BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kerukunan beragama di tengah keanekaragaman budaya merupakan
aset dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dalam perjalanan
sejarah bangsa, Pancasila telah teruji sebagai alternatif yang paling tepat untuk
mempersatukan masyarakat Indonesia yang sangat majemuk di bawah suatu
tatanan yang inklusif dan demokratis. Sayangnya wacana mengenai Pancasila
seolah lenyap seiring dengan berlangsungnya reformasi.
Berbagai macam kendala yang sering kita hadapi dalam mensukseskan
kerukunan antar umat beragama, dari luar maupun dalam negeri kita sendiri.
Namun dengan kendala tersebut warga Indonesia selalu optimis, bahwa dengan
banyaknya agama yang ada di Indonesia, maka banyak pula solusi untuk
menghadapi kendala-kendala tersebut. Dari berbagai pihak telah sepakat untuk
mencapai tujuan kerukunan antar umat beragama di Indonesia seperti masyarakat
dari berbagai golongan, pemerintah, dan organisasi-organisasi agama yang banyak
berperan aktif dalam masyarakat.
Keharmonisan dalam komunikasi antar sesama penganut agama adalah
tujuan dari kerukunan beragama, agar terciptakan masyarakat yang bebas dari
ancaman, kekerasan hingga konflik agama.
Dilihat dari kodrat manusia, hakekatnya telah dianugerahi hak-hak
pokok yang sama oleh Allah SWT. Hak-hak pokok inilah yang disebut sebagai
hak asasi manusia (HAM). HAM yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati,
universal, dan abadi berkaitan dengan martabat dan harkat manusia itu sendiri.
HAM juga menjadi keharusan dari sebuah negara untuk bisa menjaminnya dalam
konstitusinya.
Istilah HAM baru muncul setelah Revolusi Perancis, dimana para
tokoh borjuis berkoalisi dengan tokoh-tokoh gereja untuk merampas hak-hak
1
rakyat yang telah mereka miliki sejak lahir. Akibat dari penindasan panjang yang
dialami masyarakat Eropa dari kedua kaum ini, munculah perlawanan rakyat dan
yang akhirnya berhasil memaksa para raja mengakui aturan tentang hak asasi
manusia. Diantaranya adalah pengumuman hak asasi manusia dari Raja John
kepada rakyat Inggris tahun 1216. Hak asasi ini lalu diadopsi oleh tokoh-tokoh
Revolusi Perancis dalam bentuk yang lebih jelas dan luas, serta dideklarasikan
pada 26 Agustus 1789.
Di Indonesia penegakan HAM dapat dikatakan kurang berjalan
maksimal. Faktor yang berpengaruh pada penegakan HAM di Indonesia terhambat
seperti masalah politik, dualisme peradilan, prosedural acara. Bagi masyarakat
muslim, belum pernah mengalami penindasan yang dialami Eropa, dimana sistem
perundang-undangan Islam telah menjamin hak-hak asasi bagi semua orang sesuai
dengan aturan umum yang diberikan oleh Allah kepada seluruh umat manusia.
Hak asasi dalam pandangan barat tidak dengan sendirinya mengharuskan negara
memberi jaminan keamanan atau pendidikan, dan lain sebagainya. Dalam Islam,
konsep mengenai HAM sebenarnya telah mempunyai tempat tersendiri dalam
pemikiran Islam. Perkembangan wacana demokrasi dengan Islam sebenarnya yang
telah mendorong adanya wacana HAM dalam Islam. Karena dalam demokrasi,
pengakuan terhadap hak asasi manusia mendapat tempat yang spesial. Berbagai
macam pemikiran tentang demokrasi dapat dengan mudah kita temukan
didalamnya konsep tentang penegakan HAM.
Bahkan HAM dalam Islam telah dibicarakan sejak empat belas tahun
yang lalu (Anas Urbaningrum, 2004;91). Fakta ini mematahkan bahwa Islam tidak
memiliki konsep tentang pengakuan HAM. berangkat dari itu makalah ini akan
mencoba memberikan sedikit penerangan mengenai wacana HAM dalam Islam.
2
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi dari kerukunan?
2. Bagaimana kerja sama intern umat beragama ?
3. Apakah definisi kerukunan antar umat beragama?
4. Bagaimana menjaga kerukunan hidup antar umat beragama?
5. Kendala apa yang menjadi permasalahan dalam mencapai kerukunan umat
beragama di Indonesia?
6. Bagaimana masyarakat menghadapi permasalahan/kendala dalam mencapai
kerukunan antar umat beragama di Indonesia?
7. Apakah Agama Islam Merupakan Rahmat Bagi Seluruh Alam?
8. Bagaimana Kebersamaan Umat Beragama Dalam Kehidupan Sosial?
9. Apa pengertian HAM itu?
10. Bagaimanakah sejarah perkembangan HAM ?
11. Bagaimana sejarah perkembangan HAM di Indonesia?
12. Apa hubungannya HAM dengan Islam?
13. Bagaimana bentuk penerapan HAM dalam islam?
3
1.3 TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui defenisi kerukunan
2. Mengetahui kerja sama intern umat beragama
3. Mengetahui definisi kerukunan antar umat beragama
4. Mengetahui cara menjaga kerukunan hidup antar umat beragama
5. Mengetahui kendala yang menjadi permasalahan dalam mencapai kerukunan
umat beragama di Indonesia
6. Mengetahui cara masyarakat menghadapi permasalahan/kendala dalam
mencapai kerukunan antar umat beragama di Indonesia
7. Mengetahui agama islam merupakan rahmat bagi seluruh alam
8. Mengetahui kebersamaan umat beragama dalam kehidupan sosial
9. Mengetahui pengertian HAM
10. Mengetahui sejarah perkembangan HAM
11. Mengetahui sejarah perkembangan HAM di Indonesia
12. Mengetahui hubungannya HAM dengan Islam
13. Mengetahui bentuk penerapan HAM dalam islam
1.4 MANFAAT PENULISAN
Umat beragama diharapkan perkuat kerukunan. Jika agama dapat
dikembangkan sebagai faktor pemersatu maka ia akan memberikan stabilitas dan
kemajuan negara.
Kerukunan antar-umat beragama dapat memperkuat kerukunan
beragama dan menjadikan agama sebagai faktor pemersatu dalam kehidupan
berbangsa. Dan mahasiswa dapat diharapkan memahami hak asasi manusia
dalam islam.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI KERUKUNAN
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan
“damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan
“bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran
(Depdikbud, 1985:850) Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka
“kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat
manusia. Kerukunan [dari ruku, bahasa Arab, artinya tiang atau tiang-tiang yang
menopang rumah; penopang yang memberi kedamain dan kesejahteraan kepada
penghuninya] secara luas bermakna adanya suasana persaudaraan dan
kebersamaan antar semua orang walaupun mereka berbeda secara suku, agama,
ras, dan golongan.
Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena
sebelumnya ada ketidakrukunan; serta kemampuan dan kemauan untuk hidup
berdampingan dan bersama dengan damai serta tenteram. Langkah-langkah
untuk mencapai kerukunan seperti itu, memerlukan proses waktu serta dialog,
saling terbuka, menerima dan menghargai sesama, serta cinta-kasih. Kerukunan
antarumat beragama bermakna rukun dan damainya dinamika kehidupan umat
beragama dalam segala aspek kehidupan, seperti aspek ibadah, toleransi, dan
kerja sama antarumat beragama.
Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk social yang membutuhkan
hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk social,
manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya, baik kebutuhan material maupun spiritual.
Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong
(ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam kehidupan sosial
kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan
ras, bangsa, dan agama.
5
2.2 KERJA SAMA INTERN UMAT BERAGAMA
Persaudaraan atau ukhuwah, merupakan salah satu ajaran yang mendapat
perhatian penting dalam islam. Al-qur’an menyebutkan kata yang mengandung
arti persaudaraan sebanyak 52 kali yang menyangkut berbagai persamaan, baik
persamaan keturunan, keluarga, masyarakat, bangsa, dan agama. Ukhuwah yang
islami dapat dibagi kedalam empat macam,yaitu :
1) Ukhuwah ’ubudiyah atau saudara sekemakhlukan dan kesetundukan kepada
Allah.
2) Ukhuwah insaniyah (basyariyah), dalam arti seluruh umat manusia adalah
bersaudara, karena semua berasal dari ayah dan ibu yang sama;Adam dan
Hawa.
3) Ukhuwah wathaniyah wannasab,yaitu persaudaraan dalam keturunan dan
kebangsaan.
4) Ukhuwwah fid din al islam, persaudaraan sesama muslim.
