POTENSI KOMBINASI EKSTRAK ETANOL DAUN
KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa) DAN DAUN LIDAH
BUAYA (Aloe vera) SEBAGAI ANTIHIPERLIPIDEMIK
PADA TIKUS PUTIH (Rattus novergicus) JANTAN DIABETES
Kajian Terhadap Kadar Kolesterol Total
Usulan Penelitian
Diajukan guna menyusun Karya Tulis Ilmiah untuk memenuhi
sebagian syarat memperoleh derajat Sarjana Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat
Diajukan Oleh :
Novita Sari
I1A007066
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
BANJARBARU
Mei, 2010
HALAMAN PENGESAHAN
Usulan Penelitian KTI 1 oleh Novita Sari Telah dipertahankan di depan dewan penguji
Pada tanggal 24 Mei 2010
Dewan Penguji
Ketua (Pembimbing Utama)
Dra. Fujiati, M.Si
Anggota
(Pembimbing Pendamping)
dr. Edyson, M.Kes
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Diabetes Mellitus merupakan penyakit tidak menular yang akan meningkat
jumlahnya dimasa datang. Diabetes sudah merupakan salah satu ancaman utama
bagi kesehatan umat manusia pada abad 1. Perserikatan Bangsa-bangsa (WHO)
membuat perkiraan bahwa pada tahun 2000 jumlah pengidap diabetes di atas
umur 20 tahun berjumlah 150 juta orang dan dalam kurun waktu 25 tahun
kemudian,pada tahun 2025, jumlah itu akan membengkak menjadi 300 juta orang
(1).
Pada Diabetes Mellitus (DM) terjadi gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein serta ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah
(hiperglikemia) dan urin (glukosuria) (2). Hal ini disebakan karena kekurangan
hormon insulin yang dapat berakibat pada metabolisme di dalam tubuh manusia
baik dari proses metabolisme karbohidrat, lipid dan protein (3).
Insulin berperan meningkatkan pemakaian glukosa sebagai energi bagi
jaringan tubuh, dan secara otomatis mengurangi pemakaian sumber lain yaitu
lemak. Oleh karena itu, bila insulin tidak ada atau tubuh kekurangan insulin maka
terjadi gangguan metabolisme lipid. Defisiensi insulin akan meningkatkan
terjadinya pemecahan lemak di jaringan adiposa yang kemudian dilepaskan ke
aliran darah (4).
1
Bila insulin tidak ada atau sangat sedikit maka enzim LSH menjadi sangat
aktif untuk menghidrolisis trigliserida yang disimpan di jaringan adiposa sehingga
terjadi pelepasan asam lemak dan gliserol pada sirkulasi darah dalam jumlah
sangat banyak. Kolesterol diangkut dalam darah sebagai komponen lipoprotein
darah. Dalam darah kilomikron akan beralih menjadi sisa kilomikron yang kaya
kolesterol dan akan membentuk asam lemak dan kolesterol bebas. Asam lemak
bebas yang berlebihan dalam plasma akan meningkatkan pembentukan kolesterol
bebas. Defisiensi insulin akan menghambat proses lipogenesis di jaringan adipose
dan hati sehingga terjadi peningkatan kadar kolesterol, VLDL,LDL, dan
rendahnya kadar HDL. Akumulasi lipid dalam darah akan meningkatkan oksidasi
dan menyebabkan terjadinya sumbatan dan plak di pembuluh darah sehingga
mengakibatkan berbagai komplikasi fatal (5).
Untuk mengatasi berbagai komplikasi penyakit akibat tingginya kadar gula
dan kolesterol dalam darah, harus dilakukan upaya diet makanan yang rendah
kalori dan lemak, selain itu juga dibantu dengan pemberian obat antihiperglikemik
sekaligus antihiperlipidemik yang menggunakan obat herbal melalui pemanfaatan
bahan alam yang relatif tidak memiliki efek samping,harganya juga relatif murah
dan mudah dibudidayakan sendiri salah satu contohnya adalah daun karamunting
dan lidah buaya.
Berdasarkan penelitian Sulistyo dkk, daun karamunting (Rhodomyrtus
tomentosa), menunjukkan adanya senyawa golongan flavonoid, steroid,
triterpenoid, tanin galat, tanin katekat, kuinon dan unsur natrium, kalsium, kalium
serta magnesium (22).
Diantara zat-zat tersebut flavonoid merupakan zat yang paling efektif
menurunkan kadar kolesterol darah karena flavonoid bekerja meningkatkan
kolesterol HDL. Daun lidah buaya memiliki fungsi membantu menstabilkan kadar
kolesterol darah (7). Ishii, melaporkan bahwa pemberian lidah buaya gel pada diet
menyebabkan penurunan total lemak, menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida,
meningkatkan kadar HDL dan menormalkan kadar gula darah (8).
Penelitian yang mengkaji pemanfaatan masing-masing ekstrak daun
karamunting dan lidah buaya sebagai antihiperglikemik pada pasien diabetes
mellitus sudah pernah dilakukan. Namun, penelitian yang mengkaji tentang
pemanfaatannya sebagai kombinasi antihiperlipidemik (kajian terhadap kadar
kolesterol total) belum pernah dilakukan. Sehingga pada penelitian ini akan dikaji
lebih lanjut mengenai potensi kombinasi ekstrak etanol daun karamunting dan
lidah buaya sebagai antihiperlipidemik dengan mengukur kadar kolesterol total
pada darah tikus diabetes.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah,maka permasalahan yang
akan diteliti adalah dapatkah ekstrak etanol daun karamunting dan lidah buaya
menurunkan kadar kolesterol total pada darah tikus jantan yang didiabeteskan?
C.Tujuan penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini untuk membuktikan adanya pengaruh dari
pemberian ekstrak metanol daun karamunting dan lidah buaya terhadap kadar
kolesterol total pada tikus putih jantan diabetik .
Tujuan khusus ini untuk mengukur kadar kolesterol total pada tikus putih
jantan yang hiperglikemia setelah diberikan kombinasi ekstrak etanol daun
karamunting dan lidah buaya.
