BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekonomi merupakan faktor penting yang mengiringi perkembangan suatu wilayah.
Diperlukan pembahasan yang mendasar tentang perkembangan ekonomi suatu wilayah
agar dapat diketahui kemana arah perkembangan wilayah tersebut. Salah satu permodelan
untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi adalah sektor basis. Sektor basis merupakan
indikator pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dilihat dari jumlah ekspor wilayah tersebut ke
daerah lain. Di samping sektor basis, ada kegiatan sektor pendukung yang dibutuhkan untuk
melayani (service) kegiatan produksi sektor basis termasuk pekerjanya. Sektor ini disebut
sebagai sektor non-basis. Kedua sektor (basis dan non-basis) saling berhubungan. Artinya
bahwa bila permintaan dari luar meningkat, maka sektor basis akan berkembang.
Berkembangnya sektor basis akan mendorong perkembangan sektor non-basis dan
perkembangan kedua sektor tersebut pada gilirannya akan menumbuhkembangkan
perekonomian wilayah/kota melalui proses penggandaan.
Terdapat dua metode yang digunakan untuk mengidentifikasi sektor basis, yaitu
metode langsung (melalui survei) dan tak langsung. Metode pengukuran tak langsung
adalah metode yang menggunakan cara Metode Location Quotient (LQ) atau menggunakan
data sekunder (PDRB/ tenaga kerja) dlm menentukan sektor basis serta dengan cara
Analisis Shift Share atau dengan menganalisis perubahan kegiatan ekonomi (mis:
produksi dan kesempatan kerja) pada periode waktu tertentu (> 1 tahun). Kedua cara ini
berguna untuk mengetahui perkembangan sektor-sektor ekonomi di suatu wilayah, apakah
termasuk cepat ataukah lambat.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam laporan ini akan dibahas mengenai analisis intrawilayah dan agrerat wilayah
Kabupaten Banjarnegara terhadap Provinsi Jawa Tengah dan Kecamatan yang ada di
Kabupaten Banjarnegara tahun 2009 sampai 2013. Metode analisis yang digunakan meliputi
statistik dasar berupa deskripsi atau profil ekonomi wilayah Kabupaten Banjarnegara,
analisis LQ dan shiftshare, dan identifikasi serta analisis arahan pengembangan ekonomi
(sektor apa yg dikembangkan dan di mana akan dikembangkan).
1.3 Tujuan dan Sasaran
Laporan Analisis Agregat dan Intra Wilayah Kabupaten Banjarnegara dalam
Menentukan Sektor Ekonomi Basis Kabupaten Banjarnegara ini memiliki tujuan dan sasaran
sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan
Tujuan dari laporan ini ialah mengetahui sektor ekonomi basis di Kabupaten
Banjarnegara. Sektor ekonomi basis ini mencerminkan sektor unggulan yang
kemudian dikembangkan untuk menopang kegiatan perekonomian. Selain itu, juga
untuk mengetahui komoditas utama di Kabupaten Banjarnegara. Komoditas utama ini
juga dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian Kabupaten Banjarnegara.
1.3.2 Sasaran
Ada beberapa sasaran yang harus dipenuhi dalam mencapai tujuan dalam
penyusunan laporan ini, diantaranya:
1. Teridentifikasinya karakteristik ekonomi Kabupaten Banjarnegara
2. Teridentifikasinya kontribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara dengan
Propinsi Jawa Tengah
3. Teridentifikasinya karakteristik ekonomi masing-masing kecamatan di
Kabupaten Banjarnegara
4. Teranalisisnya sektor basis dan non basis Kabupaten Banjarnegara
5. Teranalisisnya sektor unggulan dan non unggulan yang dimiliki Kabupaten
Banjarnegara.
6. Terciptanya arahan atau kebijakan pengembangan ekonomi di Kabupaten
Banjarnegara.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup merupakan batasan identifikasi wilayah studi yang mencakup ruang
lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Penjelasan mengenai ruang lingkup wilayah dan
materi adalah sebagai berikut:
1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah dibagi menjadi ruang lingkup makro dan ruang lingkup
mikro.
a. Ruang Lingkup Wilayah Makro
Ruang lingkup makro mencakup wilayah Provinsi Jawa Tengah seluas 34.548
km2. Batas-batas administrasi Provinsi Jawa Tengah adalah:
Utara : Laut Jawa;
Timur : Jawa Timur;
Selatan : Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta;
Barat : Jawa Barat.
b. Ruang Lingkup Wilayah Mikro
Ruang lingkup mikro mencakup wilayah Kabupaten Banjarnegara seluas
106.970,997 ha. Batas-batas administrasi Kabupaten Banjarnegara adalah:
Utara : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang;
Timur : Kabupaten Wonosobo;
Selatan : Kabupaten Kebumen;
Barat : Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga.
1.4.2 Ruang Lingkup Materi
Ruang lingkup materi yang digunakan pada laporan ini mencakup
komponen PDRB sebagai alat untuk mengetahui karakteristik ekonomi dan input yang
dianalisis. Beberapa teori yang digunakan dalam analisis adalah sebagai berikut:
a. Teori ekonomi wilayah dan kota
b. Teori analisis agregat wilayah
c. Teori analisis intra wilayah
d. Teori LQ
e. Teori Shift share
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan laporan ini terdiri dari lima bab, yaitu pendahuluan, kajian literatur,
gambaran umum Kabupaten Banjarnegara dan Provinsi Jawa Tengah, analisis ekonomi
wilayah Kabupaten Banjarnegara, dan penutup. Untuk lebih jelasnya, diuraikan seperti
berikut ini:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang penulisan laporan, perumusan masalah, tujuan dan
sasaran, ruang lingkup baik ruang lingkup wlayah dan ruang lingkup materi, dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Kajian literatur berisi tentang ruang lingkup materi yang terkait dengan laporan. Materi
tersebut adalah analisis ekonomi dalam perencanaan wilayah dan kota meliputi analisis
agregat dan analisis intrawilayah.
BAB III GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA DAN PROVINSI JAWA
TENGAH
Bab ini mendiskripsikan gambaran umum dalam ruang lingkup wilayah studi yaitu
Kabupaten Banjarnegara dan Provinsi Jawa Tengah. Gambaran umum tersebut terdiri dari
kondisi geografis, kependudukan,
BAB IV ANALISIS EKONOMI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA
Bab ini berisi tentang analisis ekonomi wilayah dan kota yaitu berupa analisis perekonomian
wilayah (analisis agregat wilayah dan analisis intrawilayah). Analisis agraga berupa statistic
dasar, analisis sektor basis (Perhitungan LQ), analisis kinerja sektor ekonomi (Perhitungan
Shiftshare). Sedangkan analisis intrawilayah berupa analisis sektor ekonomi unggulan (LQ
dan SS) dan arahan pengembangan ekonomi.
BAB V PENUTUP
Bab terakhir ini membahas kesimpulan dan rekomendasi dari pembahasan yang ada di
laporan.
BAB II
KAJIAN LITERATUR
2.1 Analisis Agregat
Analisis agregat digunakan untuk mengetahui gambaran umum konstribusi
perkembangan perekonomian suatu wilayah kepada wilayah lain yang lebih luas dimana
wilayah tersebut berada pada satu tempat. Dengan demikian, analisis agregat dapat
digunakan untuk melihat wilayah sebagai replika dari nasional dengan modifikasi, wilayah
dipandang sebagai sebuah unit dalam konteks ruang yang lebih luas.
Dengan analisis agregat kita dapat mengetahui bagaimana tingkat, sumber dan
distribusi pendapatan dan tenaga kerja yang terdapat dalam suatu wilayah, data ini sangat
penting untuk melihat gambaran umum keadaan perekonomian suatu wilayah dan
bagaimana setiap sektor perekonomian menyumbangkan pendapatannya dalam
pendapatan suatu wilayah.
Melalui data tingkat pendapatan yang dianalisis melalui analisis agregat, kita juga
dapat mengetahui bagaimana komposisi sektor ekonomi berkonstribusi dalam
perkembangan perekonomian wilayah tersebut, sehingga kita dapat mengetahui jumlah
faktor faktor produksi (investasi, tenaga kerja) yang tersedia dan bagaimana kualitasnya.
Seluruh data-data tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain, terutama antar sektor
ekonomi (backward forward linkage) yang dapat menunjukan pola perubahan aspek-aspek
ekonomi dan perbandingan aspek-aspek tesebut terhadap aspek yang terdapat di nasional
dan wilayah lain.
Pola perubahan aspek-aspek ekonomi yang terjadi memliki sifat dan intensitas aliran
faktor-faktor produksi yang terjadi antarwilayah. Dalam analisa agregat hal ini tidak
mendapat perhatian yang khusus, akan tetapi dalam pola tersebut terdapat konsekuensi
yang terjadi dari adanya aliran-aliran faktor produksi yang berdampak terhadap
perkembangan perekonomian wilayah.
Peran pemerintah dalam perkembangan perekonomian yang dilihat melalui analisis
agregat sangat penting, terutama dalam menentukan kebijakan publik, dan administrasi
yang berpengaruh terhadap kinerja perekonomian wilayah. Oleh karena itu pola perubahan
aliran faktor produksi dan tingkat pendapatan sangat dipengaruhi kebijakan instusional yang
berkaitan dengan bagaimana potensi masalah dan peluang yang dapat dilihat dalam upaya
pengembangan kondisi perekonomian suatu wilayah di masa depan. Kebujakan pemerintah
juga sangat berpengaruh dalam melihat konsekuensi dari kebijakan ini dalam kaitan dengan
wilayah lain.
2.2 Analisis Intra Wilayah
Analisis intrawilayah merupakan salah satu jenis analisis yang melihat secara lebih
mendalam apa yang ada di wilayah. Wilayah dilihat sebagai sebuah unit atau penjumlahan
dari elemen-elemen yang ada di dalamnya.
Dalam analisis intarawilayah ini, hal yang disoroti adalah bagaimana karakteristik dari
tempat-tempat dalam suatu wilayah dan bagaimana interaksi yang terjadi di dalamnya.
Analisis dilakukan lebih dalam pada setiap komponen yang ada di dalamnya. Jadi, analisis
ini memandang suatu wilayah sebagai kumpulan dari wilayah-wilayah lain yantg skalanya
lebih sempit serta masing-masingnya memiliki aktivitas dan karakteristik sendiri-sendiri.
Analisis intrawilayah suatu kotamadya berarti menyoroti pokok analisis pada kecamatan-
kecamatan yang ada di dalamnya, analisis intrawilayah suatu provinsi berarti menyoroti
pokok analisis pada kabupaten-kabupaten yang ada di dalamnya, dan seterusnya.
Contoh hal yang dibahas dalam suatu analisis intarawilayah yaitu bagaimana
karakteristik ekonomi di subwilayah dan bagaimana perbandingan diantaranya, bagaimana
tingkat pendapatan pada masing-masing subwilayah dan bagaimana kontribusi masing-
masingnya terhadap wilayah, bagaimana tingkat konsentrasi dan spesialisasi sektor-sektor
ekonomi pada masing-masing subwilayah, dan lain-lain.
2.3 PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto)
Gross Domestik Product (GDP) / Produk Domestik Bruto (PDB) adalah besarnya nilai
barang dan jasa yang diproduksikan di dalam suatu negara atau wilayah dalam satu tahun
tertentu. Untuk wilayah kabupaten dan propinsi disebut Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Pengertian Produk Domestik Regional Bruto itu sendiri merupakan suatu ukuran
pendapatan suatu wilayah atau kota yang dihitung dengan menggunakan seluruh output
barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh input (faktor produksi) yang ada yang nantinya
akan digunakan oleh satu perekonomian untuk menghasilkan barang atau jasa.
