Topik :
Perbedaan tingkat kecemasan ibu hamil primigravida Trimester III sebelum dan sesudah pemberian terapi pijat.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang :
Kecemasan merupakan hal yang sering terjadi pada ibu hamil. Taylor (1995) mengatakan bahwa kecemasan ialah suatu pengalaman subjektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa aman. Setiap kehamilan secermat apapun direncanakan tetap akan memberi kejutan baru bagi calon ibu. Apalagi bagi wanita yang baru mengalami kehamilan untuk pertama kali. Kecemasan sering menyertai proses kehamilan tersebut karena banyak perubahan yang akan dihadapi. Selain menghadapi perubahan baik fisiologis maupun psikologis, wanita yang baru mengalami kehamilan pertama juga harus menghadapi proses kelahiran dan perubahan pola hidup, sehingga dapat memicu terjadinya kecemasan. Bentuk dari kecemasan itu dapat berupa perasaan khawatir, was-was, gelisah, takut, dan cemas dalam menghadapi kehamilannya. Perasaan-perasaan yang muncul antara lain berkaitan dengan keadaan janin yang dikandungnya, ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi persalinan, serta perubahan-perubahan fisik dan psikis yang terjadi yang kadang menimbulkan ketidaknyamanan.
Kecemasan umumnya ditandai dengan peningkatan kadar zat kimia otak yang berfungsi mengendalikan emosi (serotonin), ketegangan motorik dan hiperaktivitas saraf otonom. Keadaan ini menimbulkan sejumlah gejala, baik fisik maupun psikis. Kecemasan pada ibu hamil dapat menimbulkan berbagai gangguan diantaranya dapat berupa gangguan fisik seperti pusing, jantung berdebar dan tekanan darah meningkat, mulas, mual, dan diare, otot kaku, tegang, dan terasa nyeri, sering buang air kecil akibat terganggunya sistem saluran kemih, dan juga berupa gejala psikis seperti mudah marah, sensitive, sulit tidur. Hal ini akan lebih parah jika terjadi pad aibu hamil karena selain dapat mengganggu kesehatan ibu hamil, juga keadaan kesejahteraan janin yang dikandungnya. Hal itu dikarenakan hormone norepinefrin dan kortisol yang meninggi ketika ibu cemas dapat ditransfer pada bayi. Selain itu kondisi cemas pada ibu hamil menimbulkan konsentrasi hormon norepinefrin dan kortisol tinggi yang berhubungan dengan terjadinya kesulitan pada persalinan, seperti partus lama (Rinawati, 2008)
Besarnya masalah Menurut hasil penelitian Antoinette M. Lee dari Universitas Hong Kong, yang dipublikasikan di The Medical Journal Obstetrics and Gynecology akhir 2007 lalu, lebih dari separuh (57 persen) perempuan hamil terkena gangguan kecemasan. Di Indonesia, jumlah kasus kecemasan pada ibu hamil cenderung meningkat. Untuk pentingnya memperhatikan kondisi kesehatan mental ibu hamil-tidak hanya kesehatan fisiknya. Sayangnya, masalah kesehatan mental pada ibu hamil kurang diperhatikan, bahkan kerap diabaikan. Padahal, untuk melahirkan bayi sehat, kondisi ibu harus sehat, fisik maupun
mental, sehingga belum ada data seberapa besar kecemasan atau masalah kejiwaan lain pada ibu hamil menyumbang pada angka kematian bayi. Namun, yang pasti, setiap bulan tak kurang dari 1.500 bayi meninggal di Indonesia( Rinawati,2008)
Untuk mengurangi resiko yang timbul akibat kecemasan yang terjadi pada ibu hamil maka kecemasan pada ibu hamil itu sendiri harus dikurangi, untuk itu dapat dilakukan berbagai kegiatan, seperti mendengarkan musik, relaksasi, menghirup aroma terapi, dan salah satunya melakukan pijat pada badan. Pijat merupakan teknik pengobatan tradisonal dengan menggunakan teknik sentuhan dengan sedikit tekanan pada bagian tubuh. Pijat badan pada wanita hamil menggunakan teknik yang sama walaupun ada beberapa bagian tidak boleh dilakukan pijatan. Meskipun begitu pijat ibu hamil tetap dapat memberikan berbagai manfaat, diantaranya dapat mengurangi kegelisahan, mengurangi gejala-gejala depresi, membebaskan nyeri otot dan nyeri sendi, dan meningkatkan kesehatan bayi baru lahir.