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi klinis mengenai
khasiat kombinasi ekstrak etanol daun karamunting dan lidah buaya sebagai bahan
alam yang berkhasiat untuk menurunkan kadar kolesterol total pada kasus
diabetes melitus. sehingga berguna bagi pengembangan keilmuan lebih lanjut dan
membentuk gagasan-gagasan baru tentang terapi herbal terbaru untuk mencegah
komplikasi pada diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Diabetes Mellitus dan Hiperlipidemia
Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya (9).
Secara klinis terdapat 2 macam diabetes tetapi sebenarnya ada yang
berpendapat diabetes hanya merupakan suatu spektrum defisiensi insulin. Individu
yang kekurangan insulin secara total atau hampir total dikatakan sebagai diabetes
juvenile onset atau insulin dependent atau ketosis prone, karena tanpa insulin
dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan ketoasidosis. Pada
ekstrem yanglain terdapat individu yang stable atau maturity onset atau non-
insulin dependent. Orang-orang ini hanya menunjukkan defisiensi insulin yang
relatif dan walaupun banyak diantara mereka mungkin memerlukan suplementasi
insulin, tidak akan terjadi kematian karena ketoasidosis walaupun insulin eksogen
dihentikan (10).
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa darah di atas nilai normal
yaitu lebih dari 110 mg/dl (11). Hiperglikemia merupakan penyebab awal
terjadinya kerusakan jaringan pada diabetes melitus. Sel yang paling peka dan
mengalami kerusakan akibat hiperglikemia adalah sel endotelial retina, sel
mesangial glomerulus, sel neuron dan sel schwan pada jaringan saraf perifer (12).
5
Lemak diperoleh dari makanan atau dibentuk di dalam tubuh,terutama di
hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel lemak untuk digunakan di kemudian hari.
Sel-sel lemak juga melindungi tubuh dari dingin dan membantu melindungi tubuh
terhadap cedera. Lemak merupakan komponen penting dari selaput sel, selubung
saraf yang membungkus sel-sel saraf serta empedu (10).
B. Lipid dan lipoprotein
Di dalam darah manusia ditemukan tiga jenis lipid yaitu kolesterol,trigliserid
dan fofolipid. Oleh karena sifat lipid yang susah larut dalam lemak,maka perlu
dibuat bentuk yang terlarut. Untuk itu dibutuhkan suatu zat pelarut yaitu suatu
protein yang dikenal sembilan jenis apoprotein yang diberi nama secara alfabetis
yaitu Apo A,Apo B,Apo C, Apo E.Senyawa lipid dengan apoprotein ini dikenal
dengan nama lipoprotein (10).
C. Metabolisme lipid pada penderita Diabetes Melitus
Pada penderita Diabetes Melitus akan terjadi kelainan metabolisme tubuh,
dan salah satunya adalah lipid, yaitu peningkatan katabolisme lipid dengan
peningkatan pembentukan benda- benda keton dan juga menurunnya sintesis asam
lemak dan trigliserid (13). Dengan kelainan metabolisme lipid yang besar inilah,
maka diabetes melitus sering disebut sebagai suatu penyakit metabolisme lemak.
Lima puluh persen glukosa yang dimakan dibakar menjadi CO2 dan H2O, 5%
diubah menjadi glikogen, dan sekitar 30 40% diubah menjadi lemak dalam
depot lemak. Bagi penderita diabetes melitus terjadi penurunan pengubahan
glukosa menjadi asam lemak dalam depot lemak karena defisiensi glukosa intrasel
(140. Insulin menghambat lipase sensitif hormon dalam jaringan adiposa, dan
tanpa enzim ini terjadi peningkatan 2 kali kadar asam lemak bebas plasma.
Peningkatan glukagon juga meningkatkan mobilisasi asam lemak (15). Jadi, pada
penderita diabetes melitus kadar lemak bebas paralel dengan kadar glukosa darah
merupakan indikator baik mengenai beratnya diabetes melitus (16)
Dalam hati dan jaringan lain, asam lemak dikatabolisme menjadi asetil ko-
A. Sebagian asetil ko-A dibakar bersama dengan residu asam amino menjadi CO2
dan H2O dalam siklus asam sitrat tetapi suplainya melebihi kapasitas katabolisme
asetil ko-A jaringan. Di hati penderita diabetes melitus terjadi peningkatan
glukoneogenesis dan banyaknya glukosa dalam sirkulasi, selain itu juga terdapat
kegagalan pengubahan asetil ko-A menjadi malonil ko-A yang kemudian menjadi
asam lemak (17).
D.Kadar Kolesterol Darah dan Pengaturannya
Kadar kolesterol darah adalah kadar kolesterol yang terlarut dalam plasma
darah. Kolesterol terdapat dalam jaringan dan lipoprotein plasma yang bisa berupa
kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang sebagai ester
kolesterol. Kolesterol sangat larut dalam lemak tetapi hanya sedikit yang larut
dalam air, dan membentuk ester dengan asam lemak. Kolesterol merupakan
produk metabolisme hewan sehingga terdapat banyak pada makanan yang berasal
dari hewan seperti kuning telur, daging, hati, dan otak (4).
Separuh dari jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis dan sisanya
berasal dari makanan sehari-hari yang berupa karbohidrat (glukosa ), lemak (
asam lemak), dan protein (asam amino). Pada dasarnya kolesterol beredar dalam
bentuk lipoprotein plasma yang dibentuk oleh hati, tetapi semua sel tubuh selain
hati juga membentuk kolesterol meskipun dalam jumlah yang sedikit. Manfaat
kolesterol non membran adalah untuk membentuk asam kolat di dalam hati.
Sekitar 80% kolesterol digunakan untuk membentuk asam kolat ini. Selain itu
kolesterol berkonjugasi dengan zat lain untuk membentuk garam empedu, yang
membantu pencernaan dan absorpsi lemak. Sisanya sekitar 20% kolesterol
digunakan untuk berbagai keperluan antara lain membentuk hormon
adrenokortikal, membentuk progesteron dan estrogen, dan untuk membentuk
testosteron. Sebagian besar kolesterol diendapkan dalam lapisan korneum (4).
