A. Kode Etik Jurnalistik dan Pers yang Bebas dan Bertanggung Jawab
baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.
1. Kode Etik Wartawan Indonesia
Kemerdekaan pers merupakan sarana terpenuhinya hak asasi manusia
untuk berkomunikasi dan memperoleh infonnasi. Bahkan kemerdekaan pers
tersebut merupakan jaminan yang diberikan oleh Pasal 28FUUD 1945 yang
menyatakan "Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh
informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta
berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi dengan menggunakan segalajenis saluran yang
tersedia".
Dalam mewujudkan kebebasan pers, wartawan Indonesia menyadari
adanya tanggung jawab sosial serta keberagaman masyarakat. Guna
menjamin tegaknya kebebasari pers serta terpenuhinya hak-hak
masyarakat diperlukan suatu landasan etika atau moral profesi yang dapat
menjadi pedoman operasional dalam menegakkan integritas dan
profesionalitas wartawan. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan
kode etik wartawan Indonesia, yaitu sebagai berikut:
a. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar.
b. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh
dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada sumber
informasi.
c. Wartawan Indonesia menghormati asas praduga tidak bersalah, tidak
mencampurkan fakta dengan opini, berimbang, dan selalu meneliti
kebenaran informasi serta tidak melakukan plagiat.
d. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta,
fitnah, sadis, dan cabul, serta tidak menyebutkan iderttitas korban
kejahatan susila.
e. Wartawan Indonesia tidak menerima snap dan tidak menyalahgunakan
profesi.
f. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo,
informasi latar belakang, dan off the record sesuai kesepakatan.
Pengawasan dan penetapan sanksi atas pelanggaran kode etik ini
sepenuhnya diserahkan kepada jajaran pers dan dilaksanakan oleh
organisasi yang dibentuk untuk itu. Oleh karenanya, kita perlu
mengernukakan kehadiran Dewan Pers yang merupakan hasil pemilihan
oleh masyarakat pers yang sesuai dengan UU No. 40 tahun 1999 yang
ditetapkan oleh presiden. Dewan Pers sekarang independen, tidak ada
campur tangan dari pemerintah. Dewan Pers merupakan lembaga tertinggi
dalam sistem pembinaan pers di Indonesia dan memegang peranan utama
dalam institution building bagi pertumbuhan dan perkembangan pers.
Dewan Pers memiliki tugas-tugas antara lain sebagai benkut:
a. Melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain.
b. Melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers,
menetapkan, dan mengawasi pelaksanaan kode etik jurnalistik.
c. Memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian
pengaduan masyarakat atas kasus-kasus yang berhubungan dengan
pemberitaan pers.
d. Mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah.
e. Mernfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-
peraturan di bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi
kewartawanan.
f. Mendata perusahaan pers.
Dewan Pers mempunyai tugas yang cukup berat, yang tidak hanya
melindungi kemerdekaan pers, tetapi juga mengawasi agar kode etik pers
dilaksanakan. Dewan Pers juga bertugas menjadi perantara penyelesaian
bila terjadi perselisihan antara masyarakat dan pers, meningkatkan kualitas
wartawan, serta mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan
pemerintah. Pelaksanaan kode etik oleh wartawan sangatlah penting.
Langkah lain yang juga mendesak ialah memperbaiki terus-menerus
kompetensi profesional wartawan, termasuk kegiatan pers sebagai usaha
ekonomi.
2. Kepatuhan pada Kode Etik Jurnalistik
Perhatian yang begitu besar akhir-akhir ini terhadap kode etik jurnalistik
menjadi bahan refleksi, kritik, dan koreksi din agar kode etikjumalistik dapat
dipahami oleh mitra pers. Dengan dipahaminya kode etik, sumber berita
mengetahui hak dan kewajibannya. Selain itujuga mengetahui cara-cara
menghadapi wartawan sehingga tidak dengan mudah bisa diaduk-aduk
pendapatnya.
Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) secara
periodik membuat paparan mengenai pelanggaran kode etik. Disamping
itujuga secara periodik diberitahukan mengenai keluhan dan pengaduan
sumber informasi dan masyarakat. Dalam pemberitahuan secara periodik itu
dirinci secara jelas masalah-masalahapa saja yang dilanggar atau
dikeluhkan dan diadukan sumber informasi dan masyarakat. Dengan
demikian, para pimpinan atau pengasuh media massa mengetahui
persisjenis-jenis berita dan tulisan yang dianggap tidak sesuai dengan
ketentuan asas-asas kode etik jurnalistik.
Asas-asas jumalistik wartawan Indonesia antara lain meliputi:
a. Asas Profesionalisme
1) Tidak memutarbalikkan fakta, tidak mernfitnah;
2) Berimbang, adil, dan jujur;
3) Mengetahui perbedaan kehidupan pribadi xian kepentingan umum;
4) Mengetahui teknis penulisan yang tidak melanggar asas praduga
tidak bersalah serta tidak menigikan korban kesusilaan;
5) Mengetahui kredibilitas nara sumber;
6) Sopan dan terhormat dalam mencari berita;
7) Tidak melakukan plagiat;
8) Meneliti semua kebenaran bahan berita lebih dahulu;
9) Tanggungjawab moral besar (mencabut sendiri berita yang salah
walaupun tanpa ada permintaan).
b. Asas Nasionalisme
1) Mengabdi untuk kepentingan bangsa dan negara;
2) Memperhatikankeselamatankeamanan bangsa;
3) Memperhatikan persatuan dan kesatuan negara.
c. Asas Demokrasi
1) Harus cover both side
2) Harus jujur dan berimbang.
d. Asas Religius
1) Menghormati agama, kepercayaan, dan keyakinan agama lainnya;
2) Beriman dan bertakwa.
