KAJIAN SISTEM AGRIBISNIS IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)
DI CV DEJEE FISH CIBARAJA KECAMATAN CISAAT
KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT
LAPORAN PRAKTIK LAPANG
NURUL LUTHFITA SARI
A.0910457
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS ILMU DAN BISNIS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
BOGOR
2013
RINGKASAN
NURUL LUTHFITA SARI. Kajian Sistem Agribisnis Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy) di CV. Dejee Fish Cibaraja Kecamatan Cisaat
Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat, (di bawah bimbingan APENDI
ARSYAD dan WINI NAHRAENI)
Indonesia merupakan negara kepulauan terdiri atas sekitar 17.000 pulau
besar dan kecil serta 81.000 km garis pantai. Pulau tersebut membentang dari
Sabang hingga Merauke, mengandung ribuan sungai, danau, rawa dan genangan
air lainnya dengan potensi perikanan air tawar yang besar. Garis pantai tersebut
terpanjang kedua di dunia yang berpotensi sangat besar bagi pengembangan
perikanan air payau dan air laut. Daratan Indonesia menutupi sepertiga luas
nusantra dan dua pertiga sisanya berupa lautan atau seluas 5,8 juta Km2
(Khairuman dan Amri,2011).
Ikan Gurami merupakan salah satu komoditas ikan yang memiliki nilai
ekonomis yang tinggi. Harga jual dan harga beli Ikan Gurami relatif lebih mahal
dan lebih stabil dibandingkan komoditas ikan air tawar lainnya. Waktu yang
dibutuhkan untuk budidaya Ikan Gurami sampai ukuran konsumsi relatif lama,
sehingga para pembudidaya mensegmentasikan usahanya menjadi pembenihan,
pendederan dan pembesaran. Pangsa pasar Ikan Gurami di CV Dejee Fish sebesar
54%, 46 % dari Ikan Air Tawar lainnya.
Penulis mencoba mempelajari subsistem agribisnis komoditas Ikan
Gurami dalam kajian praktik lapang yang telah dilaksanakan. Subsistem agribisnis
tersebut terdiri atas agribisnis hulu sampai hilir. Praktik lapang ini bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisis sistem agribisnis yang dilakukan di CV Dejee Fish
dan komoditas Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) secara menyuluruh,
kelayakan usahatani pendederan I pada komoditas Ikan Gurami (Osphronemus
gouramy) dan pola kemitraan di CV Dejee Fish. Kegiatan praktik lapang
berlangsung 1,5 bulan dari tanggal 28 Agustus sampai tanggal 06 Oktober 2012.
Praktik lapang ini dilaksanakan di CV Dejee Fish, karena perusahaan ini bergerak
dalam bidang agribisnis perikanan air tawar termasuk Ikan Gurami. Data yang
dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data dianalisis secara
deskriptif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif menggunakan analisis pendapatan,
analisis R/C dan analisis titik impas.
Hasil pengamatan selama kegiatan praktik lapang berlangsung,
menunjukkan bahwa sistem agribisnis yang dilakukan CV Dejee Fish secara
umum terdiri atas subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem budidaya,
subsistem pengolahan hasil perikanan (agroindustri), subsistem pemasaran dan
subsistem jasa dan penunjang. Kegiatan subsistem pengadaan sarana produksi
meliputi penentuan jenis dan jumlah peralatan, jenis dan ukuran kolam, jenis dan
jumlah benih, induk, pakan dan obat-obatan. Kegiatan produksi meliputi
pembenihan, pendederan, pembesaran dan pemanenan. Kegiatan pengolahan hasil
perikanan meliputi pengolahan terhadap ikan lele dan ikan nila yang
menghasilkan produk abon ikan lele, nugget ikan lele, bakso ikan lele, baby fish,
dendeng, kerupuk kulit dan kaki naga. Kegiatan pemasaran meliputi pengumpulan
informasi pasar, sortasi dan grading, pengangkutan, penjualan dan promosi.
Pengumpuan informasi pasar bertujuan untuk menentukan jenis dan jumlah
produk, harga dan saluran pemasaran yang diinginkan konsumen. Pemasaran yang
dilakukan perusahaan meliputi daerah yang ada di seluruh Indonesia dengan
produk, ukuran dan jumlah yang beragam. Subsistem penunjang terdiri atas Balai
Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Badan
Pelayanan dan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Sukabumi, Kemeterian dan
Kelautan Perikanan (KKP), Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan
Kehutanan (BP4K) Kabupaten Sukabumi, Dinas Keshatan Pemerintah Kabupaten
Sukabumi, pasar ikan Cibaraja, pembudidaya mitra dan media informasi dan
komunikasi.
Sistem agribisnis Ikan Gurami yang dilakukan CV Dejee Fish tidak jauh
berbeda dengan sistem agribisnis yang dilakukan CV Dejee Fish secara umum,
yaitu terdiri atas subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem produksi,
subsistem pemasaran dan subsistem penunjang. Kegiatan subsistem pengadaan
sarana produksi pendederan I ikan gurami terdiri atas pengadaan bahan baku
berupa larva gurami, media budidaya berupa akuarium, peralatan, pakan berupa
cacing Tubifex dan obat-obatan. Subsistem pengadaan sarana produksi penjualan
Ikan Gurami ukuran konsumsi terdiri atas bahan baku (ikan ukuran konsumsi),
kolam pemberokan, peralatan dan tenaga kerja. Pengadaan sarana produksi
diperoleh dari lembaga-lembaga yang menjadi mitra perusahaan. Kegiatan
subsistem produksi terdiri atas persiapan akuarium, penebaran larva, pemberian
pakan dan pengelolaan kualitas air. Pemanenan Ikan Gurami pada tahap
pendederan I dilakukan pada saat ikan berumur 35 hari dari penetasan dengan
ukuran rata-rata 2-3 cm.
Kegiatan subsistem pemasaran meliputi pengumpulan informasi pasar,
sortasi dan grading, pengangkutan, penjualan dan promosi. Pengumpluan
informasi pasar bertujuan untuk menentukan jenis dan jumlah produk, harga dan
saluran pemasaran yang diinginkan konsumen. Subsistem penunjang terdiri atas
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Badan
Pelayanan dan Perizinan Terpadu (BPPT) Kabupaten Sukabumi, Kemeterian dan
Kelautan Perikanan (KKP), Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan
Kehutanan (BP4K) Kabupaten Sukabumi, pasar ikan Cibaraja, pembudidaya Ikan
Gurami mitra dan media informasi dan komunikasi.
Analisis usaha budidaya pendederan 1 Ikan Gurami di CV Dejee Fish
yang dilakukan penulis yaitu analisis biaya dan pendapatan, analisis R/C ratio dan
analisis BEP. Perhitungan usahatani dilakukan pada jangka waktu 35 hari dengan
1 siklus produksi dengan jumlah larva Gurami 14.000 ekor dan menghasilkan
benih 9.750 ekor. Penerimaan (TR) yang diperoleh sebesar Rp 4.387.500 dengan
biaya tetap sebesar Rp 888.101 dan biaya variabel sebesar Rp 2.071.803 sehingga
menghasilkan pendapatan bersih sebesar Rp 1.427.595. Nilai R/C diperolah 1,5
dan BEP penerimaan sebesar Rp 1.682.666, BEP produksi 6.578 ekor dan BEP
harga Rp 304/ekor benih. Berdasarkan analisis tersebut usaha pendederan I Ikan
Gurami menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
Sistem agribisnis yang dijalankan CV Dejee Fish telah terintegrasi dengan
baik, meskipun terdapat beberapa kendala dalam kegiatan bisnisnya. Saran yang
dapat diberikan penulis bagi CV Dejee Fish adalah perusahaan sebaiknya
melakukan pencatatan kondisi dan jumlah sarana produksi serta kondisi kesehatan
ikan yang dibudidayakan untuk kerapihan data dan memudahkan dalam pelaporan
kondisi perusahaan, selain itu divisi produksi setiap komoditas sebaiknya
melakukan analisis usahatani secara lengkap untuk memudahkan perusahaan
melihat keuntungan usaha setiap komoditas serta memudahkan dalam laporan
perkembangan perusahaan.
KAJIAN SISTEM AGRIBISNIS IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)
DI CV DEJEE FISH CIBARAJA KECAMATAN CISAAT
KABUPATEN SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT
NURUL LUTHFITA SARI
A.0910457
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS ILMU DAN BISNIS PERTANIAN
UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Praktik Lapangan yang
berjudul “Kajian Sistem Agribisnis Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) di
CV Dejee Fish Cibaraja Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi Provinsi
Jawa Barat” adalah benar-benar merupakan hasil karya sendiri dengan arahan
dari dosen pembimbing dan belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada
perguruan tinggi atau dipublikasikan di lembaga manapun. Sumber referensi dari
hasil kutipan karya penulis lain dilakukan dengan benar dan disebutkan dalam
teks dan daftar pustaka.
Bogor, Juli 2013
Nurul Luthfita Sari
A.0910457
Judul Praktik Lapang : Kajian Sistem Agribisnis Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy) di CV Dejee Fish
Cibaraja Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi
Provinsi Jawa Barat.
Nama : Nurul Luthfita Sari
NIM : A.0910457
Program Studi : Agribisnis
Jurusan : Agribisnis
Fakultas : Ilmu dan Bisnis Pertanian
Menyetujui,
Pembimbing I
Dr. Ir. Apendi Arsyad, M.Si
Pembimbing II
Dr. Ir. Wini Nahraeni, M.Si
Mengetahui,
Ketua Jurusan
r. Wini Nahraeni, M.SiI Dr.
NIP. 19621218 198811 2 001
Tanggal Lulus : (.......................................)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sukabumi Provinsi Jawa Barat, pada tanggal 02
Februari 1991 dari pasangan Bapak Ujang Suhanda dan Ibu Pipih Sopiah sebagai
anak ketiga dari enam bersaudara.
Pendidikan penulis diawali pada tahun 1996 yaitu masuk di Madrasah
Ibtidayah (MI) MWB PUI Jalancagak, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi di
kelas persiapan selama 1 tahun, selanjutnya masuk ke jenjang pendidikan Sekolah
Dasar selama 6 Tahun di sekolah yang sama dan lulus pada tahun 2003. Pada awal
tahun pendidikan yang sama, penulis juga mengikuti pendidikan agama di
Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) Al-Muttaqien, Jalancagak Kecamatan
Cisaat, Kabupaten Sukabumi dan lulus pada tahun 2002. Selanjutnya, penulis
menyelesaikan pendidikan tingkat menengah pada tahun 2006 di Madrasah
Tsanawiyah (MTs) Miftahul Huda Cibatu-Cicantayan, Kabupaten Sukabumi.
Pada tahun 2009 penulis menyelesaikan pendidikan tingkat atas di Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) Cibadak, Kabupaten Sukabumi.
Penulis berkesempatan melanjutkan pendidikan S1 pada tahun 2009 di
Universitas Djuanda Bogor, dengan mengambil Jurusan Agribisnis pada Fakultas
Agribisnis dan Teknologi Pangan, melalui jalur Beasiswa Pemerintah Provinsi
Jawa Barat.
Penulis mengikuti berbagai organisasi selama menjadi mahasiswa. Penulis
bergabung di BEM Pusat pada periode 2009-2010 sebagai anggota. Pada periode
yang sama, penulis bergabung di Perhimpunan Organisasi dan Profesi Mahasiswa
Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (POPMASEPI) sebagai anggota divisi
kewirausahaan. Periode 2010-2011, penulis bergabung di Himpunan Mahasiswa
Sosial Ekonomi Pertanian (HIMASEP) Universitas Djuanda sebagai anggota
Divisi Informasi dan Komunikasi dan pada periode 2011-2012 penulis menjadi
anggota Divisi Civitas Akademika di HIMASEP UNIDA. Penulis juga aktif di
Relawan Sosial Kesehatan Universitas Djuanda sebagai sekretaris dari tahun 2010
hingga sekarang.
PRAKATA
Rasa syukur dan pujian penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
segala rahmat, hidayah dan ridha-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan laporan praktik lapang ini. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan kita sebagai
umatnya.
Komoditas ikan gurami sengaja penulis pilih sebagai objek praktik lapang
di CV Dejee Fish, karena ikan gurami merupakan ikan yang memiliki tingkat
permintaan yang tinggi, baik bagi kalangan konsumen maupun kalangan
pembudidaya ikan. Praktik lapang ini dilakukan bertujuan mengetahui sistem
agribisnis ikan gurami di perusahaan tersebut.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dr. Ir. Apendi Arsyad,
M.Si selaku pembimbing I, Dr. Ir. Wini Nahraeni, M.Si selaku pembimbing II dan
Ir. Ita Novita, M.S selaku penguji tamu atas bimbingan dan arahan yang diberikan
dalam penyusunan laporan praktik lapang ini.
Penulis menyadari laporan praktik lapang ini jauh dari sempurna. Namun
demikian, penulis berharap semoga laporan praktik lapang ini dapat berguna bagi
yang memerlukannya.
Bogor, Juli 2013
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penyusunan laporan praktik lapang ini tidak terlepas dari bantuan beragai pihak,
baik bantuan moril, materil maupun do’a. Oleh karena itu kesempatan ini penulis
sampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ir. H. Himmatul Miftah, M.Si selaku pembimbing akademik
2. Bapak Deni Rusmawan, A.Md sebagai direktur CV Dejee Fish yang telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan kegiatan praktik
lapang di perusahaan.
3. Bapak Agus Chandra, S.Pi selaku pembimbing lapang, Bapak Jaka
Trenggana,S. Pi, Pak Ucang, Pak Misbah, Pak Herman, Pak Dede, Pak
Obet, Pak Robby, Pak Reza, Ibu Ela, Ibu Popy, Ibu Wulan dan Staff
lainnya yang telah mambimbing dan membantu penulis selama
pelaksanaan praktik lapang
4. Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang telah memberikan beasiswa penuh
selama penuli kuliah di Universitas Djuanda Bogor.
5. Kedua orang tua, ayahanda Ujang Suhanda dan Ibunda Pipih Sopiah atas
do’a, perhatian, kasih sayang, nasihat, motivasi dan dukungannya baik
berupa moril maupun materil.
6. Kedua kakakku tercinta Taufik Abdullah Mansyur, S.Pd.I dan Yusuf
Gozali, S.Pd.I, kakak iparku Fitri Faturohmah dan Siti Zakiyah Fitriyah,
S.Pd.I, adik-adikku tersayang Siti Maulidia Ulfah, Wildan Nurdiansyah
dan Hasna Nurshiami Nabila serta keponakanku Balqis Qalbina Taufik,
Aqila Faiha Taufik dan Fatih Abdul Faiq Gozali yang telah memberikan
do’a, kasih sayang, semangat dan dukungan baik berupa moril maupun
materil.
7. Ummi Dini Siti Multiah, SE dan teman-teman di Lingkar Cahaya yang
senantiasa memberikan nasihat, do’a dan motivasi.
8. Sahabat Kafilah Agripreneur (AGB 2009), AGT 2009, TNK 2009, TIP
2009, IKN 2009, HIMASEP, Club Photography (CP), Relawan Sosial
Kesehatan (RESISTAN) dan teman KKN Tugu Selatan terima kasih atas
motivasi, do’a dan kebersamaannya.
9. Teman-Teman di Asrama Mar’atu Sholihah, Blok Asma-Asiah khusunya,
yang telah memberikan rasa kebersamaan, motivasi dan do’a.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vii
I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 LatarBelakang ......................................................................... 1
1.2 Tujuan Praktik Lapang ........................................................... 4
1.3 Kegunaan Praktik Lapang ...................................................... 4
1.4 Ruang Lingkup Praktik Lapang ............................................. 4
II METODE PRAKTIK LAPANG .................................................. 6
2.1 Waktu dan Tempat ................................................................. 6
2.2 Pengumpulan Data ................................................................. 6
2.3 Analisis Data .......................................................................... 6
III GAMBARAN UMUM CV DEJEE FISH .................................... 10
3.1 Batasan Wilayah CV Dejee Fish ........................................... 10
3.2 Sejarah dan Perkembangan CV Dejee Fish ........................... 10
3.3 Visi dan Misi CV Dejee Fish .................................................. 12
3.4 Struktur Organisasi CV Dejee Fish ........................................ 12
3.5 Sumberdaya CV Dejee Fish ................................................... 16
3.4.1 Sumberdaya Manusia ................................................. 16
3.4.2 Sumberdaya Modal .................................................... 17
3.4.3 Sumberdaya Fisik ....................................................... 17
3.6 Keuangan CV Dejee Fish ....................................................... 18
IV DESKRIPSI KEGIATAN AGRIBISNIS CV DEJEE FISH ..... 19
4.1 Subsistem Pengadaan Sarana Produksi CV Dejee Fish .......... 19
4.1.1. Media Budidaya ......................................................... 19
4.1.2. Peralatan ..................................................................... 20
4.1.3. Induk .......................................................................... 20
4.1.4. Benih Ikan .................................................................. 21
4.1.5. Pakan .......................................................................... 21
4.1.6. Obat-obatan ................................................................ 23
4.2 Subsistem Budidaya CV Dejee Fish ....................................... 23
4.2.1 Pembenihan ................................................................ 24
4.2.2 Pendederan ................................................................. 28
4.2.3 Pembesaran ................................................................ 29
4.3 Subsistem Pengolahan Hasil Perikanan (Agroindustri) .......... 31
4.4 Subsistem Pemasaran .............................................................. 32
4.5 Subsistem Penunjang ............................................................. 37
V DESKRIPSI KEGIATAN AGRIBISNIS KOMODITAS
IKAN GURAMI (Oshpronemus gouramy) ................................... 39
5.1 Subsistem Pengadaan Sarana Produksi Ikan Gurami ............. 39
5.2 Subsistem Budidaya Ikan Gurami ........................................... 42
5.2.1 Pembenihan Ikan Gurami ........................................... 42
5.2.2 Pendederan Ikan Gurami ............................................ 45
5.3 Subsistem Pemasaran Ikan Gurami ......................................... 48
5.4 Subsistem Penunjang Ikan Gurami ......................................... 52
5.5 Pola Kemitraan ....................................................................... 52
5.6 Analisis Usahatani Pendederan I Ikan Gurami ...................... 53
5.6.1 Analisis R/C (Revenue Cost Ratio) ............................ 56
5.6.2 Analisis Break Event Point (BEP) .............................. 56
5.7 Kendala yang dihadapi CV Dejee Fish .................................. 56
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 58
6.1 Kesimpulan ............................................................................ 58
6.2 Saran ....................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 60
LAMPIRAN ............................................................................................. 62
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Produksi ikan air tawar di pulau Jawa tahun 2011 ....................... 2
2. Jumlah media budidaya CV Dejee Fish tahun 2012 .................... 20
3. Perbedaan induk ikan gurami jantan dan betina ............................ 44
4. Pemberian pakan cacing sutera pada pendederan I ...................... 46
5. Daftar harga ikan gurami di CV Dejee Fish ................................ 50
6. Analisis Usahatani Pendederan I Ikan Gurami ............................ 55
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Struktur organisasi CV Dejee Fish ............................................... 13
2. Induk Ikan Patin dan Ikan Lele ..................................................... 21
3. Jenis pakan yang digunakan CV Dejee Fish ................................. 22
4. Obat – obatan yang digunakan CV Dejee Fish ............................ 23
5. Proses pemijahan ikan patin dan ikan lele ................................... 27
6. Kegiatan pemberian pakan ........................................................... 30
7. Produk olahan ikan Dejee Food ................................................... 31
8. Saluran distribusi produk CV Dejee Fish .................................... 35
9. Media Promosi CV Dejee Fish .................................................... 37
10. Media penyimpanan telur ikan gurami ......................................... 44
11. Perbedaan induk gurami jantan dan betina .................................. 44
12. Budidaya pakan alami di sepanjang kolam pemijahan ................ 45
13. Proses pemberian pakan dan pengolahan air ................................ 47
14. Ukuran benih ikan gurami saat dipanen ....................................... 47
15. Proses pemanenan ikan gurami .................................................... 48
16. Pengangkutan terbuka dan pengangkutan tertutup ....................... 49
17. Saluran distribusi pembenihan ikan gurami CV Dejee Fish ........ 51
18. Saluran distribusi ikan gurami ukuran konsumsi ......................... 51
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Produksi ikan di indonesia berdasarkan budidaya ....................... 63
2. Luas Wilayah Kecamatan Cisaat .................................................. 64
3. Penjualan Ikan Air Tawar CV Dejee Fish Juli-September 2012 . 65
4. Jurnal harian kegiatan praktik lapang ........................................... 66
5. Peta Lokasi CV Dejee Fish .......................................................... 74
6. Profil kewirausahaan .................................................................... 75
7. Surat izin tempat usaha CV Dejee Fish ....................................... 76
8. Daftar nama karyawan CV Dejee Fish ......................................... 77
9. Media Budidaya CV Dejee Fish ................................................... 78
10. Peralatan yang digunakan CV Dejee Fish .................................... 79
11. Sertifikat Pembenihan .................................................................. 80
12. P-IRT Dejee Food ........................................................................ 81
13. Peralatan unit pengolahan CV Dejee Fish (Dejee Food) .............. 82
14. Daftar harga benih dan induk ikan air tawar CV Dejee Fish ....... 83
15. Biaya pelatihan (P2MKP) CV Dejee Fish ................................... 86
16. Daftar harga olahan ikan di CV Dejee Fish ................................. 87
17. Perhitungan analisis usahatani pendederan I ikan gurmi ............. 88
18. Biaya penyusutan peralatan .......................................................... 90
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terdiri atas sekitar 17.000 pulau
besar dan kecil serta 81.000 km garis pantai. Pulau tersebut membentang dari
Sabang hingga Merauke yang memiliki ribuan sungai, danau, rawa dan genangan
air lainnya dengan potensi perikanan air tawar yang besar. Garis pantai tersebut
terpanjang kedua di dunia yang berpotensi sangat besar bagi pengembangan
perikanan air payau dan air laut. Daratan Indonesia menutupi sepertiga luas
nusantara dan dua pertiga sisanya berupa lautan atau seluas 5,8 juta km2
(Khairuman dan Amri, 2011).
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013 jumlah penduduk tahun 2010
adalah 237.641.326 orang. Tingginya jumlah sumberdaya manusia menjadi
potensi negara Indonesia untuk mengoptimalkan sumberdaya alam yang dimiliki,
khususnya sumberdaya air yang menjadi potensi mengembangkan sektor
perikanan. Orientasi sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional adalah
sebagai pemasok kebutuhan konsumsi dan gizi masyarakat, memperluas
kesempatan kerja dan berwirausaha, peningkatan devisa negara melalui ekspor
hasil perikanan dan mampu mendorong munculnya industri baru di sektor
pertanian khususnya sub sektor perikanan (Soekartawi, 2005 dalam Nugroho,
2008).
Undang – Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan yang diubah
dalam Undang – Undang Nomor 45 Tahun 2009 dalam Fauzi (2010)
mendefinisikan perikanan sebagai “semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari
praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan
dalam suatu sistem bisnis perikanan”.
