5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 1/20
KLASIFIKASI KLINIK dan IMUNOLOGIK HIV-AIDS
Definisi infeksi HIV (WHO 2007)
Infeksi HIV pada dewasa atau anak 18 bulan atau lebih didiagnosaberdasarkan :
“ positive HIV antibody testing (rapid or laboratory-based enzyme immunoassay). This is
confirmed by a second HIV antibody test (rapid or laboratory-based enzyme immunoassay)
relying on different antigens or of different operating characteristics” ;
dan / atau :
“ positive virological test for HIV or its components (HIV-RNA or HIV-DNA or ultrasensitive
HIV p24 antigen) confirmed by a second virological test obtained from a separate
determination”.
Untuk anak < 18 bulan :
“ positive virological test for HIV or its components (HIV-RNA or HIV-DNA or ultrasensitive
HIV p24 antigen) confirmed by a second virological test obtained from a separate determination
taken more than four weeks after birth”.
Kriteria Diagnosis HIV lanjut (termasuk AIDS)
- Kriteria klinik : konfirmasi infeksi HIV + bila diduga atau didiagnosis berada dalam
stadium 3 atau 4.
- Kriteria imunologik (dewasa dan anak) : Konfirmasi infeksi HIV + CD4 count < 350/mm3
- Kriteria imunologik ( anak < 5 tahun) : %CD4+ < 30 (< 12 bulan), %CD4+ <25 (12-35
bulan), % CD4+ <20 (36-56 bulan).
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 2/20
- AIDS pada dewasa dan anak : konfirmasi infeksi HIV + diagnosis klinik stadium 4 atau
CD4 < 200/mm3
atau %CD4+ < 15.
Klasifikasi Imunologik pada infeksi HIV (WHO)
Kriteria Klinik HIV/AIDS pada dewasa dan anak (WHO)
Manifestasi Klinik Diagnosis Klinik Diagnosis pasti
Stadium I
Asimptomatik - -
Limphadenopati generalisatapersisten
Pembesaran KGB > 1 cm,tidak nyeri pada 1 atau 2
tempat dengan sebab yang
tidak diketahui dan persistenselama 3 bulan atau lebih
Histology
Stadium II
BB turun <10% BB
sebelumnya
BB turun tanpa sebab yang
elas, atau BB tidak bertambahpada kehamilan
BB turun < 10%
terdokumentasi
URTI rekuren (>1x selama 6bulan)
Sinusitis
Otitis Media
Tonsilopharyngitis
LAB
Herpes Zooter Vesicular rash, nyeri ,distribusi dermatomal, tidak
melewati midline tubuh.
Diagnosis klinik
Angular cheilitis Pecah2 pada sudut bibir yang
bukan diakibatkan oleh def fe,
biasanya berespon denganpemberian terapi antijamur
Diagnosis klinik
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 3/20
Ulserasi oral rekuren ( ≥2 xselama 6 bulan terakhir)
Aphthous, nyeri, dengan halodan pseudomembran kuning
abu-abu
Diagnosis klinik
Papular preuritic eruption Lesi popular Diagnosis klinik
Seborrhoic dermatitis Kulit gatal, bersisik, terutama
pada daerah berambut
Diagnosis klinik
Infeksi jamur pada kuku Paronikia
Onycholisis
Kultur jamur
Stadium III
BB turun > 10 % BBsebelumnya
BB turun tanpa sebab yangelas. Tampak kurus, BMI <
18,5 kg/m2atau BB turun pada
kehamilan
BB turun > 10%terdokumentasi
Diare kronik lebih dari 1 bulan Diare kronik lebih dari 1 bulanyang tidak dapat dijelaskan
penyebabnya
Pem feses
Demam persisten Demam persisten lebih dari 1
bulan
Suhu > 37.50, dengan kultur
darah negative, ziehl-nelsen
negative, apusan darah malaria
negative, foto thorax normal,dan tidak ada focus infeksi
Kandidiasis oral persisten Berupa pseudomembraneusberwarna putih atau
erythematous form
Diagnosis klinik
Oral hairy leukoplakia Diagnosis klinik
TB ( berulang) Gejala kronik : batuk, batuk darah, sesak, nyeri dada, BB
turun, keringat malam, demam.
Dengan sputum BTA + atausputum BTA – dengan
gambaran radiologis yang
mendukung.