Kenyataan menunjukkan bahwa tuntutan masyarakat terhadap pers
begitu besar. Walaupuh yang dapat disajikan oleh pers terbatas, baik
karena terbatasnya ruang maupun karena pertimbangan kebijakan. Apa
yang disajikan pers tidak sebanding dengan tuntutan masyarakat. ltu pun
masih dapat mengundang teguran atau imbauan melalui banyak cara.
Sebab, kebutuhan dan dinamika masyarakat itu serba simultan dan berubah
sangat pesat, sedangkari pers sangat terbatas dalam memenuhi tuntutan
itu. Pers terikat oleh pola periodisitas dalam proses produksi dan
distribusinya.
Hal lainnya ialah menyangkut visi dan nilai-nilai {values). Pada
urnumnya, visi dan nilai-nilai wartawan generasi muda sekarang berbeda
dengan visi dan nilai-nilai generasi yang lebih tua. Masalah ini tentu
memerlukan pemikiran. Panggilan tugas datang di mana mereka harus
segera bertugas dan berpacu dengan irama perkembangan kehidupan
masyarakat yang berubah cepat. Arus keserentakan perkembangan inilah
yang antara lain membawa mereka pada suatu keadaan sehingga sering
terjadi wartawan tidak lagi peliput dan perekarn peristiwa, tetapijuga menjadi
pemain bahkan aktivis.
Pers itu sebenarnya merupakan refleksi dari kenyataan masyarakat.
Akan tetapi, yang paling sulit bagipers dikaitkan dengan tanggung jawab
serta ketentuan kode etik ialah menjelaskan duduk kejadian (perkara)
seperti apa adanya. Belum tentu semua yang kita ketahuiberkenaan dengan
suatu kejadian atau perkara dapat disajikan kepada publik. Tentu di sana
ada penilaian-penilaian terteotu yang menuntut kecermatan, kehati-hatian,
dan pertimbangan yang matang. Di sini terjadi pergulatan batin, yang
akhirnya kembali berpulang pada sumber daya manusianya termasuk
masalah editorial management yang baik.
Kode etik jlirnalistik merupakan kebutuhan mutlak karena pers dikatakan
berbobot dan berwibawa serta dipercaya apabila mematuhi ketentuan kode
etik. Jadi, kepatuhan atas kode etik sangat perlu supaya pers dapat
dipercaya. Membangun bobot profesi supaya semakin dianggap, menilai
bahwa perlu dan dihormati oleh masyarakat memang penting. Narnun,
masyarakat pers akhir-akhir ini telah terbawa oleh arus kepentingan bisnis,
berkeping-keping dalam kompetisi sehingga yang disebut solidaritas profesi
itu agak kurang, meski perlu disadari bahwa solidaritas profesi tersebut
perlu diperkukuh.
3. Menyampaikan Informasi secara Menank dan Bermakna
Munculnya media massa seperti koran, tabloid, majalah, radio, televisi,
dan bahkan internet, tumbuh cepat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Dengan media tersebut masyarakat dapat memperoleh informasi-informasi
secara lebih leluasa dan lengkap. Anis informasi semakin berkembang
sehingga khalayak kebanjiran informasi, yang memungkinkan munculnya
persoalan klasik yaitu peranan seleksi, agar informasi menjadi jelas arti dan
maknanya. Orang membaca surat kabar misalnya, bertujuan untuk mencari
Menurut informasi yang cukup lengkap sehingga suatu masalah jelas duduk
perkaranya dan karena itu harus diberikan bahan informasi yang berarti.
sebagai infori Ribuan informasi, bahkan jutaan informasi tidaklah mungkin
termuat dan bermakna seluruhnya dan tersiarkan pula seluruhnya. Oleh
karena itu, mau tidak mau ada proses seleksi atau memilih. Inilahjasa
semua media, terutama media cetak. Dengan penyajian informasi yang
lebih jelas arti dan maknanya, pembaca akan memperoleh informasi yang
bukan saja bermanfaat karena memberikan pengetahuan aktual, tetapi
sekaligus memperoleh informasi-informasi yang membantu pembaca untuk
menempatkan dirinya. Yakni menempatkan din dalam lingkungan hidupnya.
Tidak ada peristiwa atau persoalan yang begitu saja jatuh dan langit,
melainkan ada latar belakangnya, ada prosesnya, ada kaitan-kaitannya, dan
ada pula konteksnya.
Agar surat kabar dapat menjalankan panggilannya secara memadai, ia
memerlukan kebebasan. Kita patut bersyukur bahwa kebebasan pers itu kini
telah ada. Kebebasan pers menjadi salah satu pilar dan perangkat
demokrasi. Demokrasi hanya dapat berkembang dan berfungsi semestinya,
jika ditunjang oleh kebebasan pers. Kebebasan pers itu diperlukan agar
rakyat sebagai pemegang kedaulatan mempunyai informasi yang aktual dan
memadai. Dengan demikian, di satu sisi kekuasaan dapat dikontrol dan
dimintai pertanggungjawabannya, dan di sisi lain proses edukasi serta
pencerahan yang cerdas bagi seluruh masyarakat akan berlangsung.
Kebebasan pers bermakna penuh, jika ia memberi kesempatan bagi
perbaikan dan peHingkatan terus-menerus kompetensi wartawan dan
karyawan pers. Kebebasan itujuga disertai tanggungjawab yang bersumber
pada suara hati, kepentingan urnum, serta kode etik yang dibuat secara
suka rela dan mengikat wartawan atas kemauannya sendiri. Etika
merupakan kewajiban terhadap diri sendiri dan orang lain. Sementara itu,
aspirasi masyarakat, khalayak pembaca, dan para pelanggan surat kabar
menjadi isyarat dan petunjuk bagi peningkatan kualitas informasi yang akan
disajikan. Masyarakat dan khalayak pembaca memerlukan informasi yang
menank, sekaligus berarti dan bermakna. Media massa tersebut ikut
membantu menjelaskan duduk perkaranya. la tidak sekadar kumpulan
berita, kejadian, dan masalah.
