6
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Sumber Pustaka
1. Rujukan
a. Jurnal berjudul “Pengaruh Persilangan Buatan Terhadap Pembentukan
Buah Dan Kualitanya Pada Kaktus Apel”
Jurnal yang ditulis oleh Syaiful Annas seorang mahasiswa Fakultas Pertanian,
Universitas Negeri Sebelas Maret mengangkat kaktus sebagai objek utama dalam
skripsi yang dibuatnya. Syaiful menjadikan tumbuhan kaktus sebagai objek
penelitian dengan tujuan untuk mempelajari kompatibilitas sendiri dan silang serta
mempelajari kualitas buah hasil persilangan khususnya pada kaktus apel.
Penilitian tersebut diharapkan dapat mengetahui pengaruh persilangan buatan
terhadap pembuatan buah dan kualitasnya pada kaktus apel (Cereus spp).
Menurut Syaiful kaktus kini bukan lagi sekedar tanaman hias, namun akhir-
akhir ini tanaman kaktus banyak dimanfaatkan sebagai tanaman obat dan
penghasil buah. Buah kaktus yang kaya akan flavonoid dapat dimanfaatkan
sebagai antioksidan.
“.....berdasarkan tipe tumbuh, kaktus dibedakan dalam 2 jenis yaitu kaktus
merambat dan kaktus tegak. Contoh dari kaktus merambat adalah buah naga. Kaktus
ini biasa dimanfaatkan buahnya. Sedangkan tipe tegak belum banyak diketahui,
salah satu contoh dari tipe tegak yang sudah dikenal adalah Opuntia sp. Kaktus ini
dapat berbuah, tetapi buahnya kecil sehingga nilai ekonominya sangat rendah.
Contoh lain dari kaktus tipe tegak adalah Cereus sp. Kaktus ini memiliki morfologi
batang yang tegak da panjang keata sehingga sering disebut dengan kaktus
kolumnar. Genus Cereus di habitat aslinya juga dapat berbuah dengan bentuk buah
lonjong dan kulitnya halus menyerupai buah apel sehingga disebut dengan kaktus
apel. Di Indonesia (sekitar Surakarta) ditemukan genus ini. Meskipun berbunga
hermaprodit, namun kaktus ini tidak pernah berbuah. Pada penelitian ini dilakukan
penyerbukan buatan untuk mempelajari karakteristik tanaman kaktus dalam
menghasilkan buah (Syaiful, 2010: 1-2).
7
Berbeda dengan penulis melihat kaktus berdasarkan filosofi dari bentuk dan
cara bertahan hidup. Syaiful menjadikan kaktus objek utama untuk penelitian,
sedangkan penulis menjadikan kaktus sebagai objek utama untuk divisualisasikan
kedalam karya seni lukis. Skripsi Syaiful sengaja dipilih oleh penulis untuk State
of The Art mengenai tanaman kaktus khususnya untuk mahasiswa di Universitas
Negeri Sebelas Maret, Surakarta.
b. Keramik Karya Rosanto Bima Putra
Rosanto Bima Putra adalah seorang mahasiswa Jurusan Kriya Keramik
Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta angkatan 2009. Filosofi kaktus memberi
inspirasi bagi Rosanto Bima Pratama untuk menciptakan karya dengan media
keramik. Rosanto menggabungkan tanaman kaktus jenis Saguaro yang memiliki
bentuk khas. Dalam pembuatan karya, Rosanto dipengaruhi oleh komik, urban
toys, serta gaya seni pop art dan funk ceramic untuk membangun figur berbeda
dari masing-masing kaktus yang (Lihat gambar 1 halaman 8).
Bimo berhasil mentransformasi karakter yang dimiliki ke dalam karya
keramik kreasinya. Bahklan, mampu menjalin komunikasi, cerita dan interaksi
antar masing-masing karya. Padahal biasanya sebagian besar ciptaan dari keramik
bersifat tunggal dan berdiri sendiri. Karya itu dibuat dalam balutan warna hitam
dan putih, mirip dengan cerita pada lembaran-lembaran komik (Fajar, 2015).
Menurut Rosanto Karya yang dibuatnya merupakan perjalanan dari pengalaman
berharga dari dirinya sampai saat ini.
8
Gb.1.Salah satu karya Rosanto dalam Pameran Jakarta Contemporary Ceramics
Biennale 4, pada tahun 2014.
(Sumber : http://jccbindonesia.org/tag/rosanto-bima-pratama/ Dikutip pada Tanggal 12
April 2016, Pukul 15.04 WIB)
Dalam pewarnaan karya keramin, Rosanto menggunakan warna hitam dan
putih bukan warna-warna cerah. Padahal, pembuatan keramik sangat sulit
sehingga karya Rosanto sangat diaprisiasi. Bentuk kaktus yang dibuat oleh
Rosanto terkesan jenaka dengan menyerupai karakter tokoh komik yang
menyenangkan. Penggunaan warna hitam dan putih membuat karya Resanto
berbeda dengan karya yang akan dibuat penulis dalam Tugas Akhir.
Sama-sama terstimulasi dengan aliran Pop Art, namun cara
memvisualisasikan menjadi sebuah karya yang membedakan karya penulis
dengan karya Rosanto. Berbeda media yang digunakan, berbeda pula cara untuk
menyampaikan pesan pada karya yang dibuat. Penulis yang menggunakan media
2D (Lukisan menggunakan campuran media) mencoba memvisualisasikan karya
9
dengan penggunaan banyak simbol untuk mempermudah tersampaikannya pesan
yang ada pada karya yang dibuat.
c. Lukisan Seniman Palestina di Atas Daun Kaktus
Ahmad Yasin seorang seniman asal Palestina tengah menjadi pembicaraan
berkat kemampuan berkaryanya. Yasin melukiskan karya yang dibuat di atas
kaktus untuk menggantikan kertas. Negara asal Ahmad yakni Palestina sedang
mengalami konflik dengan Israel. Negara yang terletak di Timur Tengah ini
memang punya sejarah panjang tentang konflik yang melanda wilayahnya. Hal
tersebut berdampak pada keadaan rakyat Palestina yang sangat memprihatikan.