Sekitar 1 gram kolesterol dieliminasi dari tubuh setiap hari. Separuh dari
kolesterol ini diekskresikan ke dalam feses setelah dikonversi menjadi asam
empedu, dan sisanya diekskresikan sebagai kolesterol (18).
Peningkatan jumlah kolesterol yang dicerna tiap hari sedikit meningkatkan
konsentrasi plasma, tetapi bila kolesterol diabsorbsi oleh selsel tubuh maka
peningkatan konsentrasi kolesterol menghambat enzim 3- hidroksi-3metilglutaril
KoA reduktase untuk pembentukan kolesterol, dan ini menjadi suatu sistem
kontrol umpan balik intrinsik untuk mencegah peningkatan konsentrasi kolesterol
plasma yang berlebihan. Akibatnya konsentrasi kolesterol darah biasanya tidak
berubah naik atau turun kurang lebih 15%, kecuali apabila dilakukan pengubahan
jumlah kolesterol dalam diet. Diet lemak yang sangat jenuh meningkatkan
konsentrasi kolesterol darah 15 25%. Kondisi ini diakibatkan oleh peningkatan
penimbunan lemak dalam hati yang menyebabkan peningkatan jumlah asetil Ko-
A dalam sel hati untuk menghasilkan kolesterol. Oleh karena itu, untuk
menurunkan konsentrasi kolesterol darah sangat penting yaitu dengan
mempertahankan diet rendah lemak jenuh dan diet rendah kolesterol. Pada
penderita diabetes melitus yang kekurangan insulin terjadi peningkatan
konsentrasi kolesterol darah (4).
Gambar 2.1 Kolesterol (Cholest-5-en-3-ol)
Kadar kolesterol darah yang meningkat inilah yang dapat mempercepat
terjadinya penyakit aterosklerosis vaskuler yang merupakan komplikasi dari
diabetes melitus ini (19). Peningkatan kolesterol darah disebabkan oleh kenaikkan
kolesterol yang terdapat pada very-low- density beta lipoprotein dan low
density- beta lipoprotein sekunder karena peningkatan trigliserida yang besar
dalam sirkulasi (16).
Biosintesis kolesterol dapat dijelaskan sebagai berikut : Dua molekul asetil
Ko-A berkondensasi membentuk asetoasetil KoA yang dikatalisis oleh enzim
sitosol tiolase. Asetoasetil KoA berkondensasi dengan molekul asetil KoA
berikutnya yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintase untuk membentuk
HMG-KoA. Selanjutnya HMG-KoA dikonversi menjadi mevalonat dengan
dikatalisis oleh enzim HMG- KoA reduktase. Setelah terbentuk mevalonat, maka
mevalonat mengalami fosforilasi oleh ATP untuk membentuk beberapa
intermediet terfosforilasi aktif dan kemudian mengalami dekarboksilasi untuk
membentuk unit isoprenoid aktif yaitu isopentenil difosfat yang mengalami
kondensasi membentuk farnesil difosfat. Proses ini terjadi lewat isomerisasi
senyawa isopentenil difosfat yang melibatkan pergeseran ikatan rangkap untuk
membentuk dimetilalil difosfat yang berkondensasi dengan isopentenil difosfat
lainnya untuk membentuk intermediet dengan 10 karbon yaitu geranil difosfat.
Kondensasi lebih lanjut dengan isopentenil difosfat membentuk farnesil difosfat
tersebut di atas (4).
Dua molekul farnesil difosfat berkondensasi dengan ujung difosfat dalam
sebuah reaksi yang melibatkan eliminasi pirofosfat anorganik untuk membentuk
pra skualen difosfat dan kemudian diikuti oleh reduksi NADPH yang disertai
eliminasi radikal pirofosfat anorganik sisanya dan dihasilkan skualen, kemudian
skualen dikonversi menjadi lanosterol melalui proses siklisasi (4).
Tahap terakhir yaitu pembentukan kolesterol dari lanosterol yang
berlangsung dalam membran retikulum endoplasma dan melibatkan perubahan
pada inti steroid serta rantai samping. Kolesterol dihasilkan saat ikatan rangkap
rantai samping direduksi (4).
Pengaturan sintesis kolesterol terjadi pada tahap HMG KoA reduktase HMG
KoA reduktase ini di hati dihambat oleh mevalonat. Sintesis kolesterol juga
dihambat oleh LDL kolesterol yang diambil lewat reseptor LDL sedangkan
pemberian hormon insulin meningkatkan aktivitas HMG KoA reduktase.
Peningkatan kolesterol dapat terjadi akibat pengambilan lipoprotein yang
mengandung kolesterol oleh reseptor LDL atau reseptor skavenger, pengambilan
kolesterol bebas dari lipoprotein yang kaya kolesterol ke membran sel, sintesis
kolesterol, dan hidrolisis ester kolesterol oleh enzim ester kolesteril hidrolase
(4).Sedangkan penurunan kolesterol dapat terjadi karena aliran kadar kolesterol
dari membran sel ke lipoprotein yang potensial kolesterolnya rendah (20).
Lebih jelasnya, biosintesis kolesterol dapat dilukiskan dengan bagan:
Gambar 2.2 : Biosintesis kolesterol
E. Kadar kolesterol
Kadar kolesterol normal pada manusia adalah < 200 mg/dl. Kadar kolesterol
dikatakan tinggi apabila kadar kolesterol > 240 mg/dl. Mekanisme peningkatan
kadar kolesterol darah pada penderita diabetes melitus yang resistensi insulin
,hormon sensitive lipase di jaringan adipose akan menjadi aktif sehingga lipolisis
trigliserid (10).
.
F.Tanaman karamunting
Taksonomi dari karamunting adalah sebagai berikut (21):
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Rhodomyrtus
Spesies : Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk
Karamunting ini berupa perdu, tegak, tinggi 0,5-4m, banyak bercabang,
bersisik dan berambut.Daun tunggal, bertangkai, letak berhadapan dan bersilang.
