1) Lingkungan sosio-ekonomi rendah.
2) Riwayat PJT dalam keluarga.
3) Berat badan sebelum hamil dan selama kehamilan yang
rendah.
4) Komplikasi obstetri dalam kehamilan.
5) Komplikasi medik dalam kehamilan.
c. Faktor-faktor risiko PJT sebelum dan selama kehamilan
1) Faktor yang terdeteksi sebelum kehamilan
a) Riwayat PJT sebelumnya.
b) Riwayat penyakit kronis.
c) Riwayat Antiphospolipid syndrome (APS).
d) Indeks Massa tubuh yang rendah.
e) Maternal hypoxia
2) Terdeteksi selama kehamilan
a) Riwayat makan obat-obatan tertentu.
b) Perdarahan pervaginam
c) Kelainan plasenta
d) Partus prematurus.
e) Kehamilan ganda.
30
f) Kurangnya pertambahan BB selama kehamilan.
3) Penyebab
a) Faktor ibu, golongan faktor ibu merupakan penyebab
yang terpenting
i. Penyakit hipertensi (kelainan vaskular ibu)
i. fKelainan uterus.
ii. Kehamilan kembar.
iii. Ketinggian tempat tinggal.
iv. Keadaan gizi.
v. Perokok
b) Faktor Anak
i. Kelainan kongenital.
ii. Kelainan genetik
iii. Infeksi janin, misalnya penyakit Toxoplasmosis,
Rubella, Cytomegalovirus, dan Herpes Simplex
(TORCH). Infeksi intrauterin adalah penyebab
lain dari hambatan pertumbuhan intrauterin.
Banyak tipe seperti pada infeksi oleh
Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, dan
Herpes Simplex (TORCH) yang bisa
menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin
sampai 30% dari kejadian. Infeksi Acquirred
Immunodeficiency Syndrome (AIDS) pada ibu
31
hamil menurut laporan bisa mengurangi berat
badan lahir bayi sampai 500 gram dibandingkan
dengan bayi-bayi yang lahir sebelum terkena
infeksi itu. Diperkirakan infeksi intrauterin
meninggikan kecepatan metabolisme pada janin
tanpa kompensasi peningkatan transportasi
substrat oleh plasenta sehingga pertumbuhan
janin menjadi subnormal atau dismatur.
c) Penyebab faktor plasenta dikenal sebagai insufisiensi
plasenta.
i. Pengertian dasar dari sindroma insufisiensi
plasenta menunjukkan adanya satu kondisi
kegawatan janin yang bias nyata selagi masih
dalam masa kehamilan (insufisiensi kronik) atau
dalam masa persalinan (insufisiensi akut) sebagai
akibat gangguan pada fungsi plasenta.
ii. Dipandang dari sudut kepentingan janin sebuah
plasenta mempunyai fungsi-fungsi respirasi,
nutrisi, ekskresi, sebagai liver sementara
(transient fetal liver), endokrin dan sebagai
gudang penyimpanan dan pengatur fungsi
metabolisme.
32
iii. Dalam klinis fungsi ganda ini tidak dapat dipisah-
pisahkan dengan nyata, yang dapat dikenal
hanyalah tandatanda kegagalan keseluruhannya
yang bisa nyata dalam masa hamil dan
menyebabkan hambatan pertumbuhan intrauterin
atau kematian intrauterin, atau menjadi nyata
dalam waktu persalinan dengan timbulnya gawat
janin atau hipoksia janin dengan segala
akibatnya.