Kaktus bukan menjadi objek utama dari permasalahan yang diangkat
menjadi karya oleh Ahmad. Tumbuhan kaktus dijadikan „kanvas‟ untuk
digambarkan menjadi sebuah karya lukis. Melalui karya yang dibuatnya Ahmad
mengungkapkan keadaan rakyat Palestina sekarang lewat goresan tintanya pada
pohon kaktus (Lihat Gambar 2 halaman 10).
10
Gb.2.Ahmed Tengah menyelesaian karya yang dibuatnya
(Sumber : https://cdns.klimg.com/newshub.id//real/2016/04/05/225580/seniman-lukis-
keadaan-palestina.jpg, Dikutip pada Tanggal 12 April 2016, Pukul 16.11 WIB)
Ahmad membuat lukisan tersebut pada salah satu tanaman kaktus di kebun
rumah tempat tinggalnya, di desa Tepi Barat Aseera Ashmaliya. Karya tersebut
dibuat Ahmad pada tanggal 31 Maret 2016 silam. Banyak orang yang memuji
karya yang dibuat oleh Ahmad dan banyak pula orang yang terharu melihat karya
lukis Ahmed.
Perbedaan dari karya penulis dengan karya yang dibuat oleh Ahmed Yasin
adalah penggunaan objek kaktus pada karya. Ahmad menggunakan kaktus sebagai
media pengganti kanvas sedangkan penulis mengangkat kaktus sebagai sumber
ide dan tema berdasarkan filosofi pada bentuk dan cara berahan hidup kaktus. Hal
lain yang membedakan karya penulis dan karya Ahmed adalah permasalahan yang
diangkat dan divisualkan menjadi karya. Ahmed menangkat konflik negaranya
Palestina dengan Israel menjadi sebuah karya sedangkan penulis mengakat
11
permasalahan kehidupan berdasarkan pegalaman internal penulis yang berkaitan
dengan filosofi pada tumbuhan kaktus.
d. Tumbuhan Kaktus
Tumbuhan kaktus menjadi salah satu tanaman yang cukup terkenal di
masyarakat. Tidak hanya di negara asalnya, melainkan di berbagai macam negara
mengetahui tanaman kaktus. Mendengar kata kaktus orang akan mengingat
sebuah tumbuhan yang memiliki duri pada batang tubuhnya. Berikut adalah
pandangan penulis mengenai tumbuhan kaktus, yakni, Kaktus adalah tumbuhan
yang termasuk kedalam keluarga Cactaceae yang memiliki lebih dari 2000
varietas dengan berbagai warna dan bentuk. Kaktus dikenal sebagai tumbuhan
sukulen karena bagian tubuhnya seperti batang, akar, dan daun mampu
menyimpan air untuk bertahan hidup. Kaktus adalah tanaman yang memiliki
bentuk dan cara bertahan hidup yang unik dan berbeda dari jenis tanaman lain.
Kaktus dikenal memiliki duri yang tak lain adalah daunnya. Daun kaktus
tumbuh dari struktur khusus yang disebut areole. Ukuran duri bervariasi dan bisa
mencapai panjang 15 cm. Daun yang berubah menjadi duri bertujuan untuk
mencegah penguapan air berlebih. Sebagian duri kaktus bahkan berwarna terang
yang membantu mereka memantulkan sinar matahari sehingga tanaman tetap
dingin.
Tumbuhan kaktus memiliki bunga yang sangat indah. Pertumbuhan bunga
kaktus terbilang lambat. Butuh waktu sekitar 2 tahun untuk bunga kaktus dapat
mekar sempurna. Beberapa bunga kaktus dapat bertahan hidup selama beberapa
hari setelah mekar, adapula yang hanya bertahan hidup selama sehari setelah
mekar. Keadaan waktu yang dibutuhkan bunga untuk mekarpun berbeda
12
tergantung jenis kakstunya. Sebagian bunga hanya dapat mekar pada saat malam
hari dan sebagian lain hanya dapat mekar pada saat siang hari.
Keunikan terjadi pula pada akar kaktus. Tanaman akar yang sangat panjang.
Kedalaman akar kaktus tidak lebih dari 10 cm berada di bawah permukaan tanah.
Namun, akar kaktus dapat menyebar ke sekeliling hingga meliputi diameter 2
meter. Hal tersebut dilakukan untuk mencari sumber air tanah yang berada di
wilayah sekitar kaktus berada. Kaktus merupakan tanaman dengan cara bertahan
hidup yang luar biasa. Kaktus mampu hidup di daerah kering seperti gurun pasir,
semi gurun dan padang rumput. hidup daerah karena memiliki beberapa
kemampuan unik untuk kaktus mampu bertahan hidup dengan menyesuaikan
keadaan di lingkungan sekitarnya dengan jumlah air yang sedikit. Kemampuan
tersebut menjadikan tumbuhan kaktus istimewa, unik dan amat berbeda dengan
jenis tanaman lain.
1. Sejarah Perkembangan Kaktus
Menurut sejarahnya, kaktus tumbuh sekitar 100 juta tahun lalu. Saat itu,
sosoknya tinggi menjulang. Akan tetapi, kaktus generasi “anyar” yang kini
terdapat di dataran tandus Amerika Selatan dan Meksiko tumbuh dengan
bentuk lebih pendek dari moyangnya. Hal itu disebabkan letusan gunung
berapi yang “menenggelamkan” sebagian benua Amerika pada 60-juta tahun
silam.