Produk Domestik Regional Bruto dapat didefinisikan menurut 3 sudut pandang yang
berbeda, yaitu:
a. Menurut pendekatan produksi
Merupakan jumlah nilai tambah bruto dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh
berbagi unit produksi didalam satu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Adapun
pembagian unit-unit produksi/sektor tersebut dibagi menjadi 9 lapangan usaha, yaitu:
1) Pertanian
2) Pertambangan dan penggalian
3) Penghasilan dan pajak langsung lainnya
4) Listrik, gas, dan air minum
5) Bangunan
6) Perdagangan, hotel, dan restaurant
7) Pengangkutan dan komunikasi
8) Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan
9) Jasa-jasa
b. Menurut pendekatan pendapatan
Merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh berbagai faktor produksi yang ikut
serta dalam proses produksi dalam satu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas
jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah/gaji, sewa tanah, bunga modal dan
keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
c. Menurut pendekatan pengeluaran
Merupakan jumlah pengeluaran oleh rumah tangga, konsumsi pemerintah,
lembaga swasta tidak mencari keuntungan, pengeluaran untuk pembentukan modal
tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto di suatu daerah atau wilayah
dalam jangka waktu tertentu. Ekspor netto yang dimaksud adalah nilai ekspor
dikurangi dengan jumlah nilai impor.
PDRB secara berkala dapat disajikan dalam 2 bentuk, yaitu atas dasar harga berlaku
dan atas dasar harga konstan pada suatu tahun dasar, yang dapat di jelaskan berikut ini :
a. PDRB atas dasar harga berlakumenggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung dengan menggunakanharga pada setiap tahun.
b. PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar
penghitungannya.
2.4 Metode Analisis LQ
Metode Location Quotient (LQ) untuk mengidentifikasi komoditas unggulan
diakomodasi dari Miller & Wright (1991), Isserman (1997), dan Ron Hood (1998). Menurut
Hood (1998). Metode LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam
model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sector kegiatan yang menjadi
pemacu pertumbuhan. LQ mengukur konsentrasi relative atau derajat spesialisasi kegiatan
ekonomi melalui pendekatan perbandingan.
Inti dari model ekonomi basis menerangkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu
wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah. Ekspor itu sendiri tidak terbatas pada bentuk
barang-barang dan jasa, akan tetapi dapat juga berupa pengeluaran orang asing yang
berada di wilayah tersebut terhadap barang-barang tidak bergerak (Budiharsono, 2001).
Teknik LQ banyak digunakan untuk membahas kondisi perekonomian, mengarah
pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur konsentrasi relative
kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan sector unggulan sebagai
leading sector suatu kegiatan ekonomi (industri). Dasar pembahasannya sering difokuskan
pada aspek tenaga kerja dan pendapatan.
Berdasarkan pemahaman terhadap teori ekonomi basis, metode LQ relevan
digunakan sebagai metoda dalam menentukan komoditas unggulan khususnya dari sisi
penawaran (produksi atau populasi). Untuk komoditas yang berbasis lahan seperti tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan, perhitungannya didasarkan pada lahan pertanian
(areal tanam atau areal panen), produksi atau produktivitas. Sedangkan untuk komoditas
pertanian yang tidak berbasis lahan seperti usaha ternak, dasar perhitungannya digunakan
jumlah populasi (ekor). Setiap metode analisis memiliki kelebihan dan keterbatasan
demikian halnya dengan metode LQ.
a. Kelebihan metode LQ
1) Mudah dan tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit.
2) Penyelesaian analisis cukup dengan spread sheet dari Microsoft Excel atau
program Lotus
b. Keterbatasan metode LQ
1) Validitas data sangat diperlukan, sehingga harus diperhitungkan akurasi
datanya.
2) Diperlukan nilai rata-rata dari data series yang cukup panjang (tidak kurang
dari 5 tahun).
3) Deliniasi wilayah kajian yang acuannya seringkali tidak jelas, sehingga muncul
hasil hitungan yang tidak sama dengan yang diduga.
Selanjutnya untuk menganalisis data menggunakan metode LQ yang dilakukan secara
sederhana menggunakan spreadsheet dari Excel dalam Microsoft Windoows XP perlu
dilakukan beberapa tahap, yaitu:
a. Insert data
Insert data menurut subsektor dengan jangka waktu lima tahun terakhir ke dalam
spreadsheet dengan format kolom dan baris. Kolom diisi nama wilayah dan tahun,
sedangkan baris diisi nama sektor yang akan dianalisis.
b. Menghitung LQ
Dalam tahapan ini adalah menghitung nilai LQ. Caranya dengan memasukkan
notasi-notasi yang diperoleh ke dalam formula LQ, yaitu pi/pt sebagai pembilang
dan Pi/Pt sebagai penyebut. Secara ringkas ditulis:
=/
/
Keterangan:
LQ = Location Quotient
pi = Produksi/kesempatan kerja sektor i, pada tingkat lokal
pt = Produksi/kesempatan kerja total, pada tingkat lokal
Pi = Produksi/kesempatan kerja sektor i, pada tingkat regional
Pt = Produksi/kesempatan kerja total, pada tingkat regional
c. Interpretasi nilai LQ
Nilai LQ yang diperoleh akan berada dalam kisaran lebih kecil atau sama dengan
satu sampai lebih besr dari angka 1, atau 1 LQ > 1. Besaran nilai LQ
menunjukkan besaran derajat spesialisasi atau konsentrasi dari komoditas itu di
wilayah yang bersangkutan relatif terhadap wilayah referensi. Artinya semakin
besar nilai LQ di suatu wilayah, semakin besar pula derajat konsentrasinya di
wilayah tersebut. Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga (3) criteria yaitu:
1) LQ > 1; artinya komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan.
Komoditas memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi
kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar
wilayah.
2) LQ = 1; komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif .
Produksinya hanya cukup untuk memenuhi kebetuhan wilayah sendiri dan tidak
mampu untuk diekspor.
3) LQ < 1; komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu
wilayah tidak dapet memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau
impor dari luar.
2.5 Metode Analisis Shift Share
Analisis Shift Share adalah metode yang digunakan untuk mengetahui kinerja
perekonomian daerah, pergeseran struktur, posisi relative sektor-sektor ekonomi dan
identifikasi sektor unggul daerah dalam kaitannya dengan perekonomian acuan (wilayah
acuan atau wilayah yang lebih luas) dalam dua atau lebih titik waktu.
Analisis ini bertumpu pada asumisi pertumbuhan sektor daerah sama dengan tingkat
wilayah acuan, membagi perubahan atua pertumbuhan kinerja ekonomi daerah (local)
dalam tiga komponen, yaitu:
a. Komponen pertumbuhan wilayah acuan (KPW), yaitu mnegukur perubahan kinerja
ekonomi pada perekonomian acuan. Artinya, daerah yang bersangkutan tumbuh
karena dipengaruhi oleh kebijakan wilayah acuan secara umum.
b. Komponen pertumbuhan proporsional (KPP), yaitu mengukur perbedaan
pertumbuhan sektor-sektor ekonomi acuan dengan pertumbuhan agregat. Apabila
komponen ini pada salah satu sektor wilayah acuan bernilai positif, berarti bahwa
sektor tersebut berkembang dalam perekonomian acuan. Sebaliknya jika negative,
maka kinerja sektor tersebut menurun.
c. Komponen pergeseran atau pertumbuhan pangsa wilayah (KPK), yaitu mengukur
kinerja sektor-sektor yang sama pada perekonomian acuan. Sektor-sektor local
terhadap sektor-sektor yang sama pada perekonomian acuan. Apabila komponen
ini pada salah satu sektor positif, maka daya saing sektor local meningkat
dibandingkan sektor yang sama pada perekonomian acuan, begitu juga sebaliknya.
Apabila perubahan atau pertumbuhan kinerja ekonomi kota adalah PEK, maka
persamaan dapat diformulasikan sebagai berikut:
PEK = KPW+KPP+KPK atau
PEK =
1 +
+
yi
yi
Yi
Yi
Keterangan :
Y* = indikator ekonomi acuan akhir tahun kajian
Y = indikator ekonomi acuan awal tahun kajian
Yi = indikator ekonomi acuan sektor I akhir tahun kajian
Yi = Indikator ekonomi acuan sektor I awal tahun kajian
yi = indikator ekonomi daerah (local) sektor I akhir tahun kajian
yi = indikator ekonomi daerah (local) sektor I awal tahun kajian
Pergeseran Netto (PN) dihitung dengan rumus :
PN = KPP + KPK
Langkah-langkah dasar
a. Langkah 1
Hitung dan bandingkan pertumbuhan pendapatan di daerah dengan wilayah acuan.
Untuk memudahkan analisis, perekonomian daerah dan wilayah acuan dipecah
dalam sebelas sektor, yaitu : pertanian, pertambangan dan penggalian, industry
pengolahan, listrik/ gas/ air bersih, bangunan, perdagangan/ hotel/ restoran,
pengangkutan/ komunikasi, keuangan/ persewaan/ jasa perusahaan, dan jasa-jasa.
b. Langkah 2
Hitung perubahan pendapatan daerah setiap sektor, yaitu dengan mengurangi
pendapatan pada akhir waktu kajian untuk masing-masing sektor dengan
pendapatan pada awal tahun kajian
c. Langkah 3
Hitung komponen masing-masing pertumbuhan sesuai rumus yang telah dijabarkan
secara rincisebagai berikut :
1) Komponen Pertumbuhan Wilayah Acuan (KPW)
2) Komponen Pertumbuhan Proporsional (KPP)
3) Komponen Pertumbuhan Daya Saing (KPK)
d. Langkah 4
Tafsirkan hasil perhitungan, dengan membandingkan sektor-sektor KPP yang
bertanda positif dengan negative. Apabila suatu sektor bertanda positif, maka
sektor tersebut pesat pertumbuhannya dan pengaruhnya pada pendapatan daerah
juga positif. Begitu juga sebaliknya. Suatu daerah yang sebagian besar
pendapatannya berasal dari sektor-sektor yang lamban pertumbuhannya, maka
pendapatan di daerah tersebut akan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan wilayah
acuan. Begitu juga sebaliknya.
e. Langkah 5
Hubungkan sektor KPK yang bertanda positif dan negative. Sektor yang bertanda
positif berarti mengalami peningkatan daya saing/keunggulan komparatif daerah
dalam kaitannya dengan daerah lain pada waktu kajian.
f. Langkah 6
Hitung pergeseran bersih (net shift) untuk menemukan sektor-sektor maju dan
kurang maju, yaitu dengan menjumlahkan komponen KPK dan KPP dari masing-
masing sektor. Apabila hasil penjumlahan yang diperoleh untuk suatu sektor adalah
positif, maka sektor yang bersangkutan termasuk maju, begitu jjuga sebaliknya.
g. Langkah 7
Sebagian alternative dari langkah 6, analisis dilanjutkan untuk menemukan sektor-
sektor yang termasuk unggul, agak unggul mundur, dan mundur dalam selang
waktu ujian. Keluaran semua sektor daerah diletakkan pada suatu diagram yang
terdiri dari empat kuadran. Kuadran I mempresentasikan sektor unggul karena KPK
dan KPP memiliki nilai positif, kuadran II menggambarkan sektor agak mundur
karena KPK negative namun KPP positif, kuadran III mempresentasikan sektor
mundur karena KPK maupun KPP negative, kuadran IV merpakan tempat
kedudukan sektor agak unggul karena KPK positif, sedangkan KPP negative. Yang
menjadi acuan utama dalam analisis ini adalah KPK atau komponen pertumbuhan
daya saing daerah, karena komponen tersebut merupakan komponen terpenting
dalam pertumbuhan suatu daerah.
2.6 Analisis Gabungan LQ dan Shift Share
Dari gabungan analisis LQ dan Shift Share, dapat diketahui sektor ekonomi unggulan
suatu wilayah. Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis sektor ekonomi unggulan
adalah pendekatan LQ dan pendekatan input-output. Indikator dari analisis LQ yaitu sektor
yang mempunyai nilai LQ >1 adalah sektor unggulan sehingga dijadikan prioritas
pengembangan sektor ekonomi wilayah/kota. Indikator dari analisis Shift Share yaitu sektor
yang mempunyai nilai bacward linkage dan forward linkage yang tinggi adalah sektor
unggulan, sehingga dijadikan prioritas pengembangan sektor ekonomi wilayah/kota. Berikut
ini adalah contoh penghitungan beberapa sektor ekonomi dengan mencari rata-rata LQ dan
komponen KPPW.
