46 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2011, 4655
MODEL SIKLUS BELAJAR HIPOTESISDEDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
Ni Wayan Yuniawati dan I Wayan Redhana Alumni Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Undiksha
Jalan Udayana Singaraja Bali Email: [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh model siklus belajar hipotesisdeduktif dan model pembelajaran ekspositori terhadap hasil belajar siswa, dan (2) tanggapan siswa dan guru terhadap model siklus belajar hipotesis deduktif. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan rancangan nonequivalent control group design. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA2 dan XII IPA3 semester ganjil tahun ajaran 2010/2011. Objek penelitian adalah hasil belajar siswa. Siswa pada kelas eksperimen dibelajarkan dengan model siklus belajar hipotesisdeduktif, sedangkan siswa pada kelas kontrol dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi data kuantitatif berupa hasil belajar siswa dan tanggapan siswa dari angket tertutup serta data kualitatif berupa data tanggapan siswa dari angket terbuka dan tanggapan guru. Data hasil belajar siswa dianalisis dengan statistik inferensial, yaitu ANCOVA. Data tanggapan siswa dan guru dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model siklus belajar hipotesisdeduktif lebih baik daripada hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori. Siswa dan guru menunjukkan kesan positif terhadap penerapan model siklus belajar hipotesisdeduktif.
Katakata kunci: Siklus belajar hipotesisdeduktif, hasil belajar
Abstract This study aimed at investigating: (1) effect of hypotheticaldeductive learning cycle and conventional learning model towards students’ learning achievement, and (2) students’ and teacher’s responses towards hypotheticaldeductive learning cycle. The study type was quasi experiment with nonequivalent control group design. Subjeks of the study were 12 th grade students of science 2 and 3, odd semester at academic year 2010/2011. On the other hand, object of the study was students’ learning achievement. Students at experimental group were taught by hypotheticaldeductive learning cycle, while students at control group were taught by conventional learning model. Data which were collected in this study were quantitative data, namely students’ learning achievement and students’ responses from closed questionnaire, and qualitative data were students’ responses from open questionnaire as well as teacher responses. Data of students’ learning achievement were analyzed by using inferential statistics, namely ANCOVA. Meanwhile, data of students’ and teacher’s responses were analyzed descriptively. The findings of the study showed that students being taught by hypotheticaldeductive learning cycle got higher score of learning achievement than those of conventional learning model. Students and teacher showed a positive impression towards application of hypotheticaldeductive learning cycle.
Keywords: hypotheticaldeductive learning cycle, learning achievement
47 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2011, 4655
Pendahuluan Sumber daya manusia merupakan salah
satu faktor yang sangat menentukan tingkat kemajuan suatu negara. Salah satu aspek yang sangat mendukung peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan. Pendidikan meru pakan wahana untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia, baik berupa kecerdasan, akhlak mulia, pengendalian diri, kepribadian, spiritual keagamaan maupun keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan kualitas sumber daya manu sia (Santyasa, 2004).
Peningkatan kualitas sumber daya ma nusia yang diharapkan pada era globalisasi ini sejalan dengan UndangUndang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 yang mengamanatkan bah wa pendidikan nasional harus memiliki standar mutu yang seimbang dengan bangsa lain di dunia (Yuliandari, 2008). Berbagai upaya telah dilakukan dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, baik yang menyang kut sarana prasarana, fasilitas dan sumber bela jar maupun pengembangan inovasi pembela jaran, serta penyempurnaan kurikulum. Na mun, upaya tersebut belum mencapai hasil yang diharapkan, dalam arti mutu pendidikan, khususnya pendidikan kimia masih tetap menjadi sorotan semua pihak. Hal tersebut tampak dari rendahnya prestasi belajar siswa dan tingginya miskonsepsi siswa terhadap konsepkonsep IPA (Redhana & Kirna, 2004). Sudria et al., (2000) melaporkan bahwa keba nyakan guruguru IPA mengalami miskonsepsi terhadap konsepkonsep dasar kimia. Hasil Pe nelitian Simamora & Redhana (2006) me nunjukkan bahwa beberapa miskonsepsi siswa berasal dari guru.
Rendahnya hasil belajar dan tingginya miskonsepsi siswa tidak terlepas dari pem belajaran yang dilakukan oleh guruguru se lama ini. Guruguru belum mengkondisikan pembelajaran yang memungkinkan siswa me ngembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Guru dalam pembelajarannya didasar kan atas asumsi tersembunyi bahwa penge tahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Dengan asumsi di atas, mungkin saja guru merasa mengajar sudah baik, namun siswanya belum belajar, dalam arti tidak terjadi perubahan struktur kognitif pada diri siswa. Pandangan tradisional tentang pengetahuan menganggap bahwa pi
kiran siswa dipandang sebagai kotak hitam (black box) yang siap diisi pengetahuan sebanyakbanyaknya (Berg, dalam Aryantini, 2003).