Ketika aktivitas vulkanik gunung berapi berhenti, lambat laun kaktus-
kaktus itu tumbuh kembali. Nama kaktus berasal dari kata kaktos, dalam
bahasa Yunani berarti suatu jenis tanaman berduri. Ahli botani bernama
13
Linneaus memasukkannya ke dalam kelompok tumbuhan berduri atau
Cactaceae (Leo dkk, 2006: 7).
Keluarga besar cactaceae (nama sehari-harinya ialah “kaktus”),
merupakan penduduk asli dari benua Amerika dan Amerika Utara (USA)
hingga Argentina di bagian Selatan. Benua tersebut merupakan gudang yang
sangat besar dari berjenis-jenis tanaman kaktus. Sebagian besar dari keluarga
kaktus merupakan penghuni asli di Meksiko, Texas, Arizona (USA), Peru,
Bolivia, Argentina dan Brasilia (Amerika Selatan) (Rismunandar, 1993: 5-6).
Di habitat aslinya (Amerika dan Brazil), kaktus lebih cocok tumbuh di
daerah sub-tropis beriklim sedang hingga tropis. Akan tetapi, kaktus menyukai
daerah yang mempunyai curah hujan minimal (di bawah 60mm per tahun).
Pada kondisi itu, udara sangat panas dan matahari bersinar sepanjang hari (50-
80%). Lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan kaktus adalah bersuhu 16-
34ᵒC dan kelembapan udara 30–90% (Leo dkk, 2006: 14).
Jumlah tanaman kaktus di dunia saat ini ±2.000 spesies. Tanaman ini
tumbuh subur di seluruh daratan amerika, mulai dari Kanada sampai ke
selatan melintasi Meksiko, Texas, Arizona, Bolivia, Argentina, dan Brazil.
Kaktus juga dijumpai di Kepulauan Galapagos, India Timur, dan Karibia.
Beberapa spesies lain tumbuh secara liar di beberapa bagian negara Eropa,
Asia, Afrika, dan Australia yang berhawa panas (Leo dkk, 2006: 8).
Tanaman kaktus bukannya merupakan penghuni dari padang pasir yang
sangat panas dan kekurangan hujan saja, namun juga merupakan penghuni
daerah pegunungan (Andes) yang sangat dingin dan bersalju dalam musim
dingin. Di padang-padang rumput (pampas) di Amerika Selatan (Brasilia,
14
Argentina Tengah) yang hujannya sedikit atau praktis tidak ada, dengan suhu
udara yang tinggi, merupakan daerah kaktus yang luas pula (Rismunandar,
1993: 6).
Hal ini terbukti jika tempat hidup kaktus sangat beragam. Jadi, bukan hal
aneh jika kaktus banyak dijumpai di daerah berketinggian 3.000 – 4.000 meter
diatas permukan laut (Leo dkk, 2006: 8).
Dalam ilmu botani, famili Cactaceae bentuknya beragam sehingga perlu
diadakan penggolongan. Setiap “tribe” dibagi dalam beberapa “marga” dan
setiap marga terdiri dari beberapa “jenis” (Rismunandar, 1993: 8).
Tanaman ini mampu bertahan di segala cuaca. Dilihat dari bentuknya
kaktus merupakan tumbuhan yang mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (Leo dkk, 2006: 7).
Kaktus dapat bertahan hidup dari terpaan alam, dengan melakukan
penyesuaian atau perubahan – perubahan pada tubuh tanaman, seperti ukuran
daun mengecil atau bahkan tidak berdaun, perakaran menyempit, dan
batangnya dijadikan tempat penyimpanan air cadangan. Disamping itu,
penyesuaian diri kaktus terhadap habitat bersuhu panas dan tanah gersang
berupa kulit tubuh tanaman yang tebal dan berlapis lilin di samping bulu-bulu
halus atau duri-duri tajam (Rukmana dkk, 1998: 16).
2. Ciri Khas Tanaman Kaktus
a. Batang Kaktus
Batang kaktus umumnya banyak mengandung air (sukulen). Air
disimpan dalam bentuk lendir atau getah yang tidak mudah menguap.
Kulit batang berwarna hijau, hijau kebiru-biruan, atau abu-abu kebiru-
15
biruan, dan berlapis lilin. Batang tanaman kaktus memiliki jaringan
kambium yang berfungsi dalam pertumbuhan dan pembesaran pohon.
Jaringan ini akan mengeras serta membentuk kayu, dan dapat
mempermudah perbanyakan kaktus, dengan cara disetek atau disambung
(Rukmana dkk, 1998: 20).
Batang pokok kaktus dapat berbentuk tiang tungal, jarang bercabang
dan dapat mencapai ketinggian 15 meter lebih. Namun ada yang berbentuk
semak-semak rendah, cabangnya banyak kerdil dan tetap rendah.
Batangnya dapat berbentuk bulat, bulat papak, silindris atau conis. Ada
yang sukar dipisahkan dari batang pokoknya, namun ada yang dengan
sentuhan sedikit sudah terlepas. Batang pokok besirip, jumlahnya minimal
empat lebih dari 15 buah. Bentuk sirip ada yang tipis, tebal, bersiku-siku,
bergelembung rendah hingga membentuk organ yang silindris/lonjong
pendek atau panjang. Dengan adanya sirip-sirip tersebut maka
terbentuklah aluran-aluran yang sempit dan lebar. Punggung sirip bisa
tumpul, tajam, rata atau berliku-liku malah ada melebar agak bulat, hingga
sirip seolah-olah terbagi dalam gelembung-gelembung (Rismunandar,
1993: 12).