BTA sputum +, kultur positif
Infeksi bakteri berat
(pneumonia, meningitis,
empiema, pyomiositis, infeksitulang dan sendi, septicemia,
PID)
Demam disertai gejala dan
tanda spesifik, dan merespon
terhadap pemberian antibiotic.
Isolasi bakteri
Acute necrotizing ulcerative Papilla gingival ulserasi, sangat
nyeri, gigi tanggal, perdarahan,
bau mulut tidak sedap, dll.
Diagnosis klinik
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 4/20
gingivitis atau necrotizing
ulcerative periodontitis.
Anemia ( (8 gr%)
Neutropenia (<0,5×109 /L)
Trombositopenia (<50×109 /L)
kronik
- Lab
Stadium IV
HIV wasting sindrom BB turun > 10% , wasting,
BMI < 18.5 kg/m2
Disertai salah satu :
Diare kronik > 1 bulan tanpa
sebab yang jelas
Atau
Demam > 1 bulan tanpa sebabyang jelas
Pneumocystis pneumonia Dispnoe on exertion atau batuk
tidak produktif, takipneu, dandemam.
Dan
CXR : infiltrate difus bilateral
Dan
Tidak ada bukti infeksi
pneumonia bacterial, krepitasibilateral, dan auskultasi dengan
atau tanpa obs jalan nafas
Cytology, imunofloresent
mikroskopi.
Pneumonia bacterial rekuren ≥ 2x selama 6 bulan terakhir,onset akut (<2 minggu),
dengan gejala berat ( demam,
Kultur
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 5/20
batuk, sesak, nyeri dada).
Dan
Konsolidasi pada pem fisik
atau rontgen thorax. Respon
terhadap antibiotic.
Antigen test
Herpes simplek kronik (orolabial, genital, anorectal)
Herpes simplek kronik (orolabial, genital, anorectal)
lebih dari 1 bulan
Kultur, DNA herpes simplek virus, citologi, histology.
Oesofagial candidiasis Nyeri retrosternal, disfagi,disertai oral candidiasis
Endoskopi, bronkoskopi,mikroskopi, histology.
TB ekstraparu Pleural, pericardia, peritoneal
involvement, meningitis,
mediastinal atau abdominal
lymphadenopathy atau ostetis.
Isolasi M.TB, CXR
Sarcoma kaposi Typical gross appearance inskin or oropharynx of
persistent, initially flat, patches
with a pink or violaceous
colour, skin lesions that usuallydevelop into plaques or
nodules.
Endoskopi, bronkoskopi,histology
CMV disease (selain hati,
limfa, dan KGB)
Retinitis Kultur, DNA, histologi
CNS toxoplasmosis Kelainan neurologis,penurunan kesadaran, dan
respon terhadap terapi spesifik
Antibodi toxoplasma (+) dansatu atau lebih masa
intracranial pada pemeriksaan
CT scan atau MRI
HIV encephalopati Gangguan kognitif / motorik progressive yang tidak
disebabkan oleh sebab lain
Neuroimaging
Criptococcosis ekstrapulmonal
(termasuk meningitis)
Demam, sakit kepala,
meningism, bingung,perubahan tingkah laku, responterhadap criptococcal terapi
Isolasi criptococus neoformans
atau antigen test
Disseminated non tuberculous - Ditemukannya bakteri atipikal
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 6/20
mycobacteria infection
Progressive multifocalleukoencephalopathy.
- Gangguan neurologis progresif (gangguan kognitif, berbicara,
berjalan, penglihatan,
kelemahan ekstremitas, dan
gangguan saraf cranial) disertaidengan lesi hypodense pada
white matter, atau (+)
poliomavirus JC PCR padaLCS,
Chronic cryptosporidiosis - Cysts (+) pada pem Ziehl-Nielsen
Chronic isosporiasis. - Identifikasi Isospora.
Disseminated mycosis(coccidiomycosis atau
histoplasmosis).
- Histology, antigen detection
Atau culture
Recurrent non-typhoid
Salmonella bacteraemia.
Kultur darah
Lymphoma (cerebral atau
Bcell
non-Hodgkin).
- Histology
neuroimaging techniques
Invasive ca cerviks - Histology atau cytologi
Atypical disseminatedleishmaniasis.
- Histology
Symptometic HIV-associatednephropathy.
- Biopsy ginjal
Symptometic HIV-associated
cardiomyopathy.