33
Tabel 1 : Pertumbuhan dan perkembangan janin sesuai umurkehamilan
Jumlahminggu
kehamilan
Rata-rataberat badan
janin
Rata-rata tinggi(cm) badan janin
Rata rata kgpertambahanberat badan
ibu8-9 minggu 1 gr 4 cm 0,5 kg
9-10 minggu 4 gr 4 cm 0,7 kg10-11 minggu 10 gr 6,5 cm 0,9 kg11-12 minggu 15 gr 6,5 cm 1,1 kg12-13 minggu 20 gr 9 cm 1,4 kg13-14 minggu 50 gr 9 cm 1,7 gk14-15 minggu 85 gr 12,5 cm 2,0 kg15-16 minggu 100 gr 12,5 cm 2,3 kg16-17 minggu 110 gr 16 cm 2,7 kg17-18 minggu 180 gr 16 cm 3,0 kg18-19 minggu 210 gr 20,5 cm 3,4 kg19-20 minggu 300 gr 20,5 cm 3,8 kg20-21 minggu 325 gr 25 cm 4,3 kg21-22 minggu 400 gr 25 cm 4,7 kg22-23 minggu 485 gr 27,5 cm 5,1 kg23-24 minggu 550 gr 27,5 cm 5,5 kg24-25 minggu 685 gr 30 cm 5,9 kg25-26 minggu 750 gr 30 cm 6,4 kg26-27 minggu 890 gr 32,5 cm 6,8 kg27-28 minggu 1000 gr 32.5 cm 7,2 kg28-29 minggu 1150 gr 35 cm 7,4 kg29-30 minggu 1300 gr 35 cm 7,7 kg30-31 minggu 1460 gr 37,5 cm 8,1 kg31-32 minggu 1610 gr 37,5 cm 8,4 kg32-33 minggu 1810 gr 40 cm 8,8 kg33-34 minggu 2000 gr 40 cm 9,1 kg34-35 minggu 2250 gr 42,5 cm 9,5 kg35-36 minggu 2500 gr 42,5 cm 10,0 kg36-37 minggu 2690 gr 45 cm 10,4 kg37-38 minggu 2900 gr 45 cm 10,5 kg38-39 minggu 3050 gr 47,5 cm 11,0 kg39-40 minggu 3200 gr 47,5 cm 11,3 kg40-41 minggu 3300 gr 50 cm41-42 minggu 3400 gr 50 cm42-43 minggu 3450 gr 52,5 cm43-44 minggu 3450 gr 52,5 cm
34
B. Landasan Teori
KJDR adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat
sbadan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil
akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi.
(Winkjosastro. H, 2009).
Hipertensi kehamilan sejatinya mengakibatkan vasospasme
dan iskemia dalam pembuluh darah ibu. Pada hipertensi
gestasional, terjadi peningkatan curah jantung yang bermakna. Hal
ini mengakibatkan adanya peningkatan afterload jantung. Hal ini
akan semakin parah bila mencapai tahap pre-eklampsia, dimana
terjadi peningkatan resistensi perifer akibat vasospasme yang
berlebihan dan berakibat pada penurunan mencolok curah jantung.
Bila keadaan ini terus dibiarkan, maka akan mengganggu perfusi
utero-plasenta dan mengakibatkan hipoksia janin. Hal ini akan
berakibat pada kematian janin (Utama, 2008).
Menurut United States National Center for Health Statistic
Kematian janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: golongan I :
kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
(early fetal death), golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28
minggu (intermediate fetal death), golongan III : kematian sesudah
masa kehamilan >28 minggu (late fetal death), dan golongan IV :
35
kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan di
atas.
Janin yang memiliki berat badan kurang bisa disebabkan
oleh banyak faktor, antara lain gangguan sirkulasi darah, kondisi
plasenta yang menyebabkan transfer nutrisi dari ibu terhambat,
nutrisi ibu kurang, infeksi atau secara genetik terjadi herat badan
yang tidak optimal sejak dalam janin. Faktor infeksi sering kurang
diperhatikan. Padahal infeksi ini juga berkontribusi pada kelahiran
prematur. Infeksi bisa berasal dari gigi atau gusi, infeksi keputihan,
dan sebagainya. Untuk mengetahui ada tidaknya infeksi, bisa
dilakukan pemeriksaan laboratorium C-reactive protein (CRP). Bila
hasilnya tinggi atau lebih dari 6, berarti ada infeksi dalam 24 jam
terakhir. Janin dengan berat badan rendah juga sangat rentan
mengalami persalinan prematur karena umumnya mereka tidak
tahan kontraksi di trimester ketiga kehamilan. Mereka juga
beresiko tinggi mengalami kematian dalam kandungan.