Budidaya perairan dilihat dari jenisnya terdiri atas budidaya air laut,
budidaya tambak, budidaya kolam, budidaya keramba, budidaya jaring apung dan
budidaya sawah. Berdasarkan data dari BPS (2013) periode 2007-2011 produksi
rata-rata per tahun pada jenis budidaya laut sebesar 55%, budidaya tambak 23%,
budidaya kolam 13%, budidaya keramba 2%, budidaya jaring apung 5% dan
budidaya sawah 2%. Produksi Ikan di Indonesia berdasarkan budidaya dapat
dilihat pada Lampiran 1. Budidaya laut, budidaya tambak, budidaya keramba dan
budidaya jaring apung termasuk budidaya perikanan laut, sedangkan budidaya
kolam dan budidaya sawah merupakan budidaya perikanan darat. Produksi
terbesar pada perikanan darat dihasilkan dari budidaya kolam. Budidaya kolam
menghasilkan beberapa komoditas Ikan Air Tawar. Jumlah produksi Ikan Air
Tawar budidaya kolam di pulau Jawa tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Produksi Ikan Air Tawar Budidaya Kolam di Pulau Jawa Tahun 2011
Komoditas Jumlah (Ton) Produksi (%)
Ikan Mas 154.167,00 13,68%
Tawes 11.667,00 1,04%
Nilem 21.116,00 1,87%
Nila 277.518,00 24,63%
Gurami 62.476,00 5,54%
Tambakan 4.372,00 0,39%
Lele 330.687,00 29,34%
Sidat 989,00 0,09%
Patin 155.889,00 13,83%
Jelawat 303,00 0,03%
Toman 320,00 0,03%
Gabus 349,00 0,03%
Betutu 130,00 0,01%
Baung 42,00 0,00%
Betok 278,00 0,02%
Bawal 12.973,00 1,15%
Mujair 11.849,00 1,05%
Sepat siam 2.724,00 0,24%
Udang Galah 617,00 0,05%
Kodok 3,00 0,00%
Labi labi 153,00 0,01%
Belut 238,00 0,02%
Lainnya 78.103,00 6,93%
Jumlah 1.126.963,00 100,00%
Sumber : Statistik KKP, 2013
Ikan Gurami merupakan salah satu komoditas Ikan Air Tawar.
Berdasarkan Tabel 1 tentang produksi Ikan Air Tawar di Pulau Jawa tahun 2011,
lima produksi terbesar dihasilkan dari Ikan Lele sebesar 29,34%, Ikan Nila
24,63%, Ikan Patin 13,83%, Ikan Mas 13,68% dan Ikan Gurami 5,54%. Produksi
Ikan Gurami sebesar 5,54% disebabkan waktu yang dibutuhkan untuk budidaya
Ikan Gurami lebih lama dibandingkan Ikan Air Tawar lainnya.
Menurut Nugroho (2008) Waktu yang dibutuhkan untuk membesarkan
Ikan Gurami dari ukuran benih 2-3 cm sampai ukuran konsumsi yaitu selama 15
bulan. Berbeda dengan Ikan Gurami, Ikan Lele dan Ikan Mas untuk mencapai
ukuran konsumsi memerlukan waktu 4-5 bulan dari benih ukuran 2-3 cm. Waktu
yang relatif lama untuk budidaya Ikan Gurami berdampak terahadap harga Ikan
Gurami yang relatif lebih mahal dibandingkan harga Ikan Air Tawar lainnya.
CV Dejee Fish merupakan salah satu perusahaan agribisnis di Kecamatan
Cisaat, Kabupaten Sukabumi yang bergerak di sektor perikanan air tawar.
Kecamatan Cisaat merupakan salah satu sentra produksi Ikan Air Tawar di
Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan data dari BP4K Sukabumi (2013) Kecamatan
Cisaat memiliki luas kolam sebesar 138,7 ha dari 2.165,09 ha luas wilayah
kecamatan. Data luas wilayah Kecamatan Cisaat dapat dilihat pada Lampiran 2.
Potensi yang dimiliki Kecamatan Cisaat untuk mengembangkan perikanan darat
cukup besar. Potensi ini dimanfaatkan perusahaan sebagai supply untuk
memenuhi permintan konsumen.
Kegiatan agribisnis yang dilakukan CV Dejee Fish mencakup lima
subsistem agribisnis, yaitu subsistem pengadaan sarana produksi, budidaya,
pengolahan hasil perikanan, pemasaran dan penunjang. Kegiatan usaha perikanan
di CV Dejee Fish diantaranya menjual berbagai jenis Ikan Air Tawar dengan
berbagai ukuran, menjual produk olahan Ikan Air Tawar khusus Ikan Nila dan
Lele dan pelatihan budidaya berbagai jenis Ikan Air Tawar. Ikan Air Tawar yang
diusahakan pada CV Dejee Fish diantaranya Ikan Gurami, Lele, Nila, Ikan Mas,
Bawal, Baung, Patin, Lobster Air Tawar dan berbagai Ikan Hias.
Kegiatan usaha yang pertama kali dilakukan perusahaan adalah usaha
penjualan Ikan Gurami ukuran konsumsi ke berbagai restoran yang ada di
Sukabumi. CV Dejee Fish melihat peluang usaha yang cukup besar pada
penjualan Ikan Gurami ukuran konsumsi, pembenihan Ikan Gurami dan pelatihan
budidaya terbukti dengan banyaknya permintaan dari konsumen. Pangsa pasar
Ikan Air Tawar terbesar di CV Dejee Fish yaitu Ikan Gurami. Berdasarkan data
penjualan Ikan Air Tawar di CV Dejee Fish bulan Juli-September tahun 2012,
pangsa pasar Ikan Gurami sebesar 55%. Data Penjualan Ikan Air Tawar CV Dejee
Fish dapat dilihat pada Lampiran 3.
1.2 Tujuan Praktik Lapang
Kegiatan praktik lapang yang dilaksanakan di CV Dejee Fish bertujuan
untuk mengetahui dan menganalisis :
1. Sistem agribisnis perusahaan dan komoditas Ikan Gurami
(Osphronemus gourami) yang dilakukan di CV Dejee Fish secara
menyeluruh.
2. Kelayakan usahatani pendederan I pada komoditas Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy) di CV Dejee Fish.
3. Pola Kemitraan CV Dejee Fish dengan pembudidaya.
1.3 Kegunaan Praktik Lapang
Kegunaan dari kegiatan praktik lapang bagi mahasiswa adalah untuk
mengetahui:
1. Kegiatan agribisnis dan segmentasi Ikan Air Tawar di CV Dejee
Fish.
2. Informasi mengenai usaha perikanan air tawar CV Dejee Fish yang
bisa disebarkan sehingga berguna bagi perusahaan sebagai promosi.
1.4 Ruang Lingkup Praktik Lapang
Praktik lapang dilakukan di CV Dejee Fish (perusahaan agribisnis yang
bergerak di bidang perikanan air tawar). Subsistem agribisnis perusahaan terdiri
atas subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem
pengolahan hasil perikanan, subsistem pemasaran dan subsistem penunjang.
Komoditas Ikan Air Tawar yang diusahakan perusahaan begitu banyak, sehingga
dalam praktik lapang ini yang menjadi fokus utama penulis yaitu komoditas Ikan
Gurami.
Subsistem yang dimiliki perusahaan untuk komoditas Ikan Gurami terdiri
atas subsistem pengadaan sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem
pemasaran dan subsistem penunjang. Subsistem pengolahan hasil perikanan tidak
terdapat pada usaha Ikan Gurami, karena permintaan untuk benih dan ikan segar
sudah banyak dengan hasil yang menguntungkan. Subsistem pengolahan hasil
perikanan hanya dilakukan untuk ikan yang sudah tidak bisa dijual pada ukuran
konsumsi, sehingga untuk memberikan nilai tambah terhadap harga ikan
dilakukan pengolahan seperti Ikan Lele yang diolah menjadi abon ikan dan nugget
ikan.
Kegiatan yang dilaksanakan penulis pada subsistem pengadaan sarana
produksi meliputi wawancara, pengamatan langsung dan membantu menyediakan
sarana produksi berupa peralatan dan pakan (cacing Tubifex). Kegiatan yang
dilaksanakan penulis pada subsistem budidaya meliputi wawancara, pengamatan
langsung, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air dan pemanenan. Pakan mulai
diberikan saat benih berumur 7 hari dari penebaran ke akuarium, setelah itu pakan
diberikan tiga kali dalam sehari. Pengelolaan kualitas air dilakukan setiap hari
untuk mengurangi resiko kematian pada benih. Pemanenan benih Ikan Gurami
dilakukan pada saat benih berumur 35 hari dari penetasan dengan ukuran rata-rata
2-3 cm.
Kegiatan subsistem pemasaran yang dilakukan penulis meliputi
wawancara, pengamatan langsung, sortasi dan grading, pengangkutan dan
penjualan. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi pasar berupa jenis
dan jumlah produk yang dipesan serta harga dan saluran pemasaran yang
diinginkan konsumen. Sortasi dan grading dilakukan setiap hari Selasa dan
Jum’at. Pengangkutan yang penulis ikuti adalah pengangkutan terbuka untuk
penjualan Ikan Gurami ukuran konsumsi ke restoran yang ada di Sukabumi.
Kegiatan subsistem penunjang yang dilakukan penulis berupa wawancara
sehingga diketahui bahwa lembaga yang menjadi penunjang budidaya Ikan
Gurami di CV Dejee Fish terdiri atas Balai Besar Pengembangan Budidaya Air
Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu (BPPT)
Kabupaten Sukabumi, Kementerian dan Kelautan Perikanan (KKP), Badan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten
Sukabumi, pasar ikan Cibaraja, pembudidaya Ikan Gurami mitra dan media
informasi dan komunikasi. Kegiatan agribisnis yang penulis lakukan selama
praktik lapang lebih lengkapnya dapat diihat pada Lampiran 4.
II. METODE PRAKTIK LAPANG
2.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktik Lapang telah dilaksanakan selama 1,5 bulan (40 hari)
pada tanggal 28 Agustus 2012 sampai 6 Oktober 2012 yang bertempat di CV
Dejee Fish, Jalan Cibaraja Kp. Cibaraja RT 37 RW 08 No 40 Desa Nagrak
Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi
dilakukan secara purposive, CV Dejee Fish dipilih sebagai tempat praktik lapang
karena perusahaan ini memiliki keunggulan komparatif dari perusahaan lainnya di
Sukabumi yang bergerak di bidang yang sama (perikanan air tawar) yaitu
keunggulan managemen dalam mengatur supply komoditas Ikan Air Tawar ke
berbagai daerah termasuk luar jawa.
2.2 Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam kajian sistem agribisnis ini meliputi data
primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara
kepada pemilik dan karyawan CV Dejee Fish, pengamatan langsung dan
mengikuti seluruh kegiatan yang dilakukan perusahaan dari pembenihan,
pendederan, pemeliharaan, panen dan pemasaran. Pengumpulan data sekunder
diperoleh dari dokumen-dokumen dan literatur-literatur CV Dejee Fish.
2.3 Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis. Analisis yang
digunakan penulis berupa analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis
deskriptif digunakan untuk menganalisis data yang bersifat kualitatif dengan
menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi, situasi dan keadaan di tempat
praktik lapang. Objek yang di analisis secara deskriptif diantaranya gambaran
umum perusahaan serta manajemen perusahaan.
Analisis kuantitatif merupakan analisis dari data yang dapat diukur dengan
pasti. Analisis kuantitatif menggunakan analisis usahatani. Analisis usahatani
memiliki tujuan untuk mengetahui atau meneliti keunggulan komparatif, kenaikan
hasil yang semakin menurun, substitusi, pengeluaran biaya usahatani, biaya yang
diluangkan, pemilikan cabang usaha dan baku timbang tujuan (Soekartawi et al,
1990).
Menurut Suratiyah (2009) bahwa analisis usahatani merupakan analisis
dengan menggunakan data yang terdiri atas biaya dan pendapatan, kelayakan
usaha dan analisis titik impas (BEP). Analisis biaya dan pendapatan merupakan
analisis yang bertujuan mengetahui besarnya keuntungan atau kerugian yang
diperoleh perusahaan agribisnis, analisis ini disebut juga analisis laba/rugi.
Data mengenai penerimaan (pendapatan kotor) dan biaya perlu diketahui
untuk menentukan keuntungan (pendapatan bersih) yang dimiliki perusahaan.
Hadisapoetro (1973) dalam Suratiyah (2009) berpendapat bahwa penerimaan atau
pendapatan kotor adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama
satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran kembali (Rp).
Soekartawi (2006) berpendapat bahwa penerimaan usahatani adalah perkalian
antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Rumus penerimaan atau
pendapatan kotor sebagai berikut :
Keteragan :
TR = Total Revenue atau penerimaan total (Rp)
Y = Jumlah produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (ekor)
Py = Harga output (Rp)
Menurut Soekartawi (2006) biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap
merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan yang besarnya biaya tidak
dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi, seperti biaya sewa tempat, biaya gaji
karyawan tetap, penyusutan, pajak dan bunga bank (jika modal didapatkan dari
luar). Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan yang
besarnya biaya dipengaruhi oleh besarnya jumlah produksi (Suratiyah, 2009).
Biaya tidak tetap dalam usahatani perikanan terdiri atas benih, pakan, gaji
karyawan lepas, plastik, karet dan oksigen. Cara menghitung biaya tidak tetap
menurut Soekartawi (2006) adalah :
TR = Y x Py
n
i = 1
TVC = ∑ XiPxi
Keterangan :
TVC = Total Variable Cost atau biaya tidak tetap total (Rp)
Xi = Jumlah dari input
Pxi = Harga input (Rp)
n = Jenis input
Menurut Suratiyah (2009) biaya total adalah biaya keseluruhan yang
dikeluarkan oleh perusahaan baik biaya variabel maupun biaya tetap. Rumus
biaya total sebagai berikut :
Keterangan :
TC = Total Cost atau biaya total (Rp)
TFC = Total Fixed Cost atau biaya tetap total (Rp)
Pendapatan bersih atau Income (I) adalah selisih dari pendapatan kotor
dengan biaya total yang dikeluarkan perusahaan. Suatu Perusahaan bisa dikatakan
untung apabila memiliki nilai pendapatan lebih besar dari pada pengeluaran total.
Rumus pendapatan bersih sebagai berikut :
Keterangan :
I = Income atau pendapatan bersih (Rp)
Analisis R/C merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan relatif
suatu usaha dalam satu periode terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan
tersebut (Effendi dan Oktariza, 2006). Suatu usaha dikatakan layak bila R/C lebih
besar dari 1 (R/C>1). Hal ini menggambarkan semakin tinggi nilai R/C maka
tingkat keuntungan usaha akan semakin tinggi.
Keterangan :
R/C = Return Cost Ratio
Menurut Efendi dan Oktariza (2006) analisis BEP (Break Event Point)
merupakan alat analisis untuk mengetahui batas minimal penerimaan yang harus
diterima perusahaan, batas minimal nilai produksi atau volume produksi dan batas
I = TR - TC
TC = TFC + TVC
TR
TFC + TVC R/C =
TC BEP Harga =
Y
minimal harga yang ditawarkan kepada konsumen sehingga penjualan suatu
perusahaan mencapai titik impas (tidak untung dan tidak rugi). Analisis BEP
meliputi : BEP dalam penerimaan (Rp), BEP kuantitas produksi (ekor), dan BEP
Harga (Rp/ekor).
Suatu usaha dinyatakan layak apabila penerimaan (Rp) lebih besar dari
nilai BEP Penerimaan (Rp). Rumus BEP penerimaan (Rp) menurut Suratiyah
(2009) sebagai berikut :
Keterangan :
BEP Penerimaan = Break Event Point Penerimaan (Rp)
Suatu usaha dinyatakan layak apabila kuantitas produksi (ekor) lebih besar
dari nilai BEP Produksi (ekor). Menurut Sunarjono (2000) dalam Tobing (2009)
BEP Produksi dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan :
BEP Produksi = Break Event Point Produksi (ekor)
Suatu usaha dinyatakan layak apabila harga/ekor lebih besar dari nilai BEP
harga (Rp/ekor). Menurut Suratiyah (2009) BEP harga (Rp/ekor) dapat dihitung
dengan rumus :
Keterangan :
BEP Harga = Break Event Point Harga (Rp/ekor)
BEP Produksi = TC
Py
TR
TVC BEP Penerimaan =
1 –
TFC
III. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1 Batas Wilayah CV Dejee Fish
CV Dejee Fish bertempat di Jalan Cibaraja Kp. Cibaraja RT 37 RW 08 No
40 Desa Nagrak Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat.
Desa Nagrak Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat
memiliki batas wilayah utara, selatan, barat dan timur. Batas wilayah sebelah
utara Desa Nagrak berbatasan dengan Desa Sukasari. Batas wilayah sebelah
selatan Desa Nagrak berbatasan dengan Desa Cibatu. Batas wilayah sebelah barat
Desa Nagrak berbatasan dengan Desa Salajambe dan Desa Cibolangkaler. Batas
wilayah sebelah timur berbatasan dengan Desa Sukamanah. Peta lokasi CV Dejee
Fish dapat dilihat pada Lampiran 5.
3.2 Sejarah dan Perkembangan CV Dejee Fish
Sejarah Perusahaan didapatkan penulis dari hasil wawancara dengan
Direktur CV Dejee Fish yaitu Bapak Deni Rusmawan pada tanggal 27 September
2012. Bapak Deni Rusmawan mengutarakan bahwa CV Dejee Fish merupakan
perusahaan yang bergerak di bidang perikanan air tawar mulai dari pembenihan,
pembesaran, pengolahan, pemasaran ke seluruh wilayah di Indonesia sampai
pelatihan budidaya air tawar.
Bapak Deni Rusmawan merupakan pendiri CV Dejee Fish dan beliau
lulusan D3 Universitas Padjadjaran Jurusan Informatika. Beliau menjalankan
usaha perikanan pada awal 2005 dengan menjalankan usaha penjualan Ikan
Gurami konsumsi ke restoran-restoran di wilayah Sukabumi. Bapak Deni
Rusmawan memiliki visi hidup yang jelas, kepribadian yang dermawan dan berani
dalam mengambil resiko. Beliau yang tidak memiliki latar belakang dari
perikanan mampu mendirikan perusahan agribisnis bidang perikanan dan masih
berjalan hingga saat ini. Sosok Bapak Deni Rusmawan lebih lengkapnya
mengenai profil kewirausahaan dapat dilihat pada Lampiran 6.
Penjualan Ikan Gurami ukuran kosumsi pada awalnya hanya memiliki satu
pegawai serta mengalami kesulitan dalam memasarkan Ikan Gurami disebabkan
setiap restoran yang didatangi telah memiliki pemasok tetap dari wilayah Jawa
Tengah. Beliau tetap berusaha dengan menitipkan kartu nama disetiap restoran
yang didatangi dengan jaminan pelayanan tepat waktu dan kualitas ikan yang
baik. Akhirnya berbagai upaya yang telah diusahakan mendapatkan hasil dengan
banyaknya permintaan dari konsumen.
Bapak Deni mengembangkan usaha budidaya Ikan Air Tawar selain Ikan
Gurami pada tahun 2008. Usaha yang dikembangkan tidak hanya penjualan ikan
ukuran konsumsi, akan tetapi Ikan Air Tawar dalam berbagai jenis dan ukuran.
Bapak Deni mengalami banyak permintaan Ikan Air Tawar pada tahun yang
sama, diantaranya Ikan Patin, Lele, Bawal dan Nila. Permintaan tersebut tidak
hanya di wilayah Sukabumi akan tetapi seluruh wilayah Indonesia. Beliau
mengalami kesulitan dalam pengiriman ikan disebabkan teknologi pengiriman
yang belum tepat, sehingga ikan yang dikirim banyak yang mati ketika sampai di
tempat tujuan.
Beliau mencari tahu bagaimana teknologi yang tepat untuk pengiriman
ikan ke luar kota, dan pada akhirnya beliau dikenalkan kepada Bapak Jaka
Trenggana oleh salah seorang rekan kerjanya. Bapak Jaka Trenggana merupakan
alumni Universitas Djuanda Bogor Jurusan Perikanan yang merupakan pegawai di
Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT). Pengalaman Bapak
Jaka dibidang perikanan mampu membantu perusahaan Bapak Deni dalam
melakukan pengiriman dengan penggunaan teknologi yang tepat. Sejak saat itu
Bapak Deni dan Bapak Jaka bersepakat untuk mendirikan usaha perikanan
bersama yang bergerak diberbagai bidang usaha, yaitu budidaya air tawar, jasa
pengiriman domestic, jasa pelatihan budidaya Ikan Air Tawar dan jasa penjualan
obat-obatan serta peralatan perikanan.
Bapak Deni dan Bapak Jaka meresmikan nama perusahaan dengan nama
CV Dejee Fish di tahun yang sama. Nama CV Dejee Fish tercetus dari kata DJ
atau disk jockey yakni seseorang yang bekerja untuk mengatur irama musik,
seperti halnya harapan Bapak Deni dan Bapak Jaka terhadap perusahaan yang
didirikan mampu mengatur perkembangan dan kemajuan perikanan air tawar di
Indonesia. Kata DJ pun diambil dari inisial nama pemilik perusahaan, yaitu Deni
dan Jaka.
Bapak Deni mendaftarkan perusahaan ke Badan Pelayanan dan Perizinan
Terpadu Kabupaten Sukabumi pada tahun 2008. CV Dejee Fish memiliki izin
tempat usaha dan terdaftar secara resmi yang dikeluarkan oleh Badan Pelayanan
dan Perizinan Terpadu Kabupaten Sukabumi tahun 2011 dengan nomor
503.4/538/SITU.438-BPPT/2011. Surat izin tempat usaha CV Dejee Fish dapat
dilihat pada Lampiran 7. Berbeda dengan izin tempat usaha, izin jenis usaha
perseroan komanditer diperoleh tahun 2010 oleh notaris Ny. Elly Heryati, SH
dengan nomor 67/2010.
CV Dejee Fish mengalami perkembangan setiap tahunnya dan melahirkan
unit usaha lainnya, yaitu Dejee Food (usaha pengolahan ikan), Dejee Fashion
(usaha konveksi pakaian), Dejee Travel (usaha penjualan tiket pesawat) dan Dejee
Car (usaha penyewaan mobil). Saat ini CV Dejee Fish telah memiliki 30 plasma
yang tersebar di wilayah Sukabumi sebagai penunjang kelancaran usaha.
3.3 Visi dan Misi CV Dejee Fish
CV Dejee Fish didirikan tidak hanya untuk memenuhi finansial saja,
dalam pendiriannya perusahaan mempunyai visi dan misi yang jelas untuk
membawa perusahaannya lebih maju.
Visi Perusahaan:
“Menjadikan Dejee Fish sebagai perusahaan perikanan yang handal,
tangguh dan berdaya saing untuk meningkatkan kesejahteraan bersama”
Misi Perusahaan:
1. Mengembangkan perikanan budidaya Indonesia.
2. Meningkatkan kapasitas kemampuan masyarakat dalam bidang budidaya
perikanan air tawar.