- Kardiomegali, echo
Referensi :
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 7/20
1. WHO, Clinical Staging And Immunological Classification Of Hiv-Related Disease In
Adults And Children, France, 2007. Hal 8-152. 2. Yayasan Spiritia, Lembaran Informasi Tentang HIV/AIDS Untuk Orang Yang Hidup
Dengan HIV/AIDS (ODHA), Jakarta, 2005. 3. 3. PAPDI, Panduan pelayanan Medik , Jakarta, 2006. Hal 287-288.
ASUHAN KEPERAWATAN HIV/AIDS14 Desember 2009
Tn W dirawat diruang medikal bedah karena diare sudah sebulan tak sembuh-sembuh meskipunsudah berobat ke dokter. Pekerjaan Tn W adalah supir truk dan dia baru saja menikah dua tahun
yang lalu. Tn W mengatakan bahwa dia diare cair ±15 x hari dan BB menurun 7 kg dalam satu
bulan serta sariawan mulut tak kunjung sembuh meskipun telah berobat dan tidak nafsu makan.
Hasil foto thorax ditemukan pleural effusi kanan,hasil laboratorium sebagai berikut : Hb 11gr/dL, leukosit 20.000/Ul, trombosit 160.000/UL, LED 30 mm, Na 8 mmol/L, K 2,8 mmol/L, Cl
11o mmol/L, protein 3,5. Hasil pemeriksaan ditemukan TD 120/80 mmHg, N 120x/mnt, P28x/menit, S 390C, konjungtiva anemis, sklera tak ikterik, paru-paru : ronchi +/+ dan wheezing
+/-.
Diagnosa Medis pada kasus diatas adalah AIDS
AIDS
Pengertian
AIDS atau Acquired Immune Deficiency Sindrome merupakan kumpulan gejala penyakit akibat
menurunnya system kekebalan tubuh oleh virus yang disebut HIV. Dalam bahasa Indonesia
dapat dialih katakana sebagai Sindrome Cacat Kekebalan Tubuh Dapatan.
Acquired : Didapat, Bukan penyakit keturunan
Immune : Sistem kekebalan tubuh
Deficiency : Kekurangan
Syndrome : Kumpulan gejala-gejala penyakit
Kerusakan progresif pada system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit. Serangan penyakit yang
biasanya tidak berbahaya pun lama-kelamaan akan menyebabkan pasien sakit parah bahkan
meninggal.
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 8/20
AIDS adalah sekumpulan gejala yang menunjukkan kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh
yang diakibatkan oleh factor luar ( bukan dibawa sejak lahir )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling erat dari keadaan sakit terus menerus yang berkaitan
dengan infeksi Human Immunodefciency Virus ( HIV ). ( Suzane C. Smetzler dan Brenda G.Bare )
AIDS diartikan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan dalam
respon imun tanpa tanda dan gejala yang nyata hingga keadaan imunosupresi dan berkaitan
dengan pelbagi infeksi yang dapat membawa kematian dan dengan kelainan malignitas yang
jarang terjadi ( Center for Disease Control and Prevention )
1. Etiologi
AIDS disebabkan oleh virus yang mempunyai beberapa nama yaitu HTL II, LAV, RAV. Yangnama ilmiahnya disebut Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) yang berupa agen viral yang
dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap
limfosit T.
1. Patofisiologi
Sel T dan makrofag serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan sumsum
tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) menginfeksi sel lewat pengikatan dengan
protein perifer CD 4, dengan bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat selT4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga
dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dan sel yang
terinfeksi.
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan pemograman ulangmateri genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-stranded DNA. DNA ini akan
disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan kemudian terjadi infeksi yang
permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak dapat mengenali virus HIV sebagai
antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh tidak dihancurkan oleh sel T4 helper.Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4 helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah
mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit B yang memproduksi antibodi,
menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin, dan mempertahankan tubuh terhadapinfeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu, mikroorganisme yang biasanya tidak
menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit
yang serius.
Dengan menurunya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara progresif.
Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T penolong.
Seseorang yang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4
dapat berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per
ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 9/20
Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes zoster dan jamur oportunistik )
muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virusberproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi opurtunistik,
kanker atau dimensia AIDS.
1. Klasifikasi
Sejak 1 januari 1993, orang-orang dengan keadaan yang merupakan indicator AIDS (kategori C)dan orang yang termasuk didalam kategori A3 atau B3 dianggap menderita AIDS.