Tabel II.1 Tipologi Sektor Berdasarkan Gabungan Nilai LQ & Komponen KPPW
NO SEKTOR RATA RATA
LQ KOMPONEN KPPW
1 Pertanian LLQQ >> 11 TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING
2 Pertambangan & Penggalian LLQQ >> 11 MEMPUNYAI DAYA SAING
3 Industri LLQQ >> 11 MEMPUNYAI DAYA SAING
4 Listrik, Gas & Air Minum LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING
5 Konstruksi LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING
6 Perdagangan, Hotel & Restoran LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING
7 Transportasi & Komunikasi LQ < 1 TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING
8 Keuangan LQ < 1 MEMPUNYAI DAYA SAING
9 Jasa - Jasa LQ < 1 TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING
Sumber :
Dari tabel di atas, analisis antara hasil LQ dan KPPW sebagai komponen Shift Share
menghasilkan 4 kategori sektor ekonomi, yaitu :
- Kategori 1 : Sektor Basis & Berdaya Saing -> Industri, Pertambangan &
Penggalian
- Kategori 2 : Sektor Non Basis & Berdaya Saing -> Listrik, Gas & Air Minum,
Konstruksi, Perdagangan, Hotel & Restoran serta Keuangan
- Kategori 3 : Sektor Basis & Tidak Berdaya Saing -> Pertanian
- Kategori 4 : Sektor Non Basis & Tidak Berdaya Saing -> Transportasi &
Komunikasi serta Jasa-jasa.
Sumber :
Gambar 2.1 Pembagian 4 Kategori Analisis Sektor Ekonomi Unggulan
Dapat disimpulkan bahwa sektor yang menjadi prioritas dikembangkan (Unggulan)
adalah Industri, Pertambangan & Penggalian serta Pertanian. Khusus untuk Pertanian,
sektor ini tetap menjadi sektor unggulan meskipun tidak berdaya saing karena dilihat dari
jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), sektor ini menyumbang jumlah PDRB yng
jauh lebih besar dari sektor lainnya sehingga tetap menjadi sektor unggulan. Sektor lain
yang bukan merupakan sektor unggulan harus lebih dikembangkan secara signifikan agar
perkembangan dan p emerataan sektor ekonomi wilayah tersebut dapat ditingkatkan.
BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
Gambaran umum wilayah Kabupaten Banjarnegara merupakan penjabaran mengenai
kondisi eksisting yang terdapat di wilayah Kabupaten Banjarnegara. Dalam gambaran umum
ini terdiri dari dua aspek yaitu aspek fisik dan aspek non fisik.
3.1 Aspek Fisik Kabupaten Banjarnegara
Aspek fisik Kabupaten Banjarnegara meliputi keadaan geografis dan administrasi;
bentuk alam dan topografi; jenis tanah; klimatologi; dan penggunaan lahan.
3.1.1 Keadaan Geografis dan Administrasi
Kabupaten Banjarnegara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah.
Kabupaten Banjarnegara yang mempunyai luas wilayah 106,971,01 Ha, terdiri dari 20
kecamatan 253 desa 12 kelurahan. Batas-batas wilayah Kabupaten Banjarnegara
adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang
Sebelah Timur : Kabupaten Wonosobo
Sebelah Selatan : Kabupaten Kebumen
Sebelah Barat : Kabupaten Purbalingga dan Kabupaten Banyumas
Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010
Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Banjarnegara
Luas wilayah Kabupaten Banjarnegara menurut kecamatan dapat dilihat pada
Tabel 4.1 berikut.
Tabel III.1 Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara Menurut Kecamatan
NO. KECAMATAN LUAS (Ha) PERSENTASE
1 SUSUKAN 5,265.67 4.92
2 PURWAREJA KLAMPOK
2,186.67 2.04
3 MANDIRAJA 5,261.58 4.92
4 PURWANEGARA 7,386.53 6.91
5 BAWANG 5,520.64 5.16
6 BANJARNEGARA 2,624.20 2.45
7 PAGEDONGAN 8,055.24 7.53
8 SIGALUH 3,955.95 3.70
9 MADUKARA 4,820.15 4.51
10 BANJARMANGU 4,635.61 4.33
11 WANADADI 2,827.41 2.64
12 RAKIT 3,244.62 3.03
13 PUNGGELAN 10,284.01 9.61
14 KARANGKOBAR 3,906.94 3.65
15 PANGETAN 4,618.98 4.32
16 PEJAWARAN 5,224.97 4.88
17 BATUR 4,717.10 4.41
18 WANAYASA 8,201.13 7.67
19 KALIBENING 8,377.56 7.83
20 PANDANARUM 5,856.05 5.47
JUMLAH 106,971.01 100.00
Sumber; Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2014
3.1.2 Bentuk Alam dan Topografi
Kabupaten Banjarnegara terdiri dari tiga zona yaitu zona utara, zona tengah, dan
zona selatan sebagai berikut (Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010).
a. Zona utara merupakan wilayah pegunungan yang lebih dikenal dengan
pegunungan Kendeng Utara, rona alamanya bergunung berbukit,
bergelombang dan curam. Potensi utamanya adalah sayur mayor, kentang,
kobis, jamur,teh, jagung, kayu, getah pinus, sapi kereman, kambing dan
domba, Juga pariwisata dan tenaga listrik panas bumi di dataran Dieng.
b. Zona tengah merupakan dataran lembah sungai Serayu. Rona alamnya relatif
datar dan subur. Potensi utama adalah padi,palawija, buah-buahan, ikan
homeindustri, PLTA Mrica, keramik, dan anyam-anyaman bambu.
c. Zona Selatan merupakan pegunungan kapur dengan nama pegunungan
Serayu Selatam. Rona alamnya bergunung, bergelombang dan curam.
Potensinya utamanya adalah ketela pohon, gula kelapa, bambu, getah pinus,
damar dan bahan mineral meliputi : marmer, buah kwarsa, feld sart, asbes,
andesit, pasir dan kerikil. Buah-buahan: duku, manggis, durian, rambutan,
pisang, dan jambu.
Kabupaten Banjarnegara mempunyai ketinggian yang bervariasi, meskipun
kebanyakan berada pada ketinggian 100 mdpl karena letaknya yang berada pada jalur
pegunungan; yang sebagian besar berada pada ketinggian 100-500 mdpl (37,04%);
500-1.000 mdpl (28,74%); dan >1.000 mdpl (24,4%); sedangkan wilayah dengan
ketinggian kurang dari 100 mdpl hanya seluas 9,82% (Bappeda Kabupaten
Banjarnegara, 2010).
Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010
Gambar 3.1 Peta Topografi Kabupaten Banjarnegara
3.1.3 Jenis Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut (Bappeda
Kabupaten Banjarnegara, 2010).
a. Tanah alluvial: dengan asosiasinya berwarna kelabu coklat dan hitam,
sifatnya beraneka ragam. Produktivitas tanah rendah hingga tinggi sesuai
untuk pertanian. Jenis tanah tersebut terdapat pada Kecamatan Batur,
Kalibening, Rakit, Punggelan, Susukan, Purworejo Klampok, dan Wanadadi.
b. Tanah latosol: berasosiasi dengan andosol, sifatnya agak asam hingga netral,
warnanya beraneka ragam yaitu kelabu, coklat, hitam coklat kemerah-
merahan. Tingkat kesuburantanah sedang sampai tinggi. Sesuai untuk usaha
pertanian, kebun campuran, pertanian sayur-sayuran dan hutan. Terdapat
pada Kecamatan Susukan, Purworejo Kalmpok, Purwonegoro, Wanadadi,
Rakit, Bawang, Sigaluh, Madukara, Banjarnegara, Wanayasa, Pejawaran,
Kalibening, Karangkobar, Banjarmangu, Padedongan, Mandiraja, Punggelan,
Pandanarum, dan Pangetan.
c. Tanah andosol: dengan asosiasi berwarna coklat, coklat kekuning-kuningan,
bersifat netral sampai asam. Produktivitas tanah sedang hingga tinggi, cocok
untuk tegalan, kebun campuran dan hutan. Terdapat di Kecamatan
Wanayasa, Pejawaran, Pegentan, dan Batur.
d. Tanah grumosol: asosiasinya dengan tanah mediteran, bersifat agak netral,
warna kelabu hingga hitam, merah kekuning-kuningan, merah hingga coklat.
Produktivitasnya rendah sampai sedang, cocok dipergunakan untuk usaha-
usaha persawahan dan tegalan. Terdapatt di Kecamatan Karangkobar,
Pagetan, Wanadadi, Wanayasa, Madukara, dan Banjarmangu.
e. Tanah pedsolik merah kuning: tanah bertekstur liat, struktur blok di lapisan
bawah, konsistensi teguj, bersifat asam dengan pH kurang dari 5,5.
Terbentuk pada daerah dengan curah hujan antara 2500 sampai 3000 mm
tiap tahun serta biasanya berada pada ketinggian di atas 25 meter di atas
permukaan laut. Terdapat di sekitar tegalan pada Kecamatan Pandarum,
Kalibening, dan Punggelan.
f. Tanah litosol: tanah yang beraneka sifat dan warnanya. Jenis tanah ini kurang
baik untuk pertanian, terdapat di Kecamatan Banjarmangu.
Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010
Gambar 3.2 Peta Jenis Tanah Kabupaten Banjarnegara
3.1.4 Klimatologi
Menurut Bappeda Kabupaten Banjarnegara (2010) kondisi klimatologi
KabupatenBanjarnegara beriklim tropis, dengan bulan basah umumnya lebih banyak
darpada bulan kering. Temperatur udara berkisar antara 20-260C, temperature
terdingin yaitu 3-180C dengan temperatur terdingin tercatat pada musim kemarau di
Dataran Tinggi Dieng. Kembaban udara berkisar antara 80%-85% dengan curah hujan
tertinggi rata-rata 3.000 mm/tahun. Kabupaten Banjarnegara bagian Utara merupakan
wilayah yang memiliki curah hujan yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah
tengah maupun selatan.
Sumber: Bappeda Kabupaten Banjarnegara, 2010
Gambar 3.3 Peta Curah Hujan Kabupaten Banjarnegara
3.1.5 Penggunaan Lahan
Berdasarkan Kabupaten Banjarnegara dalam Angka 2014, luas wilayah
Kabupaten Banjarnegara mempunyai persentase sebesar 3,29% dari luas wilayah
Propinsi Jawa Tengah yang mempunyai luas sebesar (3,25 juta Ha). Pada tahun
2013, luas tersebut terbagi atas lahan sawah sebesar 15.034 Ha atau 14,05% dari
wilayah keseluruhan Kabupaten Banjarnegara dan Lahan Bukan Sawah sebesar
71.744 Ha atau 64,07% dari total Kabupaten. Sedangkan lahan bukan pertanian
sebesar 20.193 Ha atau 18,88%.
Tabel III.2 Luas Penggunaan Lahan Menurut Jenis Penggunaan di Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013
PENGGUNAAN LAHAN
2009 2010 2011 2012 2013
LAHAN SAWAH
14,563
14,663
14,867
14,874
15,034
BUKAN LAHAN SAWAH
61,001
55,952
55,840
72,562
71,744
LAHAN BUKAN PERTANIAN
31,306
36,356
36,263
19,535
20,193
JUMLAH
106,870
106,971
106,970
106,971
106,971 Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2014
3.2 Aspek Non Fisik Kabupaten Banjarnegara
Aspek non fisik Kabupaten Banjarnegara yang dibahas pada laporan ini adalah
kependudukan, perekonomian, dan ketenagakerjaan.
3.2.1 Kependudukan
Menurut Kabupaten Banjarnegara dalam Angka 2014, proyeksi penduduk akhir
tahun 2013 Kabupaten Banjarnegara sebanyak 892.477 jiwa, terdiri dari 447.219 laki-
laki dan 445.228 perempuan, yang berarti mengalami kenaikan sebesar 5.158 jiwa
atau 0,58% dari jumlah penduduk akhir tahun 2012 sebanyak 887.289 jiwa.
