“Kriteria Relokasi Pedagang Kaki Lima (PKL) Berdasarkan Preferensi
Pedagangang Kaki Lima di Kawasan Pasar Baru Gresik”
Oleh :Fitri Dwi Agus Maulidiyah
3611100004
Dosen Pembimbing:Dian Rahmawati, ST.,MT.
JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTAFAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAANINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA2015
Latar Belakang
Pedagang Kaki Lima (PKL) adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan sarana usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah
dan/atau swasta yang bersifat sementara/tidak menetap. Namun keberadaan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang merupakan usaha perdagangan sektor informal, akan
mempengaruhi kondisi lingkungan disekitarnya (Perda Kab. Gresik No. 7 Tahun 2013).
Kawasan perkotaan Gresik merupakan dari Surabaya Metropolotan Area (SMA) dengan arahan yang memiliki fungsi sebagai kawasan perdagangan dan jasa. (RTRW 2011 -2031)Kawasan perkotaan Gresik juga mengalami masalah perkotaan yang tidak terlepas dari
keberadaan sektor informal, terutama pedagang kaki lima (PKL).
Upaya pengendalian yang telah dilakukan adalah dengan merelokasi dan penertiban yang tidak berhasil, namum pedagang kaki lima masih kembali ke tempat yang telah ditertibkan karena kurang dilibatkannya keinginan pedagang kaki lima dalam pengambilan kebijakan
Sebagai bagian dari sistem perekonomian di Indonesia, keberadaan sektor informal memiliki daya serap terhadap tenaga kerja yang cukup besar dan berperan sebagai sektor penyangga yang sangat lentur dan terbuka, dan juga memiliki kaitan erat dengan jalur distribusi barang dan jasa di tingkat bawah, bahkan menjadi ujung tombak pemasaran yang potensial (Bagong
Suyanto dan Karnaji, 2005). Dengan perkiraan secara kasar oleh Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indoesia (APKLI) jumlah
PKL di Indonesia mencapai 22 juta orang (Ketua Umum APKLI, 2013). Menurut APKLI, 2013 “Jika dapat dikelola dengan baik, PKL akan menjadi lebih kuat selain memudahkan mereka
untuk mendapatkan bantuan dari pusat sehingga bisa lebih berkembang dan tumbuh dengan pesat,”
Rumusan Masalah“Bagaimanakah preferensi lokasi yang diinginkan dari sudut pandang para PKL yang ada di kawasan Pasar Baru Gresik?”
Tujuan
Tujuan dari penelitihan ini adalah untuk merumuskan kriteria lokasi PKL berdasarkan preferensi pedagang kaki lima di sekitar kawasan Pasar Baru Gresik.
Sasaran 1. Mengidentifikasi karakteristik Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar
baru Gresik2. Menentukan faktor yang mempengaruhi kriteria relokasi PKL
berdasarkan preferensi pedagang kaki lima di sekitar kawasan Pasar Baru Gresik.
3. Merumuskan kriteria relokasi PKL di sekitar kawasan Pasar Baru Gresik.
Wilayah PenelitianBatas Utara :
Kelurahan Lumpur
Batas Selatan : Jl. Gubernur
Suryo
Batas Timur : Jl.Sindujoyo
Batas Barat : Kelurahan
Lumpur, Terminal Angkot Gresik
Tinjauan Pustaka Pengertian Sektor Informal
No. Teori Pengertian Sektor Informal
1.Bagong Suyanto dan Kamaji (2005)
Sektor informal memiliki daya tampung terhadap tenaga kerja yang cukup besar, dapat berperan sebagai penyangga, bahkan kegiatan sektor informal dpat menjadi ujung tombak yang berpotensi.
2. Manning dan Effendi, 1996
a. Sektor informal digunakan sebagai pendekatan untk membedakan dua kelompok tenaga kerja dengan sifat yang berlainan.
b. Sektor informal mempunyai ciri yang berlawanan dengan tenaga kerja sektor formal.
3. Rachbini dan Hamid, 1994
a. Sektor informal dianalogikan sebagai bentuk ekonomi bayangan dengan negara.
b. Ruang lingkup sektor formal tidak mencukupi sehingga sektor informal muncul menjadi kegiatan ekonomi yang tidak terorganisir.