1. Kategori Klinis A
Mencakup satu atau lebih keadaan ini pada dewasa/remaja dengan infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang sudah dapat dipastikan tanpa keadaan dalam kategori klinis
B dan C.
1. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang simptomatik.
2. Limpanodenopati generalisata yang persisten ( PGI : Persistent Generalized Limpanodenophaty )
3. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV ) primer akut dengan sakit yang menyertai atau
riwayat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang akut.
1. Kategori Klinis B
Contoh-contoh keadaan dalam kategori klinis B mencakup :
1. Angiomatosis Baksilaris
2. Kandidiasis Orofaring/ Vulvavaginal (peristen,frekuen / responnya jelek terhadap terapi
3. Displasia Serviks ( sedang / berat karsinoma serviks in situ )
4. Gejala konstitusional seperti panas ( 38,5o C ) atau diare lebih dari 1 bulan.
5. Leukoplakial yang berambut
6. Herpes Zoster yang meliputi 2 kejadian yang bebeda / terjadi pada lebih dari satu dermaton
saraf.
7. Idiopatik Trombositopenik Purpura
8. Penyakit inflamasi pelvis, khusus dengan abses Tubo Varii
1. Kategori Klinis C
Contoh keadaan dalam kategori pada dewasa dan remaja mencakup :
1. Kandidiasis bronkus,trakea / paru-paru, esophagus
2. Kanker serviks inpasif
3. Koksidiomikosis ekstrapulmoner / diseminata
4. Kriptokokosis ekstrapulmoner
5. Kriptosporidosis internal kronis
6. Cytomegalovirus ( bukan hati,lien, atau kelenjar limfe )
7. Refinitis Cytomegalovirus ( gangguan penglihatan )
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 10/20
8. Enselopathy berhubungan dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
9. Herpes simpleks (ulkus kronis,bronchitis,pneumonitis / esofagitis )
10. Histoplamosis diseminata / ekstrapulmoner )
11. Isoproasis intestinal yang kronis
12. Sarkoma Kaposi
13. Limpoma Burkit , Imunoblastik, dan limfoma primer otak
14. Kompleks mycobacterium avium ( M.kansasi yang diseminata / ekstrapulmoner
15. M.Tubercolusis pada tiap lokasi (pulmoner / ekstrapulmoner )
16. Mycobacterium, spesies lain,diseminata / ekstrapulmoner
17. Pneumonia Pneumocystic Cranii
18. Pneumonia Rekuren
19. Leukoenselophaty multifokal progresiva
20. Septikemia salmonella yang rekuren
21. Toksoplamosis otak
22. Sindrom pelisutan akibat Human Immunodeficiency Virus ( HIV)
5. Gejala Dan Tanda
Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi HumanImmunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan
sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami
demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit,limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5
tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yangpaling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu
protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal
:
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu
mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak
merah ditubuh.
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala
Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan
diperoleh hasil positif.
Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar
getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan.
6. Komplikasi
a. Oral Lesi
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 11/20
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral, gingivitis, peridonitis Human
Immunodeficiency Virus (HIV), leukoplakia oral,nutrisi,dehidrasi,penurunan berat badan,keletihan dan cacat.
b. Neurologik
1. kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human Immunodeficiency Virus (HIV) pada
sel saraf, berefek perubahan kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia,
dan isolasi social.
2. Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia, ketidakseimbangan
elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek : sakit kepala, malaise, demam, paralise, total /
parsial.
3. Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan maranik endokarditis.
4. Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1. Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal, limpoma, dan sarcoma
Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,anoreksia,demam,malabsorbsi, dan dehidrasi.
2. Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat illegal, alkoholik. Dengan
anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, ikterik,demam atritis.
3. Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi perianal yang sebagai akibat
infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus influenza, pneumococcus, dan
strongyloides dengan efek nafas pendek,batuk,nyeri,hipoksia,keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster, dermatitis karena xerosis, reaksi otot,
lesi scabies/tuma, dan dekobitus dengan efek nyeri,gatal,rasa terbakar,infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan pendengaran dengan efek nyeri.
7. Penatalaksanaan
Belum ada penyembuhan untuk AIDS, jadi perlu dilakukan pencegahan HumanImmunodeficiency Virus (HIV) untuk mencegah terpajannya Human Immunodeficiency Virus
(HIV), bisa dilakukan dengan :
1. Melakukan abstinensi seks / melakukan hubungan kelamin dengan pasangan yang tidak
terinfeksi.