Hasilhasil studi Redhana (2007) me nunjukkan bahwa umumnya guruguru me ngajarkan materi kimia hanya mengacu pada satu buku ajar dan dalam pembelajaran guru menggunakan metode informasi dan tanya ja wab, kemudian dilanjutkan dengan latihan soalsoal hitungan yang sering diambilkan dari buku ajar. Untuk memecahkan soalsoal ini, siswa menerapkan rumusrumus secara algo ritmik. Menurut Tsapartis & Zoller (2003) pemecahan masalah yang bersifat algoritmik memerlukan penerapan keterampilan berpikir tingkat rendah.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan menerapkan pembela jaran yang menuntut siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Salah satunya dengan menerapkan model siklus belajar hipotesis deduktif. Karplus dan Thier (dalam Lawson, 1995) mengemukakan tiga tipe model siklus belajar, yaitu: deskriptif, empirisabduktif, dan hipotesisdeduktif. Dalam penerapannya, keti ga tipe model siklus belajar ini melalui tahapan/fase yang sama yaitu: fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep.
Perbedaan ketiga tipe model siklus belajar tersebut terletak pada inisiatif, pengetahuan, dan kemampuan siswa bernalar. Model siklus belajar deskriptif dipicu oleh observasi dan deskripsi. Pada model siklus belajar deskriptif, siswa dan guru hanya mengemukakan apa yang mereka amati tanpa usaha untuk me lahirkan hipotesishipotesis untuk menjelas kan hasil pengamatan mereka. Model siklus belajar empirisabduktif mengharapkan siswa tidak hanya mengamati hubungan, tetapi juga menyimpulkan dan menguji penjelasan yang mungkin ada. Model siklus belajar hipotesis deduktif didasarkan atas pertanyaan kausal, merumuskan hipotesishipotesis sebagai alter natif jawaban sementara atas pertanyaan ter sebut (Dahar, 2003).
Model siklus belajar hipotesisdeduktif mengutamakan pebelajar (siswa) dalam proses pembelajaran, yaitu siswa dirangsang untuk lebih kreatif dan aktif serta mempunyai rasa kompetisi dengan temannya dan mampu me respon penjelasan guru. Di samping itu, agar interaksi antarsiswa serta antara guru dan siswa lebih optimal, siswa perlu diberikan
Yuniawati, Model Siklus Belajar HipotesisDeduktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar 48
kesempatan seluasluasnya mengembangkan kreativitas dalam proses pembelajaran kimia (guru hanya sebagai fasilitator dan mediator), memberikan kebebasan kepada siswa menge mukakan hipotesisnya tentang konsep kimia, dan memberikan kesempatan kepada siswa membuktikan hipotesisnya melalui model si klus belajar hipotesisdeduktif.
Penerapan model siklus belajar hipotesis deduktif (hipoteticaldeductive learning cycle) dimulai dengan menggali pengetahuan awal siswa. Guru mengidentifikasi beberapa konsep dan fenomena yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan. Siswa ditugaskan meng identifikasi suatu fenomena sehingga muncul beberapa pertanyaan. Pembelajaran dimulai dari tahap eksplorasi sampai tahap aplikasi konsep sehingga memungkinkan siswa mem peroleh hasil belajar yang lebih baik. Namun, seberapa jauh pembelajaran dengan meng gunakan model siklus belajar hipotesisde duktif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori pada topik sifat koligatif larutan, perlu diteliti secara lebih mendalam.
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah dalam pene litian ini sebagai berikut. (1) Apakah hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model siklus belajar hipotesisdeduktif lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran eks positori? (2) Bagaimana tanggapan guru ter hadap model siklus belajar hipotesisdeduktif? (3) Bagaimana tanggapan siswa terhadap mo del siklus belajar hipotesisdeduktif?
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian ini meng gunakan eksperimen kuasi dengan rancangan nonequivalent control group design. Pada pe nelitian ini, tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum perlakuan (pretes) dan sesudah perlakuan (postes). Tes yang diberikan pada postes sama dengan tes pada saat pretes. Pada pelaksanaan pembelajaran, siswa pada kelas eksperimen diajar dengan model siklus belajar hipotesisdeduktif dan siswa pada kelas kontrol diajar dengan model pembelajaran ekspositori. Setelah diberi pembelajaran, siswa pada kelas eksperimen dan kontrol diberi postes. Hasil
postes dianalisis untuk mengevaluasi efek tivitas pembelajaran yang telah diterapkan.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukawati. Pada penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XII IPA semester ganjil pada tahun ajaran 2010/2011 yang terdistribusi dalam dua kelas yang mempunyai nilai rerata kelas hampir sa ma. Objek dalam penelitian adalah hasil be lajar siswa. Selain itu, data juga dikumpulkan berkaitan dengan tanggapan guru dan siswa terhadap model siklus belajar hipotesisde duktif. Pada penelitian ini, hasil belajar siswa sebagai variabel terikat (dependent), sedang kan model pembelajaran (siklus belajar hipo tesisdeduktif dan ekspositori) sebagai variabel bebas (independent). Variabel kovariat dalam penelitian ini adalah pretes.