36
C. Kerangka Konsep
Sesuai dasar pemikiran variabel yang diteliti, maka di
buatkan kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel bebas (Independent) : Preeklampsia, Umur
kehamilan, dan PJT
Variabel terikat (Dependent) : Kejadian KJDR
Preeklampsia
Kejadian KematianJanin Dalam Rahim(KJDR)
Umur kehamilan
Pertumbuhan JaninTerhambat (PJT)
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelititan deskriktif yaitu suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
mengidentifikasi kejadian Kematian janin dalam rahim (KJDR)
tentang suatu keadaan secara objektif.
B. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan di RSU Dewi Sartika Kota Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara pada bulan Maret-April 2017.
C. Populasi dan Sampel
1) Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin
dengan KJDR di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara tahun 2015-2016 sebanyak 57 ibu.
2) Sampel
Semua ibu bersalin yang mengalami KJDR di Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara dengan
tehnik total sampling berjumlah 57 ibu.
37
38
3) Tekhnik Pengambilan Sampel
Tekhnik pengambilan sampel yang di gunakan pada
penelitian ini total sampling adalah tekhnik pengambilan sampel
sama dengan populasi yang di gunakan peneliti.
D. Variabel Penelitian
1) Variabel bebas (Independent) : Preeklampsia, Umur kehamilan,
dan Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
2) Variabel terikat (Dependent) : Kejadian KJDR
E. Definisi Operasional
1) KJDR adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan
500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan
hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau
infeksi (Winkjosastro. H, 2009).
2) Preeklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan
yang bisa menjadi penyebab kematian ibu dan janin. Kelainan
ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas
yang berdampak pada ibu dan bayi yang ditandai dengan
tekanan darah meningkat, oedema pada wajah, tangan dan
kaki, serta protein urine (+)
39
Kriteria Obyektif
a. Ya : mengalami preeklampsia
b. Tidak : tidak mengalami preeklampsia
(Maternity, dkk, 2014)
3) Umur kehamilan terhitung dari awal terjadinya kehamilan atau
konsepsi hingga saat kelahiran bayi.
Kriteria Obyektif
a. 20-28 minggu
b. >28 minggu
(Winknjosastro. H, 2009).
4) PJT adalah gangguan pertumbuhan janin dibawah standar
normal atau berat janin tidak sesuai dengan umur kehamilan
ibu, sesuai dengan tabel pertumbuhan dan perkembangan janin.
Kriteria Obyektif
a. Ya : mengalami PJT
b. Tidak : tidak mengalami PJT
(Maternity, dkk, 2014)
F. Instrumen Penelitian
a. Alat tulis
b. Kalkulator
c. Data yang diperoleh dari RSU Dewi Sartika pada buku register
kohort yang ada di ruang Staff Administrasi RSU Dewi Sartika.
40
G. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh yaitu data sekunder. Data sekunder ini
diperoleh dari buku register kohort yang ada di ruang Staff
Administrasi RSU Dewi Sartika.
H. Pengelolahan Data
Setelah data terkumpul, langkah yang dilakukan berikutnya adalah
pengolahan data. Terdiri dari :
1. Editing
Editing adalah suatu kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan
isian formulir atau kuesioner.
2. Coding
Coding adalah kegiatan mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan.
3. Data entry
Data entry adalah kegiatan memasukkan data ke dalam
program atau “software” computer.
4. Pembersihan data (cleaning)
Pembersih data merupakan kegiatan pengecekan kembali untuk
melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak
lengkapan dan sebagainya kemudian dilakukan pembetulan
atau koreksi.
41
I. Analisis Data
1. Analisis Univariabel
Menggambarkan karekteristik masing-masing variabel
yang diteliti dengan menggunakan distribusi frekuensi dan
persentase masing-masing kelompok, selanjutnya data disajikan
dalam bentuk tabel disertai penjelasan.
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan kemudian melakukan
pengelolahan secara manual dengan menggunakan kalkulator
sebagai alat bantu, setelah itu disajikan dalam bentuk tabel
distribusi dengan penjelasan.
Rumus yang digunakan adalah :
Kxn
fX
Keterangan
X : Persentase hasil yang dicapai
f : Variabel yang diteliti
n : Jumlah sampel penelitian
K : Konstanta (100 %)
2. Penyajian Data
Data yang telah di olah dan dianalisis, disajikan dalam
bentuk table distribusi frekuensi dan dinarasikan secara
deskriptif (memaparkan) variabel yang diteliti.