3. Membangun usaha perikanan dengan sistem budidaya yang
mengedepankan aspek bisnis.
4. Menjalin kerjasama sinergitas antara perusahaan, masyarakat dan
pemerintahan.
3.4 Struktur Organisasi CV Dejee Fish
Struktur Organisasi CV Dejee Fish, penulis dapatkan dari dokumen
perusahaan. CV Dejee Fish dipimpin oleh direktur utama yang sekaligus pemilik
perusahaan tersebut. Direktur utama dalam mengelola perusahaan dibantu oleh
seorang sekretaris dan bendahara. Direktur utama membawahi divisi logistik,
divisi transportasi, divisi marketing, divisi Manajemen Pengendali Mutu (MPM),
divisi penelitian dan pengembangan (LITBANG), dan divisi pelatihan dan
magang. Divisi MPM membawahi divisi budidaya seperti divisi Lele, divisi Nila,
divisi Patin, divisi Gurami, divisi Ikan Hias, divisi Udang, divisi pemeliharaan
Induk dan divisi Quality Control (QC) & Pengadaan. Struktur organisasi CV
Dejee Fish dapat dilihat pada Gambar 1.
STRUKTUR ORGANISASI CV DEJEE FISH
Gambar 1 Struktur Organisasi CV Dejee Fish
Berdasarkan Gambar 1 tentang struktur organisasi di CV Dejee Fish, maka tugas
dari masing-masing jabatan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pembina
Pembina adalah orang yang bertugas membantu dan membina direktur
dalam melaksanakan arahan dan pengawasan disetiap unit bisnis. Selain itu
Dirrektur
Wakil Direktur
Sekretaris Bendahara
Administrasi
Divisi-divisi
Pembina
Logistik
Transportasi
MPM
Marketing
LITBANG
Pelatihan
&
Magang
Divisi Gurami Divisi Ikan Hias
Divisi Lele
Divisi Patin
Divisi Nilai
Divisi Udang
Pemeliharaan Induk
QC & Pengadaan
pembina juga berpartisipasi dalam memberikan ide-ide atau opini dalam mencapai
hasil kesepakatan serta mengambil keputusan strategis bersama direktur dan wakil
direktur.
2. Direktur
Direktur adalah orang yang bertugas memberikan arahan tugas dan
tanggung jawab kepada karyawan sesuai jabatan dan bidangnya masing-masing,
mengambil keputusan strategis bersama pembina dan wakil direktur, melakukan
pengorganisasian dan pengendalian terhadap kinerja karyawan, melakukan
evaluasi kegiatan dengan seluruh karyawan, serta memberikan reward dan
punishment kepada karyawan.
3. Wakil Direktur
Wakil direktur adalah orang yang bertugas membantu direktur dalam
melakukan pengawasan kepada karyawan, dan berpartisipasi dalam memberikan
ide-ide atau opini dalam mencapai hasil kesepakatan.
4. Sekretaris
Sekretaris mempunyai tugas membuat laporan kondisi perusahaan dan
proposal serta sertifikat pelatihan.
5. Bendahara
Bendahara mempunyai tugas membuat laporan keuangan, mengatur
keuangan perusahaan dan mencatat pengeluaran dan pemasukan keuangan
perusahaan.
6. Administrasi
Administrasi adalah orang yang membantu tugas sekretaris, adapun tugas
administrasi diantaranya mencatat setiap transaksi penjualan yang terjadi dan
melayani serta menangani pemesanan ikan.
7. Logistik
Logistik mempunyai tugas menyiapkan peralatan panen, mengecek
peralatan di gudang, memindahkan ikan yang telah dipanen dari kolam ke mobil
angkut dan mengangkut ikan yang baru datang.
8. Transportasi
Divisi transportasi mempunyai tugas mengirim pesanan ikan ke bandara
dan memelihara kendaraan yang digunakan untuk mengangkut ikan.
9. Marketing
Divisi marketing mempunyai tugas melakukan pemasaran produk-produk
perusahaan baik itu melalui promosi langsung ke konsumen maupun melalui
website dan brosur.
10. LITBANG
Divisi penelitian dan pengembangan (LITBANG) mempunyai tugas
merencanakan berbagai pengembangan perusahaan, melakukan inovasi teknik
budidaya dan melakukan inovasi teknik packing.
11. Pelatihan dan Magang
Pelatihan dan magang adalah orang yang bertugas membuat perencanaan
pelatihan dan magang, membuat kurikulum pelatihan dan magang,
menyelengarakan pelatihan dan magang serta memandu peserta pelatihan dan
magang.
12. MPM
Divisi manajemen pengendali mutu (MPM) mempunyai tugas menangani
dan bertanggung jawab secara profesional terhadap kegiatan budidaya. Adapun
yang berada di bawahnya antara lain:
a. Divisi Ikan Lele
Divisi ini bertugas merawat dan memelihara ikan lele dari mulai menguras
kolam terpal ikan, memberi pakan dan vitamin, menyortir ikan yang sakit atau
mati, melakukan pemijahan sampai melakukan packing jika ada pesanan.
b. Divisi Ikan Nila
Divisi ini bertugas merawat dan memelihara ikan nila dari mulai
menyiapkan kolam pemijahan, memijahkan ikan, memberi pakan dan vitamin,
menyortir ikan yang sakit atau mati, sampai melakukan packing jika ada pesanan.
c. Divisi Ikan Patin
Divisi ini bertugas merawat dan memelihara ikan patin dari mulai
menguras akuarium benih ikan, memberi pakan dan vitamin, menyortir ikan yang
sakit atau mati, sampai melakukan packing jika ada pesanan.
d. Divisi Ikan Gurami
Divisi ini bertugas merawat dan memelihara Ikan Gurami dari mulai
menyiapkan kolam pemijahan, memijahkan, menguras akuarium benih ikan,
memberi pakan dan vitamin, menyortir ikan yang sakit atau mati, sampai
melakukan packing jika ada pesanan.
e. Divisi Ikan Hias
Divis ini bertugas merawat dan memelihara ikan hias dari mulai menguras
akuarium ikan hias, memberi pakan dan vitamin, menyortir ikan yang sakit atau
mati, sampai melakukan packing jika ada pesanan.
f. Divisi Ikan Udang
Divisi ini bertugas menangani pemesanan udang dan menyiapkan fiber
atau tempat packing untuk udang jika ada pemesanan.
g. Pemeliharaan Induk
Divisi pemeliharaan induk adalah orang yang bertugas memelihara calon
induk agar tetap berkualitas dan memilih calon induk yang berkualitas.
h. QC dan Pengadaan
Divisi Quality Control (QC) dan pengadaan mempunyai tugas menyeleksi
ukuran, jumlah dan kualitas ikan yang akan dikeluarkan perusahaan serta
menyediakan dan mengatur ikan hasil panen untuk dipasarkan.
3.5 Sumberdaya CV Dejee Fish
3.5.1 Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia merupakan faktor terpenting yang dibutuhkan suatu
perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Jumlah sumberdaya manusia
yang dipekerjakan berpengaruh pada produktivitas, kualitas produksi dan
pendapatan perusahaan. Jumlah karyawan harus sesuai dengan yang dibutuhkan.
Karyawan CV Dejee Fish terdiri atas karyawan harian dan karyawan bulanan.
Sampai bulan Oktober 2012 perusahaan telah mempekerjakan 23 orang karyawan.
Perusahaan merekrut karyawan dari daerah sekitar lokasi perusahaan
dengan tujuan menjaga hubungan baik dengan warga sekitar dan membantu
meningkatkan ekonomi masyarakat. Usia karyawan yang direkrut oleh perusahaan
berkisar antara 16-50 tahun dengan tingkat pendidikan rata-rata SMP-SMA dan
Diploma-Sarjana. Tingkat pendidikan SMP-SMA bekerja pada bagian produksi
dan lapangan. Tingkat pendidikan D3 dan Sarjana bekerja pada bagian
manajemen perusahaan. Perusahaan tidak melakukan langkah khusus dan syarat
yang rumit dalam perekrutan karyawan, hanya dibutuhkan kejujuran dan kemauan
untuk bekerja, karena teknik proses produksi dapat belajar secara otodidak.
CV Dejee Fish memiliki jumlah karyawan laki-laki 20 orang dan
karyawan perempuan 3 orang. Usaha dibidang perikanan lebih banyak
membutuhkan karyawan laki-laki disebabkan lebih banyak membutuhkan tenaga
teknis atau tenaga angkut. Karyawan perempuan bekerja di kantor mengurus
administrasi dan keuangan. Daftar nama karyawan CV Dejee Fish tercantum pada
Lampiran 8.
Jam kerja yang diberlakukan di perusahaan yaitu pukul 07.30-16.00 WIB
untuk karyawan bagian kantor, sedangkan untuk karyawan bagian lapangan pukul
06.00-18.00 WIB. Khusus di hari Selasa dan Jum’at semua karyawan bekerja
sampai pukul 19.00, karena hari tersebut merupakan kegiatan rutin pengiriman
ikan ke luar daerah. Hari Minggu merupakan hari libur perusahaan, khusus untuk
karyawan lapangan hari libur menggunakan sistem shift.
3.5.2 Sumberdaya Modal
CV Dejee Fish memperoleh modal awal dari Bapak Deni Rusmawan
selaku pemilik perusahaan sebesar Rp 3.000.000. Modal mengalami penambahan
setiap tahunnya yang berasal dari laba bersih usaha. Modal selain laba bersih CV
Dejee Fish pun mendapat dana hibah CSR dari salah satu Bank. Investasi yang
dilakukan pemilik perusahaan diperoleh dari perputaran modal usahanya, tanpa
ada peminjaman ke Bank.
3.5.3 Sumberdaya Fisik
Sumberdaya fisik merupakan aset perusahaan yang memiliki peranan
penting dalam kelancaran usahanya. Sumberdaya fisik yang dimiliki meliputi:
lahan budidaya, bangunan, sarana administrasi, sarana transportasi serta peralatan
sebagai sarana produksi dengan kondisi sudah memadai.
CV Dejee Fish memiliki lahan seluas 5.610 m2 yang dimanfaatkan untuk
lahan budidaya dan villa. Luas lahan tersebut terdapat di wilayah Cibaraja dan
Cipuntang Kecamatan Cisaat Kabupaten Sukabumi. Villa berfungsi sebagai aula
dan penginapan para peserta pelatihan budidaya Ikan Air Tawar. Status
kepemilikan lahan tersebut adalah milik sendiri.
Bangunan yang dimiliki CV Dejee Fish seluas ± 120 m2, terdiri atas
kantor, 2 ruangan hatchery, konveksi dan ruang olahan. Asrama merupakan
fasilitas bagi karyawan dan orang-orang yang melakukan pelatihan dan magang
tersebar di berbagai tempat, yaitu kantor, hatchery Ikan Gurami, hatchery ikan
patin konveksi dan ruang olahan. Status kepemilikan bangunan untuk hatchery,
konveksi dan ruang olahan yaitu sewa.
Sarana administrasi yang dimiliki CV Dejee Fish terdiri atas alat tulis
kantor, 2 unit computer, printer, wireless terminal, projector dan perangkat
telekomunikasi berupa telephone dan faximile. Sarana transportasi yang dimiliki
CV Dejee Fish yaitu 2 unit mobil pick up yang menjadi penunjang kegiatan
pemasaran dalam melakukan pengiriman barang ke pelanggan dan kegiatan
operasional lainnya.
Berbagai macam peralatan digunakan oleh perusahaan guna menunjang
setiap proses budidaya, peralatan tersebut dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan.
Kepemilikkan peralatan diperoleh dari pengadaan modal sendiri. Pengadaan
peralatan yang dibutuhkan selama usaha berjalan, dilakukan secara berkala setiap
tahunnya sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan. Peralatan diperoleh dengan
membeli di toko-toko yang terdapat di sekitar perusahaan.
3.6 Keuangan CV Dejee Fish
Kondisi keuangan CV Dejee Fish dapat dikatakan baik, karena setiap
tahunnya sejak awal didirikan perusahaan hingga saat ini selalu mendapat
keuntungan, meskipun pernah mengalami kerugian akan tetapi perusahaan dapat
bangkit kembali sehingga masih berjalan dengan baik hingga saat ini. Penulis
mendapatkan informasi kondisi keuangan perusahaan melalui wawancara dengan
direktur CV Dejee Fish pada tanggal 27 September 2012.
Keuangan perusahaan merupakan salah satu faktor yang harus
diperhatikan, karena berhubungan dengan rencana alokasi biaya untuk seluruh
kegiatan operasional perusahaan. Pengendalian keuangan dapat dilakukan dengan
melakukan pencatatan keuangan secara sistematis yang dapat disajikan dalam
bentuk laporan laba rugi serta arus kas (cash flow).
CV Dejee Fish merupakan perusahaan yang bersifat profit oriented, maka
dalam penyajian laporan keuangannya pun harus ditampilkan dalam analisis usaha
yang dapat dipertanggungjawabkan. CV Dejee Fish selalu melakukan pencatatan
secara terstruktur dengan menyajikannya dalam bentuk laporan laba rugi. Laporan
laba rugi tersebut dibuat langsung dan hanya diketahui oleh pemilik perusahaan,
sehingga penulis tidak mendapat data kondisi keuangan CV Dejee Fish.
IV. DESKRIPSI KEGIATAN AGRIBISNIS PERUSAHAAN
4.1 Subsistem Pengadaan Sarana Produksi CV Dejee Fish
Pengadaan sarana produksi merupakan salah satu subsistem agribisnis
yang mencakup kegiatan mengidentifikasi input-input dan sarana yang dibutuhkan
baik dari segi jenis, jumlah, mutu ataupun spesifikasinya (Sa’id dan Intan, 2004).
Sarana produksi yang berkesinambungan akan mempengaruhi kelancaran usaha
yang dijalankan oleh perusahaan.
Pengenalan penggunaan input di CV Dejee Fish penulis laksanakan pada
hari pertama melaksanakan praktik lapang melalui wawancara dengan Bapak Obet
selaku Kepala Bagian Logistik, selanjutnya kegiatan dilaksanakan setiap
melaksanakan kegiatan budidaya. CV Dejee Fish mengelola sarana produksi baik
dari segi jenis maupun jumlah berdasarkan kebutuhan. Sarana produksi yang
terdapat pada CV Dejee Fish yaitu media budidaya, peralatan, induk, benih ikan,
pakan dan obat-obatan.
4.1.1 Media Budidaya
Media Budidaya yang digunakan perusahaan berupa akuarium, kolam
terpal dan kolam tembok yang ada di Cibaraja, Sukabumi serta kolam tanah yang
ada di Cipuntang, Sukabumi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pembuatan dan persiapan media budidaya diantaranya sumber air, kualitas air,
derajat keasaman dan suhu.
Akuarium merupakan media budidaya yang digunakan untuk pembenihan
Ikan Gurami dan Ikan Patin. Ruangan tertutup yang digunakan untuk pembenihan
dinamakan hatchery. Suhu ruangan hatchery disesuaikan dengan kebutuhan dalam
proses perawatan benih ikan, setiap ruang hatchery terdiri atas 30 Akuarium.
Kolam terpal terdiri atas dua lokasi yaitu lokasi outdoor (ruangan terbuka)
dan di lokasi indoor (ruangan tertutup). Kolam terpal digunakan untuk
pemeliharaan induk Ikan Lele serta pembesaran Ikan Lele dan Ikan Patin. Kolam
tembok digunakan untuk pemberokan, pembenihan Ikan Lele dan Ikan Patin,
budidaya cacing Tubifex dan penampungan air sebelum diisi ke akuarium.
Kebutuhan media budidaya ini diperoleh dengan membeli di toko-toko yang
berada di sekitar perusahaan. Jenis Media budidaya yang digunakan CV Dejee
Fish dapat dilihat pada Lampiran 9, sedangkan jumlah media budidaya CV Dejee
Fish dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah Media Budidaya CV Dejee Fish Tahun 2012
Jenis Lokasi Ukuran (m2) Julam (buah)
Akuarium Gurami Cibaraja 0,45 x 0,9 30
Akuarium Patin Cibaraja 0,45 x 0,9 30
Terpal Cibaraja 3x2 2
2x2 6
1x2 2
3x3 1
2x2 4
3x2 3
Tembok Cibaraja 2x2 2
2x4 2
Bak Pemberokan Cibaraja 5x2 2
Bak Tandon Cibaraja 2x1,5 1
4x1 1
Bak Cacing Tubifex Cibaraja 1,5x2 1
Kolam Tanah Cipuntang 10x5 1
5x5 2
5x3 2
Sumber : CV Dejee Fish, 2012
4.1.2 Peralatan
CV Dejee Fish dalam melakukan proses produksi membutuhkan peralatan
untuk menunjang kegiatan budidaya air tawar tersebut. Peralatan biasanya
memiliki masa pakai yang bervariasi, sehingga perawatan dan pengawasan
terhadap peralatan yang digunakan selama kegiatan usaha dilakaukan, harus
diperhatikan oleh perusahaan. Perawatan dan pengawasan tersebut dilakukan
supaya kelancaran dalam proses produksi dapat terjaga dan meminimalkan
keluarnya biaya investasi. Peralatan yang digunakan perusahaan selama proses
produksi dapat dilihat pada Lampiran 10.
4.1.3 Induk
Kualitas telur ikan dipengaruhi oleh kualitas induk, untuk menjaga kualitas
induk maka dibutuhkan proses perawatan dan penyeleksian induk ikan. Hal yang
perlu diparhatikan dalam pemeliharaan induk ikan yaitu keadaan lingkungan,
kondisi kolam, jenis kolam dan jumlah pakan yang diberikan.
Induk yang baik dan berkualitas adalah induk yang memiliki sertifikat.
Sertifikat induk ikan merupakan sumber informasi bagi pembudidaya untuk
mengetahui asal-usul dari induk tersebut. Asal-usul induk perlu diketahui untuk
mencegah terjadinya pemijahan dalam (inbreeding) yang akan menurunkan
kualitas benih. Pengadaan induk Ikan Air Tawar CV Dejee Fish berasal dari Balai
Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Gambar induk
Ikan Patin dan Ikan Lele dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2 Induk Ikan Patin dan Ikan Lele
4.1.4 Benih Ikan
CV Dejee Fish memperoleh benih ikan dengan melakukan pembenihan
sendiri, membeli kepada pembudidaya ikan yang menjadi mitra, dan benih dari
Balai Besar Pembenihan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi pada jenis
ikan terterntu. Pembenihan sendiri dilakukan dengan pemijahan alami, semi-
buatan dan buatan disesuaikan dengan jenis ikannya. Benih Ikan Nila GESIT dan
Lele Sangkuriang berasal dari BBPBAT. CV Dejee Fish telah memiliki sertifikat
Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) sehingga benih yang dihasilkan
kualitasnya telah terjamin. Sertifikat CPIB CV Dejee Fish dapat dilihat pada
Lampiran 11.
4.1.5 Pakan
Pakan berfungsi sebagai penyedia energi bagi aktivitas sel-sel tubuh.
Karbohidrat, lemak dan protein dalam pakan berfungsi sebagai sumber energi bagi
tubuh. Protein, mineral dan air merupakan bahan baku utama pembentukan sel-sel
dan jaringan tubuh. Protein, mineral dan vitamin berfungsi dalam pengaturan suhu
tubuh, keseimbangan asam-basa, tekanan osmotik cairan tubuh serta proses
metabolisme dalam tubuh (Saparinto, 2011).
CV Dejee Fish menggunakan pakan alami dan pakan buatan. Pakan buatan
atau pelet yang digunakan merupakan pelet dengan merek PT Sinta Prima dengan
berbagai ukuran, yakni serbuk, 781-2 dan 781-3. Pembelian pelet dilakukan
dengan sistem langganan disebabkan letak penjual pakan yang berdekatan
jaraknya dengan perusahaan. Pembelian pelet dilakukan jika persediaan sudah
habis.
Pakan alami adalah makanan yang tersedia di alam dan manusia tidak
dapat membuatnya. Pakan alami yang digunakan di CV Dejee Fish berupa daun
talas, Artemia, cacing Tubifex dan Daphnia sp. Pakan berupa daun talas diperoleh
dengan dibudidayakan di sekitar kolam supaya kebutuhan nutrisi ikan tetap
terjaga. Daphnia sp dan Artemia diperoleh dengan membeli di toko-toko yang
menjual kebutuhan perikanan di daerah sekitar perusahaan, sedangkan cacing
Tubifex diperoleh dengan membeli ke pembudidaya cacing Tubifex di Kabupaten
Cianjur dengan harga Rp 10.000 per liter.
Perubahan ukuran pada ikan mempengaruhi adanya perubahan makanan
pada ikan. Menurut Effendi dan Oktariza (2006) refleksi perubahan makanan ikan
pada waktu kecil sebagai pemakan plankton dan bila dewasa mengikuti kebiasaan
induknya dapat terlihat dari sisiknya. Pemberian pakan pada ikan disesuaikan
dengan ukuran mulutnya. Ukuran ikan kurang dari 3 gram menggunakan pakan
ukuran serbuk, 3-40 gram/ekor menggunakan 781-2 dan lebih dari 40 gram/ekor
menggunakan 781-3. Berbagai jenis pakan yang digunakan CV Dejee Fish dapat
dilihat pada Gambar 3.
(a) (b) (c)
Gambar 3 Jenis-Jenis Pakan yang Digunakan CV Dejee Fish (a) Pelet
Ukuran Kecil (b) Pelet Ukuran Besar (c) Cacing Tubifex
4.1.6 Obat-obatan
Obat-obatan sangat dibutuhkan ketika ikan terserang penyakit sehingga
dapat segera diatasi dan penyakit tidak menyebar ke ikan lain yang belum terkena
penyakit. Obat-obatan yang digunakan oleh CV Dejee Fish antara lain Methyliene
blue, Kalium permanganat (KMnO4) atau yang sering dikenal dengan PK dan
garam dapur (NaCl). Methyliene blue digunakan untuk memperkuat daya tahan
telur hasil pemijahan maupun anakan yang baru menetas dari serangan jamur
maupun virus-virus yang biasa menyerang telur dan benih ikan yang baru
menetas.
Kalium permanganat (KMnO4) digunakan untuk menutup bagian tubuh
ikan yang terluka sehingga diharapkan jamur tidak dapat tumbuh disekitar luka
yang ada. NaCl berfungsi untuk mengobati penyakit cacing insang dan cacing
kulit. Obat-obatan ini didapat dengan membeli di toko-toko yang menjual
kebutuhan perikanan di daerah Cibaraja, Sukabumi. CV Dejee Fish dalam proses
budidayanya tidak jarang menggunakan antibiotik alami untuk kebutuhan obat-
obatannya. Antibiotik alami dibuat dari bahan-bahan yang alami yakni kuning
telur, bawang putih dan mengkudu yang dihaluskan kemudian dicampurkan pada
pelet. Penulis mengikuti kegiatan pembuatan alami sebanyak tiga kali. Obat-
obatan yang digunakan CV Dejee Fish dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Obat – Obatan yang Digunakan CV Dejee Fish
4.2 Subsistem Budidaya di CV Dejee Fish
Proses Budidaya merupakan subsistem agribisnis yang sangat menentukan
keberhasilan usaha dan membutuhkan biaya paling besar. Kegiatan produksi
merupakan proses transformasi masukan menjadi suatu keluaran. Kegiatan
produksi adalah melaksanakan rencana produksi yang telah dibuat dan merupakan
kegiatan yang mempunyai masa yang cukup lama serta terkait dengan bagaimana
mengelola proses produksi berdasarkan masukan, baik yang langsung maupun
tidak langsung untuk menghasilkan produk (Sa’id dan Intan, 2004).