Pada penelitian ini digunakan perangkat pembelajaran berupa Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Penelitian ini menggunakan dua model pembelajaran yang terdiri dari model siklus belajar hipotesisdeduktif dan model pem belajaran ekspositori. Secara umum langkah langkah yang dilakukan dalam menyusun RPP, yaitu: (1) menganalisis standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) menyusun indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembela jaran, (3) mengalokasikan waktu pembelaja ran, (4) merancang kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan model siklus belajar hipo tesisdeduktif dan model pembelajaran ekspo sitori, dan (5) menyusun instrumen penilaian untuk mengukur indikator pencapaian kom petensi yang telah ditetapkan. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini didasarkan atas data yang diperlukan. Instrumen yang diguna kan berupa format expert judgment, pedoman wawancara, angket, dan tes hasil belajar.
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa skor pretes dan postes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan tanggapan siswa dari angket tertutup. Semen tara itu, data kualitatif berupa data tanggapan siswa dari angket terbuka dan data tanggapan guru.
Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol diukur dengan tes hasil belajar siswa. Teknik analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis kovarian (analysis of covariance, ANCOVA). Perhitungan ANCOVA dan semua
49 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2011, 4655
uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software SPSS version 15 for windows. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 5%. ANCOVA meru pakan salah satu statistik parametrik sehingga perlu dilakukan uji prasyarat terhadap data hasil belajar siswa. Pengujian prasyarat ini meliputi analisis uji normalitas, uji homoge nitas, dan uji liniearitas.
Tanggapan guru terhadap penerapan mo del siklus belajar hipotesisdeduktif dikumpul kan dengan metode wawancara. Data tentang tanggapan guru tersebut dianalisis secara des kriptif interpretatif, yaitu dengan mendeskrip sikan secara keseluruhan mengenai tanggapan yang diberikan oleh guru berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan setelah guru selesai mengimplementasikan model siklus belajar hipotesisdeduktif.
Tanggapan siswa terhadap model siklus belajar hipotesisdeduktif berupa derajat eks presi siswa yang dikategorikan atas: sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Tanggapan siswa dianalisis secara des kriptif dengan jalan menghitung frekuensi mun culnya respon. Di samping itu, untuk mening katkan kualitas simpulan, peneliti juga mela kukan analisis deskriptif dengan rentangan pe nilaian.
Hasil Penelitian Hasil Pretes Siswa
Pretes dilakukan sebelum siswa di belajarkan dengan model siklus belajar hipo tesisdeduktif dan model pembelajaran eks positori. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa skor pretes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berkisar antara
14 sampai dengan 40. Nilai ratarata (M) dan standar deviasi (SD) skor pretes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, disajikan pada Tabel 1.
Hasil Postes Siswa Postes diberikan setelah siswa dibela
jarkan dengan model siklus belajar hipotesis deduktif dan model pembelajaran ekspositori. Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa skor postes siswa pada kelas ekspe rimen berkisar antara 68 sampai dengan 91. Sementara itu, skor postes siswa pada kelas kontrol berkisar antara 57 sampai dengan 85. Nilai ratarata (M) dan standar deviasi (SD) skor postes siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, disajikan pada Tabel 2.
Ketuntasan Belajar Ketuntasan belajar siswa ditentukan
dengan membandingkan hasil belajar siswa dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 75. Jumlah siswa yang sudah memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada kelas eksperimen adalah 39 orang, sedangkan pada kelas kontrol sebanyak 18 orang. Ketuntasan yang dicapai oleh siswa pada kelas eksperimen dan kontrol masingmasing sebesar 79,59% dan 36,73%.
Uji Prasyarat Analisis Sebelum dilakukan pengujian hipotesis
untuk ANCOVA, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Uji prasyarat analisis ter sebut meliputi uji normalitas data, uji homo genitas varians antarkelas, dan uji linieritas.