Esensi dari persaudaraan terletak pada kasih sayang yang ditampilkan
bentuk perhatian, kepedulian, hubungan yang akrab dan merasa senasib
sepenanggungan. Nabi menggambarkan hubungan persaudaraan dalam haditsnya
yang artinya ” Seorang mukmin dengan mukmin yang lain seperti satu tubuh,
apabila salah satu anggota tubuh terluka, maka seluruh tubuh akan merasakan
demamnya. Ukhuwwah adalah persaudaraan yang berintikan kebersamaan dan
kesatuan antar sesama. Kebersamaan di akalangan muslim dikenal dengan istilah
ukhuwwah Islamiyah atau persaudaraan yang diikat oleh kesamaan aqidah.
Persatuan dan kesatuan sebagai implementasi ajaran Islam dalam
masyarakat merupakan salah satu prinsip ajaran Islam. Salah satu masalah yang
di hadapi umat Islam sekarang ini adalah rendahnya rasa kesatuan dan persatuan
sehingga kekuatan mereka menjadi lemah. Salah satu sebab rendahnya rasa
persatuan dan kesatuan di kalangan umat Islam adalah karena randahnya
penghayatan terhadap nilai-nilai Islam. Persatuan di kalangan muslim tampaknya
belum dapat diwujudkan secara nyata. Perbedaan kepentingan dan golongan
6
seringkali menjadi sebab perpecahan umat. Perpecahan itu biasanya diawali
dengan adanya perbedaan pandangan di kalangan muslim terhadap suatu
fenomena. Dalam hal agama, di kalangan umat islam misalnya seringkali terjadi
perbedaan pendapat atau penafsiran mengenal sesuatu hukum yang kemudian
melahirkan berbagai pandangan atau madzhab. Perbedaan pendapat dan
penafsiran pada dasarnya merupakan fenomena yang biasa dan manusiawi,
karena itu menyikapi perbedaan pendapat itu adalah memahami berbagai
penafsiran.
Untuk menghindari perpecahan di kalangan umat islam dan
memantapkan ukhuwah islamiyah para ahli menetapkan tiga konsep,yaitu :
1) Konsep tanawwul al ’ibadah (keragaman cara beribadah). Konsep ini
mengakui adanya keragaman yang dipraktekkan Nabi dalam pengamalan agama
yang mengantarkan kepada pengakuan akan kebenaran semua praktek
keagamaan selama merujuk kepada Rasulullah. Keragaman cara beribadah
merupakan hasil dari interpretasi terhadap perilaku Rasul yang ditemukan dalam
riwayat (hadits).
2) Konsep al mukhtiu fi al ijtihadi lahu ajrun(yang salah dalam berijtihad pun
mendapatkan ganjaran). Konsep ini mengandung arti bahwa selama seseorang
mengikuti pendapat seorang ulama, ia tidak akan berdosa, bahkan tetap diberi
ganjaran oleh Allah , walaupun hasil ijtihad yang diamalkannya itu keliru. Di sini
perlu dicatat bahwa wewenang untuk menentukan yang benar dan salah bukan
manusia, melainkan Allah SWT yang baru akan kita ketahui di hari akhir.
Kendati pun demikian, perlu pula diperhatikan orrang yang mengemukakan
ijtihad maupun orang yang pendapatnya diikuti, haruslah orang yang memiliki
otoritaskeilmuan yang disampaikannya setelah melalui ijtihad.
3) Konsep la hukma lillah qabla ijtihadi al mujtahid (Allah belum menetapkan
suatu hukum sebelum upaya ijtihad dilakukan seorang mujtahid). Konsep ini
dapat kita pahami bahwa pada persoalan-persoalan yang belum ditetapkan
hukumnya secara pasti, baik dalam al-quran maupun sunnah Rasul, maka Allah
7
belum menetapkan hukumnya. Oleh karena itu umat islam,khususnya para
mujtahid, dituntut untuk menetapkannya melalui ijtihad. Hasil dari ijtihad yang
dilakukan itu merupakan hukum Allah bagi masing-masing mujtahid, walaupun
hasil ijtihad itu berbeda-beda.
Ketiga konsep di atas memberikan pemahaman bahwa ajaran Islam
mentolelir adanya perbedaan dalam pemahaman maupun pengalaman. Yang
mutlak itu hanyalah Allah dan firman-fiman-Nya,sedangkan interpretasi terhadap
firman-firman itu bersifat relatif. Karena itu sangat dimungkinkan untuk terjadi
perbedaan. Perbedaan tidak harus melahirkan pertentangan dan permusuhan. Di
sini konsep Islam tentang Islah diperankan untuk menyelesaikan pertentangan
yang terjadi sehingga tidak menimbulkan permusuhan, dan apabila telah terjadi,
maka islah diperankan untuk menghilangkannya dan menyatukan kembali orang
atau kelompok yang saling bertentangan.
Memahami dan mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan
masyarakat tidak selalu hanya dapat diharapkan dalam kalangan masyarakat
muslim. Islam dapat diaplikasikan dalam masyarakat manapun, sebab secara
esensial ia merupakan nilai yang bersifat universal. Kendatipun dapat dipahami
bahwa Isalam yang hakiki hanya dirujukkan kepada konsep al-quran dan As-
sunnah, tetapi dampak sosial yanag lahirdari pelaksanaan ajaran isalam secara
konsekwen ddapat dirasakan oleh manusia secara keseluruhan. Demikian pula
pada tataran yang lebih luas, yaitu kehidupan antar bangsa,nilai-nilai ajaran Islam
menjadi sangat relevan untuk dilaksanakan guna menyatukan umat manusia
dalam suatu kesatuan kkebenaran dan keadilan. Dominasi salah satu etnis atau
negara merupakan pengingkaran terhadap makna Islam, sebab ia hanya setia
pada nilai kebenaran dan keadilan yang bersifat universal. Universalisme Islam
dapat dibuktikan anatara lain dari segi, dan sosiologo. Dari segi agama, ajaran
Islam menunjukkan universalisme dengan doktrin monoteisme dan prinsip
kesatuan alamnya. Selain itu tiap manusia, tanpa perbedaan diminta untuk
bersama-sama menerima satu dogma yang sederhana dan dengan itu ia termasuk
8
ke dalam suatu masyarakat yang homogin hanya denga tindakan yang sangat
mudah ,yakni membaca syahadat. Jika ia tidak ingin masuk Islam, tidak ada
paksaan dan dalam bidang sosial ia tetap diterima dan menikmati segala macam
hak kecuali yang merugikan umat Islam.
Ditinjau dari segi sosiologi, universalisme Islam ditampakkan bahwa
wahyu ditujukan kepada semua manusia agar mereka menganut agama islam,
dan dalam tingkat yang lain ditujukan kepada umat Islam secara khususu untuk
menunjukan peraturan-peraturan yang harus mereka ikuti. Karena itu maka
pembentukan masyarakat yang terpisah merupakan suatu akibat wajar dari ajaran
Al-Qur’an tanpa mengurangi universalisme Islam. Melihat Universalisme Islam
di atas tampak bahwa esensi ajaran Islam terletak pada penghargaan kepada
kemanusiaan secara univarsal yang berpihak kepada kebenaran, kebaikan,dan
keadilan dengan mengedepankan kedamaian, menghindari pertentangan dan
perselisian, baik ke dalam intern umat Islam maupun ke luar. Dengan demikian
tampak bahwa nilai-nilai ajaran Islam menjadi dasar bagi hubungan antar umat
manusia secara universal dengan tidak mengenal suku,bangsa dan agama.
Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain tidak dilarang oleh syariat
Islam, kecuali bekerja sama dalam persoalan aqidah dan ibadah. Kedua persoalan
tersebut merupakan hak intern umat Islam yang tidak boleh dicamputi pihak lain,
tetapi aspek sosial kemasyarakatan dapat bersatu dalam kerja samayang baik.
Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial
anatar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja
sama ydalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang,
bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan.
9
2.3 KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
Kerukunan antar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika
semua golongan agama bisa hidup bersama tanpa menguarangi hak dasar
masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing
pemeluk agama yang baik haruslah hidup rukun dan damai. Karena itu
kerukunan antar umat beragama tidak mungkin akan lahir dari sikap fanatisme
buta dan sikap tidak peduli atas hak keberagaman dan perasaan orang lain. Tetapi
dalam hal ini tidak diartikan bahwa kerukunan hidup antar umat beragama
member ruang untuk mencampurkan unsur-unsur tertentu dari agama yang
berbeda , sebab hal tersebut akan merusak nilai agama itu sendiri.
Menurut Muhammad Maftuh Basyuni dalam seminar kerukunan antar
umat beragama tanggal 31 Desember 2008 di Departemen Agama, mengatakan
bahwa kerukunan umat beragama merupakan pilar kerukunan nasional adalah
sesuatu yang dinamis, karena itu harus dipelihara terus dari waktu ke waktu.