Helai daun berbentuk bundar telur memenjang sampai lonjong,ujung lancip,
pangkal membulat, tepi rata, permukaan berambut pendek yang jarang dan kaku
sehingga terba kasar dengan 3 tulang daun yang melengkung, panjang 2-20 cm,
lebar 0,75-8,5, bewarna hijau (22).
Tanaman karamunting berkembang biak dengan biji.perbungaan majemuk
keluar di ujung cabang berupa malai rata dengan jumlah bunga tiap malai 4018,
mahkota 5, bewarna ungu tua kemerahan.biji kecil-kecil, bewarna cokelat. Buah
dapat dimakan, sedangkan daun muda bisa dimakan sebagai lalapan atau disayur.
Karamunting tumbuh liar pada tempat-tempat yang mendapat cukup sinar
matahari, yaitu di lereng gunung,semak belukar, lapangan yang tidak terlalu
gersang,atau di daerah obyek wisata sebagai tanaman hias. Tumbuhan ini dapat
ditemukan hingga ketinggian 1.650m di atas permukaan laut. Secara lebih jelas
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.3 Morfologi daun karamunting (Rhodomyrtus tomentosa)
Secara umum karamunting mengandung berbagai senyawa kimia
diantaranya senyawa golongan flavonoid, saponin, tanin katekat/galat, steroid,
triterpenoid, dan unsur anorganik seperti natrium, kalium, kalsim serta magnesium
(22).
Flavonoid merupakan zat yang paling efektif menurunkan kadar kolesterol
darah karena flavonoid bekerja dengan cara menekan pembentukan oksidasi LDL
dan proses inflamasi pada dinding arteri (23).
Daun merupakan bagian dari tanaman karamunting yang digunakan di
masyarakat sebagai obat tradisional dan telah dikaji secara ilmiah sebagai penurun
gula darah (hipoglikemik) (6).
G.Tanaman Lidah buaya
Taksonomi dari lidah buaya adalah sebagai berikut : (23)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo : Asparagales
Famili : Asphodelaceae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera L.
Aloe vera merupakan tanaman yang tumbuh setinggi 60-100 cm (24-39
inci). Daunnya tebal, berwarna hijau hingga hijau keabu-abuan, dengan beberapa
variasi bintik-bintik putih pada bagian atas dan permukaan yang lebih rendah.
Tepi daunnya bergigi tajam dan mempunyai gerigi putih yang kecil berukuran
panjang 40-60 cm dan lebar pelepah bagian bawah 8-13 cm dan tebal antara 2-3
cm. Bunganya dihasilkan pada musim panas, sejenis paku-pakuan yang mencapai
tinggi 90 cm (35 inci), masing-masing bunga terjuntai dengan mahkota bunga
berwarna kuning berukuran panjang 2-3 cm (0.8-1.2 inci). Seperti spesies Aloe
yang lain, Aloe vera membentuk arbuscular mycorrhiza, simbiosis yang membuat
tanaman ini dapat mengambil nutrisi mineral dari tanah dengan baik (24). Secara
lebih jelas dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.4. Morfologi lidah buaya (Aloe vera)
Penggunaan ekstrak gel lidah buaya dapat menurunkan kadar glukosa darah,
transaminase heapatic, plasma dan jaringan, kolesterol, trigliserid, asam lemak
bebas dan fosfolipid dan dapat meningkatkan plasma insulin (25). Pada gel lidah
buaya terdapat glukomanan yang merupakan bahan aktif penurun kolesterol yang
berlebih (24).
Glukomanan adalah serat tinggi yang penting untuk membersihkan sistem
pencernaan. Glukomanan merupakan serat larut (Selube Dietary Fiber, SDF),
karena glukomanan dapat menyerap 200 kali berat air. Glukomanan dapat
mengontrol kegemukan, kadar gula darah, membantu mencegah kanker, sembelit,
dan mereduksi kolesterol. Glukomanan juga efektif untuk obat pencahar atau
laxative (26).
Glukomanan dapat menurunkan kadar kolesterol darah dengan dua cara.
Pertama, glukomanan bergabung dengan kolesterol di dalam asam empedu (cairan
berwarna kekuningan yang diproduksi oleh hati untuk memecah lemak di dalam
usus kecil). Sebagian besar kolesterol di dalam asam empedu akan dikeluarkan
bersama serat sebagai bahan buangan dan tidak diserap lagi. Kolesterol
merupakan bahan dasar pembentuk asam empedu. Untuk menggantikan asam
empedu yang hilang, kolesterol dikeluarkan dari peredaran darah. Peristiwa ini
dapat menurunkan kadar kolesterol. Kedua, serat di dalam usus mengikat asam
lemak sehingga menghambat penyerapan asam lemak yang akhirnya menghalangi
sintesis kolesterol (26).
Beberapa penelitian membuktikan bahwa rendahnya kadar kolesterol dalam
darah ada hubungannya dengan kandungan serat makanan. Secara fisiologis, serat
makanan yang larut (SDF) lebih efektif dalam mereduksi plasma kolesterol yaitu
low density lipoprotein (LDL), serta meningkatkan kadar high density lipoprotein
(HDL) (9).
H. Tikus Putih (Rattus norvegicus) dalam Penelitian
Tikus putih merupakan hewan mamalia dari famili Muridae yang dapat
ditemukan di berbagai bagian bumi. Klasifikasi ilmiah tikus putih adalah sebagai
berikut (27):
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : Rattus norvegicus
Terdapat 2 cara yang dapat dilakukan untuk membuat R. norvegicus
hiperglikemia, yaitu dengan pengangkatan pankreas dan pemberian zat kimia.
Zat kimia sebagai induktor (diabetogen) yang bisa digunakan yaitu aloksan,
streptozotosin, diaksosida, adrenalin, glukagon, ethylenediaminetetraacetic
acid (EDTA) yang diberikan secara parenteral.