Studi penelitian yang dilakukan 10 tahun yang lalu menunjukkan bahwa kadar hormon berhubungan dengan relaksasi dan stress, yang mendorong perbaikan kesehatan cardiovasculer, ketika massage therapy (pijat) diperkenalkan untuk perawatan prenatal. Hormon-hormon seperti norepinefrin dan kortisol (“hormon stress”) dikurangi dan level dopamine dan serotonin ditingkatkan pada wanita-wanita yang dilakukan pijatan setiap dua minggu selama hanya lima minggu.dengan menurunnya tingkat norepinefrin dan kortisol maka dapat mengurangi tingkat stress dan kecemasan pada ibu hamil TM III. Perubahan level hormon tersebut juga mengurangi kesulitan-kesulitan selama kelahiran dan memperkecil kesulitan-kesulitan bayi yang baru lahir, seperti berat badan kelahiran yang rendah ( hasyim, 2009)
Seperti yang sedang digalakkan saat ini yaitu promosi kesehatan, yang lebih menekankan pada aspek promotif dan preventif dari pada hanya sekedar kuratif, termasuk dalam menangani berbagai masalah di bidang kesehatan ibu dan anak. Kematian ibu masih merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat Indonesia. Penurunan AKI sangat lambat, yaitu 450 per 100.000 pada tahun 1986, menjadi 425 per 100.000 pada tahun 1992. Perbedaan tiap Provinsi cukup besar, yaitu berkisar antara 130-750 per 100.000 kelahiran hidup. AKI tersebut 3-5 kali AKI Negara ASEAN lainnya, atau 50 kali AKI negara maju. Dan kini AKI di indonesia menurut SDKI tahun 2007, yaitu 228 per 100 ribu kelahiran hidup, dan masih tertinggi di wilayah Asia tenggara (Depkes RI,2009)
Berbagai penyulit dalam persalinan seperti kala 1 atau kala 2 lama merupakan salah satu penyumbang terjadinya kematian Ibu dan menimbulkan kesakitan pada ibu dan bayi. Dan untuk menangani masalah tersebut kebanyakan masih menggunakan aspek kuratif saja, tanpa mempertimbangkan aspek preventif sebagai solusi untuk mengurangi kejadian tersebut. Kesehatan dan kesejahteraan ibu akan lebih baik jika dapat mencegah terjadinya berbagai penyulit pada persalinan dan kehamilan, selama hal tersebut dapat dicegah. Dengan cara mengurangi faktor-faktor penyebab atau faktor resiko pada ibu hamil.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka peneliti mengajukan rumus masalah“Apakah ada perbedaan tingkat kecemasan pada primigravida Trimester III sebelum dan sesudah pemberian terapi pijat?”.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini adalah : adakah Apakah ada perbedaan tingkat kecemasan pada primigravida Trimester III sebelum dan sesudah pemberian terapi pijat?”.
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mengetahui Perbedaan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Trimester III
Sebelum dan Sesudah Pemberian terapi pijat di RS X Tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan sebelum diberikan pemberian terapi
pijat pada ibu primigravida trimester III di RS X Tahun 2010
2. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan sesudah diberikan pemberian terapi
pijat pada ibu primigravida trimester III di RS X Tahun 2010.
3. Menganalisis perbedaan tingkat kecemasan pada pasien sebelum dan sesudah
dilakukan pemberian terapi pijat pada ibu primigravida trimester III di RS X
Tahun 2010.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. KEHAMILAN
1. Definisi
Menurut KBBI (2002), Kehamilan adalah keadaan mengandung janin dalam
rahim karena sel telur dibuahi oleh spermatozoa.
2. Klasifikasi Umur Kehamilan
Ditinjau dari tuanya, kehamilan dibagi menjadi: kehamilan triwulan pertama
(antara 0-12 minggu), triwulan kedua (12-28 minggu), triwulan ketiga (28-40
minggu). Kehamilan antara 36-42 minggu kehamilan matur, kehamilan lebih dari 42
minggu disebut postmatur, dan kehamilan antara 28-36 minggu disebut prematur
(Wiknjosastro, 2005).
3. Perubahan-Perubahan Maternal
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta
perubahan sosial di dalam keluarga. Pada umumnya kehamilan berkembang dengan
normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup bulan melalui jalan lahir, namun
kadang – kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan (Saifuddin, 2006).
a. Perubahan fisik ibu hamil
Pada saat kehamilan terjadi perubahan pada seluruh tubuh wanita, khususnya
pada alat genetelia eksterna dan interna dan pada payudara perubahan yang
terdapat pada wanita hamil ialah antara lain:
1) Genetalia eksterna dan interna
Uterus membesar pada bulan-bulan pertama. Berat uterus normal lebih
kurang 30 gram, pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000
gram
Serviks uteri pada kehamilan juga mengalami perubahan karena hormon
estrogen. Konsistensi serviks menjadi lunak dengan adanya hipervaskularisasi
akibat meningkatnya hormon estrogen.
Vagina dan vulva juga menagalami perubahan, vagina dan vulva tampak
lebih merah kebiru-biruan (livide).
2) Mammae
Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin,
estrogen dan progesteron.
3) Sirkulasi darah
Volume darah akan bertambah banyak kira-kira 25 %, diikuti oleh cardiac
output yang meningkat kira-kira menjadi 30 %.
4) Traktus digestivus
Pada bulan-bulan awal terjadi mual karena pengaruh hormon estrogen yang
meningkat. Tonus otot digestivus menurun, makanan lebih lama berada di
dalam usus. Salivasi berlebihan daripada biasanya.
5) Sistem respirasi
Biasanya ditemukan pada kehamilan 32 minggu ke atas, disebabkan karena
diafragma tertekan oleh uterus yang membesar.
6) Traktus urinarius
Pada bulan-bulan awal kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus
yang membesar, sehingga timbul sering kencing. Pada akhir kehamilan, bila
kepala janin sudah turun ke bawah pintu atas panggul, keluhan sering kencing
mulai muncul lagi karena uterus kembali tertekan.
7) Kulit
Pada kulit terdapat deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat-alat tertentu.