Kerukunan hidup antar umat beragama sendiri berarti keadaan hubungan sesame
umat beragama yang dilandasi toleransi, saling pengertian, menghargai
kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bias diartikan dengan
toleransi antar umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya
masyarakat harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat
beragama. Selain itu masyarakat juga harus saling menghormati satu sama
lainnya misalnya dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan
lainnya tidak saling mengganggu. Departemen agama juga menjadikan
kerukunan antar umat beragama sebagai tujuan pembangunan nasional bangsa
Indonesia yang diarahkan dalam tiga bentuk yaitu:
a) Kerukunan intern umat beragama.
b) Keukunan antar umat beragama.
10
c) Kerukunan antar umat beragama dengan pemerinata.
Untuk itulah kerukunan hidup antar umat beragama harus kita jaga agar
tidak terjadi konflik-konflik antar umat beragama. Terutama di masyarakat
Indonesia yang multikultural dalam hal agama, kita harus bisa hidup dalam
kedamaian, saling tolong menolong, dan tidak saling bermusuhan agar agama
bisa menjadi pemersatu bangsa Indonesia yang secara tidak langsung
memberikan stabilitas dan kemajuan negara.
2.4 MENJAGA KERUKUNAN HIDUP ANTAR UMAT BERAGAMA
Menjaga Kerukunan Hidup Antar Umat Beragama salah satunya dengan
dialog antar umat beragama. Salah satu prasyarat terwujudnya masyarakat yang
modern yang demokratis adalah terwujudnya masyarakat yang menghargai
kemajemukan (pluralitas) masyarakat dan bangsa serta mewujudkannya dalam
suatu keniscayaan. Untuk itulah kita harus saling menjaga kerukunan hidup antar
umat beragama. Secara historis banyak terjadi konflik antar umat beragama,
misalnya konflik di Poso antara umat islam dan umat kristen. Agama disini terlihat
sebagai pemicu atau sumber dari konflik tersebut. Sangatlah ironis konflik yang
terjadi tersebut padahal suatu agama pada dasarnya mengajarkan kepada para
pemeluknya agar hidup dalam kedamaian, saling tolong menolong dan juga saling
menghormati. Untuk itu marilah kita jaga tali persaudaraan antar sesama umat
beragama.
Konflik yang terjadi antar umat beragama tersebut dalam masyarakat yang
multkultural adalah menjadi sebuah tantangan yang besar bagi masyarakat maupun
pemerintah. Karena konflik tersebut bisa menjadi ancaman serius bagi integrasi
bangsa jika tidak dikelola secara baik dan benar. Supaya agama bisa menjadi alat
pemersatu bangsa, maka kemajemukan harus dikelola dengan baik dan benar,
maka diperlukan cara yang efektif yaitu dialog antar umat beragama untuk
permasalahan yang mengganjal antara masing-masing kelompok umat beragama.
Karena mungkin selama ini konflik yang timbul antara umat beragama terjadi
11
karena terputusnya jalinan informasi yang benar diantara pemeluk agama dari satu
pihak ke pihak lain sehingga timbul prasangka-prasangka negatif.
Menurut Prof. Dr. H Muchoyar H.S, MA dalam menyikapi perbedaan
agama terkait dengan toleransi antar umat beragama agar dialog antar umat
beragama terwujud memerlukan 3 konsep yaitu :
1. Setuju untuk tidak setuju, maksudnya setiap agama memiliki akidah masing-
masing sehingga agama saling bertoleransi dengan perbedaan tersebut.
2. Setuju untuk setuju, konsep ini berarti meyakini semua agama memiliki
kesamaan dalam upaya peningkatan kesejahteraan dan martabat umatnya.
3. Setuju untuk berbeda, maksudnya dalam hal perbedaan ini disikapi dengan
damai bukan untuk saling menghancurkan.
Tema dialog antar umat beragama sebaiknya bukan mengarah pada
masalah peribadatan tetapi lebih ke masalah kemanusiaan seprti moralitas, etika,
dan nilai spiritual, supaya efktif dalam dialog aantar umat beragama juga
menghindari dari latar belakang agama dan kehendak untuk memdominasi pihak
lain. Model dialog antar umat beragama yang dikemukakan oleh Kimball adalah
sebagai brikut :
1. Dialog Parlementer ( parliamentary dialogue ). Dialog ini dilakukan
dengan melibatkan tokoh-tokoh umat beragama di dunia. Tujuannya adalah
mengembangkan kerjasama dan perdamaian antar umat beragama di dunia.
2. Dialog Kelembagaan ( institutional dialogue ). Dialog ini melibatkan
organisasi-organisasi keagamaan. Tujuannya adalah untuk mendiskusikan dan
memecahkan persoalan keumatan dan mengembangkan komunikasi di antara
organisasi keagamaan.
3. Dialog Teologi ( theological dialogue ). Tujuannya adalah membahas
persoalan teologis filosofis agar pemahaman tentang agamanya tidak subjektif
tetapi objektif.
12
4. Dialog dalam Masyarakat ( dialogue in society ). Dilakukan dalam bentuk
kerjasama dari komunitas agama yang plural dalam menylesaikan masalah praktis
dalam kehidupan sehari-hari.
Dialog Kerohanian (spiritual dialogue). Dilakukan dengan tujuan
mengembangkan dan memperdalam kehidupan spirituak di antara berbagai agama.
Cara lain menjaga kerukunan hidup antar umat beragama
Indonesia yang multikultural terutama dakam hal agama membuat Indonesia
menjadi sangat rentang terhadap konflik antar umat beragama. Maka dari itu
menjaga kerukunan antar umat beragama sangatlah penting. Dalam kaitannya
untuk menjaga kehidupan antar umat beragama agar terjaga sekaligus tercipta
kerukunan hidup antar umat beragama dalam masyarakat khususnya masyarakat
Indonesia misalnya dengan cara sebagai berikut:
1. Menghilangkan perasaan curiga atau permusuhan terhadap pemeluk agama
lain yaitu dengan cara mengubah rasa curiga dan benci menjadi rasa penasaran
yang positf dan mau menghargai keyakinan orang lain.
2. Jangan menyalahkan agama seseorang apabila dia melakukan kesalahan tetapi
salahkan orangnya. Misalnya dalam hal terorisme.
3. Biarkan umat lain melaksanakan ibadahnya jangan olok-olok mereka karena
ini bagian dari sikap saling menghormati.
4. Hindari diskriminasi terhadap agama lain karena semua orang berhak
mendapat fasilitas yang sama seperti pendidikan, lapangan pekerjaan dan
sebagainya.
Dengan memperhatikan cara menjaga kerukunan hidup antar umat
beragama tersebut hendaknya kita sesama manusia haruslah saling tolong
menolong dan kita harus bisa menerima bahwa perbedaan agama dengan orang
lain adalah sebuah realitas dalam masyarakat yang multikultural agar kehidupan
antar umat beragma bisa terwujud.
13
2.5 KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI INDONESIA
Kerukunan merupakan kebutuhan bersama yang tidak dapat dihindarkan
di Tengah perbedaan. Perbedaan yang ada bukan merupakan penghalang untuk
hidup rukun dan berdampingan dalam bingkai persaudaraan dan persatuan.
Kesadaran akan kerukunan hidup umat beragama yang harus bersifat Dinamis,
Humanis dan Demokratis, agar dapat ditransformasikan kepada masyarakat
dikalangan bawah sehingga, kerukunan tersebut tidak hanya dapat
dirasakan/dinikmati oleh kalangan-kalangan atas/orang kaya saja. Karena,
Agama tidak bisa dengan dirinya sendiri dan dianggap dapat memecahkan semua
masalah. Agama hanya salah satu faktor dari kehidupan manusia.
Mungkin faktor yang paling penting dan mendasar karena memberikan
sebuah arti dan tujuan hidup. Tetapi sekarang kita mengetahui bahwa untuk
mengerti lebih dalam tentang agama perlu segi-segi lainnya, termasuk ilmu
pengetahuan dan juga filsafat. Yang paling mungkin adalah mendapatkan
pengertian yang mendasar dari agama-agama. Jadi, keterbukaan satu agama
terhadap agama lain sangat penting.
Kalau kita masih mempunyai pandangan yang fanatik, bahwa hanya
agama kita sendiri saja yang paling benar, maka itu menjadi penghalang yang
paling berat dalam usaha memberikan sesuatu pandangan yang optimis. Namun
ketika kontak-kontak antaragama sering kali terjadi sejak tahun 1950-an, maka
muncul paradigma dan arah baru dalam pemikiran keagamaan. Orang tidak lagi
bersikap negatif dan apriori terhadap agama lain. Bahkan mulai muncul
pengakuan positif atas kebenaran agama lain yang pada gilirannya mendorong
terjadinya saling pengertian.