Tabel 1. Nilai RataRata dan Standar Deviasi Skor Pretes Siswa untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas M SD Eksperimen 30.03 5.32 Kontrol 25.59 6,03
Tabel 2. Nilai RataRata dan Standar Deviasi Hasil Posttest Siswa untuk Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kelas M SD Eksperimen 80,82 5,65 Kontrol 73,12 7,04
Yuniawati, Model Siklus Belajar HipotesisDeduktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar 50
Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan terhadap
data kelas kontrolpretes, kontrol postes, eks perimenpretes, dan eksperimen postes. Ring kasan hasil uji normalitas data dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan angka signifikansi lebih dari 0,05 untuk semua unit analisis, baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data pretes dan postes siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen berdistribusi normal.
Uji Homogenitas Varians Uji homogenitas dilakukan terhadap ho
mogenitas varians antarkelas. Hasil uji homo genitas varians dapat dilihat pada Tabel 4. Ta bel 4 menunjukkan bahwa angka signifikansi lebih dari 0,05. Hal ini membuktikan bahwa varians antarkelas adalah homogen.
Uji Linieritas dan Keberartian Regresi Hasilhasil uji linieritas data dapat dilihat
pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan angka sig nifikansi pada lajur Deviation from Linearity pada masingmasing kelas lebih dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara skor pretes dan skor postes siswa adalah linier pada masingmasing kelas. Sementara itu, angka
signifikansi pada lajur Linearity pada masing masing kelas kurang dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara skor pretes dan skor postes siswa adalah signifikan pada masingmasing kelas.
Uji Hipotesis Berdasarkan uji prasyarat yang telah
dilakukan, terlihat bahwa data hasil belajar siswa memenuhi prayarat untuk dilakukan uji hipotesis. Oleh karena itu, analisis kovarian untuk menguji hipotesis dapat dilakukan. Da lam penarikan kesimpulan dengan mengguna kan ANCOVA diinterpretasikan dua hal. Per tama, pengaruh kovariat (kemampuan awal siswa) terhadap hasil belajar siswa. Kovariat dikatakan berpengaruh apabila angka signifi kansinya kurang dari 0,05. Kedua, hipotesis nol ditolak apabila angka signifikansinya ku rang dari 0,05. Ringkasan hasil anakova dapat dilihat pada Tabel 6.
Berdasarkan ringkasan hasil uji ANCOVA yang disajikan pada Tabel.6 dapat ditarik ke simpulan sebagai berikut. Pertama, variabel kovariat tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa, yaitu dari hasil analisis diperoleh angka signifikansi lebih besar dari 0,05. Dengan demikian, dapat di katakan bahwa apabila terdapat perbedaan
Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Normalitas
Kelas Data KolmogorovSmirnov ShapiroWilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kontrol Pretest 0,121 49 0,071 0,965 49 0,159 Posttest 0,111 49 0,177 0,957 49 0,071
Eksperimen Pretest 0,118 49 0,084 0,957 49 0,072 Posttest 0,113 49 0,158 0,966 49 0,174
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Varians
Kriteria Levene statistic df1 df2 Sig.
Pretest Based on mean Based on median Based on median and with adjusted df Based on trimmed mean
0,107 0,099 0,099 0,909
1 1 1 1
9696
93,852 96
0,744 0,754 0,754 0,764
Posttest Based on mean Based on median Based on median and with adjusted df Based on trimmed mean
2,030 1,920 1,920 2,025
1 1 1 1
9696
90,010 96
0,157 0,169 0,169 0,158
51 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2011, 4655
hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka perbedaan tersebut sema tamata disebabkan oleh perbedaan perlakuan yang diberikan. Kedua, dari pengaruh variabel bebas (independent) terhadap variabel terikat (dependent) diperoleh nilai F sebesar 19,450 dengan angka signifikansi sebesar 0,000. Ang ka signifikansi tersebut kurang dari 0,05. De ngan demikian, dapat diambil keputusan sebagai berikut. 1. Hipotesis nol yang menyatakan bahwa hasil
belajar siswa yang dibelajarkan dengan siklus belajar hipotesisdeduktif kurang dari atau sama dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori ditolak, atau
2. hipotesos alternatif yang menyatakan bah wa hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan siklus belajar hipotesisdeduktif lebih baik daripada hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori diterima.
Jadi, hasil belajar siswa dalam penelitian ini secara signifikan dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan setelah dila kukan pengendalian pada variabel kovariat. Hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan siklus belajar hipotesisdeduktif lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori.