8) Matabolisme dalam kehamilan
Wanita hamil Basal Metabolic Rate (BMR) meninggi, sistem endokrin juga
meninggi (Wiknjosastro, 2005).
b. Perubahan psikologis ibu hamil
Kehamilan dianggap sebagai waktu krisis yang diakhiri dengan kelahiran bayi.
Selama kehamilan kebanyakan ibu mengalami perubahan psikologis dan
emosional. Perubahan psikologis dan emosional ini tampaknya berhubungan
dengan perubahan biologis yang dialami ibu selama kehamilan. Emosi ibu hamil
cenderung labil. Reaksi yang ditunjukkan terhadap kehamilan dapat saja berlebihan
dan mudah berubah-ubah.
Ibu hamil sangatlah sensitif dan rapuh. Banyak ketakutan yang muncul akan
bahaya yang mungkin saja terjadi pada diri ibu maupun janinnya. Ketakutan yang
tidak mendasar ini mungkin disebabkan oleh perubahan yang terjadi pada tubuhnya
tampaknya tidak bisa ia kendalikan dan proses hidupnya berubah dan tidak dapat
dikembalikan lagi. Inilah saat ibu hamil memerlukan saran, dorongan, pengarahan
dan bantuan dari orang-orang sekitarnya. Oleh karena perubahan psikologis secara
spesifik dapat diduga berdasarkan perubahan biologis selama kehamilan (Fitri,
2009).
Perubahan hormon serta fisik ternyata sangat berpengaruh terhadap
keseimbangan emosional ibu hamil. Rasa cemas, takut dan tidak nyaman yang
kerap dirasakan secara berlebihan oleh calon ibu, ternyata juga dialami oleh janin
(conectique.com).
Kehamilan trimester III merupakan suatu trimester yang lebih berorientasi
pada realitas untuk orang tua yang menantikan kelahiran anaknya. Ikatan orangtua
dan janin berkembang pada Trimester III. Ibu kadang merasa takut akan berpisah
dengan bayinya jika lahir nanti, namun saat-saat untuk melahirkan sering dinanti
juga. Ibu sudah mulai membayangkan kondisi bayi yang akan dilahirkan nanti,
baik tentang fisiknya, jenis kelamin, maupun kemampuan mental dari bayi yang
akan dilahirkan. Nama bayi yang akan dilahirkan biasanya sudah direncanakan
pada trimester III ini (Bobak, 2004).
4. Ketidaknyamanan Kehamilan
Ibu hamil pada Trimester III sering mengalami ketidaknyamanan akibat
kehamilanya. Sistem pencernaan pada ibu hamil sering mengalami rasa tidak nyaman
sperti: konstipasi, yang bisa disebabkan karena peningkatan progesteron yang
menyebabkan peristaltik usus melambat, mortilitas otot-otot polos menurun,
penyerapan air dalam kolon meningkat, suplementasi zat besi, kurang latihan, diet
kurang (Pusdiknakes, 2003).
Perut kembung juga sering timbul karena beberapa penyebab yaitu motilitas
gastrointestinal yang menurun, tekanan uterus yang membesar, dapat juga karena
masuk angin. Walaupun jarang terjadi panas perut (heart burn) juga sering dialami
ibu hamil trimester III. Hal ini disebabkan antara lain karena aliran balik ke esophagus
yang mengandung asam gastrin, relasksasi spinkter esofagus bagian bawah,
kemampuan kerja gastro intestinal yang kurang dan pergeseran lambung naik ke
diafragma (Pusdiknakes, 2003).
Rasa tidak nyaman pada kulit juga sering dirasakan ibu hamil seperti gatal-gatal
yang kemungkinan disebabkan karena hipersensitif terhadap antigen plasenta.
Keringat yang bertambah juga sering mengakibatkan keluhan, karena aktifitas
kelenjar apokrin meningkat, aktifitas kelenjar ecerine meningkat sebagai akibat
metabolisme dan berat badan meningkat. Strie gravidarum walaupun tidak berbahaya
sering dikeluhkan ibu hamil karena pengaruh dari hormon yang meningkat
(Pusdiknakes, 2003).
Kram pada kaki juga sering terjadi pada ibu hamil trimester III, hal ini bisa terjadi
karena tekanan uterus yang meningkat pada syaraf, keletihan, aliran darah/sirkulasi
yang kurang ke tungkai bawah, ketidakseimbangan antara kalsium dan fosfor. Di
samping itu ada juga ibu hamil yang mengeluh mati rasa dan perih pada jari-jari
tangan dan kaki. Hal ini bisa disebabkan karena pada titik gaya berat akibat uterus
yang bertambah besar (Bobak, 2004).
Ketidaknyamanan kehamilan juga dirasakan pada daerah punggung atas dan
bawah dan daerah ligamentum retundum berupa rasa nyeri. Rasa nyeri daerah
punggung atas dan bawah biasanya disebabkan karena kurvatur dari vertebra
lumbosakral yang meningkat saat uterus membesar, spasme otot karena ada tekanan
pada syaraf, penambahan ukuran payudara, peningkatan hormon yang menyebabkan
jaringan kartilago menjadi lembek, keletihan, mekanisme tubuh yang kuarang baik
pada saat mengambil barang di lantai. Nyeri ligamentum pada ibu disebabkan karena
hipertropi dan peregangan ligamen selama hamil, tekanan dari uterus ke ligamentum
(Pusdiknakes, 2003).