Kepadatan penduduk akhir tahun 2013 sebesar 834 jiwa per km2, yang berarti bahwa
setiap 1 km2 luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, dihuni oleh sekitar 834 orang.
Kecamatan Banjarnegara, Purworejo Klampok, dan Rakit adalah kecamatan dengan
tingkat kepadatan penduduk tertinggi, masing-masing dengan jumlah kepadatan 2.204
jiwa per km2, 2.118 jiwa per km2, dan 1.523 jiwa per km2. Sedangkan kecamatan yang
tingkat kepadatan penduduknya rendah adalah Kecamatan Pandanarum dan
Kecamatan Pagedongan, yakni sebesar 360 per km2 dan 436 per km2. Jumlah
penduduk dan kepadatan penduduk per kecamatan di Banjarnegara tahun 2013 dapat
dilihat pada Tabel III.3.
Tabel III.3 Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013
NO. KECAMATAN JUMLAH
PENDUDUK KEPADATAN
1 SUSUKAN 59,689 1,133
2 PURWAREJA KLAMPOK 46,314 2,118
3 MANDIRAJA 64,138 1,219
4 PURWANEGARA 69,625 943
5 BAWANG 52,254 946
6 BANJARNEGARA 57,821 2,204
7 PAGEDONGAN 35,130 436
8 SIGALUH 29,234 739
9 MADUKARA 40,645 843
10 BANJARMANGU 39,469 851
11 WANADADI 28,549 1,010
12 RAKIT 49,437 1,523
13 PUNGGELAN 69,592 677
14 KARANGKOBAR 27,704 709
15 PANGETAN 35,635 771
16 PEJAWARAN 41,436 793
17 BATUR 36,960 784
18 WANAYASA 44,533 543
19 KALIBENING 43,210 516
20 PANDANARUM 21,072 360 Sumber: Kabupaten Banjarnegara dalam Angka, 2014
Struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin pada Kabupaten
Banjarnegara berdasarkan piramida penduduk pada Gambar 3.5 dapat
menggambarkan usia produktif, usia anak-anak dan usia tidak produktif. Usia anak-
anak meliputi usia di bawah 15 tahun sedangkan usia antara 15 sampai dengan 59
tahun, sedangkan usia tidak produktif pada usia di atas 60 tahun. Dilihat dari kondisi
tersebut maka Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2013 memiliki struktur umur
dominan pada usia produktif, kemudian disusul pada usia anak-anak dan usia tidak
produktif.
Sumber: Kabupaten Banjarnegara dalam Angka, 2014
Gambar 3.4 Piramida Penduduk Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013
3.2.2 Perekonomian
Kabupaten Banjarnegara sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Jawa
Tengah merupakan daerah dengan pola perekonomian agraris, sebagian besar
masyarakatnya menyandarkan hidupnya dari sektor pertanian. Kondisi ini dapat dilihat
dari tingginya kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan produk domestik
regional bruto (PDRB). Kontribusi sektor pertanian pada tahun 2013 sebesar 37,33
persen dari total PDRB Kabupaten Banjarnegara memberikan dasar yang kuat untuk
menyatakan kondisi tersebut. Lihat Tabel III.4.
60,000 40,000 20,000 00 20,000 40,000 60,000
0-4
5-9
10-14
15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
40-44
45-49
50-54
55-59
60-64
65-69
70-74
75+
PIRAMIDA PENDUDUK KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013
PEREMPUAN
LAKI-LAKI
Tabel III.4 PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara , 2013
Perkembangan perekonomian Kabupaten Banjarnegara kurun waktu lima tahun
terakhir menunjukan perbaikan dari waktu ke waktu, dimana pertumbuhan selama
kurun waktu tersebut masih berada pada posisi positif dengan besaran angkanya
antara 4 sampai dengan 5 persen. Perkembangan yang mendukung pertumbuhan
tersebut adalah dari sektor jasa-jasa kemudian ditambah dengan dukungan sektor
transportasi dan komunikasi. Kedua sektor ini memang bukan merupakan sektor yang
dominan dalam perekonomian Kabupaten Banjarnegara, akan tetapi tingginya
perkembangan sektor ini terakumulai dengan pertumbuhan dari sektor lainnya
sehingga menambah besar tingkat pertumbuhan dari PDRB Kabupaten Banjarnegara
(BPS Kabupaten Banjarnegara, 2013). Laju pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten
Banjarnegara Tahun 2009-2013 dan distribusi PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013 dapat dilihat pada Tabel III.5 dan Tabel III.6.
Tabel III.5 Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 (Persen)
NO SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian 4.02 1.89 2.37 3.08 2.43
2 Pertambangan & Penggalian 4.64 4.27 4.09 4.47 5.69
3 Industri Pengolahan 2.11 1.51 3.87 3.65 6.22
4 Listrik, Gas & Air Minum 9.28 8.45 7.67 6.58 7.78
5 Konstruksi/ Bangunan 7.01 3.49 6.81 6.42 7.72
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 4.90 4.72 4.69 5.41 7.13
7 Transportasi & Komunikasi 9.77 9.71 7.34 8.94 5.87
8 Keuangan 7.51 8.32 5.96 8.39 10.82
NO SEKTOR KABUPATEN (rupiah)
PDRB 2009 PDRB 2010 PDRB 2011 PDRB 2012 PDRB 2013
1 Pertanian 1,016,343.12 1,035,558.72 1,060,086.56 1,092,737.31 1,119,288.35
2 Pertambangan & Penggalian
14,669.27 15,294.96 15,920.99 16,633.35 17,579.78
3 Industri Pengolahan 374,321.85 379,955.75 394,671.82 409,083.88 434,528.67
4 Listrik, Gas & Air Minum
12,715.20 13,789.94 14,848.29 15,825.12 17,056.26
5 Konstruksi/ Bangunan 185,754.77 192,240.54 205,326.13 218,512.05 235,383.94
6 Perdagangan, Hotel & Restoran
349,819.18 366,334.84 383,513.40 404,269.40 433,087.86
7 Transportasi & Komunikasi
118,822.74 130,362.23 139,930.92 152,445.43 161,397.23
8 Keuangan 162,948.45 176,509.23 187,035.27 202,736.43 224,670.11
9 Jasa - Jasa 518,541.13 578,477.91 629,208.65 677,408.67 715,077.50
Total 2,753,935.71 2,888,524.12 3,030,542.03 3,189,651.64 3,358,069.70
NO SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013
9 Jasa - Jasa 7.18 11.56 8.77 7.66 6.56
PDRB 5.11 4.89 4.92 5.25 5.28
Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara , 2013
Tabel III.6 Distribusi PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
NO SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013
1 Pertanian 36.91 35.85 34.98 34.26 33.33
2 Pertambangan & Penggalian 0.53 0.53 0.53 0.52 0.52
3 Industri Pengolahan 13.59 13.15 13.02 12.83 12.94
4 Listrik, Gas & Air Minum 0.46 0.48 0.49 0.50 0.51
5 Konstruksi/ Bangunan 6.75 6.66 6.78 6.85 7.01
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 12.70 12.68 12.65 12.67 12.90
7 Transportasi & Komunikasi 4.31 4.51 4.62 4.78 4.81
8 Keuangan 5.92 6.11 6.17 6.36 6.69
9 Jasa - Jasa 18.83 20.03 20.76 21.24 21.29 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara , 2013
3.2.3 Ketenagakerjaan
Di Kabupaten Banjarnegara banyaknya permintaan tenaga kerja yang tercatat
pada tahun 2013 sebanyak 18.556 orang, sedangkan jumlah pencari kerja yang belum
ditempatkan pada tahun 2011 sebanyak 14.689 orang dengan rincian 7.838 orang
laki-laki dan 6.851 orang perempuan. Adapun pencari kerja yang telah ditempatkan
pada tahun 2013 sebanyak 3.867 orang, dengan rincian 1.266 orang laki-laki dan
2.601 orang perempuan (BPS Kabupaten Banjarnegara, 2014).
Banyaknya permintaan tenaga kerja menurut lapangan usaha dan jenis kelamin
di Kabupaten Banjarnegara tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel III.7. Sedangkan
banyaknya pencari kerja yang belum ditempatkan menurut lapangan usaha dan jenis
kelamin di Kabupaten Banjarnegara tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel III.8.
Tabel III.7 Banyaknya Permintaan Tenaga Kerja Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin
Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013
NO SEKTOR
BANYAKNYA PERMINTAAN TENAGA
KERJA PERSENTASE
L P JUMLAH
1 Pertanian 180 90 270 6.94
2 Pertambangan & Penggalian
- - - -
3 Industri Pengolahan 951 1,908 2,859 73.44
4 Listrik, Gas & Air Minum - - - -
5 Konstruksi/ Bangunan - - - -
6 Perdagangan, Hotel & 120 100 220 5.65
NO SEKTOR
BANYAKNYA PERMINTAAN TENAGA
KERJA PERSENTASE
L P JUMLAH
Restoran
7 Transportasi & Komunikasi
- - - -
8 Keuangan 7 5 12 0.31
9 Jasa - Jasa 27 505 432 13.67
Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2014
Tabel III.8 Banyaknya Pencari Kerja Yang Belum Ditempatkan Menurut Lapangan Usaha dan Jenis
Kelamin Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013
NO SEKTOR
BANYAKNYA PERMINTAAN TENAGA KERJA PERSENTASE
L P JUMLAH
1 Pertanian 609 320 929 6.32
2 Pertambangan & Penggalian
- - - -
3 Industri Pengolahan 4,292 1,759 6 41.19
4 Listrik, Gas & Air Minum - - - -
5 Konstruksi/ Bangunan 50 - 50 0.34
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 606 739 1,345 9.16
7 Transportasi & Komunikasi
- - - -
8 Keuangan 1,100 1,062 2,162 14.72
9 Jasa - Jasa 1,181 2,971 4,152 28.27 Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2014
BAB IV
ANALISIS
4.1 Analisis Agregat
Dalam rangka membangun perekonomian kabupaten yang lebih baik, maka
pemerintah daerah harus menentukan sektor-sektor yang perlu dikembangkan agar
perekonomian daerah dapat tumbuh cepat, salah satunya dengan menggunakan analisis
agregat. Analisis agregat digunakan untuk mengetahui gambaran umum konstribusi
perkembangan perekonomian Kabupaten Banjarnegara terhadap wilyah lain yang
hierarkinya lebih luas yaitu Provinsi Jawa Tengah. Dalam melakukan analisis perekonomian
Kabupaten Banjarnegara secara agregat dibutuhkan beberapa data.
