TUGAS AKHIR โ SM141501
KAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PADA
RUANG METRIK FUZZY
ZICKY LUKMAN
NRP 06111440000084
Dosen Pembimbing:
Sunarsini, S.Si., M.Si.
Drs. I Gst. Ngr. Rai Usadha, M.Si
DEPARTEMEN MATEMATIKA
Fakultas Matematika, Komputasi Dan Sains Data
Institut Sepuluh Nopember Surabaya
Surabaya 2018
FINAL PROJECT โ SM141501
FIXED POINT THEOREM ON FUZZY METRIC SPACE
ZICKY LUKMAN
NRP 06111440000084
Supervisors:
Sunarsini, S.Si., M.Si.
Drs. I Gst. Ngr. Rai Usadha, M.Si
MATHEMATICS DEPARTMENT
Faculty of Mathematics, Computing and Data Sciene
Sepuluh Nopember Institute of Technology
Surabaya 2018
v
KAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PADA
RUANG METRIK FUZZY
Nama Mahasiswa : ZICKY LUKMAN
NRP : 06111440000084
Departemen : Matematika FMKSD-ITS
Pembimbing :1. Sunarsini, S.Si.,M.Si.
2. Drs. I Gst. Ngr. Rai Usadha, M.Si.
Abstrak
Metrik mempunyai peranan penting dalam matematika
analisis maupun terapan. Seiring perkembangan jaman,
perluasan dari ruang metrik mulai terus dikaji dan diteliti lebih
dalam. Salah satu perluasan dari ruang ini adalah ruang metrik
fuzzy. Konsep dasar dari ruang metrik fuzzy berbeda dengan
konsep ruang metrik, yaitu pada domain dan kodomain fungsi
metrik fuzzy, nilai fungsi saat x=y dan pertidaksamaan segitiga
fungsi metrik fuzzy yang melibatkan norm-t kontinu. Subjek yang
dikaji pada tugas akhir ini adalah kekonvergenan barisan,
barisan Cauchy, kelengkapan dan hubungan antara sifat-sifat
tersebut serta teorema titik tetap pada ruang metrik fuzzy.
Kata kunci: ruang metrik, ruang metrik fuzzy, teorema titik tetap
vi
vii
FIXED POINT THEOREM ON FUZZY METRIC SPACE
Name : ZICKY LUKMAN
NRP : 06111440000084
Department : Mathematics FMKSD-ITS
Supervisors :1. Sunarsini, S.Si.,M.Si.
2. Drs. I Gst. Ngr. Rai Usadha, M.Si.
Abstract
Metric has an important role in analytical and applied
mathematics. As time passes, the expansion of the metric space
continues to be studied and examined more deeply. One of the
extensions of this space is the fuzzy metric space. The basic
concept of fuzzy metric space differs from the concept of metric
space, that is to the domain and codomain function of the fuzzy
metric, the value of the current function of x = y and the
inequalities of the triangular function of the fuzzy metrics
involving continuous norms. Subjects studied in this final project
are the convergence of sequences, Cauchy sequences,
completeness and relationships between these properties and
fixed point theorem in the fuzzy metric space.
Kata kunci: metric space, fuzzy metric space, fixed point theorem
viii
ix
KATA PENGANTAR
Assalamuโalaikum Wr. Wb.
Alhamdulillaahirabbilโaalamiin, segala puji dan syukur
penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
limpahan rahmat, taufiq serta hidayah - Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul
โKAJIAN TEOREMA TITIK TETAP PADA
RUANG METRIK FUZZYโ
sebagai salah satu syarat kelulusan Program Sarjana Departemen
Matematika FMKSD Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Surabaya.
Tugas Akhir ini dapat terselesaikan dengan baik berkat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan/atau penghargaan
kepada:
1. Bapak Dr. Imam Mukhlash, S.Si, MT selaku Kepala
Departemen Matematika ITS yang telah memberikan
dukungan selama perkuliahan hingga terselesaikannya
Tugas Akhir ini.
2. Ibu Sunarsini, S.Si., M.Si. dan Bapak Drs. I Gst. Ngr.
Rai Usadha, M.Si. selaku dosen pembimbing atas
bimbingan, saran dan motivasinya kepada penulis
sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
3. Ibu Drs. Nur Asiyah, M.Si., Ibu Dian Winda S., S.Si.,
M.,Si., dan Ibu Soleha, S.Si., M.Si., selaku dosen
penguji atas semua materi, saran dan perbaikan Tugas
Akhir yang telah diberikan.
x
4. Ibu Endah Rokhmati M.P., Ph.D selaku dosen wali
yang telah memberikan arahan akademik dan
tanggung jawab selama penulis menempuh pendidikan
di Departemen Matematika FMKSD ITS.
5. Keluarga di Jember, keluarga besar di Tuban,
Semarang dan Jakarta yang selalu mendoakan,
terutama ayah dan ibu yang tidak lelah mendoakan
putra kesayangan serta kakak di Bandung yang masih
sempat mengirim kajian via medsos
6. Para pengunjung lab model dan ROPD, yang tidak
bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah
membantu penyusunan Tugas Akhir ini, baik dari S1
maupun S2.
7. Mas Suef, Mas Adit, Mas Ricky, Mas Agus, Mas
Dimas a.k.a. Uzu dan Reza yang masih sempat
meluangkan waktunya untuk membantu penulis
menyelesaikan Tugas Akhir
8. Teman-teman AKSIOM14 yang selalu memberikan
semangat, lebih khususnya yang menyertakan nama
penulis pada Tugas Akhir angkatan 2014.
Penulis juga menyadari bahwa dalam pengerjaan ini
masih ada kekurangan dan kesalahan. Oleh sebab itu, kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan Tugas Akhir ini.
xi
Akhirnya, penulis berharap semoga penulisan ini dapat
bermanfaat bagi banyak pihak.
Surabaya, Agustus 2018
Penulis
xii
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
LEMBAR PENGESAHAN
iii
ABSTRAK
v
ABSTRACT
vii
DAFTAR ISI
xiii
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR SIMBOL
xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................ 1
1.1. Latar Belakang .................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................. 2
1.3. Batasan Masalah ................................................. 2
1.4. Tujuan ................................................................. 3
1.5. Manfaat ............................................................... 3
1.6. Sistematika Penulisan ......................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................... 5
2.1. Penelitian Terdahulu ........................................... 5
2.2. Ruang Metrik ..................................................... 6
2.3. Himpunan Fuzzy ................................................. 19
BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................... 25
xiv
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN ..................... 27
4.1. Ruang Metrik Fuzzy Lengkap .............................. 27
4.2. Teorema Titik Tetap pada Ruang Metrik Fuzzy... 47
BAB 5 PENUTUP ............................................................ 59
5.1. Kesimpulan ......................................................... 59
5.2. Saran .................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA ....................................................... 61
BIODATA PENULIS ....................................................... 65
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Himpunan Fuzzy ๏ฟฝฬ๏ฟฝ ....................................... 20
Gambar 2.2 Fungsi Keanggotaan Segitiga ....................... 22
Gambar 2.3 Fungsi Keanggotaan Trapesium ................... 22
Gambar 2.4 Fungsi Keanggotaan Gauss ........................... 23
Gambar 2.5 Fungsi Keanggotaan Z-shape ....................... 23
Gambar 2.6 Fungsi Keanggotaan S-shape ........................ 23
xvi
xvii
DAFTAR SIMBOL
โ : Himpunan bilangan real
โ : Untuk setiap
โ : Himpunan bilangan natural
{๐ฅ๐} : Barisan bilangan real
โ : Terdapat/ ada
โ : Sedemikian hingga
๐ : Epsilon
| โ | : Nilai mutlak pada โ/ modulus pada โ
exp(โฆ ) : Eksponensial
๐๐ : Metrik fuzzy
๐๐โ : Metrik fuzzy yang di-induce dari metrik ๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ : phi
๐๐ฅ : Pemetaan linier T dengan variabel ๐ฅ
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dibahas latar belakang yang mendasari
penulisan Tugas Akhir. Lalu, didalamnya mencakup
permasalahan pada topik Tugas Akhir, yang selanjutnya
dirumuskan menjadi permasalahan serta diberikan batasan-
batasan untuk pembahasan pada Tugas Akhir ini
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam perkembangan ilmu matematika pada era sekarang
ini, terjadi perkembangan yang fundamental pada bidang-bidang
matematika, salah satunya adalah teori himpunan.
Pada bidang ini, L. A. Zadeh memperkenalkan sebuah
konsep baru, yaitu himpunan fuzzy [6]. Dengan adanya konsep
baru ini mengakibatkan muncul konsep-konsep baru yang juga
melibatkan konsep di atas, seperti kalkulus fuzzy, aljabar fuzzy,
kontrol fuzzy dan lain sebagainya [7].
Selain yang disebutkan di atas, bidang analisis pun
mengalami perkembangan, khususnya pada metrik. Sudah banyak
kajian ruang metrik yang dilakukan, seperti Czerwick yang
memperkenalkan ruang b-metrik, dimana perbedaan dengan
ruang metrik adalah kodomain b-metrik yang berupa โ+ dan
adanya konstanta ๐ [8], serta Huang dan Zhang yang membahas
tentang ruang metrik cone, yang mana kodomain metrik cone
berupa ๐ธ yang merupakan ruang Banach [9]. Lalu, Auda Nuril
membahas mengenai ruang b-metrik cone yang merupakan
perluasan dari ruang b-metrik dan ruang metrik cone [15].
Berbeda dengan peneliti sebelumnya, Kramosil dan Michalek
menggabungkan konsep ruang metrik dengan konsep himpunan
fuzzy sehingga muncul ruang baru yaitu ruang metrik fuzzy-KM
[10]. Lalu, oleh George dan Veeramani mengembangkan lagi
ruang metrik fuzzy-KM dengan mendefinisikan ulang dari ruang
2
metrik fuzzy sebelumnya, sehingga muncul ruang yang sama
dengan nama yang berbeda yaitu ruang metrik fuzzy-GV [11].
Akibat hasil dari [10] dan [11], peneliti dari berbagai negara
mulai membahas ruang metrik fuzzy dari berbagai aspek. Kumam
dan Wutiphol membahas teorema titik tetap untuk pasangan
pemetaan kompatibel lemah pada ruang metrik fuzzy, baik dari
Kramosil dan Michalek maupun George dan Veeramani, dengan
menggunakan karakteristik baru [1]. Lalu, Turkoglu dkk.
membentuk titik tetap pada ruang metrik fuzzy lengkap [2].
Kemudian, Valentin dkk. mengkontruksi ruang metrik fuzzy tidak
lengkap milik George dan Veeramani yang memungkinkan
menjawab open question terkait kontinuitas parameter real t [5].
Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian tugas akhir ini
dikaji konsep fuzzy pada bidang analisis fungsional, yaitu ruang
metrik fuzzy, khususnya pada teorema titik tetap.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, didapat rumusan masalah
pada tugas akhir ini, yaitu :
1. Bagaimana keterkaitan antara barisan konvergen,
barisan Cauchy dan kelengkapan pada ruang metrik
fuzzy?
2. Bagaimana bentuk titik tetap pada ruang metrik fuzzy?
1.3. Batasan Masalah
Contoh yang dipakai pada pemetaan kontraktif di ruang
metrik fuzzy adalah ๐ โ โ2
3
1.4. Tujuan
Penelitian tugas akhir ini bertujuan sebagai berikut:
1. Mendapatkan hubungan antara barisan konvergen,
barisan Cauchy dan kelengkapan pada ruang metrik
fuzzy.
2. Memperoleh bentuk titik tetap pada ruang metrik fuzzy.
1.5. Manfaat
Adapun manfaat Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pengetahuan tambahan tentang ruang-
ruang metrik
2. Sebagai referensi atau bahan kajian tambahan
mahasiswa matematika ITS dalam ilmu matematika
analisis dan aplikasinya
1.6. Sistematika Penulisan
Penulisan disusun dalam lima bab, yaitu:
1. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum dari penulisan
yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, batasan
masalah, tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.
2. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas landasan teori yang mendasari
penulisan Tugas Akhir. Di dalamnya mencakup
penetlitian terdahulu dan materi pendukung Tugas
Akhir ini, seperti ruang metrik, norm-t, himpunan fuzzy
dan ruang metrik fuzzy.
3. BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan langkah-langkah yang digunakan
dalam penyelesaian masalah pada Tugas Akhir.
4
Disamping itu, dijelaskan pula prosedur dan proses
pelaksanaan tiap-tiap langkah yang dilakukan dalam
menyelesaikan Tugas Akhir.
4. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dijelaskan secara detail mengenai ruang
metrik fuzzy dan teorema titik tetap, lalu
mengembangkan teorema tersebut pada ruang metrik
fuzzy lengkap beserta contohnya.
5. BAB V PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan akhir yang diperoleh dari
analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya serta
saran untuk pengembangan penelitian selanjutnya.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini dijelaskan mengenai penelitian-penelitian
sebelumnya yang berkaitan dengan topik yang akan dikaji pada
tugas akhir ini meliputi konsep ruang metrik, konsep norm-t dan
himpunan fuzzy serta ruang metrik fuzzy.
2.1. PenelitianTerdahulu
Poom Kumam dan Wutiphol Sintunavarat memaparkan
bahwa jika dua fungsi f dan g pada suatu ruang metrik (๐, ๐)
memenuhi sifat CLRg (Common Limit in the Range of g), maka
fungsi f dan g memiliki titik tetap [1].