42
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Letak Geografis RSU Dewi Sartika Kota Kendari
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari terletak di
jalan Kapten Piere Tandean No. 118 Kecamatan Baruga Kota
Kendari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara dengan luas
lahan 1.624 m². Rumah Sakit Umum Dewi Sartika memiliki
batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara : Perumahan penduduk
b. Sebelah selatan : Jalan raya Kapten Piere Tandean
c. Sebelah timur : Perumahan penduduk
d. Sebelah barat : Perumahan penduduk
2. Visi dan Misi RSU Dewi Sartika Kota Kendari
Dalam menjalankan tugas dan fungsi RSU Dewi Sartika
Kota Kendari mempunyai visi dan misi :
a. Visi
Visi RSU Dewi Sartika Kota Kendari yaitu sebagai
“Terwujudnya rumah sakit yang mandiri dan bersaing global”
b. Misi
1) Memberikan pelayanan kesehatan prima kepada
masyarakat.
42
43
2) Melaksanakan pelayanan kesehatan yang berkualitas.
3) Memberikan pelayanan yang optimal dan terjangkau
dengan mengutamakan kepuasan pasien.
4) Meningkatkan profesionalisme SDM (Sumber Daya
Manusia).
3. Tugas Pokok dan Fungsi
a. Tugas pokok
Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kota Kendari Adalah
melakukan upaya kesehatan secara efisien dan efektif
dengan mengutamakan penyembuhan dan pemulihan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya
peningkatan dan pencegahan serta melaksanakan upaya
rujukan.
b. Fungsi
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, maka
RSU Dewi Sartika Kota Kendari mempunyai fungsi :
1) Menyelenggarakan pelayanan medik
2) Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
3) Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik
4) Menyelenggarakan pelayanan rujukan
5) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
6) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
44
4. Fasilitas Layanan Kesehatan
Fasilitas /sarana pelayanan kesehatan yang ada di
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari ialah :
a. Pelayanan medis
1) Instalasi gawat darurat
2) Instalasi rawat jalan
a) Poliklinik obsgyn
b) Poliklinik umum
c) Poliklinik penyakit dalam
d) Poliklinik mata
e) Poliklinik bedah
f) Poliklinik anak
g) Poliklinik THT
h) Poliklinik radiologi
i) Poliklinik jantung
j) Poliklinik gigi anak
3) Instalasi rawat inap
a) Dewasa/anak/umum
b) Persalinan
4) Kamar operasi
a) Operasi obsgyn
b) Bedah umum
5) HCU
45
5. Sumber Daya Manusia
Tabel 2 : Data Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Umum DewiSartika Kota Kendari
No Jenis Tenaga StatusKetenagaan
JenisKelamin
Tetap TidakTetap
L P
1 2 3 4 5 6I.
II.
III.
IV.
Tenaga Medis1. Dokter Spesialis
Obgyn2. Dokter Spesialis
Bedah3. Dokter Spesialis
Interna4. Dokter Spesialis
anastesi5. Dokter Spesialis PK6. Dokter Spesialis Anak7. Dokter Spesialis
Radiologi8. Dokter Spesialis THT9. Dokter Spesialis Mata10.Dokter Spesialis
Jantung11.Dokter Gigi12.Dokter Umum
Paramedis1. S1
Keperawatan/Nurse2. D IV Kebidanan3. D III Kebidanan4. D III Keperawatan
Tenaga KesehatanLainnya1. Master Kesehatan2. SKM3. Apoteker4. D III Farmasi5. S1 Gizi6. D III Analis
Kesehatan
1-----------
265434511
-11113
1111
111111111113
-2--
-121--
---
2111--1-11-3
10--
11
-11--1
--2
----11-1--1-
167
4345
-11212
119
46
Non Medis1. D II Keuangan2. Diploma Komputer3. SLTA/SMA/SMU
Jumlah 67 19 24 60Sumber : Data primer
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Kota kendari pada bulan Maret sampai April Tahun 2017. Dengan
menetapkan sampel sebanyak 57 ibu yang mengalami Kejadian
Kematian janin dalam rahim (KJDR). Pengambilan sampelnya
dengan menggunakan metode Total Sampling adalah tekhnik
pengambilan sampel sama dengan populasi yang digunakan
peneliti.