Tanggapan Siswa dari Angket Tertutup Angket tertutup yang digunakan pada
penelitian ini terdiri dari 11 item pernyataan. Berdasarkan data tanggapan siswa dari angket tertutup, terlihat sebagian besar siswa me nunjukkan kesan positif terhadap penerapan model siklus belajar hipotesisdeduktif. Dari hasil perhitungan, yaitu perbandingan antara jumlah skor tanggapan masingmasing siswa dan jumlah siswa keseluruhan (N = 49) di peroleh ratarata skor tanggapan siswa sebesar 36,63. Hal ini menunjukkan bahwa tanggapan
Tabel 5. Ringkasan Hasil Uji Linieritas pada Masingmasing Kelas
Kelas Kriteria Nilai Statistik
Sum of Squares df Mean
Square F Sig.
Eksperimen Between Group
(Combined) 411,440 7 58,777 2,146 0,060 Linearity 121,972 1 121,972 4,454 0,041 Deviation from
Linearity
289,468 6 48,245 1,762 0,131
Within Groups 1122,748 41 27,384 Total 1534,188 48
Kontrol Between Group
(Combined) 1599,588 9 177,732 8,862 0,000 Linearity 1331,891 1 1331,891 66,411 0,000 Deviation from
Linearity
267,698 8 33,462 1,669 0,137
Within Groups 782,152 39 20,055 Total 2381,740 48
Tabel 6. Ringkasan Hasil Uji Anakova
Source Sum of Squres Df Mean
Squares F Sig.
Kovariat (Pretest) 1202,554 1 1202,554 1,104 0,109 Model 555,528 1 555,528 19,450 0,000
Yuniawati, Model Siklus Belajar HipotesisDeduktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar 52
siswa terhadap model siklus belajar hipotesis deduktif tergolong sangat baik
Tanggapan Siswa dari Angket Terbuka Selain melalui angket tertutup, pendapat
siswa terhadap model siklus belajar hipotesis deduktif juga dijaring melalui angket terbuka. Berdasarkan data tanggapan siswa dari angket terbuka, terlihat sebagian besar siswa menun jukkan kesan positif terhadap penerapan model siklus belajar hipotesis deduktif. Dari angket terbuka diperoleh pendapat siswa, antara lain mereka merasa: (1) memperoleh pengalaman langsung untuk menyelidiki fenomena yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan; (2) terpacu berpartisipasi aktif dalam pembela jaran; (3) terlibat dalam kerja sama; (4) mema hami aplikasi konsepkonsep yang telah dipe lajari dalam kehidupan seharihari; (5) mema hami materi yang diajarkan dengan baik; (6) suasana belajar menjadi lebih santai dan me nyenangkan; dan (7) termotivasi dalam belajar kimia.
Tanggapan Guru Hasil wawancara dengan guru menun
jukkan bahwa guru memberikan kesan positif terhadap model siklus belajar hipotesisde duktif. Menurut guru, model siklus belajar hi potesisdeduktif dapat membantu dalam me ngelola pembelajaran dan menciptakan sua sana belajar yang aktif dan menyenangkan bagi siswa. Dalam pembelajaran ini, guru merasakan bahwa siswa terlibat aktif aktif dalam menggali informasiinformasi yang berkaitan dengan fenomena yang disajikan.
Model siklus belajar hipotesisdeduktif melibatkan siswa secara langsung melakukan pengujian hipotesis melalui percobaan se hingga dapat menambah pengetahuan siswa yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, yaitu hasil belajar siswa akan semakin meningkat. Lebih lanjut, model siklus belajar hipotesisdeduktif juga membuat guru menjadi lebih termotivasi mem pelajari berbagai sumber informasi agar dapat membimbing siswa dalam kegiatan pembela jaran serta guru terinspirasi membuat program pembelajaran inovatif yang sejenis.
Masih menurut guru, model siklus belajar hipotesisdeduktif yang diterapkan memberi kan beberapa manfaat, antara lain: (1) mem peroleh pengalaman baru dalam mengelola pembelajaran sehingga guru lebih termotivasi
mempelajari berbagai sumber informasi untuk membimbing siswa; (2) memudahkan dalam mengelola pembelajaran; (3) memudahkan meng ajarkan konsepkonsep agar mudah dipahami siswa; dan (4) meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil bela jar siswa. Lebih lanjut, menurut guru, model siklus belajar hipotesisdeduktif memiliki be berapa kelebihan, antara lain: (1) pembelajaran terpusat pada siswa dan guru hanya sebagai mediator; (2) terdorongnya siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran; (3) pelaksanaannya lebih praktis dan terarah; (4) peningkatan pe mahaman siswa terhadap materi kimia; (5) pelatihan pemecahan masalah; (6) pening katan hasil belajar siswa; dan (7) peningkatan kemampuan siswa mengaplikasikan sifat koli gatif larutan dalam kehidupan seharihari.
