Fatma Dewi
Faza Nur Fuadina
Fira Nadia Pratiwi
X MIA 5
2014/2015
Sejak lama, laut telah memiliki fungsi
sebagai jalur pelayanan dan
perdagangan antarsuku bangsa di
kepulauan Indonesia dan bangsa-
bangsa di dunia. Para pelaut tradisional
Indonesia telah memiliki keterampilan
berlayar yang dipelajari dari nenek
moyang secara turun temurun. Hal
tersebut tidak terlepas dari terbaurnya
kebudayaan satu sama lain, termasuk
dalam menyebarkan suatu hal.
Pendapat Tokoh Sejarahmengenai jalur pelayaran saat itu
A. Penyebaran
Islam Melalui Jalur
Perdagangan
berkembangnya agama Islam di Indonesia
salah satunya menyatakan bahwa Islam
berkembang di Indonesia dibawa oleh para
pedagang muslim yang berasal dari Arab
maupun Gujarat. Mereka datang ke
Indonesia awalnya untuk Berdagang, tetapi
mereka melakukan pelayaran berdasarkan
angin muson. Pada kesempatan itulah merek
memanfaatkan waktunya untuk berdakwah
menyebarkan agama. Disamping itu,
terdapat sumber lain yang menyatakan hal
berbeda, yaitu :
• Berita Arab
• Berita Eropa
• Berita India
Namun, dari hal sebelumnya sudah dapat
ditarik kesimpulan bahwa hubungan Islam
dengan perdagangan mencakup
penyebaran Islam di Indonesia
Jaringan perdagangan dan
pelayaran antarpulau di
Nusantara terbentuk
karena antarpulau saling
membutuhkan barang-
barang yang tidak ada di
tempatnya.
B. Islam dan Jaringan
Perdagangan Antar Pulau
Setelah Malaka jatuh ke
tangan Portugis (1511), pedagang-
pedagang Islam memindahkan kegiatannya
ke pelabuhan lain. Dengan demikian, mereka
tetap dapat melanjutkan usaha
perdagangannya secara aman. Sehingga,
penyaluran komoditas ekspor (rempah-
rempah) dari daerah Indonesia ke daerah
Laut Merah tetap dapat dikuasai. Pusat-pusat
perdagangan dan kekuasaan yang sebelum
Malaka jatuh sudah ada kemudian menjadi
berkembang pesat. Pusat-pusat perdagangan
dan kekuasaan yang berkembang pesat
setelah jatuhnya Malaka ke
Selanjutnya antar pulau saling berhubungan
satu sama lain bertukar tukar barang ataupun
mengadakan kerjasama. Para pedagang yang
semula selalu berdagang di Malaka, kemudian
berpindah pusat di daerah secara tidak
langsung juga menyebarkan kebudayaan di
Malaka, termasuk Agama Islam yang ada di
Malaka. Munculnya pusat-pusat perdagangan
Nusantara disebabkan adanya kemampuan
sebagai tempat berikut ini:
Pemberi bekal untuk berlayar dari suatu
tempat ke tempat lain.
Pemberi tempat istirahat bagi kapal-kapal
yang singgah di Nusantara.
Pedagang-pedagang Islam yang
konflik dengan pedagang-
pedagang Portugis menyingkir ke Aceh,
Banten, dan Makasar. Mereka tetap
melakukan perdagangan dan pelayaran
dengan pedagang-pedagang luar.
Karena jalur melalui Selat Malaka sudah dik
uasai Portugis, maka mereka membuka
jalur perdagangan baru
melalui sepanjang Pantai Barat Sumatera.
Pedagang-pedagang Islam berangkat dari
bandar Banten lalu masuk selat Sunda
terus berlayar ke luar melalui pantai barat
Sumatera. Sebaliknya,
Jaringan perdagangan danpelayaran antar pulau di Indonesia
sebenarnya telah dimulai sejak abadpertama Masehi. Namun, Baru berkembang
pesat setelah pusat perdagangan diIndonesia sudah tidak terpusat di Malaka.
Dari hal tersebut dapat ditarik kesimpulanbahwa hubungan Islam dengan
perdagangan mencakup penyebaran Islam melalui jalur perdagangan antar pulau di
Indonesia.
C. Islam dan Jaringan
Perdagangan Antar
Kesultanan
Diantara pulau satu dengan lainnya telah terjalinhubungan yang berlangsung sejak dulu, diantaranya hubungan perdagangan, terutamapada masa kerajaan-kerajaan Islam nusantara. Semula kegiatan perdagangan di nusantarabersifat insidental, namun lambat laun terjadiperubahan menjadi kegiatan yang berlangsungterus menerus, ramai, dan semakinmenguntungkan. Dengan demikian muncullahbeberapa pusat perdagangan yang dimilikikerajaan-kerajaan yang wilayahnya menjangkaupantai. Misalnya sriwijaya, gowa-tallo dan samudera pasai.
Berita-berita asing, ditunjang peta-peta kuno, hikayat, babat lokal dan data arkeologis cukupmenunjukkan bahwa sebelum dan sesudah
Berita Tionghoa dan Arab dari sekitar abad ke-
7 atau ke-8 juga member bukti adanya
pelayaran dan jaringan perdagangan, di mana
pedagang-pedagang Arab dan Persia telah
berperan dalam jaringan perdagangan
internasional melalui selat Malaka. Namun,
dengan kedatangan VOC yang
berambisi untuk berusaha menerapkan
monopoli dengan cara memerangi dan
menanamkan politik “Devide et Empera”-nya.
Akibatnya, VOC mendapat perlawanan dan
pemberontakan oleh beberapa kesultanan.
Kesultanan Aceh merupakan kesultanan yang
paling sulit ditaklukan oleh VOC Hindia-
Belanda. Di kesultanan Demak, yang berfungsi
Hubungan perdagangan itu bukan hanya
didasarkan data historis tetapi juga data
arkeologis. Demikian pula jaringan perdagangan
antara kesultanan yang ada di Jawa, antara lain
Cirebon dan Mataram yang dikuasai VOC sejak
abad ke-18, sedangkan di Sulawesi dan
Kalimantan, VOC berhasil mengambil alih
perdagangan pada abad ke-8 sampai ke-19
Masehi. Di sisi lain, sebagaimana bukti yang ada,
diberitakan bahwa kesultanan Aceh Darussalam
adalah kesultanan yang sulit ditaklukan oleh VOC,
untuk itu butuh waktu lama bagi VOC untuk
menguasai bandar di Aceh Darussalam.
Hubungan yang terjalin antar kesultanan tersebut
tidak hanya mencakup masalah perdagangan
saja, namun mereka juga saling berbagi ilmu,
Dari hal tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa hubungan Islam dengan
perdagangan mencakup penyebaran Islam
melalui jalur perdagangan antar kesultanandi Indonesia
Pertanyaan?
terimakasih