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 12/20
2. Memeriksa adanya virus paling lambat 6 bulan setelah hubungan seks terakhir yang tidak
terlindungi.
3. Menggunakan pelindung jika berhubungan dengan orang yang tidak jelas status Human
Immunodeficiency Virus (HIV) nya.
4. Tidak bertukar jarum suntik,jarum tato, dan sebagainya.
5. Mencegah infeksi kejanin / bayi baru lahir.
Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka pengendaliannya yaitu :
1. Pengendalian Infeksi Opurtunistik
Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik,nasokomial, atausepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan
komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis.
1. Terapi AZT (Azidotimidin)
Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS, obat
ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambatenzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 .
Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
1. Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat replikasivirus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
1. Didanosine
2. Ribavirin
3. Diedoxycytidine
4. Recombinant CD 4 dapat larut
1. Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit
khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan danpenelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS.
1. Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat terlarang, makan-makanan sehat,hindari
stress,gizi yang kurang,alcohol dan obat-obatan yang mengganggu fungsi imun.
2. Menghindari infeksi lain, karena infeksi itu dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat reflikasi
Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 13/20
a. Riwayat Penyakit
Jenis infeksi sering memberikan petunjuk pertama karena sifat kelainan imun. Umur kronologis
pasien juga mempengaruhi imunokompetens. Respon imun sangat tertekan pada orang yang
sangat muda karena belum berkembangnya kelenjar timus. Pada lansia, atropi kelenjar timus
dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi. Banyak penyakit kronik yang berhubungandengan melemahnya fungsi imun. Diabetes meilitus, anemia aplastik, kanker adalah beberapa
penyakit yang kronis, keberadaan penyakit seperti ini harus dianggap sebagai factor penunjangsaat mengkaji status imunokompetens pasien. Berikut bentuk kelainan hospes dan penyakit serta
terapi yang berhubungan dengan kelainan hospes :
Kerusakan respon imun seluler (Limfosit T )
Terapiradiasi,defisiensinutrisi,penuaan,aplasia timik,limpoma,kortikosteroid,globulin anti
limfosit,disfungsi timik congenital.
Kerusakan imunitas humoral (Antibodi)
Limfositik leukemia kronis,mieloma,hipogamaglobulemia congenital,protein – liosing enteropati
(peradangan usus)
b. Pemeriksaan Fisik (Objektif) dan Keluhan (Sujektif)
- Aktifitas / Istirahat
Gejala : Mudah lelah,intoleran activity,progresi malaise,perubahan pola tidur.
Tanda : Kelemahan otot, menurunnya massa otot, respon fisiologi aktifitas ( Perubahan TD,frekuensi Jantun dan pernafasan ).
- Sirkulasi
Gejala : Penyembuhan yang lambat (anemia), perdarahan lama pada cedera.
Tanda : Perubahan TD postural,menurunnya volume nadi perifer, pucat / sianosis, perpanjangan
pengisian kapiler.
- Integritas dan Ego
Gejala : Stress berhubungan dengan kehilangan,mengkuatirkan penampilan, mengingkaridoagnosa, putus asa,dan sebagainya.
Tanda : Mengingkari,cemas,depresi,takut,menarik diri, marah.
- Eliminasi
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 14/20
Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram abdominal, nyeri
panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering, nyeri tekan
abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,warna,dan karakteristik urine.
- Makanan / Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang buruk, edema
- Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
- Neurosensori
Gejala : Pusing, sakit kepala, perubahan status mental,kerusakan status indera,kelemahan
otot,tremor,perubahan penglihatan.
Tanda : Perubahan status mental, ide paranoid, ansietas, refleks tidak
normal,tremor,kejang,hemiparesis,kejang.
- Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,pincang.
- Pernafasan
Gejala : ISK sering atau menetap, napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
- Keamanan
Gejala : Riwayat jatuh, terbakar,pingsan,luka,transfuse darah,penyakit defisiensi imun, demam
berulang,berkeringat malam.
Tanda : Perubahan integritas kulit,luka perianal / abses, timbulnya nodul, pelebaran kelenjar
limfe, menurunya kekuatan umum, tekanan umum.
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 15/20
-Seksualitas
Gejala : Riwayat berprilaku seks beresiko tinggi,menurunnya libido,penggunaan pil pencegah
kehamilan.