Tikus putih yang hiperglikemia dapat diperoleh melalui penggunaan
senyawa kimia seperti aloksan. Senyawa ini telah banyak digunakan untuk
menginduksi keadaan hiperglikemia secara eksperimental karena kemampuannya
merusak sel- pankreas yang menghasilkan insulin. Aloksan bereaksi dengan
merusak substansi esensial di dalam sel beta pankreas sehingga menyebabkan
berkurangnya granula granula pembawa insulin di dalam sel beta pankreas (28).
Penelitian terhadap mekanisme kerja aloksan secara invitro menunjukkan bahwa
aloksan menginduksi pengeluaran ion kalsium dari mitokondria yang
mengakibatkan proses oksidasi sel terganggu. Keluarnya ion kalsium dari
mitokhondria ini mengakibatkan gangguan homeostasis yang merupakan awal
dari matinya sel (29).
BAB III
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
Diabetes melitus disebabkan oleh menurunnya atau berhentinya pengeluaran
insulin dari sel pankreas. Hiperlipidemia juga merupakan masalah besar, karena
diperkirakan kenaikan kadar lemak pada penderita diabetes kira-kira 40--90%.
Akibatnya pasien diabetes mengalami kenaikan kematian 2--3 kali lipat akibat
kelainan jantung bila dibandingkan pasien nondiabetes (9).
Mekanisme peningkatan kadar kolesterol darah pada penderita diabetes
melitus adalah glukosa, asam lemak, dan asam amino yang diperoleh dari
makanan tidak dapat dimetabolisme oleh tubuh secara normal karena reseptor
yang seharusnya cukup menerima asupan yang sesuai mendapat kapasitas yang
lebih sehingga banyak glukosa yang tidak mendapat reseptor (15). Akibatnya,
banyak timbunan glukosa di pembuluh darah yang akan menyebabkan terjadinya
peningkatan kolesterol dan dapat menyebabkan terjadinya komplikasi lanjutan
berupa aterosklerosis dan penyakit vaskular lainnya (18).
Untuk mencegah hal tersebut, maka diperlukan antioksidan yang dapat
menurunkan kadar kolesterol total . Antioksidan tersebut dapat terkandung dalam
bahan alam, salah satunya tumbuhan karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) dari
famili Myrtaceae yang diketahui memiliki kandungan senyawa antioksidan, yaitu
flavonoid. Flavonoid merupakan zat yang paling efektif menurunkan kadar
kolesterol darah karena flavonoid bekerja dengan cara menekan pembentukan
19
oksidasi LDL dan proses inflamasi pada dinding arteri sehingga dapat mencegah
komplikasi dari diabetes melitus (24).
Selain itu, juga dapat digunakan lidah buaya (Aloe vera) mengandung
glukomanan yang merupakan serat larut (Selube Dietary Fiber, SDF). Yang
mempunyai kemampuan menarik senyawa kolesterol dari sistem pencernaan (26).
Gambar 3.1 Skema pengaruh kombinasi ekstrak etanol R. tomentosa dan A.vera
terhadap kadar kolesterol total pada Rattus novergicus jantan
diabetes.
Diabetes
Hiperlipidemik
Induksi aloksan
Kadar kolesterol
Total
Kadar kolesterol
Total
Tanpa ekstrak etanol
R. tomentosa & A.vera
Lipolisis
Dengan ekstrak etanol
R. tomentosa & A.vera
Tikus putih jantan normal
B. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan pada usulan penelitian ini adalah kadar kolesterol
total pada darah tikus putih (R.novergicus) jantan yang diabetes setelah pemberian
kombinasi ekstrak etanol daun karamunting (R.tomentosa) dan lidah buaya
(A.vera) lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak diberi kombinasi ekstrak
etanol daun karamunting (R.tomentosa) dan lidah buaya (A.vera).
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah studi eksperimental dengan
Posttest-Only with Control Group Design. Jumlah minimal pengulangan untuk
setiap kelompok perlakuan adalah 6 ekor dengan menggunakan rumus Federer
(lampiran 1) ditambah 2 ekor untuk antisipasi kematian pada hewan uji.
B. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan penelitian
Bahan yang digunakan adalah darah yang diambil dari jantung 32 ekor
tikus putih jantan dengan berat badan sekitar 250350 gram dan berumur sekitar
3-4 bulan, ekstrak etanol daun karamunting dan lidah buaya, pakan G untuk tikus,
CMC-Na, aloksan, etanol 96%, NaCl 0,9%, reagen EDTA, buffer sitrat 0,1 M (pH
4,5), aquadest, glukosa 5%, metformin dan eter.
2. Alat penelitian
Alat yang digunakan adalah alat pengukur kadar glukosa darah Easy
Touch (Blood Glucose/Uric Acid Dual-Function Monitoring System). Bioptic
Technology, Inc Taiwan, alat gelas (Pyrex), neraca analitik (Gibertini
), sonde
oral tikus, spuit injeksi 3 cc, kandang hewan, timbangan (Hanson
), tempat pelet,
tempat minum, kapas, plester, sarung tangan, masker, dan spektrofotometer
(Genesys 20), sentrifuge (Centurion), kertas saring, dan aluminium foil.
22
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah kombinasi ekstrak etanol daun
karamunting dan lidah buaya.
2. Variabel terikat
Variable terikat penelitian ini adalah kadar kolesterol total pada tikus
jantan.
3. Variabel pengganggu
a. Subyek Penelitian (R. norvegicus)
1). Umur, dikendalikan dengan memilih tikus dengan umur seragam, yaitu
sekitar 3-4 bulan.
2). Berat badan dikendalikan dengan memilih R.norvegicus jantan dengan
berat badan yang seragam, yaitu 250-350 gram.
