Kerajaan KalinggaDisusun Oleh :
Amam Baharullah (04)
Cheryl Brigita V. (08)
Izzatul Nafilah F. (16)
Mega Maduratna J. (18)
RP. Ach. Akbar S. (30)
Taffana Dianti (33)
Asal Usul Kerajaan
Kondisi Geografis
Kehidupan Kerajaan Kalingga
Masa Kejayaan
Penyebab Runtuhnya Kerajaan
Peninggalan
Asal-Usul Kerajaan Kalingga Kalingga adalah kerajaan
bercorak Budha di Jawa Tengah sekitar abad ke-7 M. Nama
“Kalingga” berasal dari sebuah nama kerajaan yang terdapat di
wilayah India Selatan. Lokasinya masih diperdebatkan,
kemungkinan di sekitar Blora dan Cepu (Jawa Tengah). Sumber
sejarah kerajaan ini kebanyakan diperoleh dari sumber Cina,
tradisi atau kisah setempat, dan naskah Carita Parahyangan yang
disusun berabad-abad kemudian.
Asal-Usul Kerajaan Kalingga
Letak wilayahnya masihdiperdebatkan. Berita Cina dari DinastiTang menyebut Kalingga sebagai She-p’odan letaknya di Laut Selatan berbatasandengan P’o-Li(Bali) di Timur, To-p’o-teng(Sumatra) di Barat, Lautan di Selatandan Chen-la(Kamboja) di Utara.
Pada pertengahan musim panas,apabila orang mendirikan gnomon setinggi8 kaki, bayangannya akan jatuh ke selatandengan panjang dua kaki empat inci.Berdasarkan perhitungan tsb, letakkalingga berada pada posisi 68’LU. Olehkarena itu, Kalingga tidak mungkin beradadi Jawa.
Kondisi Geografis
Akan tetapi, keberadaan berita tersebut di bantah para
sejarawan yang mengatakan bahwa penulis berita Cina membuat suatu
kesalahan. Seharusnya waktu yang dicatat adalah pertengahan musim
dingin sehingga bayangan dari gnomon jatuh di sebelah utara. Dengan
demikian, Kerajaan Kalingga terletak di sekitar pantai utara Jawa
Tengah.
Keberadaan Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah, didukung para
sejarawan Belanda seperti N.J. Krom, George Coedes, W.F Mayer, dan
W.J. Van der Meulen. Mereka berpendapat bahwa pusat Kalingga
berada di suatu tempat antara Kabupaten Pekalingan dan Kabupaten
Jepara sekarang.
Kehidupan Politik
Kehidupan Ekonomi
Kehidupan Agama
Kehidupan Sosbud
Berbagai Macam Aspek Kehidupan Kerajaan Kalingga
Pada abad VII masehi Kalingga dipimpin oleh Ratu Sima yang
menjalankan pemerintahan dengan tegas, keras, adil dan bijaksana. Dia
melarang rakyatnya untuk mengambil barang yang bukan milik mereka
yang tercecer di jalan.
Menurut naskah Carita Parahyangan, Ratu Sima memiliki cucu
bernama Sanaha yang menikah dengan Raja Brantasenawa dari
Kerajaan Galuh. Sanaha memiliki anak bernama Sanjaya yang kelak
menjadi Raja Kerajaan Mataram Kuno dan mendirikan Dinasti Sanjaya.
Kehidupan Politik
Kerajaan Kalingga mengembangkan perekonomian perdagangan
dan pertanian. Kalingga merupakan daerah penghasil kulit penyu,
emas, perak, cula, badak, dan gading sebagai barang dagangan.
Sementara wilayah pedalaman yang subur, dimanfaatkan penduduk
untuk mengembangkan pertanian. Hasil-hasil pertanian yang
diperdagangkan antara lain beras dan minuman. Penduduk Kalingga
dikenal pandai membuat minuman berasal dari bunga kelapa dan bunga
aren. Dari hasil perdagangan dan pertanian terebut, penduduk Kalingga
hidup makmur.
Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Kalingga merupakan pusat agama Buddha di Jawa.
Agama Buddha yang berkembang di Kalingga merupakan ajaran
Buddha Hinayana. Pada tahun 664 Seorang pendeta Buddha dari
Cina bernama Hwi-ning berkunjung ke Kalingga. Ia datang untuk
menerjemahkan sebuah naskah terkenal agama Buddha Hinayana
dari bahasa Sansakerta dalam bahasa Cina. Usaha Hwi-ning
dibantu oleh seorang pendeta Buddha dari Jawa bernama
Jnanabadra.
Kehidupan Agama
Penduduk Kalingga hidup dengan teratur. Ketertiban dan
ketentraman sosial di Kalingga dapat berjalan dengan baik berkat
kepepimpinan Ratu Sima yang tegas dan bijaksana dalam
menjalankan hukum dan pemerintahan. Di samping itu, rakyat
sangat menghormati dan mentaati segala keputusan Ratu Sima.
Dalam menegakkan hukum Ratu Sima tidak membedakan antara
rakyat dan anggora kerabatnya sendiri, ia hanya membina dan
sebagi penguasa kerajaan.
Kehidupan Sosbud
Karena sifat Ratu Sima yang sangat keras ia langsung mendirikan
lembaga masyarakat untuk membantu dirinya dalam mengatasi
rakyatnya. Lembaga yang sudah terbentuk sudah memberlakukan
sistem perundang-undangan. Beliau telah membuat dan
menyusun perundang-undangan yang sempurna dengan dibantu
lembaga masyarakat. Hadirnya sistem perundang-undangan
tersebut berjalan dengan baik.