Pembahasan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
model siklus belajar hipotesisdeduktif berpe ngaruh terhadap hasil belajar siswa. Pening katan hasil belajar siswa pada kelas ekspe rimen dan kelas kontrol terlihat dari hasil pretes dan postes yang diperoleh siswa. Hasil pretes siswa menunjukkan skor ratarata pada kelas eksperimen (30,03) tidak berbeda secara signifikan dari skor ratarata kelas kontrol (25,59). Sementara itu, hasil postes menun jukkan skor ratarata pada kelas eksperimen (80,82) lebih tinggi daripada skor ratarata kelas kontrol (73,12). Selain itu, ketuntasan yang dicapai oleh siswa pada kelas eksperimen juga lebih tinggi (79,59%) daripada ketuntasan siswa pada kelas kontrol (36,73%). Dengan demikian, jumlah siswa yang sudah me menuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada kelas eksperimen lebih banyak daripada kelas kontrol.
Dari hasil di atas dapat dilihat bahwa tampak adanya perbedaan hasil pretes siswa, namun tidak signifikan. Adanya perbedaan ha sil pretes siswa tersebut tidak mempengaruhi pengujian hipotesis. Hal ini disebabkan oleh adanya pengendalian variabel kovariat dalam statistik anakova. Variabel kovariat yang di curigai dapat mengganggu hasil penelitian ini adalah kemampuan awal siswa. Berdasarkan hasil ANCOVA, diperoleh nilai F sebesar 1,104 dengan angka signifikansi 0,109. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan (0,109 > 0,05) dari variabel kovariat terhadap hasil belajar siswa. Dengan demikian,
53 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2011, 4655
perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol disebabkan oleh perbedaan perlakuan yang diberikan, bukan karena pengaruh dari kemampuan awal siswa.
Di samping itu, dari uji ANCOVA yang dilakukan terhadap hasil belajar siswa dipe roleh nilai F sebesar 19,450 dengan angka signifikansi sebesar 0,000 (kurang dari 0,05). Nilai statistik yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model siklus belajar hipotesisdeduktif lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pem belajaran ekspositori. Hal ini terjadi karena model siklus belajar hipoteisdeduktif memi liki kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori. Model siklus belajar hipotesisdeduktif berangkat dari suatu perta nyaan yang mengarah pada penciptaan hipo tesis. Hipotesis tersebut diuji secara langsung melalui kegiatan eksperimen sehingga hipo tesis yang diajukan diterima atau ditolak. Selain itu, model siklus hipotesisdeduktif juga mengharapkan siswa menemukan konsep sen diri sehingga konsep yang dipelajari dapat diingat lebih lama.
Model siklus belajar hipotesisdeduktif, menuntut siswa untuk menjelaskan fenomena, merumuskan, dan membuktikan hipotesis sen diri. Model siklus belajar hipotesisdeduktif merupakan model pembelajaran yang me mungkinkan siswa mampu mengemukakan ga gasan yang sudah mereka kuasai dan menguji serta mendiskusikan gagasan tersebut secara terbuka sehingga akan memberi kontribusi pa da peningkatan hasil belajar siswa.
Sementara itu, model pembelajaran eks positori lebih memusatkan pada penyajian informasi secara detail kepada siswa. Seba gian besar informasi yang disajikan oleh guru adalah informasi yang ada di buku. Setelah semua informasi disajikan, pembelajaran dilan jutkan dengan memberikan latihan soalsoal. Soalsoal tersebut diambilkan dari bagian akhir suatu bab buku. Dalam pembelajaran ini, siswa dipandang sebagai individu pasif yang tugas nya mendengarkan, mencatat, menghafal, dan bukan mengkonstruksi pengetahuan sehingga menyebabkan siswa kurang dapat mengopti malkan kemampuan berpikirnya (Sungur et al., 2006). Pembelajaran seperti ini dapat menga baikan minat siswa dan menyebabkan siswa belajar dengan menghafal materi sehingga sis
wa kesulitan menghubungkan materi yang dipelajari dengan kehidupan siswa (Nasution, 2004).
Berdasarkan pemaparan masingmasing model pembelajaran tersebut, terlihat bahwa model siklus belajar hipotesisdeduktif dapat menuntun proses berpikir siswa dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori. Hal ini menyebab kan pengembangan pola pikir yang dialami siswa juga berbeda. Siswa yang belajar dengan model siklus belajar hipotesisdeduktif dibiasa kan mengidentifikasi sebuah fenomena dengan memberdayakan kemampuan berpikirnya. Oleh karena itu, secara tidak langsung, hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model siklus belajar hipotesisdeduktif lebih baik diban dingkan dengan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran eks positori.