Keluhan pada kepala bisa berupa pusing/sinkope. Hal ini bisa disebabkan karena
hipotensi postural yang berhubungan dengan perubahan-perubahan hemodinamik,
penggumpalan darah di pembuluh darah tungkai, bisa juga karena hipoglikemia.
Sedangkan sakit kepala bisa disebabkan karena kontraksi/ spasme otot, keletihan,
mata tegang, kongesti hidung, dinamika cairan syaraf yang berubah (Pusdiknakes,
2003).
Ibu hamil Trimester III juga sering mengalami edema, varises pada kaki dan
vulva. Hal ini bisa disebabkan karena kongesti pada ekstremitas bawah sehingga
permeabilitas meningkat, tekanan dari pembesaran uterus pada vena pelvik,
kerapuhan jaringan elastis pembuluh darah (Pusdiknakes, 2003).
Keluhan sering kencing pada ibu hamil juga banyak terjadi pada usia kehamilan
trimester III. Hal ini disebabkan karena desakan uterus yang membesar terhadap
kandung kencing dan karena pengaruh hormon (Bobak, 2005; Pusdiknakes, 2003).
Keputihan juga sering diderita oleh ibu hamil karena mukusa vagina mengalami
hiperplasia, peningkatan lendir pada kelenjar endoservikal karena pengaruh
peningkatan estrogen (Pusdiknakes, 2003).
Sesak nafas juga sering dialami ibu hamil Trimester III. Hal ini disebabkan
karena ekspansi diafragma terbatas karena uterus yang membesar (Bobak, 2004).
5. Kecemasan dalam Kehamilan
a. Definisi kecemasan
Kecemasan dapat didefinisikan sebagai suatu perasaan yang tidak jelas tentang
keprihatinan dan khawatir karena ancaman pada sistem nilai atau pola keamanan
seseorang. Individu mungkin dapat mengidentifikasi situasi (mis. kehamilan),
tetapi pada kenyataanya ancaman terhadap diri berkaitan dengan khawatir dan
keprihatinan yang terlibat di dalam situasi. Situasi tersebut adalah sumber dari
ancaman itu sendiri (Carpenito, 2001).
Menurut Nettina (2001), ansietas adalah perasaan kekhawatiran subjektif dan
tegangan yang dimenifestasikan oleh tingkah laku psikofisiologis dan berbagai
pola perilaku. Individu yang terkena mengalami tingkat ansietas yang
mempengaruhi fungsi kepribadian, okupasi, atau lingkungan sosial, serta
kesejahteraan psikofisiologis.
b. Sebab-sebab Kecemasan yang dialami Ibu Hamil :
1) Perubahan-perubahan fisik selama tiga trimester
Perubahan fisik tersebut dapat menimbulkan kecemasan. Kecemasan terhadap
perubahan fisik pada trimester 1 yaitu mual-mual, muntah-muntah, pusing, cepat
lelah dan capek. Sedangkan perubahan psikologisnya adalah wanita hamil mudah
marah, mudah tersinggung, dan sebagainya pada trimester 1 wanita hamil lebih
cemas dan takut akan keguguran. Hal ini dikarenakan pada fase ini perkembangan
bayi belum terlihat jelas dan lemah. Pada trimester ke-2 ibu hamil biasanya sudah
bisa menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada trimester 1.
Ibu hamil pada trimester ke-2 mulai merasakan adanya gerakan janin di dalam
perutnya. Apabila wanita hamil tidak dapat merasakan gerakan-gerakan bayi dalam
kandungannya maka akan muncul kecemasan. Kecemasan ini berasal dari
ketakutan ibu hamil akan berkembangnya janin yang ada di dalam perutnya.
Apakah bayi yang ada di dalam kandungannya masih hidup atau mengalami suatu
gangguan. Pada wajah ibu hamil juga akan muncul bercak kecoklatan pada kulit
hidung dan pipi. Wanita hamil yang selalu memperhatikan kecantikan wajahnya
akan merasa cemas dengan kecantikannya. Pada trimester ke-3 kecemasan akan
kembali muncul ketika akan mendekati proses persalinan. Ibu hamil akan ditakuti
oleh kesakitan yang luar biasa ketika akan melahirkan bahkan resiko kematian. Hal
ini disebabkan wanita hamil sering mendengarkan cerita-cerita, baik dari tetangga
maupun ibu-ibu yang pernah melahirkan. Apakah ia bisa melakukan proses
mengejan dengan baik agar proses persalinan berlangsung dengan lancar. Jika
wanita hamil lemah, maka akan mempersulit proses melahirkan nanti.
Perubahan tubuh ibu hamil berlangsung cepat, akan menimbulkan perubahan
citra tubuh. Tingkat perubahan berhubungan dengan fakto-faktor kepribadian,
respons sosial dan sikap menghadapi kehamilan. Perubahan citra tubuh adalah
normal namun dapat menimbulkan stres. (Salmah, 2006).