Cakrawala kehidupan khalayak semakin luas, semakin kaya dan
bervariasi ke dalam serta semakin kaya dan beragam ke luar. Orang suka
membaca yang menarik, yang memperkaya kehidupan, yang menggetarkan
rasa kemanusiaan, dan rasa kesetiakawanan. Orang suka membaca yang
menarik, tata wajah surat kabar seluruh dunia berubah. Di mana-mana
orang melakukan perubahan desain atau pendesainan ulang (redesign),
memperbarui dan menyegarkan tata wajah. Tujuan pembaruan tata wajah
ialah memperkuat ekspresijati diri surat kabar itu sendiri, dengan melakukan
secara bijak sesuai dengan masukan dan keterlibatan khalayak pembaca.
4. Sistem Pers yang Bertanggung Jawab
Apabila kita memperhatikan secara saksama, semua sistem pers yang
berlaku di sedap negara bergantung pada ideologi dan sistem nilai bangsa
masing-masing. Jika dibandmgkan antara yang satu dan yang lainnya,
sedap sistem mempunyai kekurangan disamping kelebihannya. Misalnya,
dalam sistem pers di negara komunis, kontrol sosial pers hanya
memendngkan misi kepentingan pemerintah demi stabilitas politik
sehingga aspirasi masyarakat kurang mendapat perhadan. Berita dan
informasi pers cenderung membatasi kepentingan individu dan
masyarakat Sistem itu berlaku di negara-negara Eropa Timur, terntama
sebelum runtuh dan pecahnya Uni Soviet seperd Rusia, Bulgaria, dan
Cekoslowakia. Di negara-negara tersebut pers berfungsi sebagai sarana
propaganda dan alat peijuangan paham komunisme. Sebaliknya, dalam
sistem pers liberalis hanya golongan kuat saja yang dapat mewarnai nilai
berita dan informasi yang disiarkan sehingga kelompok lemah dapat
terabaikan aspirasinya.
Dalam negara yang menganut paham liberalisme, pers dapat
berkembang pesatsecara bebas, sebebas-bebasnya. Hal itu disebabkan
hak kebebasan pers benar-benar dijamin keberadaannya selaras dengan
paham liberalisme. Wartawan surat kabar dapat menulis berita secara
bebas yang kadang-kadang beibeda dan cermin kepentingan masyarakat
atau pemerintah. Demikian pula di negara kapitalis, pengusaha lebih
dominan menampakkan berita dan informasi pers demi kepentingan
pemilik modal atau pengusaha. Dalam hal itu dapat terfadi bahwa
kelompok minoritas justru memiliki peluang lebih besar dalam penguasaan
informasi dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Altematif lain untuk mengurangi kelemahan dan kekurangsempurnaan
sistem pers ialah sistem pers yang bebas dan bertanggung jawab. Sistem
pers yang bertanggungjawab sosial merupakan bentuk sistem konvergensi
atau perpaduan yang diformulasikan sedemikian rupa dari sistem-sistem
yang sudah ada dan disesuaikan dengan kodrat manusia secara universal.
Sistem itu muncul atas dasar adanya sistem liberal yang bebas tanpa
batas. Apa gunanyajika kebebasan yang mutlak dilaksanakan, temyata
justru menimbulkan permasalahan yang mengganggu kebebasan manusia
itu sendiri. Penyebabnya ialah dengan kebebasan yang dilaksanakan
secara mutlak semakin menimbulkan terlanggamya hak-hak orang lain
dalam hidup bermasyarakat.
Komisi Kebebasan Pers (Commission on Freedom of the Press) di
Amerika Serikat menguraikan tentang tanggung jawab pers antara h n:
a. Pers harus memberi laporan peristiwa sehari-hari secara jujur, luas,
dan cermat dalam konteks yang memberi arti terhadap kejadian itu.
b. Pers harus menjadi forum pertukaran komentar dan kritik.
c. Pers harus menonjolkan keadaan yang tepat mengenai kelompok-
kelompok yang penting dalam masyarakat.
d. Pers harus bertanggungjawab terhadap penyajian dan penjelasan
mengenai tujuan dan nilai-nilai masyarakat.
e. Pers harus memberikan akses penuh pada pengetahuan mutakhir.
Pers yang bebas mengungkap berita yang menyangkut hak kerahasiaan
seseorang berarti melanggar hak-hak kodrati manusia yang bersangkutan.
Manusia merupakan makhiuk sosial yang dalam hal-hal tertentu harus
melakukan pekerjaan bersama, karena tanpa orang lain tidak akan
mampu melaksanakannya. Risiko atas suatu peristiwa yang terjadi atau
akibat langsung ataupun tidak langsung dari suatu perbuatan tertentu
menjadi konsekuensi bersama untuk menghadapinya. Manusia yang hidup
di muka bumi ini tidaklah dapat secara sendirian, tetapi mesti dalam
kebersamaan dengan yang lain. ltulah perlunya tanggung jawab sosial,
Pers yang tidak mengindahkan nilai-nilai sosial masyarakat pasti suatu
ketika akan merugikan masyarakatnya.
Inti permasalahan dalam pembicaraan mengenai sesuatu sistem pers
yaitu sistem kebebasannya. Sesuatu sistem pers itu diciptakanjustru untuk
menentukan bagaimana sebaiknya pers tersebut dapat melaksanakan
kebebasan dan tanggung jawabnya.