Lalu, Valentin Gregori, J.J. Minana dan Samuel Morillas
membahas suatu masalah yang ada pada bahasan mereka
sebelumnya dengan mengkonstruksi ruang metrik fuzzy lemah.
Namun, mereka memaparkan bahwa bahasan yang disampaikan
hanya untuk memperoleh ruang metrik fuzzy yang tidak kuat
dikarenakan banyak literatur memberikan hasil untuk ruang
metrik fuzzy yang kuat (non-Archimedean) [5].
Kemudian, Turkoglu, dkk. membahas teorema titik tetap
pada ruang metrik fuzzy lengkap dengan menambahkan self-
mappings pada bahasan mereka untuk menentukan titik tetap di
ruang metrik fuzzy tersebut [2].
Setelah membahas penelitian terdahulu, berikut dibahas
tentang bahasan utama pada Tugas Akhir ini, yaitu ruang metrik
dan himpunan fuzzy.
6
2.2. Ruang Metrik
Pada subbab ini, dijelaskan mengenai definisi dan sifat-sifat
dasar ruang metrik yang merupakan dasar dari pengembangan
ruang metrik fuzzy.
Definisi 2.2.1 [4]
Diberikan sebuah himpunan tak kosong ๐ dan didefinisikan
sebuah fungsi bernilai real ๐: ๐ ร ๐ โ โ. Fungsi ๐ dikatakan
metrik jika โ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง โ ๐ memenuhi
M1. ๐(๐ฅ, ๐ฆ) โฅ 0
M2. ๐(๐ฅ, ๐ฆ) = 0 โบ ๐ฅ = ๐ฆ
M3. ๐(๐ฅ, ๐ฆ) = ๐(๐ฆ, ๐ฅ)
M4. ๐(๐ฅ, ๐ฆ) โค ๐(๐ฅ, ๐ง) + ๐(๐ง, ๐ฆ)
Jika ๐ metrik di ๐, maka pasangan (๐, ๐) disebut ruang
metrik.
Contoh 2.2.1a
Diberikan ๐ = โ dan didefinisikan suatu fungsi ๐: โ ร โ โ
โ dengan ๐(๐ฅ, ๐ฆ) = |๐ฅ โ ๐ฆ| โ๐ฅ, ๐ฆ โ โ. Berdasarkan Definisi
2.2.1, (โ, ๐) merupakan ruang metrik dengan ๐ metrik di โ
Penyelesaian:
Ambil sebarang ๐ฅ, ๐ฆ โ โ, akan ditunjukkan ๐ adalah metrik
pada โ
M1. ๐(๐ฅ, ๐ฆ) โฅ 0
Dari definisi
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = |๐ฅ โ ๐ฆ|
7
โ๐ฅ, ๐ฆ โ โ. Karena nilai mutlak selalu bernilai tak
negatif, berakibat ๐(๐ฅ, ๐ฆ) = |๐ฅ โ ๐ฆ| โฅ 0
M2. ๐(๐ฅ, ๐ฆ) = 0 โ ๐ฅ = ๐ฆ
(โ )
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = 0
|๐ฅ โ ๐ฆ| = 0
๐ฅ โ ๐ฆ = 0
๐ฅ = ๐ฆ
(โ)
๐ฅ = ๐ฆ
๐ฅ โ ๐ฆ = 0
|๐ฅ โ ๐ฆ| = |0|
|๐ฅ โ ๐ฆ| = 0
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = 0
M3. ๐(๐ฅ, ๐ฆ) = ๐(๐ฆ, ๐ฅ)
Diketahui,
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = |๐ฅ โ ๐ฆ|
Dapat ditulis
|๐ฅ โ ๐ฆ| = |(โ1)(๐ฆ โ ๐ฅ)|
= |โ1||๐ฆ โ ๐ฅ|
Karena fungsi mutlak selalu non negatif dan |โ1| =
|1| = 1 berakibat
|โ1||๐ฆ โ ๐ฅ| = |๐ฆ โ ๐ฅ|
sehingga
8
|๐ฅ โ ๐ฆ| = |๐ฆ โ ๐ฅ|
M4. ๐(๐ฅ, ๐ฆ) โค ๐(๐ฅ, ๐ง) + ๐(๐ง, ๐ฆ)
Dengan pertidaksamaan segitiga, ๐(๐ฅ, ๐ฆ) dapat
dituliskan dengan
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = |๐ฅ โ ๐ฆ|
= |๐ฅ โ ๐ง + ๐ง โ ๐ฆ|
โค |๐ฅ โ ๐ง| + |๐ง โ ๐ฆ|
= ๐(๐ฅ, ๐ง) + ๐(๐ง, ๐ฆ)
Karena telah dipenuhi dari ๐1 โ ๐4, berakibat ๐
merupakan metrik pada โ dan (โ, ๐) merupakan ruang metrik.
Contoh 2.2.1b [4]
Diberikan ๐ = โ2 dan didefinisikan suatu fungsi metrik
๐: โ2 ร โ2 โ โ dengan
๐(๐, ๐) = โ(๐ฅ1 โ ๐ฆ1)2 + (๐ฅ2 โ ๐ฆ2)2
dengan ๐ = (๐ฅ1, ๐ฅ2) โ โ2 dan ๐ = (๐ฆ1, ๐ฆ2) โ โ2. Metrik ini
disebut metrik Euclid pada โ2 dan ruang metrik (โ2, ๐) disebut
ruang metrik Euclid dimensi 2.
Penyelesaian:
Ambil sebarang ๐, ๐, ๐ โ โ2 dengan ๐ = (๐ฅ1, ๐ฅ2), ๐ =
(๐ฆ1, ๐ฆ2) dan ๐ = (๐ง1, ๐ง2) serta ๐ฅ1, ๐ฅ2, ๐ฆ1, ๐ฆ2, ๐ง1, ๐ง2 โ โ, akan
ditunjukkan ๐ adalah metrik pada โ2
M1. ๐(๐, ๐) โฅ 0
Diketahui,
(๐ฅ1 โ ๐ฆ1)2 โฅ 0
9
dan
(๐ฅ2 โ ๐ฆ2)2 โฅ 0
sehingga
(๐ฅ1 โ ๐ฆ1)2 + (๐ฅ2 โ ๐ฆ2)2 โฅ 0
โ(๐ฅ1 โ ๐ฆ1)2 + (๐ฅ2 โ ๐ฆ2)2 โฅ 0
๐(๐, ๐) โฅ 0
M2. ๐(๐, ๐) = 0 โ ๐ = ๐
(โ)
๐(๐, ๐) = 0
โ(๐ฅ1 โ ๐ฆ1)2 + (๐ฅ2 โ ๐ฆ2)2 = 0
(๐ฅ1 โ ๐ฆ1)2 + (๐ฅ2 โ ๐ฆ2)2 = 0
Karena (๐ฅ1 โ ๐ฆ1)2 โฅ 0 dan (๐ฅ2 โ ๐ฆ2)2 โฅ 0, berakibat
persamaan di atas dipenuhi jika
(๐ฅ1 โ ๐ฆ1)2 = 0
dan
(๐ฅ2 โ ๐ฆ2)2 = 0
sehingga
๐ฅ1 โ ๐ฆ1 = 0
๐ฅ2 โ ๐ฆ2 = 0
atau
๐ฅ1 = ๐ฆ1
๐ฅ2 = ๐ฆ2
10
Karena ๐ฅ๐ = ๐ฆ๐ , ๐ = {1, 2} dan ๐ฅ๐ , ๐ฆ๐ โ โ2, bisa
disimpulkan
๐ = ๐
(โ)
๐ = ๐
Akibat dari persamaan di atas dengan ๐ = {๐ฅ1, ๐ฅ2} dan
๐ = {๐ฆ1, ๐ฆ2}, didapat
๐ฅ1 = ๐ฆ1
dan
๐ฅ2 = ๐ฆ2
sehingga
๐ฅ1 โ ๐ฆ1 = 0
๐ฅ2 โ ๐ฆ2 = 0
Lalu,
(๐ฅ1 โ ๐ฆ1)2 = 0
(๐ฅ2 โ ๐ฆ2)2 = 0
Dengan menambahkan ruas kiri, didapat
(๐ฅ1 โ ๐ฆ1)2 + (๐ฅ2 โ ๐ฆ2)2 = 0
โ(๐ฅ1 โ ๐ฆ1)2 + (๐ฅ2 โ ๐ฆ2)2 = 0
๐(๐, ๐) = 0
M3. ๐(๐, ๐) = ๐(๐, ๐)
Diketahui bahwa
(๐ฅ1 โ ๐ฆ1)2 = (๐ฆ1 โ ๐ฅ1)2
11
dan
(๐ฅ2 โ ๐ฆ2)2 = (๐ฆ2 โ ๐ฅ2)2
sehingga
(๐ฅ1 โ ๐ฆ1)2 + (๐ฅ2 โ ๐ฆ2)2 = (๐ฆ1 โ ๐ฅ1)2 + (๐ฆ2 โ ๐ฅ2)2
โ(๐ฅ1 โ ๐ฆ1)
2+ (๐ฅ2 โ ๐ฆ
2)
2= โ(๐ฆ
1โ ๐ฅ1)
2+ (๐ฆ
2โ ๐ฅ2)
2
๐(๐, ๐) = ๐(๐, ๐)
M4. ๐(๐ฅ, ๐ฆ) โค ๐(๐ฅ, ๐ง) + ๐(๐ง, ๐ฆ)
Ambil ๐ = (๐ง1, ๐ง2) โ โ2. Dengan meninjau ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง โ
โ2 sebagai bilangan kompleks dimana ๐ฅ = ๐ฅ1 + ๐ฅ2๐,
๐ฆ = ๐ฆ1 + ๐ฆ2๐ dan ๐ง = ๐ง1 + ๐ง2๐, modulus dari selisih
dua bilangan kompleks, misalkan ๐ฅ dengan ๐ฆ, adalah
|๐ฅ โ ๐ฆ| = |(๐ฅ1 โ ๐ฆ1) + (๐ฅ2 โ ๐ฆ2)๐|
= โ(๐ฅ1 โ ๐ฆ1)
2+ (๐ฅ2 โ ๐ฆ
2)
2
Dapat dilihat bahwa nilai modulus ๐ฅ โ ๐ฆ sama dengan
definisi metrik pada โ2 untuk sebarang ๐ฅ, ๐ฆ โ โ2.
Karena โ merupakan ruang metrik dibawah metrik
๐โ(๐ฅ, ๐ฆ) = |๐ฅ โ ๐ฆ|, berakibat untuk sebarang ๐ฅ =
(๐ฅ1, ๐ฅ2), ๐ฆ = (๐ฆ1, ๐ฆ2) dan ๐ง = (๐ง1, ๐ง2) berlaku
|๐ฅ โ ๐ฆ| = |๐ฅ โ ๐ง + ๐ง โ ๐ฆ|
โค |๐ฅ โ ๐ง| + |๐ง โ ๐ฆ|
12
โ(๐ฅ1 โ ๐ฆ1)
2+ (๐ฅ2 โ ๐ฆ
2)
2
โค โ(๐ฅ1 โ ๐ง1)2 + (๐ฅ2 โ ๐ง2)2
+ โ(๐ง1 โ ๐ฆ1)
2+ (๐ง2 โ ๐ฆ
2)
2
๐(๐ฅ, ๐ฆ) โค ๐(๐ฅ, ๐ง) + ๐(๐ง, ๐ฆ)
Karena memenuhi ๐1 โ ๐4, berakibat ๐ merupakan
metrik pada โ2 dan (โ2, ๐) adalah ruang metrik.
Selanjutnya, diberikan definisi mengenai kekonvergenan
barisan dan barisan Cauchy pada ruang metrik
Definisi 2.2.2 [4]
Suatu barisan {๐ฅ๐} dalam suatu ruang metrik (๐, ๐) dikatakan
konvergen ke ๐ฅ โ ๐, dinotasikan ๐ฅ๐ โ ๐ฅ untuk ๐ โ โ atau
lim๐โโ
๐ฅ๐ = ๐ฅ, jika barisan bilangan real tak negatif ๐(๐ฅ๐, ๐ฅ) โ 0
untuk ๐ โ โ, atau dengan kalimat lain โ๐ > 0, โ๐๐ โ โ
sehingga ๐(๐ฅ๐, ๐ฅ) < ๐ untuk ๐ โฅ ๐๐
Contoh 2.2.2 [13]
Diberikan ๐ = โ dan fungsi ๐: โ ร โ โ โ dengan ๐(๐ฅ, ๐ฆ) =
|๐ฅ โ ๐ฆ|. Barisan {๐ฅ๐} = {๐
๐+1}
๐=1
โ dengan ๐ โ โ pada ruang
metrik (โ, ๐) konvergen ke ๐ฅ = 1 โ โ.