4. Hidayat (1983)
Pertama, bahwa sektor informal tidak menerima bantuan dari pemerintah. Kedua, bahwa sektor informal belum menggunakan bantuan ekonomi dari pemerintah. Ketiga, bahwa sektor informal telah menerima dan menggunakan bantuan atau fasilitas yang disediakan oleh pemerintah namun belum mampu membuat unit usaha tersebut berdikari.
Ciri Sektor InformalNo. Teori Ciri – Ciri Sektor Informal
1. Kamala (1994)
mudah dimasuki, memakai sumber daya lokal, kepemilikan keluarga, berskala kecil, padat karya dan teknologi yang dipakai sederhana, keterampilan yang diperoleh di luar pendidikan formal serta bergerak di pasar yang kompetitif dan tidak berada dibawah pengaturan resmi
2. Wirosanjoyo dalam Sari (2003)
1. Pola kegiatannya tidak teratur2. Tidak tersentuh oleh peraturan yang ditetapkan oleh
pemerintah3. Modal dan omzetnya kecil4. Tempat Tidak memiliki yang tetap5. Umumnya untuk melayani golongan masyarakat yang
berpendapatan rendah.6. Tidak membutuhkan keahlian khusus7. Umumnya tenaga kerjanya sedikit, dan dari
lingkungan keluarga8. Tidak mengenal sistem perbankan.
Pengertian Pedagang Kaki LimaNo. Teori Pengertian Pedagang Kaki Lima
1.Mc Gee dalam Argya Demartoto dkk, (2000)
Menawarkan barang atau menjual jasanya dari tempat-tempat masyarakat umum terutama di jalan-jalan atau trotoar.
2.
Fakultas Ekonomi Universitas Parahyangan Bandung (1980) dalam Widodo (2000)
Pedagang Kaki Lima (PKL) didefinisikan sebagai pedagang yang berjualan pada kaki lima, dan biasanya pedagang ini mengambil lokasi didaerah keramaian umum seperti trotoar di depan pertokoan/kawasan perdagangan, pasar, sekolah dan gedung bioskop. Adapun istilah kaki lima berasal dari trotoar yang dahulunya berukuran lebar 5 (lima) feet atau sama dengan kurang lebih 1,5 meter.
3. Kartini Kartono (1980)
Modalnya relatif sedikit, usahanya dilaksanakan di tempat-tempat yang dianggap strategis.
4.Fakultas Unpar (1980) dalam Sari (2003)
Para PKL tidak hanya berjualan di trotoar saja, namun tetapi menggunakan setiap ruang publik yang ada yaitu seperti jalur-jalur pejalan kaki, areal parkir, ruang-ruang terbuka, taman-taman, terminal, bahkan di perempatan jalan, dan juga berkeliling ke rumah-rumah melalui jalan kampung yang ada di perkotaan.
5. Mc Gee dan Yeung (1977)
Sekelompok orang menawarkan barang dan jasa untuk dijual pada ruang publik, terutama di pinggir jalan dan trotoar.
Karakteristik Pedagang Kaki LimaSumber Aspek yang didapat dalam
Teori
Wirodandjoyo (1985) dalam Budi (2006)
Lokasi usaha / berdagang Keterampilan Tenaga kerja Jangkauan pelayanan Sarana berdagang yang
digunakan
Malik (2005), Palupi (2004) dan indrawati (2005), dalam Rifai
M.A (2007)
Luas lapak Latar belakang ekonomi Jenis barang yang diperdagangkan Waktu berdagang Sarang berdagang yang
digunakan Kondisi lapak
Kartono dkk. (1980) Dalam Hetty (2006),
Psikologis pedagang Jenis barang dagangan Modal usaha Sifat kegiatan usaha Lokasi berdagang Kualitas barang dagangan Jenis pedagang Interaksi pedagang dengan
konsumen
Rustianingsih (2004)
Tingkat pendidikan Jenis barang dagangan Pendapatan Interaksi pedagang dengan
konsumen Pendapatan Fungsi kegiatan Kebutuhan ruang (lokasi)
Mc Gee dan Yeung (1977)
Jenis barang dagangan Sarana berdagang Sifat berdagang Lokasi berdagang
Aspek Indikator Variabel
Aspek Fisik
Menjual barangdalam skala kecil
Jenis barang
Usaha bermodal kecil
Pendapatan
Modal usaha
Bentuk tempat berdagang
Sarana yang digunakan
Keterbatasan cara berdagang
Tingkat pendidikan
Tingkat keterampilan
Kebutuhan ruang
Luas lapak Status
lapak
Aspek kegiatan
Pedagang yang menetap dan berpindah-pindah
Sifat berdagang
Waktu berdagang
Fungsi berdagang
Interaksi Pedagang
Adanya tawar
menawar
Aspek Psikologis
Adanya Penertiban
dari Satpol PP
Suasana psikologis
PKL
Kondisi Ekonomi
Latar belakang menjadi PKL
Indikator dan Variabel
Pedagang Kaki Lima dalam Tata Ruang Menurut Danujo (dalam Sujarto, 1992)
menyatakan tata ruang merupakan bagian dari ruang yang disediakan untuk digunakan sebagai temat benda-benda atau kegiatan. Adapun suatu wilayah
terbentuk dari beberapa elemen, yaitu:1. Kumpulan dari pelayanan jasa yang
termasuk didalamnya adalah perdagangan, pemerintahan, keuangan yang cenderung
terdistribusi secara berkelompok didalam satu pusat pelayanan.