Pada permukaan batang tumbuh lekukan yang berbentuk cembung
tempat melekatanya duri-duri. Lekukan atau tempat tumbuh duri-duri
kaktus disebut areole. Kadang-kadang pada ujung batang tumbuh cabang
yang diselubungi oleh kuas rambut atau bulu-bulu halus dan tajam, yang
disebut glocids (Rukmana dkk, 1998: 20).
16
b. Daun Kaktus
Tanaman kaktus sebagian besar tidak berdaun hanya dari sub-famili
Pereskleae yang berdaun. Oleh karena tidak berdaun, maka batangnya
berwarna hijau daun dan berfungsi sebagai organ untuk berassimilasi,
membentuk zat karbohidrat, protein dan lemak (Rismunandar, 1993:12).
Daun berfungsi dalam proses asimilasi. Bila daun berguguran
(rontok), proses asimilasi dapat dilakukan pada batang kaktus subfamili
Opunteae dan Cereeae, meskipun tidak berdaun tetapi dapat
berfotosintesis menggunakkan batang (Rukmana dkk, 1998: 20).
Pada hakekatnya memang ada kuntum yang tumbuhnya berpasangan
dan bentuknya sangat mengecohkan. Namun kuntum yang letaknya di atas
membentuk bunga atau cabang diselubungi oleh kuas rambut atau bulu-
bulu yang halus dan tajam yang diberi nama “Glochids”. Kuntum yang
letaknya di bawah membentuk duri-duri yang beranekaragam bentuknya.
Kedua kuntum tersebut letaknya dapat berdekatan, sehingga berbentuk
cekung bulat atau oval, dalam ilmu botani diberi nama “Areole”. Kecuali
berdekatan kedua kuntum tersebut dapat pula terpisah, satu berada dalam
ketiak gelembung-gelembung sirip, satu lagi di bawah sirip. Kedua
kuntum tersebut dihubungkan oleh aluran sempit. Dalam keadaan ini,
maka kuntum yang di atas (katakanlah areole atas) dapat telanjang atau
berambut biasa atau dalam bentuk kuas. Areole yang berada di bawah
membentuk duri. Keadaan tersebut tidak mutlak, karena pada jenis tertentu
areole di atas tetap dapat menghasilkan bunga dan cabang, dan areole
bagian bawah pun dapat juga menghasilkan cabang namun tidak berbunga.
17
Areole terdapat di setiap bagian batang atau cabang, namun jenis-jenis
yang punggung siripnya berareole, sisa bagian tubuhnya bersih dari
areole. Areole dapat berada di permukaan buah, dan jenis Opuntia tertentu
buahnya dapat pula mengeluarkan cabang (Rismunandar, 1993: 13).
c. Duri Kaktus
Ukuran dan struktur duri kaktus beraneka macam. Ada duri berukuran
pendek, agak panjang, dan panjang. Struktur duri ada yang lembek, lentur
dan keras seperti besi. Duri-duri kaktus tumbuh pada bagian areole. Duri
terletak dalam dua bagian, yaitu dari pusat (sentral) di tengah-tengahdan
duri jari-jari yang melingkari duri sentral. Jumlah duri perareole bervariasi
antara 5 – 15 buah atau lebih (Rukmana dkk, 1998: 20).
Duri yang tumbuh dari dalam areole bentuknya beragam, ada yang
pendek, panjang, yang lembek, hingga keras seperti besi. Duri ini juga
mempunyai warna yang berlainan. Rangkaian duri dapat dibagi dalam dua
bagian, Duri yang letaknya ditengah-tengah (duri sentral atau pusat), Duri
yang meiingkari duri sentral atau duri jari-jari yang beraneka ragam pula
bentuk dan warnanya (Rismunandar, 1993: 13).
d. Bunga Kaktus
Bunga kaktus bermahkota, namun tidak nampak berkelopak bunga.
Sisa-sisa helai kelopak yang berbentuk segmen berwarna. Mahkota bunga
bagian bawah berbentuk pipa pendek atau panjang, sedangkan helai
mahkota bagian atas ada yang berlapis, ada pula yang selapis. Helai
mahkota warnanya beraneka ragam. Bakal buahnya bulat atau oval.
Benangsarinya banyak, melekat pada bagian bawah dalam mahkota, putik
18
dan benang putiknyapun dapat berwarna-warni. Bunga dapat tumbuh
tunggal atau berkelompok, dan letaknya di pucuk batang atau di
bawahnya. Ada yang berkelamin dua, ada pula berkelamin satu
(Rismunandar, 1993: 13-14).
Bunga kaktus berbentuk corong, berukuran kecil sampa besar,
tergantung jenisnya. Warna mahkota bunga bervarasi, seperti kuning,
merah, oranye, rose, violet muda, dan sebagainya. Bunga tampak indah,
sehingga diminanti oleh serangga atau lebah (Rukmana dkk, 1998: 21).
Mahkota bunga warnanya bisa polos, namun tidak sedikit dihiasi
dengan goresan-goresan yang lain warnanya dari warna dasarnya. Warna
helai mahkota bagian atas biasanya lebih muda daripada bagian bawah.
Keseluruhannya merupakan rangkaian tata warna yang indah dan menarik
(Rismunandar, 1993: 15).
Bunga kaktus mengembang pada sore hari dan bertahan semalam
suntuk untuk kemudian layu. Ada pula yang berbunga sore hari dan dapat
bertahan beberapa hari lamanya. Kecuali itu ada yang berbunga untuk
beberapa jam saja. Diameter mahkota dapat berukuran pendek tapi ada
yang lebih. Kaktus yang berbunga malam biasanya warnanya putuh
(Rismunandar, 1993: 14).