4.1.1 Statistik Dasar
Berikut adalah data-data Kabupaten Banjarnegara yang dibutuhkan untuk
analisis:
Tabel IV.1 PDRB ADHK dan Laju Pertumbuhan Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013
Tahun PDRB (Juta Rupiah) Laju Pertumbuhan
2009 2.753.935,73 5,11
2010 2.888.524,12 4,89
2011 3.030.542,04 4,92
2012 3.189.651,65 5,25
2013 3.358.069,70 5,28
Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013
Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013
Gambar 4.1 Grafik Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
Dari tabel dan grafik-grafik di atas, diketahui bahwa jumlah PDRB Kabupaten
Banjarnegara atas dasar harga konstan (ADHK) dalam kurun waktu lima tahun yaitu
0.00
500,000.00
1,000,000.00
1,500,000.00
2,000,000.00
2,500,000.00
3,000,000.00
3,500,000.00
4,000,000.00
2009 2010 2011 2012 2013
(Ju
ta R
up
iah
)
Tahun
Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara
PDRB Kabupaten Banjarnegara (Juta Rupiah)
tahun 2009 hingga tahun 2013 terus menerus mengalami peningkatan. PDRB
Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2009 adalah 2.753.935,73 juta rupiah, terus
meningkat hingga tahun 2013 sebesar 3.358.069,70 juta rupiah. Agar lebih jelas, laju
pertumbuhan Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013 dapat dilihat pada gambar
4.2 di bawah ini:
Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013
Gambar 4.2 Grafik Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
Untuk mengetahui sektor yang paling berperan dalam perekonomian di
Kabupaten Banjarnegara, dibutuhkan data PDRB ADHK Persektor Kabupaten
Banjarnegara tahun 2009 hingga tahun 2013. Berikut adalah tabelnya:
Tabel IV.2 PDRB Kabupaten Banjarnegara Per Sektor Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 2009-2013
NO LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013
1 PERTANIAN 1.016.343,12 1.035.558,72 1.060.086,56 1.092.737,31 1.119.288,35
2 PERTAMBANGAN &
PENGGALIAN 14.669,27 15.294,96 15.920,82 16.633,35 17.579,78
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 374.321,85 379.955,75 394.671,82 409.083,88 434.528,67
4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 12.715,20 13.789,94 14.848,29 15.825,12 17.056,26
5 BANGUNAN 185.754,77 192.240,54 205.326,13 218.512,05 235.383,94
6 PERDAG. HOTEL & RESTORAN 349.819,18 366.334,84 383.513,40 505.269,40 433.087,86
7 PEGANGKUTAN & KOMUNIKASI 118.822,74 130.362,23 139.930,92 152.445,43 161.397,23
8 KEU. PERSEWAAN, & JASA
PERUSAHAAN 162.948,45 176.509,23 187.035,27 202.736,43 224.670,11
9 JASA-JASA 518.541,13 578.477,91 629.208,65 677.408,67 715.077,50
Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2014
4.6
4.7
4.8
4.9
5
5.1
5.2
5.3
5.4
2009 2010 2011 2012 2013
(%)
Tahun
Laju Pertumbuhan PDRB ADHK
Laju Pertumbuhan
Berdasarkan tabel PDRB Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013 di atas,
dapat diketahui bahwa PDRB Kabupaten Banjarnegara dalam kurun waktu tahun
2009-2013 cukup stabil, akan tetapi pada tahun 2013 mengalami penurunan pada
sektor bangunan. PDRB tertinggi terdapat pada sektor pertanian dengan jumlah yang
selalu meningkat tiap tahunnya dari tahun 2009-2013. Untuk memperjelas
pemahaman mengenai perkembangan PDRB Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat
pada diagram di bawah ini :
Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013
Gambar 4.3 Grafik Pertumbuhan PDRB ADHK Per Sektor Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
Tabel IV.3 Distribusi PDRB Per Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013 (dalam persen)
NO LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013
1 PERTANIAN 36,91 35,85 34,98 34,26 33,33
2 PERTAMBANGAN &
PENGGALIAN 0,53 0,53 0,53 0,52 0,52
3 INDUSTRI PENGOLAHAN 13,59 13,25 13,02 12,83 12,94
4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,46 0,48 0,49 0,50 0,51
5 BANGUNAN 6,75 6,66 6,78 6,85 7,01
6 PERDAG. HOTEL & RESTORAN 12,70 12,68 12,65 12,67 12,90
7 PEGANGKUTAN &
KOMUNIKASI 4,31 4,51 4,62 4,78 4,81
8 KEU. PERSEWAAN, & JASA
PERUSAHAAN 5,92 6,11 6,17 6,36 6,69
-
200,000.00
400,000.00
600,000.00
800,000.00
1,000,000.00
1,200,000.00
2009 2010 2011 2012 2013
PDRB Kabupaten Banjarnegara Per Sektor Atas Dasar Harga Konstan
PERTANIAN
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH
BANGUNAN
PERDAG. HOTEL & RESTORAN
PEGANGKUTAN & KOMUNIKASI
KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN
JASA-JASA
NO LAPANGAN USAHA 2009 2010 2011 2012 2013
9 JASA-JASA 18,83 20,03 20,76 21,24 21,29
Sumber: BPS Kabupaten Banjarnegara, 2014
Berdasarkan tabel Distribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara, dapat diketahui
bahwa sektor yang memberikan distribusi paling besar pada PDRB Kabupaten
Banjarnegara selama lima tahun berturut-turut adalah sektor Pertanian. Sektor yang
paling kecil memberikan kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kabuaten
Banjarnegara adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. Seperti yang diketahui, listrik
dan air adalah kebutuhan pokok/vital bagi rumah tangga, sehingga walaupun hampir
setiap tahun tarif dasar listrik naik dan tarif air minum naik pertumbuhan sektor ini
masih menunjukkan angka yang positif pada tahun, walaupun mengalami penurunan.
Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013
Gambar 4.4 Grafik Rata-rata Distribusi Per Sektor Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
Berdasarkan grafik rata-rata distribusi per sektor Kabupaten Banjarnegara
kurang lebih 35% adalah sektor pertanian. Lahan pertanian di Kabupaten
Banjarnegara memang tersedia sangat luas. Hasil-hasil pertanian dan peternakannya
juga menjadi komoditas utama Kabupaten Banjarnegara. Salah satu hasil
peternakannya yaitu sapi potong. 20% adalah jasa-jasa yang meliputi Pemerintahan
Umum dan Swasta (jasa sosial kemasyarakatan, jasa hiburan dan kebudayyaan, serta
jasa perorangan dan rumah tangga), sektor ini merupakan sektor yang distribusinya
kedua terbesar setelah pertanian. Industri pengolahan berkontribusi sekitar 13% pada
PDRB Kabupaten Banjarnegara.
35%
1%13%
0%
7%
13%
5%
6%
20%
Persentase Rata-rata (2009-2013) Distribusi Persektor Kabupaten Banjarnegara
PERTANIAN
PERTAMBANGAN & PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN
LISTRIK, GAS & AIR BERSIH BANGUNAN
PERDAG. HOTEL & RESTORAN PEGANGKUTAN & KOMUNIKASI KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN JASA-JASA
Tabel IV.4 Perkembangan Pendapatan/Perkapita Kabupaten Banjarnegara
2009 2010 2011 2012 2013
Pendapatan Perkapita 4,21 11,09 4,11 4,48 4,54
Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa perkembangan perkapita di Kabupaten
Banharnegara tidak stabil. Perkembangan perkapita tertinggi di Kabupaten
Banjarnegara adalah pada tahun 2010, kemudian mengalami naik turun pada tahun
berikutnya. Untuk memperjelas pemahaman mengenai perkembangan perkapita
Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013
Gambar 4.5 Grafik Pendapatan Perkapita Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009-2013
Tabel IV.5 Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Banjaranegara (ribu)
2008 2009 2010 2011
Jumlah Penduduk Miskin (ribu) 200,6 184,0 166,7 177,3
Sumber: BPS Jawa Tengah, 2012
Tabel IV.6 Tingkat Pengangguran Terbuka dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
Kabupaten Banjaranegara (ribu)
2011 2012 2013
Tingkat Pengangguran Terbuka 5,57 3,76 4,17
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 71,25 79,47 73,61
Sumber: BPS Jawa Tengah, 2014
Dari tabel IV.5 dan IV.6 terlihat pertumbuhan yang naik turun dari tahun ke
tahunnya, hal tersebut menandakan bahwa masih ada kesenjangan ekonomi di
Kabupaten Banjarnegara.
4.21
11.09
4.11 4.48 4.54
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
2009 2010 2011 2012 2013
Pendapatan Perkapita
Pendapatan Perkapita
4.1.2 Perhitungan LQ
Location Qoutient (LQ) digunakan untuk membahas kondisi perekonomian,
mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian atau mengukur
konsentrasi relatif kegiatan ekonomi untuk mendapatkan gambaran dalam penetapan
sektor Interpretasi nilai LQ yang didapatkan dari haris perhitungan adalah berada pada
kisaran lebih kecil atau sama dengan 1 sampai lebih besar dari 1 atau 1 LQ > 1. ,
semakin besar LQ maka semakin berpengaruh terhadap perekonomian wilayah
tersebut.
Tabel IV.7 PDRB Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013
NO SEKTOR KABUPATEN BANJARNEGARA (rupiah)
PDRB 2009 PDRB 2010 PDRB 2011 PDRB 2012 PDRB 2013
1 Pertanian 1.016.343,12 1.035.558,72 1.060.086,56 1.092.737,31 1.119.288,35
2 Pertambangan & Penggalian 14.669,27 15.294,96 15.920,99 16.633,35 17.579,78
3 Industri Pengolahan 374.321,85 379.955,75 394.671,82 409.083,88 434.528,67
4 Listrik, Gas & Air Minum 12.715,20 13.789,94 14.848,29 15.825,12 17.056,26
5 Konstruksi/ Bangunan 185.754,77 192.240,54 205.326,13 218.512,05 235.383,94
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 349.819,18 366.334,84 383.513,40 404.269,40 433.087,86
7 Transportasi & Komunikasi 118.822,74 130.362,23 139.930,92 152.445,43 161.397,23
8 Keuangan 162.948,45 176.509,23 187.035,27 202.736,43 224.670,11
9 Jasa - Jasa 518.541,13 578.477,91 629.208,65 677.408,67 715.077,50
Total 2.753.935,71 2.888.524,12 3.030.542,03 3.189.651,64 3.358.069,70 Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2009-2013
Tabel IV.8 PDRB Jateng tahun 2009-2013
NO SEKTOR PROPINSI JAWA TENGAH (rupiah)
PDRB 2009 PDRB 2010 PDRB 2011 PDRB 2012 PDRB 2013
1 Pertanian 34.101.148,13 34.956.425,39 35.399.800,56 36.712.340,43 37.513.957,62
2 Pertambangan & Penggalian
1.952.866,70 2.091.257,42 2.193.964,23 2.355.848,88 2.504.980,10
3 Industri Pengolahan
57.444.185,45 61.387.556,40 65.439.443,00 69.012.495,82 73.092.337,30
4 Listrik, Gas & Air Minum
1.489.552,65 1.614.857,68 1.711.200,96 1.820.436,99 1.973.195,73
5 Konstruksi/ Bangunan
10.300.647,63 11.014.598,60 11.753.387,92 12.573.964,87 13.449.631,46
6 Perdagangan, Hotel & Restoran
37.766.356,61 40.054.938,34 43.159.132,59 46.719.025,28 50.209.544,03
7 Transportasi & Komunikasi
9.192.949,90 9.805.500,11 10.645.260,49 11.486.122,63 12.238.463,10
8 Keuangan 6.701.533,13 7.038.128,91 7.503.725,18 8.206.252,08 9.073.225,04
9 Jasa - Jasa 17.724.216,37 19.029.722,65 20.464.202,99 21.961.937,06 23.044.405,96
Total 176.673.456,57 186.992.985,50 198.270.117,92 210.848.424,04 223.099.740,34
Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka 2009-2013
Tabel IV.9 LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2009
NO. SEKTOR BANJARNEGARA JAWA
TENGAH TAHUN 2009 KETERANGAN
pi / p total Pi / P total LQ 2009
1 Pertanian 0,3691 0,1930 1,912 BASIS
2 Pertambangan & Penggalian 0,0053 0,0111 0,482 NON-BASIS
3 Industri 0,1359 0,3251 0,418 NON-BASIS
4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0046 0,0084 0,548 NON-BASIS
5 Konstruksi 0,0675 0,0583 1,157 BASIS
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1270 0,2138 0,594 NON-BASIS
7 Transportasi & Komunikasi 0,0431 0,0520 0,829 NON-BASIS
8 Keuangan 0,0592 0,0379 1,560 BASIS
9 Jasa - Jasa 0,1883 0,1003 1,877 BASIS Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
Tabel IV.10 LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010
NO. SEKTOR BANJARNEGARA JAWA
TENGAH TAHUN 2010 KETERANGAN
pi / p total Pi / P total LQ 2010
1 Pertanian 0,3585 0,1869 1,918 BASIS
2 Pertambangan & Penggalian 0,0053 0,0112 0,473 NON-BASIS
3 Industri 0,1315 0,3283 0,401 NON-BASIS
4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0048 0,0086 0,553 NON-BASIS
5 Konstruksi 0,0666 0,0589 1,130 BASIS
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1268 0,2142 0,592 NON-BASIS
7 Transportasi & Komunikasi 0,0451 0,0524 0,861 NON-BASIS
8 Keuangan 0,0611 0,0376 1,624 BASIS
9 Jasa - Jasa 0,2003 0,1018 1,968 BASIS Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
Tabel IV.11 LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011
NO. SEKTOR BANJARNEGARA JAWA
TENGAH TAHUN 2011 KETERANGAN
pi / p total Pi / P total LQ 2011
1 Pertanian 0,3498 0,1785 1,959 BASIS
2 Pertambangan & Penggalian 0,0053 0,0111 0,475 NON-BASIS
3 Industri 0,1302 0,3301 0,395 NON-BASIS
4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0049 0,0086 0,568 NON-BASIS
5 Konstruksi 0,0678 0,0593 1,143 BASIS
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1265 0,2177 0,581 NON-BASIS
7 Transportasi & Komunikasi 0,0462 0,0537 0,860 NON-BASIS
8 Keuangan 0,0617 0,0378 1,631 BASIS
9 Jasa Jasa 0,2076 0,1032 2,012 BASIS Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
Tabel IV.12 LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2012
NO. SEKTOR BANJARNEGARA JAWA
TENGAH TAHUN 2012 KETERANGAN
pi / p total Pi / P total LQ 2012
1 Pertanian 0,3426 0,1741 1,968 BASIS
2 Pertambangan & Penggalian 0,0052 0,0112 0,467 NON-BASIS
3 Industri 0,1283 0,3273 0,392 NON-BASIS
4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0050 0,0086 0,575 NON-BASIS
5 Konstruksi 0,0685 0,0596 1,149 BASIS
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1267 0,2216 0,572 NON-BASIS
7 Transportasi & Komunikasi 0,0478 0,0545 0,877 NON-BASIS
8 Keuangan 0,0636 0,0389 1,633 BASIS
9 Jasa Jasa 0,2124 0,1042 2,039 BASIS Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
Tabel IV.13 LQ Kabupaten Banjarnegara Tahun 2013
NO. SEKTOR BANJARNEGARA JAWA
TENGAH TAHUN 2013 KETERANGAN
pi / p total Pi / P total LQ 2013
1 Pertanian 0,3333 0,1681 1,982 BASIS
2 Pertambangan & Penggalian 0,0052 0,0112 0,466 NON-BASIS
3 Industri 0,1294 0,3276 0,395 NON-BASIS
4 Listrik, Gas & Air Minum 0,0051 0,0088 0,574 NON-BASIS
5 Konstruksi 0,0701 0,0603 1,163 BASIS
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0,1290 0,2251 0,573 NON-BASIS
7 Transportasi & Komunikasi 0,0481 0,0549 0,876 NON-BASIS
8 Keuangan 0,0669 0,0407 1,645 BASIS
9 Jasa Jasa 0,2129 0,1033 2,062 BASIS Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
Dari tabel perhitungan LQ di atas, dapat ditentukan mana sektor basis dan mana
sektor non basis dengan ketentuan sebagai berikut: LQ > 1 artinya sektor tersebut
menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan ekonomi, sektor terebut memiliki
keunggulan komparatif, hasilnya tidak hanya memenuhi kebutuhan di Kabupaten
Banjarnegara saja tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah
a. LQ = 1 artinya sektor tersebut tergolong sektor basis. Produksinya hanya
mampu untuk memenuhi kebutuhan di Kabupaten Banjarnegara saja dan
tidak mampu untuk diekspor ke luar wilayah.