Pada trimester ketiga terdapat kombinasi antara perasaan bangga dan cemas
tentang apa yang akan terjadi pada saat melahirkan. Pada saat ini ibu akan
mengalami:
a) Merasa diri diistimewakan di lingkungan umum (ia bisa senang atau
menolak)
b) Proses kedekatan dengan fetusnya berlanjut
c) Persiapan menjadi orang tua/ ibu
d) Spekulasi mengenai jenis kelamin anak dan nama anak
e) Keluarga berinteraksi dengan menempelkan telinga ke perut ibu dan
berbicara dengan fetusnya.
2) Pengalaman emosional ibu hamil
Kecemasan dapat timbul ketika individu menghadapi pengalaman-
pengalaman baru. Wanita hamil yang pertama kali hamil akan lebih merasa
cemas dibandingkan dengan wanita hamil yang sudah pernah melahirkan. Hal
ini didasarkan bahwa “Cemas dapat timbul ketika individu menghadapi
pengalaman-pengalaman baru seperti masuk sekolah, memulai pekerjaan baru,
atau melahirkan bayi” (Stuart & Sundeen, 1998). Wanita hamil akan belajar dari
pengalaman-pengalaman emosionalnya selama menjalani kehamilan. Apabila
wanita hamil merasa terancam maka akan menimbulkan kecemasan. Kecemasan
sebagai suatu emosi yang muncul dari pengalaman subyektif individu. Individu
yang mengetahui penyebab sumber kecemasannya akan lebih mudah untuk
menghadapi kecemasan terutama pada ibu hamil.
3) Situasi-situasi yang mengancam ibu hamil
Situasi yang mengancam ibu hamil meliputi ancaman fisik, ancaman
terhadap harga diri, dan tekanan untuk melakukan sesuatu di luar kemampuan.
Individu yang merasa pada suatu kondisi yang tidak jelas akan menimbulkan
cemas. Contohnya; khawatir akan kehilangan orang yang kita cintai, perasaan-
perasaan bersalah dan berdosa yang bertentangan dengan hati nurani, dan
sebagainya. Situasi kecemasan tersebut biasanya dialami oleh wanita yang
menjalani kehamilan dan persalinan. Hal ini menandakan bahwa kebutuhan
akan rasa aman sangat diperlukan ketika rasa gelisah dan rasa takut muncul
pada ibu hamil. Ibu hamil akan sangat cepat mengenali diri dan bayinya jika ia
berada dalam situasi-situasi seperti keguguran atau cemas terhadap dirinya yang
mengidap penyakit berbahaya bagi calon bayi (Aisyah, 2009).
c. Sumber-Sumber Kecemasan pada Ibu Hamil
Sumber-sumber kecemasan pada ibu hamil meliputi kecemasan realitas,
kecemasan neurotik, dan kecemasan moral. Kecemasan realitas merupakan
kecemasan atau takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar seperti takut mati,
trauma kelahiran, perasaan berdosa dan sebagainya. Kecemasan realitas yang dialami
oleh ibu hamil adalah ketakutan akan kesehatan bayi yang dikandungnya, takut bayi
yang dilahirkannya bernasib jelek/ buruk, takut tidak diterimanya bayi oleh suami dan
keluarga, takut akan ditinggalkan suami sesudah ia menjalani prose persalinan karena
karena bentuk tubuh yang telah berubah. Hal ini dapat menyebabkan ibu hamil
merasa tidak percaya diri dalam melewati masa kehamilan dan kelahiran. Kecemasan
neurotik adalah kecemasan terhadap tidak terkendalinya naluri yang menyebabkan
sesorang melakukan tindakan yang bisa mendatangkan hukuman. Kecemasan jenis ini
merupakan rasa cemas terhadap penyakit yang dialami dan dirasakan ketika hamil.
Kecemasan neurotik ini biasanya takut melihat darah, serangga, binatang-binatang
kecil atau tempat yang tinggi dan orang banyak. Penyakit ini sejenis dengan
penyakit fobia. Kecemasan moral adalah ketakutan terhadap hati nurani, rasa berdosa
apabila individu melakukan atau berfikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan
dengan norma-norma. Perasaan bersalah dan berdosa yang dialami oleh ibu hamil
adalah hamil di luar nikah, pernikahan yang tidak direstui oleh keluarga dan ketiadaan
suami/keluarga pada saat hamil dan melahirkan. Hal ini muncul karena individu
tersebut melakukan hubungan yang dianggap bertentangan dengan norma-norma yang
ada di dalam masyarakat (Aisyah, 2009).
Menurut Salmah (2006) stress ibu hamil dipengaruhi oleh emosi, lingkungan sosial,
latar belakang budaya, penerimaan atau penolakan terhadap kehamilanya.
d. Tingkat Kecemasan
Tingkat Kecemasan Stuart & Sunden (1998) mengidentifikasikan tingkat
kecemasan dapat dibagi menjadi :
a. Kecemasan ringan
Pada tingkat kecemasan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi
membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai
kemungkinan.
b. Kecemasan sedang
Pada ringkat ini individu lebih menfokuskan hal penting saat ini dan
mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.
c. Kecemasan berat
Pada tingkat ini lahan individu sangat menurun dan cenderung memusatkan
perhatian pada hal-hal lain, semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
kecemasan, individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan
memerlukan banyak pengarahan.
d. Panik
Keadaan ini mengancam pengendalian diri, individu tidak mampu untuk
melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi
keperibadian yang ditandai dengan meningkatnya kegiatan motorik, menurunnya
respon untuk berhubungan dengan orang lain dan kehilangan pikiran yang rasional.