Tanaman kaktus yang berbunga pada siang hari rata-rata warnanya
cemerlang seperti merah, kuning, oranye, ros, violet muda, dan sebagainya
(Rismunandar, 1993: 15).
Untuk mempercepat tumbuhnya bunga tanaman kaktus memerlukan
cukup banyak sinar matahari, untuk Indonesia syarat itu tidak perlu
19
disangsikan lagi. Namun kesabaran pemiliknya tetap dituntut karena
tanaman kaktus dari mulai semai hingga berbunga makan waktu minimal 2
tahun. Di samping sinar matahari yang cukup, pengurangan pengairan
diperlukan untuk relatif mempercepat tumbuhnya bunga (Rismunandar,
1993: 15).
e. Akar Kaktus
Tanaman kaktus mempunai sistem perakaran, yang terdiri atas akar
tunggang, akar cabang, dan akar rambut yang halus. Pada beberapa jenis
kaktus, akar-akarnya membengkak seperti umbi dahlia atau umbi bit. Ada
pula perakaran yang bersifat epifit, yakni menempel pada batu karang atau
pohon-pohon lain, seperti pada kaktus buntut tikus (Aporocactus
flagelliformis). Perakaran kaktus umumnya tahan kekeringan, tetapi peka
terhadap keadaan tanah atau medium yang becek (menggenang). Akar
kaktus mudah mengalami kerusakan pada tanah atau medium yang kurang
cocok, misalnya beraerasi jelek, ber-pH asam, dan mengandung unsur Al
serta Mn yang tinggi (Rukmana dkk, 1998:19).
Akar tanaman kaktus ada yang halus dan tebal, namun ada yang
membengkak seperti umbi tanaman dahlia. Ada pula yang gemuk dan
conis sepertiumbi bit (Rismunandar, 1993: 14-15).
Secara umum kaktus menyukai tempat yang memiliki kelembapan
rendah dan bersuhu tinggi. Hal itu dikarenakan kaktus telah berevolusi
sehingga mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang kering.
Akar kaktus mampu menyerap air secara optimal lalu menyimpannya
dalam waktu lama. Itulah sebabnya bila tanaman ini tergolong “bandel”,
20
artinya tidak perlu perawatan khusus untuk tumbuh dan nberkembang (Leo
dkk, 2006: 14).
2. Referensi (Kajian Teoritis Seni Rupa)
a. Seni
Seni adalah suatu keterampilan yang diperoleh dari pengalaman, belajar atau
pengamatan – pengamatan. Pengertian lainya, seni merupakan bagian dari
pelajaran, salah satu ilmu sastral, dan pengertian jamaknya adalah pengetahuan
budaya, pelajaran, ilmu pengetahuan serta suatu pekerjaan yang membutuhkan
pengetahuan atau keterampilan (Bahari, 2008: 62-63).
Apa yang disebut “seni” memang merupakan suatu wujud yang terindera.
Karya seni merupakan sebuah benda atau artefak yang dapat dilihat, didengar,
atau dilihat dan sekaligus didengar (visual, audio, dan audio-visual), seperti
lukisan, musik, dan teater. Tetapi, yang disebut seni itu berbeda di luar benda seni
sebab seni itu berupa nilai. Apa yang oleh seseorang disebut indah dapat tidak
indah bagi orang lain (Sumardjo, 2000: 45).
b. Seni Rupa
Seni rupa adalah suatu wujud hasil karya manusia yang diterima dengan indra
penglihatan, dan secara garis besar di bagi menjadi seni murni dan seni terap. Seni
murni merupakan seni yang karyanya tidak mengandung tujuan kegunaan
(applied) “funsional”, melainkan sebagai media ekspresi yang di ungkapkan pada
seni lukis, seni grafis, seni patung, seni kramik dengan berbagai teknik beserta
aliran-alirannya. Perkembangan seni rupa sekarang ini selain seni lukis, patung,
kramik, grafis juga mewadahi seni-seni yang lainnya seperti, seni lingkungan
21
(enviromental art), seni instalasi, seni pertunjukan (performing art), dan lain-
lainnya (Bahari, 2008: 51).
c. Komponen Karya Seni
Tema merupakan gagasan yang hendak dikomunikasikan pencipta karya seni
kepada masyarakat atau penikmat seni (Bahari, 2008: 22). Subject matter dalam
seni adalah sesuatu (persoalan) yang akan diungkap pada suatu karya dan oleh
karena itu sering kali juga disebut pokok – soal atau tema. Dengan kata lain,
subject metter adalah apa–apa yang diungkapkan dalam suatu karya (Mulyadi,
1989: 15).
Subject matter dalam karya penulis adalah kaktus sebagai objek analogi diri
yang mengambil beberapa filosofi dari sifat-sifat bentuk kaktus dan cara bertahan
hidup kaktus menurut ide dan proses kreatif penulis dalam menuangkanya.
Penulis tertarik untuk membuat tema tentang kaktus dan memvisualisasikannya ke
dalam karya seni lukis. Bentuk yang penulis tampilkan adalah konkretasi dari ide
sang seniman yang kemudian diolah berdasarkan pengalaman estetis seniman.
d. Ide Penciptaan
1. Ide (Subject Matter)
Ide (subject matter) Adalah pokok isi yang dibicarakan oleh perupa
melalui karya-karyanya. Ide atau pokok isi merupakan suatu
permasalahan/keresahan yang hendak diketengahkan (Susanto, 2011: 187).
Penulis menemukan ide tentang kaktus sebagai tema dalam penciptaan karya
seni lukis karena kaktus merupakan tanaman yang memiliki sifat bentuk yang
22
menarik menurut penulis ditambah dengan uniknya daun yang berkamuflase
menjadi duri yang terdapat pada hampir seluruh batang kaktus.