Penyelesaian:
13
Ambil sebarang ๐ > 0, akan ditunjukkan {๐ฅ๐} = {๐
๐+1}
๐=1
โ
konvergen di โ
Karena ๐ > 0 berakibat 1
๐> 0. Menurut [13], ada ๐๐ โ โ
sehingga 1
๐< ๐๐ yang berakibat
1
๐๐< ๐. Jika ๐ โฅ ๐๐, maka
dengan meninjau {๐ฅ๐} = {๐
๐+1}
๐=1
โ pada โ didapat
|๐ฅ๐ โ ๐ฅ| = |๐
๐ + 1โ 1|
= |1
๐ + 1| =
1
๐ + 1
โค1
๐
Untuk ๐ โฅ ๐๐ , berlaku 1
๐โค
1
๐๐< ๐, sehingga didapat
|๐ฅ๐ โ ๐ฅ| โค1
๐
โค1
๐๐< ๐
Jadi, terbukti {๐ฅ๐} = {๐
๐+1}
๐=1
โ konvergen di โ
Sebelum mendefinisikan ruang metrik lengkap, diuraikan
definisi terlebih dahulu tentang barisan Cauchy yang berkaitan
dengan ruang metrik lengkap.
Definisi 2.2.3 [3]
Barisan {๐ฅ๐} pada ruang metrik (๐, ๐) dikatakan barisan
Cauchy jika โ๐ > 0, โ๐พ๐ โ โ sehingga ๐(๐ฅ๐, ๐ฅ๐) < ๐ โ๐, ๐ โฅ
๐พ๐.
14
Contoh 2.2.3 [13]
Diberikan ๐ = โ dan fungsi ๐: โ ร โ โ โ dengan
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = |๐ฅ โ ๐ฆ|. Barisan {๐ฅ๐} = {1
1!+
1
2!+ โฏ +
1
๐!} di ruang
metrik (โ, ๐) merupakan barisan Cauchy.
Penylesaian:
Ambil sebarang ๐ > 0, akan ditunjukkan {๐ฅ๐} =
{1
1!+
1
2!+ โฏ +
1
๐!} barisan Cauchy di โ
Untuk ๐, ๐ โ โ dengan ๐ > ๐ dan pertidaksamaan segitiga,
didapat
|๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐| = |(1
1!+
1
2!+ โฏ +
1
๐!+ โฏ +
1
๐! )
โ (1
1!+
1
2!+ โฏ +
1
๐! )|
= |1
(๐ + 1)!+
1
(๐ + 2)!+ โฏ +
1
๐!|
โค |1
(๐ + 1)!| + |
1
(๐ + 2)!| + โฏ + |
1
n!|
=1
(๐ + 1)!+
1
(๐ + 2)!+ โฏ +
1
๐!
Karena โ๐ โ โ โ {1} berlaku 2๐ โค ๐! sehingga 1
๐!โค
1
2๐. Akibat pertidaksamaan ini didapat
|๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐| โค1
(๐ + 1)!+
1
(๐ + 2)!+ โฏ +
1
๐!
โค1
2๐+1+
1
2๐+2+ โฏ +
1
2๐
15
=1
2โ (
1
2๐+
1
2๐+1+ โฏ +
1
2๐โ1)
=1
2โ
1
2๐
1 โ1
2
=1
2๐< ๐
Untuk ๐, ๐ โฅ ๐พ๐, berlaku
2๐ โฅ 2๐พ๐
1
2๐โค
1
2๐พ๐
Hal tersebut dijamin pada [13] bahwa terdapat ๐พ๐ โ โ
sehingga ๐พ๐ > log21
๐ dengan log2
1
๐โ โ.
Jadi, terbukti {๐ฅ๐} = {1
1!+
1
2!+ โฏ +
1
๐!} barisan Cauchy
di โ.
Dari Definisi 2.2.2 dan 2.2.3, diperoleh teorema di bawah ini
Teorema 2.2.4 [4]
Diberikan suatu ruang metrik (๐, ๐). Jika {๐ฅ๐} suatu barisan
konvergen di ๐, maka {๐ฅ๐} adalah barisan Cauchy. Pada
umumnya, tidak berlaku sebaliknya.
Dari Teorema 2.2.4, diberikan dua contoh sebagai berikut
16
Contoh 2.2.4a
Diberikan ๐ = โ dan fungsi ๐: โ ร โ โ โ dengan
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = |๐ฅ โ ๐ฆ|. Barisan {๐ฅ๐} = {1
2๐}
๐=1
โ pada ruang metrik
(โ, ๐) konvergen di โ yang mengakibatkan {๐ฅ๐} barisan Cauchy.
Penylesaian:
Ambil sebarang ๐ > 0, akan ditunjukkan {๐ฅ๐} = {1
2๐}
๐=1
โ
konvergen di โ yang mengakibatkan {๐ฅ๐} barisan Cauchy
Diketahui lim๐โโ
๐ฅ๐ = lim๐โโ
1
2๐= 0. Menurut [13], ada ๐พ๐ โ โ
sehingga jika ๐ โฅ ๐พ๐ maka
|๐ฅ๐ โ ๐ฅ| = |1
2๐โ 0|
= |1
2๐|
โค |1
2๐พ๐|
<๐
2
Karena menurut Teorema 2.2.4 {๐ฅ๐} = {1
2๐}
๐=1
โ
konvergen di 0 โ โ, berakibat {๐ฅ๐} merupakan barisan
Cauchy
Contoh 2.2.4b [4]
Diberikan ๐ = (0,1] dan fungsi ๐: (0,1] ร (0,1] โ โ
dengan ๐(๐ฅ, ๐ฆ) = |๐ฅ โ ๐ฆ|. Barisan {๐ฅ๐} = {1
๐+1}
๐=1
โ pada ruang
17
metrik ((0,1], ๐) merupakan barisan Cauchy namun tidak
konvergen di (0,1]
Penyelesaian:
Analog dengan Contoh 2.2.4a bahwa {๐ฅ๐} = {1
๐+1}
๐=1
โ
merupakan barisan Cauchy.
Namun, perhatikan bahwa 1
๐+1โ 0 untuk ๐ โ โ dan 0 โ
(0, 1] sehingga {๐ฅ๐} tidak konvergen pada (0,1].
Jadi, terbukti {๐ฅ๐} = {1
๐+1}
๐=1
โ
merupakan barisan
Cauchy pada (0,1] namun tidak konvergen di (0, 1]
Setelah menjelaskan kekonvergenan barisan dan barisan
Cauchy, berikut dijelaskan mengenai kelengkapan pada ruang
metrik pada [3].
Definisi 2.2.5
Diberikan suatu ruang metrik (๐, ๐) dengan barisan {๐ฅ๐}
pada (๐, ๐). Ruang metrik (๐, ๐) dikatakan lengkap jika setiap
barisan Cauchy {๐ฅ๐} konvergen di ๐.
Contoh 2.2.5
Diberikan ๐ = โ dan fungsi ๐: โ ร โ โ โ dengan
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = |๐ฅ โ ๐ฆ|. Pasangan (โ, ๐) merupakan ruang metrik
lengkap.
Penyelesaian:
Ambil sebarang ๐ > 0, akan ditunjukkan barisan Cauchy di
(โ. ๐) konvergen di โ
18
Karena {๐ฅ๐} barisan Cauchy, menurut [13] berakibat {๐ฅ๐}
terbatas di โ. Karena {๐ฅ๐} terbatas di โ, menurut [13] berakibat
{๐ฅ๐} punya subbarisan, katakan {๐ฅ๐๐} dan x adalah limit dari
{๐ฅ๐๐}. Jika {๐ฅ๐} barisan Cauchy, maka โ๐พ๐
2โ โ sehingga untuk
๐, ๐ โฅ ๐พ๐
2 berakibat |๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐| <
๐
2. Karena {๐ฅ๐๐
} โ ๐ฅ, berakibat
๐๐ โฅ ๐พ๐
2 sehingga |๐ฅ๐๐
โ ๐ฅ| <๐
2. Untuk ๐ > ๐๐,
|๐ฅ๐ โ ๐ฅ| = |๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐๐+ ๐ฅ๐๐
โ ๐ฅ|
โค |๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐๐| + |๐ฅ๐๐
โ ๐ฅ|
<๐
2+
๐
2
= ๐
sehingga {๐ฅ๐} konvergen. Jadi, terbukti setiap barisan
Cauchy di โ konvergen sehingga (โ, ๐) lengkap
Selanjutnya, diberikan definisi penting mengenai pemetaan
kontraktif pada ruang metrik pada [3].
Definisi 2.2.6
Diberikan suatu ruang metrik (๐, ๐). Pemetaan ๐: ๐ โ ๐
disebut pemetaan kontraktif jika terdapat ๐ โ โ dengan 0 < ๐ <
1 sedemikian hingga
๐(๐๐ฅ, ๐๐ฆ) โค ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ)
Lalu, setelah membahas tentang ruang metrik, dari definisi
ruang metrik hingga kelengkapannya serta pemetaan kontraktif,
berikut dipaparkan mengenai himpunan fuzzy.
19
2.3. Himpunan Fuzzy
Diberikan himpunan semesta ๐. Didefinisikan ๐ด โ ๐
sebagai fuzzy subset, ditulis ๏ฟฝฬ๏ฟฝ, adalah himpunan pasangan ๐ฅ โ ๐
beserta derajat keanggotaannya, yaitu ๏ฟฝฬ๏ฟฝ = {(๐ฅ, ๐๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ฅ)); ๐ฅ โ ๐}
dengan ๐๏ฟฝฬ๏ฟฝ: ๐ โ [0, 1] sebagai fungsi keanggotaan dari ๏ฟฝฬ๏ฟฝ
(membership function) [6].
Contoh 2.3.1 [7]
Diberikan ๐ = {1, 2, โฆ , 9, 10} menyatakan himpunan rumah
dengan banyak tempat tidur dan ๏ฟฝฬ๏ฟฝ adalah himpunan rumah
dengan tingkat kenyamanan dari keluarga empat orang (untuk
kasus ini, ๐ด merupakan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
dua anak yang sudah dewasa). Dari hal ini dapat dituliskan ๏ฟฝฬ๏ฟฝ =
{(1, 0.2), (2, 0.5), (3, 0.8), (4, 1), (5, 0.7), (6, 0.3)}.
Contoh 2.3.2
Dari Contoh 2.3.1, bisa dibuat suatu himpunan fuzzy yang
lain dari domain ๐ yang sama. Misalkan ๏ฟฝฬ๏ฟฝ didefinisikan sama
seperti ๏ฟฝฬ๏ฟฝ pada Contoh 2.3.1, namun B merupakan keluarga yang
terdiri dari ayah, ibu, 1 anak yang sudah remaja dan 1 anak yang
masih balita. Himpunan fuzzy yang baru bisa dituliskan dengan
๏ฟฝฬ๏ฟฝ = {(2, 0.7), (3, 1), (4, 0.6), (5, 0.3)}.
Dari Contoh 2.3.1 dan 2.3.2, dapat dilihat bahwa nilai dari
๐๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ฅ) dan ๐๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ฅ) berbeda meskipun nilai ๐ฅ yang diambil sama.
Hal ini disebabkan oleh expert yang memberikan membership
function pada masing-masing anggota himpunan ๐ memiliki
tingkat kepercayaan yang berbeda, atau dengan kata lain ๐(๐ฅ)
bersifat subjektif.
20
Berikut diberikan contoh lain terkait himpunan fuzzy pada
[7].
Contoh 2.3.3
Diberikan ๐ = โ dan ๏ฟฝฬ๏ฟฝ adalah himpunan bilangan real yang
dekat dengan 10 dimana
๏ฟฝฬ๏ฟฝ = {(๐ฅ, ๐๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ฅ))| ๐๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ฅ) = (1 + (๐ฅ โ 10)2)โ1, ๐ฅ โ ๐}
Berbeda dengan Contoh 2.3.1 dan 2.3.2, untuk penyajian
himpunan fuzzy ๏ฟฝฬ๏ฟฝ biasanya diberikan gambar seperti berikut
Hal ini dikarenakan โ yang bersifat uncountable sehingga
tidak bisa disajikan seperti pada Contoh 2.3.1 dan 2.3.2
Setelah menjelaskan tentang himpunan fuzzy, berikut
dijelaskan mengenai support dan ๐ผ-level dari suatu himpunan
fuzzy pada [7]
Gambar 2.1 Himpunan Fuzzy ๏ฟฝฬ๏ฟฝ
21
Definisi 2.3.4
Support dari suatu himpunan fuzzy ๏ฟฝฬ๏ฟฝ, ๐(๏ฟฝฬ๏ฟฝ) adalah
himpunan dari semua ๐ฅ โ ๐ dimana ๐๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ฅ) > 0 atau bisa
dituliskan dengan
๐(๏ฟฝฬ๏ฟฝ) = {๐ฅ โ ๐ | ๐๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ฅ) > 0}
Contoh 2.3.4
Dari Contoh 2.3.1 hingga 2.3.3, ๐(๏ฟฝฬ๏ฟฝ) = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
sebab untuk {7, 8, 9, 10} pada Contoh 2.3.1, ๐๐ด(๐ฅ) = 0. Lalu,
๐(๏ฟฝฬ๏ฟฝ) = {2, 3, 4, 5} sebab untuk ๐ โ ๐(๏ฟฝฬ๏ฟฝ) pada Contoh 2.3.2,
๐๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ฅ) = 0. Untuk Contoh 2.3.3, ๐(๏ฟฝฬ๏ฟฝ) = ๐ sebab ๐๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ฅ) =
(1 + (๐ฅ โ 10)2)โ1 > 0 meskipun secara kasat mata pada
Gambar 2.1 ada suatu selang yang bernilai 0
Selanjutnya, dijelaskan mengenai ๐ผ-level dari suatu
himpunan fuzzy pada [7]
Definisi 2.3.5
Himpunan ๐ผ-level atau ๐ผ-cut, ๐ด๐ผ merupakan suatu
himpunan fuzzy ๏ฟฝฬ๏ฟฝ dimana anggotanya ditentukan oleh suatu
derajat ๐ผ, atau bisa dituliskan dengan
๐ด๐ผ = {๐ฅ โ ๐| ๐๏ฟฝฬ๏ฟฝ(๐ฅ) โฅ ๐ผ}
Contoh 2.3.5
Dari Contoh 2.3.1 hingga 2.3.3, dengan mengambil ๐ผ = 0.5
didapat
๐ด0.5 = {2, 3, 4, 5}
๐ต0.5 = {2, 3, 4}
๐ถ0.5 = {9 โค ๐ฅ โค 11, ๐ฅ โ ๐}
22
Dari Contoh 2.3.3. hingga 2.3.5, berikut diberikan mengenai
jenis-jenis dari membership function yang sering digunakan
dalam aplikasi himpunan fuzzy, yaitu
1. Triangle Membership Function
2. Trapezoidal Membership Function
Gambar 2.2 Fungsi Keanggotaan Segitiga
Gambar 2.3 Fungsi Keanggotaan Trapesium
23
3. Gaussian Membership Function
4. Z-shape Membership Function
5. S-shape Membership Function
Gambar 2.4 Fungsi Keanggotaan Gauss
Gambar 2.5 Fungsi Keanggotaan Z-shape
Gambar 2.6 Fungsi Keanggotaan S-shape
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dijelaskan mengenai langkah-langkah yang
digunakan dalam penyelesaian masalah Tugas Akhir. Selain itu,
dijelaskan prosedur dan proses tiap-tiap langkah yang dilakukan
dalam penyelesaian Tugas Akhir.