b. LQ < 1 artinya sektor tersebut juga termasuk ke dalam sektor non basis.
Produksinya tidak dapat memenuhi kebutuhan wilayah Kabupaten
Banjarnegara sendiri, sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.
Berikut hasil perhitungan LQ pada sektor-sektor ekonomi di Kabupaten
Banjarnegara:
Tabel IV.14 Rata-rata LQ Tahun 2009-2013
NO. SEKTOR 2009 2010 2011 2012 2013 RATA-
RATA LQ KETERANGAN
1 Pertanian 1,912 1,918 1,959 1,968 1,982 1,948 BASIS
2 Pertambangan & Penggalian
0,482 0,473 0,475 0,467 0,466 0,473 NON-BASIS
3 Industri 0,418 0,401 0,395 0,392 0,395 0,400 NON-BASIS
4 Listrik, Gas & Air Minum 0,548 0,553 0,568 0,575 0,574 0,563 NON-BASIS
5 Konstruksi 1,157 1,130 1,143 1,149 1,163 1,148 BASIS
6 Perdagangan, Hotel & Restoran
0,594 0,592 0,581 0,572 0,573 0,583 NON-BASIS
7 Transportasi & Komunikasi 0,829 0,861 0,860 0,877 0,876 0,861 NON-BASIS
8 Keuangan 1,560 1,624 1,631 1,633 1,645 1,618 BASIS
9 Jasa - Jasa 1,877 1,968 2,012 2,039 2,062 1,991 BASIS
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
Dari perhitungan LQ Kabupaten Banjarnegara, diketahui bahwa sektor basisnya
adalah sektor pertanian; sektor konstruksi; sektor keuangan; dan sektor jasa-jasa.
Sedangkan sektor non-basisnya adalah sektor pertambangan dan penggalian; sektor
industri; sektor listrik, sektor gas dan air minum; sektor perdagangan, hotel dan
restoran; serta sektor transportasi dan komunikasi. Setelah diketahui, sektor basisnya
dapat diutamakan pengembangan atau peningkatan produksi pada sektor basisnya.
4.1.3 Perhitungan Shift Share
Data-data PDRB yang telah disajikan digunakan dalam analisis shift
share.Analisis Shift Share menganalisis perubahan kegiatan ekonomi pada periode
waktu tertentu, dalam laporan ini ialah 4 tahun.Hasil analisis digunakan untuk
mengetahui bagaimana perkembangan suatu sektor di suatu daerah/wilayah
dibandingkan secara relatif dengan sektor lainnya, apakah tumbuh cepat atau lambat.
Dari analisis ini, didapat nilai-nilai KPP (Komponen Pertumbuhan Nasional),
KPPW (Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah), PB (Pergeseran Bersih). Masing-
masing dari nilai-nilai ini dapat diinterpretasikan dan dapat menjelaskan kondisi tiap
sektor. Selain itu, didapat pula tipologi sektor berdasarkan gabungan antara KPP dan
KPPW, yang juga memiliki interpretasi tersendiri. Dalam analisis ini diasumsikan
bahwa perubahan produksi/kesempatan kerja dipengaruhi oleh 3 komponen
pertumbuhan wilayah, yaitu KPN, KPP, dan KPPW.
Tabel IV.15 Tabel Awal Perhitungan Shift Share
No. SEKTOR
BANJARNEGARA JAWA TENGAH
PDRB 2009
PDRB 2013 PDRB 2009 PDRB 2013 ri Ri Ra
yo Yt Yo Yt yit/yio Yit/Yio Yt/Yo
1 Pertanian 1016343,12 1119288,35 34.101.148,13 37.513.957,62 1,1013 1,1001 1,2628
2 Pertambangan & Penggalian 14669,27 17579,78 1.952.866,70 2.504.980,10 1,1984 1,2827 1,2628
3 Industri 374321,85 434528,67 57.444.185,45 73.092.337,30 1,1608 1,2724 1,2628
4 Listrik, Gas & Air Minum 12715,20 17056,26 1.489.552,65 1.973.195,73 1,3414 1,3247 1,2628
5 Konstruksi 185754,77 235383,94 10.300.647,63 13.449.631,46 1,2672 1,3057 1,2628
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 349819,18 433087,86 37.766.356,61 50.209.544,03 1,2380 1,3295 1,2628
7 Transportasi & Komunikasi 118822,74 161397,23 9.192.949,90 12.238.463,10 1,3583 1,3313 1,2628
8 Keuangan 162948,45 224670,11 6.701.533,13 9.073.225,04 1,3788 1,3539 1,2628
9 Jasa - Jasa 518541,13 715077,50 17.724.216,37 23.044.405,96 1,3790 1,3002 1,2628
Total 2.753.936 3.358.070 176.673.457 223.099.740 11,4233 11,6004 11,3650
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014.
KPN merupakan komponen share dan sering disebut sebagai national share.
Pada Kabupaten Banjarnegara, terdapat perubahan produksi atau kesempatan kerja
sebanyak 26,28% di suatu wilayah yg disebabkan oleh perubahan produksi atau KK
secara umum, kebijakan ekonomi nasional dan kebijakan lain yg mampu
mempengaruhi sektor perekonomian dalam suatu wilayah. Contoh kebijakan
dimaksud: kebijakan kurs, pengendalian inflasi dan masalah pengangguran serta
kebijakan dalam perpajakan.
Tabel IV.16 Perhitungan Komponen Pertumbuhan Wilayah
SEKTOR KPN KPP KPPW pertumbuhan ekonomi
Ra - 1 Ri - Ra ri - Ri shift share manual
Pertanian 26,28% -16,27% 0,12% 10,13% 10,13%
Pertambangan & Penggalian 26,28% 1,99% -8,43% 19,84% 19,84%
Industri 26,28% 0,96% -11,16% 16,08% 16,08%
Listrik, Gas & Air Minum 26,28% 6,19% 1,67% 34,14% 34,14%
Konstruksi 26,28% 4,29% -3,85% 26,72% 26,72%
Perdagangan, Hotel & Restoran 26,28% 6,67% -9,14% 23,80% 23,80%
Transportasi & Komunikasi 26,28% 6,85% 2,70% 35,83% 35,83%
Keuangan 26,28% 9,11% 2,49% 37,88% 37,88%
Jasa Jasa 26,28% 3,74% 7,89% 37,90% 37,90% Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014.
Dari komponen KPP, dalam perhitungan di atas dapat terlihat bahwa nilai KPP
sektor pertanian bernilai negatif yaitu sebesar -16,27% dan sektor lainnya bernilai
positif. Hal ini berarti sektor pertanian dalam Kabupaten Banjarnegara secara nasional
tumbuh secara lambat, sedang sektor lain dalam Kabupaten Banjarnegara secara
nasional tumbuh secara cepat.
Dari sini dapat diinterpretasikan bahwa produksi atau kesempatan kerja pada
sektor pertanian di Kabupaten Banjarnegara menurun karena terdapat komposisi
sektor-sektor industri yang meningkat, adanya perbedaan sektor dalam permintaan
produk akhir, serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Berikut arti dari
nilai KPP dari hasil perhitungan yang didapat:
Tabel IV.17 Interpretasi Nilai KPP Pada Sektor-Sektor
No. Sektor KPP
Keterangan + / -
1 Pertanian -16,27% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh lambat
2
Pertambangan &
Penggalian 1,99% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh cepat
3 Industri 0,96% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh cepat
4 Listrik, Gas & Air Minum 6,19% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh cepat
5 Konstruksi 4,29% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh cepat
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran 6,67% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh cepat
7
Transportasi &
Komunikasi 6,85% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh cepat
8 Keuangan 9,11% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh cepat
9 Jasa Jasa 3,74% Spesialisasi dalam sektor yg secara nasional
tumbuh cepat Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014.
Kemudian nilai KPPW pada perhitungan di atas bernilai positif pada pertanian;
listrik, gas, dan air minum; transportasi dan komunikasi; keuangan; dan jasa-jasa.
Sedang pada sektor-sektor lain seperti pertambangan dan penggalian; industri;
konstruksi; serta perdagangan, hotel, dan restoran bernilai positif. Sektor-sektor
dengan KPPW bernilai positif, yaitu pertambangan dan penggalian; industri;
konstruksi; serta perdagangan, hotel, dan restoran; adalah sektor yang dapat
bersaing. Sebaliknya, sektor-sektor dimana komponen KPPW bernilai negatif, yaitu
pertanian; listrik, gas, dan air minum; transportasi dan komunikasi; keuangan; dan
jasa-jasa; merupakan sektor yang tidak dapat bersaing.