Tingkah laku panik ini tidak mendukung kehidupan individu tersebut.
1. Respon Kecemasan
Stuart & Sunden (1998) memberikan suatu penilaian respon fisiologis dan
respons perilaku, koognitif dan afektif terhadap kecemasan meliputi:
1) Kardiovaskuler
Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah meninggi*
Rasa mau pingsan *
Pingsan *
Tekanan darah menurun*
Denyut nadi menurun
2) Pernafasan
Nafas pendek
Nafas cepat
Tekanan pada dada
Nafas dangkal
Pembengkakan pada tenggorokan
Sensasi tercekik
Terengah-engah
3) Neuromuskuler
Refleksi meingkat
Reaksi kejutan
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Rigiditas
Gelisah
Wajah tegang
Kelemahan umum
Kaki goyahGerakan yang janggal
4) Gastrointestinal
Kehilangan nafsu makan
Menolak makan
Rasa tidak nyamanpada abdomen*
Mual*
Rasa terbakar pada jantung*
Diare*
5) Traktus Urinarius
Tidak dapat menahan kencing*
Sering berkemih
6) Kulit
Wajah kemerahan
Berkeringat setempat(telapak tangan)
Gatal
Rasa panas dan dingin pada kulit
Wajah pucatBerkeringat sekuruh tubuh
*Respon parasimpatis
Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap ansietas sbb:
1) Perilaku
Afektif
Gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Gugup
Bicara cepat
Kurang koordinasi
Cendrung mendapat cedera
Menarik diri dari hubungan intrpersonal
Menghalangi
Melarikan diri dari masalah
Menghindar
2) Kognitif
Perhatian terganggu
Konsentrasi terganggu dan pelupa
Salah dalam memberikan penilaian
Preokupasi dan hambatan berfikir
Kreatifitas dan prodoktifitas menurun
Bingung
Sangat Waspada
Kesadaran diri meningkat
Kehilangan objektifitas
Takut kehilangan control
Takut pada gambran visual
Takut cedera atau kematian
3) Afektif
Mudah terganggu
Tidak sabar
Gelisah dan tegang
Nervus dan ketakutan
Alarm
Teror
Gugup
Gelisah
Menurut Froggatt (2003) gejala kecemasan yang muncul berupa perasaan tidak
nyaman dan ketakutan, ditambah dengan beberapa gejala fisik yang tiadak
menyenangkan, termasuk ketegangan otot (otot yang menegang), denyut jantung
yang bertambah cepat, napas memburu, mulut kering, perut begah, berkeringat dan
gemetar. Apabila rasa cemas semakin parah, berbagai ekses yang lebih buruk bisa
muncul. Misalnya, munculnya rasa pusing, pingsan, dada sakit, pandangan buram,
perasaan tercekik, badan terasa panas, dingin, mual dan sering buang air kecil atau
diare.
6. Pengaruh kecemasan terhadap kehamilan
Menurut Tiffanny Field, peneliti dari University of Miami School of Medicine,
Amerika Serikat, 10% dari wanita yang terkena depresi saat hamil dapat menularkan
kesedihannya pada janin didalam kandungannya. Keaadaan stress akan menyebabkan
pembuluh darah di rahim mengerut, sehingga aliran darah ke rahim akan berkurang.
Ini menyebabkan aliran darah ibu ke rahim dari ibu ke janin akan berkurang, sehingga
bayi akan menerima lebih sedikit oksigen dan nutrisi (Wardiman, 2004).
Kehamilan yang diinginkan dan diharapkan merupakan kebahagiaan tersendiri
bagi pasangan suami dan isteri dan juga keluarga dan lingkungannya. Namun tidak
jarang kehamilan membawa 'stres' , atau rasa khawatir, atau cemas, yang dirasakan
baik oleh ibu hamil. Ataupun oleh suaminya, ataupun oleh keluarga dan
lingkungannya. Kekhawatiran atau kecemasan dapat dimulai sejak kehamilan awal,
dan dapat dimulai dari derajat yang ringan sampai dengan derajat yang sangat berat.
Yang kadang kala dapat membahayakan jiwa si ibu yang hamil tersebut.
Kekhawatiran, atau kecemasan pada ibu hamil membawa dampak dan pengaruh
terhadap fisik dan psikik baik pada ibunya maupun pada janin yang dikandungnya;
dengan ditandai adanya peningkatan beberapa hormon 'stres' seperti yang telah
disebutkan sebelumnya : kortikosteroid, vasopresin, dan adrenalin. Yang kesemuanya
dapat mengakibatkan suatu kejadian yang disebut : vasokonstriksi, atau spasme
(menciutnya) pembuluh-pembuluh darah ibu, dengan ditandai turunnya aliran darah
dari rahim (uterus) ke plasenta (ari) (disebut sebagai sirkulasi utero-plasenter), dengan
akibat turunnya aliran zat asam, atau oksigen (proses oksigenisasi) dan aliran nutrisi,
atau gizi dari aliran darah ibu ke aliran darah janin di plasenta. Apabila kejadian ini
berat, dan menetap, tidak jarang mengakibatkan keguguran; atau apabila kehamilan
lanjut dapat mengakibatkan bayi lahir tidak cukup bulan, atau bayi lahir dengan berat
badan yang rendah (meskipun kehamilannya cukup bulan). Tidak jarang pula
mengakibatkan kecacatan jasmani dan kemunduran 'kepandaian' (IQ) serta mental-
emosionalnya. Dengan kata lain, kehamilan dan proses persalinan memerlukan
ketenangan, 'ketenangan jiwa', lahir dan bathin (Anonim, 2010).