2. Kumpulan dari industri sekunder pergudangan dan perdagangan
grosir yang cenderung berkumpul dalam suatu tempat.
3. Lingkungan permukiman sebagai tenpat tinggal manusia dan ruang
terbuka hijau.4. Jaringan transportasi yang
menghubungkan tempat-tempat tersebut di atas yang telag
dijelaskan.
Pandangan terhadap negara-negara maju yang dimana
masayarakatnya telah mengalami modernisasi dengan
tingkat pendapatan dan pendidikan yang cukup tinggi,
sehingga kegiatannya lebih banyak pada sektor formal.
Hal tersebut yang menyebabkan negara berkembang lebih
memperhitungkan indikator atau elemen kota yang bersifat
formal didalam perencanaannya. Sedangkan pada negara berkembang komposisi
penduduk lebih besar pada kelompok masyarakat yang
berpendidikan dan berpendapatan rendah.
Hal tersebut yang akhirnya mendorong munculnya aktivitas pada sektor iformal, seperti PKL
terutama di wilayah perkotaannya (Srie Ambarwaty,
2003).
Dampak Fisik Dampak Lingkungan Yang dimaksudkan dengan dampak
fisik pada penelitian ini adalah perubahan yang terjadi pada elemen fisik kota seperti toroar, jalan, masa bangunan, taman, dan sirkulasi akibat dari adanya aktivitas pedagang kaki lima yang dilakukan pada elemen-elemen fisik kota tersebut.
Kumuh Kondisi lokasi pedagang kaki lima (PKL) umumnya tidak terlepas dari masalah kebersihan dan keindahan lingkungan, dimana pada aspek ini dapat memiliki citra dari lokasi usaha tersebut.
Kemacetan Lalu LintasSelain disebabkan oleh PKL kemacetan juga disebabkan oleh angkutan umum yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas, terutama di depan pasar-pasar dengan menurunkan dan meinaikkan penumpang secara sembarangan. Kemacetan yang terjadi berakibat pencemaran udara yang berdampak pada lingkungan yaitu menurunnya kualitas udara di suatu wilayah (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2002).
Trotoar Berubah FungsiYang pada awalnya jalur pejalan kaki untuk menikamati suasana kota berubah fungsi menjadi tempat berjualan para PKL yang memperburuk wajah kota (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 2002).
Dampak Pedagang Kaki Lima Terhadap Penataan Ruang
Indikator VariabelKualitas Lingkungan
Kebersihan Lokasi PKL
Tingkat Ketertiban
Tingkat Kemacetan
Indikator dan Variabel
Aspek Penentu Lokasi Berdagang PKLSumber Penentu Lokasi Berdagang Retail
Rahmawaty, 2012
Aksesibilitas Keuntungan lokasi
Heri (1982) dalam
Sundari (1987)
Dilalui dengan jaringan jalan umum Aksesibilitas Dekat dengan keramaian penduduk
Simmons dan Jones (1990) dalam Surya
(2006)
Aksesibilitas Menempel pada kegiatan formal Memiliki tingkat kunjungan tinggi Tersedianya moda transportasi
Waworoentoe, 1973
Beraglomerasi dan berkembang di pusat keramaian
Joedo (1997)
Terdapat akumulasi orang yang melakukan kegiatan secara bersamaan
Berada pada kawasan tertentu yang merupakan pusat kegiatan dengan kunjungan yang berjumlah besar.