Di masa lampau, kita berusaha menutup diri dari tradisi agama lain dan
menganggap agama selain agama kita sebagai lawan yang sesat serta penuh
kecurigaan terhadap berbagai aktivitas agama lain, maka sekarang kita lebih
mengedepankan sikap keterbukaan dan saling menghargai satu sama lain.
14
2.6 CARA MASYARAKAT MENGHADAPI PERMASALAHAN/KENDALA
DALAM MENCAPAI KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI
INDONESIA
Kendala yang terjadi untuk mewujudkan kerukunan antar umat
beragama di Indonesia :
1. Rendahnya Sikap Toleransi
Menurut Dr. Ali Masrur, M.Ag, salah satu masalah dalam komunikasi
antar agama sekarang ini, khususnya di Indonesia, adalah munculnya sikap
toleransi malas-malasan (lazy tolerance) sebagaimana diungkapkan P. Knitter.
Sikap ini muncul sebagai akibat dari pola perjumpaan tak langsung (indirect
encounter) antar agama, khususnya menyangkut persoalan teologi yang sensitif.
Sehingga kalangan umat beragama merasa enggan mendiskusikan masalah-
masalah keimanan. Tentu saja, dialog yang lebih mendalam tidak terjadi, karena
baik pihak yang berbeda keyakinan/agama sama-sama menjaga jarak satu sama
lain.
Masing-masing agama mengakui kebenaran agama lain, tetapi kemudian membiarkan satu sama lain bertindak dengan cara yang memuaskan masing-masing pihak. Yang terjadi hanyalah perjumpaan tak langsung, bukan perjumpaan sesungguhnya. Sehingga dapat menimbulkan sikap kecurigaan diantara beberapa pihak yang berbeda agama, maka akan timbullah yang dinamakan konflik. 2. Kepentingan Politik
Faktor Politik, Faktor ini terkadang menjadi faktor penting sebagai
kendala dalam mncapai tujuan sebuah kerukunan antar umat beragama
khususnya di Indonesia, jika bukan yang paling penting di antara faktor-faktor
lainnya. Bisa saja sebuah kerukunan antar agama telah dibangun dengan bersusah
payah selama bertahun-tahun atau mungkin berpuluh-puluh tahun, dan dengan
demikian kita pun hampir memetik buahnya.
Namun tiba-tiba saja muncul kekacauan politik yang ikut
memengaruhi hubungan antaragama dan bahkan memorak-porandakannya seolah
15
petir menyambar yang dengan mudahnya merontokkan “bangunan dialog” yang
sedang kita selesaikan. Seperti yang sedang terjadi di negeri kita saat ini, kita
tidak hanya menangis melihat political upheavels di negeri ini, tetapi lebih dari
itu yang mengalir bukan lagi air mata, tetapi darah; darah saudara-saudara kita,
yang mudah-mudahan diterima di sisi-Nya. Tanpa politik kita tidak bisa hidup
secara tertib teratur dan bahkan tidak mampu membangun sebuah negara, tetapi
dengan alasan politik juga kita seringkali menunggangi agama dan
memanfaatkannya.
3. Sikap Fanatisme
Di kalangan Islam, pemahaman agama secara eksklusif juga ada dan
berkembang. Bahkan akhir-akhir ini, di Indonesia telah tumbuh dan berkembang
pemahaman keagamaan yang dapat dikategorikan sebagai Islam radikal dan
fundamentalis, yakni pemahaman keagamaan yang menekankan praktik
keagamaan tanpa melihat bagaimana sebuah ajaran agama seharusnya
diadaptasikan dengan situasi dan kondisi masyarakat. Mereka masih
berpandangan bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar dan dapat
menjamin keselamatan menusia. Jika orang ingin selamat, ia harus memeluk
Islam. Segala perbuatan orang-orang non-Muslim, menurut perspektif aliran ini,
tidak dapat diterima di sisi Allah.
Pandangan-pandangan semacam ini tidak mudah dikikis karena
masing-masing sekte atau aliran dalam agama tertentu, Islam misalnya, juga
memiliki agen-agen dan para pemimpinnya sendiri-sendiri. Islam tidak bergerak
dari satu komando dan satu pemimpin. Ada banyak aliran dan ada banyak
pemimpin agama dalam Islam yang antara satu sama lain memiliki pandangan
yang berbeda-beda tentang agamanya dan terkadang bertentangan. Tentu saja,
dalam agama Kristen juga ada kelompok eksklusif seperti ini. Kelompok
Evangelis, misalnya, berpendapat bahwa tujuan utama gereja adalah mengajak
mereka yang percaya untuk meningkatkan keimanan dan mereka yang berada “di
16
luar” untuk masuk dan bergabung. Bagi kelompok ini, hanya mereka yang
bergabung dengan gereja yang akan dianugerahi salvation atau keselamatan
abadi. Dengan saling mengandalkan pandangan-pandangan setiap sekte dalam
agama teersebut, maka timbullah sikap fanatisme yang berlebihan.
Dari uraian diatas, sangat jelas sekali bahwa ketiga faktor tersebut
adalah akar dari permasalahan yang menyebabkan konflik sekejap maupun
berkepanjangan.
Solusi yang dapat diambil untuk mewujudkan kerukunan antar umat
beragama di Indonesia :
1. Dialog Antar Pemeluk Agama
Sejarah perjumpaan agama-agama yang menggunakan kerangka
politik secara tipikal hampir keseluruhannya dipenuhi pergumulan, konflik dan
pertarungan. Karena itulah dalam perkembangan ilmu sejarah dalam beberapa
dasawarsa terakhir, sejarah yang berpusat pada politik yang kemudian disebut
sebagai “sejarah konvensional” dikembangkan dengan mencakup bidang-bidang
kehidupan sosial-budaya lainnya, sehingga memunculkan apa yang disebut
sebagai “sejarah baru” (new history). Sejarah model mutakhir ini lazim disebut
sebagai “sejarah sosial” (social history) sebagai bandingan dari “sejarah politik”
(political history). Penerapan sejarah sosial dalam perjumpaan Kristen dan Islam
di Indonesia akan sangat relevan, karena ia akan dapat mengungkapkan sisi-sisi
lain hubungan para penganut kedua agama ini di luar bidang politik, yang sangat
boleh jadi berlangsung dalam saling pengertian dan kedamaian, yang pada
gilirannya mewujudkan kehidupan bersama secara damai (peaceful co-existence)
di antara para pemeluk agama yang berbeda.
Hampir bisa dipastikan, perjumpaan Kristen dan Islam (dan juga
agama-agama lain) akan terus meningkat di masa-masa datang. Sejalan dengan
peningkatan globalisasi, revolusi teknologi komunikasi dan transportasi, kita
akan menyaksikan gelombang perjumpaan agama-agama dalam skala intensitas
17
yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Dengan begitu, hampir tidak ada lagi suatu
komunitas umat beragama yang bisa hidup eksklusif, terpisah dari lingkungan
komunitas umat-umat beragama lainnya. Satu contoh kasus dapat diambil:
seperti dengan meyakinkan dibuktikan Eck (2002), Amerika Serikat, yang
mungkin oleh sebagian orang dipandang sebagai sebuah “negara Kristen,” telah
berubah menjadi negara yang secara keagamaan paling beragam. Saya kira,
Indonesia, dalam batas tertentu, juga mengalami kecenderungan yang sama.
Dalam pandangan saya, sebagian besar perjumpaan di antara agama-agama itu,
khususnya agama yang mengalami konflik, bersifat damai. Dalam waktu-waktu
tertentu ketika terjadi perubahan-perubahan politik dan sosial yang cepat, yang
memunculkan krisis pertikaian dan konflik sangat boleh jadi meningkat
intensitasnya. Tetapi hal ini seyogyanya tidak mengaburkan perspektif kita,
bahwa kedamaian lebih sering menjadi feature utama. Kedamaian dalam
perjumpaan itu, hemat saya, banyak bersumber dari pertukaran (exchanges)
dalam lapangan sosio-kultural atau bidang-bidang yang secara longgar dapat
disebut sebagai “non-agama.”
Bahkan terjadi juga pertukaran yang semakin intensif menyangkut
gagasan-gagasan keagamaan melalui dialog-dialog antaragama dan kemanusiaan
baik pada tingkat domestik di Indonesia maupun pada tingkat internasional; ini
jelas memperkuat perjumpaan secara damai tersebut. Melalui berbagai
pertukaran semacam ini terjadi penguatan saling pengertian dan, pada gilirannya,
kehidupan berdampingan secara damai.
2. Bersikap Optimis
Walaupun berbagai hambatan menghadang jalan kita untuk menuju
sikap terbuka, saling pengertian dan saling menghargai antaragama, saya kira
kita tidak perlu bersikap pesimis. Sebaliknya, kita perlu dan seharusnya
mengembangkan optimisme dalam menghadapi dan menyongsong masa depan
dialog.Paling tidak ada tiga hal yang dapat membuat kita bersikap optimis.