D Menentukan Sikap terhadap Upaya Pemerintah dalam Mengendalikan
Kehebasan Pers
1. Mewujudkan Pers Pancasila
Keterbukaan informasi merupakan suatu kondisi yang memungkinkan
demokrasi berfungsi. Tidak ada demokiasi, apa pun predikat danjenisnya,
tanpa partisipasi politik rakyat. Tidak akan ada partisipasi rakyat tanpa
transparansi (keterbukaan), tanpa keterbukaan politik, termasuk di
dalamnya keterbukaan informasi. Keterbukaan dapat berjalan optimal hanya
dalam iklim dan lingkungan yang demokratis, jika ada pemimpin-pemimpin
di jajaran pemerintahan, sipil atau militer, yang menghormati hak-hak politik
rakyat. Kemudian ada lembaga perwakilan rakyat yang kuat untuk
mengartikulasikan, menyalurkan, dan mengawasi realisasi aspirasi rakyat
tersebut.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat
kurang dapat diimbangi oleh penyesuaian perangkat hukum yang
memungkinkan kebebasan pers berjalan secara sinergis dengan penibahan
sosial yang terjadi sehingga masih terdapat kalangan yang menafsirkan
bahwa kebebasan pers yang berkembang saat ini cenderung tanpa batas.
Bila penafsiran tersebut dibiarkan semakin berlanit, akan mengundang
instabilitas dan menjebak alam pikiran kita kepada perilaku disintegratif
yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Adanya tindakan-tindakan pemasungan terhadap kebebasan pers,
selain tidak sesuai dengan kaidah demokrasi Pancasila, juga tidak
menjamin terciptanya iklim yang kondusif (mendukung) bagi kehidupan
masyarakat yang ulet dan tangguh. Dalam konteks kebebasan pers dapat
dilihat melalui dua perspektif, yakni ditinjau dan perspektif hukum dan
perspektifbudaya. Dan segi perspektif hukum, maraknya pemberitaan, baik
dan media cetak maupun media elektronik merupakan hal yang wajar terjadi
dalam sistem demokrasi. Sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28F UUD
1945 "Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi
untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya serta berhak untuk
mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan
informasi dengan menggunakan segalajenis saluran yang ada'\ Hal ini
menunjukkan bahwa di Indonesia hak berkomunikasi dan memperoleh
informasi merupakan hak yang dilindungi oleh konstitusi.
Dari segi perspektifbudaya, hendaknya disadari bahwa kita sernuabukan
berakar dan berasal dan nimpun bangsa yang tidak mengenal norma
budaya dan kita semua juga ingin menjadi bangsa yang memiliki norma
budaya yang dapat memberikan ketenteraman hidup bagi semua warganya.
Oleh karena itu, kita perlu memahami bahwa tidak semua persoalan hidup
ini dapat diwadahi dalam hukum. Kebebasan pers tetap perlu
dikembangkan sesuai dengan norma budaya yang berlaku. Jadi, sikap yang
paling arif dalam memenuhi hasrat untuk mengejar kebebasan tersebut,
selain membaca peraturan perundang-undangan, juga harus
memperhatikan seberapa jauh norma budaya yang berlaku dapat menjamin
terciptanya suasana yang kondusif yang memungkinkan kebebasan pers
dapat berjalan sesuai dengan rambu-rambu Pancasila.
Kita menyadari akan kedudukan dan fungsi Pancasila bagi
pembangunan bangsa Indonesia. Di satu pihak, Pancasila merupakan cita-
cita hukum, yang penafsirannya ditentukan dalam UUD 1945. Disini
Pancasila merupakan dasar negara danjuga surnber hukum dasar nasional.
Di pihak lain, Paficasila merupakan cita-cita moral atau pandangan hidup
yang memberi pegangan dan tuntunan bagi bangsa Indonesia. Untuk benar-
benar berfungsi sebagai tuntunan bagi perilaku dan perikehidupan bangsa,
nilai-nilai Pancasila perlu dihayati dan diamalkan oleh setiap warga negara
Indonesia, termasuk lembaga kenegaraan dan lembaga kemasyarakatan
seperti pers.
2. Berbagai Ketentuan tentang Kebebasan Berkomunikasi dan
Memperoleh Informasi di Indonesia
Menyadari akanpentingnya komunikasi dan informasi dalam kehidupan
sehari- hari, membuat komunikasi dan informasi merupakan salah satu
kebutuhan pokok manusia di era modern dewasa ini. Dalam masalah
kebebasan berkomunikasi (berbicara) dan menyampaikan informasi,
pemerintah telah memberikan ketentuan hukum yang mengacu pada Pasal
28 UUD 1945 yang berbunyi "Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang". Dan ketentuan tersebut dikeluarkan berbagai
ketentuan undang-undang antara lain UU No. 9 tahun 1998 tentang
Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Urnum, UU No. 32 tahun
2002 tentang Penyiaran, dan UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers.
a. Menyampaikan Pendapat di Muka Umum
Dalam penyampaian pendapat di muka umum yang dilakukan oleh
warga negara, aparatur pemerintah berkewajiban dan bertanggungjawab
untuk
1) melindungi hak asasi manusia;
2) menghargai asas legalitas;
3) menghargai prinsippradugatidakbersalah;
4) menyelenggarakan pengamanan.
Berbagai ketentuan dalam penyampaian pendapat di muka umum telah
diatur sedemikian rupa untuk menciptakan suasana tertib dan aman.
Penyampaian pendapat misalnya dilaksanakan 4i tempat-tempat terbuka
untuk umum, kecuali di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah,
instalasi militer, rumah sakit, pelabuhan udara maupun laut, stasiun kereta
api, terminal angkutan darat, dan objek-objek vital nasionaL Selain itu
penyampaian pendapat juga tidak boleh dilakukan pada hari besar nasional
seperti peringatan hari kemerdekaan Rl setiap tanggal 17 Agustus,
b. Kebebasan berbicara dan menyampaikan pendapat melalui
penyiaran
Kebebasan berbicara dan menyampaikan pendapat melalui penyiaran
merupakan perwujudan hak asasi manusia yang telah diakui oleh UUD
1945 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 dan 28F.