Adapun tahapan penelitian Tugas Akhir ini dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Studi Literatur
Di tahap ini dilakukan studi referensi tentang
ruang metrik, norm-t dan ruang metrik fuzzy serta sifat
kelengkapan, kekonvergenan dan Cauchy pada ruang
tersebut. Referensi yang akan dicari adalah berasal dari
jurnal - jurnal ataupun buku โ buku literatur yang sesuai
topik tugas akhir ini.
b. Mempelajari Konsep Ruang Metrik Fuzzy Lengkap
Untuk tahap ini dilakukan pemahaman inti dari
ruang metrik dan norm-t.Setelah itu, pemahaman pada
ruang metrik fuzzy dan konsep konvergensi barisan
serta barisan Cauchy yang berlaku pada ruang metrik
tersebut.Kemudian, memahami bentuk kelengkapan
ruang metrik tersebut beserta lemma-lemma dan
teorema-teorema yang mendasari konsep tersebut..
c. Mengkaji Teorema Titik Tetap
Tahap ini adalah inti dari pengerjaan tugas akhir,
yaitu setelah memahami ruang metrik fuzzy lengkap
dan mendapatkan bentuk titik tetap dalam ruang metrik
fuzzy, akan diselidiki bagaimana teorema tersebut dapat
berlaku. Sehingga dari langkah ini akan diperoleh titik
tetap dalam ruang metrik fuzzy lengkap.
26
d. Mengembangkan Teorema Titik Tetap pada Ruang
Metrik Fuzzy Lengkap dengan Contoh
Di tahap ini, akan dikembangkan dalam ruang
metrik fuzzy lengkap khususnya pada โ dari beberapa
penelitian sebelumnya.
e. Penarikan Kesimpulan dan Pemberian Saran
Pada Tahap ini akan diambil kesimpulan
berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahap
sebelumnya, kemudian akan diberikan saran untuk
penelitian selanjutnya.
f. Pembukuan Tugas Akhir
Di tahap akhir ini, dilakukan penyusunan laporan
berdasarkan hasil analisis
27
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dijelaskan secara detail mengenai hal-hal yang
terkait dengan ruang metrik fuzzy, mulai dari norm-t kontinu,
definisi ruang metrik tersebut, konvergensi barisan, barisan
Cauchy dan kelengkapannya, lalu teorema titik tetap yang berlaku
pada ruang metrik tersebut dan contoh yang terkait.
4.1. Ruang Metrik Fuzzy Lengkap
Sebelum membahas ruang metrik fuzzy, dijelaskan terlebih
dahulu mengenai definisi dari norm-t kontinu beserta contohnya
pada [1].
Definisi 4.1.1
Diberikan operasi biner โ: [0,1] ร [0,1] โ [0,1]. Operator โ
disebut norm-t kontinu jika โ๐, ๐, ๐, ๐ โ [0,1] memenuhi
Nt1. ๐ โ ๐ = ๐ โ ๐ (komutatif)
Nt2. (๐ โ ๐) โ ๐ = ๐ โ (๐ โ ๐) (asosiatif)
Nt3. ๐ โ 1 = ๐ (elemen identitas)
Nt4. Jika ๐ โค ๐ dan ๐ โค ๐, maka memenuhi ๐ โ ๐ โค ๐ โ ๐
(keterurutan)
Setelah mendefinisikan norm-t kontinu, diberikan contoh
yang memenuhi Definisi 4.1.1 dari [1]
Contoh 4.1.1
Diberikan โโถ [0,1] ร [0,1] โ [0,1] dengan ๐ โ ๐ = ๐๐.
Berdasarkan Definisi 4.1.1, operator โ dengan ๐ โ ๐ = ๐๐
merupakan norm-t kontinu.
28
Penyelesaian:
Ambil sebarang ๐, ๐, ๐, ๐ โ [0,1]. Akan dibuktikan bahwa
Contoh 4.1.1 memenuhi Definisi 4.1.1 sehingga operator โ adalah
norm-t kontinu
Nt1. Komutatif
๐ โ ๐ = ๐๐ = ๐๐ = ๐ โ ๐
Nt2. Asosiatif
(๐ โ ๐) โ ๐ = ๐๐ โ ๐
= (๐๐)๐
= a(bc)
= ๐ โ ๐๐
= ๐ โ (๐ โ ๐)
Nt3. Elemen Identitas
๐ โ 1 = ๐. 1
= ๐
= 1. ๐
= 1 โ ๐
Nt4. Keterurutan
๐ โค ๐ โ ๐๐ โค ๐๐ โฆ (1)
๐ โค ๐ โ ๐๐ โค ๐๐ โฆ (2)
Dari (1) dan (2) didapat
๐๐ โค ๐๐ โค ๐๐
๐๐ โค ๐๐
Karena memenuhi ๐๐ก1 โ ๐๐ก4, berakibat operator โ
dengan ๐ โ ๐ = ๐๐ merupakan norm-t kontinu.
29
Pada [1], norm-t pada Contoh 4.1.1 bisa disebut product
t-norm.
Setelah menjelaskan mengenai norm-t kontinu dan
contohnya, berikut dibahas mengenai ruang metrik fuzzy beserta
barisan konvergen, barisan Cauchy dan kelengkapannya.
Definisi 4.1.2 [2]
Diberikan 3-tuple (๐, ๐๐ ,โ) dengan ๐ himpunan tak kosong,
๐๐ himpunan fuzzy dengan ๐ โ ๐2 ร (0, โ) dan ๐๐: ๐ โ [0,1]
serta โ norm-t kontinu. (๐, ๐๐ ,โ) disebut ruang metrik fuzzy jika
โ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง โ ๐ dan ๐ก, ๐ > 0 dipenuhi
MF1. ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) > 0
MF2. ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = 1 โ ๐ฅ = ๐ฆ
MF3. ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = ๐๐(๐ฆ, ๐ฅ, ๐ก)
MF4. ๐๐(๐ฅ, ๐ง, ๐ก + ๐ ) โฅ ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) โ ๐๐(๐ฆ, ๐ง, ๐ )
MF5. ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ,โ): (0, โ) โ [0,1] kontinu
Setelah mendefinisikan ruang metrik fuzzy, diberikan contoh
yang memenuhi Definisi 4.1.2
Contoh 4.1.2a
Diberikan ๐ = โ dan โ norm-t kontinu dengan ๐ โ ๐ = ๐๐.
Didefinisikan
๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = {
๐ฅ
๐ฆ, ๐ฅ โค ๐ฆ
๐ฆ
๐ฅ, ๐ฆ โค ๐ฅ
๐ฅ, ๐ฆ โ ๐, ๐ก > 0. (๐, ๐๐ ,โ) merupakan ruang metrik fuzzy
30
Penyelesaian:
Ambil sebarang ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง โ ๐. Akan ditunjukkan bahwa Contoh
4.1.2a merupakan ruang metrik fuzzy
MF1. ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) > 0
โ๐ฅ, ๐ฆ โ โ dan ๐ก > 0, untuk ๐ฅ โค ๐ฆ dengan ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) =๐ฅ
๐ฆ didapat ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) > 0, sebab sebarang ๐ฆ > 0,
1
๐ฆ> 0
dan dengan ๐ฅ โ โ dijamin ๐ฅ
๐ฆ> 0 atau ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) > 0.
Berlaku pula untuk ๐ฆ โฅ ๐ฅ dengan ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) =๐ฆ
๐ฅ
didapat ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) > 0 sebab sebarang ๐ฅ > 0, 1
๐ฅ> 0
dan dengan ๐ฆ โ โ dijamin ๐ฆ
๐ฅ> 0 atau ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) > 0.
MF2. ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = 1 โ ๐ฅ = ๐ฆ
(โ)
๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = 1
dimana ๐ฅ
๐ฆ= 1, ๐ฅ โค ๐ฆ
dan ๐ฆ
๐ฅ= 1, ๐ฆ โค ๐ฅ
atau
๐ฅ = ๐ฆ, ๐ฅ โค ๐ฆ
dan
๐ฆ = ๐ฅ, ๐ฆ โค ๐ฅ
31
sehingga bisa disimpulkan dengan
๐ฅ = ๐ฆ
(โ)
๐ฅ = ๐ฆ
Akibat dari persamaan di atas, diperoleh dua kondisi,
yaitu untuk ๐ฅ โค ๐ฆ, ๐ฅ
๐ฆ=
๐ฆ
๐ฆ
= 1
dan untuk ๐ฆ โค ๐ฅ, ๐ฆ
๐ฅ=
๐ฆ
๐ฆ
= 1
sehingga ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = 1
MF3. ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = ๐๐(๐ฆ, ๐ฅ, ๐ก)
Diberikan
๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = {
๐ฅ
๐ฆ, ๐ฅ โค ๐ฆ
๐ฆ
๐ฅ, ๐ฆ โค ๐ฅ
dan
๐๐(๐ฆ, ๐ฅ, ๐ก) = {
๐ฆ
๐ฅ, ๐ฆ โค ๐ฅ
๐ฅ
๐ฆ, ๐ฅ โค ๐ฆ
32
sehingga
๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = ๐๐(๐ฆ, ๐ฅ, ๐ก)
MF4. ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก + ๐ ) โฅ ๐๐(๐ฅ, ๐ง, ๐ก) โ ๐๐(๐ฆ, ๐ง, ๐ )
Diberikan
๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = {
๐ฅ
๐ฆ, ๐ฅ โค ๐ฆ โฆ (1)
๐ฆ
๐ฅ, ๐ฆ โค ๐ฅ โฆ (2)
Untuk suatu ๐ง โ ๐, kondisi (1) di atas dibagi dalam tiga
kondisi berikut
1a. ๐ง โค ๐ฅ โค ๐ฆ
Tinjau
๐ฅ โฅ ๐ง
Lalu, ๐ฅ
๐ฆโฅ
๐ง
๐ฆ
๐ฅ
๐ฆโ
๐ง
๐ฅโฅ
๐ง
๐ฆโ
๐ง
๐ฅ
๐ฅ
๐ฆโฅ
๐ฅ
๐ฆโ
๐ง
๐ฅโฅ
๐ง
๐ฆโ
๐ง
๐ฅ
๐ฅ
๐ฆโฅ
๐ง
๐ฆโ
๐ง
๐ฅ
๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก + ๐ ) โฅ ๐๐(๐ฅ, ๐ง, ๐ก) โ ๐๐(๐ฆ, ๐ง, ๐ )
1b. ๐ฅ โค ๐ง โค ๐ฆ
Diketahui bahwa
๐ฅ โฅ ๐ฅ
33
๐ฅ
๐ฆโฅ
๐ฅ
๐ฆ
๐ฅ
๐ฆโฅ
๐ฅ
๐งโ
๐ง
๐ฆ
๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก + ๐ ) โฅ ๐๐(๐ฅ, ๐ง, ๐ก) โ ๐๐(๐ฆ, ๐ง, ๐ )
1c. ๐ฅ โค ๐ฆ โค ๐ง
Tinjau
๐ฆ โค ๐ง
Lalu,
1
๐ฆโฅ
1
๐ง
๐ฅ
๐ฆโฅ
๐ฅ
๐ง
๐ฅ
๐ฆโ
๐ฆ
๐งโฅ
๐ฅ
๐งโ
๐ฆ
๐ง
๐ฅ
๐ฆโฅ
๐ฅ
๐ฆโ
๐ฆ
๐งโฅ
๐ฅ
๐งโ
๐ฆ
๐ง
๐ฅ
๐ฆโฅ
๐ฅ
๐งโ
๐ฆ
๐ง
๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก + ๐ ) โฅ ๐๐(๐ฅ, ๐ง, ๐ก) โ ๐๐(๐ฆ, ๐ง, ๐ )
Lalu, untuk kondisi (2), sama halnya dengan (1), dibagi
dalam tiga kondisi berikut
2a. ๐ง โค ๐ฆ โค ๐ฅ
Tinjau
๐ฆ โฅ ๐ง
Lalu,
34
๐ฆ
๐ฅโฅ
๐ง
๐ฅ
๐ฆ
๐ฅโ
๐ง
๐ฆโฅ
๐ง
๐ฅโ
๐ง
๐ฆ
๐ฆ
๐ฅโฅ
๐ฆ
๐ฅโ
๐ง
๐ฆโฅ
๐ง
๐ฅโ
๐ง
๐ฆ
๐ฆ
๐ฅโฅ
๐ง
๐ฅโ
๐ง
๐ฆ
๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก + ๐ ) โฅ ๐๐(๐ฅ, ๐ง, ๐ก) โ ๐๐(๐ฆ, ๐ง, ๐ )
2b. ๐ฆ โค ๐ง โค ๐ฅ
Diketahui bahwa
๐ฆ โฅ ๐ฆ ๐ฆ
๐ฅโฅ
๐ฆ
๐ฅ
๐ฆ
๐ฅโฅ
๐ฆ
๐งโ
๐ง
๐ฅ
๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก + ๐ ) โฅ ๐๐(๐ฅ, ๐ง, ๐ก) โ ๐๐(๐ฆ, ๐ง, ๐ )
2c. ๐ฆ โค ๐ฅ โค ๐ง
Tinjau
๐ฅ โค ๐ง
Lalu,
1
๐ฅโฅ
1
๐ง
๐ฆ
๐ฅโฅ
๐ฆ
๐ง
๐ฆ
๐ฅโ
๐ฅ
๐งโฅ
๐ฆ
๐งโ
๐ฅ
๐ง
๐ฆ
๐ฅโฅ
๐ฆ
๐ฅโ
๐ฅ
๐งโฅ
๐ฆ
๐งโ
๐ฅ
๐ง
๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก + ๐ ) โฅ ๐๐(๐ฅ, ๐ง, ๐ก) โ ๐๐(๐ฆ, ๐ง, ๐ )
35
Karena telah memenuhi semua kondisi ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง โ
๐ berakibat MF4 terpenuhi
MF5. ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, . ) โถ (0, โ) โ [0,1] kontinu
Diberikan
๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = {
๐ฅ
๐ฆ, ๐ฅ โค ๐ฆ
๐ฆ
๐ฅ, ๐ฆ โค ๐ฅ
dengan ๐ก = 1. Karena nilai ๐ก yang diberikan
merupakan konstan dan โ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐, ๐ก selalu kontinu
berakibat ๐๐(๐ฅ, ๐ฆ,โ) kontinu
Karena memenuhi ๐๐น1 โ ๐๐น5, berakibat ๐๐
merupakan metrik pada โ, atau dengan kata lain, (โ, ๐๐โ,โ)
merupakan ruang metrik fuzzy.