18
Pertama, pada beberapa dekade terakhir ini studi agama-agama, termasuk juga
dialog antaragama, semakin merebak dan berkembang di berbagai universitas,
baik di dalam maupun di luar negeri. Selain di berbagai perguruan tinggi agama,
IAIN dan Seminari misalnya, di universitas umum seperti Universitas Gajah
Mada, juga telah didirikan Pusat Studi Agama-agama dan Lintas Budaya.
Meskipun baru seumur jagung, hal itu bisa menjadi pertanda dan sekaligus
harapan bagi pengembangan paham keagamaan yang lebih toleran dan pada
akhirnya lebih manusiawi. Juga bermunculan lembaga-lembaga kajian agama,
seperti Interfidei dan FKBA di Yogyakarta, yang memberikan sumbangan dalam
menumbuhkembangkan paham pluralisme agama dan kerukunan
antarpenganutnya.
Kedua, para pemimpin masing-masing agama semakin sadar akan
perlunya perspektif baru dalam melihat hubungan antar-agama. Mereka
seringkali mengadakan pertemuan, baik secara reguler maupun insidentil untuk
menjalin hubungan yang lebih erat dan memecahkan berbagai problem
keagamaan yang tengah dihadapi bangsa kita dewasa ini. Kesadaran semacam ini
seharusnya tidak hanya dimiliki oleh para pemimpin agama, tetapi juga oleh para
penganut agama sampai ke akar rumput sehingga tidak terjadi jurang pemisah
antara pemimpin agama dan umat atau jemaatnya. Kita lebih mementingkan
bangunan-bangunan fisik peribadatan dan menambah kuantitas pengikut, tetapi
kurang menekankan kedalaman (intensity) keberagamaan serta kualitas mereka
dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama.
Ketiga, masyarakat kita sebenarnya semakin dewasa dalam
menanggapi isu-isu atau provokasi-provokasi. Mereka tidak lagi mudah disulut
dan diadu-domba serta dimanfaatkan, baik oleh pribadi maupun kelompok demi
target dan tujuan politik tertentu. Meskipun berkali-kali masjid dan gereja
diledakkan, tetapi semakin teruji bahwa masyarakat kita sudah bisa membedakan
mana wilayah agama dan mana wilayah politik. Ini merupakan ujian bagi agama
19
autentik (authentic religion) dan penganutnya. Adalah tugas kita bersama, yakni
pemerintah, para pemimpin agama, dan masyarakat untuk mengingatkan para
aktor politik di negeri kita untuk tidak memakai agama sebagai instrumen politik
dan tidak lagi menebar teror untuk mengadu domba antarpenganut agama.
Jika tiga hal ini bisa dikembangkan dan kemudian diwariskan kepada
generasi selanjutnya, maka setidaknya kita para pemeluk agama masih
mempunyai harapan untuk dapat berkomunikasi dengan baik dan pada gilirannya
bisa hidup berdampingan lebih sebagai kawan dan mitra daripada sebagai lawan.
2.7 AGAMA ISLAM MERUPAKAN RAHMAT BAGI SELURUH ALAM
1. Makna agama Islam
Kata islam berarti damai, selamat, sejahtera,penyerahan diri, taat dan
patuh. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa agama islam adalah agama yang
mengandung ajaran yang menciptakan kedamaian, keselamatan dan
kesejahteraan kehidupan ummat manusia pada sebagai penerima amanah allah
yang dapat menjalagkan amanah tersebut secara benar dan kaffah.
Agama islam adalah agama yang allah turunkan sejak manusia
pertama, nabi pertama yaitu nabi adam as. Agama islam itu kemudian allah
turunkan secara berkisenambungan pada para nabi dan rasul rasulnya. Aknir
proses penurunan agama islam itu baru menjadi pada masa kerasulan nabi
Muhammad pada awal abad ke-v11 masehi. Islam sbagai nama agama yang allah
turunkan belum dinyatakan secara eksplisit pada masa kerasulan sebelum nabi
Muhammad saw. Tetapi makna yang substansi ajaranya secara implicit memiliki
persamaan yang dapat dipahami yang dapat dipahami dari penyataan sikap para
rasul. Sebagaimana firman allah dalam surah al- baqarah ayat 132 yang artinya:
"hai anak anakku (kata Ibrahim )sesungguhnya allah telah memilih agama ini
bagimu maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama islam." (Q S
al-baqarah 132)
20
Ajaran agama islam memiliki karakteristik sbb:
1. sesuai dengan fitrah manusia
2. ajarannya sempurna
3. kebenarannya mutlak
4. mengajarkan keseimbangan dalam berbagai aspek kehidupan
5. fleksibel dan ringan
6. berlaku scara universal
7. sesuai dengan akal pikiran dan memotivasi manusia untuk menggunakan akal
pikirannya
8. inti ajarannya adalah tauhid
9. menciptakan rahmat, kasih syang Allah terhadap mahluknya
2. makna ukhuwah insyaniah
Fungsi sebagai rahmat llah telah dijelaskan dalam al-quran surah al anbiya ‘ ayat
107 yang artinya:
‘’dan tidaklah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi
semesta alam’’(QS al- anbiya ‘ayat 107)"
Bentuk-bentuk kerahmatan Allah pada ajaran islam sbb:
1. Islam memberikan kebebasan pada manusia untuk menggunakan potensi yang
diberikan Allah
2. Islam menghargai dan menghormati manusiasebagai hamba allah, baik mereka
muslim maupun non muslim
3. Islam mengatur pemamfaatan alam secara baik dan professional
4. Islam menghormati kondisi spesifk indifidu manusia dan memberikan
pelakuan yang spesifik pula.
21
3. Ukhuwah Islamiyah Dan Ukhuwah Insaniyah
1. makna ukhuwah islamiyah
kata ukhuwah berarti persaudaraan, maksudnya perasaan simpati daan empati
antara dua orang atau lebih. Persaudaraan sesame muslim berarti saling
menghargai dan saling menghormati relativitas masing masing sebagai sifat
dasar kemanusiaan, seperti perbedaan pemikiran, sehingga tidak menjadi
penghalang untuk saling membantu atau menolong karena diantara mereka
terkait oleh satu keyakinan dan dan jalan hidup, yaitu islam.sebagaimana
disebutkan dalam al quran surat alhujarat ayat 10: yang artinya:
‘’sesungguhnya orang orang mukmin adalah bersaudara, karna itu
damaikanlah antara kedua”
2. makna ukhuwah insaniyah
konsep sesama persaudaran manusia (ukhuwah insaniyah) di landasi ajaran
bahwa semua ummat manusia adalah makhluk Allah. Sebagaimana Allah
menjelaskan dalam al-quran surah al-maidah ayat 48.
Dalam praktek keterangan yang sering timbul antar ummat beragama dengan
pemerintahan disebabkan oleh:
1. Sifat dari masing masing agama yang mengandung tugas dakwa atau misi
2. Kekurangan pengetahuan pemeluk agama akan agamanya atau sendiri atau
agama pihak lain
3. Para pemwluk agamma tidak mampu menahan diri, sehingga kurang
menghormati bahkan memandang renda agama lain.
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan
toleransi dalam dalam kehidupan masayarakat
5. Kecurigaan masing masing akan kejujuran pihak lain, baik intern ummat,
beragama maupun antara ummat beragama dengan pemerintah
6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan
pendapat
22
Dalam pembinaan ummat beragama, para pemimpin dan tokoh dalam
mempunyai peranan yang besar, yaitu:
1. Menerjemahkan nilai nilai dan norma norma agama dalam masyarakat
2. Menerjemahkan gagasan pembangunan kedalam bahasa yang di mengerti
masyarakat
3. Memberikan pendapat, saran dan kritik yang sehat terhadap ide ide dan cara
cara yang di lakukan untuk tugasnyanya pembangunan
4. Mendorong pembangunan dan membimbing masyarakat dan ummat
beragama untuk serta dalam usaha
2.8 KEBERSAMAAN UMMAT BERAGAMA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL
1. pandangan agama islam terhadap ummat non Islam
Dari segi kaidah, setiap orang yang tidak mau menerima islam sebagai
agamanya di sebut kafir atau non islam . Kata kafir berarti orang yang menolak,
yang tidak mau menerima atau menolak menaati aturan allah yang diwujudkan
kepada manusia melalui ajaran islam.
Ketika rasulullah mulai menyampaikan ajaran islam kepada
masyarakat arab, sebagian dari mereka ada yang mau menerima ajaran tersebut
dan sebagianya lagi menolak orang yang menolak ajakan rasulullah saw tersebut
di sebut juga kafir. Mereka terdiri dari orang orang musrik yang menyembah
berhala di sebut orang watsani, dan orang orang ahli kitab baik orang yahudi
maupun orang nasrani.