Tabel 3 : Distribusi kejadian KJDR dengan Preeklampsia diRSU Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi SulawesiTenggara Tahun 2016
Preeklampsia Frekuensi(f)
Persentase(%)
Ya 30 52,63%
Tidak 27 47,36%
Jumlah 57 100Sumber : Data Sekunder buku register kohort RSU Dewi Sartikatahun 2015 dan 2016
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh hasil bahwa ibu yang
mengalami kejadian KJDR dengan Preeklampsia yaitu 30 orang
(52,63%) dan ibu yang tidak preeklampsia yaitu 27 orang
(47,36%).
47
Tabel 4 : Distribusi kejadian KJDR dengan Umur kehamilan diRSU Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi SulawesiTenggara Tahun 2016
Umur kehamilan Frekuensi (f) Persentase (%)
20- 28 minggu 32 56, 14%
> 28 minggu 25 43, 85%
Jumlah 57 100Sumber : Data Sekunder buku register kohort RSU Dewi Sartikatahun 2015 dan 2016
Berdasarkan tabel diatas, di peroleh persentase tertinggi
berdasarkan umur kehamilan 20 28 minggu dengan jumlah ibu
sebanyak 32 ibu atau (56, 14%), umur kehamilan >28 minggu
sebanyak 25 ibu atau (43, 85%).
Tabel 5 : Distribusi kejadian KJDR dengan Pertumbuhanjanin terhambat (PJT) di RSU Dewi Sartika KotaKendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2016
PJT Frekuensi (f) Persentase (%)
Ya 26 45, 61%
Tidak 31 54, 38%
Jumlah 57 100Sumber : Data Sekunder buku register kohort RSU Dewi Sartikatahun 2015 dan 2016
Berdasarkan tabel diatas, di perolah persentase tertinggi
pada yang tidak mengalami PJT sebanyak 31 janin atau (54,
38%) dan yang mengalami PJT sebanyak 26 janin atau (45,
61%).
48
C. Pembahasan
1. Preeklampsia
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang
mengalami kejadian KJDR dengan preeklampsia yaitu 30 ibu
(52,63%) dan ibu yang tidak preeklampsia yaitu 27 ibu atau
(47,36%).
Preeklampsia adalah salah satu kasus gangguan
kehamilan yang bisa menjadi penyebab kematian ibu dan janin.
Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan
smasa nifas yang berdampak pada ibu dan bayi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Utama
(2008) bahwa hipertensi kehamilan sejatinya mengakibatkan
vasospasme dan iskemia dalam pembuluh darah ibu. Pada
hipertensi gestasional, terjadi peningkatan curah jantung yang
bermakna. Hal ini mengakibatkan adanya peningkatan afterload
jantung. Hal ini akan semakin parah bila mencapai tahap pre-
eklampsia, dimana terjadi peningkatan resistensi perifer akibat
vasospasme yang berlebihan dan berakibat pada penurunan
mencolok curah jantung. Bila keadaan ini terus dibiarkan, maka
akan mengganggu perfusi utero-plasenta dan mengakibatkan
hipoksia janin. Hal ini akan berakibat pada kematian janin.
Pada pre-eklampsi terjadi spasme pembuluh darah
disertai dengan retensi garam dan air. Jika semua arteriola
49
dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan
naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer
agar oksigen jaringan dapat dicukupi. Maka aliran darah
menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi
gawat janin.
Wanita dengan hipertensikronik dapat mengalami
superimposed preeclampsia yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya kematian perinatal, pertumbuhan janin yang
terhambat, dan kelahiran sebelum 32 minggu umur kehamilan.
Hasil penelitian Sulansi (2012) terlihat bahwa dari faktor
komplikasi yang menonjol adalah kejadian preeklamsia/
eklampsia sebanyak 9 kasus (20.9%). Ibu hamil dengan pre
eklamsia/ eklamsia, akan terjadi spasme pembuluh darah
arteriol yang menuju organ penting tubuh sehingga
menimbulkan gangguan metabolisme, gangguan peredaran
darah yang dapat menyebabkan nekrosis jaringan, perdarahan,
dan mengecilnya aliran darah kearah retroplacenta sehingga
terjadi KJDR. Kejadian preeklamsia dan eklamsia, dapat
dideteksi secara dini, dengan antenatal care yang teratur,
sehingga dapat dicegah. Hipertensi, selama kehamilan dapat
dipantau melalui ANC, karena pre dan eklamsia, didahului
50
dengan gejala awal berupa adanya hipertensi, dimana terjadi
kenaikan systole > 30 mmhg dan kenaikan diatole > 15 mmHg.
Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang mengalami
Kejadian KJDR di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara rata-rata mengalami preeklampsia yaitu 30
ibu sedangkan yang tidak mengalami preeklampsia yaitu 27
ibu.
2. Umur Kehamilan
Berdasarkan hasil penelitian di peroleh persentase
tertinggi berdasarkan umur kehamilan 20 28 minggu dengan
jumlah ibu sebanyak 32 ibu atau (56, 14%), umur kehamilan
>28 minggu sebanyak 25 ibu atau (43, 85%).
Hal ini cukup sejalan dengan teori yang ada, dimana usia
kehamilan yang preterm beresiko menimbulkan terjadinya KJDR
karena adanya kekurangmatangan fungsi organ vital dari janin,
dan vaskularisasi plasenta yang menurun sebelum waktu nya
(Korteweg, 2010).
Pada penelitian Ani Triana untuk variabel umur
kehamilan berhubungan secara negatif, dimana dalam sub
hipotesis bahwa ibu yang lama kehamilannya > 40 minggu
berisiko melahirkan KJDR sedangkan ibu yang umur
kehamilannya ≤ 40 minggu yang berisiko 2,5 kali melahirkan
KJDR, kemungkinan ini karena adanya bias informasi yang tidak
51
dapat dihindari. Untuk bias informasi bisa saja pasien lupa akan
Hari pertama haid terakhir (HPHT), menyebabkan petugas
kesehatan memasukkan data lama kehamilan ibu hanya
berdasarkan pemeriksaan yang ada sehingga terjadi kesalahan.
Umur kehamilan ibu umumnya berlangsung 40 minggu
atau 280 hari. Umur kehamilan ibu adalah batas waktu ibu
mengandung, yang dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir
(HPHT).
Kematian janin dianggap jika terjadi pada janin yang
telah berusia 20 minggu atau lebih, dan bila terjadi pada usia di
bawah usia 20 minggu disebut abortus. Sedangkan World
Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa yang
dinamakan kematian janin adalah kematian yang terjadi bila usia
janin 20 minggu dan berat janin waktu lahir diatas 500 gram.
Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan
pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi (Winkjosastro. H,
2009).
Penelitian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan
Winkjosastro. H, (2009). Menurut United States National Center
for Health Statistic Kematian janin dapat dibagi menjadi 4
golongan, yaitu:
a. Golongan I : Kematian sebelum masa kehamilan mencapai
20 minggu penuh (early fetal death).
52
b. Golongan II : Kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
(intermediate fetal death).
c. Golongan III : Kematian sesudah masa kehamilan >28
minggu (late fetal death).
d. Golongan IV : Kematian yang tidak dapat digolongkan pada
ketiga golongan di atas.
3. PJT
Dari hasil penelitian yang dilakukan di perolah persentase
tertinggi pada yang tidak mengalami PJT sebanyak 31 janin
atau (54, 38%) dan yang mengalami PJT sebanyak 26 janin
atau (45, 61%).
PJT adalah ketidaknormalan pertumbuhan dan
perkembangan dari fetus, yang mana terjadi 3-7% dari
persalinan tergantung pada kriteria diagnosa yang
dipergunakan. Pertumbuhan fetus yang terhambat beresiko
tinggi untuk terjadinya kesakitan dan kematian. Diperkirakan
kematian perinatal 5-10 lebih tinggi pada neonatus yang
mengalami pertumbuhan terhambat dibandingkan dengan yang
memiliki ukuran atau berat badan yang sesuai dengan umur
kehamilan.
Studi penelitian yang dilakukan oleh Septerina P. W et al
(2015) ditinjau dari faktor fetal didapatkan 25% kejadian KJDR
adalah PJT. Penelitian ini sejalan dengan teori bahwa kematian
53
janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin,
gawat janin, atau infeksi (Winkjosastro. H, 2009).