2. Bahan atau Material
Bahan atau material dalam dunia seni dikenal dengan "medium", pada
dasarnya merupakan sesuatu yang kongkrit atau nyata–nyata ada. Oleh sebab
itu seringkali dinyatakan bahan atau material menjadi sesuatu mutlak perlu
dan bersifat pengikat (Mulyadi, 1989: 17–18). Dalam pembuatan karya ini
penulis menggunakan bahan cat akrilik, dan juga potongan kertas (kolase)
sebagai media penulis mengekspresikan ide tentang tema kaktus dalam
visualisasi seni lukis.
3. Teknik
Teknik basah adalah sebuah teknik dalam menggambar atau melukis
dengan menggunakan medium yang bersifat basah atau memakai medium, air
dan minyak cair, seperti cat air, cat minyak, tempera, tinta, rapidograf, dan
lain-lain (Susanto, 2011: 395). Teknik yang digunakan penulis adalah teknik
pencampuran bahan (mix media) karena dari berbagai teknik yang berada
dalam cabang seni lukis inilah yang penulis kuasai.
e. Prinsip Organisasi Unsur-Unsur Rupa
1. Kesatuan (Unity)
Merupakan kesatuan yang diciptakan lewat sub-azas dominasi dan
subordinasi (yang utama dan kurang utama) dan koheren dalam suatu
komposisi karya seni (Susanto, 2011: 416). Kesatuan yang penulis ciptakan
dalam tema ini adalah penggabungan objek kaktus sebagai simbolisasi
seorang manusia yang memiliki perbedaan dengan manusia yang lainnya.
23
2. Keselarasan (Harmony)
Tatanan atau proporsi yang dianggap seimbang dan memiliki keserasian
merujuk pada pemberdayagunaan ide-ide dan potensi-potensi bahan dan
teknik tertentu dengan berpedoman pada aturan-aturan ideal (Susanto, 2011:
175). Dalam karya ini penulis juga menggunakan ritme yang muncul dari
penggunakan garis yang diulang-ulang dan bersifat konsisten.
3. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan, persesuaian materi-materi dari ukuran berat dan memberi
tekananan pada stabilitas suatu komposisi karya seni (Susanto, 2011: 46).
Balance (keseimbangan) dikelompokkan menjadi hidden balance
(keseimbangan tertutup), symmetrical balance (keseimbangan simetris),
asymetrical balance (keseimbangan asimetris), balance by contrast
(perbedaan atau adanya oposisi). Keseimbangan yang penulis ciptakan dalam
karya ini adalah keseimbangan asimetris karena bertujuan untuk membuat
karya tidak kaku dan enak dilihat.
4. Perbandingan (Proportion)
Proporsi berasal dari bahasa Inggris proportion yang artinya
perbandingan. Proporsi dapat diartikan perbandingan atau kesebandingan
dalam suatu objek antara bagian satu dengan bagian lainnya. Proporsi pada
dasarnya menyangkut perbandingan ukuran yang sifatnya sistematis
(Sadjiman, 2009: 249). Penulis menggunakan perbandingan bentuk ruang,
dengan perbandingan ukuran 2:3 dan ukuran karya penulis adalah 70cm x
60cm.
24
5. Penekanan (Dominition)
Dominasi dalam karya seni disebut sebagai keunggulan, keistimewaan,
keunikan, keganjilan, dan kelainan. Dominasi merupakan salah satu prinsip
dasar tata rupa yang harus ada pada karya seni, agar diperoleh karya seni
yang artistik atau memiliki nilai seni. Jadi dominasi bertugas sebagai pusat
perhatian dan daya tarik (Sadjiman, 2009: 225). Penekanan yang penulis
munculkan dalam karya ini adalah dari bentuk kaktus serta dengan
pengulangan-pengulangan dari garis.
f. Unsur-Unsur Visual
1. Garis
Perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar. Garis
memiliki dimensi memanjang juga punya arah, bisa panjang, pendek, halus,
tebal, berombak melengkung, serta lurus. Hal inilah yang menjadi ukuran
garis. Garis memiliki ukuran yang bersifat nisbi, yakni ukuran yang panjang-
pendek, tinggi-rendah, besar-kecil, tebal-tipis. Sedangkan arah garis ada tiga:
horizontal, vertikal, diagonal, meskipun garis bisa melengkung, bergerigi
maupun acak (Susanto, 2011: 148).
Garis adalah sebuah konvensi grafis yang kita terima karena kita melihat
semua kontur sebagai garis-garis kontras. Kontras adalah diskontinuitas yang
kita lihat dalam bidang, permukaan, warna, ataupun tekstur. Sebagaimana
garis-garis tersebut sangat penting bagi persepsi kita mengenai dunia yang
terlihat, garis juga penting untuk menyajikan apa yang kita khayalkan dalam
sebuah gambar (Ching, 2002: 36). Dalam karya ini terdapat perpaduan dari
beberapa garis sebagai arsiran dalam bidang karya. Diantaranya horizontal,
25
vertikal dan diagonal. Serta penggunaan media potongan kertas untuk
penekanan bentuk Kaktus.
2. Bidang (Shape)
Shape adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena pembatasan sebuah
kontur atau garis atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau gelap
terang pada arsiran atau karena adanya tekstur, bidang bisa menyerupai wujud
alam atau figur, dan juga ada yang tidak sama sekali menyerupai wujud alam
atau non figur (Kartika, 2004: 90).