Dari Definisi 4.1.2, pada [11] dikonstruksikan suatu metrik
fuzzy ๐๐ yang ter-induce dari metrik ๐(๐ฅ, ๐ฆ) pada contoh berikut
Contoh 4.1.2b
Jika diberikan (๐, ๐) ruang metrik lengkap dan โ norm-t
kontinu, ๐ โ (๐, ๐)2 ร (0, โ) dan ๐๐โ: ๐ โ [0, 1] yang
didefinisikan
๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = exp (โ
2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก)
dengan ๐ metrik di ๐, ๐ฅ, ๐ฆ โ (๐, ๐), ๐ก > 0 dan ๐ โ ๐ = ๐๐,
maka ((๐, ๐), ๐๐โ,โ) merupakan ruang metrik fuzzy.
36
Penyelesaian:
Ambil sebarang ๐ฅ, ๐ฆ, ๐ง โ (๐, ๐) dan ๐ก, ๐ > 0. Akan
dibuktikan bahwa Contoh 4.1.2b adalah ruang metrik fuzzy.
MF1. ๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) > 0
Karena (๐, ๐) ruang metrik lengkap, dari M1 pada
Definisi 2.2.1 diketahui bahwa
๐(๐ฅ, ๐ฆ) > 0
Karena ๐ก > 0, ๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก> 0
2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก> 0
exp (2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก) > exp(0)
> 0
exp (2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก) > 0
Karena untuk semua ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐, ๐ก > 0 fungsi
eksponensial selalu positif, berakibat
exp (โ2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก) > 0
๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) > 0
MF2. ๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = 1 โ ๐ฅ = ๐ฆ
(โ) ๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = 1
exp (โ2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก) = 1
exp (โ2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก) = exp (0)
37
โ2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก= 0
Untuk semua ๐ก > 0,
โ2๐(๐ฅ, ๐ฆ) = 0
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = 0
Berdasarkan M2 pada Definisi 2.2.1 didapat
๐ฅ = ๐ฆ
(โ) ๐ฅ = ๐ฆ
Berdasarkan M2 pada Definisi 2.2.1 dapat ditulis
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = 0
โ2๐(๐ฅ, ๐ฆ) = 0
Karena ๐ก > 0,
โ2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก= 0
exp (โ2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก) = exp (0)
exp (โ2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก) = 1
๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = 1
MF3. ๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = ๐๐
โ(๐ฆ, ๐ฅ, ๐ก)
Diberikan
๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = exp (โ
2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก)
Karena berdasarkan M3 pada Definisi 2.2.1 dimana
๐(๐ฅ, ๐ฆ) = ๐(๐ฆ, ๐ฅ), berakibat
exp (โ2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก) = exp (โ
2๐(๐ฆ, ๐ฅ)
๐ก)
38
= ๐๐โ(๐ฆ, ๐ฅ, ๐ก)
Sehingga
๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = ๐๐
โ(๐ฆ, ๐ฅ, ๐ก)
MF4. ๐๐โ(๐ฅ, ๐ง, ๐ก + ๐ ) โฅ ๐๐
โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) โ ๐๐โ(๐ฆ, ๐ง, ๐ )
Dari M4 pada Definisi 2.2.1, diketahui bahwa,
๐(๐ฅ, ๐ง) โค ๐(๐ฅ, ๐ฆ) + ๐(๐ฆ, ๐ง)
2๐(๐ฅ, ๐ง) โค 2๐(๐ฅ, ๐ฆ) + 2๐(๐ฆ, ๐ง)
โค 2๐(๐ฅ, ๐ฆ) + 2๐(๐ฆ, ๐ง) +๐
๐ก2๐(๐ฅ, ๐ฆ) +
๐ก
๐ 2๐(๐ฆ, ๐ง)
= (๐ก + ๐
๐ก) 2๐(๐ฅ, ๐ฆ) + (
๐ก + ๐
๐ ) 2๐(๐ฆ, ๐ง)
= (๐ก + ๐ ) (2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก+
2๐(๐ฆ, ๐ง)
๐ )
atau
2๐(๐ฅ, ๐ง) โค (๐ก + ๐ ) (2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก+
2๐(๐ฆ, ๐ง)
๐ )
Karena ๐ก, ๐ > 0, berakibat jika mengalikan kedua
ruas dengan 1
๐ก+๐ , maka tidak mengubah tanda
pertidaksamaan, sehingga
2๐(๐ฅ, ๐ง)
๐ก + ๐ โค
2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก+
2๐(๐ฆ, ๐ง)
๐
exp (2๐(๐ฅ, ๐ง)
๐ก + ๐ ) โค exp (
2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก+
2๐(๐ฆ, ๐ง)
๐ )
= exp (2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก) โ exp (
2๐(๐ฆ, ๐ง)
๐ )
39
Jika mengalikan kedua ruas dengan
exp (โ2๐(๐ฅ,๐ฆ)
๐ก) exp (โ
2๐(๐ฆ,๐ง)
๐ ) exp (โ
2๐(๐ฅ,๐ง)
๐ก+๐ ), maka
didapat
exp (โ2๐(๐ฅ, ๐ง)
๐ก + ๐ ) โฅ exp (โ
2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก) โ exp (โ
2๐(๐ฆ, ๐ง)
๐ )
๐๐โ(๐ฅ, ๐ง, ๐ก + ๐ ) โฅ ๐๐
โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) โ ๐๐โ(๐ฆ, ๐ง, ๐ )
๐๐โ(๐ฅ, ๐ง, ๐ก + ๐ ) โฅ ๐๐
โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) โ ๐๐โ๐๐(๐ฆ, ๐ง, ๐ )
MF5. ๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ,โ): (0, โ) โ [0,1] kontinu
Diberikan
๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = exp (โ
2๐(๐ฅ, ๐ฆ)
๐ก)
Karena fungsi eksponensial ๐๐โ merupakan fungsi
kontinu โ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐ dan ๐ก > 0, berakibat fungsi ๐๐โ yang
diberikan kontinu.
Karena memenuhi ๐๐น1 โ ๐๐น5, berakibat ๐๐โ
merupakan metrik pada (๐, ๐), atau dengan kata lain,
((๐, ๐), ๐๐โ,โ) merupakan ruang metrik fuzzy.
Pada [1], ruang metrik ini bisa disebut ruang metrik
fuzzy-GV dan pada [11], metrik ๐(๐ฅ, ๐ฆ) dapat diganti
dengan metrik khusus, salah satunya adalah |๐ฅ โ ๐ฆ|.
Selanjutnya, akan dibahas mengenai kekonvergenan barisan
dan dilanjutkan dengan barisan Cauchy serta kelengkapan ruang
metrik fuzzy.
40
Definisi 4.1.3 [11]
Diberikan (๐, ๐๐ ,โ) ruang metrik fuzzy dan {๐ฅ๐} barisan
pada (๐, ๐๐ ,โ). Barisan {๐ฅ๐} konvergen ke ๐ฅ โ ๐ jika dan hanya
jika lim๐โโ
๐๐(๐ฅ๐ , ๐ฅ, ๐ก) = 1 โ๐ก > 0
Contoh 4.1.3
Diberikan (๐, ๐๐ ,โ) ruang metrik fuzzy dan ๐ฅ๐ =1
๐, โ๐ โ โ.
Barisan {๐ฅ๐} konvergen ke ๐ฅ = 0 โ ๐ pada (๐, ๐๐ ,โ)
Bukti:
Akan dibuktikan Contoh 4.1.3 agar memenuhi Definisi 4.1.3.
Diberikan
๐๐(๐ฅ๐, ๐ฅ, ๐ก) = ๐๐ (1
๐, ๐ฅ, ๐ก)
Untuk ๐ โ โ,
lim๐โโ
๐๐(๐ฅ๐, ๐ฅ, ๐ก) = lim๐โโ
๐๐ (1
๐, ๐ฅ, ๐ก)
Karena diketahui bahwa lim๐โโ
๐ฅ๐ = ๐ฅ dimana
lim๐โโ
๐ฅ๐ = lim๐โโ
1
๐= 0, berakibat,
lim๐โโ
๐๐(๐ฅ๐, ๐ฅ, ๐ก) = lim๐โโ
๐๐ (1
๐, 0, ๐ก)
= ๐๐(0, 0, ๐ก)
Berdasarkan MF2 pada Definisi 4.1.2, karena ๐ฅ = ๐ฆ = 0
berakibat
๐๐(0, 0, ๐ก) = 1
sehingga
lim๐โโ
๐๐(๐ฅ๐, ๐ฅ, ๐ก) = 1
41
Jadi, terbukti barisan {๐ฅ๐} = {1
๐}
๐=1
โ konvergen pada
(๐, ๐๐ ,โ).
Sebelum masuk barisan Cauchy, diberikan keterkaitan antara
kekonvergenan pada (๐, ๐) dan (๐, ๐๐โ,โ).
Lemma 4.1.4
Diberikan (๐, ๐) ruang metrik lengkap dan {๐ฅ๐} barisan pada
(๐, ๐) dan juga pada (๐, ๐๐โ,โ). Jika {๐ฅ๐} konvergen ke ๐ฅ โ
(๐, ๐), maka {๐ฅ๐} konvergen ke ๐ฅ โ (๐, ๐๐โ,โ).