7. Mengatasi kecemasan
Selain itu Froggat (2003) dalam bukunya Free from Stress mengungkapkan 12
strategi mengatasi kecemasan:
1) Mampu merilekskan tubuh dan pikiran
2) Mengetahui cara memecahkan berbagai masalah
3) Tidur nyenyak
4) Mempunyai tujuan yang jelas dan masuk akal. Mengetahui segala hal
yang diinginkan sehingga mampu membuat keputusan yang bijak
5) Merawat tubuh(spa,pijat) Menkonsumsi makanan yang seimbang,
menghindari alkohol, kafein, dan obat-obatan berbahaya serta berolahraga
secara teratur
6) Menjaga sistem pendukung yakni keluarga dan teman
7) Mampu bertindak secara asertifdalam mengahdapi orang lain
8) Tetap menjaga stimulasi dan variasi di dalam kehidupan
9) Mengelola waktu secara efektif
10) Mengelola keuangan dengan cara yang meminimalkan stres
11) Mengelola perubahan di dalam kehidupan, dan mampu meminta
bantuan bila membutuhkan
B. Massage/ Terapi pijat
1. Definisi Massage/ Terapi pijat
Massage atau therapy pijat yaitu terapi menggunakan sentuhan pada kulit/
permukaan tubuh. Bisa di katakan sebagai salah satu tradisi penyembuhan yg tertua.
Pada banyak kebudayaan diantaranya Yunani Kuno, Mesir, China dan India,
meyakini bahwa therapy massage selalu digunakannya untuk menyembuhkan
berbagai macam penyakit.
2. Jenis terapi pijat
Menurut American Massage Therapy Association (AMTA), jenis pemijatan yang
paling umum adalah:
a. Terapi Swedia
Dianggap sebagai tipe yang paling lazim. Pemijatan dilakukan dengan gerakan-
gerakan panjang, peremasan dan teknik lainnya pada lapisan otot yang terdapat
lebih dekat dengan permukaan, bersama-sama dengan gerakan gabungan yang
aktif dan pasif. Tujuannya adalah untuk memperlancar peredaran darah dan untuk
meningkatkan keluwesan pergerakan tubuh dan untuk melepaskan ketegangan
otot.
b. Terapi Jaringan Dalam
Dirancang untuk melepaskan ketegangan dengan cara menerapkan gerakan-
gerakan yang lambat dan penekanan jari secara dalam. Sistem ini disebut dengan
jaringan dalam karena menekankan pemijatan lapisan jaringan otot yang lebih
dalam. Gerakan dan tekanan mengikuti atau melintangi urat otot dan urat daging.
c. Shiatsu dan Akupresur
Keduanya adalah sistem pemijatan tekanan jari berdasarkan konsep penyembuhan
Oriental. Tujuannya adalah untuk merawat titik-titik khusus yang terletak
sepanjang garis bujur, yaitu saluran energi yang tidak terlihat dan mengalir dalam
tubuh. Tekanan yang diberikan membebaskan aliran energi dan mengembalikan
kenyamanan tubuh.
d. Terapi Olah - raga
Pemijatan olah-raga berfokus pada pemanasan atlit agar dia bisa mencapai
kinerja yang optimal, mengurangi rasa pegal setelah olah-raga atau membantu
dalam menyembuhkan otot yang keseleo.
3. Manfaat terapi pijat
Manfaat terapi pijat secara langsung yaitu relaksasi menyeluruh dan ketenangan. Hal
ini terjadi karena massage adalah sebagai pemicu terlepasnya Endorfin, Zat Kimia
Otak ( Neuro Transmitter ) yang menghasilkan perasaan nyaman. Tingkat Hormon
Stress, seperti : Adrenalin, Kortisol, Norephinefrine tentunya juga akan berkurang.
Penelitian menunjukkan bahwa tingkat hormon stress yang tinggi dapat menurunkan
system immun pada tubuh.
Beberapa Keuntungan fisik dari terapi pijat diantaranya :
· Mengurangi Tekanan pada Otot
· Memperbaiki Sirkulasi Darah
· Merangsang System Lymfatik
· Mengurangi Hormon Stress
· Meningkatkan Mobilitas Persendian & Kelenturan
· Menyegarkan permukaan kulit agar terlihat cerah.
· Mempercepat penyembuhan cederanya pada jaringan lunak.
· Menambah kewaspadaan mental
· Mengurangi kegelisahaan dan depresi.
4. Pijat pada ibu hamil
Menurut dr.Tiffany Field dari universitas Miami, Amerika serikat, mereferensikan
spa/pijat untuk mengurangi stress dan kecemasan pada ibu hamil. Dengan menjalani
spa/pijat tersebut dapat mengurangi rasa sakit, pegal dan berbagai ketidaknyamanan
lain yang sering dikeluhkan. Beberapa ahli lain mengatakan bahwa spa/pijat pada
ibu hamil efektif mengurangi sakit punggung, melancarkan peredaran darah,
membetulkan posisi tubuh ibu hamil, mengurangi bengkak dan kram pada kaki, serta
mengurangi stress.