CV Dejee Fish memasarkan berbagai jenis Ikan Air Tawar dengan
berbagai ukuran kepada konsumen, akan tetapi dalam budidayanya hanya
beberapa jenis ikan saja. Penulis hanya mengikuti kegiatan produksi Ikan Gurami,
Ikan Patin dan Ikan Lele karena budidaya ketiga jenis ikan tersebut dilaksanakan
di Cibaraja, Sukabumi dan kegiatan praktik lapang paling banyak di Cibaraja,
Sukabumi, hanya dua kali saja penulis mengikuti kegiatan budidaya di Cipuntang,
Sukabumi.
Kegiatan usaha budidaya perikanan secara umum terdiri atas pembenihan,
pendederan dan pembesaran. Setiap kegiatan usaha budidaya tersebut memiliki
segmentasi usaha sesuai dengan bentuk dan ukurannya. Segmentasi kegiatan
usaha pembenihan terdiri atas pemijahan/peneluran dan penetasan/pembenihan
(Saparinto, 2011). Kegiatan pada subsistem budidaya di CV Dejee Fish dilakukan
setiap hari selama penulis melaksanakan praktik lapang, meliputi pembenihan,
pendederan dan pembesaran.
4.2.1 Pembenihan Ikan
Kegiatan pembenihan ikan merupakan kegiatan usaha yang bertujuan
menghasilkan benih ikan. Benih ikan yang dihasilkan tersebut akan menjadi input
bagi kegiatan usaha pendederan dan pembesaran. Berdasarkan kegiatan praktik
lapang yang telah dilakukan penulis, dalam pembenihan Ikan Air Tawar memiliki
tujuh tahapan. Tahapan pembenihan Ikan Air Tawar tersebut terdiri atas persiapan
induk, seleksi induk ikan, pemberokan (karantina), persiapan kolam pemijahan,
pemijahan, penetasan telur dan pemeliharaan larva.
Persiapan induk merupakan proses pemisahan dan pemeliharan calon
induk ikan dalam kolam induk. Faktor yang harus diperhatikan dalam
pemeliharaan induk yaitu perawatan dan perbaikan media budidaya, penebaran
induk dan pemberian pakan (Saparinto, 2011). CV Dejee Fish memelihara Induk
Gurami, Nila, Mas, Baung, Patin, dan Lele. Pemeliharaan Induk Gurami, Mas,
Nila, Patin dan Baung dilakukan di kolam tanah, sedang Ikan Lele dipelihara di
kolam terpal.
Pemeliharaan induk dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan memisahkan
dan menggabungkan induk jantan dan betina (Saparinto, 2011). CV Dejee fish
melakukan pemeliharaan induk dengan cara memisahkan induk jantan dan betina.
Pemisahan induk jantan dan betina dilakukan untuk menghindari terjadinya
pemijahan liar.
Seleksi induk merupakan proses menentukan induk yang telah matang
gonad (siap untuk melakukan pemijahan). Penentuan induk yang telah matang
gonad setiap jenis ikan memiliki cara yang berbeda-beda. Induk Gurami dan Lele
dapat diketahui dari tampilan fisiknya, Induk Nila dan Mas dengan cara mengurut
bagian tubuhnya, sedangkan Ikan Patin dengan cara memasukkan selang kecil ke
dalam tubuhnya dan menyedotnya sehingga keluar cairan dalam tubuh.
Pemberokan atau karantina induk merupakan proses pemuasaan induk ikan
yang dilakukan setelah dilakukan seleksi induk dan sebelum induk dipijahkan
selama 1-2 hari. Pemberokan dilakukan dengan tujuan membuang kotoran,
mengurangi kandungan dalam gonad dan meyakinkan hasil seleksi induk betina
(Mahyuddin, 2008). Selama kegiatan praktik lapang di CV Dejee Fish, penulis
melakukan pemberokan terhadap Ikan Patin dan Ikan Lele. Pemberokan terhadap
Ikan Patin dan Ikan Lele dilakukan di kolam pemberokan.
Setelah dilakukan tahap pemberokan selama 1-2 hari, tahap berikutnya
adalah persiapan kolam pemijahan. Persiapan kolam pemijahan dilakukan dengan
cara membersihkan, mengeringkan dan mengisi air kolam. Kolam pemijahan
setiap jenis ikan berbeda-beda ada yang dilakukan di kolam tembok dan ada yang
dilakukan di kolam tanah. Pemijahan yang dilakukan penulis yaitu pemijahan Ikan
Lele dan Ikan Patin yang dilakukan pada kolam tembok. Kolam pemjahan untuk
Ikan Lele dilengkapi dengan kakaban sebagai tempat menempelkan telur,
sedangkan kolam pemijahan Ikan Gurami dilengkapi sarang sebagai tempat
penyimpanan telur.
Tahap selanjutnya yang dilakukan yaitu proses pemijahan. Proses
pemijahan setiap jenis ikan berbeda-beda. Pemijahan pada Ikan Lele dilakukan
dengan tiga cara yaitu pemijahan alami, pemijahan semi buatan dan pemijahan
buatan. Pemijahan pada Ikan Patin dilakukan dengan dua cara, yaitu pemijahan
alami dan pemijahan buatan. Pemijahan pada Ikan Gurami hanya dapat dilakukan
dengan cara pemijahan alami sehingga benih Ikan Gurami lebih sulit diperoleh
dibandingkan dengan benih Ikan Lele dan Ikan Patin.
Proses pemijahan yang dilakukan penulis selama praktik lapang di CV
Dejee Fish diantaranya pemijahan Ikan Lele dengan cara semi buatan dan buatan
serta pemijahan Ikan Patin dengan cara buatan. Teknik pemijahan yang dipakai
perusahaan yaitu pemijahan alami, akan tetapi perusahaan melakukan teknik semi
buatan dan buatan pada saat pelatihan. Berdasarkan informasi yang didapatkan
dari karyawan proses pemijahan secara alami adalah pemijahan yang dilakukan
pada induk tanpa pemberian hormon perangsang sehingga pengeluran sel sperma
dan sel telur dilakukan dan dibuahi secara alami. Induk Ikan Lele biasanya akan
memijah pada malam hari menjelang pagi hari.
Teknik pemijahan Ikan Lele secara semi buatan dan buatan dilaksanakan
ketika ada pelatihan Ikan Lele dari Bogor pada tanggal 29 Agustus 2012. Proses
pemijahan dengan teknik semi buatan diantarannya induk yang sudah diseleksi
kemudian ditimbang untuk mendapatkan dosis penyuntikkan hormon ovaprim dan
larutan NaCl. Dosis untuk induk betina adalah 0,3 ml/kg induk hormon ovaprim
dan 0,2 ml/kg induk NaCl 0,9%, sedangkan dosis untuk induk jantan adalah
setengah dari dosis induk betina. Dosis yang telah didapatkan, kemudian
disuntikkan pada induk jantan dan induk betina, selanjutnya induk Ikan Lele
dimasukkan ke kolam pemijahan. Setelah 10-12 jam, induk lele diperiksa jika di
kakaban terdapat telur berarti Ikan Lele sudah memijah. Langkah terakhir kakaban
diangkat dari kolam pemijahan ke kolam penetasan.
Pemijahan buatan Ikan Lele dilakukan dengan menyuntikan hormon
ovaprim dan larutan NaCl 0,9% kepada induk betina saja. Induk betina yang
sudah disuntik lalu dikarantina selama 10-12 jam di kolam yang berbeda dengan
induk jantannya. Keesokan harinya dilakukan proses stripping (pengurutan) pada
induk betina untuk mengeluarkan telur induk Ikan Lele. Sperma dari induk jantan
diambil sebelum dilakukan striping. Pengambilan sperma dilakukan dengan cara
dimatikan terlebih dahulu induk jantannya, kemudian sperma diencerkan dengan
larutan NaCl 0,9%. Proses selanjutnya dilakukan pencampuran telur induk betina
yang sudah di striping dengan larutan sperma. Telur dan larutan sperma yang
sudah dicampurkan kemudian diaduk (fertilisasi) dan disebar di kolam penetasan
dengan menggunakan hapa.
Proses pemijahan Ikan Patin dengan teknik buatan dilakukan pada tanggal
6-7 Oktober 2012 pada saat pelatihan Ikan Patin dari Kalimantan. Proses
pemijahan secara buatan dilakukan dengan cara penyuntikkan pada induk jantan
dan induk betina dengan perbandingan satu induk betina dan dua induk jantan per
kolam. Penyuntikkan dilakukan dengan menggunakan jarum sutik yang telah
disterilisasi. Penyuntikkan Ikan Patin dilakukan sebanyak dua kali selama dua hari
berturut-turut. Penyuntikkan tahap pertama menggunakan hormon HCG (Hormon
chorionic gonadotropin) dengan dosis 0,5 ml per kg induk betina. Penyuntikkan
ini bertujuan mempercepat tingkat kematangan gonad, sedangkan untuk
penyuntikkan tahap kedua menggunakan hormon ovaprim dengan dosis 0,6 ml/kg
induk betina.
Striping pada induk jantan dan betina dilakukan dua belas jam setelah
proses penyuntikkan kedua. Hal yang harus diperhatikan sebelum dilakukan
striping telur adalah kebersihan Ikan Patin dari kotoran dan urin. Pembersihan
tubuh ikan sebelum striping dilakukan supaya telur yang dihasilkan tidak
tercemar. Pengurutan telur dilakukan dari perut ke arah lubang genital induk ikan.
Selain pengurutan telur dari induk betina, dilakukuan juga pengurutan sperma dari
induk jantan. Telur dan sperma induk yang telah dihasilkan dicampurkan pada
wadah, kemudian diaduk hingga rata dengan menggunakan bulu ayam selama
kurang lebih tiga menit setiap 100 ml kelompok sel telur dapat dicampur dengan 5
ml sperma. Campuran telur dan sperma yang telah diaduk rata kemudian ditebar
di akuarium yang telah disiapkan sebelumnya. Proses pemijahan Ikan Patin dan
Ikan Lele dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Proses Pemijahan Ikan Patin dan Ikan Lele
Media penetasan telur setiap jenis ikan berbeda-beda. Penetasan Ikan Lele
dilakukan pada media tembok seluas 2x4 m2 dengan menggunakan hapa,
sedangkan penetasan Ikan Patin dilakukan di akuarium yang berukuran 45x90
cm2. Keberhasilan dalam penetasan telur dipengaruhi oleh proses pemijahan,
sehingga pemijahan dilakukan oleh karyawan yang memiliki keahlian.
Telur yang sudah ditebar dan menetas menjadi larva, tahap selanjutnya
dilakukan pemeliharaan larva. Pemeliharaan larva untuk Ikan Air Tawar pada
dasarnya sama, yaitu pengontrolan kondisi air dan pemberian nutrisi, hanya saja
yang membedakan cara pengontrolan dan jenis pemberian nutrisi setiap jenis ikan.
Larva lele diberikan nutrisi pada hari ke-4 setelah penetasan, sebab selama 3 hari
larva masih memiliki cadangan makanan pada tubuhnya. Nutrisi yang diberikan
pada larva lele berupa kuning telur yang sudah direbus selama 7 hari.
Larva Patin mulai makan paling cepat pada jam ke-36 setelah menetas.
Larva diberikan pakan berupa Artemia yang telah dibudidayakan sebelumnya
selama tiga hari. Artemia diberikan setiap dua jam sekali sebanyak tiga sendok
makan per 30 akuarium. Hari berikutnya larva Patin diberikan nutrisi berupa
cacing Tubifex yang telah dicincang halus selama 15 hari. Larva gurami diberikan
nutrisi setelah 7 hari dari penetasan berupa cacing Tubifex selama 30 hari.
Benih yang dihasilkan dari kegiatan pembenihan menjadi input bagi
kegiatan pembesaran. Benih yang dihasilkan adakalanya masih terlalu kecil untuk
ditebarkan di kolam pembesaran, sehingga benih dipelihara kembali dalam
kegiatan pendederan hingga siap ditebar di kolam pembasaran (Saparinto,2011).
4.2.2 Pendederan
Kegiatan pendederan yang dilakukan di perusahaan biasanya hanya sampai
pendederan pertama. Media pendederan bisa dilakukan di kolam terpal, kolam
tembok, kolam tanah bahkan akuarium. Media pendederan yang digunakan
perusahaan untuk Ikan Lele dilakukan di kolam terpal, sedangkan untuk Ikan
Gurami pendederan I dilakukan di akuarium dan pendederan selanjutnya
dilakukan di kolam tanah. Pendederan Ikan Lele dilakukan setelah 3 minggu dari
penetasan. Pendederan Ikan Patin setelah 30 hari dari penetasan sedangkan
pendederan Ikan Gurami dilakukan setelah 10 hari dari penetasan. Kegiatan
pendederan yang diikuti penulis, yaitu pendederan Ikan Gurami disebabkan pada
Ikan Lele dan Patin permintaan pasar cukup tinggi dalam ukuran 5-7 hari untuk
lele dan 15-25 hari untuk Patin.
4.2.3 Pembesaran
Pembesaran merupakan usaha budidaya yang paling akhir dilakukan,
yakni kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk menghasilkan ikan ukuran
konsumsi. CV Dejee Fish tidak menekankan kegiatan usahanya pada pembesaran,
biasanya pada ukuran benih pun ikan sudah dijual. Sebagian ikan ada yang
dibesarkan di kolam terpal yaitu Ikan Lele dan Ikan Patin, dengan tujuan
memanfaatkan lahan yang ada, sebagai bukti bahwa perusahaan tidak sekedar bisa
memasarkan akan tetapi mampu melakukan budidaya serta sebagai display kepada
pengunjung baik yang hanya melihat-lihat saja maupun yang pelatihan.
Selain pembesaran Ikan Lele dan Ikan Patin, CV Dejee Fish pun
melakukan budidaya pembesaran Ikan Baung dan Nila pada kolam tanah di
wilayah Cipuntang, Sukabumi. Menurut Effendi dan Oktariza (2006) proses
produksi budidaya pembesaran meliputi kegiatan penyiapan wadah pemeliharaan,
penebaran benih, pemberian pakan, pengelolaan air, pencegahan dan
pemberantasan hama dan penyakit, pemantauan pertumbuhan dan populasi, serta
pemanenan. Setiap komponen kegiatan dalam proses produksi akan
mempengaruhi hasil saat pemanenan, sehingga untuk mendapatkan hasil yang
optimal diperlukan manajemen produksi yang baik. Manajemen produksi
pembesaran meliputi manajemen kolam, benih, pemberian pakan, kualitas air,
kesehatan ikan, sampling dan manajemen panen.
Persiapan wadah atau media budidaya setiap jenis ikan berbeda-beda,
tergantung jenis kolam yang akan digunakan. Perusahaan menggunakan kolam
terpal untuk pembesaran Ikan Lele dan Ikan Patin sedangkan untuk Ikan Gurami,
Nila, Mas dan Baung menggunakan kolam tanah. Kegiatan persiapan media
budidaya yang diikuti penulis yaitu persiapan kolam terpal. Peralatan dan bahan
untuk membuat kolam terpal dipersiapkan secara lengkap. Peralatan yang
dibutuhkan, yaitu linggis, palu, staples besar, mesin air dan selang, sedangkan
bahan yang dibutuhkan adalah terpal, bambu, kayu, isi staples dan paku. Setelah
kolam dibuat, kemudian air diisi air dengan volume setengah dari volume kolam.
Penebaran benih dilakukan setelah kegiatan persiapan wadah pemelihaan
selesai. Benih yang ditebar dikelola secara benar, mencakup jenis
(spesies/komoditas yang diusahakan), ukuran, asal dan padat penebaran (Effendi
dan Oktariza, 2006). Kegiatan penebaran benih yang dilakukan pada proses
produksi pembesaran ikan hanya pada Ikan Lele saja. Benih Ikan Lele yang sudah
disiapkan ditebar ke kolam pembesaran dengan padat tebar yang disesuaikan.
Pemberian pakan dilakukan selama proses produksi pembesaran
berlangsung yang bertujuan memacu pertumbuhan ikan. Pakan diberikan 3 kali
dalam sehari yaitu pagi, siang dan sore. Perusahaan menggunakan jenis pakan
yang sama untuk Ikan Lele, Patin dan Baung, yaitu menggunakan pelet.
Pemberian pakan dilakukan dengan dua cara, yaitu berdasarkan persentase 3-5%
bobot ikan, dan dengan cara adlibitum (pemberian pakan secara tidak terbatas,
yakni sampai ikan sudah tidak ingin memakan pakan tersebut). Perusahaan
menggunakan teknik pemberian pakan secara adlibitum. Kegiatan pemberian
pakan dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6 Kegiatan Pemberian Pakan
Pengelolaan air dilakukan selama pemeliharaan untuk menciptakan
lingkungan media pemeliharaan ikan tetap optimal sehingga ikan selalu memiliki
nafsu makan yang tinggi. Pencegahan dan pemberantasan hama dan penyakit
dilakukan beberapa kali selama masa pemeliharaan ikan (Effendi dan Oktariza,
2006). Pencegahan hama dan penyakit yang dilakukan perusahaan, yaitu dengan
pembuatan antibiotik alami. Berdasarkan kegiatan yang diikuti penulis dan
wawancara dengan karyawan antibiotik alami dibuat dari kuning telur, bawang
putih dan mengkudu yang dihaluskan, kemudian dicampurkan ke pakan yang akan
diberikan pada ikan. Pakan yang sudah dicampurkan dengan antibiotik, kemudian
diangin-anginkan untuk mencegah terjadinya kerusakan.
Kegiatan produksi budidaya pembesaran terakhir adalah pemanenan.
Waktu pemanenan disesuaikan pada jenis Ikan Air Tawar tersebut. Kegiatan
pemanenan yang dilakukan penulis selama kegiatan praktik lapang, yaitu
pemanenan Ikan Lele. Pemanenan Ikan Lele dilakukan dengan cara menyurutkan
air kolam seluruhnya kemudian ikan diambil menggunakan lamit.
4.3 Subsistem Pengolahan Hasil Perikanan (Agroindustri)
Pengolahan hasil perikanan bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah
produk perikanan yang diproduksi oleh kegiatan on farm, akuakultur dan
perikanan tangkap. Ikan yang dihasilkan oleh akuakultur dan perikanan tangkap
menjadi input usaha pengolahan perikanan. Nilai tambah produk perikanan yang
terjadi bisa dilihat dari harga produk pengolahan perikanan yang bisa mencapai 2-
100 kali dari harga produk segar on farm (perikanan tangkap atau akuakultur),
bergantung kepada bentuk pengolahan yang dilakukan (Effendi dan Oktariza,
2006).
Kegiatan usaha pengolahan hasil perikanan air tawar CV Dejee Fish
memiliki nama usaha Dejee Food dan telah memiliki Perizinan Industri Rumah
Tangga (P-IRT) dengan nomor 202320201680. P-IRT Dejee Food dapat dilihat
pada Lampiran 12. Jenis ikan yang diolah, yakni Ikan Lele dan Ikan Nila kecil
(baby fish). Pengolahan yang telah dibuat adalah abon ikan, nugget ikan, bakso
ikan, dendeng ikan, kerupuk kulit ikan, kaki naga/fishtick dan baby fish. Produk
olahan ikan Dejee Food dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Produk Olahan Ikan Dejee Food (Abon, Nugget, Bakso, Dendeng,
Kerupuk Kulit, Kaki Naga dan Baby Fish)
Kegiatan pengolahan hasil perikanan dilakukan sesuai pesanan dan ketika
ada acara bazar, sebagai display bagi pengunjung. Dejee food didirikan dengan
tujuan pemanfaatan bahan baku yang ada, karena terkadang Ikan Lele yang sudah
melewati ukuran konsumsi sudah tidak diminati lagi oleh konsumen terkecuali
untuk Induk. Melihat kondisi ini, perusahaan tertarik untuk melakukan kegiatan
pengolahan untuk memberikan nilai tambah terhadap ikan. Pengolahan yang
dilakukan oleh CV Dejee Fish tidak menggunakan bahan pengawet buatan
sehingga aman untuk dikonsumsi dan menjadi solusi makanan sehat bagi
masyarakat. Selain itu, olahan ikan ini dilakukan untuk mendekatkan produk
perikanan kepada konsumen sehingga konsumen yang tidak suka terhadap produk
ikan menjadi menyukainya.
Selama kegiatan praktik lapang berjalan, penulis mendapat kesempatan
untuk mengikuti kegiatan pengolahan hasil perikanan. Pengolahan yang telah
dilakukan penulis selama kegiatan praktik lapang berjalan yaitu pembuatan nugget
ikan, abon ikan dan baby fish.
Kelancaran kegiatan pengolahan dipengaruhi oleh sarana dan prasarana.
Prasarana yang dibutuhkan dalam pengolahan adalah ruang olahan yang terpisah
dengan ruang budidaya, sehingga produk olahan tidak tercemar. Sarana yang
dibutuhkan dalam pengolahan, yaitu bahan baku dan peralatan. Bahan baku setiap
produk olahan berbeda-beda sesuai yang dibutuhkan, namun bahan baku utama
adalah Ikan Lele dan Ikan Nila untuk olahan baby fish. Bahan baku lainnya seperti
tepung, bumbu masakan, minyak, tepung panir dan sebagainya diperoleh di
warung atau mini market di dekat perusahaan. Peralatan yang digunakan Dejee
Food dapat dilihat pada Lampiran 13.
4.4 Subsistem Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses atau kegiatan menyalurkan produk dari
produsen ke konsumen sehingga menjadi jembatan antara produsen dengan
konsumen (Effendi dan Oktariza, 2006). Pemasaran agribisnis dapat didefinisikan
sebagai sejumlah kegiatan bisnis yang ditujukan untuk memberi kepuasan dari
barang atau jasa yang dipertukarkan kepada konsumen atau pemakai dalam
bidang agribisnis (Sa’id dan Intan, 2004).
Subsistem pemasaran merupakan komponen paling penting dalam
agribisnis perikanan yang menjadi penopang untuk seluruh subsistem lainnya
dalam sistem agribisnis. Jenis kegiatan pemasaran cukup banyak, tetapi umumnya
mencakup pengumpulan informasi pasar, sortasi dan grading, pengangkutan,
pengumpulan dan penyimpanan, penjualan dan penyajian serta promosi produk
agribisnis perikanan (Effendi dan Oktariza, 2006).