Bukti:
Jika {๐ฅ๐} konvergen ke ๐ฅ โ (๐, ๐), maka menurut Definisi
2.2.2,
๐(๐ฅ๐, ๐ฅ) < ๐
2๐(๐ฅ๐, ๐ฅ) < 2๐
Untuk semua ๐ก > 0, 2๐(๐ฅ๐, ๐ฅ)
๐ก<
2๐
๐ก
โ2๐(๐ฅ๐, ๐ฅ)
๐ก> โ
2๐
๐ก
exp (โ2๐(๐ฅ๐, ๐ฅ)
๐ก) > exp (โ
2๐
๐ก)
Dengan mengambil sebarang ๐ > 0 yang sangat kecil,
didapat
lim๐โ0+
exp (โ2๐(๐ฅ๐, ๐ฅ)
๐ก) > lim
๐โ0+exp (โ
2๐
๐ก)
42
exp (โ2๐(๐ฅ๐, ๐ฅ)
๐ก) > 1
> 1 โ ๐
atau
๐๐โ(๐ฅ๐, ๐ฅ, ๐ก) > 1 โ ๐
Pertidaksamaan di atas seperti pada [7] yang disebut sebagai
strong ๐ผ-level, dimana ๐ผ = 1 โ ๐. Karena ๐ โ โ+, ๐ โ 0
dan ๐๐โ(๐ฅ๐ , ๐ฅ, ๐ก) โ [0,1], berakibat untuk ๐ โ โ, ๐ฅ๐ โ ๐ฅ
yang berakibat pula dengan ๐๐โ(๐ฅ๐, ๐ฅ, ๐ก) โ 1 sehingga
pertidaksamaan di atas bisa ditulis
lim๐โโ
๐๐(๐ฅ๐, ๐ฅ, ๐ก) = 1
Jadi, terbukti bahwa jika {๐ฅ๐} konvergen ke ๐ฅ โ (๐, ๐),
maka {๐ฅ๐} konvergen ke ๐ฅ โ (๐, ๐๐โ,โ).
Setelah membahas kekonvergenan barisan, berikut diberikan
definisi barisan Cauchy pada ruang metrik fuzzy dari [11] beserta
contohnya
Definisi 4.1.5
Diberikan (๐, ๐๐ ,โ) ruang metrik fuzzy dan {๐ฅ๐} barisan
pada (๐, ๐๐ ,โ). Barisan {๐ฅ๐} Cauchy jika โ๐ > 0, ๐ก > 0 ada ๐0 โ
โ sehingga ๐๐(๐ฅ๐, ๐ฅ๐, ๐ก) > 1 โ ๐ โ๐, ๐ โฅ ๐0
Contoh 4.1.5
Diberikan (๐, ๐๐ ,โ) ruang metrik fuzzy dan ๐ฅ๐ =1
๐, โ๐ โ โ.
{๐ฅ๐} merupakan barisan Cauchy pada (๐, ๐๐ ,โ)
Bukti:
43
Akan dibuktikan Contoh 4.1.5 memenuhi Definisi 4.1.5,
yaitu
๐๐(๐ฅ๐, ๐ฅ๐, ๐ก) > 1 โ ๐
Dengan meninjau ruas kiri dan menggunakan MF4 pada
Definisi 4.1.2, didapat
๐๐(๐ฅ๐, ๐ฅ๐, ๐ก) = ๐๐ (1
๐,
1
๐, ๐ก)
โฅ ๐๐ (1
๐,
1
๐ + 1,
๐ก
๐ โ ๐ + 1)
โ ๐๐ (1
๐ + 1,
1
๐ + 2,
๐ก
๐ โ ๐ + 1) โ โฆ
โ ๐๐ (1
๐ โ 2,
1
๐ โ 1,
๐ก
๐ โ ๐ + 1)
โ ๐๐ (1
๐ โ 1,
1
๐,
๐ก
๐ โ ๐ + 1)
Berdasarkan Contoh 4.1.3, diketahui bahwa 1
๐โ 0 untuk
๐ โ โ sehingga
๐๐(๐ฅ๐, ๐ฅ๐, ๐ก) โฅ ๐๐ (0,0,๐ก
๐ โ ๐ + 1) โ ๐๐ (0,0,
๐ก
๐ โ ๐ + 1)
โ โฆ โ ๐๐ (0,1
๐ โ ๐ ,
๐ก
๐ โ ๐ + 1) โ โฆ
โ ๐๐ (1
๐ โ 2,
1
๐ โ 1,
๐ก
๐ โ ๐ + 1)
โ ๐๐ (1
๐ โ 1,
1
๐,
๐ก
๐ โ ๐ + 1)
Menurut MF2 pada Definisi 4.1.2, karena 0 = 0 berakibat
๐๐(๐ฅ๐ , ๐ฅ๐, ๐ก) โฅ 1 โ 1 โ โฆ โ ๐๐ (0,1
๐ โ ๐ ,
๐ก
๐ โ ๐ + 1) โ โฆ
โ ๐๐ (1
๐ โ 2,
1
๐ โ 1,
๐ก
๐ โ ๐ + 1)
โ ๐๐ (1
๐ โ 1,
1
๐,
๐ก
๐ โ ๐ + 1)
44
Menurut Nt3 pada Definisi 4.1.1,
๐๐(๐ฅ๐, ๐ฅ๐, ๐ก) โฅ 1 โ 1 โ โฆ โ ๐๐ (0,1
๐ โ ๐ ,
๐ก
๐ โ ๐ + 1) โ โฆ
โ ๐๐ (1
๐ โ 2,
1
๐ โ 1,
๐ก
๐ โ ๐ + 1)
โ ๐๐ (1
๐ โ 1,
1
๐,
๐ก
๐ โ ๐ + 1)
= ๐๐ (1
๐ โ ๐ + 1,
1
๐ โ ๐ ,
๐ก
๐ โ ๐ + 1) โ โฆ
โ ๐๐ (1
๐ โ 2,
1
๐ โ 1,
๐ก
๐ โ ๐ + 1)
โ ๐๐ (1
๐ โ 1,
1
๐,
๐ก
๐ โ ๐ + 1)
Misalkan subbarisan ๐ฅ๐ โ ๐ฅ๐, maka menurut [13, Teorema
3.4.2] subbarisan ๐ฅ๐ โ ๐ฅ untuk ๐ โ โ sehingga
๐๐(๐ฅ๐, ๐ฅ๐, ๐ก) โฅ ๐๐ (1
๐ โ ๐ + 1,
1
๐ โ ๐ ,
๐ก
๐ โ ๐ + 1) โ โฆ
โ ๐๐ (1
๐ โ 2,
1
๐ โ 1,
๐ก
๐ โ ๐ + 1)
โ ๐๐ (1
๐ โ 1,
1
๐,
๐ก
๐ โ ๐ + 1)
= ๐๐ (0, 0,๐ก
๐ โ ๐ + 1) โ โฆ
โ ๐๐ (0, 0,๐ก
๐ โ ๐ + 1)
โ ๐๐ (0, 0,๐ก
๐ โ ๐ + 1)
= 1 โ โฆ โ 1 โ 1
= 1
> 1 โ ๐
Jadi, terbukti {๐ฅ๐} = {1
๐}
๐=1
โ barisan Cauchy di (๐, ๐๐ ,โ).
45
Sebelum masuk pada kelengkapan ruang metrik fuzzy, akan
diberikan suatu keterkaitan barisan Cauchy pada (๐, ๐) dan
(๐, ๐๐ ,โ) melalui dua lemma berikut.
Lemma 4.1.6a [12]
Diberikan (๐, ๐) ruang metrik, (๐, ๐๐โ,โ) ruang metrik fuzzy
yang ter-induce dari metrik ๐(๐ฅ, ๐ฆ) dan {๐ฅ๐} barisan pada (๐, ๐)
dan juga pada (๐, ๐๐โ,โ). Jika {๐ฅ๐} barisan Cauchy di (๐, ๐), maka
{๐ฅ๐} barisan Cauchy di (๐, ๐๐โ,โ)
Bukti:
Dari Definisi 2.2.3, diketahui
๐(๐ฅ๐ , ๐ฅ๐) < ๐
2๐(๐ฅ๐ , ๐ฅ๐) < 2๐
Untuk sebarang ๐ก > 0,
2๐(๐ฅ๐ , ๐ฅ๐)
๐ก<
2๐
๐ก
โ2๐(๐ฅ๐ , ๐ฅ๐)
๐ก> โ
2๐
๐ก
exp (โ2๐(๐ฅ๐, ๐ฅ๐)
๐ก) > exp (โ
2๐
๐ก)
Dengan mengambil sebarang ๐ > 0 yang sangat kecil,
didapat
lim๐โ0+
exp (โ2๐(๐ฅ๐, ๐ฅ๐)
๐ก) > lim
๐โ0+exp (โ
2๐
๐ก)
exp (โ2๐(๐ฅ๐ , ๐ฅ๐)
๐ก) > exp(0)
= 1
46
> 1 โ ๐
atau
exp (โ2๐(๐ฅ๐, ๐ฅ๐)
๐ก) > 1 โ ๐
๐๐โ(๐ฅ๐, ๐ฅ๐, ๐ก) > 1 โ ๐
Jadi, terbukti jika {๐ฅ๐} barisan Cauchy di (๐, ๐), maka {๐ฅ๐}
barisan Cauchy di (๐, ๐๐โ,โ)
Lemma 4.1.6b [12]
Diberikan (๐, ๐) ruang metrik, (๐, ๐๐โ,โ) ruang metrik fuzzy
yang ter-induce dari metrik ๐(๐ฅ, ๐ฆ) dan {๐ฅ๐} barisan pada (๐, ๐)
dan juga pada (๐, ๐๐โ,โ). Jika {๐ฅ๐} barisan Cauchy di (๐, ๐๐
โ,โ),
maka {๐ฅ๐} barisan Cauchy di (๐, ๐)
Berdasarkan Lemma 4.1.6a dan 4.1.6b, dapat dibuat suatu
teorema untuk kelengkapan ruang metrik fuzzy (๐, ๐๐โ,โ).
Teorema 4.1.7
Diberikan (๐, ๐) ruang metrik, (๐, ๐๐โ,โ) ruang metrik fuzzy
yang ter-induce dari metrik ๐(๐ฅ, ๐ฆ) dan {๐ฅ๐} barisan pada (๐, ๐)
dan juga pada (๐, ๐๐โ,โ). (๐, ๐๐
โ,โ) merupakan ruang metrik fuzzy
lengkap jika setiap barisan Cauchy {๐ฅ๐} konvergen.
Bukti:
Akan dibuktikan kelengkapannya dengan menunjukkan jika
setiap barisan Cauchy {๐ฅ๐} pada (๐, ๐๐โ,โ) konvergen dengan
๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = exp (โ
2๐(๐ฅ,๐ฆ)
๐ก) menggunakan Lemma 4.1.4,
Lemma 4.1.6 dan Definisi 2.2.5.
Karena diketahui {๐ฅ๐} barisan Cauchy di (๐, ๐๐โ,โ),
berdasarkan Lemma 4.1.6b, berakibat {๐ฅ๐} barisan Cauchy di
47
(๐, ๐). Karena (๐, ๐) ruang metrik lengkap, dari Definisi 2.2.5,
berakibat setiap barisan Cauchy di ๐ konvergen. Berdasarkan
Lemma 4.1.4, jika {๐ฅ๐} konvergen pada (๐, ๐) maka {๐ฅ๐}
konvergen pada (๐, ๐๐โ,โ).
Dari penjelasan di atas, dapat dituliskan ke dalam bentuk
implikasi sebagai berikut
{๐ฅ๐} barisan Cauchy di (๐, ๐๐โ,โ) โ {๐ฅ๐} barisan Cauchy
di (๐, ๐) โ {๐ฅ๐} konvergen di (๐, ๐) โ {๐ฅ๐} konvergen di
(๐, ๐๐โ,โ).
Sehingga, dari implikasi tersebut dapat disimpulkan jika {๐ฅ๐}
barisan Cauchy di (๐, ๐๐โ,โ), maka {๐ฅ๐} konvergen di (๐, ๐๐
โ,โ)
yang mana mengakibatkan ruang metrik fuzzy (๐, ๐๐โ,โ) lengkap.
4.2. Teorema Titik Tetap pada Ruang Metrik Fuzzy
Pada subbab ini, dibuat teorema titik tetap dari ๐: ๐ โ ๐
pada ruang metrik fuzzy. Pada ruang metrik fuzzy ini, diberikan
fungsi ๐: [0,1] โ [0,1] yang memenuhi kriteria-kriteria berikut:
(P1) ๐ fungsi turun tegas dan left continuous
(P2) ๐(๐) = 0 โ ๐ = 1
Setelah mendefinisikan fungsi ๐, dibahas suatu teorema titik
tetap pada ruang metrik fuzzy dari [14]
Teorema 4.2.1
Diberikan (๐, ๐๐ ,โ) ruang metrik fuzzy lengkap, fungsi
๐: ๐ โ ๐, fungsi ๐: [0,1] โ [0,1] yang memenuhi (P1) dan (P2)
dan fungsi ๐: (0, โ) โ (0,1). Jika untuk sebarang ๐ก > 0, T
memenuhi kondisi
๐ (๐๐(๐๐ฅ, ๐๐ฆ, ๐ก)) โค ๐(๐ก) โ ๐(๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก))
(4.1)
48
dimana ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐, ๐ฅ โ ๐ฆ, maka T punya titik tetap tunggal.
Bukti:
Akan dibuktikan sama seperti pada [3, Teorema 5.1.2].
Pertama, dengan mengambil barisan {๐ฅ๐} pada (๐, ๐๐ ,โ), akan
ditunjukkan bahwa {๐ฅ๐} barisan Cauchy pada (๐, ๐๐ ,โ).