Tanda : Kehamilan,herpes genetalia
- Interaksi Sosial
Gejala : Masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,isolasi,kesepian,adanya trauma AIDS
Tanda : Perubahan interaksi
- Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Kegagalan dalam perawatan,prilaku seks beresiko tinggi,penyalahgunaan obat-obatanIV,merokok,alkoholik.
c. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes Laboratorium
Telah dikembangkan sejumlah tes diagnostic yang sebagian masih bersifat penelitian. Tes dan
pemeriksaan laboratorium digunakan untuk mendiagnosis Human Immunodeficiency Virus(HIV) dan memantau perkembangan penyakit serta responnya terhadap terapi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
1. Serologis
- Tes antibody serum
Skrining Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan ELISA. Hasil tes positif, tapi bukan
merupakan diagnosa
- Tes blot western
Mengkonfirmasi diagnosa Human Immunodeficiency Virus (HIV)
- Sel T limfosit
Penurunan jumlah total
- Sel T4 helper
Indikator system imun (jumlah <200>
- T8 ( sel supresor sitopatik )
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 16/20
Rasio terbalik ( 2 : 1 ) atau lebih besar dari sel suppressor pada sel helper ( T8 ke T4 )
mengindikasikan supresi imun.
- P24 ( Protein pembungkus Human ImmunodeficiencyVirus (HIV ) )
Peningkatan nilai kuantitatif protein mengidentifikasi progresi infeksi
- Kadar Ig
Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal
- Reaksi rantai polimerase
Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.
- Tes PHS
Pembungkus hepatitis B dan antibody, sifilis, CMV mungkin positif
2. Budaya
Histologis, pemeriksaan sitologis urine, darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi,
untuk mengidentifikasi adanya infeksi : parasit, protozoa, jamur, bakteri, viral.
3. Neurologis
EEG, MRI, CT Scan otak, EMG (pemeriksaan saraf)
Dilakukan dengan biopsy pada waktu PCP ataupun dugaan kerusakan paru-paru
4. Tes Antibodi
Jika seseorang terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka system imun akanbereaksi dengan memproduksi antibody terhadap virus tersebut. Antibody terbentuk dalam 3 –
12 minggu setelah infeksi, atau bisa sampai 6 – 12 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa orang
yang terinfeksi awalnya tidak memperlihatkan hasil tes positif. Tapi antibody ternyata tidak efektif, kemampuan mendeteksi antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah
memungkinkan skrining produk darah dan memudahkan evaluasi diagnostic.
Pada tahun 1985 Food and Drug Administration (FDA) memberi lisensi tentang uji – kadarHuman Immunodeficiency Virus (HIV) bagi semua pendonor darah atau plasma. Tes tersebut,
yaitu :
1. Tes Enzym – Linked Immunosorbent Assay ( ELISA)
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 17/20
Mengidentifikasi antibody yang secara spesifik ditujukan kepada virus Human
Immunodeficiency Virus (HIV). ELISA tidak menegakan diagnosa AIDS tapi hanyamenunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV). Orang yang dalam darahnya terdapat antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV)
disebut seropositif.
2. Western Blot Assay
Mengenali antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan memastikan seropositifitas
Human Immunodeficiency Virus (HIV)
1. Indirect Immunoflouresence
Pengganti pemeriksaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
4. Radio Immuno Precipitation Assay ( RIPA )
Mendeteksi protein dari pada antibody.
c. Pelacakan Human Immunodeficiency Virus (HIV)
Penentuan langsung ada dan aktivitasnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) untuk melacak perjalanan penyakit dan responnya. Protein tersebut disebut protein virus p24, pemerikasaan p24
antigen capture assay sangat spesifik untuk HIV – 1. tapi kadar p24 pada penderita infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) sangat rendah, pasien dengantiter p24 punya
kemungkinan lebih lanjut lebih besar dari menjadi AIDS.
Pengkajian
Data dasar :
Nama : Tn. W
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jakarta
Analisa Data
DS : - diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuh meskipun sudah berobat kedokter.
- Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair kurang lebih 15x/hari
DO : - hasil foto thorax, pleural effusion kanan
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 18/20
Hasil LAB :
- Hb 11 gr/dl
- Leukosit 20.000/uL
- Trombosit 160.000/uL
- LED 30 mm
- Na 98 mmoL/L
- K 2,8 mmol/L
- Cl 110 mmol/L
2. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih
2. Resiko terhadap infeksi b.d imunodefisiensi
Analisa data
No Data Etiologi Masalah
1 DS :
diare sudah 1 bulan tak sembuh-sembuhmeskipun sudah berobat kedokter.