3). Jenis kelamin, dikendalikan dengan memilih R. norvegicus jantan.
b. Bahan penelitian
Variabilitas individual tanaman karamunting dan lidah buaya
dikendalikan dengan memperoleh dari tanaman yang sama. Daun karamunting
dikendalikan dengan memilih panjang daun 5-7 cm dan lebar 2-3,5 cm
berbentuk oval meruncing. Daun lidah buaya dikendalikan dengan memilih
panjang 40-60 cm dan lebar pelepah bagian bawah 8-13 cm dan tebal antara 2-
3 cm.
c. Alat penelitian
Variabel laboratorium berupa standarisasi alat dikendalikan dengan
melakukan pengkalibrasian alat sebelum melakukan penelitian.
d. Suhu ruangan
Suhu ruangan penelitian dikendalikan dengan menempatkan subyek
penelitian pada ruangan yang sama pada setiap kelompok perlakuan.
e. Faktor fisik dan psikologis hewan penelitian
Faktor fisik dan psikologis hewan penelitian dikendalikan dengan
memberikan perlakuan yang sama pada semua hewan penelitian.
D. Definisi Operasional
1. Kadar glukosa darah adalah kadar gula darah yang diukur pada darah perifer
R. norvegicus jantan hiperglikemia sebelum diberikan ekstrak etanol daun
karamunting dan lidah buaya (untuk memastikan tikus mengalami
hiperglikemia) dalam satuan mg/dl. Kadar glukosa ini diukur dengan alat
pengukur kadar glukosa darah (Easy Touch
) selama 30 detik.
2. Tikus putih jantan hiperglikemia adalah tikus putih (R. norvegicus) jantan
dengan kadar glukosa darahnya dipertimbangkan melebihi kadar glukosa
darah kontrol negatif (> 200 mg/dl).
3. Kadar kolesterol total adalah jumlah kolesterol yang terlarut dalam plasma
darah yang manifestasi dari hasil proses lipogenesis di dalam tubuh.
4. Kombinasi ekstrak etanol daun karamunting dan lidah buaya ialah penyarian
zat yang terkandung dalam daun karamunting dan lidah buaya dengan
menggunakan pelarut etanol.
E. Prosedur Penelitian
1. Persiapan hewan uji dan pembagian kelompok
R. norvegicus sebanyak minimal 32 ekor. Selanjutnya R. norvegicus
tersebut dipisahkan secara acak ke dalam minimal 32 kandang kecil untuk
adaptasi selama 1 minggu. Setiap kandang berisi 1 ekor tikus. Kemudian dibagi
menjadi empat kelompok, dimana kelompok 3 yang diberi perlakuan berupa
pemberian aloksan dan kombinasi ekstrak etanol karamunting dan lidah buaya
serta kelompok 4,dengan perlakuan pemberian aloksan dan metformin yang
dijadikan sebagai dua kelompok perlakuan dan kelompok 1 serta 2 sebagai
kelompok kontrol. Dalam masa adaptasi tikus putih mendapat makanan khusus
tikus dan diberikan secara ad libitum dan sesuai standar Balai Penyidikan dan
Penelitian Veteriner (BPPV) Banjarbaru.
2. Pengumpulan dan determinasi bahan tanaman
Daun karamunting dan lidah buaya dikumpulkan dari tanaman yang
tumbuh di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Identifikasi spesies tanaman yang
akan diteliti dilakukan oleh Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lambung
Mangkurat.
3. Pembuatan ekstrak etanol daun karamunting dan daun lidah buaya
Pembuatan ekstrak
Daun karamunting dibersihkan dan dikeringanginkan secara tidak
langsung di bawah sinar matahari kemudian diblender kasar. Pada penelitian ini,
metode ekstraksi yang digunakan ialah maserasi. Sebanyak 100 gram sampel
dimasukkan dalam alat maserasi. Kemudian larutan penyari (etanol) dituangkan
secara perlahan-lahan ke dalam alat maserasi yang berisi sampel sebanyak
minimal 5 kali berat sampel sambil diaduk-aduk hingga merata. Larutan
penyaring dituangkan hingga 1 cm di atas permukaan sampel. Maserasi dilakukan
selama 3 hari. Filtrat disaring dan pelarut diganti dengan yang baru sambil sekali-
kali diaduk. Penggantian pelarut dilakukan hingga cairan berwarna bening.
Setelah itu ekstrak dikumpulkan dan diuapkan dengan menggunakan rotary
evaporator pada tekanan rendah dengan temperatur 40C sampai didapatkan
ekstrak etanol yang kental.
Daun lidah buaya dibersihkan dan dipotong kecil-kecil kemudian
dikeringanginkan secara tidak langsung di bawah sinar matahari. Proses
selanjutnya sama dengan maserasi daun karamunting.
Pemeriksaan ekstrak bebas etanol
Ekstrak 1 tetes ditambah larutan asam sulfat pekat 1 tetes. Campuran
tersebut kemudian ditambahkan dengan 1 tetes larutan kalium permanganat pekat
dan didiamkan selama 10 menit. Tambahkan tetes demi tetes larutan natrium
bisulfit pekat ke dalam campuran tersebut hingga warna permanganat (coklat)
hilang. Bila masih ada warna coklat maka tambahkan 1 tetes larutan larutan asam
fosfat hingga larutan tidak berwarna lagi. Larutan yang sudah tidak berwarna itu
kemudian ditambah 5 ml asam kromatoprat lalu dipanaskan pada penangas
dengan suhu 50C selama 10 menit. Larutan bebas etanol terlihat dengan tidak
adanya warna pada larutan tersebut.
Pembuatan suspensi ekstrak
Pembuatan suspensi untuk mempermudah dalam pemberian pada hewan
uji. Pembuatan suspensi yaitu ekstrak etanol dicampur dengan suspending agent,
yaitu CMC-Na, kemudian ditambahkan aquadest sedikit demi sedikit hingga
terbentuk massa dan berwarna putih, setelah itu ditambahkan aquadest hingga
homogen, kemudian dimasukkan ke wadah botol kaca tertutup.
Pembuatan larutan CMC-Na 0,5%
CMC-Na sebanyak 0,5 g dilarutkan dengan aquades panas sedikit demi
sedikit sampai semua CMC-Na larut. Sisa aquades ditambahkan sampai
didapatkan volume larutan CMC-Na sebanyak 100 ml.