Sebelum itu, diberikan ๐ฅ0 โ ๐ dan โbarisan iterasiโ dengan
๐ฅ1 = ๐๐ฅ0
๐ฅ2 = ๐๐ฅ1
โฎ ๐ฅ๐+1 = ๐๐ฅ๐
dan ๐๐(๐ก) = ๐(๐ฅ๐+1, ๐ฅ๐, ๐ก) โ๐ โ โ โช {0}, ๐ก > 0. Misal,
diasumsikan 0 < ๐๐(๐ก) < 1, Pertidaksamaan (1) dapat ditulis
menjadi
๐(๐๐(๐ก)) = ๐ (๐๐(๐ฅ๐+1, ๐ฅ๐, ๐ก))
= ๐ (๐๐(๐๐ฅ๐, ๐๐ฅ๐โ1, ๐ก))
โค ๐(๐ก) โ ๐ (๐๐(๐ฅ๐, ๐ฅ๐โ1, ๐ก))
= ๐(๐ก) โ ๐(๐๐โ1(๐ก))
< ๐(๐๐โ1(๐ก))
atau
๐(๐๐(๐ก)) < ๐(๐๐โ1(๐ก))
(4.2)
Karena ๐ fungsi turun tegas, berakibat {๐๐(๐ก)} merupakan
barisan monoton naik โ๐ก > 0. Misalkan lim๐โโ
๐๐(๐ก) = ๐(๐ก).
Akibat dari hal ini, asumsi menjadi 0 < ๐(๐ก) < 1. Dari
Pertidaksamaan (4.2) dapat pula ditulis
๐(๐๐(๐ก)) > ๐(๐ก) โ ๐(๐๐(๐ก))
= ๐(๐ก) โ ๐ (๐๐(๐ฅ๐+1, ๐ฅ๐, ๐ก))
49
โฅ ๐ (๐๐(๐๐ฅ๐+1, ๐๐ฅ๐, ๐ก))
= ๐(๐ฅ๐+2, ๐ฅ๐+1, ๐ก)
= ๐(๐๐+1(๐ก))
atau
๐(๐๐+1(๐ก)) โค ๐(๐ก) โ ๐(๐๐(๐ก))
(4.3)
Untuk ๐ โ โ,
lim๐โโ
๐(๐๐+1(๐ก)) โค lim๐โโ
๐(๐ก) โ ๐(๐๐(๐ก))
lim๐โโ
๐(๐๐+1(๐ก)) โค ๐(๐ก) โ ๐(๐(๐ก))
Karena fungsi ๐ left continuous, berakibat
lim๐โโ
๐(๐๐+1(๐ก)) = ๐(๐(๐ก)) sehingga
๐(๐(๐ก)) โค ๐(๐ก) โ ๐(๐(๐ก))
< ๐(๐(๐ก))
(4.4)
Terlihat bahwa terjadi kontradiksi pada Pertidaksamaan
(4.4), yaitu ๐(๐(๐ก)) < ๐(๐(๐ก)). Karenanya, ๐(๐ก) โก 1 atau
{๐(๐(๐ก))} โ 1 โ๐ก > 0.
Lalu, untuk tahap menunjukkan barisan {๐ฅ๐} Cauchy di
(๐, ๐,โ), dilakukan dengan kontradiksi, yaitu andaikan {๐ฅ๐}
bukan barisan Cauchy pada (๐, ๐,โ) sehingga ada ๐ โ (0,1) dan
barisan {๐(๐)} dan {๐(๐)} berakibat โ๐ โ โ โช {0} dan ๐ก > 0
didapat
๐(๐) > ๐(๐) โฅ ๐, (4.5a)
๐๐(๐ฅ๐(๐), ๐ฅ๐(๐), ๐ก) โค 1 โ ๐, (4.5b)
๐๐(๐ฅ๐(๐)โ1, ๐ฅ๐(๐)โ1, ๐ก) > 1 โ ๐, (4.5c)
๐๐(๐ฅ๐(๐)โ1, ๐ฅ๐(๐), ๐ก) > 1 โ ๐ (4.5d)
50
Dimisalkan ๐ ๐(๐ก) = ๐๐(๐ฅ๐(๐), ๐ฅ๐(๐), ๐ก). Lalu, โ๐ โ โ โช {0},
dengan menjabarkan Pertidaksamaan (4.5b) menggunakan MF4
pada Definisi 4.1.2 didapat
1 โ ๐ โฅ ๐ ๐(๐ก)
= ๐๐(๐ฅ๐(๐), ๐ฅ๐(๐), ๐ก)
โฅ ๐๐ (๐ฅ๐(๐), ๐ฅ๐(๐)โ1,๐ก
2) โ ๐๐ (๐ฅ๐(๐)โ1, ๐ฅ๐(๐),
๐ก
2)
(4.6)
Dengan (4.2) dan (4.5d), Pertidaksamaan (4.6) dapat ditulis
menjadi
๐๐ (๐ฅ๐(๐), ๐ฅ๐(๐)โ1,๐ก
2) โ ๐๐ (๐ฅ๐(๐)โ1, ๐ฅ๐(๐),
๐ก
2)
โฅ ๐๐(๐)โ1 (๐ก
2) โ (1 โ ๐)
โฅ ๐๐ (๐ก
2) โ (1 โ ๐)
(4.7)
Karena ๐๐ (๐ก
2) โ 1 untuk ๐ โ โ โ๐ก, dari (4.6) dan (4.7) bisa
dikatakan bahwa {๐ ๐(๐ก)} โ (1 โ ๐) โ๐ก > 0. Lalu, dengan
menggunakan (4.2) pada (4.5b),
๐ (๐๐(๐ฅ๐(๐), ๐ฅ๐(๐), ๐ก)) = ๐ (๐๐(๐๐ฅ๐(๐)โ1, ๐๐ฅ๐(๐)โ1, ๐ก))
โค ๐(๐ก) โ ๐ (๐๐(๐ฅ๐(๐)โ1, ๐ฅ๐(๐)โ1, ๐ก))
< ๐ (๐๐(๐ฅ๐(๐)โ1, ๐ฅ๐(๐)โ1, ๐ก))
atau
๐ (๐๐(๐ฅ๐(๐), ๐ฅ๐(๐), ๐ก)) < ๐ (๐๐(๐ฅ๐(๐)โ1, ๐ฅ๐(๐)โ1, ๐ก))
(4.8)
Akibat Pertidaksamaan (4.8), karena fungsi ๐ monoton
turun, ๐๐(๐ฅ๐(๐), ๐ฅ๐(๐), ๐ก) > ๐๐(๐ฅ๐(๐)โ1, ๐ฅ๐(๐)โ1, ๐ก) โ๐.
51
Dari Pertidaksamaan (4.5b), akibat dari (4.8) dan (4.5c), bisa
dituliskan
1 โ ๐ โฅ ๐๐(๐ฅ๐(๐), ๐ฅ๐(๐), ๐ก)
> ๐๐(๐ฅ๐(๐)โ1, ๐ฅ๐(๐)โ1, ๐ก)
> 1 โ ๐ (4.9)
Terlihat bahwa terjadi kontradiksi pada Pertidaksamaan
(4.9), yaitu 1 โ ๐ > 1 โ ๐.
Jadi, {๐ฅ๐} barisan Cauchy di ruang metrik fuzzy lengkap.
Akibatnya, bisa disimpulkan ada ๐ฅ โ ๐ sehingga lim๐โโ
๐ฅ๐ = ๐ฅ.
Untuk selanjutnya, akan ditunjukkan bahwa ๐ฅ adalah titik tetap
dari T. Akibat dari 0 < ๐๐(๐ก) < 1, maka ada subbarisan {๐ฅ๐(๐)}
dari {๐ฅ๐} sehingga ๐ฅ๐(๐) โ ๐ฅ โ๐ โ โ. Dari (4.2), dengan
menggunakan ๐ฅ๐(๐) dan ๐๐ฅ didapat
0 โค ๐ (๐๐(๐ฅ๐(๐)+1, ๐๐ฅ, ๐ก))
= ๐ (๐๐(๐๐ฅ๐(๐), ๐๐ฅ, ๐ก))
โค ๐(๐ก) โ ๐ (๐๐(๐ฅ๐(๐), ๐ฅ, ๐ก))
atau
๐ (๐๐(๐ฅ๐(๐)+1, ๐๐ฅ, ๐ก)) โค ๐(๐ก) โ ๐ (๐๐(๐ฅ๐(๐), ๐ฅ, ๐ก))
(4.10)
Dari (4.10), untuk ๐ โ โ,
lim๐โโ
๐ (๐๐(๐ฅ๐(๐)+1, ๐๐ฅ, ๐ก)) โค lim๐โโ
๐(๐ก) โ ๐ (๐๐(๐ฅ๐(๐), ๐ฅ, ๐ก))
Karena ๐ฅ๐(๐) subbarisan dari ๐ฅ๐ dan ๐ฅ๐ โ ๐ฅ, berakibat
๐ฅ๐(๐) โ ๐ฅ untuk ๐ โ โ sehingga
lim๐โโ
๐ (๐๐(๐ฅ๐(๐)+1, ๐๐ฅ, ๐ก)) โค lim๐โโ
๐(๐ก) โ ๐ (๐๐(๐ฅ๐(๐), ๐ฅ, ๐ก))
52
๐ (๐๐(๐ฅ, ๐๐ฅ, ๐ก)) โค ๐(๐ก) โ ๐ (๐๐(๐ฅ, ๐ฅ, ๐ก))
(4.11)
Dengan MF2 pada Definisi 4.1.2 dan (P2), dapat ditulis
๐ (๐๐(๐ฅ, ๐๐ฅ, ๐ก)) โค ๐(๐ก) โ ๐(1)
= ๐(๐ก) โ 0
= 0 (4.12)
Dari (4.10) sampai (4.12), didapat ๐ (๐๐(๐ฅ, ๐๐ฅ, ๐ก)) = 0.
Berdasarkan (P2), bisa ditunjukkan bahwa ๐๐(๐ฅ, ๐๐ฅ, ๐ก) = 1.
Berdasarkan MF2 pada Definisi 4.1.2, dapat disimpulkan bahwa
๐๐ฅ = ๐ฅ sehingga ๐ฅ adalah titik tetap dari T.
Untuk menunjukkan ketunggalannya, andaikan ada titik tetap
yang lain, katakan ๐ฆ โ ๐ dan ๐ฆ โ ๐ฅ. Akibat dari pengandaian ini
didapat
๐ (๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก)) = ๐ (๐๐(๐๐ฅ, ๐๐ฆ, ๐ก))
(4.13)
Berdasarkan (1) dan (2), Persamaan (4.13) dapat ditulis
๐ (๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก)) = ๐ (๐๐(๐๐ฅ, ๐๐ฆ, ๐ก))
โค ๐(๐ก) โ ๐ (๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก))
< ๐ (๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก))
(4.14)
Terlihat bahwa terjadi kontradiksi pada Pertidaksamaan
(4.14), yaitu ๐ (๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก)) < ๐ (๐๐(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก)). Karena hal ini,
haruslah ๐ฆ = ๐ฅ yang berakibat ๐ฅ adalah titik tetap tunggal dari T.
Setelah itu, diberikan contoh yang memenuhi Teorema 4.2.1
yang terdapat pada [14]
53
Contoh 4.2.2
Misalkan ๐ โ โ2 yang didefinisikan
๐ = {๐ด, ๐ต, ๐ถ, ๐ท, ๐ธ}
dengan ๐ด = (0,0), ๐ต = (1,0), ๐ถ = (1,2), ๐ท = (0,1), ๐ธ = (1,3),
๐(๐) = 1 โ โ๐ โ๐ โ [0,1] dan ๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = exp (โ
2๐(๐ฅ,๐ฆ)
๐ก)
โ๐ก > 0 dengan ๐(๐ฅ, ๐ฆ) merupakan metrik Euclid pada โ2.
Misalkan ๐: ๐ โ ๐ dengan
๐(๐ด) = ๐(๐ต) = ๐(๐ถ) = ๐(๐ท) = ๐ด
๐(๐ธ) = ๐ต
dan fungsi ๐: (0, โ) โ (0,1) yang didefinisikan
๐(๐ก) = {1 โ ๐โ
4
๐ก , 0 < ๐ก โค 2๐ก
๐ก + 1, ๐ก > 2
Dari Contoh 4.2.2, akan ditunjukkan ๐ฅ adalah titik tetap
tunggal dari T dengan ๐ฅ = ๐ด.
Penyelesaian:
Dari Contoh 4.2.2 di atas, berdasarkan Definisi 4.1.2 hingga
Teorema 4.1.7, (๐, ๐๐โ,โ) merupakan ruang metrik fuzzy lengkap.
Untuk membuktikan fungsi ๐ memenuhi (P1) dan (P2), diambil
sebarang ๐๐ , ๐๐ โ [0,1] dengan ๐ โ ๐. Jika diasumsikan ๐๐ < ๐๐,
maka
โ๐๐ < โ๐๐
โโ๐๐ > โโ๐๐
1 โ โ๐๐ > 1 โ โ๐๐
๐(๐๐) > ๐(๐๐)
54
Sehingga, dari hasil di atas, dengan mengambil sebarang
elemen pada [0,1] bisa dipaparkan bahwa fungsi ๐ monoton,
dimana untuk kasus ini monoton turun. Untuk left continuous,
dimisalkan ada ๐ โ โ+ dan ๐ โ 0 yang memenuhi
๐(๐ โ ๐) = ๐(๐)
Untuk fungsi ๐ yang diberikan,
๐(๐ โ ๐) = 1 โ โ๐ โ ๐
Untuk ๐ โ 0+
lim๐โ0+
๐(๐ โ ๐) = lim๐โ0+
1 โ โ๐ โ ๐
= 1 โ โ๐ โ 0
= 1 โ โ๐
= ๐(๐)
Sehingga, untuk (P1) terpenuhi. Untuk (P2), dibagi dalam dua
kasus
(โ) ๐(๐) = 0
๐(๐) = 0
1 โ โ๐ = 0
1 โ 0 = โ๐
1 = โ๐
๐ = 1
(โ) ๐ = 1
๐ = 1
โ๐ = โ1
โ๐ = 1
1 โ โ๐ = 0
๐(๐) = 0
55
Sehingga (P2) terpenuhi. Jadi, fungsi ๐ memenuhi (P1) dan
(P2).