Memiliki kemudahan untuk terjadinya hubungan antara pedagang dengan calon pembeli
Tidak memerlukan ketersediaan fasilitas dan utilitas pelayanan umum.
Mc Gee dan Yeung (1977)
Strategis Beraglomerasi pada simpul pedestrian dan
pusat keramaian kotaBroomley
dalam Manning (1996)
Berada di pusat kota
Catanese (1997) dalam Surya (2006)
Kemudahan dalam pencapaian Ketersediaan moda transportasi aksesibilitas
Indikator dan Variabel
Indikator Variabel
Keuntungan Lokasi
Aglomerasi PedagangPendapatan
Kemudahan akses untuk mencapai lokasi PKL
Ketersediaan angkutan umumKetersediaan Lahan Parkir
Indikator Variabel Alasan Memilih Variabel
1. Menjual barang berskala kecil Jenis barangJenis barang yang diperdagangkan dapat membantu mengidentifikasi karakteristik pedagang kaki lima (PKL) .
2. Modal usaha kecil Modal usaha Tingkat Pendapatan
Untuk mengetahui modal dan pendapatan dalam jangka waktu tertentu.
3. Bentuk tempat berdagang Sarana yang digunakanMempermudah untuk mengetahui sarana yang digunakan dalam mengidentifikasi karakteristik PKL.
4. Keterbatasan cara berdagang Tingkat pendidikan Tingkat keterampilan
Karena nantinya dapat diketahui jenis barang yang diperjual belikan
5. Kebutuhan ruang Luas lapak Status lapak
Untuk mengetahui apakah lapak tersebut milik sendiri atau menyewa dan untuk mengetahui luas lapak yang dibutuhkan untuk berdagangnya.
6. Pedagang yang menetap dan berpindah-pindah
Sifat berdagang Waktu berdagang Fungsi berdagang
Variabel tersebut dapat membantu untuk mengetahui apakah PKL tersebut sebagai PKL yang permanen atau semi permanen. Untuk mengetahui waktu berdgang dan fungsi perdagangnya.
7. Interaksi Pedagang Adanya tawar menawarAdanya interaksi tawar menawar merupakan salah satu ciri perdagangan (PKL)
8. Adanya Penertiban oleh Satpol PP Suasana psikologis PKLAgar mengetahui bagaimana perasaan para PKL jika sedang terjadi penertipan oleh satpol PP
9. Kondisi Ekonomi Latar belakang menjadi PKLUntuk mengetahui alasan kenapa menjadi PKL
10. Kualitas Lingkungan Kebersihan Lokasi PKLKarena kebersihan lokasi berdagang sangatlah penting.
11. Tingkat Ketertiban Tingkat kemacetan Agar tahu bahwa dampak dari adanya PKL tersebut dapat mengakibatkan kemacetan.
12. Interaksi dengan lingkungan Keterkaitan dengan kegatan formalKarana PKL diwilayah penelitian beraktivitas di sekitar kegiatan formal.
13. Keuntungan lokasi Aglomerasi pedagang Pendapatan
Karena variabel tersebut merupakan komponen untuk memberi keuntungan bagi para PKL
14. Kemudahan akses untuk mencapai lokasi PKL
Ketersediaan angkutan umum Ketersediaan lahan parkir
Karena variabel tersebut merupakan komponen untuk memberi keuntungan bagi para PKL
Metode Penelitian
Jenis Penelitian Jenis penelitian ini yaitu kualitatif yang bersifat
eksploratif dengan menggunakan model penelitian studi kasus.
Pendekatan Penelitian pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan rasionalisme.
Variabel PenelitianSasaran Indikator Variabel Definisi Operasional
Mengidentifikasi karakteristik pedagang kaki lima (PKL) di Kawasan Pasar Baru Gresik.