2. Tanggung jawab sosial ummat Islam
Ummat islam adalah umat yang terbaik yang diciptakan allah dalam
kehidupan ini. Bentuk tanggung jawab sosial ummat islam meliputi berbagai
aspek kehidupan , di antaranya adalah:
1. Menjalin silaturahmi dengan tetangga dalam sebuah hadis rasulullah
menjadikan sebuah kebaikan seseorang kepada tetangganya menjadi salah satu
indicator keimanan
23
2. Memberikan infak sebagian dari harta yang dimiliki, baik yang wajib dalm
bentuk zakat maupun yang sunnah dalam bentuk sedekah.
3. Menjenguk bila ada anggota masyarakat yang sakit dan ta’ziyah bila ada
anggota masyarakat yang meninggal dengan mengantar jenazahnya sampai di
kuburnya.
4. Memberi bantuan kepada masyarakat bila ada yang memerlukan bantuan
5. Penyusunan system sosial yang efektif dan efesien untuk membangun
masyarakat, baik mental spiritual maupun fisik materialnya.
3. amar ma’ruf dan nahi munkar
Amar ma’ruf dan nahi munkar adalah memerintahkan orang lain untuk berbuat
baik dan mencegah perbuatan jahat. Disamping system dan saran pendukung,
amar ma’ruf dan nahi munkar memerlukan juga kebijakan dalam bertindak.
Karna itu rasulullah memberikan tiga tingkatan yaitu:
1. Menggunakan tangan atau kekuasaan apabila ia mampu,
2. Menggunakan lisan, dan
3. Dalam hati apabila langkah pertama dan kedua tidak mmemungkinkan.
Bentuk amar ma’ruf dan nahi munkar yang bersistem diantaranya adalah:
1. Mendirikan mesjid
2. Menyelenggarakan pengajian
3. Mendirikan lembaga wakaf
4. Mendirikan lembaga pendidikan islam
5. Mendirikan lembaga keuangan atau perbangkan syariah
6. Mendirikan media massa islam, Koran, radio, tv dan lain lain
7. Mendirikan panti rehabilitasi anak anak nakal
8. Mendirikan pesantren
9. Menyelenggarakan kajian-kajian islam
10. Membuat jaringan informasi social
24
2.9 PENGERTIAN HAK ASASI MANUSIA
Hak Asasi Manusia adalah hak manusia yang paling mendasar dan
melekat padanya dimanapun ia berada. Tanpa Adanya Hak ini berarti
berkuranglah harkatnya sebagai manusia yang wajar. Hak Asasi Manusia adalah
suatu tuntutan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan, suatu hal yang
sewajarnya mendapat perlindungan hukum.
Dalam mukadimah Deklarasi Universal Hak-hak asasi manusia
(Universal Declaration of Human Rights) dijelaskan mengenai hak asasi manusia
sebagai:
“Pengakuan atas keseluruhan martabat alami manusia dan hak-hak yang sama
dan tidak dapat dipindahkan ke orang lain dari semua anggota keluarga
kemanusiaan adalah dasar kemerdekaan dan keadilan di dunia.”
Ada tiga prinsip utama dalam pandangan normatif hak asasi
manusia, yaitu berlaku secara universal, bersifat non-diskriminasi dan imparsial.
Prinsip keuniversalan ini dimaksudkan agar gagasan dan norma-norma HAM
telah diakui dan diharapkan dapat diberlakukan secara universal atau
internasional. Prinsip ini didasarkan atas keyakinan bahwa umat manusia berada
dimana-mana,disetiap bagian dunia baik di pusat-pusat kota maupun di pelosok
pelosok bumi yang terpencil. Berdasar hal itu HAM tidak bisa didasarkan secara
partikular yang hanya diakui kedaerahahan dan diakui secara lokal.
Prinsip kedua dalam norma HAM adalah sifatnya yang non-
diskriminasi. Prinsip ini bersumber dari pandangan bahwa semua manusia setara
(all human being are equal). Setiap orang harus diperlakukan setara. Seseorang
tidak boleh dibeda-bedakan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini tidak bisa
dipandang sebagai suatu hal yang negatif, melainkan harus dipandang sebagai
kekayaan umat manusia. Karena manusia berasal dari keanekaragaman warna
kulit seperti kulit putih,hitam, kuning dan lainnya. Kenekaragaman agama juga
merupakan sesuatu hal yang mendapat tempat dalam sifat non-diskriminasi ini.
Pembatasan seseorang dalam beragama merupakan sebuah pelanggaran HAM.
25
Prinsip ketiga ialah imparsialitas. Maksud dari prinsip ini
penyelesaian sengketa tidak memihak pada suatu pihak atau golongan tertentu
dalam masyarakat. Umat manusia mempunyai beragam latar belakang sosial
maupun latar belakang kultur yang berbeda antara satu dengan yang lain hal ini
meupakan sebuah keniscayaan. Prinsip imparsial ini dimaksudkan agar hukum
tidak memihak pada suatu golongan.
2.10 SEJARAH PERKEMBANGAN HAM
Perkembangan atas pengakuan hak asasi manusia ini berjalan
secara perlahan dan beraneka ragam. Perkembangan tersebut antara lain dapat
ditelusuri sebagai berikut :
1. HAM di Yunani
Filosof Yunani, seperti Socrates (470-399 SM) dan Plato (428-348 SM)
meletakkan dasar bagi perlindungan dan jaminan diakuinya hak – hak asasi
manusia. Konsepsinya menganjurkan masyarakat untuk melakukan sosial kontrol
kepada penguasa yang zalim dan tidak mengakui nilai – nilai keadilan dan
kebenaran. Aristoteles (348-322 SM) mengajarkan pemerintah harus
mendasarkan kekuasaannya pada kemauan dan kehendak warga negaranya.
2. HAM di Inggris
Inggris sering disebut–sebut sebagai negara pertama di dunia yang
memperjuangkan hak asasi manusia. Tonggak pertama bagi kemenangan hak-hak
asasi terjadi di Inggris. Perjuangan tersebut tampak dengan adanya berbagai
dokumen kenegaraan yang berhasil disusun dan disahkan. Dokumen-dokumen
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Magna Charta
Magna Charta (Piagam Agung) dicetuskan pada 15 Juni 1215 yang
prinsip dasarnya memuat pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih
penting daripada kedaulatan raja. Tak seorang pun dari warga negara merdeka
dapat ditahan atau dirampas harta kekayaannya atau diasingkan atau dengan cara
26
apapun dirampas hak-haknya, kecuali berdasarkan pertimbangan hukum. Piagam
Magna Charta itu menandakan kemenangan telah diraih sebab hak-hak tertentu
yang prinsip telah diakui dan dijamin oleh pemerintah. Piagam tersebut menjadi
lambang munculnya perlindungan terhadap hak-hak asasi karena ia mengajarkan
bahwa hukum dan undang-undang derajatnya lebih tinggi daripada kekuasaan
raja.
Magna Charta yang antara lain memuat pandangan bahwa raja yang
tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum,tetapi ia
sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi
kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggungjawabannya dimuka hukum.
(Mansyur Effendi,1994)
a. Petition Of Right
Pada dasarnya Petition of Rights berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai hak-hak
rakyat beserta jaminannya. Petisi ini diajukan oleh para bangsawan kepada raja
di depan parlemen pada tahun 1628. Isinya secara garis besar menuntut hak-hak
sebagai berikut :
Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan.
Warga negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara di rumahnya.
Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai.
b. Hobeas Corpus Act
Hobeas Corpus Act adalah undang- undang yang mengatur tentang
penahanan seseorang dibuat pada tahun 1679. Isinya adalah sebagai berikut :
Seseorang yang ditahan segera diperiksa dalam waktu 2 hari setelah
penahanan.
Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah menurut hukum.
27
c. Bill Of Rights
Bill of Rights merupakan undang-undang yang dicetuskan tahun 1689
dan diterima parlemen Inggris, yang isinya mengatur tentang :
Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen.
Kebebasan berbicara dan mengeluarkan pendapat.
Pajak, undang-undang dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen.
Hak warga Negara untuk memeluk agama menurut kepercayaan masing-
masing .
Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja
3. HAM di Amerika Serikat
Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The
American Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseau dan
Montequuieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia mempunya Hak merdeka
sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis jika seseorang itu harus di
belenggu sesudah ia lahir ke dunia.(Mansyur Effendi,1994)
Revolusi Amerika dengan Declaration of Independence-nya tanggal 4 Juli
1776, suatu deklarasi kemerdekaan yang diumumkan secara aklamasi oleh 13
negara bagian, merupakan pula piagam hak – hak asasi manusia karena
mengandung pernyataan “Bahwa sesungguhnya semua bangsa diciptakan sama
derajat oleh Maha Pencipta. Bahwa semua manusia dianugerahi oleh Penciptanya
hak hidup, kemerdekaan, dan kebebasan untuk menikmati kebahagiaan.