Kegiatan pemasaran yang dilakukan CV Dejee Fish, yaitu pengumpulan
informasi pasar, sortasi dan grading, pengangkutan, penjualan dan promosi.
Menurut Effendi dan Oktariza (2006) pengumpulan informasi pasar dilakukan
untuk mengetahui tipe produk (ikan hidup, ikan segar dan ikan olahan), ukuran,
jumlah, harga, waktu, mekanisme distribusi dan pelayanan yang dikehendaki oleh
konsumen terhadap produk.
Sortasi adalah proses memilih dan memisahkan individu dari suatu
populasi ikan berdasarkan kriteria/performa tertentu. Grading adalah kegiatan
menggolong-golongkan ikan ke dalam kriteria (umumnya adalah ukuran atau size)
tertentu (Effendi dan Oktariza, 2006) Sortasi dan grading CV Dejee Fish
dilakukan sebelum proses pengangkutan ke tempat tujuan setiap hari Selasa dan
Jum’at. Pemesanan ikan CV Dejee Fish sangat beragam baik dari segi jenis,
ukuran dan jumlah, untuk memudahkan proses penjualan maka dilakukan sortasi
dan grading. Grading setiap jenis ikan berbeda-beda, untuk Ikan Gurami, Ikan
Lele, Ikan Nila dan Ikan Mas menggunakan grading dalam satuan cm, sedangkan
Ikan Lele dan Ikan Baung menggunakan satuan inci.
Prinsip pengangkutan produk perikanan adalah menyampaikan produk
kepada konsumen secara efisien dan menguntungkan. Kegiatan pengangkutan
dalam pemasaran produk agribisnis perikanan bergantung kepada tipe produk
perikanan yaitu ikan hidup, ikan segar dan ikan olahan. Pengangkutan ikan hidup
adalah proses mengangkut ikan hingga sampai ke konsumen dalam keadaan hidup
dan sehat, sehingga dibutuhkan kondisi yang sama seperti habitat hidupnya.
Pengangkutan ini dilakukan secara tertutup, terbuka dan kering (Effendi dan
Oktariza, 2006).
Pengangkutan yang dilakukan CV Dejee Fish meliputi pengangkutan
tertutup dan terbuka. Pengangkutan tertutup merupakan teknik pengangkutan pada
media yang tidak bersinggungan langsung dengan udara sehingga dibutuhkan
wadah yang bisa ditutup rapat antara lain tangki atau plastik. Media pengangkutan
tertutup yang digunakan CV Dejee Fish, yaitu kantong plastik. Teknik
pengangkutan tertutup merupakan teknik pengangkutan yang lebih sering
digunakan untuk semua jenis ikan dalam ukuran benih. Pengangkutan tertutup
dilaksanakan penulis setiah hari Selasa dan hari Jum’at selama praktik lapang.
Pengangkutan terbuka merupakan pengangkutan yang menggunakan
wadah atau tempat terbuka, sehingga air media dapat berhubungan langsung
dengan udara. Pengangkutan dengan sistem terbuka digunakan untuk mengangkut
ikan dengan jarak yang relatif dekat, seperti ke rumah makan yang ada disekitar
Sukabumi. Wadah angkut yang digunakan berupa drum atau jirigen plastik baik
dilengkapi aerasi maupun tidak. Sistem ini baik dilakukan untuk pengangkutan
induk ikan atau ikan konsumsi hidup yang mempunyai duri sirip keras dan labirin
seperti Ikan Gurami. Pengemasan dengan sistem terbuka ini dilakukan penulis
sebanyak 3 kali yaitu pengangkutan ke restoran Wisata Berburu, pelanggan dan
dari Mitra ke Perusahaan.
Kelancaran kegiatan pemasaran dipengaruhi oleh strategi yang digunakan
oleh perusahaan. Strategi pemasaran yang dilakukan CV Dejee Fish, yaitu 4P
(product, price, place dan promotion). Menurut Umar (2003) bauran pemasaran
terdiri atas empat komponen yaitu produk (product), harga (price), saluran
distribusi (place) dan promosi (promotion).
Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapat
perhatian, untuk dibeli, digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi suatu
keinginan atau kebutuhan (Umar, 2003). Produk yang ditawarkan CV Dejee Fish,
yaitu semua jenis Ikan Air Tawar dengan berbagai ukuran (dari telur sampai
induk), pelatihan dengan nama Pusat Pelatihan Masyarakat Perikanan (P2MKP)
dan olahan ikan. Produk yang ditawarkan CV Dejee Fish memiliki beberapa
keunggulan. Keunggulan dari produk Ikan Air Tawar berbagai ukuran
diantaranya: memiliki Surat Keterangan Asal (SKA), memiliki sertifikat Cara
Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) dan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB),
ikan yang dijual dalam kondisi sehat dan dengan jumlah serta ukuran yang tepat.
Keunggulan yang dimiliki pelatihan di CV Dejee Fish diantaranya:
memiliki izin penyelenggaraan latihan, pelatih memiliki keterampilan dalam
penguasaan teori dan praktik, paket pelatihan beragam dari segi fasilitas, jenis
ikan dan harga serta yang paling penting peserta pelatihan diberikan pembekalan
teori dan praktik. Keunggulan yang dimiliki olahan ikan Dejee Food diantaranya:
memiliki surat Perizinan-Industri Rumah Tangga (P-IRT), produk tidak
menggunakan bahan pengawet buatan dan memiliki logo, desain dan merek.
Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat
dari memiliki atau menggunakan produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh
pembeli dan penjual melalui tawar menawar, atau diterapkan oleh penjual untuk
CV Dejeefish
Pedagang besar
Restoran
Pengecer
Konsumen Akhir
2 1
1
0
satu harga yang sama terhadap semua pembeli (Umar, 2003). Harga pemasaran
berbeda-beda tergantung jenis, ukuran dan jumlah pembelian. Perusahaan
menetapkan patokan harga dengan mengikuti harga pasar yang sedang berlaku.
Daftar harga Ikan Air Tawar di CV Dejee Fish dapat dilihat pada Lampiran 14.
Biaya pelatihan (P2MKP) dapat dilihat pada Lampiran 15. Daftar harga olahan
ikan dapat dilihat pada Lampiran 16.
Cara pembayaran dilakukan dengan dua cara yaitu membayar langsung
(cash) dan transfer melalui Bank Mandiri, BCA, BRI dan BNI. Harga yang
ditetapkan perusahaan belum termasuk biaya transportasi, jika produk dikirim ke
pembeli. Harga pembelian langsung dan dikirim akan berbeda disebabkan adanya
pembayaran transportasi. Biaya transportasi pun akan berbeda tergantung jarak
dan jalur yang ditempuh untuk pengiriman. CV Dejee Fish melakukan pengiriman
ikan dengan dua jalur pengiriman yaitu malalui jalur darat dan udara. Kegiatan
pengiriman melalui jalur darat menggunakan mobil bak terbuka, sedangkan untuk
jalur udara menggunakan pesawat melalui cargo.
Saluran distribusi yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung
dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau
jasa tersedia bagi penggunaan atau konsumi oleh konsumen atau pengguna
industrial. Saluran distribusi membentuk tingkatan saluran untuk menentukan
panjangnya saluran distribusi (Umar, 2003). Tingkatan saluran distribusi di CV
Dejee Fish hanya sampai saluran tingkat 2. Saluran distribusi produk CV Dejee
Fish dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8 Saluran Distribusi Produk CV Dejee Fish, 2012
Saluran distribusi tingkat 0 merupakan saluran yang tidak mempunyai
perantara, yakni dari produsen (CV Dejee Fish) ke konsumen akhir. Konsumen
biasanya mendatangi langsung kantor CV Dejee Fish ataupun stand-stand
pameran CV Dejee Fish. Saluran distribusi ini merupakan saluran distribusi
produk olahan lele dan nila, induk dan benih setiap jenis ikan serta gurami ukuran
konsumsi. Tingkat penjualan produk olahan Ikan Lele dan Ikan Nila pada saluran
ini yaitu sebesar 100%, sedangkan untuk induk dan benih setiap jenis ikan sebesar
15% dan untuk Ikan Gurami ukuran konsumsi sebesar 25%.
Saluran distribusi tingkat 1 merupakan saluran yang mempunyai 1
perantara, yakni dari CV Dejee Fish ke perantara lalu ke konsumen akhir.
Perantara di saluran distribusi tingkat 1 adalah restoran dan pengecer. Ikan
Gurami ukuran konsumsi disalurkan ke restoran dengan tingkat penjualan sebesar
75%, sedangkan induk dan benih yang disalurkan ke pengecer tingkat
penjualannya sebesar 35%.
Saluran distribusi tingkat 2 merupakan saluran distribusi yang mempunyai
dua perantara, yakni dari CV Dejee Fish, perantara 1, perantara 2 lalu konsumen
akhir. Perantara 1 di saluran ini yaitu pedagang besar dan perantara 2 yaitu
pengecer. Tingkat penjualan induk dan benih yang disalurkan ke pedagang besar
yaitu 50%.
Promosi diperlukan untuk menginformasikan produk yang kita jual kepada
konsumen agar dikenal. Menurut Umar (2003) Strategi bauran promosi terdiri atas
empat komponen utama, yaitu periklanan (advertising), promosi penjualan (sales
promotion), hubungan masyarakat (public relation) dan penjualan perorangan
(personal selling).
Promosi yang dilakukan telah dilakukan CV Dejee Fish yaitu advertising,
sales promotion, public relation dan personal selling. Advertising dilakukan
dengan mengiklankan produk yang dijual melalui media internet, yaitu website
www.dejeefish.com, facebook/dejeefish dan twitter kemudian mengiklankan
melalui stiker yang dipasang pada kendaraan, banner dan spanduk. Sales
promotion dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan bazaar perikanan dengan
membuka stand Dejee Fish dan mempromosikan produk perusahaan kepada setiap
pengunjung melalui komunikasi langsung ataupun melalui via telepon dan
penyebaran brosur. Public relation dilakukan dengan cara mengangkat karyawan
dari lingkungan perusahaan dan memberikan bantuan sosial seperti pembangunan
masjid. Personal selling dilakukan dengan mengkomunikasikan langsung kepada
masyarakat melalui brosur dan via telepon. Media promosi CV Dejee Fish dapat
dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Media Promosi CV Dejee Fish
4.5 Subsistem Penunjang
Subsistem pendukung atau penunjang merupakan subsistem yang
mencakup lembaga atau individu yang terkait dengan permodalan, peraturan,
pembinaan, penelitian, pengembangan dan penyuluhan (Effendi dan Oktariza,
2006). Keberlangsungan dan pertumbuhan perusahaan agribisnis dipengaruhi oleh
subsistem jasa dan penunjang. CV Dejee Fish memiliki beberapa lembaga
penunjang yang terdiri atas BBPBAT Sukabumi (Balai Besar Pengembangan
Budidaya Air Tawar), Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu pemerintah
Kabupaten Sukabumi, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sukabumi, Dinas
Kesehatan Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Pasar ikan Cibaraja, pembudidaya
mitra dan media informasi dan komunikasi.
BBPBAT Sukabumi merupakan lembaga yang membantu perusahaan
dalam teknologi pengiriman ikan melalui udara, mendapatkan induk yang baik
untuk pembenihan serta mengadakan penyuluhan dan pelatihan bagi karyawan
dan pembudidaya mitra perusahaan. Penyuluhan dan pelatihan ini diberikan
dengan tujuan meningkatkan kinerja karyawan dan pembudidaya. Penulis
mengikuti kegiatan penyuluhan mengenai penggunaan vaksin pada Ikan Air
Tawar yang dilakukan oleh BBPBAT di CV Dejee Fish.
Badan Pelayanan dan Perizinan Terpadu Pemerintah Kabupaten Sukabumi
merupakan lembaga yang memberikan perizinan berdirinya usaha CV Dejee Fish
di wilayah Cibaraja. Perizinan pendirian usaha di dapatkan perusahaan dari Balai
Pelayanan dan Perizinan Terpadu Kabupaten Sukabumi dan juga masyarakat yang
ada di sekitar lokasi perusahaan. CV Dejee Fish telah sah mendapatkan izin usaha
pada tanggal 21 Januari 2011.
Kementrian Kelautan dan Perikanan merupakan lembaga yang
mengeluarkan sertifikat Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) , Cara Budidaya
Ikan yang Baik (CBIB) dan pelatihan manajemen mutu komoditas perikanan.
Pengauditan CPIB dan CBIB dilakukan 1 kali dalam 2 tahun. Pengauditan
dilakukan dengan memeriksa catatan kegiatan budidaya pembenihan dan
pembesaran kemudian memastikan prosedur kegiatan perusahaan telah sesuai
dengan standar dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Badan Penyuluhan Perikanan Pertanian dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten
Sukabumi merupakan lembaga yang membantu dalam melakukan distribusi
informasi teknologi yang baru dan bermanfaat dalam mengembangkan usaha
perikanan. Dinas Kesehatan Pemerintah Kabupaten Sukabumi merupakan
lembaga yang memberikan perizinan produksi pangan industri rumah tangga CV
Dejee Fish. Merek dagang untuk pengolahan pangan Ikan Air Tawar adalah Dejee
Food. Perizinan Dejee Food diperoleh pada tanggal 24 Maret 2011.
Pasar ikan Cibaraja merupakan lembaga yang menjadi mitra pemasok benih
Ikan Air Tawar bagi CV Dejee Fish. Lokasi pasar ikan Cibaraja ke CV Dejee Fish
sekitar 100 m, sehingga memudahkan perusahaan dalam melakukan kemitraan.
Pembudidaya mitra merupakan penunjang dalam pengadaan ikan dalam
ukuran yang dibutuhkan. Sistem kemitraan, dilakukan untuk menghasilkan
produk-produk ikan di luar produksi internal yang dihasilkan divisi produksi CV
Dejee Fish. Pola kemitraan yang digunakan CV Dejee Fish adalah inti-plasma,
dimana inti berkewajiban memberikan induk dan sarana budidaya ke plasma dan
plasma berkewajiban menghasilkan produk yang baik dan membayar sarana yang
telah diberikan. Penjualan produk yang dihasilkan plasma tidak sepenuhnya untuk
inti, tetapi juga boleh dijual ke konsumen lain. Perusahaan tidak mengikat plasma
dengan adanya kemitraan ini, meskipun demikian plasma berkewajiban memenuhi
kebutuhan produk perusahaan.
Media informasi dan komunikasi merupakan lembaga yang membantu
perusahaan dalam memperoleh informasi pasar dan teknologi usaha Ikan Air
Tawar serta sebagai media promosi. Media informasi dan komunikasi yang
digunakan perusahaan terdiri atas media cetak, internet dan televisi. Salah satu
stasiun televisi swasta yaitu ANTV telah menjadi media dalam mempromosikan
kegiatan agribisnis CV Dejee Fish.
V. DESKRIPSI KEGIATAN AGRIBISNIS KOMODITAS
IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy)
Menurut Saparinto (2011) Ikan Gurami merupakan jenis Ikan Air Tawar
yang memiliki pertumbuhan lambat, namun memiliki potensi pasar yang tinggi.
Klasifikasi Ikan Gurami terdiri dari filum (Chordata), kelas (Pisces), subkelas
(Teleostei), ordo (Labyrinthici), sub-ordo (Anabantoidei), familia (Anabontidae),
genus (Oshpronemus) dan spesies (Osphronemus gourami).
Segmentasi dalam usaha budidaya Ikan Gurami terjadi karena
pertumbuhan Ikan Gurami yang lambat dari telur sampai ukuran konsumsi. Hal
tersebut dilakukan supaya perputaran modal usaha dapat berjalan cepat.
Segmentasi usaha budidaya Ikan Gurami terdiri atas pembenihan, pendederan dan
pembesaran (Saparinto, 2011). Segmentasi usaha komoditas Ikan Gurami yang
dilakukan CV Dejee Fish terdiri atas pembenihan, pendederan, penjualan Ikan
Gurami ukuran konsumsi dan pelatihan budidaya Ikan Gurami (P2MKP).
Kegiatan segmentasi usaha komoditas Ikan Gurami yang diikuti penulis, yaitu
pendederan I dan penjualan ikan ukuran konsumsi, dikarenakan belum terjadi
pembenihan dan tidak ada kegiatan pelatihan.
4.6 Subsistem Pengadaan Sarana Produksi Ikan Gurami
Kegiatan pembenihan Ikan Gurami yang dilakukan di CV Dejee Fish,
yaitu dengan pemijahan alami. Kegiatan pengadaan sarana produksi untuk
pembenihan Ikan Gurami tidak diikuti penulis, namun informasi didapatkan dari
hasil wawancara dengan karyawan perusahaan. Sarana produksi yang digunakan
untuk pembenihan Ikan Gurami, yaitu tenaga kerja, induk jantan dan betina,
kolam, kapur, pupuk, obat-obatan, pakan dan peralatan. Tenaga kerja untuk
kegiatan pembenihan di perusahaan, yaitu tenaga kerja ahli, karena dalam
kegiatan pembenihan dibutuhkan keahlian yang baik untuk mendapatkan benih
yang baik. Induk jantan dan betina yang digunakan adalah induk yang berkualitas,
yaitu induk yang memiliki sertifikat dan surat keterangan asal. Surat keterangan
asal memilki manfaat bagi pembudidaya dalam mencegah inbreeding.
Kolam yang digunakan CV Dejee Fish saat pembenihan, yaitu kolam
pemliharaan induk dan kolam pemijahan. Menurut Saparinto (2011) kapur
digunakan saat persiapan kolam untuk menstabilkan keasaman tanah (pH),
memperbaiki struktur kolam tanah dan membunuh hama atau kuman. Pupuk
digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan air media budidaya ikan.
Obat-obatan digunakan sebagai desinfektan untuk memberantas hama dan
penyakit.
Pakan yang diberikan selama pembenihan, yaitu pakan alami berupa daun
talas, daun singkong, daun papaya dan kecambah kacang hijau yang berada di
sekitar kolam. Selain pakan alami diberikan juga tambahan pakan berupa pelet.
Peralatan yang digunakan CV Dejee Fish untuk pembenihan Ikan Gurami, yaitu
sarang yang berbahan plastik, ijuk (sebagai tempat penyimpanan benih) dan
bambu.
Sarana produksi pendederan Ikan Gurami terdiri atas media pendederan,
tenaga kerja, larva/benih Ikan Gurami, pakan, pupuk, kapur, obat-obatan dan
peralatan. Kegiatan pendederan yang diikuti oleh penulis adalah pendederan I. CV
Dejee Fish melakukan pendederan I dengan media akuarium. Akuarium yang
digunakan perusahaan berukuran 90x45 cm2. Jumlah akuarium yang digunakan
pada saat penulis praktik lapang yaitu 27 akuarium, sedangkan 3 akuarium yang
lainnya dikosongkan. Akuarium yang dikosongkan berfungsi sebagai cadangan
media budidaya Ikan Gurami. Selain akuarium diperlukan juga kolam tandon
yang berfungsi menampung air bersih sebelum dimasukkan ke dalam akuarium.
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pendederan I ini adalah tenaga kerja
ahli, tenaga kerja bulanan dan tenaga kerja harian. Tenaga kerja ahli yang
dibutuhkan yaitu 1 orang, dengan tugas membudidayakan benih gurami. Tenaga
kerja bulanan yaitu dari divisi logistik yang bertugas dalam pemanenan. Upah
yang diberikan kepada tenaga kerja ahli dan tenaga kerja bulanan, yaitu sebesar
Rp 900.000/bulan. Tenaga kerja harian bertugas dalam pemasaran benih, dengan
upah sebesar Rp 50.000-Rp 60.000. Tenaga kerja bulanan dan harian tidak hanya
untuk komoditas gurami saja, tetapi untuk semua komoditas yang ada di
perusahaan.
Larva diperoleh dari pembudidaya mitra, karena perusahaan belum
menghasilkan larva yang diakibatkan belum terjadi pembenihan Ikan Gurami.
Pakan yang diberikan pada kegiatan pendederan I berupa cacing Tubifex.
Peralatan yang digunakan perusahaan selama pendederan I terdiri atas :
a. Aerator atau blower, untuk menyuplai oksigen.
b. Instalasi pipa dan selang aerasi, untuk mengalirkan oksigen ke dalam
akuarium.
c. Water heater, untuk menghangatkan air apabila mengalami penurunan
suhu.
d. Pompa air, untuk menyuplai air bersih ke dalam akuarium.
e. Lampu, untuk penerangan terutama di malam hari.
f. Termometer, untuk mengukur suhu air.
g. Pemanas air untuk mengkondisikan air yang akan disuplai ke dalam
akuarium supaya suhunya tetap sama seperti sebelumnya.
h. Tabung gas elpiji digunakan sebagai energi dari pemanas air yang
digunakan saat penyuplaian air ke dalam akuarium.
i. Selang plastik, untuk membersihkan kotoran ikan dan sisa pakan.
j. Selang plastik besar, untuk membuang air kotor dalam akuarium dan
mengisi kembali dengan ari bersih dari bak tandon ketika dilakukan
pergantian air.
k. Baskom, ember, mangkuk, lamit dan sendok, untuk pemeliharaan
akuarium dengan mangambil benih yang mati, menampung buangan air
dan menampung benih saat panen.
l. Plastik packing ukuran 40 x 60 cm dan karet untuk pengemasan saat
panen.
m. Sepatu boot untuk perlengkapan karyawan.
Sarana produksi yang digunakan dalam penjualan Ikan Gurami ukuran
konsumsi yaitu bahan baku (ikan ukuran konsumsi), kolam pemberokan, peralatan
dan tenaga kerja. Bahan baku diperoleh dengan membeli dari pembudidaya mitra
usaha baik yang ada di daerah Sukabumi maupun di luar Sukabumi seperti di
Jawa Tengah. Bahan baku yang telah dibeli ditampung di kolam pemberokan
untuk membersihkan kotoran dalam tubuh ikan.
Peralatan yang digunakan yaitu jirigen, drum, kayu pikul, drum timbangan
dan timbangan 50 kg. Tenaga kerja untuk kegiatan usaha ini terdiri atas tenaga
kerja bulanan dan tenaga kerja harian. Tenaga kerja bulanan yaitu divisi logistik
yang bertugas dalam perhitungan ikan yang dibeli, dan pengangkutan ikan yang
datang ke kolam dengan upah Rp 900.000/bulan. Tenaga kerja harian bertugas
menjual Ikan Gurami ke restoran-restoran yang ada di Sukabumi. Tenaga kerja
harian biasanya tukang ojeg yang ada di sekitar perusahaan, sehingga pengupahan
dilakukan dengan sistem pemberian biaya transportasi. Besarnya biaya upah tidak
tentu tergantung jarak yang ditempuh dan jumlah ikan yang dijual. Biaya
transportasi ke restoran yang jaraknya dekat dihitung berdasarkan jumlah ikan
yang dijual dengan biaya Rp 1.000/kg, sedangkan biaya transportasi ke restoran
yang jaraknya jauh ditentukan sesuai kesepakatan.