Menjual barang berskala kecil Jenis Barang Jenis komoditi barang yang diperdagangkan oleh PKL
Usaha yang bermodal kecil Pendapatan Besarnya pendapatan yang diterima selama sebulan dalam
berdagang
Bentuk tempat berdagang
Modal usaha Sumber materi yang diperoleh untuk kegiatan berdagang
Sarana yang digunakan Media atau alat yang digunakan oleh PKL
Keterbatasan cara berdagang
Tenaga kerja Kebutuhan Ruang
Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan yang dimiliki PKL dalam menjalankan usahanya
Tingkat keterampilan Tingkat keterampilan yang dimiliki PKL dalam menjalankan usahanya
Sumber Tenaga kerja Sumber tenaga kerja yang dipekerjakan oleh PKL untuk membantu menjalankan kegiatan usahanya
Luas lapak Ukuran ruang yang dibutuhkan untuk menampung barang dagangan
Status lapak Keadaan tempat usaha pedaganag dengan status kepemilikan
Adanya penertiban dari Satpol PP Adanya penertiban dari Satpol PP Amenitas PKL dalam menempati lokasi PKL saat ini
Kondisi Ekonomi Latar belakang menjadi PKL Alasan/motivasi yang melatarbelakangi menjadi PKL
Menentukan faktor yang mempengaruhi kriteria relokasi pedagang kaki lima berdasarkan preferensi pedagang kaki lima di kawasan Pasar Baru Gresik
Kualitas Lingkungan Kebersihan Lokasi PKL
Kondisi lokasi PKL terbebas dari sampah dan genangan air
Tingkat Ketertiban Tingkat kemacetan Dampak lalu lintas yang diakibatkan dari adanya PKL
Interaksi dengan lingkungan Keterkaitan dengan kegatan formal Keterkaitan dengan kegiatan yang ada disekitarnya
Keuntungan lokasi
Aglomerasi pedagangAglomerasi atau pengelompokan pedagang yang didasarkan oleh jenis barang dagangan (sejenis atau berbagai jenis dagangan)
Pendapatan Pendapatan rata-rata yang diperoleh pedagang dalam sebulan
Merumuskan kriteria relokasi PKL di kawasan Pasar Baru Gresik.
Input sasaran 1 dan 2 Input sasaran 1 dan 2 Input sasaran 1 dan 2
Populasi dan Sampel Populasi
Menurut Arikunto (2003) populasi juga dapat diartikan sebagai keseluruhan subyek penelitian. Jadi populasi juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan dijadikan subyek ataupun obyek penelitian yang dikehendaki peneliti (Ridwan, 2009). Populasi dalam penelitian ini adalah Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Baru Gresik.
SampelSampel adalah bagian dari sebuah populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi (Nazir, 2003).
Dimana: n=N/(1+N.e2)n = jumlah respondenN = Jumlah PopulasiE = besar toleransi (0,1)
Sehingga, sampel total responden adalah :n = 187/(1+187.(0,1)2) = 65 respondenN = 65 didapatkan dari jumlah PKL Pasar Baru Gresik
Pengaruh
Rendah
Pengaruh
Tinggi
Kepentingan
Rendah
Kelompok
stakeholder
yang paling
rendah
prioritasnya
Kelompok
yang
bermanfaat
untuk
merumuskan
atau
menjembatani
keputusan dan
opini
Kepentingan
Tinggi
Kelompok
stakeholder
yang penting
namun perlu
pemberdayaan
Kelompok
stakeholder
yang paling
kritis
Stakeholder tersebut merupakan objek purposive sampling dalam mencari faktor yang mempengaruhi kriteria relokasi PKL pada Kawasan Pasar Baru Gresik yang dapat mewakili pemerintah, praktisi, akademisi, serta stakeholder lainnya yang terlibat dalam merumuskan kriteria relokasi PKL, stakeholder tersebut antara lain:
1. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Gresik2. Dinas Perindustrian, Usaha Kecil, Menengah, Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Gresik3. Kepala UPT Pasar Baru Gresik4. Satpol PP Kabupaten/Kota Gresik5. Akademisi atau Pakar6. Tokoh Masyarakat Sekitar PKL berdagang7. Paguyuban PKL di lokai PKL berdagang8. Pedagang Kaki Lima(PKL) itu sendiri
Analisis Stakeholders
Influence of StakeholdersImportance Of Activity To Stakeholders
little / No Importance Some Importance Moderante Importance Very Importance Critical Player
little / No Importance 1 1 2 3 4 5
Some Importance 2
Moderante Importance 3
Satpol PP
Kepala UPT Pasar Baru Gresik
Very Importance 4Tokoh masyarakat
Pedagang
CriticalPlaye 5
Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah
Kabupaten Gresik
Dinas Perindustrian, Usaha Kecil, Menengah,
Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Gresik
Ketua Paguyuban PKL
Akademisi
Teknik Pengolahan dan Analisis
No. Sasaran Tujuan Teknik Analisis Data Output
1. Identifikasi Krakteristik Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Baru Gresik
Mengetahui karakteristik PKL pada Kawasan Baru Gresik
Statistik Deskriptif
Karakteristik PKL di Kawasan Pasar Baru Gresik
2.