Tn. W mengatakan bahwa dia diare cair
kurang lebih 15x/hari
DO :
- Na 98 mmoL/L
- K 2,8 mmol/L
- Cl 110 mmol/L
Output yang berlebih Kekurangan volume
cairan
2 DS :
Tn.W mengatakan BB menurun 7 kgdalam 1 bulan serta sariawan mulut tak
Imunodefisiensi Resiko infeksi
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 19/20
kunjung sembuh.
DO :
- Leukosit 20.000/uL
- Trombosit 160.000/uL
- LED 30 mm
Rencana asuhan keperawatan
Dx : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan output yang berlebih
Tujuan : – mempertahankan hidrasi cairan yang dibuktikan oleh normalnya kadar elektrolit
Kriteria hasil : – Terpenuhinya kebutuhan cairan secara adekuat
- Defekasi kembali normal, maksimal 2x sehari
Intervensi Rasional
Mandiri
Kaji turgor kulit,membran mukosa, dan
rasa haus
Pantau masukan oral dan memasukkan
cairan sedikitnya 2500 ml/hari Hilangkan makanan yang potensial
menyebabkan diare, yakni yang pedas/
makanan berkadar lemak tinggi, kacang,
kubis, susu.
Berikan makanan yang membuat pasien
berselera.
Kolaborasi
Berikan obat-obatan sesuai indikasi :
antiemetikum, antidiare atauantispasmodik.
Pantau hasil pemeriksaan laboratorium.
Berikan cairan/elektrolit melalui selang
makanan atau IV.
Indikator tidak langsung dari status cairan.
Mempertahankan keseimbangan cairan,
mengurangi rasa haus, melembabkan
mukosa.
Mungkin dapat mengurangi diare.
Meningkatkan asupan nutrisi secara
adekuat.
Mengurangi insiden muntah, menurunkan
jumlah keenceran feses mengurangi kejang
usus dan peristaltik.
Mewaspadai adanya gangguan elektrolit
dan menentukan kebutuhan elektrolit.
Diperlukan untuk mendukung volume
sirkulasi, terutama jika pemasukan oral
tidak adekuat.
5/16/2018 Klasifikasi Klinik Dan Imunologik - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/klasifikasi-klinik-dan-imunologik 20/20
Dx : Resiko infeksi b.d imunodefisiensi
Tujuan : – Mengurangi resiko terjadinya infeksi
- Mempertahankan daya tahan tubuh
Kriteria hasil: – Infeksi berkurang
- Daya tahan tubuh meningkat
Intervensi Rasional
Mandiri
Pantau adanya infeksi : demam, mengigil,
diaforesis, batuk, nafas pendek, nyeri oral
atau nyeri menelan. Ajarkan pasien atau pemberi perawatan
tentang perlunya melaporkan
kemungkinan infeksi.
Pantau jumlah sel darah putih dan
diferensial
Pantau tanda-tanda vital termasuk suhu.
Awasi pembuangan jarum suntik dan mata
pisau secara ketat dengan menggunakan
wadah tersendiri.
Kolaborasi
Beriakan antibiotik atau agen antimikroba,
misal : trimetroprim (bactrim atau septra),
nistasin, pentamidin atau retrovir.
Deteksi dini terhadap infeksi penting untuk
melakukan tindakan segera. Infeksi lama
dan berulang memperberat kelemahan
pasien.
Berikan deteksi dini terhadap infeksi.
Peningkatan SDP dikaitkan dengan infeksi
Memberikan informasi data dasar,
peningkatan suhu secara berulang-ulang
dari demam yang terjadi untuk
menunjukkan bahwa tubuh bereaksi pada
proses infeksi ang baru dimana obat tidak
lagi dapat secara efektif mengontrol infeksi
yang tidak dapat disembuhkan.
Mencegah inokulasi yang tak disengaja
dari pemberi perawatan.
Menghambat proses infeksi. Beberapa
obat-obatan ditargetkan untuk organisme
tertentu, obat-obatan lainya ditargetkan
untuk meningkatkan fungsi imun
Suka
Be the first to like this post.
from → IMUNOLOGI, Keperawatan Medikal Bedah