Bidang geometrik dan non geometrik, selain kedua bidang tersebut
terdapat bidang yang bersifat maya, yaitu bidang yang seolah meliuk, bentuk
bidang yang seolah miring membentuk sudut, bentuk bidang yang seolah
bersudut-sudut, dan bentuk bidang gabungan (Sadjiman, 2009: 104). Dalam
karya ini penulis menggunakan bidang non geometrik karena dengan berbagai
pertimbangan terhadap bentuk kaktus tersebut.
3. Tekstur
Tekstur adalah kesan halus atau kasar permukaan yang ditampilkan pada
sebuah karya. Berdasarkan macamnya tekstur dibagi menjadi dua yaitu,
tekstur nyata, nilai permukaan yang sama secara visual mata dengan rabanya.
Tekstur semu, nilai permukaan yang berbeda secara visual mata dengan
rabanya (Bahari, 2008:101). Tekstur yang penulis tampilkan adalah tekstur
semu karena tekstur yang ditampilkan secara visual berbeda dengan rabanya.
26
4. Warna
Tanpa adanya cahaya maka tidak akan terjadi warna, itu pun berlaku
pada karya seni, tanpa adanya cahaya maka karya tersebut tidak akan
menampakkan warna. Warna merupakan pantulan cahaya dan warna menjadi
terlihat karena adanya cahaya yang menimpa pada suatu benda (Sadjiman,
2009: 12). Perkembangan penggunaan warna mulai dari lukisan prasejarah
sampai dengan seni kontemporer masa kini sangat penting, karena
berhubungan dengan sejarah kebudayaan manusia mulai dengan
kesederhanaan bahan dan penggunaannya sampai dengan kompleksitas
pengetahuan dan penggunaan warna modern (Dharmaprawira, 2002: 2).
Masa kini orang mempercayai warna sebagai ungkapan emosi pribadi.
Zaman dulu tidak akan ditemukan warna sebagai ungkapan pribadi
(Dharmaprawira, 2002: 3). Penulis menggunakan warna-warna lembut
(Pastel) dalam karya ini. Karena warna ini dirasa cocok dengan warna asli
kaktus yang memang segar dan juga warna ini menurut penulis sangat cocok
dengan habitat kaktus yang hidup dialamnya.
G. Komposisi Dalam Karya Seni
Komposisi dalam sebuah karya seni dibagi menjadi 4 macam yaitu,
komposisi terbuka, komposisi tertutup, komposisi piramida, dan komposisi
piramida terbalik. Komposisi terbuka, suatu komposisi dalam ruang di mana objek
gambar tekesan menyebar, meluas dari pusat bidang. Komposisi tertutup, objek
gambar seolah-olah mengumpul, menyempit sehingga terlihat adanya
pengelompokan objek gambar kedalam pusat bidang atau ruang. Komposisi
piramida, komposisi yang peletakan objek gambar dalam suatu bidang komposisi
27
yang membentuk susunan segitiga di mana puncaknya berada di atas. Komposisi
piramida terbalik, adalah kebalikan dari komposisi piramida, di mana puncaknya
segitiga berada di bawah, sedang alas berada di atas (Hakim, 1997: 37).
Komposisi pada karya penulis akan menggunakan komposisi tertutup di mana
objek gambar seolah-olah mengumpul, menyempit sehingga terlihat adanya
pengelompokan objek gambar kedalam pusat bidang atau ruang.
H. Perubahan Wujud dalam Karya Seni
Pengolahan objek suatu karya akan terjadi perubahan wujud sesuai dengan
konsep, tema, dan latar belakang seniman. Perubahan susunan yang dilakukan
dengan sengaja oleh seniman dengan tujuan menemukan hal yang baru, sehingga
menghasilkan figur semula atau yang sebenarnya, yang seperti ini biasa disebut
dengan istilah deformasi. Adapun cara pengubahan bentuk antara lain, seperti
simplikasi atau penyederhanaan, distorsi atau pembiasan, destruksi atau
perusakan, stilasi atau penggayaan, dan kombinasi semua susunan bentuk terebut
(Susanto, 2011: 98).
1. Distorsi
Distorsi adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada
pencapaian karkter, dengan cara menyampaikan wujud-wujud tertentu pada
benda atau objek yang digambar, misalnya pada penggambaran tokoh figur
Gatutkaca pada wayang kulit purwa, semua shape disangatkan menjadi serba
kecil dan atau mengecil (Kartika, 2004: 42).
Distorsi adalah perubahan bentuk, penyimpangan, keadaan yang
dibelokan. Pada keadaan tertentu dalam berkarya seni dibutuhkan karena
merupakan salah satu cara mencoba menggali kemungkinan-kemungkinan
28
lain pada suatu bentuk atau figure (Susanto, 2003: 33). Perubahan bentuk
yang dibuat penulis dalam karya ini yaitu penulis menggabungkan bentuk
kaktus tersebut dengan bentuk anggota tubuh manusia, seperti mata, mulut,
tangan, dan kaki. Serta membuat bentuk asli habitatanya yang menyimpang
dari bentuk aslinya.
B. Sumber Ide (Rujukan Karya)
Beberapa karya dari seniman yang menginspirasi dalam proses berkarya
yang memiliki konsep dan skill yang matang dalam berkarya. Seniman tersebut
antara lain :
1. Resatio Adi Putra
Resatio Adi Putra merupakan seorang illustrator, graphic designer, dan
seniman kolase asal Bandung. Karya kolase Resatio telah banyak di kenal
khususnya di kalangan sesama seniman muda. Resatio sudah banyak berpameran
di beberapa kota di Indonesia, salah satunya pameran tunggal di Yogyakarta pada
tanggal 25 januari 2014. Karya kolase Resato menggambarkan fantasi dan sureal
yang terinspirasi dari film fiksi maupun buku cerita anak-anak. Penulis
terstimulasi oleh karya-karya dari Resatio Adi putra, salah satu karyanya adalah
“Anything to Numb” (Lihat gambar 3 halaman 29).