Kemampuan untuk dapat bersaing atau tidaknya sebuah/beberapa sektor itu
ditentukan oleh perubahan produksi atau kesempatan kerja, yang disebabkan oleh
keunggulan komparatif atau keuntungan lokasional, dukungan kelembagaan,
prasarana sosial ekonomi serta kebijakan lokal di wilayah tersebut. Dapat dikatakan
bahwa sektor-sektor di Kabupaten Banjarnegara dengan nilai KPPW positif tersebut
merupakan sektor yang memiliki lokasi yang menguntungkan; kelembagaan
pemerintah maupun swasta mendukung; adanya prasarana sosial-ekonomi yang
mendukung seperti jalan, pasar, bank, listrik, dan air; serta adanya kebijakan lokal
terkait dengan sektor tersebut yang tentu juga mendukung. Dengan adanya
keuntungan lokasional, dukungan kelembagaan, prasarana sosial-ekonomi, serta
kebijakan lokal wilayah tersebut, maka akan terdapat perubahan postif
(peningkatan/penambahan) produksi atau kesempatan kerja sehingga sektor-sektor
tersebut dapat bersaing atau memiliki keunggulan komparatif. Berikut arti dari nilai
KPPW dari hasil perhitungan yang didapat:
Tabel IV.18 Interpretasi Nilai KPPW Pada Sektor-Sektor
No. Sektor KPPW
Keterangan + / -
1 Pertanian 0,12% Mempunyai daya saing
2 Pertambangan & Penggalian -8,43% Tidak mempunyai daya saing
3 Industri -11,16% Tidak mempunyai daya saing
4 Listrik, Gas & Air Minum 1,67% Mempunyai daya saing
5 Konstruksi -3,85% Mempunyai daya saing
6
Perdagangan, Hotel &
Restoran -9,14% Mempunyai daya saing
7 Transportasi & Komunikasi 2,70% Tidak mempunyai daya saing
8 Keuangan 2,49% Mempunyai daya saing
9 Jasa Jasa 7,89% Tidak mempunyai daya saing
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014.
Perhitungan lainnya adalah perhitungan bersih, yang didapat dari penjumlahan
KPP dan KPPW. Pada perhitungan bersih (PB), diketahui bahwa sektor pertanian;
pertambangan dan penggalian; industri; serta perdagangan, hotel dan restoran
merupakan sektor-sektor memiliki nilai PB negatif. Hal ini menjelaskan bahwa sektor-
sektor tersebut tidak memiliki progress, atau perkembangannya stagnan.Sedang
sektor listrik, gas, dan air minum; konstruksi; transportasi dan komunikasi;
keuangan;serta jasa-jasa memiliki nilai PB positif. Berarti pada sektor-sektor ini, tidak
terdapat kemajuan. Berikut arti dari nilai PB dari hasil perhitungan yang didapat:
Tabel IV.19 Interpretasi Nilai KPPW Pada Sektor-Sektor
NO. SEKTOR KPP KPPW KPP + KPPW (PB)
KETERANGAN
1 Pertanian -16,27% 0,12% -16,15% mundur
2 Pertambangan & Penggalian 1,99% -8,43% -6,44% mundur
3 Industri 0,96% -11,16% -10,19% mundur
4 Listrik, Gas & Air Minum 6,19% 1,67% 7,86% Progresif
5 Konstruksi 4,29% -3,85% 0,44% Progresif
6 Perdagangan, Hotel & Restoran 6,67% -9,14% -2,47% Mundur
7 Transportasi & Komunikasi 6,85% 2,70% 9,55% Progresif
8 Keuangan 9,11% 2,49% 11,60% Progresif
9 Jasa - Jasa 3,74% 7,89% 11,62% Progresif Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014.
4.1.4 Analisis Tipologi
a. Analisis Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara (KPP-KPPW)
Hasil dari perhitungan KPP-KPPW dapat digambarkan dalam suatu bagan
tipologi. Bagan terbagi dalam empat kuadran.KPP dibagi menjadi kanan dan kiri;
kanan untuk KPP positif dan kiri untuk KPP negatif. Sedang KPPW terbagi
menjadi atas dan bawah; atas untuk KPPW positif dan bawah KPPW negatif.
Bagan dapat dilihat seperti sebagai berikut:
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
Gambar 4.6 Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara berdasarkan Komponen KKP-KPPW
Tahun 2009-2013
Pada tipologi di atas, dapat diketahui bahwa pertanian merupakan sektor
yang secara nasional di tumbuh lambat (KPP bernilai negatif) tetapi dapat
bersaing (KPPW bernilai positif). Hal ini dapat terjadi karena sektor pertanian
memiliki lokasi yang menguntungkan; kelembagaan pemerintah daerah maupun
swasta yanga ada mendukung; terdapat prasarana sosial-ekonomi yang
mendukung seperti jalan, pasar, bank, listrik, dan air; serta adanya kebijakan
lokal terkait dengan sektor tersebut yang juga mendukung.Beberapa kebijakan
yang mendukung sektor pertanian ini antara lain: memanfaatkan iptek nuklir
untuk berbagai hal termasuk untuk menghasilkan benih-benih unggul,
pengadaan lokakarya yang bertujuan mengembangkan zona zona komoditas,
merumuskan rencana aksi pengembangkan komoditas pertanian unggulan,
mendukung kegiatan Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) Dintankanak
dengan melakukan rakor P2BN, menginventarisir data lahan sawah dan lahan
padi gogo, memperluas penanaman padi varietas 13 yang toleran terhadap
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
-20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% 15%
KKPW
KKP
TIPOLOGI SEKTOR EKONOMI KABUPATEN BANJARNEGARA BERDASARKAN KOMPONEN KKP-KKPW
TAHUN 2009-2013
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri
Listrik, Gas & Air Minum
Konstruksi
Perdagangan, Hotel & Restoran
Transportasi & Komunikasi
Keuangan
Jasa - Jasa
ancaman serangan WBC, melakukan pengamatan OPT secara intensif,
melakukan pengendalian WBC secara terpadu, mendukung diseminasi teknologi
melalui pembelajaran di Laboratorium Lapangan (sistem penyampaian informasi
teknologi pertanian kepada masyarakat pertanian dalam rangka pendidikan dan
pengembangan usaha produktif untuk meningkatkan kesejahteraan), serta
pemberian Bantuan Langsung Benih Unggul berupa padi non Hibrida, Padi
Hibrida, Padi Gogo, Jagung serta Kedelai, serta padi sistem of rice intensification
(SRI) dan pupuk organik.
b. Analisis Sektor Ekonomi Unggulan
1) Tipologi Sektor Ekonomi Berdasarkan Gabungan Nilai LQ-KPPW
Analisis sektor ekonomi unggulan ini didapat dari tipologi sektor
ekonomi berdasarkan gabungan nilai rata-rata LQ Kabupaten Banjarnegara
tahun 2009-2013 dan komponen KPPW Kabupaten Banjarnegara yang
tabelnya dapat dilihat pada tabel IV.20.
Tabel IV.20 Tabel Nilai Rata-Rata LQ dan KPPW Kabupaten Banjarnegara
NO SEKTOR RATA-RATA
LQ KPPW INTERPRETASI KPPW
RATA-RATA
LQ KPPW
1 Pertanian 1.948 0.12% MEMPUNYAI DAYA SAING
LQ>1 KPPW>0
2 Pertambangan & Penggalian
0.473 -8.43% TIDAK MEMPUNYAI DAYA SAING
LQ
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
Gambar 4. 7 Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan Gabungan Nilai LQ dan
Komponen KPPW
Berdasarkan Gambar 4.7 dapat dilihat bahwa sektor jasa-jasa,
keuangan, dan pertanian merupakan sektor basis dan berdaya saing, yang
artinya ketiga sektor tersebut didukung kebijakan lokal/daerah dan
mendapat dorongan percepatan pertumbuhan nasional. Sedangkan sektor
konstruksi/bangunan merupakan sektor basis juga tetapi tidak berdaya
saing. Hal itu terjadi karena sektor konstruksi tidak didukung oleh kebijakan
lokal/daerah dan adanya pengaruh perlambatan pertumbuhan dari nasional.
Sektor non-basis dan berdaya saing di Kabupaten Banjarnegara adalah
sektor listrik,gas, dan air minum serta sektor transportasi dan komunikasi
yang artinya dua sektor tersebut tidak menjadi sektor unggulan di
Kabupaten Banjarnegara namun keduanya merupakan sektor yang
mendapat dorongan percepatan pertumbuhan nasional. Sedangkan sektor
non-basis dan tidak berdaya saing di Kabupaten Banjarnegara adalah
sektor pertambangan dan penggalian; sektor perdagangan, hotel, dan
restoran; serta sektor industri.
Dari topologi tersebut, sektor ekonomi yang dapat dikembangkan atau
sektor unggulan di Kabupaten Banjarnegara adalah sektor jasa-jasa,
keuangan, pertanian, dan konstruksi/bangunan.
-15%
-10%
-5%
0%
5%
10%
0.0 1.0 2.0 3.0
KKPW
LQ
TIPOLOGI SEKTOR EKONOMI KABUPATEN BANJARNEGARA BERDASARKAN GABUNGAN NILAI LQ DAN KOMPONEN KKPW
(SEKTOR EKONOMI UNGGULAN)TAHUN 2009 DAN 2013
Pertanian
Pertambangan & PenggalianIndustri
Listrik, Gas & Air MinumKonstruksi
Perdagangan, Hotel & RestoranTransportasi & KomunikasiKeuangan
Jasa - Jasa
SEKTOR BASIS & BERDAYA SAING
SEKTOR BASIS & TIDAK BERDAYA SAING
SEKTOR NONBASIS&
BERDAYA SAING
SEKTOR NONBASIS& TIDAK BERDAYA SAING
2) Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara berdasarkan LQ dan
PB
Analisis sektor ekonomi unggulan juga dapat dilihat dari tipologi sektor
ekonomi berdasarkan gabungan nilai rata-rata LQ dan Pergeseran Bersih
Kabupaten Banjarnegara tahun 2009-2013 yang tabelnya dapat dilihat pada
tabel IV.21.
Tabel IV.21 Tipologi Sektor Ekonomi Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan LQ dan PB
Tahun 2009-2013
NO SEKTOR RATA-RATA
LQ PB
NILAI LQ
NILAI PB
1 Pertanian 1.948 -16.15%
LQ>1 PB
Sumber: Hasil Analisis Kelompok 15B, 2014
Gambar 4.8 Tipologi Sektor Unggulan Kabupaten Banjarnegara Berdasarkan LQ dan PB Tahun 2009-2013
Berdasarkan Gambar 4.8 sektor unggulan Kabupaten Banjarnegara
yang menjadi prioritas utama dalam pengembangan sektor ekonomi wilayah
adalah sektor keuangan, jasa-jasa, dan konstruksi. Sedangkan sektor
potensial Kabupaten Banjarnegara yang menjadi prioritas kedua adalah
sektor pertanian. Sektor pertanian menjadi sektor yang potensial karena di
Kabupaten Banjarnegara lahan pertanian mempunyai luas yang cukup
banyak. Sektor berkembang yang menjadi prioritas ketiga bagi Kabupaten
Banjarnegara adalah sektor transportasi dan komunikasi serta sektor listrik,
gas, dan air minum. Untuk sektor terberlakang yang merupakan sektor
ekonomi yang tidap perlu menjadi prioritas pengembangan Kabupaten
Banjarnegara ada tiga sektor. Ketiga sektor tersebut adalah sektor
perdagangan, hotel, dan restoran; sektor industri; dan sektor pertambangan
dan penggalian.