4. Induksi aloksan pada hewan uji
Setelah aklimatisasi selama 1 minggu, hewan uji pada tiap-tiap kelompok
dipuasakan selama 16 jam (overnight). Tikus pada kelompok kontrol positif dan
dua kelompok perlakuan kemudian dibuat diabetes dengan diinduksi aloksan 70
mg/kgBB secara intraperitonial.
5. Pengukuran glukosa darah
Pada hari ke-3 setelah induksi aloksan, sampel darah diambil dari ekor
tikus seluruh kelompok kontrol dan kelompok perlakuan untuk diukur kadar
glukosanya. Kadar glukosa diukur menggunakan alat pengukur kadar glukosa
darah (Easy Touch). Hewan uji dipertimbangkan hiperglikemia jika konsentrasi
glukosa melebihi kadar glukosa pada kontrol negatif. Penelitian dilakukan pada
hari ke-4 setelah induksi aloksan dan dipertimbangkan sebagai hari pertama
penelitian. Penelitian dilanjutkan selama 30 hari.
6. Pemberian perlakuan
Perlakuan yang diberikan pada tiap-tiap kelompok dilakukan selama 21
hari, dimulai pada hari ke-4 induksi aloksan dan dipertimbangkan sebagai hari ke-
1 penelitian, adalah sebagai berikut:
a. Kelompok 1 : Kelompok kontrol negatif, diberi CMC-Na dan placebo
b. Kelompok 2 : Kelompok kontrol positif, diberi aloksan 70 mg/kgBB.
c. Kelompok 3 : Kelompok perlakuan, diberi aloksan dan kombinasi ekstrak
etanol daun karamunting 100 mg/kgBB dan lidah buaya 250
mg/kgBB (perbandingan 1:1)
d. Kelompok 4 : Kelompok perlakuan, diberi aloksan 70 mg/kgBB dan
Metformin 10 mg/kgBB.
F. Pengukuran kadar kolesterol total
Setelah pemberian perlakuan yakni pada hari ke-21, dilakukan euthanasia
tikus. Tikus dimasukkan ke dalam beaker glass, lalu diberi eter, dan beaker glass
ditutup agar eter tidak menguap. Tunggu beberapa saat hingga tikus tersebut mati.
Selanjutnya, tikus dibedah pada bagian toraks untuk diambil darahnya melalui
jantung. Setelah dibedah, pada jantung ditetesi 1-2 tetes reagen EDTA.
Berdasarkan jumlah yang diperlukan, maka darah tikus diambil dengan spuit 3 cc
sebanyak 1 ml. Kemudian jarum injeksi dilepaskan dari tabung spuit dan darah
dituangkan ke dalam tabung reaksi secara perlahan-lahan melalui dinding tabung
untuk menghindari kerusakan mekanis dari sel darah dan usahakan jangan sampai
terjadi buih. Darah didiamkan selama 15 menit dan disentrifuse selama 20 menit
dengan kecepatan 3000 rpm. Serum darah dipipet dengan pipet mikro sebanyak
0,01 ml dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan dengan larutan
pereaksi kolesterol sebanyak 1 ml lalu dicampur dengan menggunakan vortex.
Dan dibiarkan selama 20 menit pada suhu kamar.ukur serapan pada panjang
gelombang 500 nm terhadap blanko.Sebagai blanko digunakan pereaksi kolesterol
1 ml dan aquadest 0,01 ml. Pengukuran serapan standar sama dengan pengukuran
serapan kolesterol total, tetapi serum darah diganti dengan standar kolesterol.
Kadar kolesterol total dihitung dengan rumus : C = As x F
C = Kolesterol total
As = Resapan sampel
F = Blanko
G. Teknik Pengumpulan Data
Darah yang sudah diambil diperiksa di laboratorium Kimia/ Biokimia
Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Selanjutnya, dilakukan
pemeriksaan kadar kolesterol total dengan mengukur absorbansinya menggunakan
alat spektrofotometer. Data kadar kolesterol total kemudian dicatat, ditabulasi,
diedit, lalu dibuat reratanya pada setiap kelompok perlakuan.
H. Cara Analisis Data
Data kadar kolesterol total pada setiap kelompok ditampilkan dalam
bentuk tabel dan diperjelas dengan grafik. Data yang diperoleh, diuji
normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk dan diuji homogenitasnya dengan uji
Levene. Setelah data diketahui berdistribusi normal dan homogen, dilakukan uji
ANOVA klasifikasi satu arah, dengan taraf kepercayaan 95%. Selanjutnya,
dilakukan uji LSD (Least Square Different) untuk dianalisis kebermaknaannya,
dengan tingkat p < 0,05. Jika data tidak terdistribusi normal dan homogen maka
dilakukan uji Kruskal Wallis dengan taraf kepercayaan 95%. Seluruh analisis data
tersebut diolah secara komputerisasi.
I. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di Laboratorium Kimia/ Biokimia Fakultas
Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru. Waktu penelitian
selama 6 bulan seperti ditunjukkan pada tabel 4.1.
Kegiatan Penelitian Waktu Penelitian (bulan ke-)
1 2 3 4 5 6
Penyusunan Proposal
Konsultasi
Seminar KTI I
Perbaikan
Pelaksanaan Penelitian
Pengolahan & Analisis Data
Seminar KTI II
Perbaikan
Penyusunan Laporan
J. Biaya Penelitian
Penelitian ini diperkirakan memerlukan biaya sebagai berikut:
1. Tikus putih jantan 32 ekor & ongkos kirim Rp. 67.000,-
2. Pakan tikus 20 kg (untuk 1 minggu adaptasi &
15 hari perlakuan) Rp. 12.000,-
3. Kandang hewan @Rp 8.000 x 32 buah Rp. 22.000,-
4. Etanol 96% 2,5 L Rp 34.000,-
5. Sewa sonde lambung dan tempat air minum tikus Rp. 20.000,-
6. Spuit 3 cc & sarung tangan 30 buah Rp. 85.000,-
7. Aloksan & ongkos kirim Rp. 25.000,-
8. Metformin x 10 tablet Rp 100.000,-
9. Pemeriksaan kolesterol total @Rp 22.000 x 32 sampel Rp. 704.000,-
10. Penggandaan dan penjilidan 5 buah Rp. 25.000,-
Jumlah Rp 1.094.000,-
DAFTAR PUSTAKA
1. M, Angelyn Bethel. MD, Frank A. Sloan, PhD; Daniel Belsky, BA; Mark N. Feinglos, MD, CM. Longitudinal Incidence and Prevalence of Adverse
Outcomes of Diabetes Mellitus in Elderly Patients. Arch Intern Med 2007;
Vol 167.