Pernyataan di atas diperkuat dengan ada nya respon/tanggapan yang positif dari guru dan siswa terhadap model siklus belajar hipo tesisdeduktif. Bahkan, pada penelitian ini tanggapan siswa terhadap model siklus belajar hipotesisdeduktif tergolong sangat baik de ngan skor ratarata mencapai 36,63. Penerapan model siklus belajar hipotesisdeduktif mem buat guru lebih mudah dalam mengelola pem belajaran di kelas karena selama pembelajaran berlangsung siswa terlihat lebih aktif terutama pada saat diskusi kelompok dan diskusi kelas yang membahas tentang fenomena yang ber kaitan dengan materi yang akan diajarkan. Siswa juga tampak aktif dalam melakukan pengujian hipotesis dan penarikan kesimpulan berdasarkan data hasil percobaan. Guru juga menjadi lebih termotivasi untuk mempelajari berbagai sumber informasi agar dapat mem bimbing siswa dalam mengemukakan hipotesis dan pertanyaan kausal berdasarkan fenomena yang disajikan. Hal ini menunjukkan bahwa model siklus belajar hipotesisdeduktif dapat meningkatkan minat siswa terhadap mata pela jaran kimia. Apabila minat siswa terhadap pel ajaran kimia meningkat, maka siswa akan menjadi lebih termotivasi belajar kimia. Di samping itu, pembelajaran ini dapat mening katkan keterampilan siswa dalam meme cahkan masalah serta siswa dapat mengetahui aplikasi konsepkonsep yang telah dipelajari dalam kehidupan seharihari sehingga mem buat pemahaman siswa terhadap materi kimia menjadi semakin meningkat. Hasil penelitian
Yuniawati, Model Siklus Belajar HipotesisDeduktif untuk Meningkatkan Hasil Belajar 54
ini sejalan dengan hasilhasil penelitian yang dilakukan Suma (1999), Sudiatmika (1997), Sujanem & Adiarta (2000), Rapi & Adiarta (2001), Prihantono (1999), Manuaba (1999), Wiarta (1999), dan Aryantini (2003) bahwa strategi pembelajaran dengan siklus belajar dapat meningkatkan penguasaan konsep dan hasil belajar siswa.
Penutup Dari hasilhasil yang diperoleh dalam
penelitian ini, dapat disimpulkan sebagai ber ikut. (1) Hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model siklus belajar hipotesisdeduktif lebih baik daripada hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran eks positori. (2) Tanggapan guru terhadap model siklus belajar hipotesisdeduktif sangat positif, yaitu model siklus belajar hipotesisdeduktif dapat: (a) memberikan pengalaman baru dalam mengelola pembelajaran sehingga guru lebih termotivasi mempelajari berbagai sumber in formasi untuk membimbing siswa; (b) memu dahkan guru dalam mengelola pembelajaran; (c) memudahkan mengajarkan konsepkonsep agar mudah dipahami oleh siswa; dan (d) me ningkatkan motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (3) Tanggapan siswa terhadap model siklus belajar hipotesisdeduktif tergolong sangat baik. Sis wa berpendapat bahwa model siklus belajar hipoteisdeduktif dapat: (a) memperoleh pe ngalaman langsung menyelidiki fenomena yang berkaitan dengan materi yang dipelajari; (b) memacu partisipasi aktif dalam pembela jaran; (c) memacu terjadinya kerja sama; (d) memahami aplikasi konsepkonsep yang telah dipelajari dalam kehidupan seharihari; (e) memahami materi yang diajarkan dengan baik; (f) membuat suasana belajar menjadi lebih san tai dan menyenangkan; dan (g) memotivasi dalam belajar kimia.
Berdasarkan hasilhasil yang telah dicapai pada penelitian ini dapat disarankan sebagai berikut. (1) Model siklus belajar hipotesis deduktif dapat dijadikan salah satu alternatif model pembelajaran oleh guruguru dalam melaksanakan pembelajaran kimia sehingga pembelajaran yang dilaksanakan lebih variatif dan tidak menoton sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. (2) Model siklus belajar hipotesis deduktif perlu diterapkan pada lebih banyak topiktopik kimia sehingga dapat diketahui reliabilitas dari pe
ngaruh model siklus belajar hipotesisdeduktif terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Daftar Rujukan Aryantini, N.P. (2003). Efektivitas strategi
pengubah konsepsi dengan siklus belajar hipotesisdeduktif dalam pembelajaran IPA (fisika) di SMU Negeri 2 Singaraja. Skripsi. (tidak diterbitkan). Singaraja: IKIP Negeri Singaraja.
Dahar, R. W. (2003). Teoriteori belajar. Ja karta : Erlangga.
Emzir. (2007). Metodologi penelitian pendi dikan kuantitatif dan kualitatif. Jakarta: Grafindo.