Declaration of Independence di Amerika Serikat menempatkan Amerika
sebagai negara yang memberi perlindungan dan jaminan hak-hak asasi manusia
dalam konstitusinya, kendatipun secara resmi rakyat Perancis sudah lebih dulu
memulainya sejak masa Rousseau. Kesemuanya atas jasa presiden Thomas
Jefferson presiden Amerika Serikat lainnya yang terkenal sebagai “pendekar”
28
hak asasi manusia adalah Abraham Lincoln, kemudian Woodrow Wilson dan
Jimmy Carter.
4.HAM di Prancis
Selanjutnya pada tahun 1789 lahirlah French Declaration (Deklarasi
Prancis), dimana ketentuan tentang hak lebih terinci lagi sebagaimana termuat
dalam Rule Of Law antara lain yang berbunyi “tidak boleh ada penangkapan
tanpa alasan yang sah. Dalam kaitan itu berlaku prinsip presumption Of Innocent,
yang artinya orang-orang yang ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak
dinyatakan tidak bersalah, sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap yang menyatakan ia bersalah.
2.11 SEJARAH PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA
Indonesia merupakan contoh dari kelompok konsep dunia ketiga yang tidak
ikut dalam perumusan The Universal Declaration of Human Rights tanggal 10
Desember 1948. The Universal Declaration of Human Rights merupakan suatu
deklarasi yang tidak memiliki watak hukum. Kekuatan mengikatnya karena ada
pengakuan terhadap deklarasi itu oleh sistem hukum bangsa-bangsa beradab atau
mendapat kekuatan dari hukum kebiasaan setelah memenuhi dua syarat yaitu
keajegan dalam kurun waktu yang lama dan adanya opinion necesitatis.
Konsep hak asasi manusia bagi bangsa Indonesia telah dirumuskan dalam
Undang – Undang Dasar 1945. Perumusannya belum diilhami oleh The
Universal Declaration of Human Rights karena terbentuknya lebih awal. Dengan
demikian rumusan HAM dalam UUD’45 merupakan pikiran-pikiran yang
didasarkan kepada latar belakang tradisi budaya kehidupan masyarakat Indonesia
sendiri.
Pemahaman Ham di Indonesia sebagai tatanan nilai, norma, sikap yang
hidup di masyarakat dan acuan bertindak pada dasarnya berlangsung sudah
29
cukup lama. Secara garis besar Prof. Bagir Manan pada bukunya Perkembangan
Pemikiran dan Pengaturan HAM di Indonesia ( 2001 ), membagi perkembangan
HAM pemikiran HAM di Indonesia dalam dua periode yaitu periode sebelum
Kemerdekaan ( 1908 – 1945 ), periode setelah Kemerdekaan ( 1945 – sekarang ).
1. Periode Sebelum Kemerdekaan (1908-1945)
Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia, menekankan pada hak politik yaitu
hak untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk menentukan nasib sendiri, hak
berserikat dan berkumpul, hak persamaan di muka hukum serta hak untuk turut
dalam penyelenggaraan Negara.Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan juga
terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI antara Soekarno dan Soepomo di satu
pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada pihak lain.
Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan
dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hak
berserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan tulisan
dan lisan.
2.12 HUBUNGAN ANTARA HAM DENGAN ISLAM
Hak Asasi Manusia dalam islam tertuang secara transenden untuk
kepentingan manusia, lewat syariah islam yang diturunkan melalui wahyu.
Menurut syariah, manusia adalah makhluk bebas yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab dan karena ia juga mempunyai hak dan kebebasan. Dasarnya
adalah keadilan yang ditegakkan atas dasar persamaan atau egaliter, tanpa
pandang bulu. Artinya, tugas yang diemban tidak akan terwujud tanpa adanya
kebebasan sementara kebebasan secara eksistensial tidak terwujud tanpa adanya
tanggung jawab itu sendiri.
30
Sistem HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang
persamaan, kebebasan dan penghormatan terhadap sesama manusia. Persamaan
artinya Islam memandang semua manusia sama dan mempunyai kedudukan
yang sama, satu-satunya keunggulan yang dinikmati seorang manusia atas
manusia lainnya hanya ditentukan oleh tingkat ketakwaannya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13, yang artinya sebagai
berikut :
“Hai Manusia, sesnungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan
permpuan dan kamu jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia diantara kaum adalah
yang paling takwa.”
Sedangkan kebebasan merupakan elemen penting dalam ajaran islam.
Kehadiran islam memberikan jaminan pada kebebasan manusia agara terhindar
dari kesia-siaan dan tekanan, baik yang berkaitan dengan masalah agama,
politik dan ideologi. Pada dasarnya HAM dalam islam terpusat pada lima hal
pokok yang terangkum dalam al-dloruriyat al-khomsah atau yang disebut juga
al-huquq al-insaniyah fi al-islam (hak-hak asasi manusia dalam islam). Konsep
itu mengandung lima hal pokok yang harus dijaga oleh setiap individu yaitu
hifdzu al-din (penghormatan atas kebebasan beragama), hifdza al-mal
(penghormatan atas harta benda), hifdzu al-nafs wa al-ird(penghormatan atas
jiwa, hak hidup dan kehormatan individu) hifdzu al-‘aql (penghormatan atas
kebebasan berpikir) dan hifdzu al-nasl (keharusan untuk menjaga keturunan).
Kelima pokok inilah yang harus dijaga oleh setiap umat islam supaya
menghasilkan tatanan kehidupan yang lebih manusiawi, berdasarkan atas
penghormatan individu atas individu, individu dengan masyarakat, masyarakat
dengan Negara dan komunitas agama dengan komunitas agama yang lainnya.
2.13 PERLINDUNGAN ISLAM TERHADAP HAK ASASI MANUSIA
Adapun hak-hak asasi manusia yang dilindungi oleh hukum islam
31
1. Hak Hidup
Allah menjamin kehidupan, diantaranya dengan melarang pembunuhan
dan meng-qishas pembunuh (lihat QS. 5: 32, QS. 2: 179). Bahkan hak mayit pun
dijaga oleh Allah. Misalnya hadist nabi: "Apabila seseorang mengkafani mayat
saudaranya, hendaklah ia mengkafani dengan baik." Atau "Janganlah kamu
mencaci-maki orang yang sudah mati. Sebab mereka telah melewati apa yang
mereka kerjakan." (Keduanya HR. Bukhari).
Hak hidup dibagi atas beberapa hak antara lain:
a. Hak Pemilikan
Islam menjamin hak pemilikan yang sah dan mengharamkan penggunaan
cara apapun untuk mendapatkan harta orang lain yang bukan haknya,
sebagaimana firman Allah: "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta
sebagian yang lain diantara kamu dengan jalan bathil dan janganlah kamu
bawa urusan harta itu kepada hakim agar kamu dapat memakan sebagian harta
benda orang lain itu dengan jalan berbuat dosa padahal kamu mengetahuinya."
(QS. 2: 188). Oleh karena itulah Islam melarang riba dan setiap upaya yang
merugikan hajat manusia.
b. Hak Berkeluarga
Allah menjadikan perkawinan sebagai sarana mendapatkan ketentraman.
Bahkan Allah memerintahkan para wali mengawinkan orang-orang yang
bujangan di bawah perwaliannya (QS. 24: 32). Allah menentukan hak dan
kewajiban sesuai dengan fitrah yang telah diberikan pada diri manusia dan sesuai
dengan beban yang dipikul individu.
Pada tingkat negara dan keluarga menjadi kepemimpinan pada kepala keluarga
yaitu kaum laki-laki. Inilah yang dimaksudkan sebagai kelebihan laki-laki atas
wanita (QS. 4: 34). Tetapi dalam hak dan kewajiban masing-masing memiliki
beban yang sama. "Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan
32
kewajibannya menurut cara yang ma’ruf, akan tetapi para suami mempunyai
satu tingkatan kelebihan dari istrinya." (QS. 2: 228)
c. Hak Keamanan
Dalam Islam, keamanan tercermin dalam jaminan keamanan mata
pencaharian dan jaminan keamanan jiwa serta harta benda. Firman Allah: "Allah
yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan
mengamankan mereka dari ketakutan." (QS. Quraisy: 3-4).