2. Sperling MA. Diabetes mellitus. Dalam: Nelson WE, Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM; penyunting. Nelson textbook of pediatrics; edisi
ke-15. Philadelphia: WB Saunders Co 1996;1646-66.
3. Lamster, Ira B. Lalla, Evanthia.The relationship between oral health and diabetes mellitus.Am Dent Assoc 2008;139;19S-24
4. Guyton,A.C. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran.EGC.
5. Kandaswami & Middleton. 1997. Kandungan flavonoid jadi kekuatan ampuh.www.kompas.co.id/kesehatan/news/senior/gizi/0304/24/gizi2.htm
6. Sulistyo, Soediro I, Sutisna M, Yulinah E. Karakterisasi dan uji aktivitas topikal senyawa antibakteri dari daun karamunting (Rhodomyrtus tomentosa)
sebagai obat diabetes mellitus di daerah Pelaihari Kecamatan Pelaihari
kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. PKM Penelitian Unlam, 2006
7. Purbaya, J. R. 2003. Mengenal dan Memanfaatkan Khasiat Aloe Vera (Lidah Buaya). Bandung : Penerbit Pionir Jaya
8. Ishii, K. Tanizawa, Takino Y. Studies of aloe vera mechanism of cathartic effect. biological and pharmaceutical bulletin 2004; 47 : 651- 653.
9. Rajasekaran S, Ravi K, Sivagnanam K, Subramanian S. Beneficial effects of aloe vera leaf gel extract on lipid profile status in rats with streptozotocin
diabetes. Clinical and experimental pharmacology and physiology 2006; 33:
232237.
10. WS, Bambang S, Idrus A, Marcellus SK, Siti S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 3 edisi IV. Jakarta: Balai penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia,2006.
11. Iki K, Pour PM. Distribution of pancreatic endocrine cells including IAPP-expressing cells in non-diabetic and type 2 diabetic cases. Journal of
Histochemistry & cytochemistry 2007; 55(2): 111-118.
12. Brownlee M. Banting Lecture 2004: The pathobiology of diabetic complication. A unifying mechanism. Diabetes 2005;54:1615-25.
13. Goldberg IJ. Diabetic dyslipidemia: Causes and consequenses, Clinical review 124. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 2001; 86(3): 965-
971.
14. Mulvihill EE, Allister EM, Sutherland BG et al. Naringenin prevents Dyslipidemia, Apolipoprotein B Overproduction, and Hyperinsulinemia in ldl
Receptornull Mice with diet-induced insulin resistance. Diabetes 2009; 58:21982210.
15. Boer de Ian. Insulin Therapy, hyperglycemia, and hypertension in Type 1 Diabetes Mellitus. Arch Intern Med. 2008;168(17):1867-1873
16. Ganong. (lupa mencatat dapusnya,nanti ditambahkan)
17. Murray, Robert K, et al. Terjemahan Biokimia Harper. Jakarta: EGC, 2003
18. Gylling, Helena, Tuominen Juha A, Koivisto Veikko A, and Miettinen Tatu A. Cholesterol metabolism in type 1 diabetes. Diabetes.2004;2217-2222.
19. Weijenberg Matty P, Feskens Edith J. M, and Daan Kromhout. Total and high density lipoprotein cholesterol as risk factors for coronary heart disease in
elderly men during 5 Years of follow-up the zutphen elderly study. American
journal of epidemiology 1996; Vol. 143
20. Miettinen Tatu A. Low synthesis and high absorption of cholesterol characterize type 1 diabetes. Diabetes care 2004; 27:5358
21. Starr F, Starr K, Loope L. Rhodomyrtus tomentosa downy rose myrtle myrtaceae. United States geological survey-biological resources division
haleakala field station, Maui, Hawaii. 2003
22. Morin B. Nichols LA,Zalasky.KM, Davis. JW, Manthey JA, Holland LJ. The citrus flavonoids hesperetin and nobiletin differentially regulate low density
lipoprotein receptor gene transcription in HepG2 liver cells. J Nutr
2008;138:1274-1281
23. Widowati L, Dzulkarnain B, Saroni. Tanaman obat untuk diabetes mellitus. Cermin dunia kedokteran. 1997; 116: 53-9
24. ShanevMcWhorter L. Biological complementary therapies: a focus on botanical products in diabetes. Diabetes spectrum 2001;14:199-208
25. Yeh GY, Eisenberg DM, Kaptchuk TJ, Phillips RS. Systematic review of herbs and dietary supplements for glycemic control in diabetes. Diabetes care
2003;26: 1277-94
26. Tanaka M, Misawa E, Ito Y, et al. Identification of five phytosterols from aloe vera gel as anti-diabetic compunds. Biol Pharm Bull. 2006; 29(7): 14181422
27. Redmond WA. Rat. Microsoft 2007. (CD-ROM: Microsoft Encarta Dictionary 2007).
28. Islas Andrade S, Monsalve MCR, de la Pena JE, Polanco AC, Palomino MA, Velasco AF. Streptozotocin and alloxan in experimental diabetes: comparison
of the two models in rats. Acta Histochem Cystochem 2000;33(3):201-208.
29. Suharmiati. Pengujian Bioaktivitas anti diabetes mellitus tumbuhan obat. Cermin Dunia Kedokteran 2003;140:8-13.