Faktor penyebab KJDR, faktor janin antara lain anomaly/
cacat pada janin ,biasanya disebabkan faktor kromosom
sehingga janin tidak tumbuh berkembang, akibatnya janin
mengalami PJT yang pada akhirnya mengalami terjadi KJDR.
54
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit
Umum Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2016
1. Kejadian Kematian janin dalam rahim (KJDR) di Rumah Sakit
Umum Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2016 berdasarkan preeklampsia tertinggi adalah yang
mengalami preeklampsia yaitu 30 ibu atau (52,63%) dan yang
terendah ibu yang tidak mengalami preeklampsia sebanyak 27
ibu atau (47,36%)
2. Kejadian Kematian janin dalam rahim (KJDR) di Rumah Sakit
Umum Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2016 berdasarkan umur kehamilan di peroleh persentase
tertinggi berdasarkan umur kehamilan 20 28 minggu dengan
jumlah ibu sebanyak 32 ibu atau (56, 14%), umur kehamilan >28
minggu sebanyak 25 ibu atau (43, 85%).
3. Kejadian Kematian janin dalam rahim (KJDR) di Rumah Sakit
Umum Dewi Sartika Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara
tahun 2016 di perolah persentase tertinggi pada yang tidak
mengalami PJT sebanyak 31 janin atau (54, 38%) dan yang
mengalami PJT sebanyak 26 janin atau (45, 61%).
54
55
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini sebagai data dasar dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan
penulis mengenai kejadian KJDR.
2. Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat di jadikan latihan
dan referensi kepustakaan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
3. Bagi Kesehatan
Sebagai masukan terhadap petugas kesehatan agar
dapat memberikan pelayanan dan konseling yang terbaik
khususnya tentang KJDR.
56
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham, F.G., etc. 2005. Obstetri Williams vol. 2, edisi 21. Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC, hlm. 1200-20.
Hasriati, WD. 2013. Identifikasi faktor-faktor resiko terjadinya Intra UterineFetal Death (IUFD) pada ibu bersalin di RSU Bahteramas ProvinsiSulawesi Tenggara tahun 2013. Kendari.
Http://ibuhamil.com/diskusi-umum/20430-tabel-kenaikan-bb-janin-bumil.html
Korteweg, F.J., etc. 2009. Diverse Placental Pathologies as the MainCauses of Fetal Death.Obstet Gynecol ; 114 (4) : 809-17 (on-line).Diakses pada 22 September 2016.
Mac Dorman, M.F., etc. 2009. Fetal and Perinatal Mortality. National VitalStatistic Reproduction ; 57 (8) ; 1-19 (on-line).http://dokumen.tips/documents/iufd557202aa4979599169a3e971.html. Diakses pada 22 september 2016.
Manuaba, IBG. 2007. Buku Ajar Patologi Obstetri – Untuk MahasiswaKebidanan. Jakarta: EGC.
Maternity, Dainti, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Patologi. BandarLampung: Binarupa Aksara.
Notoatmodjo. S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: RhinekaCipta.
Novita. 2008. Kesehatan Ibu dan Anak, dari http://one.indoskripsi.com.Diakses pada tanggal 22 September 2016.
Rantelino, Novita. 2008. Gambaran Umum Tentang Kematian janin dalamrahim (KJDR) di RSUD Lakipadada Tahun 2008. SulawesiSelatan.
57
POGI, Standar Pelayanan Medis Obstetri dan Ginekologi, Edisi Revisi.2006. Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Jakarta(online).http://dokumen.tips/documents/iufd557202aa4979599169a3e971.html. Diakses pada 22 September 2016.
Radestat, et al. 1996. Dalam buku Asuhan Kebidanan Patologis tahun2014. Bandar Lampung: Binarupa Aksara.
Rahayu, E.B. 2008. Respon dan Koping Ibu Hamil yang Memiliki RiwayatKematian Janin di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta per tahun2008. Magister Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia (on-line).http://dokumen.tips/documents/iufd557202aa4979599169a3e971.html. Diakses pada 22 September 2016.
Saifuddin, A.B. 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal.Jakarta : YBP-SP.
Septerina P. W et al. 2015. Studi Deskriptif Eksploratif Kejadian IUFD.Semarang.