Sarana produksi yang digunakan untuk pelatihan budidaya Ikan Gurami
tidak diketahui karena tidak ada kegiatan pelatihan selama kegiatan praktik
lapang. Secara umum sarana produksi pelatihan budidaya ikan terdiri atas pelatih
(tutor), tenaga kerja, LCD, netbook, papan tulis, alat tulis, modul pelatihan,
penginapan dan sarana produksi yang dibutuhkan untuk kegiatan budidaya.
4.7 Subsistem Budidaya Ikan Gurami
Subsistem budidaya ikan adalah rangkaian kegiatan untuk menghasilkan
produk ikan dengan menggunakan input yang tersedia (Effendi dan Oktariza,
2006). Ikan Gurami merupakan jenis Ikan Air Tawar yang memiliki pertumbuhan
lambat dibandingkan jenis Ikan Air Tawar lainnya. Pertumbuhan yang lambat
mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk ukuran
konsumsi sangat lama. Hal tersebut mendorong pembudidaya ikan melakukan
segmentasi dalam budidaya Ikan Gurami (Saparinto, 2011). Segmentasi budidaya
Ikan Gurami terdiri atas pembenihan, pendederan dan pembesaran. Segmentasi
budidaya Ikan Gurami yang dilakukan CV Dejee Fish terdiri atas pembenihan dan
pendederan.
5.2.1 Pembenihan Ikan Gurami
Kegiatan pembenihan Ikan Gurami tidak sempat diikuti oleh penulis
disebabkan pembenihan Ikan Gurami belum terjadi. Induk gurami banyak yang
mengalami kesulitan dalam memijah saat memasuki musim hujan, seandainya
pemijahan dapat dilakukan, banyak telur yang tidak menetas dan tingkat kematian
larvanya tinggi (Saparinto, 2011). Hal ini menjadi salah satu penyebab tidak
terjadi pemijahan saat kegiatan praktik lapang dilaksanakan, karena praktik lapang
dilaksanakan saat memasuki musim hujan. Deskripsi kegiatan pembenihan Ikan
Gurami, penulis dapatkan dari hasil wawancara dengan tenaga kerja.
Pembenihan gurami bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu secara alami
dan buatan, namun teknik pembenihan secara buatan belum dapat diaplikasikan
pada skala usaha (Saparinto, 2011). CV Dejee Fish menggunakan teknik
pembenihan secara alami. Kegiatan pembenihan yang dilakukan CV Dejee Fish
memiliki 6 tahapan, yaitu persiapan kolam, manajemen induk, manajemen pakan,
pemijahan, penetasan telur dan pemeliharaan larva.
CV Dejee Fish menggunakan kolam tanah untuk pemijahan sekaligus
pemeliharaan induk gurami. Luas kolam yang digunakan adalah 50 m2.
Perbandingan induk jantan dan betina yang dilakukan di CV Dejee Fish, yaitu 1:4.
Persiapan kolam dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu pengeringan,
pengapuran dan pemupukan. Pengeringan kolam dilakukan selama 3 hari, lalu
dilakukan pengapuran yang bertujuan memperbaiki pH tanah dan mematikan bibit
penyakit maupun hama ikan. Tahap selanjutnya tanah dipupuk dengan pupuk
kandang.
Menurut saparinto (2011) Pengeringan pada persiapan kolam tanah
bertujuan untuk menggemburkan tanah, membuang gas yang berbahaya dan
membunuh hama penyakit. Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan pH tanah,
mengikat kelebihan CO2, memperbaiki reaksi tanah dan struktur tanah,
mempercepat proses penguraian dan memberantas hama dan penyakit.
Pemupukan dalam persiapan kolam pembenihan Ikan Gurami bertujuan untuk
memberikan kesuburan tanah dan perairan.
Tahap selanjutnya dilakukan pengisian air dengan ketinggian 40-80 cm,
Konstruksi kolam dengan dasar tanah lempung berpasir. Kolam pemijahan yang
telah dipersiapkan diletakkan sarang yang terbuat dari ijuk yang disimpan dalam
keranjang, baik keranjang yang terbuat dari bambu maupun plastik yang berfungsi
untuk menyimpan telur. Keranjang yang biasa digunakan perusahaan merupakan
keranjang plastik. Pembuatan sarang ini bertujuan mempercepat proses
pemijahan, karena biasanya induk jantan membuat sarangnya sendiri selama 2
minggu. Sarang yang digunakan perusahaan dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Media Penyimpanan Telur Ikan Gurami
Pemilihan induk merupakan tahap yang menentukan proses pemijahan
berlangsung baik atau tidak. Keberhasilan usaha pembenihan ditunjang oleh
pengetahuan ciri antara gurami jantan dan betina, agar tidak terjadi kesalahan
pemilihan antara induk jantan dan induk betina ketika membeli (Saparinto, 2011).
Ciri fisik induk jantan dan betina dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Perbedaan Induk Jantan dan Betina Berdasarkan Penciri Fisik
Ciri Fisik Jantan Betina
Warna Kemerahan dan hitam gelap Terang
Kepala Ada tonjolan Tidak ada tonjolan
Dagu Terlihat tebal Tidak nampak tebal
Perut Terdapat tonjololan di dekat
anus
Membulat agak
panjang
Sirip dada Berwarna terang Berwarna agak gelap
Sirip ekor Relatif rata Lebih melengkung
Gerakan Lincah Lamban
Sumber : Saparinto, 2011
Induk yang telah dipilih lalu ditebar ke kolam pemijahan dengan
perbandingan 1:4. Ikan Gurami merupakan ikan jenis air tawar yang perbedaan
jantan dan betinanya bisa dilihat secara fisik. Perbedaan induk Ikan Gurami jantan
dan induk Ikan Gurami betina dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar11 Perbedaan Induk Gurami Jantan dan Betina
Betina
Jantan
Pakan yang diberikan merupakan pakan alami berupa daun talas, daun
pepaya dan kecambah kacang hijau. Pakan alami ini dibudidayakan di sekitar
kolam pemijahan untuk memenuhi ketersediaan pakan. Selain pakan alami Ikan
Gurami diberikan juga pakan tambahan berupa pelet. Pakan alami yang
dibudidayakan di sepanjang kolam pemijahan dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12 Budidaya Pakan Alami di Sepanjang Kolam Pemijahan
Tahap selanjutnya yang dilakukan yaitu proses pemijahan. Proses
pemijahan Ikan Gurami yang dilakukan di CV Dejee Fish, yaitu dengan cara
induk betina dan induk jantan ditebar dalam satu kolam dengan perbandingan 1
ekor induk jantan dan 4 ekor induk betina. Lama proses pengeluaran telur mulai
dari 3 hingga 7 hari. Telur yang telah dihasilkan diangkut oleh induk jantan
dengan menggunakan mulutnya ke sarang yang telah disiapkan. Telur
dipindahkan ke wadah tempat penetasan, setelah seluruh permukaan sarang telah
dipenuhi telur, diameter telur pada saat penetasan sekitar 2 mm.
Telur Ikan Gurami yang telah dipindahkan ke kolam penetasan kemudian
diinkubasi selama 36-48 jam hingga berubah menjadi larva. Telur yang baik
berwarna kuning bening, sedangkan telur yang gagal berwarna kuning keruh atau
pucat. Larva yang telah menetas selama seminggu dipindahkan ke akuarium
hingga menjadi benih Ikan Gurami.
5.2.2 Pendederan Ikan Gurami
Pendederan Ikan Gurami terdiri atas pendederan I, pendederan II,
pendederan III, pendederan IV dan pendederan V. Pendederan yang dilakukan CV
Dejee Fish tergantung pada pemesanan konsumen. Apabila pada usia pendederan
I telah ada pemesanan, maka pendederan dilakukan hanya sampai pendederan I.
Penulis melakukan kegiatan pendederan I selama kegiatan praktik lapang.
Kegiatan budidaya pendederan I terdiri atas tiga tahap, yaitu persiapan
media budidaya, penebaran larva dan pemeliharaan larva. Media budidaya
pendederan I yang digunakan oleh perusahaan yaitu akuarium. Akuarium yang
akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu, kemudian diisi air dengan tinggi air
sekitar 23 cm. Setelah dilakukan pengisian air, peralatan yang akan digunakan
dipasang dengan benar seperti water heater, thermometer dan aerator. Akuarium
yang digunakan untuk budidaya pendederan, yaitu 27 akuarium. Persiapan media
budidaya tidak sempat diikuti penulis dikarenakan kegiatan tersebut telah
dilakukan sebelum penulis melaksanakan kegiatan praktik lapang.
Penebaran larva dilakukan setelah media budidaya pendederan I disiapkan.
Larva yang ditebar berjumlah 14.000 ekor dengan padat tebar sekitar
520/akuarium untuk akuarium berukuran 90 x 45 cm. Penebaran larva dilakukan
pada tanggal 27 Agustus 2012 yaitu sehari sebelum kegiatan praktik lapang
dilaksanakan.
Pemeliharaan larva dilakukan dengan cara pemberian pakan yang optimal
dan menjaga kualitas air. Pemberian pakan diberikan pada hari ke-8 setelah larva
ditebar. Hal ini dilakukan karena pakan alami terdapat pada perut Ikan Gurami
yang berwarna kunig. Pakan yang diberikan selama kegiatan pendederan I berupa
cacing Tubifex. Larva berubah menjadi benih saat berumur 10 hari dari penetesan
telur.
Pemberian pakan diberikan sedikit demi sedikit agar tidak ada
penumpukan sisa pakan yang akan merubah kualitas air. Pemberian pakan akan
memacu pertumbuhan badan ikan. Ikan pada umur 8-14 hari atau minggu ke-1
dari awal pemberian pakan, diberikan pakan dengan jumlah 0,75 liter/hari,
minggu ke-2, 3 dan ke-4 jumlah pakan yang diberikan semakin bertambah.
Jumlah pakan berupa cacing Tubifex yang diberikan selama pendederan I dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Pemberian Pakan Cacing Sutera pada Pendederan 1
Waktu Pembudidayaan (minggu) Jumlah cacing sutera (liter)/hari
I 0,75
II 1
III 1,75
IV 3,5
Sumber : CV Dejee Fish, 2012
Menjaga kualitas air dilakukan dengan cara membersihkan kolam dari sisa
pakan, kotoran benih dan benih yang mati serta senantiasa melakukan pergantian
air. Pergantian air dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
a. Kotoran yang terapung diatas permukaan dibersihkan dengan serok.
b. Kotoran yang berada di dasar akuarium dibersihkan dan air kotor dalam
akuarium dibuang dengan menggunakan selang penyedot.
c. Air yang telah disedot ditampung dalam ember agar benih hidup yang
tersedot tidak terbuang.
d. Setelah tinggi air mencapai 10 cm, kaca akuarium dibersihkan dengan busa.
e. Pengisian air ke dalam akuarium dilakukan setelah air ditampung pada drum
plastik dengan suhu yang telah disesuaikan dengan suhu sebelumnya.
Kegiatan pemeliharaan larva dilakukan selama kegiatan budidaya
pendederan I. Kegiatan pengolahan air dan pemberian pakan dapat dilihat pada
Gambar 13.
Gambar 13 Proses Pemberian Pakan dan Pengolahan Air
Pemanenan benih Ikan Gurami dilakukan penulis pada tanggal 30
September 2012 yaitu pada saat Ikan Gurami berumur 35 hari dengan ukuran 2-3
cm. Ukuran benih Ikan Gurami yang dipanen dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14 Ukuran Benih Ikan Gurami Saat Dipanen
Pemanenan dilakukan pada pagi hari, agar suhu yang didapatkan benih
masih pada batas toleransi. Benih yang dihasilkan pada saat itu berjumlah 9.750
ekor benih dari 14.000 ekor larva, dengan demikian tingkat kehidupan benih ikan
sebesar 69,6%. Benih dipanen dengan cara sebagian air dalam akuarium
disurutkan, kemudian benih ikan diambil dengan menggunakan serok. Benih yang
telah diambil, kamudian ditampung dalam baskom besar yang diisi air dan diatas
baskom dipasangkan hapa agar benih mudah diambil. Benih yang telah ditampung
lalu dihitung dengan menggunakan sendok plastik dan dimasukkan ke dalam
plastik packing berukuran 40 x 60 cm2 dengan padat tebar 500 ekor. Proses
pemanenan Ikan Gurami dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15 Proses Pemanenan Ikan Gurami
4.8 Subsistem Pemasaran Ikan Gurami
Kegiatan pemasaran pada Ikan Gurami tidak jauh berbeda dengan kegiatan
pemasaran Ikan Air Tawar pada umumnya, yaitu terdiri dari pengumpulan
informasi pasar, sortasi dan grading, pengangkutan, penjualan dan promosi.
Pengumpulan informasi pasar dilakukan perusahaan untuk mengetahui ukuran,
jumlah, waktu, mekanisme distribusi dan pelayanan yang dikehendaki oleh
konsumen terhadap Ikan Gurami.
Sortasi dan grading dilakukan setelah dilakukan pengumpulan informasi
pasar dengan cara memilih ukuran ikan yang dikehendaki konsumen. Sistem
pengangkutan dalam Ikan Gurami sama seperti pengangkutan ikan secara
umumnya. Pengangkutan benih ikan dilakukan dengan menggunakan sistem
tertutup. Kegiatan pengangkutan pada komoditas Ikan Gurami menggunakan
pengangkutan terbuka dan tertutup. Pengangkutan terbuka menggunakan jerigen
dan drum, biasanya pada pengiriman jarak dekat. Pengangkutan tertutup
digunakan untuk pengiriman melalui jalur udara. Pengangkutan tertutup menuju
bandara menggunakan mobil pick up dengan kapasitas 20-30 box.
Pengangkutan terbuka dilakukan perusahaan pada Ikan Gurami ukuran
konsumsi dan induk tetapi tidak bisa pada ukuran larva. Cara pengangkutan benih
dengan menggunakan drum atau jerigen dengan mengisi 2/3 air kolam dari
volume wadah kemudian benih gurami dimasukkan sesuai dengan kemampuan
kepadatan ikan. Pengangkutan induk dan Ikan Gurami ukuran komsumi dilakukan
dengan cara ikan yang akan diangkut disiapkan terlebih dahulu dan dilakukan
pemberokan selama 2-3 hari. Air bersih dimasukkan ke dalam wadah pengangkut
yang telah disiapkan sebanyak 3/4 dari volume wadah. Ikan yang telah disiapkan
dimasukkan ke dalam wadah dengan hati-hati kemudian dimasukkan helai
dedaunan untuk melindungi ikan dari cahaya matahari.
Pengangkutan tertutup menggunakan plastik polyethylene yang memiliki
ketebalan 0,1 mm. Pengangkutan tertutup pada larva menggunakan air bersih
sedangkan ukuran lain menggunakan 1/3 air kolam dan 2/3 air bersih, dengan
volume air 1/3 dari volume kantong. Pembius dimasukkan sesuai dosis dan
dicampurkan hingga merata. Pembius berfungsi menjaga daya tahan tubuh ikan.
Benih ikan dimasukkan kedalam air yang sudah dicampurkan pembius sesuai
dengan kemampuan kepadatan ikan, kemudian oksigen dimasukkan melalui
selang sebanyak 2/3 dari volume kantong. Kegiatan pengangkutan terbuka dan
tertutup dapat dilihat pada Gambar 16. Berdasarkan sumber dari CV Dejee Fish
(2012), standar padat benih Ikan Gurami di kantong plastik adalah:
a. Gurami ukuran 2-3 cm = 500 ekor/plastik ukuran 40 x 60 cm2
b. Gurami ukuran 4-5 cm = 200 ekor/plastik ukuran 40 x 60 cm2
c. Gurami ukuran 5-7 cm keatas = 50-100 ekor/plastik ukuran 55 x 80 cm2
d. Gurami ukuran induk panjang 1 m = 2 ekor/plastik ukuran 55 x 80 cm2
Gambar 16 Pengangkutan Terbuka dan Pengangkutan Tertutup
Bauran pemasaran pembenihan dan penjualan Ikan Gurami ukuran
konsumsi memiliki 4 (empat) komponen, yaitu produk (product), harga (price),
distribusi (place) dan promosi (promotion). Produk dan komoditas yang
dipasarkan pada usaha pembenihan dan penjualan ikan ukuran konsumsi terdiri
atas induk, benih dan ikan ukuran konsumsi. Keunggulan Ikan Gurami di CV
Dejee Fish adalah ikan yang dijual sehat, tepat jumlah dan ukuran, induk memiliki
Surat Keterangan Asal (SKA) dan memiliki sertifikat Cara Pembenihan Ikan
dengan Baik (CPIB) dan Cara Budidaya Ikan dengan Baik (CBIB).
Penetapan harga dilakukan berdasarkan ukuran dan jumlah pembelian
induk. Harga ditentukan berdasarkan harga pokok dijumlahkan dengan
keuntungan yang diinginkan. Harga Ikan Gurami relatif stabil. Daftar harga induk
dan benih Gurami dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Daftar Harga Ikan Gurami di CV Dejee Fish*
Ukuran Harga (Rp) Kapasitas jumlah (ekor)/Box
Telur 60 50.000
2-3 cm 450 2.500
4-5 cm 850 1000
6-7 cm 1.750 250
7-8 cm 2.500 100
8-10 cm 3.500 60
Induk 2-3 kg 800.000** 1 jantan 3 betina
Keterangan :
* Sumber CV Dejee Fish, 2012
** Harga per paket
Cara pembayaran dilakukan dengan dua cara yaitu membayar langsung
(cash) dan transfer melalui Bank Mandiri, BCA, BRI dan BNI. Harga yang
ditetapkan perusahaan belum termasuk biaya transportasi, jika produk dikirim ke
pembeli. Harga pembelian langsung dan dikirim akan berbeda disebabkan adanya
pembayaran transportasi. Biaya transportasi pun akan berbeda tergantung jarak
dan jalur yang ditempuh untuk pengiriman. CV Dejee Fish melakukan pengiriman
ikan dengan dua jalur pengiriman yaitu melalui jalur darat dan udara. Kegiatan
pengiriman melalui jalur darat menggunakan mobil bak terbuka, sedangkan untuk
jalur udara menggunakan pesawat melalui cargo.
Saluran distribusi yaitu sekelompok organisasi yang saling tergantung
dalam keterlibatan mereka pada proses yang memungkinkan suatu produk atau
jasa tersedia bagi penggunaan atau konsumi oleh konsumen atau pengguna
industrial. Saluran distribusi membentuk tingkatan saluran untuk menentukan
panjangnya saluran distribusi (Umar, 2003). Tingkatan saluran distribusi
pembenihan Ikan Gurami di CV Dejee Fish hanya sampai saluran tingkat 2.
Saluran distribusi pembenihan Ikan Gurami CV Dejee Fish dapat dilihat pada
Gambar 17, sedangkan saluran distribusi ikan ukuran konsumsi dapat dilihat pada
Gambar 18.
Gambar 17 Saluran Distribusi Pembenihan Ikan Gurami (Oshpronemus
gouramy) CV Dejee Fish
Saluran distribusi tingkat 0 merupakan saluran yang tidak mempunyai
perantara, yakni dari produsen (CV Dejee Fish) ke konsumen akhir. Konsumen
biasanya mendatangi langsung kantor CV Dejee Fish. Tingkat penjualan pada
saluran ini, yaitu sebesar 15%.
Saluran distribusi tingkat 1 merupakan saluran yang mempunyai 1
perantara, yakni dari CV Dejee Fish ke perantara lalu ke konsumen akhir.
Perantara di saluran distribusi tingkat 1 adalah pedagang pengecer. Tingkat
penjualan ke pedagang pengecer pada saluran ini sebesar 35%.
Saluran distribusi tingkat 2 merupakan saluran distribusi yang mempunyai
dua perantara, yakni dari CV Dejee Fish, perantara 1, perantara 2 lalu konsumen
akhir. Perantara 1 di saluran ini yaitu pedagang besar dan perantara 2 yaitu
pedagang pengecer. Tingkat penjualan pembenihan Ikan Gurami yang disalurkan
ke pedagang besar yaitu 50%.
Gambar 18 Saluran Distribusi Ikan Gurami Ukuran Konsumsi
Saluran distribusi Ikan Gurami ukuran konsumsi berawal dari
pembudidaya pembesaran Ikan Gurami yang dijual ke perusahaan seharga Rp
38.000/kg. Perusahaan menjualnya ke restoran seharga Rp 42.000/kg dan ke
konsumen akhir seharga Rp 45.000/kg. Sedangkan harga restoran ke konsumen
tergantung dari restorannya sendiri. Restoran yang menjadi mitra usaha persahaan
diantaranya : Wisata Berburu, Panorama, Pawon Linggar, Citra Rasa, Bumi Abdi,
Odieon, RM Sukabumi, Raflesia, Garden City, Bambu Kuring, Nuansa, Nikmat
CV Dejee Fish
Dejee Fish
Restoran
Pembudidaya
Konsumen Akhir
Konsumen Akhir CV Dejee Fish
Pedagang Besar
Pengecer
Pengecer
1
0
2
dan Lembur Kuring. Tingkat penjualan dari perusahaan ke konsumen akhir
sebesar 25%, sedangkan ke restoran sebesar 75%.
Kegiatan promosi dilakukan dengan mengkomunikasikan produk atau
komoditas Ikan Gurami yang dijual. Kegiatan promosi yang dilakukan dengan
mengiklankan produk yang dijual melalui media internet, yaitu website
www.dejeefish.com, facebook/dejeefish dan twitter kemudian mengiklankan
melalui stiker yang dipasang pada kendaraan, banner dan spanduk. Penjualan
perorangan dilakukan dengan memanfaatkan jaringan yang dimiliki.
4.9 Subsistem Penunjang
Subsistem penunjang untuk Ikan Gurami di CV Dejee Fish tidak jauh
berbeda dengan subsistem yang ada di perusahaan secara keseluruhan. Subsistem
penunjang komoditas Ikan Gurami terdiri atas pembudidaya Ikan Gurami,
kemitraan, Balai Besar Penelitian Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi,
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan Pelayan dan Perizinan
Terpadu (BPPT) Kabupaten Sukabumi, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian
Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupeten Sukabumi dan media informasi dan
komunikasi.
4.10 Pola Kemitraan
CV Dejee Fish merupakan perusahaan agribisnis yang bergerak dibidang
perikanan air tawar, dimana perusahaan ini menjual beberapa komoditas Ikan Air
Tawar dengan berbagai ukuran. Budidaya yang dilakukan perusahaan tidak dapat
memenuhi permintaan konsumen yang berada di berbagai daerah, sehingga untuk
mengatasi masalah tersebut perusahaan melakukan kemitraan dengan
pembudidaya ikan yang berada di Sukabumi, Bogor dan Purbalingga.
Kemitraan ini dilakukan dengan tujuan memenuhi permintaan konsumen
bagi perusahaan dan membantu pembudidaya ikan dalam memasarkan produknya.