Dengan maraknya perkembangan bisnis penyiaran di tanah air melalui
media komunikasi massa seperti televisi, radio, dan siaran iklan, diperlukan
peraturan perundang-undangan yang mengatur hal tersebut. Maka
pemerintah mengeluarkan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran
sebagai dasar pengaturan dan pembinaan penyelenggaraan penyiaran
sehingga dapat menjamin ketertiban dan kepastian hukum.
Dalam ketentuan UU No. 32 tahun 2002 diatur bahwa penyiaran
diarahkan untuk
1) menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945;
2) menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama sertajati diri
bangsa;
3) meningkatkan kualitas sumber daya manusia;
4) menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa;
5) meningkatkan kesadaran ketaatan hukum dan disiplin nasional;
6) menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif masyarakat
dalam pembangunan nasional dan daerah serta melestarikan lingkungan
hidup;
7) mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung persaingan yang
sehat di bidang penyiaran;
8) mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan
pemerataan, dan memperkuat daya saing bangsa dalam era globalisasi;
9) memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung jawab;
10)memajukan kebudayaan nasional.
Untuk mewujudkan pelaksanaan siaran yang sesuai dengan asas,
tujuan, fungsi, dan arah siaran, maka isi siaran wajib mengandung
informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan
intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga
persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya
nasional.
Oleh karena itu, isi siaran dilarang bersifat fitnah, menghasut,
menyesatkan, dan/atau bohong;menonjolkan unsur kekerasan, cabul,
perjudian, penyalahgunaan narkotika, dan obat terlarang;
mempertentangkan suku, agama, ras, dan antar golongan.
c. Kemerdekaan pers sebagai wujud kedaulatan rakyat
Kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat.
Kebebasan pers juga menjadi unsur yang sangat penting untuk
menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bemegara yang
demokratis sehingga kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan pendapat
sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 UUD 1945 harus terjamin.
Disamping itu, hak memperoleh informasi sesungguhnya merupakan hak
asasi manusia yang sangat hakiki, yang diperlukan untuk menegakkan
keadilan dan kebenaran, memajukan kesejahteraan umum, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pers nasional sebagai wahana komunikasi massa, penyebar informasi,
dan pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi, hak,
kewajiban, dan peranannya dengan sebaik-baiknya. Pers nasional juga
harus berdasarkan kemerdekaan pers yang profesional sehingga mendapat
jaminan dan perlindungan hukum, serta bebas dan campur tangan dan
paksaan dan mana pun. Karena kemerdekaan itu, pers merupakan salah
satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip demokrasi,
keadilan, dan supremasi hukum. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers
nasional mempunyaihak mencari, memperoleh, dan menyebarluaskan
gagasan dan informasi secara bertanggung jawab.
E. Dampak Penyalahgunaan Kebebasaii Media Massa
Pada era globalisasi dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa dengan
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, peran media massa
menjadi sangat penting dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara.
Dengan alat komunikasi dan informasi yang canggih suatu berita dan informasi
dapat segera sampai di kalangan masyarakat luas. Berita media massa telah
menjadi salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan masyarakat. Opini publik
mudah terbentuk dan terpengaruh oleh media massa.
1. Pengaruh Media Massa pada Individu
Dan beberapa penelitian tentang pengaruh media massa pada individu oleh
beberapa ahli komunikasi menghasilkan bahwa media massa berpengaruh
terhadap individu. Apakah media massa berpengaruh sangat kuat dan
langsung pada individu? Inilah barangkali pertanyaan yang sering terlontar dan
jawabannya sangatlah bervariasi. Artinya, ada masanya hasil penelitian
mengatakan pengaruh media massa sangat kuat dan langsung pada individu
dan ada masanya pula hasil penelitian yang mengatakan pengaruh media
massa itu sifatnya tidak langsung. Disamping keduanya, ada juga hasil
penelitian yang moderat.
Dalam perkembangannya, cara pandang terhadap pengaruh media
terhadap individu mengalami perubahan. Untuk itulah dalam bab ini akan
kitabahas tentang sejarah pengaruh media massa pada individu dan fakta yang
selama ini diungkap tentang efek media massa berdasarkan serangkaian
penelitian.
a. Media massa berpengaruh secara langsung terhadap perilaku manusia
Kita sering menjumpai di berbagai media massa pernyataan-pernyataan
bahwa anak-anak remaja banyak yang hidup serumahtanpa nikah. Hal itu
mereka lakukan karena pengaruh tayangan film pomo yang ditayangkan televisi
dan bioskop. Juga perkelahian remaja dan penggunaan narkoba disebabkan
oleh tayangan kekerasan di televisL Hal ini menunjukkan bahwa media massa
berpengaruh secara langsung terhadap perilaku masyarakat.
Pernyataan tersebut bukanlah bualan semata karena banyak contoh yang
dapat mendukung orang mempercayai bahwa media benar-benar sangat
berpengaruh. Beberapa contoh yang mendukungnya ialah sebagai benkut.
1) Peran seorang penerbit besarAmerika Serikat, William Randoplh Hedarst,
dalam melahirkan perang Spanyol-Amerika pada akhir abad ke-19. Melalui
New York Journal, korannya, ia memanas-manasi suasana dengan
pemberitaan yang menggambarkan seolah-olah memang berlangsung
keteganganantara kedua negara tersebut. Salah satu wartawannya yang
dikirim ke lokasi dan disuruh untuk mengirirnkan berita apa adanya dan
Hearst yang akan menggambarkan perangnya. Hcarst berusaha membuat
berita yang sebenarnya biasa saja menjadi luar biasa. Dengan berita-berita
sensasionalnya, Hearst berhasil mendorong kemarahan antamegara yang
berujung pada peperangan.