Silver RM. 2007. Fetal death. Obstet Gynecol. Jan 2007;109(1):153-67.Diakses pada 22 September 2016.
Sulansi Dan Hendrikus Mbira. 2012. Faktor Faktor Yang MempengaruhiKejadian Iufd Di Rsud Ende. NTT.
Triana, Ani. 2012. Pengaruh Kadar Hb dan Paritas dengan Kejadian IntraUterine Fetal Death (IUFD) di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru.Pekanbaru : Program Studi Magister Ilmu Kesehatan MasyarakatSTIKes Hang Tuah Pekanbaru.
Utama, S.Y. 2008. Faktor Resiko yang Berhubungan dengan KejadianPreeklampsia Berat pada Ibu Hamil di RS Raden Mattaher Jambitahun 2007.Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi vol. 8, no.2, Juli 2008 (on-line).http://dokumen.tips/documents/iufd557202aa4979599169a3e971.html. Diakses pada 22 September 2016.
Wiknjosastro, Hanifa. 2009 . Ilmu Kebidanan Edisi Keempat CetakanKedua, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
58
MASTER TABEL PENELITIANIDENTIFIKASI KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM (KJDR)
di RSU DEWI SARTIKA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARATAHUN 2016
NO Nama
Preeklampsia Umur KehamilanPertumbuhan janin
terhambat (PJT)
Ya Tidak20-28
minggu> 28
minggu Ya Tidak1 Ny. Surni √ 24 500 gr2 Ny. Sitti Nur √ 20 500 gr3 Ny. Lisna √ 27 800 gr4 Ny. Ima √ 25 550 gr
5Ny.Risnawati √ 24 600 gr
6 Ny. Wijiatin √ 30 1200 gr
7 Ny. Suriani √ 271200
gr
8Ny. IraHabo √ 32 1400 gr
9Ny. SriRahayu √ 20 500 gr
10 Ny. Meri √ 24 500 gr11 Ny. Ayu √ 20 520 gr12 Ny. Novi √ 24 600 gr13 Ny. Rida √ 30 1300 gr
14 Ny. Ida √ 383000
gr15 Ny. Imas √ 20 510 gr
16 Ny. Haida √ 332100
gr17 Ny. Utia √ 25 500 gr
18 Ny. Yeyen √ 394000
gr19 Ny. Lin √ 25 600 gr
20Ny.Nisrawati √ 24 700 gr
21 Ny. Eca √ 30 1200 gr22 Ny. Sitiria √ 24 500 gr
23Ny. RahayuLarasati √ 32
2000gr
24 Ny. Lela √ 24 700 gr
59
25Ny. RiaIrawan √ 30 1000 gr
26Ny.Suriyanti √ 29
1500gr
27Ny. LutfiArisi √ 28 600 gr
28Ny. RiniSartika √ 30
2400gr
29 Ny. Israwati √ 25 500 gr30 Ny. Masrati √ 26 700 gr
31 Ny. Bunga √ 332000
gr32 Ny. Yeti √ 20 550 gr33 Ny. Novi √ 20 500 gr34 Ny. Sitti √ 27 750 gr
35Ny.Mardiana √ 35
2500gr
36 Ny. Sari √ 20 500 gr
37Ny.Suriawaty √ 37
2900gr
38 Ny. Leni √ 32 1300 gr
39 Ny. Dina √ 301400
gr
40 Ny. Nofa √ 241000
gr41 Ny. Erni √ 30 1200 gr
42 Ny. Janatin √ 281000
gr43 Ny. Suriani √ 30 1000 gr
44Ny.Yusnawati √ 29 1000 gr
45 Ny. Hasrati √ 383200
gr
46
Ny. NiKadekSukerti √ 30 1300 gr
47 Ny. Kasni √ 20 500 gr48 Ny. Hastina √ 32 1500 gr
49Ny. SryWahyuni √ 32
1800gr
50 Ny. Wayan √ 28 800 gr
51Ny.Lismayanti √ 20 550 gr
60
52 Ny. Betrik √ 25 550 gr53 Ny. Nuraeni √ 20 500 gr54 Ny. Kadek √ 24 500 gr55 Ny. Lili √ 20 550 gr56 Ny. Marni √ 29 1000 gr
57 Ny. Suwati √ 291400
gr