Lalu, selanjutnya dibuktikan fungsi ๐(๐ก) memenuhi
Persamaan (4.1), yaitu
๐ (๐๐โ(๐๐ฅ, ๐๐ฆ, ๐ก)) โค ๐(๐ก) โ ๐(๐๐
โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก))
Akan dibuktikan Pertidaksamaan (4.1) dengan kontradiksi,
yaitu andaikan
๐(๐ก) โ ๐ (๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก)) < ๐ (๐๐
โ(๐๐ฅ, ๐ ๐ฆ, ๐ก))
Diketahui bahwa ๐ฅ๐ โ ๐ฅ dan ๐ฆ๐ โ ๐ฆ untuk ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐.
Menurut [3, Teorema 1.4.8], akibat dari kekonvergenan ๐ฅ๐ dan ๐ฆ๐
berimplikasi ๐๐ฅ๐ โ ๐๐ฅ dan ๐๐ฆ๐ โ ๐๐ฆ sehingga
๐(๐ก) โ ๐ (๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก)) < ๐ (๐๐
โ(๐๐ฅ, ๐๐ฆ, ๐ก))
lim๐โโ
๐(๐ก) โ ๐ (๐๐โ(๐ฅ๐, ๐ฆ๐, ๐ก)) < lim
๐โโ๐ (๐๐
โ(๐๐ฅ๐, ๐๐ฆ๐, ๐ก))
Dengan menghilangkan limit di kedua ruas,
๐(๐ก) โ ๐ (๐๐โ(๐ฅ๐, ๐ฆ๐, ๐ก)) < ๐ (๐๐
โ(๐๐ฅ๐, ๐๐ฆ๐, ๐ก))
Berdasarkan (4.2) didapat
๐(๐ก) โ ๐ (๐๐โ(๐ฅ๐, ๐ฆ๐, ๐ก)) < ๐ (๐๐
โ(๐๐ฅ๐, ๐๐ฆ๐, ๐ก))
= ๐ (๐๐โ(๐ฅ๐+1, ๐ฆ๐+1, ๐ก))
Dengan meninjau pertidaksamaan di atas, terdapat
kontradiksi dengan (4.3), yaitu
๐ (๐๐โ(๐ฅ๐+1, ๐ฆ๐+1, ๐ก)) โค ๐(๐ก) โ ๐ (๐๐
โ(๐ฅ๐, ๐ฆ๐, ๐ก))
Sehingga pengandaian salah.
56
Karena telah dibuktikan bahwa ๐ (๐๐โ(๐๐ฅ, ๐๐ฆ , ๐ก)) โค ๐(๐ก) โ
๐ (๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก)) dan diketahui ๐(๐ก) โ ๐ (๐๐
โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก)) <
๐ (๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก)) untuk ๐(๐ก) โ (0,1) dengan ๐ก > 0, berakibat
memenuhi ๐ (๐๐โ(๐๐ฅ, ๐๐ฆ, ๐ก)) < ๐ (๐๐
โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก))
Karena (๐, ๐๐โ,โ) yang didefinisikan merupakan ruang metrik
fuzzy lengkap, fungsi ๐ pada Contoh 4.2.2 memenuhi (P1) dan
(P2) dan fungsi k memenuhi Pertidaksamaan (4.1), berakibat
menurut Teorema 4.2.1, dijamin fungsi T mempunyai titik tetap.
Untuk menunjukkan ๐ด adalah titik tetap dari T, atau dengan
kata lain
๐๐ด = ๐ด
Digunakan Persamaan (4.10)-(4.12), yaitu
0 โค ๐ (๐๐โ(๐ด, ๐๐ด, ๐ก))
= ๐ (๐๐โ(๐๐ด, ๐๐ด, ๐ก))
โค ๐(๐ก) โ ๐ (๐๐โ(๐ด, ๐ด, ๐ก))
= ๐(๐ก) โ ๐(1)
= ๐(๐ก) โ 0
= 0
didapat ๐ (๐๐โ(๐ด, ๐๐ด, ๐ก)) = 0. Berdasarkan (P2), bisa
ditunjukkkan bahwa ๐๐โ(๐ด, ๐๐ด, ๐ก) = 1. Berdasarkan MF2 pada
Definisi 4.1.2, bisa disimpulkan bahwa ๐๐ด = ๐ด yang berakibat ๐ด
adalah titik tetap dari fungsi T.
Untuk menunjukkan ketunggalannya, andaikan ada titik tetap
yang lain, katakan ๐ดโฒ โ ๐ dan ๐ดโฒ โ ๐ด. Akibat dari pengandaian
ini, berdasarkan (4.13) dan (4.14),
๐๐โ(๐ด, ๐ดโฒ, ๐ก) = ๐๐
โ(๐๐ด, ๐๐ดโฒ, ๐ก)
โค ๐(๐ก) โ ๐๐โ(๐ด, ๐ดโฒ, ๐ก)
57
< ๐๐โ(๐ด, ๐ดโฒ, ๐ก)
Didapat suatu kontradiksi, yaitu ๐๐โ(๐ด, ๐ดโฒ, ๐ก) < ๐๐
โ(๐ด, ๐ดโฒ, ๐ก)
yang mengakibatkan pengandaian salah. Karena hal ini, ๐ดโฒ = ๐ด
yang berakibat ๐ด adalah titik tetap tunggal dari T
59
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah disajikan
pada bab sebelumnya, terkait ruang metrik fuzzy, baik dari
kekonvergenan barisan, barisan Cauchy dan kelengkapannya serta
teorema titik tetap yang berlaku, dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut :
1. (๐, ๐๐โ,โ) merupakan ruang metrik fuzzy lengkap dengan
๐ fungsi metrik di ๐, ๐๐โ โ (๐, ๐)2 ร (0, โ) dan
๐๐โ: ๐๐
โ โ [0, 1] yang didefinisikan ๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) =
exp (โ2๐(๐ฅ,๐ฆ)
๐ก) โ๐ฅ, ๐ฆ โ ๐ ๐ก > 0 serta โ norm-t kontinu
yang didefinisikan ๐ โ ๐ = ๐๐.
2. Jika {๐ฅ๐} konvergen pada (๐, ๐), maka {๐ฅ๐} konvergen
pada (๐, ๐๐โ,โ). Begitu pula jika {๐ฅ๐} barisan Cauchy
pada (๐, ๐), maka {๐ฅ๐} barisan Cauchy pada (๐, ๐๐โ,โ)
3. Dari Teorema 4.2.1, dengan mendefinisikan ๐ ={๐ด, ๐ต, ๐ถ, ๐ท, ๐ธ} dengan ๐ด = (0,0), ๐ต = (1,0), ๐ถ = (1,2),
๐ท = (0,1), ๐ธ = (1,3), ๐(๐) = 1 โ โ๐ โ๐ โ [0,1],
๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = exp (โ
2๐(๐ฅ,๐ฆ)
๐ก) โ๐ก > 0 dengan ๐(๐ฅ, ๐ฆ)
merupakan metrik Euclid pada โ2, fungsi ๐: ๐ โ ๐
dengan ๐(๐ด) = ๐(๐ต) = ๐(๐ถ) = ๐(๐ท) = ๐ด dan ๐(๐ธ) = ๐ต serta fungsi ๐: (0, โ) โ (0,1) yang
didefinisikan seperti pada Contoh 4.2.2, didapat suatu
titik tetap dari ๐, atau ๐๐ฅ = ๐ฅ dengan ๐ฅ = ๐ด
60
5.2. Saran
Ada beberapa hal yang terkait dengan ruang metrik fuzzy
yang belum diteliti lebih dalam, sehingga penulis memberikan
saran untuk penelitian selanjutnya, antara lain :
1. Pada penelitian selanjutnya, bisa digunakan kembali
fungsi yang sama pada Tugas Akhir ini, yaitu
๐๐โ(๐ฅ, ๐ฆ, ๐ก) = ๐โ
2๐(๐ฅ,๐ฆ)
๐ก
dengan ๐ = ๐, namun menggunakan nilai ๐ yang
berbeda, antara lain ๐ = โ+ โ {1, ๐} atau ๐ = โโ
2. Menggunakan norm-s (conorm-t) sebagai pembanding
dengan penelitian ini, seperti yang dipaparkan pada [16].
61
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Kumam Poom dan Wutiphol Sintunavarat. 2011.
Common Fixed Point Theorems for a Pair of Weakly
Compatible Mappings in Fuzzy Metric Spaces.
Bangkok. Hindawi Publishing Corp.Hlm 1-14
[2]. Turkoglu D., S. Sedghi, N. Shobe. 2009. A Common
Fixed Point Theorem in Complete Fuzzy Metric
Spaces. Ankara. Novi Sad J. Math. Hlm 11-20
[3]. Kreyszig Erwin. 1978. Introductory Functional
Analysis with Applications. Kanada. John Wiley &
Sons, Inc.
[4]. Yunus Mahmud. 2005. Modul Ajar Pengantar
Analisis Fungsional. Surabaya. Departemen
Matematika ITS.
[5]. Gregori Valentin, Juan Jose Minana, Samuel
Morillas. 2015. On Completable Fuzzy Metric
Spaces. Valencia. Elsevier. Hlm 133-139
[6]. Zadeh L. A.. 1965. Fuzzy Sets. California. Inform
and Control 8. Hlm 338-353
[7]. Zimmerman. 1992. Fuzzy Set Theory and Its
Applications 2ed. Massachusetts. Kluwer Academic
Publishers
[8]. Czerwik S.. 1993. Contraction Mappings in b-Metric
Spaces. Ostrava. Acta Mathematica et Informatica
Universitatis Ostraviensis. Hlm 5-11
62
[9]. LG Huang dan Zhang Xian. 2006. Cone Metric
Spaces and Fixed Point Theorems of Contractive
Mappings. Xiamen. J. Math. Anal. Appl. Hlm 1468-
1476.
[10]. Kramosil Ivan dan J. Michalek. 1975. Fuzzy Metric
and Statistical Metric Spaces. Kybernetika 11. Hlm
326-334
[11]. George A. dan P. Veeramani. 1993. On Some Results
in Fuzzy Metric Spaces. India. Madras-600 036. Hlm
395-399
[12]. Sapena Almanzor. 2001. A Contribution to Study of
Fuzzy Metric Spaces. Valencia. Universidad
Politecnica de Valencia. Vol 2, No. 1, hlm 63-75.
[13]. Bartle Robert G., dan Donald R. Sherbert. 2010.
Introduction to Real Analysis. Illinois. University if
Illinois, Urbana-Champaign. John Wiley & Sons,
Inc.
[14]. Shen Y. et al. 2011. Fixed Point Theorems in Fuzzy
Metric Spaces. Tianshui. Tianshui Normal
University. Elsevier. Hlm 138-141.
[15]. Nuril Z. Auda, Sunarsini, Yunus M., Sadjidon. 2016.
Pemetaan Kontraktif pada Ruang b-Metrik Cone โ
Bernilai โ2. Surabaya. J. Math and Its Appl. Vol 13
No 2. Hlm 1-10
[16]. Noorani M. S. M. dan M. Rafi. 2006. Fixed Point
Theorem on Intuitionistic Fuzzy Metric Spaces.
Iranian Journal of Fuzzy Systems Vol. 3, No. 1, hlm
23-29
63
[17]. Lebl Jiri. 2018. Basic Analysis I, Introduction to
Real Analysis Vol. I. California.
64
65
BIODATA PENULIS
Penulis bernama Zicky
Lukman, lahir di Jember, 29 Oktober
1995. Penulis memulai jenjang
pendidikan formal dari TK Al
Furqon Jember (2001-2002), SDN
Jember Lor 1 (2002-2008), Semesta
Bilingual Boarding School (2008-
2011) sampai SMAN 1 Jember
(2011-2014). Setelah lulus dari
pendidikan menengah atas, penulis
melanjutkan studi ke jenjang S1 di
Departemen Matematika ITS pada
tahun 2014 hingga sekarang melalui
jalur SBMPTN dengan NRP 06111440000084. Selama
menempuh studi di Departemen Matematika, penulis mengambil
bidang minat Matematika Analisis. Selain aktif berkuliah, penulis
sempat aktif di organisasi kerohanian melalui Lembaga Dakwah
Jurusan Ibnu Muqlah Matematika ITS sebagai Ketua Biro
Pelatihan di Departemen Kaderisasi (2015-2016) dan Ketua
Departemen Kaderisasi (2016-2017). Selain itu juga, dalam kurun
2015-2018, penulis menjadi asisten dosen, baik Kalkulus 1
maupun Kalkulus 2, di ITS selama 6 semester.
Untuk pertanyaan lebih lanjut mengenai Tugas Akhir ini,
bisa menghubungi penulis via WA (085859557005) atau email ke