Diantara jenis keamanan adalah dilarangnya memasuki rumah tanpa izin (QS. 24:
27). Jika warga negara tidak memiliki tempat tinggal, negara berkewajiban
menyediakan baginya. Termasuk keamanan dalam Islam adalah memberi
tunjangan kepada fakir miskin, anak yatim dan yang membutuhkannya. Oleh
karena itulah, Umar bin Khattab menerapkan tunjangan sosial kepada setiap bayi
yang lahir dalam Islam baik miskin ataupun kaya. Dia berkata: "Demi Allah yang
tidak ada sembahan selain Dia, setiap orang mempunyai hak dalam harta
negara ini, aku beri atau tidak aku beri." (Abu Yusuf dalam Al-Kharaj).
d. Hak Keadilan
Diantara hak setiap orang adalah hak mengikuti aturan syari’ah dan diberi
putusan hukum sesuai dengan syari’ah (QS. 4: 79). Dalam hal ini juga hak setiap
orang untuk membela diri dari tindakan tidak adil yang dia terima. Firman Allah
swt: "Allah tidak menyukai ucapan yang diucapkan terus-terang kecuali oleh
orang yang dianiaya." (QS. 4: 148).
Merupakan hak setiap orang untuk meminta perlindungan kepada penguasa yang
sah yang dapat memberikan perlindungan dan membelanya dari bahaya atau
kesewenang-wenangan. Bagi penguasa muslim wajib menegakkan keadilan dan
memberikan jaminan keamanan yang cukup. Sabda nabi saw: "Pemimpin itu
sebuah tameng, berperang dibaliknya dan berlindung dengannya." (HR. Bukhari
dan Muslim).
33
e. Hak Saling Membela dan Mendukung
Kesempurnaan iman diantaranya ditunjukkan dengan menyampaikan hak
kepada pemiliknya sebaik mungkin, dan saling tolong-menolong dalam membela
hak dan mencegah kedzaliman. Bahkan rasul melarang sikap mendiamkan
sesama muslim, memutus hubungan relasi dan saling berpaling muka. Sabda nabi
saw: "Hak muslim terhadap muslim ada lima: menjawab salam, menjenguk yang
sakit, mengantar ke kubur, memenuhi undangan dan mendoakan bila bersin."
(HR. Bukhari).
f. Hak Keadilan dan Persamaan
Allah mengutus rasulullah untuk melakukan perubahan sosial dengan
mendeklarasikan persamaan dan keadilan bagi seluruh umat manusia (lihat QS.
Al-Hadid: 25, Al-A’raf: 157 dan An-Nisa: 5). Manusia seluruhnya sama di mata
hukum. Sabda nabi saw: "Seandainya Fathimah anak Muhammad mencuri, pasti
aku potong tangannya." (HR. Bukhari dan Muslim).
Pada masa rasulullah banyak kisah tentang kesamaan dan keadilan hukum ini.
Misalnya kasus putri bangsawan dari suku Makhzum yang mencuri lalu dimintai
keringanan hukum oleh Usamah bin Zaid, sampai kemudian rasul menegur
dengan: "... Apabila orang yang berkedudukan di antara kalian melakukan
pencurian, dia dibiarkan. Akan tetapi bila orang lemah yang melakukan
pencurian, mereka memberlakukan hukum kriminal..."
2. Hak Kebebasan Beragama dan Kebebasan Pribadi
Kebebasan pribadi adalah hak paling asasi bagi manusia, dan kebebasan
paling suci adalah kebebasan beragama dan menjalankan agamanya, selama tidak
mengganggu hak-hak orang lain. Firman Allah: "Dan seandainya Tuhanmu
34
menghendaki, tentulah beriman orang di muka bumi seluruhnya. Apakah kamu
memaksa manusia supaya mereka menjadi orang beriman semuanya?" (QS. 10:
99).
Untuk menjamin kebebasan kelompok, masyarakat dan antara negara,
Allah memerintahkan memerangi kelompok yang berbuat aniaya terhadap
kelompok lain (QS. 49: 9). Begitu pula hak beribadah kalangan non-muslim.
Khalifah Abu Bakar menasehati Yazid ketika akan memimpin pasukan: "Kamu
akan menemukan kaum yang mempunyai keyakinan bahwa mereka tenggelam
dalam kesendirian beribadah kepada Allah di biara-biara, maka biarkanlah
mereka." Khalid bin Walid melakukan kesepakatan dengan penduduk Hirah
untuk tidak mengganggu tempat peribadahan (gereja dan sinagog) serta tidak
melarang upacara-upacaranya.
3. Hak Bekerja
Islam tidak hanya menempatkan bekerja sebagai hak tetapi juga
kewajiban. Bekerja merupakan kehormatan yang perlu dijamin. Nabi saw
bersabda: "Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang
daripada makanan yang dihasilkan dari usaha tangannya sendiri." (HR.
Bukhari). Dan Islam juga menjamin hak pekerja, seperti terlihat dalam hadist:
"Berilah pekerja itu upahnya sebelum kering keringatnya." (HR. Ibnu Majah).
35
BAB III
PENUTUP
3.1KESIMPULAN
Dari pembahasan dalam makalah ini, dapat kami simpulkan berbagai
macam bahasan mengenai kerukunan antar umat beragama, yaitu : Kendala-
kendala yang dihadapi dalam mencapai kerukunan umat antar beragama ada
beberapa sebab, antara lain;
1. Rendahnya Sikap Toleransi
2. Kepentingan Politik dan
3. Sikap Fanatisme
Adapun solusi untuk menghadapinya, adalah dengan melakukan
Dialog Antar Pemeluk Agama dan menanamkan Sikap Optimis terhadap tujuan
untuk mencapai kerukunan antar umat beragama.
Berdasarkan paparan diatas dan pembahasan diatas dapat ditarik
kesimpulan berdasarkan analisis. Dilihat dari kodrat manusia, hakekatnya telah
dianugerahi hak-hak pokok yang sama oleh Allah SWT. Hak-hak pokok inilah
yang disebut sebagai hak asasi manusia (HAM). Istilah HAM baru muncul setelah
Revolusi Perancis, dimana para tokoh borjuis berkoalisi dengan tokoh-tokoh
gereja untuk merampas hak-hak rakyat yang telah mereka miliki sejak lahir.
Akibat dari penindasan panjang yang dialami masyarakat Eropa dari kedua kaum
ini, munculah perlawanan rakyat dan yang akhirnya berhasil memaksa para raja
mengakui aturan tentang hak asasi manusia.
Di Indonesia penegakan HAM dapat dikatakan kurang berjalan
maksimal. Faktor yang berpengaruh pada penegakan HAM di Indonesia terhambat
seperti masalah politik, dualisme peradilan, prosedural acara.
Ada tiga prinsip utama dalam pandangan normatif hak asasi manusia,
yaitu berlaku secara universal, bersifat non-diskriminasi dan imparsial. Prinsip
36
keuniversalan ini dimaksudkan agar gagasan dan norma-norma HAM telah diakui
dan diharapkan dapat diberlakukan secara universal atau internasional. Prinsip
kedua dalam norma HAM adalah sifatnya yang non-diskriminasi. Prinsip ini
bersumber dari pandangan bahwa semua manusia setara (all human being are
equal). Prinsip ketiga ialah imparsialitas,maksud dari prinsip ini adalah
penyelesaian sengketa tidak memihak pada suatu pihak atau golongan tertentu
dalam masyarakat.
Hak Asasi Manusia dalam islam tertuang secara transenden untuk
kepentingan manusia, lewat syariah islam yang diturunkan melalui wahyu. Sistem
HAM Islam mengandung prinsip-prinsip dasar tentang persamaan, kebebasan dan
penghormatan terhadap sesama manusia.
3.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan untuk masyarakat di Indonesia supaya menanamkan
sejak dini pentingnya menjaga kerukunan antar umat beragama agar terciptanya
hidup rukun antar sesama sehingga masyarakat merasa aman, nyaman dan sejahtera.
Sebagai insan, menegakkan HAM dalam kehidupan sehari-hari bukan hanya
kita sebagai insan politik tetapi juga sebagai umat pengikut ajaran agama yang
dibawa Nabi Muhammad SAW. Dengan menegakkan HAM, kepentingan satu sama
lain tidak akan saling berbenturan sehingga tercipta hubungan yang harmonis dan
saling menghargai.
37
DAFTAR PUSTAKA
http://answer.yahoo.com/hamdalamislam
http://eki-blogger.blogspot.com/2012/09/hak-asasi-manusia-menurut-islam.html
https://harianggarahamdan.wordpress.com/2013/09/22/makalah-ham-dalam-islam/
http://humanrights.go.id
http://tugasku4u.com/2013/02/makalah-kerukunan-antar-umat-beragama.html
http://tugasku4u.com/2013/02/makalah-hak-asasi-manusia-dalam-islam.html
http://tugastugas.tumblr.com/post/40928943971/softskill-makalah-kerukunan-umat-
beragama
38