2) Menjelang Perang Dunia I, media Amerika dan Inggris menyebarkan berita
bohong tentang Jerman, dengan tujuan untuk mendorong dukungan publik.
Gambaran tentang Jerman diburuk-burukkan sehingga mempengaruhi
persepsi masyarakat terhadap Jerman dan mendukung Amerika dan Inggris
untuk menyerang Jerman.
3) Pada akhir tahun 1920-an, Payne Fund (Dana Payne) suatu lembaga yang
salah satu pengelolanya adalah Blumer (seorang ahli sosiologi),
mengadakan penelitian tentang bagaimana media dalam hal ini film
mempeftgaruhi anak-anak. Metode yang digunakan cukup sederhana. Hasil
dari penelitian diternukan bahwa media memiliki dampak sangat kuat pada
anak-anak. Anak-anak meniru apa yang diperagakan di film untuk
diterjemahkan ke dalam permainan mereka sehari-hari. Mereka belajar
banyak dari perilaku, cara berbicara, cara bergaul, cara berpakaian, dan
sebagainya dari film yang ditontonnya.
4) Pada tahun 1938 ada sebuah peristiwa di Amerika Serikat, yaitu saat siaran.
sandiwara radio berhasil menimbulkan kepanikan rakyat Amerika. Siaran
sandiwara radio yang merupakan adaptasi dari novel War of The Worlds
karya H.G. Wells tersebut disiarkan oleh stasiun CBS. Sandiwara radio yang
dikemas sedemikian realistisnya sebagai siaran berita itu menceritakan
kedatangan makhiuk menakutkandari Mars ke Bumi yang membunuhjutaan
manusia dengan menggunakan sinar mematikan. Akibat dari siaran
sandiwara radio tersebut mereka yang percaya sandiwara tersebut sebagai
siaran berita sungguhan menjadi panik. Mereka memandang invasi tersebut
sebagai ancaman pada harta dan kehidupan mereka sebagai kiamat dunia.
Sedangkan bagi stasiun CBS, CBS berhadapan dengan tuntutan yang
mencapai US$ 3,75 juta berkaitan dengan berbagai cedera dan kerugian
material akibat penyiaran itu. Tuntutan itu datang dari seorang ibu rumah
tangga, yaitu akibat terjadinya keguguran pada seorang wanita hamil.
Bahkan Komisi Pengawas Komunikasi Federal (FCC, Federal
Communication Comission) mengeluarkan larangan siaran berita flktif.
Beberapa studi dan fakta yang telah diuraikan di atas menyajikan stimuli
yang secara seragam diperhatikan oleh massa. Stimuli ini membangkitkan
desakan, emosi, atau proses lain yang hampir tidak terkontrol oleh individu.
Setiap individu
akan memberikan respons yang sama pada stimuli yang datang dari
media massa.
b. Media massa tidak lagi dipercaya memiliki kekuatan ampuh
mempengaruhi semua manusia dengan cara yang sama
Dan kasus sandiwara radio War of The Worlds dapat dilihat bahwa pada
satu sisi peristiwa itu dapat menambah kepercayaan orang terhadap
keampuhan media massa dalam mempengaruhi khalayaknya. Narnun pada sisi
lain, sebuah studi yang dilakukan sehubungan dengan kasus tersebut
memberikan catatan-catatan khusus tentang keampuhan media massa. Hasil
dan studi tersebut menunjukkan bahwa pengaruh media massa tidaklah
semerata seperti yang diperkirakan orang. Ada individu yang dapat dipengaruhi
secara kuat dan ada pula individu yang kurang dipengaruhi oleh media massa.
Dengan kata lain, pengaruh media massa terhadap khalayak masyarakat
bersifat terbatas dan ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat
keterpengaruhan khalayak terhadap media massa.
Ada tiga bentuk pengaruh media yaitu sebagai benkut:
1) Aktifa adalah proses menjadikan seseorang melakukan apa yang
sebenarnya cenderung akan ia lakukan.
2) Penguatan adalah mirip dengan aktivasi. Media sekadar memperkuat apa
yang sudah ia yakini benar dan memang sudah sejak awal ia mempunyai
pilihan.
3) Konversi adalah perubahan sikap sama sekali pada diri khalayak, yang
semula ingin melakukan sesuatu menjadi tidak melakukan.
Dari beberapa studi yang dilakukan sehubungan dengan efek media massa
terhadap khalayaknya bersifat tidak sama. Me Quail menyimpulkan bahwa
1) Bila efek terjadi, maka efek itu sering berbentuk peneguhan dari sikap dan
pendapat yang ada.
2) Efek ituberbeda-beda tergantung pada prestise atau penilaian terhadap
sumber komunikasi.
3) Makin sempurna monopoli komunikasi massa, makin besar kemungkinan
perubahan pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki.
4) Seberapa jauh suatu persoalan dianggap penting oleh khalayak akan
mempengaruhi kemungkinan pengaruh media massa.
5) Pemilihan dan penafsiran isi pesan oleh khalayak dipengaruhi oleh
pendapat, kepentingan yang ada serta norma kelompok.
6) Struktur hubungan interpersonal pada khalayak mengantarai arus isi
komunikasi, membatasi, dan menentukan efek yang terjadi.
2. Efek Media Massa
Beberapa studi yang dilakukan sehubungan dengan media massa, orang
pada urnumnya lebih tertarik untuk membahas tentang efek media massa.
Bukan pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media melainkan apa yang
dilakukan media terhadap khalayaknya.
Menurut Steven Chaffee, ada tiga pendekatan dalam melihat efek media
massa, yaitu sebagai benkut:
a. Efek media massa berkaitan dengan pesan dan media.
b. Jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa.
Perubahan ini meliputi perubahan kognitif, afektif, dan behavioral
c. Satuan observasi yang dikenai efek komunikasi massa, meliputi individu,
kelompok, organisasi, masyarakat, atau bangsa.
Ketiga pendekatan tersebut digabungkan dalam bentuk tabel berikut ini:
Untuk lebih jelasnya, akan diuraikan masing-masing pendekatan dari efek
komunikasi massa sebagai benkut:
a. Efek Kehadiran Media Fisik
Menurut M. Chaffe, efek kehadiran media massa sebagai benda fisik ada
lima, yaitu:
1) Efekekonomis
Kehadiran media massa menumbuhkan atau menggerakkan berbagai
bidang usaha produksi, distribusi, dan konsumsijasa media massa.
Misalnya, kehadiran surat kabar antara lain berdampak pada pabrik kertas
koran menjadi hidup, memberikan lapangan pekeijaan bagi para jumalis,
ahli perancang gratis, agen, pengecer, menyuburkan biro iklan, dan
menyuburkan pengusaha percetakan. Kehadiran televisi, misalnya
memberikan lahan bagi para rumah produksi untuk memproduksi program
televisi, memberikan lapangan pekerjaan pada jumalis, juru kamera,
sutradara, penulis, dan artis.
2) Efek sosial
Efek ini berkaitan dengan perubahan struktur atau interaksi sosial sebagai
akibat dari kehadiran media massa. Misalnya, kehadiran televisi dapat
meningkatkan status sosial seseorang. Kehadiran televisi di kelurahan dan
desa akan mempengaruhi proses sosialisasi masyarakat pedesaan.
Kehadiran antene parabola di daerah perkotaan juga membentuk interaksi
sosial yang barn. Orang yang memiliki antene parabola akan menjadi
pusatjaringan sosial yang menghimpun tetangga sekitamya yang seideologi.
Kehadiran Koran Masuk Desa (KMD) akan membentuk jaringan interaksi
yang baru bagi masyarakat desa. Begitu pula kehadiran majalah di
perkotaan. Beredarnya majalah telah menuntut pembacanya untuk memilih
majalah sesuai dengan kebutuhannya. Majalah Gadis dan Aneka, misalnya
dikonsurnsi oleh para remaja puteri. Sementara bagi para eksekutif akan
membeli majalah Tempo atau Gatra,
3) Efek penjadwalan kembali kegiatan sehari-hari
Kehadiran koran pagi hari atau sore hari berpengaruh padajadwal kegiatan
sehari-hari. Sebelum masuk kantor atau sebelum pergi ke sekolah,
biasanya masyarakat membaca dahulu koran yang terbit pagi hari.
Begitupula pada sore hari orang-orang akan menyernpatkan diri membaca
koran sore hari sambil minum teh. Kehadiran telenovela pada pagi hari
menyebabkan ibu-ibu rumah tangga cenderung menyelesaikan pekerjaan
rumah tangga setelah tayangan telenovela selesai. Pada hari minggu pagi
biasanya televisi menayangkan film kartun atau tayangan lain untuk anak-
anak menyebabkan anak-anak cepat-cepat mandi pagi atau sebaliknya
enggan mandi pagi.
4) Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu
Seseorang dapat memanfaatkan kehadiran media massa untuk
menghilangkan perasaan marah, kecewa, benci, kesepian, dan sebagainya.
Media akan dipergunakan tanpa memandang isi pesannya. Seseorang yang
kesepian karena di rumah sendirian akan membaca majalah atau menonton
televisi untuk menghilangkan rasa sepi, meskipun acara yang disiarkan atau
majalah yang dibacanya tidak menank. Orang yang sedang tertimpa
musibah akan cenderung menghilangkan perasaan dukanya dengan
menonton televisi yang menayangkan acara siraman rohani. Orang yang
sedangjatuh cinta akan memutar lagu-lagumelankolis, dan sebagainya.
5) Efek pada perasaan orang terhadap media
Kehadiran media massa tidak hanya dapat menghilangkan perasaan
tertentu pada khalayaknya, melainkan juga dapat menumbuhkan perasaan
tertentu khalayak terhadap media massa, baik perasaan negatifmaupun
positif. Ada kalanya kita lebih mempercayai siaran berita media televisi
tertentu dan meragukan televisi lainnya. Kita mempercayai dan menyukai
suatu media tertentu, tetapi tidak mempercayai atau tidak menyukai media
lainnya yang biasanya didasarkan atas pengalaman terhadap media
tersebut.
b. Efek Kehadiran Pesan Media
Ditinjau dan segi pesan yang disampaikan media massa, media massa
akan menimbulkan beberapa efek yang meliputi
1) EfekKognitif
Efek kogmtif adalah akibat yangtimbul pada diri individu yang terkena
terpaan media yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dari semula tidak tahu
menjadi tabu, tidak jelas menjadi jelas, ragu menjadi yakin, dan sebagainya.
Ini berarti melalui media khalayak akan memperoleh gambaran atau
informasi tentang orang, benda, peristiwa atau kejadian, dan tempat-tempat
yang belum pemah kita kunjungi.
Menurut Marshall McLuhan, media massa merupakan realitas tangan kedua
{second hand reality). Artinya bahwa realitas yang ditampilkan media adalah
realitas yang sudah diseleksi. Media massa melakukan proses seleksi
terhadap berita yang dimuatnya.Hasil seleksi inilah yang selama ini
khalayak baca, dengar, atau tonton, yang mempengaruhi pengetahuan
khalayak terhadap lmgkungannya. Proses seleksi yang dilakukan media
massa ini sering disebut sebagai gatekeepers, Secara selektif gatekeepers
akan menentukan hal-hal apa yang pantas diberitakan atau diketahui
dan .tidak kepada khalayaknya. Dengan demikian, setiap isu atau peristiwa
dapat diberi bobot tertentu oleh gatekeepers. Hal ini terkait dengan ruang
penempatan halaman pada surat kabar atau waktu tayang di radio dan
televisi, cara penonjolan tertentu seperti ukuran atau volume, dan frekuensi.
Media dapat menonjolkan situasi atau orang tertentu di atas situasi atau
orang lain. Misalnya, dalam telenovela sering digambarkan orang-orang kulit
hitam selalu menjadi tokoh protagonis, miskin, dan sangat jarang yang
menjadi peran utama. Penonjolan yang sedemikian rupa akan cenderung
menyebabkan khalayak mempunyai persepsi terhadap orang-orang kulit
hitam seperti yang digambarkan dalam telenovela tersebut. Begitu pula
tayangan kekera'san dan pornografi. Tayangan kekerasan menyebabkan
penonton cenderung memandang dunia ini lebih keras, tidak aman, dan
mengerikan. Sementara tayangan pomografi menyebabkan penonton
mempunyai gambaran tentang dunia yang serba bebas serta enak.
Karena media massa telah menyampaikan informasi tentang dunia ini
secara selektif, media massa akan mempengaruhi munculnya stereotipe,
artinya gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi, atau
masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan sering kali timpang
dan tidak benar. Disinilah bahayanya media massa. Pengaruh media massa
terhadap khalayaknya akan semakin terasa manakala khalayaknya semakin
tergantung pada media massa. Pada saat yang sama khalayak sukar
mengecek kebenaran informasi yang disajikan media massa. Misalnya,
selama ini gambaran dan media massa bahwa di negara-negara Jazirah
Arab tidak ada kemaksiatan. Kenyataannya setelah ada check and recheck
kebenaran itu disangsikan.
Tidak semua efek media massa bersifat negatif. Media massa memiliki efek
prososial kognitif, yaitu bagaimana media massa mampu memberikan
manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Di sini media massa memiliki
peran dalam menyampaikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang
baik.
2) Efek Afektif
Efek afektif mengacu pada aspek emosional atau perasaan. Efek ini
kadarnya lebih tinggi dibandmgkan efek kognitif. Maksudnya, efek yang
ditimbulkan tidak hanya sekadar khalayak fahu tentang orang, benda, atau
peristiwa yang ada di dunia ini melainkan khalayak dapat merasakannya. Di
sini media massa dapat menimbulkan rangsangan emosional pada
khalayak. Misalnya merasa sedih, senang, gembira, marah, dan jengkel
terhadap informasi yang diterimanya dan media massa.
Dalam hubungannya dengan pembentukan dan perubahan sikap, Joseph
Klapper mengatakan pengaruh media massa dapat disimpulkan pada 5
(lima) prinsip umum, yaitu sebagai benkut:
a) Pengaruh komunikasi massa diantarai oleh predisposisi personal, proses
selektif, dan keanggotaan kelompok(faktor personal);
b) Faktor-faktor tadi, membuat komunikasi massa berfungsi untuk
memperkukuh sikap dan pendapat yang ada selainjuga berfungsi
sebagai media pengubah;
c) Bila komunikasi massa menimbulkan perubahan siks~p, perubahan kecil
pada intensitas sikap lebih umum terjadi daripada konversi dan satu sisi
ke sisi yang lain;
d) Komunikasi massa cukup efektif dalam mengubah sikap pada bidang-
bidang dimana pendapat orang lemah;
e) Komunikasi massa cukup efektif dalam menciptakan pendapat tentang
masalah baru bila tidak ada predisposisi yang harus diperteguh.
Para peneliti telah berhasil menernukan faktor-faktor yang mempengaruhi
intensitas rangsangan emosional pesan media massa. Faktor-faktor tersebut
ialah sebagai benkut:
a) Suasana emosional yaitu kondisi individu secara psikologis yang ada ketika
ia mengkonsurnsi media massa.
b) Skema kognitif yaitu gambaran dalam pikiran kita sendiri yang menjelaskan
suatu peristiwa yang terdapat di media massa.
c) Suasana terpaan yaitu bentuk emosi yang ditularkan oleh individu lain atau
objek tertentu ketika kita mengkonsurnsi media massa.
d) Predisposisi individual yafitu karakteristik khas individu.
e) Tingkat identifikasi khalayak dengan tokoh dalam media massa.
3) Efek Behavioral
Efek behavioral mengacu pada perilaku, tindakan, atau kegiatan khalayak
yang tampak pada kegiatan sehari-hari. Efek ini meliputi perilaku antisosial dan
prososial. Antisosial atau perilaku agresi adalah setiap bentuk perilaku yang
diarahkan untuk merusak atau melukai orang lain yang menghindari perlakuan
seperti itu. Misalnya adegan kekerasan di televisi akan menyebabkan orang
menjadi brutal dan beringas.
Jenis efek yang ketiga dari media massa ini tidak selamanya negatif, ada
segi positifnya, yang disebut sebagai efek prososial behavioral. Prososial
behavioral adalah setiap bentuk perilaku positifdari khalayak pengguna media
massa. Salah satu perilaku prososial adalah memiliki keterampilan yang
bermanfaat bagi dirinya dan bagi orang lain. Media televisi, radio, atau film
sering dipergunakan sebagai media pendidikan.
Di satu sisi terdapat manfaat yang nyata, narnun di sisi lain menghasilkan
kegagalan. Di sini terlihat adanya perbedaan efek media massa. Untuk
menjelaskan efek prososial behavioral dari media massa dipergunakan teori
psikologi yaitu teori belajar sosial dari Bandura. Menurut teori ini, perilaku
merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungannya. Hal ini berarti kita
mampu memiliki keterampilan tertentu, jika terdapat jalinan positif antara stimuli
yang kita amati dengan karakteristik dari kita.