Kemitraan yang dilakukan perusahaan ada dua pola kemitraan yaitu pola inti-
plasma dan dagang umum. Kemitraan ikan ukuran induk dan benih dilakukan
dengan pola inti-plasma, dimana perusahaan sebagai inti memiliki kewajiban
memberikan benih dan sarana produksi kepada pembudidaya sebagai plasma.
Pembudidaya plasma memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan ikan
kepada perusahaan dan membayar biaya sarana produksi kepada inti berdasarkan
persyaratan yang telah disepakati. Perusahaan memberikan kebebasan kepada
pembudidaya plasma dalam memasarkan produk yang dihasilkan. Artinya,
pembudidaya plasma dibolehkan memasarkan produk selain ke perusahaan,
namun ketika perusahaan membutuhkan produk pembudidaya harus
memenuhinya.
Kemitraan yang dilakukan perusahaan selain pola inti-plasma, dilakukan
dengan dagang umum, dimana perusahaan memiliki kewajiban untuk memasarkan
ikan air tawar yang telah diproduksi oleh pembudidaya atau pembudidaya
memiliki kewajiban memasok ikan yang dibutuhkan perusahaan. Kemitraan
seperti ini dilakukan untuk Ikan Gurami ukuran konsumsi. Pembudidaya yang
menjadi mitra perusahaan berada di daerah Parung, Bogor dan Purbalingga. Ikan
Gurami ukuran konsumsi ini dijual perusahaan ke beberapa rumah makan di
wilayah Sukabumi.
4.11 Analisis Kelayakan Usahatani Pendederan I Ikan Gurami
(Osphronemus gouramy)
Kelayakan usaha budidaya perikanan yang dijalankan dapat dilihat dari
analisis usaha komoditas yang dibudidayakan. Usaha Ikan Gurami di CV Dejee
Fish memiliki cabang usaha yaitu usaha pembenihan, pendederan dan usaha
penjualan ikan konsumsi. Dalam hal ini penulis hanya menganalisis usaha
pendederan 1, karena komponen yang dibutuhkan lengkap.
Menurut Suratiyah (2009) ushatani adalah mengusahakan dan
mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai
modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya. Analisis usaha
pendederan I yang dilakukan penulis yaitu analisis usaha dalam 1 siklus produksi
(35 hari). Kegiatan pendederan I dilakukan pada tanggal 27 Agustus 2012 – 30
September 2012. Penulis mulai melaksanakan kegiatan pendederan I pada tanggal
28 Agustus 2012.
Analisis usaha pendederan 1 Ikan Gurami di CV Dejee Fish yang
digunakan penulis yaitu analisis biaya dan pendapatan, analisis R/C dan analisis
BEP. Analisis usahatani dilakukan dengan mengumpulkan informasi mengenai
jumlah produksi (Y), harga (Py), total penerimaan (TR), biaya tetap (fixed
cost/FC), biaya tidak tetap (variable cost/VC) dan biaya total (total cost/TC).
Informasi ini dibutuhkan dalam menghitung penerimaan, pendapatan bersih, R/C
rasio dan BEP. Analisis usahatani dapat dilihat pada Tabel 6. Perhitungan analisis
usahatani dapat dilihat pada Lampiran 17.
Pendederan I dilakukan di ruangan hatchery dengan biaya sewa Rp
500.000/tahun. Sewa kolam selama 1 siklus pendederan I sebesar Rp 47.945.
Benih Ikan Gurami ukuran 2-3 cm dipanen pada tanggal 30 September 2012
sebanyak 9.750 ekor. Proses selanjutnya dilakukan kegiatan pendederan II karena
belum ada permintaan konsumen untuk benih gurami ukuran 2-3 cm. Namun,
untuk melakukan analisis usahatani pendederan I ini, penulis menghitungkan hasil
panen dikirim ke bandara untuk disalurkan ke konsumen. Satu kali pengiriman
ikan ke bandara diperhitungkan 30 box, dan jumlah benih gurami yang dikirim
sebanyak 4 box.
Biaya yang dikeluarkan saat pengiriman yaitu biaya supir, sewa mobil,
bensin dan makan serta tenaga kerja ke bandara. Upah supir dalam satu kali
pengiriman sebesar Rp 75.000. Bensin yang dibutuhkan dalam satu kali
pengiriman ke bandara sekitar 30 liter dengan tarif tol satu kali masuk sebesar Rp
26.500. Uang makan untuk 1 orang supir dan 2 orang karyawan dibutuhkan
sebesar Rp 90.000 dengan tiga kali makan setiap orang. Sewa mobil untuk
pengiriman dalam satu hari sebesar Rp 150.000 dan upah tenaga kerja ke bandara
dalam satu kali pengiriman sebesar Rp 50.000/orang.
Biaya tetap pada analisis usaha pendederan 1 di CV Dejee Fish terdiri atas
sewa hatchery, biaya penyusutan peralatan, listrik dan telepon. Penyusutan adalah
nilai sisa setelah suatu benda digunakan dalam jangka tertentu. Biaya penyusutan
pendederan I Ikan Gurami dapat dilihat pada Lampiran 18.
Biaya listrik untuk hatchery sebesar Rp 350.000/bulan, sehingga biaya
listrik pendederan I Ikan Gurami selama 1 siklus produksi adalah Rp 408.333.
Biaya telepon perusahaan sebesar Rp 100.000/bulan maka biaya telepon untuk
komoditas pendederan I Ikan Gurami sebesar Rp 1.600. Jumlah komoditas yang
dijualbelikan ada 73 komoditas dengan perhitungan berdasarkan jenis dan ukuran
Ikan Air Tawar.
Biaya variabel atau biaya tidak tetap usaha pendederan 1 Ikan Gurami di
CV Dejee Fish terdiri atas 14.000 larva, cacing sutera, gaji pegawai, biaya
pengemasan dan biaya transportasi. Biaya total yang dikeluarkan perusahaan
sebesar Rp 2.959.905 yang merupakan penjumlahan dari biaya tetap sebesar Rp
888.101 dengan biaya variabel sebesar Rp 2.071.803. Biaya variabel yang
dikeluarkan mencapai 70% dari biaya total sisanya merupakan biaya tetap.
Tabel 6 Analisis Usahatani Pendederan I Ikan Gurami Per 35 Hari Produksi
untuk 1 Siklus di CV Dejee Fish
No. Uraian Jumlah Fisik
Harga (Rp)
Jumlah (Rp)
1. Penerimaan benih 2-3 cm (ekor) 9.750 450 4.387.500
Penerimaan total
4.387.500
2. Pengeluaran
A. Biaya Tetap
1) Sewa hatchery
47.945
2) Penyusutan
430.223
3) Listrik
408.333
4) Telepon
1.600
Biaya Tetap Total
888.101
B. Biaya Variabel
1) Telur (butir) 14.000 40 560.000
2) Cacing Tubifex (liter) 49 10.000 490.000
3) Tenaga kerja (Jam)
Persiapan kolam dan
penebaran larva 12 2.500 30.000
Pemberian pakan 53 2.500 132.500
Pemeliharaan kualitas air 120 2.500 300.000
Tenaga kerja pengemasan 5 2.500 12.500
4) Biaya pengemasan
Plastik (buah) 80 384 30.720
Karet (kantong) 16 1.250 20.000
Oksigen (kantong) 150 325 48.750
Solatip besar 1 6.000 6.000
Box Styrofoam 4 30.000 120.000
5) Biaya transportasi
Supir 4/30 75.000 10.000
Tenaga kerja ke bandara 4/30 100.000 13.333
Sewa mobil 4/30 150.000 20.000
Uang makan supir dan 2
karyawan 9 10.000 90.000
Bensin (liter) 30 4.500 135.000
Biaya tol (pulang pergi) 2 26.500 53.000
Biaya Variabel Total
2.071.803
Biaya Total
2.959.905
3. Keuntungan
1.427.595
4. R/C
1,5
5. BEP Penerimaan (Rp)
1.682.666
6. BEP Produksi (ekor)
6.578
7. BEP Harga (Rp/ekor)
304
Keuntungan diperoleh dari selisih penerimaan dengan pengeluaran, jika
selisih tersebut positif maka perusahaan mengalami keuntungan. Hasil dari selisih
penerimaan dengan pengeluaran usahatani pendederan I Ikan Gurami CV Dejee
Fish bernilai positif. Hal ini menunjukkan usaha yang dijalankan mengalami
keuntungan. Keuntungan yang diperoleh perusahaan dari usaha pendederan I Ikan
Gurami adalah 33% dari penerimaan, yaitu sebesar Rp 1.427.595.
5.6.1 Analisis R/C Ratio (Revenue Cost Ratio)
Analisis R/C ratio merupakan alat analisis untuk melihat keuntungan
relatif suatu usaha dalam satu periode terhadap biaya yang dipakai dalam kegiatan
tersebut. Suatu usaha dikatakan layak bila R/C >1. Hal ini menunjukkan semakin
tinggi nilai R/C maka tingkat keuntungan usaha semakin tinggi. Hasil perhitungan
menunjukkan bahwa nilai R/C yang diperoleh perusahaan dari usaha budidaya
pendederan I Ikan Gurami sebesar 1,5 artinya biaya total sebesar Rp 2.959,905
akan menghasilkan penerimaan 1,5 kali lebih besar dari biaya total atau setiap Rp
1 biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,5. Hal ini
menunjukkan bahwa CV Dejee Fish layak melanjutkan usahanya di bidang
pendederan 1 Ikan Gurami.
5.6.2 Analisis Break Event Point (BEP)
Analisis BEP merupakan alat analisis untuk mengetahui batas minimal
penerimaan yang harus diterima perusahaan, nilai produksi dan harga yang harus
ditawarkan ke konsumen. Hasil perhitungan menunjukkan perusahaan tidak akan
mengalami kerugian dan keuntungan pada saat penerimaan sebesar Rp 1.682.666,
jumlah produksi sebanyak 6.578 ekor dan harga yang ditawarkan ke konsumen
setiap ekor sebesar Rp 304. CV Dejee Fish mendapatkan penerimaan lebih besar
dari BEP penerimaan yaitu sebesar Rp 4.387.500, jumlah produksi yang
dihasilkan lebih besar dari BEP produksi yaitu sebesar 9.750 ekor dan harga yang
ditawarkan ke konsumen lebih besar dari BEP harga yaitu sebesar Rp 450/ekor.
Hal tersebut menunjukkan perusahaan layak menjalankan usahanya dibidang
pendederan I Ikan Gurami.
4.12 Kendala yang dihadapi CV Dejee Fish
Bisnis perikanan air tawar yang dilaksanakan CV Dejee Fish secara umum
telah berjalan dengan baik, namun terdapat beberapa kendala yang dihadapi
perusahaan. Berdasarkan pengamatan penulis, kendala yang dihadapi CV Dejee
Fish adalah subsistem pengadaan sarana produksi dan subsistem budidaya.
Subsistem pengadaan sarana produksi berkaitan erat dengan kurangnya
manajemen pengadaan sarana produksi, seperti pencatatan setiap kondisi dan
jumlah sarana produksi. Pencatatan kondisi dan jumlah sarana produksi dapat
mempermudah laporan kepemilikan peralatan perusahaan serta berguna sebagai
acuan pengadaan sarana produksi yang dibutuhkan, sehingga sarana produksi
yang dibutuhkan dalam subsistem budidaya bisa terpenuhi dengan maksimal.
Subsistem budidaya yang berkaitan erat dengan penyediaan komoditas
perikanan air tawar dari pembudidaya belum mampu memenuhi permintaan
konsumen secara optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurang terpenuhi
permintaan konsumen diantaranya kondisi alam dan teknologi yang belum
sepenuhnya mendukung.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
4.13 Kesimpulan
1. Sistem agribisnis yang dilakukan CV Dejee Fish terdiri atas subsistem
pengadaan sarana produksi, subsistem budidaya, subsistem pengolahan
hasil perikanan (agroindustri), subsistem pemasaran dan subsistem
penunjang. Subsistem pengolahan hasil perikanan dilakukan untuk
komoditas Ikan Lele dan Ikan Nila. Setiap subsistem yang dilakukan CV
Dejee Fish telah terintegrasi dengan baik.
2. Hasil analisis kelayakan usaha pendederan I Ikan Gurami untuk satu
ruangan hatchery dengan 27 akuarium dan 14.000 ekor larva gurami
menghasilkan penerimaan total sebesar Rp 4.387.500. Biaya total yang
harus dikeluarkan dalam satu siklus (35 hari) adalah Rp. 2.959.905.
Keuntungan yang diperoleh perusahan bernilai positif sebesar Rp.
1.427.595. R/C yang didapat sebesar 1,5, hal ini menunjukkan usaha
pendederan I Ikan Gurami layak dilakuakan. Berdasarkan analisis titik
impas, nilai penerimaan, produksi dan harga yang dihasilkan perusahaan
lebih besar dari nilai titik impas. Nilai titik impas penerimaan, produksi
dan harga berturut-turut adalah Rp. 1.682.666, 6.578 ekor dan Rp
304/ekor. Hasil analisis ini menunjukkan usaha pendederan I Ikan Gurami
menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
3. Pola kemitraan yang dilakukan CV Dejee Fish adalah inti-plasma dan
kemitraan dagang umum. Produk ikan air tawar yang dijual perusahaan
hampir 85% dihasilkan dari proses kemitraan dan 15% dari hasil budidaya
di perusahaan. Kemitraan dilakukan dengan pembudidaya di wilayah
Sukabumi, Bogor dan Purbalingga.
4.14 Saran
1. Data hasil produksi, kondisi dan jumlah sarana produksi serta data
kesehatan ikan tidak tercatat rapi. Perusahaan sebaiknya senantiasa
melakukan pencatatan terhadap hasil produksi, kondisi dan jumlah sarana
produksi serta data kesehatan ikan. Pencatatan tersebut akan memudahkan
dalam melihat perkembangan perusahaan, manajemen pengadaan sarana
produksi, manajemen pengendalian dan mutu ikan serta dalam pelaporan
kondisi perusahaan.
2. Setiap divisi produksi sebaiknya melakukan pencatatan mengenai biaya
dan penerimaan secara lengkap dalam satu siklus, sehingga memudahkan
perusahaan untuk melihat perkembangan usaha yang dijalankan.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2013. Penduduk Indonesia Menurut Provinsi Tahun 2010.
Badan Pusat Statistik. Jakarta. http://www.bps.go.id. (diakses pada tanggal
13 Januari 2013)
Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Ikan Indonesia Menurut Jenis Budidaya
Tahun 2007-2011. Badan Pusat Statistik. Jakarta. http://www.bps.go.id.
(diakses pada tanggal 13 Januari 2013)
BP4K Kabupaten Sukabumi. 2013. BP3k Cisaat Tahun 2011. BP4K Kabupaten
Sukabumi. Sukabumi. http://bp4kkabsukabumi.net/index.php? option=
com_content &task =view&id=37&Itemid=53 (diakses tanggal 28 Mei
2013)
Dokumen. 2012. Biaya Pelatihan Ikan Air Tawar CV Dejee Fish Tahun 2012. CV
Dejee Fish. Sukabumi
Dokumen. 2012. Data Penjualan Ikan Air Tawar Ikan Gurami Bulan Juli-
September tahun 2012. CV Dejee Fish. Sukabumi
Dokumen. 2012. Harga Ikan Air Tawar CV Dejee Fish Tahun 2012. CV Dejee
Fish. Sukabumi
Dokumen. 2012. Harga Olahan Ikan Air Tawar CV Dejee Fish Tahun 2012. CV
Dejee Fish. Sukabumi
Dokumen. 2012. Jumlah Media Budidaya CV Dejee Fish Tahun 2012. CV Dejee
Fish. Sukabumi
Dokumen. 2012. Peralatan CV Dejee Fish Tahun 2012. CV Dejee Fish. Sukabumi
Effendi I, Oktariza W. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya.
Depok
Fauzi A. 2010. Ekonomi Perikanan (Teori, Kebijakan dan Pengelolaan). Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Khairuman H, Amri K. 2011. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis 15 Ikan
Konsuumsi. Agro media pustaka. Jakarta
Mahyudin K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Depok
Nugroho M H. 2008. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Hasil Produksi Pembenihan Ikan Gurami Petani Bersertifikat SNI (Studi
Kasus : Desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas,
Jawa Tengah). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Sa’id E G, Intan A H. 2004. Manajemen Agribisnis. Ghalia Indonesia. Jakarta
Saparinto C. 2011. Panduan Lengkap Gurami. Penebar Swadaya. Depok
Soekartawi, Soeharjo A, Dillon JL, Haedaker JB. 1990. Ilmu Usahatani dan
Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Universitas Indonesia.
Jakarta
Soekartawi. 2006. Ilmu Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta
Statistik Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2013. Jumlah Perikanan Budidaya
Kolam Menurut Jenis Ikan di Pulau Jawa Tahun 2011. Kementrian
Kelautan dan Perikanan. Jakarta. http://www.kkp.go.id (diakses tanggal 28
Mei 2013)
Suratiyah K. 2009. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya. Depok
Tim Penyusun. 2012. Panduan Penulisan Tugas Akhir Fakultas Agribisnis dan
Teknologi Pangan. Universitas Djuanda Bogor. Bogor
Tim Penyusun. 2012. Panduan Praktik Lapang. Jurusan Agribisnis, Fakultas
Agribisnis dan Teknologi Pangan. Universitas Djuanda. Bogor.
Tobing D. 2009. Analisis Kelayakan Usahatani Wortel (Studi Kasus : Desa
Sukadame Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara).
Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan
Umar H. 2003. Metode Riset Pemasaran dan Prilaku Konsumen. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1 Produksi Ikan di Indonesia Berdasarkan Budidaya Tahun 2007-
2011 (Ton)
Tahun Budidaya
Laut Tambak Kolam Karamba
Jaring
Apung Sawah
2007 1.509.532 933.834 410.374 63.929 190.893 85.009
2008 1.966.002 959.509 479.167 75.769 263.169 111.563
2009 2.820.083 907.123 554.067 101.771 238.605 86.913
2010 3.514.702 1.416.038 819.809 61.381 309.499 96.605
2011 4.605.827 1.602.728 1.127.127 131.383 375.430 86.448
Sumber : Statistik KKP, 2013
Lampiran 2 Luas Wilayah Kecamatan Cisaat
No Desa
Luas Wilayah Jumlah
(Ha) Sawah Tegalan/
Ladang Pekarang-an
Perkebun-
an Kolam Lain-Lain
1. Cisaat 39,550 9,075 65,300 - 10,000 1,700 125,625
2. Babakan 144,100 9,905 56,048 - 7,500 2,392 219,995
3. Cibolang
Kaler 90,459 5,542 20,000 - 20,600 0,500 137,100
4. Cibatu 94,933 6,470 50,526 - 13,600 2,470 167,999
5. Nagrak 49,854 16,771 24,400 - 19,000 0,140 110,165
6. Sukamanah 52,311 7,549 40,935 - 2,000 2,240 105,035
7. Padaasih 147,440 68,939 35 - 5,000 1,260 257,639
8. Sukamantri 37,100 4,100 46,500 - 2,000 0,500 90,200
9. Sukaresmi 161,960 16,650 110,667 - 4,500 0,800 294,557
10 Sukasari 150,179 0,550 7,461 - 10,000 2,560 170,720
11 Gunungjaya 125,095 2,000 17,875 - 15,500 3,500 163,970
12 Selajambe 100,250 13,065 35,000 - 23,000 0,700 172,015
13 Kutasirna 113,260 4,365 24,600 - 6,000 1,810 150,035
Jumlah 1.306,491 164,980 434,362 - 138,700 20,542 2.165,09
Sumber : BP4K Kabupaten Sukabumi, 2013
Lampiran 3 Penjualan Ikan Air Tawar CV Dejee Fish Juli-Oktober 2012
Jenis Ikan Ukuran Penjualan (Ekor)
(a)
Harga (Rp)
(b)
Penerimaan (Rp)
(c = axb)
Total
Penerimaan
setiap
Komoditas (d)
Pangsa Pasar
(f = d/e x100%)
Gurami
Telur
2-3 cm
4-5cm
6-7 cm
8-10 cm
Konsumsi (kg)
Induk (paket)
65.000
35.000
15.000
5500
5000
350
50
60
450
850
1.750
3.500
42.000
800.000
3.900.000
15.750.000
12.750.000
9.625.000
17.500.000
14.700.000
40.000.000
114.225.000 54%
Lele
Larva
2-3 cm
3-5 cm
5-7 cm
7-10 cm
Konsumsi (kg)
Induk (paket)
450.000
75.000
60.000
25.000
5.000
20
50
7
50
90
220
400
15.000
550.000
3.150.000
3.750.000
5.400.000
5.500.000
2.000.000
300.000
27.500.000
47.600.000 23%
Nila
Larva
K2-3 cm
3-5 cm
5-7 cm
485.000
150.000
110.000
25.000
12
40
70
240
5.820.000
6.000.000
7.700.000
6.000.000
25.520.000 12%
Patin
Larva
¾ inci
1 inci
185.000
120.000
90.000
15
90
100
2.775.000
10.800.000
9.000.000
22.575.000 11%
Total Penerimaan (e) 209.920.000
Sumber : CV Dejee Fish, 2012
Lampiran 4 Jurnal Harian Kegiatan Praktik Lapang Nama Mahasiswa : Nurul Luthfita Sari
NIM : A.0910457
Nama Perusahaan : CV Dejee Fish
Lokasi Perusahaan : Jl. Cibaraja Pasar Ikan No. 40 Cisaat- Sukabumi
No Hari/Tanggal Jenis Kegiatan Waktu
Paraf
Pembimbing
Lapang
1. Selasa, 28
Agustus 2012
- Perkenalan dengan
pembimbing lapang,
pimpinan perusahaan
dan karyawan
09:00 – 10:00
- Melihat Sarana dan
Prasarana CV Dejee
Fish
10:00 – 12:00
- Memeriksa Benih
Gurami
13:00 – 13:30
- Membantu
pengemasan ikan
17:00 – 17:30
2. Rabu, 29
Agustus 2012
- Membersihkan Kolam
Outdoor
06:00 – 07:00
- Membersihkan
hatchery 2 dan
memeriksa benih
Gurami
07:00 – 07:30
- Memberi Pakan Lele 07:30 – 08:00
- Membantu
administrasi CPIB
10:00 – 12:00
- Membersihkan
hatchery1
13:00 – 14:00
- Mengikuti
pengambilan Induk
ikan lele ke Salajambe
14:00 – 15:00
- Mengikuti pelatihan
budidaya Ikan Lele
16:00 – 22:00
3. Kamis, 30
Agustus 2012
- Membersihkan
outdoor, hatchery 1 &
2
06:00 – 07:00
- Memberi pakan Lele 07:00 – 07:30
- Memeriksa Benih
Gurami
07:30 – 08:00
- Materi dan Praktik
Striping dan fillet
induk Lele
08:00 – 10:00
- Sortir induk Pating di
Cipuntang
10:30 – 13:30
- Materi Penyakit lele
dan pencegahannya
13:30 – 16:00
- Materi dan Praktik
pembuatan pakan
19:00 – 21:00
4. Jum’at, 31 - Membersihkan 06:00 – 07:00
Agustus 2012 outdoor, hatchery 1 &
2
- Memeriksa Benih
Gurami
07:00 – 07:20
- Memberi pakan Lele 07:20 – 08:00
- Pelatihan membuat
probiotik alami untuk
pellet
10:00 – 11:00
- Mengikuti pengabilan
ikan ke BBPBAT
Sukabumi
14:00 – 15:30
- Membanti packing 16:00 – 17:00
5. Sabtu, 01
September
2012
- Membersihkan
outdoor, hatchery 1 &
2
06:00 – 07:00
- Memeriksa Benih
Gurami
07:00 – 07:20
- Memberi pakan Lele 07:20 – 08:00
- Membantu
administrasi CPIB
16:00 – 19:00
6. Minggu, 2
September
2012
- Membersihkan
outdoor, hatchery 1 &
2
06:00 – 07:00
- Memeriksa Benih
Gurami
07:00 – 07:20
- Memberi pakan Lele 07:20 – 08:00
7. Senin 3
September
2012
- Membersihkan
outdoor, hatchery 1 &
2
06:00 – 07:00
- Memeriksa Benih
Gurami
07:00 – 07:20
- Memberi pakan Lele 07:20 – 08:00
- Membantu
administrasi CPIB
10:00 – 16:00
- Membantu
administrasi CPIB
18:30 – 00:00
8. Selasa 4
September
2012
- Membantu
administrasi CPIB
00:00 – 02:30
05:15 – 06:30
- Membantu persiapan
audit CPIB
07:00 – 15:30
- Mengikuti packing 16:00 – 18:00
9. Rabu, 5 Sept
2012
- Membersihkan
outdoor, hatchery 1 &
2
06:00 – 07:00
- Membersihkan
akuarium Benih
Gurami
07:00 – 08:00
- Membantu packing
benih
08:00 – 08:30
- Memberi pakan Lele 08:30 – 09:30
10. Kamis, 6 Sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:00 – 07:00
- Memisahkan benih
gurami yang mati di
akuarium
07:00 – 07:30
- Memberi pakan lele 07:30 – 08:00
- Memberi pakan lele 16:00 – 16:30
11. Jum’at 7 Sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:00 – 07:00
- Memisahkan benih
gurami yang mati di
akuarium
07:00 – 07:30
- Memberi pakan lele 07:30 – 08:00
- Persiapan packing 13:30 – 15:00
- Packing 16:00 – 20:00
- Belajar teknik packing 20:00 – 20:15
12. Sabtu, 8 Sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:00 – 07:00
- Membersihkan
akuarium benih
gurami
07:00 – 08:00
- Memberi pakan lele 08:00 – 08:30
- Membersihkan ruang
olahan
09:00 – 12:00
13. Minggu 9 Sept
2012
- Memberi Pakan Lele 16:00 – 17:00
14. Senin, 10 Sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:00 – 07:00
- Membersihkan
akuarium benih
gurami
07:00 – 08:00
- Memberi pakan lele 08:00 – 09:00
- Memberi Pakan Lele 16:00 16:30
15. Selasa, 11 Sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:00 – 07:00
- Membersihkan
akuarium benih
gurami
07:00 – 08:00
- Memberi pakan lele 08:00 – 09:00
- Persiapan packing 13:00 – 15:00
- Packing 16:00 – 18:00
16. Rabu, 12 Sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:00 – 08:00
- Memberi pakan lele 08:00 – 09:00
- Membersihkan
akuarium benih
gurami
09:00 – 10:00
17. Kamis, 13 Sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:00 – 07:00
- Membersihkan
akuarium benih
gurami
07:00 – 08:00
- Memberi pakan lele 08:00 – 09:00
- Membantu produksi
olahan abon ikan lele
10:00 – 17:00
18. Jum’at, 14
Sept 2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:00 – 07:00
- Memberi pakan lele 07:00 – 08:00
- Packing
keberangkatan pagi
08:00 – 09:00
- Persiapan packing 09:00 – 15:00
- Packing 16:00 – 18:00
- Produksi abon ikan
lele
19:30 – 21:00
19. Sabtu, 15 Sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:00 – 07:00
- Membersihkan
akuarium benih
gurami
07:00 – 08:30
- Memberi pakan
gurami
08:30 – 08:40
- Memberi Pakan lel 08:40 : 09:00
- Produksi abon ikan
lele
09:00 – 18:00
20 Minggu, 16
Sept 2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:00 – 07:00
- Membersihkan
akuarium benih
gurami
07:00 – 08:00
- Memberi pakan lele 08:00 – 09:00
21 Senin, 17 sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:00 – 06:50
- Memisahkan benih
gurami yang mati
06:50 – 07:10
- Memberi pakan lele 07:10 – 08:00
- Membersihkan ruang
olahan
08:00 – 08:20
- Produksi nugget ikan
lele
08:20 – 19:30
22. Selasa, 18 Sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:00 – 07:30
- Produksi nugget ikan
lele (kecuali waktu
sholat)
07:30 – 22:00
23. Rabu, 19 Sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:00 – 06:50
- Memisahkan benih
gurami yang mati
06:50 – 07:10
- Memberi pakan lele 07:10 – 08:00
- Membersihkan ruang
olahan
08:00 – 08:20
- Produksi nugget ikan
lele
08:20 – 19:00
24. Kamis, 20 Sept - Membantu persiapan 07:30 – 08:00
2012 edutorism SDIT
Adzkia
- Berangkat ke
Cipuntang
08:00 – 08:15
- Pengemasan konsumsi
untuk peserta
Edutorism
08:15 – 12:00
- Kembali ke Cibaraja 13:00 – 13:15
- Memberi pakan Lele
dan memisahkan lele
yang mati
16:00 – 16:30
25. Jum’at, 21
Sept 2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:00 – 07:00
- Memisahkan benih
gurami yang mati
067:00 – 08:00
- Memberi pakan lele 08:00 – 08:30
- Membantu pembuatan
antibiotik alami
09:00 – 10:00
- Packing 16:00 – 18:00
26. Sabtu, 22 Sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:00 – 07:00
- Memisahkan benih
gurami yang mati
07:00 – 07:30
- Memberi pakan lele 07:30 – 07:40
- Membersihkan
akuarium benih patin
07:50 – 11:30
- Mengantarkan
pesanan Gurami ke
Restoran Wisata
Berburu di Cikidang
12:00 – 13:30
27. Minggu, 23
Sept 2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:00 – 08:00
- Memberi pakan lele 08:00 – 09:00
28. Senin 24 Sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
07:30 – 08:00
- Menyiapkan pakan
larva lele hari ke -5
berupa kuning telur
08:10 – 08:30
- Membantu
pemindahan larva ke
hapa yang lain
08:30 – 09:00
- Membersihkan
akuarium benih
gurami
09:00 – 11:40
- Mengisi air akuarium
benih gurami sampai
ketinggian 24 cm
11:40 – 12:20
15:00 – 16:45
- Packing Lele ukuran
3-4 cm dan 7-10 cm
16:45 – 17:10
29. Selasa, 25 Sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:30 – 07:30
- Memberi Pakan Lele 07:30 – 08:10
- Membersihkan
akuarium benih
gurami
08:10 – 08:30
- Persiapan packing 08:30 – 09:10
- Membersihkan
akuarium benih patin
09:10-09:30
- Mengisi air akuarium
benih patin
09:30 – 10:10
- Memberi pakan benih
patin berupa cacing
sutera yang dicairkan
PK
10:10- 10:30
- Menyiapkan makanan
benih lele berupa
kuning telur
10:40 – 11:00
- Membersihkan
akuarium benih
gurami dan mengisi
air
11:00 – 12:10
- Mengambil ikan
gurami di
pembudidaya mitra
12:10 – 13:00
- Menyiapkan plastik
packing
13:00 – 13:30
- Packing 15:00 – 18:00
- Membersihkan nila
baby Fish
18:10 – 20:00
- Memberi pakan lele 20:00 – 20:05
30. Rabu, 26 Sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:30 – 07:00
- Mencatat jumlah ikan
gurami yang dating
dari Purwokerto
07:00 – 09:00
- Membantu sampling
ikan gurami dengan
pemisahan kualitas
baik
09:00 – 09:20
- Mengantar pesanan
Gurami ke Sukaraja
09:20 – 10:00
- Mencatat pesanan ikan
gurami ke Restoran
10:00 – 10:10
- Membantu
membersihkan
akuarium benih patin
10:10 – 11:00
- Mengisi air akuarium
benih patin
11:00 – 11:30
- Mencatat pesanan ikan
gurami ke Panorama
11:30 – 11:35
- Membersihkan mes di
kantor
11:40 – 12:20
- Wawancara dengan 13:40 – 14:30
karyawan
- Ikut memeriksa kolam
untuk ikan gurami di
Cicantayan
14:30 16:00
- Wawancara dengan pa
Herman
16:00 – 17:30
31. Kamis, 27 Sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:30 – 08:00
- Memberi Pakan
08:00 – 09:00
- Membersihakan
akuarium benih patin
10:00 – 12:00
- Wawancara dengan
direktur perusahaan
19:30 – 21:00
32. Jum’at 28 Sept
2012
- Membantu pembuatan
abon ikan lele
08:00 – 16:00
- Packing abon 16:00 – 18:00
33. Sabtu, 29 Sept
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
06:30 – 08:30
34. Minggu, 30
Sept 2012
- Pemanenan ikan
gurami
07:00 – 09:00
- Pendederan 2 ikan
gurami
09:00 – 10:30
- Persiapan packing
berupa fiber untuk
induk ikan gurami
10:30 – 12:00
35. Senin, 01 Okt
2012
- Membersihkan ikan
nila baby Fish
07:00 – 09:00
- Produksi pengolahan
baby Fish
09:00 – 19:00
- Packing baby Fish 19:00 – 20:00
36. Selasa,2 Okt
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
07:00 – 09:00
- Persiapan packing 10:00 – 12:00
- Packing 13:00 – 16:00
37. Rabu, 3Okt
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
07:00 – 09:00
38. Kamis, 4 Okt
2012
- Membersihkan
lingkungan kerja
07:00 09:00
- Membantu masak
gurami untuk
hidangan relasi bisnis
12:00 – 13:30
- Packing 16:00 -17:00
39. Jum’at, 5 Okt
2012
- Packing 16:30 – 18:00
40. Sabtu, 6 Okt
2012
- Menyiapkan tempat
dan perlengkapan
pelatihan ikan patin
07:30 -08:00
- Membantu panen lele
dan sortir lele
08:00 – 12:30
- Presentasi praktik
lapang
13:30 – 16:00
Lampiran 5 Peta lokasi CV Dejee Fish
Lokasi
Lampiran 6 Profil Kewirausahaan
Nama : Deni Rusmawan. A.Md
Tempat. Tanggal Lahir : Sukabumi. 3 Juni 1974
Pendidikan Formal : MI MWB PUI 1980-1987
SMP 2 Gunung Guruh 1987-1990
MAN 1 Kota Bandung 1990-1993
D3 Universitas Padjajaran 1993-1996
Pendidikan Non Formal : Pelatihan Manajer Pengendali Mutu CPIB 2011
Status Menikah : Menikah
Alamat : Jl. Cibaraja Kp. Cibaraja RT 37 RW 08
Ds. Nagrak Kecamatan Cisaat Kabupaten
Sukabumi Provinsi Jawa Barat
Jabatan Perusahaan : Direktur dan MPM CV Dejee Fish
Mulai Usaha : 2005
Tokoh Idola : Guru dihidup saya adalah Ibu
Sikap Hidup :
a. Perilaku hidup memiliki kayakinan bahwa usaha harus disertai dengan do’a,
kemudian tidak gengsi selama usaha yang dilakukan halal maka lakukan
dengan sungguh-sungguh.
b. Perilaku hidup memiliki wawasan kedepan terbukti beliau bercita-cita
mendirikan tempat wisata perikanan air tawar yang lengkap, memiliki
inovasi dan kreatifitas contohnya pada pengolahan ikan beliau dan istrinya
yang meramu resepnya, pengelolaan keuangan baik terlihat dari
perkembangan perusahaan dari awal berdiri hingga sekarang.
c. Perilaku hidup memiliki motto hidup jika ingin maju maka berbagi.
Lampiran 7 Surat Izin Tempat Usaha CV Dejee Fish
Lampiran 8 Daftar Nama Karyawan CV Dejee Fish
Nama Tenaga Kerja Pendidikan Tugas Pekerjaan/Jabatan
Deni Rusmawan,A.Md D.3 Direktur
Fondayanti SMA Sekretaris
Dini Handiyani,S.Pd S.1 Bendahara
Wulandari,A.Md D.3 Administrasi Umum
Agus Chandra,S.Pi S.1 Kabag Pelatihan & Magang
Robi Yogaswara,A.md D.3 Kabag Marketing
Reza Fadilla,A.Md D.3 Kabag Marketing
Jaka Trenggana,S.Pi S.1 Kabag Litbang
Ipan SMA QC / Pengadaan
Erlan SMK Kabag Distribusi
Asep Saepudin SMA Sie. Transportasi
Usep Sobandi SMA Sie. Logistik
Herman SMA Sie. Produksi Patin
Uden Jobin SMA Sie. Produksi Nila
Dede SMA Sie. Produksi Gurame
Misbahudin SMA Sie. Produksi Lele
Yayat Busro SMA Sie. Produksi Udang/Lobster
Heri Iskandar SMA Sie. Produksi Ikan Hias
Ade Ruhiat SMK Sie. Perawatan Induk
Miftah SMK Pelaksana teknis
Ujang Setiawan SMK Pelaksana teknis
Solah SMA Pelaksana teknis
Usep Ridwan SMA Pelaksana teknis
Sumber : CV Dejee Fish. 2012
Lampiran 9 Media Budidaya CV Dejee Fish
Kolam Terpal Pemeliharan Induk
Kolam Pemijahan Kolam Pemberokan
Ruangan hatchery
Kolam Tanah di Cipuntang
Lampiran 10 Peralatan yang digunakan CV Dejee Fish
Jenis Peralatan Unit Satuan Kondisi
Mesin Diesel (1200 watt) 1 Buah Cukup
Mesin Diesel (2200 watt) 1 Buah Baik
Blower (400 watt) 2 Buah Baik
Heater 60 Buah Baik
Termometer 10 Buah Baik
Serok 20 Buah Baik
Tabung Oksigen Besar 2 Buah Baik
Tabung Oksigen Kecil 1 Buah Baik
Tabung Gas Elpiji 2 Buah Baik
Baskom Sortir 5 Buah Baik
Selang 30 Meter Baik
Pompa Air 4 Buah Baik
Sepatu Boot 20 Pasang Cukup
Gelas Ukur 2 Buah Baik
Sterofoam 3 Box Cukup
Jaring 20 Meter Baik
Plastik Packing 1 Kg Baik
Karet 1 Kg Baik
Ember 5 Kg 8 Buah Cukup
Ember 8 Kg 4 Buah Cukup
Hapa 50 Meter Baik
Kakaban 40 Buah Cukup
Drum 10 Buah Cukup
Pisau 6 Buah Cukup
Gergaji 2 Buah Cukup
Paralon 8 Batang Baik
Golok 2 Buah Cukup
Pacul 2 Buah Cukup
Keranjang 2 Buah Baik
Mesin pembuat pakan 1 Buah Baik
Sumber : CV Dejee Fish, 2012
Lampiran 11 Sertifikat Pembenihan
Lampiran 12 P-IRT Dejee Food
Lampiran 13 Peralatan Unit Pengolahan CV Dejee Fish (Dejee Food)
Peralatan Jumlah (buah) Kondisi
Kompor gas 2 Baik
Tabung gas elpiji 2 Baik
Wajan penggorengan 2 Baik
Sendok penggorengan 2 Baik
Panci pengukus 1 Baik
Baskom plastik 3 Baik
Nampan plastik 2 Baik
Piring 4 Baik
Pisau 3 Baik
Sendok 6 Baik
Mangkuk 3 Baik
Talenan 2 Cukup
Freezer 1 Baik
Spiner 1 Baik
Sealer 1 Baik
Timbangan digital 1 Baik
Timbangan duduk 1 Baik
Blander 1 Baik
Saringan 2 Baik
Sumber : CV Dejee Fish, 2012
Lampiran 14 Daftar harga benih dan indukan ikan air tawar CV Dejee Fish
No Jenis Ikan Ukuran Harga/ekor (Rp)
1. Lele sangkuriang
Lele sangkuriang
Lele sangkuriang
Lele sangkuriang
Lele sangkuriang
Lele sangkuriang
Lele sangkuriang
Lele sangkuriang induk (15 ekor)
Larva
2-3 cm
3-5 cm
4-6 cm
5-7 cm
7-9 cm
7 – 10 cm
0,5 – 1 kg
7
50
90
150
220
300
400
550.000*
2. Bawal
Bawal
Bawal
Bawal
Bawal
Bawal
Bawal induk (1 jantan : 1 betina)
Larva
¾ inch
1 inch
1 inch up
1,5 inch
2 inch
2,5-3 kg
15
80
100
115
200
350
60.000*
3. Patin
Patin
Patin
Patin
Patin
Larva
¾ inch
1 inch
1,5 inch
2 inch
15
90
100
200
350
4. Lele Dumbo
Lele Dumbo
Lele Dumbo
Lele Dumbo induk (15 ekor)
2-3 cm
3-5cm
4-6 cm
0,5-1 kg
45
85
145
450.000*
5. Nila Merah
Nila Merah
Nila Merah
Nila Merah
Nila Merah
Nila Merah Induk
Larva
1-2 cm
2-3 cm
3-5 cm
5-7 cm
100 gram
35
50
80
150
350
15.000
Lampiran 14 (Lanjutan) Daftar harga benih dan indukan ikan air tawar CV
Dejee Fish
No Jenis Ikan Ukuran Harga/ekor (Rp)
6. Nila GMT
Nila GMT
Nila GMT
Nila GMT
Nila GMT
Nila GMT
Larva
1 – 2 cm
2 – 3 cm
3 – 5 cm
5 – 7 cm
100 gram
12
35
50
85
250
30.000
7. Nila hitam
Nila hitam
Nila hitam
Nila hitam
Nila hitam
Nila hitam
Larva
1 – 2 cm
2 – 3 cm
3 – 5 cm
5 – 7 cm
100 gram
12
30
40
70
240
8.500
8. Ikan Mas
Ikan Mas
Ikan Mas
Ikan Mas
Ikan Mas
Ikan Mas Induk
Larva
2 – 3 cm
3 – 5 cm
5 – 7 cm
7 – 10 cm
0,5 – 2,5 kg
12
80
100
350
6.000
60.000
9. Lobster huna biru
Lobster huna biru
5 – 6 cm
Calin
5.000
25.000
10.
11.
12.
Nilem
Nilem
Graskap
Graskap
Mola
Mola
2 – 3 cm
3 – 5 cm
2 – 3 cm
3 – 5 cm
2 – 3 cm
3 – 5 cm
100
150
150
200
85
110
Lampiran 14 (Lanjutan) Daftar harga benih dan indukan ikan air tawar CV
Dejee Fish
No Jenis Ikan Ukuran Harga/ekor (Rp)
13. Baung
Baung
Baung
Baung
Baung
Baung
Larva
¾ inch
1 inch
1 inch up
1,5 inch
2 inch
10
100
125
150
250
300
14. Tembakang
Tembakang
2 – 3 cm
3 – 5 cm
100
250
15. Belut (kg)
10 – 15 cm 45.000
16. Sidat (kg) Glass ill 850.000
Sumber : CV Dejee Fish, 2012
Lampiran 15 Biaya pelatihan (P2MKP) CV Dejee Fish
No Jenis Pelatihan Biaya (Rp)
1. Pelatihan budidaya ikan gurami (3 hari 2 malam)
- Paket standar (mess)
- Paket eksekutif (hotel)
- Paket grup standar (4 orang mess)
- Paket grup eksekutif (4 orang hotel)
1.850.000
2.300.000
4.500.000
5.500.000
2. Pelatihan budidaya ikan lele (3 hari 2 malam)
- Paket standar (mess)
- Paket eksekutif (hotel)
- Paket grup standar (4 orang mess)
- Paket grup eksekutif (4 orang hotel)
1.500.000
2.000.000
4.000.000
5.000.000
3. Pelatihan budidaya ikan nila (3 hari 2 malam)
- Paket standar (mess)
- Paket eksekutif (hotel)
- Paket grup standar (4 orang mess)
- Paket grup eksekutif (4 orang hotel)
1.800.000
2.250.000
4.250.000
5.250.000
4. Pelatihan budidaya ikan mas (3 hari 2 malam)
- Paket standar (mess)
- Paket eksekutif (hotel)
- Paket grup standar (4 orang mess)
- Paket grup eksekutif (4 orang hotel)
1.500.000
2.000.000
4.000.000
5.000.000
5. Pelatihan budidaya ikan patin (3 hari 2 malam)
- Paket standar (mess)
- Paket eksekutif (hotel)
- Paket grup standar (4 orang mess)
- Paket grup eksekutif (4 orang hotel)
3.000.000
3.700.000
8.000.000
9.500.000
6. Pelatihan budidaya ikan bawal (3 hari 2 malam)
- Paket standar (mess)
- Paket eksekutif (hotel)
- Paket grup standar (4 orang mess)
- Paket grup eksekutif (4 orang hotel)
3.000.000
3.700.000
8.000.000
9.500.000
Sumber : CV Dejee Fish, 2012
Lampiran 16 Daftar harga olahan ikan di CV Dejee Fish
Jenis Pack (gram) Harga Jual (Rp) Harga reseller (Rp)
Nugget 200 12.000 9.000
Kaki naga 200 15.000 12.000
Baby fish 100 20.000 15.000
Abon ikan 100 18.000 15.000
Bakso Ikan 200 12.000 10.000
Dendeng ikan nila 85 15.000 12.000
Kerupuk kulit 85 20.000 16.000
Sumber : CV Dejee Fish, 2012
Lampiran 17 Peritungan Analisis Usahatani Pendederan I Ikan Gurami di
CV Dejee Fish
Y = Jumlah produksi benih gurami sebanyak 9.750
Py = Harga per ekor sebesar Rp 450
TR = Y x Py
= 9.750 x 450
= Rp 4.387.500
TC = TFC + TVC
= 888.101 + 2.071.803
= Rp. 2.959.905
Keuntungan = TR – TC
= Rp 4.387.500 – Rp 2.959.905
= Rp 1.427.595
R/C =
=
= 1,5
BEP Penerimaan (Rp) =
=
= Rp 1.682.666
TR
TFC + TVC
4.387.500
888.101 + 2.071.803
TR
TVC 1 –
TFC
4.387.500
2.071.803 1 –
888.101
Lampiran 17 (Lanjutan) Peritungan Analisis Usahatani Pendederan I Ikan
Gurami di CV Dejee Fish
BEP Produksi (ekor) =
=
= 6.578 ekor
BEP Produksi (ekor) =
=
= Rp 304/ekor
TC
Py
2.959.905
450
2.959.905
9.750
TC
Y