4.2 Analisis Intra Wilayah
Berdasarkan tipologi KPP-KPPW, LQ-PB, dan LQ-KPPW didapatkan empat sektor
yang berada di kuadran pertama yang berarti sektor unggulan dari Kabupaten
PB
Banjarnegara, sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa, sektor
konstruksi/bangunan, dan sektro keuangan yang akan dijabarkan sebagai berikut:
4.2.1 Sektor Pertanian
Tabel IV.22 PDRB Sektor Pertanian Per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)
NO KECAMATAN PDRB SEKTOR PERTANIAN RATA-
RATA PRIORITAS
2009 2010 2011 2012 2013
16 Pejawaran 152.877,93 161.575,98 166.817,18 172.109,84 176.843,79 166.045 1
17 Batur 142.343,44 150.187,46 154.636,84 159.145,38 163.349,93 153.933 2
9 Madukara 96.538,85 98.610,54 102.416,39 106.248,51 109.917,43 102.746 3
18 Wanayasa 70.514,16 72.818,23 72.943,68 75.496,09 77.497,49 73.854 4
4 Purwanegara 72.962,90 68.173,01 71.497,57 73.002,50 74.422,17 72.012 4
13 Punggelan 63.623,66 66.457,75 66.727,77 69.057,38 71.084,79 67.390 4
10 Banjarmangu 52.785,92 52.175,71 52.121,63 53.166,10 54.399,27 52.930 4
3 Mandiraja 40.409,59 42.550,38 43.374,89 44.480,78 44.783,32 43.120 5
5 Bawang 38.013,41 39.067,05 39.896,24 40.651,91 41.711,59 39.868 5
19 Kalibening 35.216,11 34.808,07 35.161,29 36.869,56 37.860,08 35.983 5
14 Karangkobar 34.703,56 33.554,86 34.127,25 35.114,59 35.844,18 34.669 5
8 Sigaluh 31.529,74 33.238,80 33.265,93 34.017,95 34.777,57 33.366 5
1 Susukan 29.307,45 30.352,93 30.844,63 31.864,66 32.027,67 30.879 5
6 Banjarnegara 31.536,63 29.793,99 30.271,97 30.827,82 30.632,55 30.613 5
15 Pagentan 28.956,54 28.370,88 29.286,98 30.726,82 31.905,15 29.849 5
12 Rakit 23.831,69 24.543,47 25.964,49 27.123,54 27.639,34 25.821 5
11 Wanadadi 24.415,55 22.474,81 23.130,72 23.614,10 24.251,73 23.577 5
2 Purwareja Klampok 18.149,40 18.640,00 19.310,17 19.694,11 19.765,99 19.112
5
20 Pandanarum 16.327,11 16.367,48 16.362,03 17.040,10 17.756,18 16.771 5
7 Pagedongan 12.299,51 11.797,32 11.928,91 12.485,59 12.863,13 12.275 5
Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013
Dalam analisis intrawilayah untuk sektor pertanian yang akan dikembangkan
menggunakan rata-rata hasil PDRB Sektor Pertanian per kecamatan di Kabupaten
Banjarnegara dari tahun 2009-2013. Dari data tersebut, kemudian dikelompokkan
untuk mengetahui prioritas pengembangan sektor pertanian di setiap kecamatan. Hasil
dari analisis tersebut, diketahui bahwa Kecamatan Penjawaran merupakan
kecamatan yang dapat menjadi prioritas dalam pengembangan sektor pertanian
karena mempunyai nilai rata-rata PDRB Sektor Pertanian yang tertinggi. Prioritas
kedua dalam pengembangan sektor pertanian adalah Kecamatan Batur dan perioritas
ketiga berada di Kecamatan Madukara. Sedangkan prioritas keempat adalah
Kecamatan Wanayasa, Kecamatan Purwanegara, Kecamatan Punggelan, dan
Kecamatan Banjarmangu. Sementara untuk prioritas terakhir dalam pengembangan
sektor pertanian adalah kecamatan-kecamatan lainnya. Kecamatan tersebut adalah
Madiraja, Bawang, Kalibening, Karangkobar, Sigaluh, Susukan, Banjarnegara,
Pagentan, rakit, Wanadadi, Purwareja Klampok, Pandanarum, dan Pagedongan.
4.2.2 Sektor Jasa-jasa
Tabel IV.23 PDRB Sektor Jasa Per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)
NO KECAMATAN PDRB SEKTOR JASA RATA-
RATA PRIORITAS
2009 2010 2011 2012 2013
20 Banjarnegara 167.893,07 182.273,74 196.732,43 210.841,78 223.128,16 196.174 1
19 Purwareja Klampok 48.283,39 53.571,57 59.147,08 63.673,58 68.983,51 58.732
2
18 Bawang 32.696,42 37.454,92 40.235,64 43.101,48 44.996,93 39.697 3
17 Purwanegara 26.805,77 31.848,64 35.042,48 38.323,07 40.901,77 34.584 3
16 Banjarmangu 21.820,42 25.451,84 28.004,20 30.595,97 32.120,24 27.599 4
15 Punggelan 22.405,18 24.615,36 26.377,72 28.068,08 29.871,39 26.268 4
14 Rakit 20.777,86 23.062,79 25.375,57 27.317,55 27.944,61 24.896 4
13 Mandiraja 18.548,97 22.015,17 23.726,90 25.439,36 27.222,85 23.391 4
12 Kalibening 18.949,72 20.926,40 23.024,93 24.676,86 26.053,86 22.726 4
11 Madukara 17.549,05 20.445,93 22.080,59 23.948,83 25.123,38 21.830 4
1 Susukan 17.066,38 19.806,31 21.792,52 23.870,87 24.969,02 21.501 4
10 Wanadadi 17.534,79 19.717,59 21.129,29 22.483,32 23.138,99 20.801 4
9 Batur 14.482,20 15.644,44 17.114,93 18.436,91 19.808,31 17.097 5
8 Wanayasa 13.616,52 15.294,73 16.889,70 18.270,10 19.443,91 16.703 5
7 Pagentan 12.311,03 13.868,27 15.212,05 16.636,16 17.536,38 15.113 5
6 Pagedongan 11.814,12 13.749,23 15.215,61 16.516,25 17.242,57 14.908 5
5 Sigaluh 12.955,99 13.653,59 14.641,73 15.595,46 15.965,15 14.562 5
4 Karangkobar 9.514,61 10.730,33 11.806,38 12.716,03 13.101,24 11.574 5
3 Pejawaran 7.896,03 8.568,78 9.301,15 9.999,23 10.477,94 9.249 5
2 Pandanarum 5.619,60 5.778,29 6.357,75 6.897,76 7.047,29 6.340 5
Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013
Analisis Intra Wilayah Kabupaten Banjarnegara untuk sektor jasa, diketahui
bahwa Kecamatan Banjanegara adalah kecamatan yang menjadi prioritas utama
untuk pengembangan sektor jasa. Hal tersebut karena Kecamatan Banjarnegara
mempunyai nilai rata-rata tertinggi untuk hasil PDRB Sektor Jasa dibandingkan
kecamatan lainnya. Hal tersebut didukung dengan status Kecamatan Banjarnegara
sebagai ibukota Kabupaten Banjarnegara. Sementara, untuk prioritas kedua berada di
Kecamatan Purwareja Klampok. Dan prioritas ketiga berada di Kecamatan Bawang
dan Kecamatan Purwanegara. Sedangkan untuk prioritas keempat berada di
Kecamatan Banjarmangu, Kecamatan Punggelan, Kecamatan Rakit, Kecamatan
Mandiraja, Kecamatan Kalibening, Kecamatan Madukara, Kecamatan Susukan, dan
Kecamatan Wanadadi. Kecamatan yang menjadi prioritas terakhir atau prioritas kelima
adalah Kecamatan Batur, Wanayasa, Pagentan, Pagedongan, Sigaluh, Karangkobar,
Pajawaran, dan Pandanarum.
4.2.3 Sektor Konstruksi/Bangunan
Tabel IV.24 PDRB Sektor Konstruksi/Bangunan Per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)
NO KECAMATAN PDRB SEKTOR BANGUNAN
RATA-RATA
PRIORITAS 2009 2010 2011 2012 2013
20 Banjarnegara 34.810,89 36.270,67 38.754,21 42.487,49 46.055,54 39.676 1
19 Purwareja Klampok 23.406,22 24.480,27 25.968,09 27.484,90 29.594,65 26.187
2
18 Purwanegara 20.464,02 21.382,31 22.749,85 24.504,88 26.512,24 23.123 3
17 Bawang 11.922,58 12.218,93 12.966,76 12.658,81 13.505,22 12.654 4
16 Banjarmangu 11.042,36 11.238,17 11.995,41 13.099,62 14.171,80 12.309 4
15 Batur 9.625,77 9.882,67 10.441,10 11.448,82 12.399,70 10.760 4
14 Sigaluh 8.786,34 9.074,39 9.612,07 10.430,35 11.196,18 9.820 4
13 Mandiraja 8.391,20 8.758,71 9.491,43 10.409,03 11.122,85 9.635 4
12 Madukara 6.475,42 6.819,39 7.218,87 7.263,32 7.873,42 7.130 5
1 Susukan 6.336,90 6.531,34 6.917,47 7.493,18 8.023,57 7.060 5
11 Wanadadi 5.675,86 5.778,13 6.347,53 6.871,16 7.364,30 6.407 5
10 Kalibening 5.606,48 5.764,82 6.229,75 6.822,78 7.271,25 6.339 5
9 Pejawaran 5.405,14 5.512,96 5.827,35 6.355,69 6.829,11 5.986 5
8 Karangkobar 5.144,96 5.288,03 5.694,40 6.163,32 6.689,11 5.796 5
7 Pagentan 4.666,03 4.814,28 5.143,93 5.596,41 5.970,61 5.238 5
6 Wanayasa 4.716,87 4.845,00 5.224,42 4.939,52 5.241,23 4.993 5
5 Punggelan 4.610,48 4.746,20 5.178,02 4.892,10 5.275,03 4.940 5
4 Rakit 3.430,74 3.506,43 3.840,21 4.162,95 4.487,17 3.886 5
3 Pagedongan 3.631,68 3.705,62 3.961,37 3.750,20 4.017,85 3.813 5
2 Pandanarum 1.604,84 1.622,23 1.763,89 1.677,53 1.780,13 1.690 5
Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2013
Analisis Intra Wilayah Kabupaten Banjarnegara untuk sektor kontruksi, diketahui
bahwa Kecamatan Banjanegara adalah kecamatan yang menjadi prioritas utama
untuk pengembangan sektor kontruksi. Hal tersebut karena Kecamatan Banjarnegara
mempunyai nilai rata-rata tertinggi untuk hasil PDRB Sektor Kontruksi dibandingkan
kecamatan lainnya sama seperti PDRB Sektor Jasa. Sementara, untuk prioritas kedua
dan ketiga berturut-turut berada di Kecamatan Purwareja Klampok dan Kecamatan
Purwanegara. Sedangkan untuk prioritas keempat berada di Kecamatan Bawang,
Mandiraja, Banjarmangu, Batur, dan Sigaluh. Untuk kecamatan yang mempunyai
prioritas pengembangan sektor bangunan terendah berada di Kecamatan Madukara,
Susukan, Wanadadi, Kalibening, Pejawaran, Karangkobar, Pagetan, Wanayasa,
Punggelan, Rakit, Pagedongan, dan Pandanarum.
4.2.4 Sektor Keuangan
Tabel IV.25 PDRB Sektor Keuangan Per Kecamatan Kabupaten Banjarnegara
Tahun 2009-2013 (Juta Rupiah)
NO KECAMATAN PDRB SEKTOR KEUANGAN
RATA-RATA
PRIORITAS 2009 2010 2011 2012 2013
6 Banjarnegara 42.222,34 47.028,36 50.198,95 53.930,20 59.023,98 50.481 1
9 Madukara 12.639,19 20.445,93
13,962,78 15.027,36 16.764,07 16.219 2
3 Mandiraja 13.608,48 14.785,39 15.819,53 16.961,86 18.618,47 15.959 2
8 Sigaluh 11.151,33 12.229,36 13.037,20 14.321,77 15.888,67 13.326 2
1 Susukan 11.314,61 11.682,29 12.205,55
13,404,39
14,654,05 11.734 3
11 Wanadadi 9.689,69 10.560,80 11.316,63 12.397,73 13.801,88 11.553 3
17 Batur 9.197,55 10.043,49 10.503,49 11.387,78 12.965,16 10.819 3
2 Purwareja Kla