29
Gb.3.“Anything to Numb”, Kolase diatas Kanvas, 40cm x 60cm
(Sumber : https://instagram.com/p/7DKDD4JVqR/?taken-by=resatio, Dikutip pada
tanggal 13 April 2016, Pukul 13.20 WIB)
Karya Resatio yang bertemakan tentang fantasi dan surealis membuat
penggunaan objek pada visual karya terbilang unik dan beragam. Namun maksud
dan pesan dari karya yang ingin disampaiakan tidak mudah dirasakan atau
tersampaikan dengan baik oleh pengamat seni dengan hanya melihat karya
tersebut. Berbeda dengan karya yang dibuat Resatio, penulis menggunakan objek
yang mudah (universal) dipahami oleh pengamat seni. Hal ini memang sengaja
30
agar maksud dan pesan dari karya dapat tersampaikan langsung oleh pengamat
seni hanya dengan melihat visualisasi dari penggambaran objek yang digunakan
pada karya yang dibuat penulis.
2. Jumaldi Alfi
Jumaldi Alfi adalah salah satu seniman besar asal Yogyakarta. Alfi berkuliah
di Institut Seni Indonesia (ISI), Yogyakarta pada tahun 1993. Alfi membentuk
Kelompok Seni Rupa Jendela (KSRJ) pada pertengahan tahun 1990 bersama 4
orang teman seangkatannya di Institut Seni Indonesia. Dalam melukis Alfi banyak
menggunakan warna gelap seperti merah tua, abu-abu, hitam, hijau tua dan coklat.
Alfi beranggapan bahwa karya lukis yang dibuatnya berkaitan dengan masa lalu,
tidak ada hubungannya dengan masa depan. Alfi kerap menggunakan banyak
media dalam membuat sebuah karya. Salah satu karya yang menstimulasi penulis
adalah sebuah karya yang berjudul “Fort of Mind” (Lihat gambar 4 halaman 31).
31
Gb.4.“Fort of Mind”, Lithography, screen print, photography, collagraph, collage, oil
stick, crayon, and acrylic on STPI handmade paper,
158cm x 132cm x 1cm
Sumber : http://www.artinasia.com/img/event/8166-
7c7654d8d9fcf531db2e9f9cc81913bf.jpg, Dikutip pada tanggal 13 April 2016, Pukul
13.23 WIB)
3. Max Ernst
Max Ernst, salah satu seniman surealis ternama pada abad ke-20. Ernst
dikenal pula sebagai seniman yang mempelopori dan mempopulerkan teknik
kolase. Ernst merupakan pelukis mimpi dan alam tidak sadar yang paling intensif
di antara seniman surealis. Karya-karya Ernst seringkali menghibur,
32
menstimulasi, lucu, dan skeptis. Salah satu karya Ernst yang menstimulasi penulis
berjudul “Rêves et hallucinations” (Lihat gambar 5).
Gb.5.“Rêves et hallucinations”, collage, 1926, 29,7cm x 25,4cm, Musée d‟Unterlinden,
Colmar
(Sumber : http://www.huma3-archive.com/repository/reviews/004_Ernst.jpg, Dikutip
pada tanggal 13 April 2016, Pukul 13.24 WIB)
Sebagai seniman surealisme Ernst kerap menggunakan simbol-simbol dan
metamorfosiskan sebuah objek terkadang di luar nalar orang banyak. Penggunaan
33
simbol yang divisualkan oleh Ernst ke dalam sebuah karya terkesan ambigu
sehingga hasilnya sukar ditebak, mengejutkan, dan tergantung interpretasi
penikmat seni. Berbeda dengan Ernst, penulis menggunakan simbol universal
yang mudah diketahui oleh orang awam pada khususnya. Hal ini bertujuan untuk
dapat tersampaikannya langsung pesan dan makna yang coba divisualisasikan
oleh penulis ke dalam sebuah karya seni kolase kepada pengamat seni hanya
dengan melihat karya seni lukis yang penulis buat.
4. Richard Hamilton
Richard Hamilton adalah seorang seniman besar di Inggris. Hamilton
Merupakan tokoh yang penting dalam kelompok seniman London yang tertarik
dengan budaya populer Amerika. Penulis terstimulasi dengan karya-karya kolase
Pop Art yang dibuat oleh Hamilton, salah satunya berjudul “Just What Is It That
Makes Today’s Home So Different, So Appealing?” (Lihat gambar 6 halaman 34).
Karya tersebut dianggap banyak berisi unsur-unsur Pop Art yang muncul
kemudian di Amerika Serikat. Kolase ini mengandung unsur-unsur seperti label
dagang, logo produk, dan bagian yang ditonjolkan dalam buku komik. Bahkan
kata pop muncul dalam karya ini.
34
Gb.6.“Just what is it that makes today's homes so different, so appealing?”, Collage,
1956
(Sumber : http://www.artyfactory.com/art_appreciation/art_movements/art-
movements/pop_art/richard_hamilton.jpg, Dikutip pada tanggal 13 April 2016, Pukul
13.35 WIB)
Berbeda dengan Richard Hamilton yang menggunakan simbol pop pada karya
yang dibuatnya dan kurang memperdulikan makna atau pesan dari karya yang
dibuat, penulis menggunakan banyak simbol untuk mengedepankan makna yang
coba digambarkan pada karya seni lukis yang dibuat. Semangat bebas berkreasi
dari seniman Pop Art dan Richard Hamilton pada khususnya menjadi inspirasi
utama bagi penulis mengenai karya maupun seniman beraliran Pop Art.