Lawson, A.E. (1995). Science teaching and the development of thinking. California: Wad sworth Publishing Company Belmont.
Manuaba, I.B.P. (2000). Penerapan model si klus belajar empirisinduktif dalam pembelajaran usaha dan suhu sebagai upaya peningkatan aktivitas belajar siswa dan mengembangkan sikap ilmiah siswa kelas IA cawu 3 1999/2000 di SLTPN Denpasar. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: STKIP Singaraja.
Nasution, S. (2004). Didaktik asasasas me ngajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Prihantono, T. (1999). Penerapan siklus be lajar hipotesisdeduktif dalam pembe lajaran bunyi sebagai gelombang pada siswa kelas I 6 cawu 3 SMUN 2 Singa raja Tahun ajaran 1999/2000. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: STKIP Singaraja.
Rapi, N.K. & Adiarta, A. (2001). Imple mentasi strategi siklus belajar hipotesis deduktif dengan peta konsep dalam pembelajaran fisika di SMU Negeri I Singaraja. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Singaraja: IKIP Negeri Si ngaraja.
Ratumanan, T. G. & Laurens, T. (2003). Eva luasi hasil belajar. Semarang: Unesa University Press.
Redhana, I W. & Kirna, I M. (2004). Iden tifikasi miskonsepsi siswa SMA Negeri di kota Singaraja terhadap konsepkonsep kimia yang dilakukan setelah pembela jaran. Laporan Penelitian (tidak diter bitkan). Singaraja: IKIP Negeri Singa raja.
Redhana, I W. (2007). Chemistry teachers’ views toward teaching and learning and
55 Jurnal Pendidikan Kimia Indonesia, Volume 1, Nomor 2, Oktober 2011, 4655
assessment of critical thinking skill. Proceeding of the first international of science education. ISBN: 9792505997. 498504.
Sadia. (1998). Model konstruktivisme dalam pembelajaran sains (suatu alternatif pem belajaran sains berdasarkan paradigma konstruktivisme). Orasi ilmiah disampai kan pada Dies Natalis V dan Wisuda IX STKIP Singaraja, 24 Maret 1998.
Santyasa, I W. (2004). Pengaruh model dan seting pembelajaran terhadap remidiasi miskonsepsi, pemahaman konsep, dan hasil belajar fisika siswa SMU. Disertasi. Malang: Program Pasca Sarjana Uni versitas Negeri Malang.
Simamora, M. & Redhana, I W. (2006). Iden tifikasi miskonsepsi guru kimia pada pembelajaran konsep struktur atom. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ga nesha.
Sudiatmika, A.A.I.A.R. (1997). Penguasaan konsep zat dan wujudnya melalui siklus belajar empirisinduktif (studi kuasi eks perimental dalam pandangan konstruk tivisme pada siswa kelas I SLTP Negeri I Denpasar Bali). Tesis (tidak diterbitkan). Bandung: Program Pasca Sarjana IKIP Bandung.
Sujanem, R. & Adiarta, A. (2000). Imple mentasi strategi siklus belajar empiris induktif dengan peta konsep dalam pengubahan konseptual tentang listrik pada siswa SLTP Lab. STKIP Singaraja. Laporan Penelitian (tidak diterbitkan). Singaraja: STKIP Singaraja.
Suma, K. (1999). Pengaruh penerapan stra tegi siklus belajar terhadap perubahan konsepsi siswa dalam penguasaan dina mika gerak lurus di SMU (studi pem belajaran dalam pandangan konstruk tivisme). Laporan Penelitian (tidak diter bitkan). Singaraja: STKIP Singaraja.
Sungur, S., Tekkaya, C., & Geban, O. (2006). Improving achievement through problem based learning. JBE, 40(4), 155160. Tersedia pada: http://www. iob.org/ user files/ File/JBBE 404Sungur.pdf. Diakses tanggal 2 September 2010.
Tsapartis, G. & Zoller, U. (2003). Evaluation of higher vs. lowerorder cognitive skills type examination in chemistry: impli cations for university in class assessment and examination. U.Chem.Ed. 7, 5057.
Wiarta, I M.D. (2000). Upaya menuntaskan hasil belajar dan meningkatkan aktivitas siswa melalui strategi belajar empiris induktif dalam pembelajaran suhu dan pemuaian pada siswa kelas I cawu 3 SLTP Paramadipta Gulingan pelajaran 1999/2000. Skripsi (tidak diterbitkan). Singaraja: STKIP Singaraja.
Yuliandari, I. (2008). Komparasi keefektifan individual creative problem solving dan group creative problem solving terhadap keterampilan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Singaraja tahun pela jaran 2007/2008. Skripsi. (tidak diter bitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja