Konsep
Pengembangan
Wilayah Dalam
Mengurangi
Resiko
Perubahan Iklim
PERENCANAAN
WILAYAH
Team
Arini Natasya
3613100014
Muhammad Fadli
3613100021
Burhanuddin Fahmi
3613100023
O
u
t
l
i
n
e
Pemanasan Global dan Perubahan Iklim
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Penataan Ruang
Prespektif Adaptasi Perubahan Iklim dalam Penataan Ruang
Kebijakan dan strategi penataan ruang terhadap perubahan iklim
Sektor yang terkena dampak perubahan iklim
Konsep LCE atau Green Economy
Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat
peningkatan jumlah emisi “Gas Rumah Kaca” di atmosfer
adalah penjelasan singkat dari apa yang selama ini kita
sebut dengan “Pemanasan Global”. Pemanasan ini akan
diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti meningkatnya
curah hujan di beberapa belahan dunia yang menyebabkan
menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan di belahan bumi
lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan
akibat kenaikan suhu.
Pemanasan Global dan Perubahan Iklim terjadi akibat
aktivitas manusia, terutama yang berhubungan dengan
penggunaan bahan bakar fosil (minyak bumi dan batu bara)
sertakegiatan lain yang berhubungan dengan hutan,
pertanian, dan peternakan. Aktivitas manusia di kegiatan
kegiatan tersebut secara langsung maupun tidak langsung
menyebabkan perubahan komposisi alami atmosfer, yaitu
peningkatan kuantitas Gas Rumah Kaca secara global
Pemanasan Global dan
Perubahan Iklim
Pemanasan Global dan
Perubahan Iklim
Kenaikan temperatur rata-rata sejak 1850-1899 hingga 2001- 2005 adalah 0.760C dan muka air laut global telah meningkat dengan laju rata-rata 1.8 mm/tahun dalam rentang waktu 40 tahun terakhir (1961-2003). Kenaikan total muka air laut yang berhasil dicatat pada awal abad 20 diperkirakan sebesar 17 cm. Laporan tersebut juga menyatakan bahwa kegiatan sosial-ekonomi manusia (antropogenik) memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan temperatur tersebut, sehingga tanpa upaya yang terstruktur dan berkesinambungan, dampak yang akan terjadi pada masa mendatang akan menjadi sangat serius.
Perubahan Iklim dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) fenomena berikut: 1. Meningkatnya temperatur udara; 2. Meningkatnya curah hujan; 3. Kenaikan muka air laut; 4. Meningkatnya intensitas kejadian ekstrim yang diantaranya adalah:
Meningkatnya intensitas curah hujan pada musim basah, Meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir secara ekstrim, Berkurangnya curah hujan dan debit sungai pada musim
kemarau serta bertambah panjangnya periode musim kering,
Pemanasan Global dan
Perubahan Iklim
Respon Terhadap Perubahan Iklim Tujuan utama kebijakan mengatasi dampak perubahan iklim adalah mengintegrasikan program ke dalam proses perencanaan pembangunan nasional serta menajukan prioritas utama per sektor dan lintas sektor. Proses integrasi ini berdasarkan pada 3 prinsip dasar.
a)Partisipasi segenap pemangku kepentingan
b)Pertimbangan antara eksploitasi dan konservasi sumber daya alam
c)Keterpaduan antar sektor dan antar wilayah dengan mengesampingkan ego sektoral dan ego daerah
Bentuk respon Indonesia terhadap climate change berupa mitigasi (mengurangi dampak dari perubahan iklim) dan adaptasi( penyiapan diri dan penyesuaian terhadap perubahan iklim.
Strategi mitigasi dan adaptasi adalah upaya mewujudkan kota berkelanjutan dan inklusif (kota bagi semua lapisan masyarakat) dan penerapan 5 upaya, yaitu:
•Memadukan perencanaan fisik, lingkungan, sosial dan ekonomi
•Mewujudkan kota yang pro-poor
•Meningktakan insentif fiskal dan moneter untuk mengurangi emisi karbon
•Mempromosikan gaya hidup rendah karbon
•Memadukan mitigasi dan adaptasi dalam perencanaan dan pengelolaan kota
Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim
Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim
Strategi Mitigasi
Mendorong perwujudan minimal 30%
dari luas DAS untuk kawasan hutan
provinsi dan kabupaten/ kota dalam
meningkatkan carbon sink
Mengarusutamakan konsep ekonomi
rendah karbon dalam
penyelenggaraan penataan ruang
Pengembangan konsep ecological
footprint dalam penataan ruang
Mengembangkan metodologi MRV
pengurangan emisi karbon (GRK)
dalam penyelenggraan Penataan
Ruang provinsi dan kab/kota
Strategi Adaptasi
Penyediaan akses dan pengolahan
terhadap data dan informasi terkait
perubahan iklim terhadap tata ruang
Identifikasi wilayah (kabupaten/kota) yang
mengalami dampak perubahan iklim
Peningkatan kapasitas kelembangaan
Pengarusutamaan konsep kota dan peran
masyarakat yang memiliki dayatahan
terhadap dampak perubahan iklim
(Climate Change resilience)
Membangun citra peran aktif Kementerian
Pekerjaan Umum dalam antisipatif
perubahan iklim
Dampak Perubahan Iklim
Terhadap Penataan Ruang
Kenaikan temperatur yang tidak terlalu tinggi.
Temperatur rata-rata tahunan di Indonesia telah mengalami kenaikan 0.3oC (pengamatan sejak 1990). Tahun 1998 merupakan tahun terpanas dalam abad ini, dengan kenaikan hampir 1oC (di atas rata-rata dari tahun 1961 – 1990).
Curah hujan yang lebih tinggi.
Diperkirakan, akibat perubahan iklim, Indonesia akan mengalami kenaikan curah hujan 2-3 persen pertahun, serta musim hujan yang lebih pendek (lebih sedikit jumlah hari hujan dalam setahun), yang menyebabkan resiko banjir meningkat secara signifi kan. Hal ini akan merubah keseimbangan air di lingkungan dan mempengaruhi pembangkit listrik tenaga air dan suplai air minum.
Kenaikan permukaan air laut.
Daerah berpopulasi padat akan sangat dipengaruhi oleh kenaikan permukaan air laut. Ada sekitar 40 juta masyarakat Indonesia yang bermukim dalam jarak 10m dari permukaan air laut rata-rata, yang berarti sangat rentan terhadap perubahan permukaan air laut.
Ketahanan pangan.
Perubahan iklim akan mengubah curah hujan, penguapan, limpasan air, dan kelembapan tanah; yang akan mempengaruhi produktivitas pertanian. Kesuburan tanah akan berkurung 2-8 persen dalam jangka panjang, yang akan berakibat pada penurunan produksi tahunan padi sebesar 4 persen, kedelai sebesar 10 persen, dan jagung sebesar 50 persen. Sebagai tambahan, kenaikan permukaan air laut akan menggenangi tambak di pesisir, dan berpengaruh pada produksi ikan dan udang di seluruh negeri.
Pengaruh pada keanekaragaman bahari.
Diperkirakan bahwa iklim yang berubah akan meningkatkan suhu air laut Indonesia sebesar 0.2 – 2.5oC. Hal ini akan menambah tekanan pada 50,000km2 terumbu karang, yang sudah dalam keadaan darurat. Pemutihan terumbu karang diperkirakan akan meningkat secara konstan pada suhu air laut, seperti yang diamati pada saat terjadinya El Nino.
Dampak
Peruba
han
Iklim
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Terhadap Perubahan Iklim
Penataan Ruang yang terpenting dalam perubahan iklim adalah pengarusutamaan perubahan iklim
dalam perencanaan tata ruang dikembangkan berdasarkan kondisi kerentanan dan risiko dampak
perubahan iklim di masa datang. Kebijakan dan strategi penataan ruang dalam rangka adaptasi
terhadap perubahan iklim secara umum bertujuan untuk:
1. Meningkatkan penyelenggaraan penataan ruang nasional dan daerah yang aman, nyaman dan
berkelanjutan di masa sekarang dan yang akan datang dalam rangka mengurangi risiko wilayah
terhadap dampak perubahan iklim terutama melalui upaya pengurangan risiko perubahan iklim.
2. Menyiapkan ruang bagi pemenuhan kebutuhan aktivitas masyarakat di masa datang dengan
mempertimbangkan daya dukung wilayah serta upaya pengurangan risiko perubahan iklim
terutama melalui upaya mengurangi kerentanan wilayah terhadap bahaya perubahan iklim
3. Meningkatkan kualitas penyediaan prasarana dan sarana wilayah yang berkelanjutan dengan
mempertimbangkan tingkat risiko perubahan iklim dalam rangka menjamin kualitas hidup
masyarakat
Dalam dokumen RAN MAPI Kementerian Pekerjaan Umum 2012-2020,
bidang penataan ruang secara umum memfokuskan upaya adaptasi
Perubahan Iklim lebih diarahkan pada identifikasi wilayah
(kabupaten/kota) rentan terkena dampak Perubahan Iklim, dimana
pada kawasan tersebut akan diberikan pendampingan dalam
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), adapun strategi
bidang penataan ruang menghadapi perubahan iklim antara lain
adalah :
• Identifikasi wilayah (kabupaten/kota) yang mengalami dampak
perubahan iklim,
• Pengarusutamaan konsep kota dan peran masyarakat yang
memiliki daya tahan terhadap dampak perubahan iklim (Climate
Change resilience),
• Pengembangan kapasitas kelembagaan dan jaringan mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim, Penyediaan akses dan pengolahan
terhadap data dan informasi terkait perubahan iklim terhadap
tata ruang
Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Terhadap Perubahan Iklim
Adaptasi perubahan iklim dalam penataan ruang
perlu dilakukan upaya pengarusutamaan perubahan
iklim dalam sistem penataan ruang nasional.
Prinsip dari pengarusutamaan perubahan iklim
dalam sistem penataan ruang nasional hal ini
adalah jaminan bahwa penataan ruang yang
dilakukan telah mempertimbangkan proyeksi
perubahan iklim di masa datang dan jaminan bahwa
penataan ruang yang dilakuan tidak meningkatkan
kerentanan wilayah terhadap dampak perubahan
iklim, serta meningkatkan ketahanan wilayah
terhadap dampak perubahan iklim di masa depan.
Perspektif Adaptasi Perubahan Iklim dalam Penataan
Ruang
Pengarusutamaan (mainstreaming) perubahan iklim
dalam sistem penataan ruang memiliki 3 (tiga) tujuan
utama, yaitu:
1. Memastikan penyelenggaraan penataan ruang
telah mempertimbangkan potensi risiko
perubahan iklim dan untuk menghindari dampak
dari terjadinya perubahan iklim.
2. Memastikan bahwa penyelenggaraan penataan
ruang tidak mengakibatkan peningkatan
kerentanan wilayah terhadap berbagai jenis
bahaya akibat dampak peubahan iklim di seluruh
sektor.
3. Memastikan bahwa penyelenggaraan penataan
ruang berkontribusi terhadap tujuan
pembangunan dan upaya adaptasi terhadap
perubahan iklim di masa datang.
Pendekatan yang digunakan dalam kebijakan
dan strategi penataan ruang dalam rangka
adaptasi perubahan iklim adalah:
1. Pendekatan sektoral, dengan melihat
sektor-sektor yang terkena dampak
perubahan iklim dan mengkaji risiko yang
dihadapi setiap wilayah terkait
bahaya(Hazard) yang ditimbulkan sebagai
dampak dari perubahan iklim di masa
datang.
2. Pendekatan kewilayahan, dengan melihat
kerentanan dan risiko dampak perubahan
iklim yang dihadapi berdasarkan tipologi
wilayah kepulauan di Indonesia dengan
memperhatikan karakteristik dari masing-
masing wilayah.
Perspektif Adaptasi Perubahan Iklim dalam
Penataan Ruang
Perspektif Adaptasi Perubahan Iklim dalam
Penataan Ruang
Kerangka penyusunan kebijakan dan strategi penataan ruang dalam adaptasi perubahan iklim (Slide Presentasi Direktur Penataan Ruang Wilayah Nasional, Kementerian PU, disampaikan di DNPI, Maret 2014)
Sektor-sektor yang akan terkena dampak perubahan iklim dan upaya adaptasi
Konsep LCE (Low Carbon Economy) atau
Green Economy Pembangunan yang berdasar pada keuntungan ekonomi, tanpa menghiraukan dampak
ekologis terbukti menyebabkan emisi gas rumah kaca yang tinggi. Fenomena ini
menjadi salah satu penyebab deviasi iklim. Maka dari itu, konsep Low- Carbon
Economy (LCE) menjadi fokus penting dalam kerangka kerja pengendalian deviasi
iklim. Menurut Youngshung Cho (Korean University) LCE atau green growth dapat
diartikan sebagai pertumbuhan yang berkelanjutan (sustainable growth) yang dapat
menekan polusi dan produksi gas rumah kaca.
Konsep LCE dapat digunakan sebagai
salah satu skenario alternatif dalam
mewujudkan tujuan penataan ruang. Namun
konsep ini harus dapat diadaptasi dalam
strategi penataan ruang, termasuk
struktur dan pola penataan ruang. Untuk
rencana yang lebih detail, penerapan
konsep LCE harus diatur dalam kebijakan
yang lebih detail dan lebih mendalam
untuk penggunaan ruang dan pola
pemanfaatan ruang.
Kerangka Pemikiran Skenario Pengarusutamaan Low Carbon Economy dalam Penataan Ruang
Konsep
LCE (Low
Carbon
Economy)
Ada tiga hal yang diperhatikan dalam LCE atau Green Economy,
pertama adalah low carbon, ekonomi rendah karbon, karbon dioksida yang dihasilkan industri
menyebabkan pemanasan global. Singkatnya, perekonomian yang rendah karbon adalah
perekonomian yang tidak menghasilkan emisi dan pencemaran lingkungan.
Kedua resource efficient, hemat sumber daya, seperti air, hutan, angin dan lain sebagainya,
maka ekonomi hijau adalah yang efisien penggunaan sumber daya alamnya.
Hal ketiga yang diperhatikan dalam konsep green conomy adalah socially inclusive, berkeadilan
sosial, yaitu ekonomi yang berpihak pada orang kebanyakan.
Konsep LCE (Low Carbon Economy)
Peran LCE atau Green
Economy
Meminimalkan degradasi lingkungan;
Meningkatkan perekonomian yang rendah karbon
Pembangunan berkelanjutan dan renewable energy.
Meminimalisir resiko lingkungan dan pengurangan aset ekologi
Penerapan Low Carbon
Economy Produksi limbah harus minimal,
Energi harus dihasikan melalui
sumber energi rendah karbon dan
metoda/teknologi rendah karbon
Pemanfaatan energi harus efisien
di segala bidang
Kebutuhan pangan, material dan
energi harus menggunakan
sumberdaya lokal
Adanya kesadaran dan ketaatan
terhadap lingkungan dan
tanggung jawab sosial terhadap
lingkungan.
Konsep ekonomi
hijau melengkapi
konsep
pembangunan
berkelanjutan
Prinsip utama
dari pembangunan
berkelanjutan
adalah “memenuhi
kebutuhan
sekarang tanpa
mengorbankan
pemenuhan
kebutuhan
generasi masa
depan”.
Prinsip utama
dari LCE atau
green economy
adalah
pembangunan
dengan penerapan
rendah emisi atau
low carbon untuk
mengurangi
pemanasan global
dan dampak
perubahan iklim
Ekonomi hijau
merupakan motor
utama pembangunan
berkelanjutan
Hubungan ekonomi hijau (green economy) dengan
pembangunan berkelanjutan (sustainable development)
1. Pengertian tentang konsep LCE harus diperhatikan, dan harus
dipahami oleh seluruh lapisan pemerintahan dan swasta.
2. Harus adanya definisi standar, parameter, variabel dan indikator
yang jelas dan terukur berhubungan dengan konsep LCE, agar
setiap perencanaan yang dibuat dapat teranalisis;
3. Tersedianya pedoman dan sumber daya manusia yang berkompeten
dalam penerapan LCE. Pedoman penerapannya sudah dalam tahap
penyusunan, dan termasuk dalam Rencana Tata Ruang. Namun setiap
institusi memiliki pedoman masing - masing, pedoman tersebut
harus diharmonisasikan untuk menghindari tumpang – tindih kebijakan.
Sumber daya manusia harus difokuskan dalam pemerintah
daerah di mana tingkat kompetensi SDM masih lemah.
4. Sampai saat ini, baru 20 provinsi ( 61%), 42 kabupaten (11%) dan 16 kota
(17%) yang telah mendapatkan persetujuan substansi. Kendala
yang terdapat dalam persetujuan substansi adalah proses
persetujuan yang panjang, mulai dari persetujuan substansi
dalam tingkat lokal, nasional (BKPRN) dan persetujuan pelepasan kawasan
hutan.
5. Pelaksanaan dari implementasi yang masih ambigu, dan perlu diingat tidak
semua langkah dapat diterapkan dalam Rencana Tata Ruang.
Skenario Pengarusutamaan Low Carbon Economy dalam Penataan Ruang: Peluang dan Kendala