Di bawah kekuasaan Ratu Sima, kerajaan kalingga mengalami
masa kejayaan. Pada saat itu, semua rakyat hidup dengan tenteram dan
makmur. Mereka tunduk dan patuh terhadap segala perintah ratu sima
bahkan tidak ada seorang pun rakyat atau pejabat kerajaan yang berani
melanggarnya.
Pada suatu hari, ada seorang raja yang sangat penasaran dengan
kejujuran rakyat holing. Raja itu bernama Raja Tache. Ia berkeinginan
untuk menguji kejujuran rakyat holing. Untuk membuktikannya, raja
Tache mengirim utusan ke holing. Utusan tersebut diperintahkan untuk
meletakkan pundi-pundi emas secara diam-diam di tengah jalan dekat
keramaian pasar. Tetapi tidak ada seorang pun yang berani menyentuh
pundi-pundi emas tersebut hingga 3 tahun lamanya.
Masa Kejayaan
Namun, pada suatu hari sang putera mahkota sedang berjalan-jalanmelewati pasar tersebut. Ketika berjalan, kaki putera mahkota tidaksengaja menyenggol pundi-pundi emas. Salah seorang warga melihatkejadian itu dan ia melaporkan kepada pemerintah kerajaan. Laporantersebut terdengar oleh Ratu Sima. Ia langsung memerintahkan kepadahakim untuk membunuh anaknya sendiri. Ratu sima menganggap itutindakan kejahatan pencurian.
Beberapa patih kerajaan tidak setuju dengan keputusan yangdiambil oleh ratu sima. Mereka mengajukan pembelaan untuk puteramahkota kpd Ratu Sima. Mereka meminta agar putera mahkota tidakdibunuh melainkan hanya dipotong kakinya saja. Pembelaan patihkerajaan disetujui oleh ratu sima. Oleh karena itu, untuk menebuskesalahan kaki putera mahkota.
Perkembangan kerajaan ho – ling selanjutnya tidak diketahui
dengan jelas. Kemungkinan dipindahkan ke Jawa Timur. Ada satu
berita dari China yang mengatakan bahwa ibukota kerajaan ho-
ling dipindahkan ke Jawa Timur oleh Ki-Yen mungkin seorang
rakryan, tapi sebab-sebab kepindahan tidak diketahui. Di Malang,
Jawa Timur di desa Dinoyo ditemukan sebuah prasasti berupa
angka tahun 760 M yang isinya mengenai pembuatan sebuah arca
Agastya.
Penyebab Runtuhnya
Prasasti Tukmas• Ditemukan di lereng barat Gunung Merapi,
tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak,Kecamatan Grabag, Magelang di JawaTengah.
• Bertuliskan huruf Pallawa yang berbahasaSanskerta.
• Isi prasasti menceritakan tentang mata airyang bersih dan jernih. Sungai yangmengalir dari sumber air tersebut disamakandengan Sungai Gangga di India.
• Pada prasasti itu ada gambar-gambar sepertitrisula, kendi, kapak, kelasangka, cakra danbunga teratai yang merupakan lambangkeeratan hubungan manusia dengan dewa-dewa Hindu.
Peninggalan
Prasasti Sojomerto
• Ditemukan di Desa Sojomerto, Kecamatan
Reban, Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
• Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa
Melayu Kuno
• Berasal dari sekitar abad ke-7 masehi.
• Bersifat keagamaan Siwais.
• Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh
utamanya, Dapunta Selendra, yaitu ayahnya
bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati,
sedangkan istrinya bernama Sampula. Prof. Drs.
Boechari berpendapat bahwa tokoh yang
bernama Dapunta Selendra adalah cikal-bakal
raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang
berkuasa di Kerajaan Mataram Hindu.
• Bahan prasasti ini adalah batu andesit dengan
panjang 43 cm, tebal 7 cm, dan tinggi 78 cm.
Tulisannya terdiri dari 11 baris yang sebagian
barisnya rusak terkikis usia.
Candi Angin
• Candi Angin terdapat di desa
Tempur, Kecamatan Keling,
Kabupaten Jepara. Karena letaknya
yang tinggi tapi tidak roboh terkena
angin, maka dinamakan “Candi
Angin”.
• Menurut para penelitian Candi
Angin lebih tua dari pada Candi
Borobudur. Bahkan ada yang
beranggapan kalau candi ini buatan
manusia purba di karenakan tidak
terdapat ornamen-ornamen Hindu-
Budha.
Candi Bubrah
• Candi Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten
Jepara, Jawa Tengah.
• Candi Bubrah adalah salah satu candi Buddha yang berada di dalam kompleks
Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di antara Percandian Rara Jonggrang dan
Candi Sewu. Secara administratif, candi ini terletak di Dukuh Bener, Desa
Bugisan, Kecamatan Prambanan, KabupatenKlaten, Provinsi Jawa Tengah.
• Dinamakan ‘Bubrah’ karena keadaan candi ini rusak (bubrah dalam bahasa
Jawa) sejak ditemukan. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada abad ke-9
pada zaman Kerajaan Mataram Kuno, satu periode dengan Candi Sewu.
Referensi
http://www.sridianti.com/peninggalan-kerajaan-
kalingga.html
http://www.slideshare.net/SitiNurKhotimah/keraj
aan-kalingga-power-point
http://sorayadwikartika.blogspot.com/2013/09/ke
rajaan-kalingga.html