Pijat ibu hamil aman dilakukan asal dilakukan dengan posisi ibu hamil miring atau
terlentang, tidak boleh telungkup. Tekanan pijat pada badan harus terukur, tidak
boleh terlalu kencang. Perut ibu hamil dilarang dipijat. Selain itu, untuk pijat di
bawah kaki diarahkan ke daerah tengah telapak kaki sampai ke depan, tidak kearah
belakang. Karena titik refleksi ke bagian perut ada pada daerah telapak kaki dari
tengah ke tumit (Kompas,2010)
C. Pengukuran tingkat Kecemasan
Instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur skala kecemasan adalah Hamilton
Anxiety Rating Scale (HARS). Yaitu mengukur aspek kognitif dan efektif yang meliputi
(Hawari, 2001):
1) Perasaan cemas, ditandai dengan : cemasan, firasat buruk, takut akan pikiran
sendiri, dan mudah tersinggung.
2) Ketegangan yang di tandai oleh : merasa tegang, lesu, tidak dapat istirahat tenang,
gemetar.
3) Ketakutan ditandai oleh : ketakutan pada keramaian, binatang, tempat umum,
sendirian, gelap, pada orang asing.
4) Gangguan tidur ditandai oleh : sukar untuk tidur, terbangun malam hari, tidur
tidak nyenyak.
5) Gangguan konsentrasi ditandai oleh: sukar konsentrasi, daya ingat buruk, daya
ingat menurun.
6) Perasaan depresi di tandai oleh : sedih, helplessness, hopelessness, despondency,
depresi.
7) Gejala somatik ditandai oleh : nyeri pada otot, kaku, kedutan otot, gigi
gemeretak, suara tidak stabil.
8) Gejala sensorik ditandai oleh : tinnitus, penglihatan kabur, muka merah dan
pucat, merasa lemah, perasaan di tusuk-tusuk.
9) Gejala kardiovaskuler ditandai oleh : takikardia, berdebar-debar, nyeri dada,
denyut nadi mengeras, rasa lemah seperti mau pingsan, detak jantung hilang
sekejap.
10) Gejala pernafasan di tandai oleh : Rasa tertekan atau sempit didada, perasaan
tercekik, merasa nafas pendek/ sesak, sering menarik nafas panjang.
11) Gejala Gastrointestinal ditandai oleh : sulit menelan, mual, perut melilit,
gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum atau sesudah makan, rasa panas di
perut, perut terasa kembung atau penuh, muntah, defekasi lembek, berat badan
menurun, dan kontipasi (sukar buang air besar).
12) Gejala Urogenital ditandai oleh : sering kencing, tidak dapat menahan kencing,
amenorhea, menorhagia, masa haid berkepanjangan, masa haid amat pendek,
haid beberapa kali dalam sebulan, frigiditas, ejakuasi dini, ereksi melemah, ereksi
hilang dan impoten.
13) Gejala Otonom ditandai oleh : mulut kering, muka merah kering, mudah
berkeringat, pusing, sakit kepala, kepala terasa berat, bulu-bulu berdiri.
14) Perilaku sewaktu wawancara, ditandai oleh : gelisah, tidak tenang, jari gemetar,
mengerutkan dahi atau kening, muka tegang tonus otot meningkat, nafas pendek
dan cepat dan muka memerah.
Cara penilaian :
Skor 0 : tidak ada gejala sama sekali
Skor 1 : 1 dari gejala yang ada
Skor 2 : separuh dari gejala yang ada
Skor 3 : lebih dari separuh gejala yang ada
Skor 4 : semua gejala ada
Penilaian hasil yaitu dengan menjumlahkan nilai skor item 1 sampai dengan 14
dengan ketentuan sebagai berikut:
Skor kurang dari 6 = tidak ada kecemasan
Skor 6 sampai dengan 14 = kecemasan ringan
Skor 15 sampai dengan 27 = kecemasan sedang
Skor lebih dari 27 = kecemasan berat
D. Kerangka teori
E. Kerangka konsep
Primigravida TM III
Perubahan Fisik
Perubahan Psikologis
Terapi pijat
Pengurangan Tingkat
kecemasan
CemasKetidaknyamanan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. VARIABEL PENELITIAN
VARIABEL DEPENDEN : tingkat kecemasan primigravida trimester III
VARIABEL INDEPENDEN : terapi pijat
B. HIPOTESIS PENELITIAN
Ada perbedaan tingkat kecemasan primigravida Trimester III sebelum dan setelah
pemberian terapi pijat.
C. RANCANGAN PENELITIAN
1. Jenis dan desain penelitian
2. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pre
eksperimen. Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain
pre test and post-test group. Di dalam desain ini, observasi dilakukan sebanyak 2 kali
yaitu sebelum dan sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum
eksperimen (01) disebut pre test dan observasi sesudah eksperimen (02) disebut post-
test. Perbedaan antara 01 dan 02 yakni 01-02 diasumsikan merupakan efek dari
treatment atau eksperimen.
Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.2 : Bagan Rancangan Penelitian Perbedaan Tingkat Kecemasan Ibu Primigravida Trimester III Sebelum dan Sesudah Pemberian Musik Klasik
Pemberian terapi pijat
Post testPre test