Menentukan faktor yang mempengaruhi kriteria relokasi pedagang kaki lima berdasarkan preferensi pedagang kaki lima di Kawasan Pasar Baru Gresik
Mengetahui faktor apa saja yang berpengaruh dalam menentukan kriteria relokasi PKL berdasarkan stakeholder terkait
Analisis Delphi
Faktor yang berpengaruh terhadap kriteria relokasi PKL
3. Merumuskan kriteria relokasi PKL di Kawasan Pasar Baru Gresik
Mengetahui kriteria relokasi pedagang kaki lima di Kawasan Pasar Baru Gresik
Analisis Deskriptif Komparatif
Kriteria relokasi PKL di Kawasan Pasar Baru Gresik
1. Identifikasi Karakteristik Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Baru Gresik ( Menggunakan Teknik Analisis Deskriptif Komparatif)
2. Menentukan faktor yang mempengaruhi kriteria relokasi pedagang kaki lima berdasarkan preferensi pedagang kaki lima di Kawasan Pasar Baru Gresik (Menggunakan Teknik Analisis Delphi )Teknik analisis ini
menjelaskan data hasil pengamatan tanpa harus melakukan pengujian statistik. Analisis ini bertujuan untuk meggambarkan karakteristik dari sebuah sampel ataupun populasi yang telah diamati dan dapat disajikan dalam bentuk tabel atau gambar (Sugiyono, 2012).
Metode Delphi adalah prosedur peramalan pendapat untuk memperoleh, menukar, dan membuat opini tentang peristiwa di masa depan (Dunn, 2000).
Langkah-langkah metode analisis Dephi yaitu seperti penjelasan sebagai berikut (Perkuliahan Teknik Analisis Perencanaan, 2014):1. Memilih fasilitator2. Memilih pakar atau
stakeholders3. Menyusun kuisioner4. Wawancara dengan
stakeholders5. Reduksi dan tampilan data
hasil wawancara6. Iterasi dan penarikan
kesimpulan
Kuisioner Karakteristik PKL Kuisioner Delphi
1. Menurut anda variabel – variabel apa saja yang mempengaruhi kriteria relokasi PKL di Kawasan Pasar Baru Gresik?KeteranganS : SetujuST : Tidak Setuju
2. Selain variabel diatas, apakah menurut anda ada faktor lain ?
3. Merumuskan Kriteria Relokasi PKL di Kawasan Pasar Baru Gresik (Menggunakan Teknik Analisis Deskriptif Komparatif)
Deskriptif komparatif merupaka teknik analisis yang merangkum setiap temuan yang telah dihasilkan pada analisis sehingga diperoleh simpulan kriteria relokasi PKL yang dikomparasikan dengan teori yang ada dan disajikan secara deskriptif (Widjiyanri, 2008).
Sementara itu tujuan dari analisis deskriptif komparatif adalah untuk menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan tentang benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang lain, kelompok, terhadap suatu ide atau prosedur kerja. Penelitian komparatif juga memiliki beberapa tujuan, yaitu: membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta dan sifat objek yang diteliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu, membuat generalisasi tingkat perbandingan berdasarkan cara pandang atau kerangka berpikir, dan menentukan mana yang baik atau mana yang sebaiknya dipilih.
Gambaran Umum Wilayah PenelitianPasar Baru Gresik terletak di Kelurahan Lumpur, Kecamatan
Gresik Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur ini terletak di sebagian Kelurahan Lumpur yang memiliki luas wilayah ± 31 Ha. Kawasan studi
secara geografis memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kelurahan LumpurSebelah Selatan: Jl. Gubernur Suryo
Sebelah Timur : Jl. SindujoyoSebelah Barat : Kelurahan Lumpur
Sarana dan PrasaranaUntuk sarana dan prasarana yang terdapat di Kelurahan
Lumpur yaitu Taman Kanak-kanak dengan jumlah 1 unit untuk swasta, Sekolah Dasar 1 unit untuk negeri, ruang belajar 7 unit, masjid 1 unit, surau/langgar 11 unit, puskesmas 1 unit, praktek dokter 2 unit, rumah bersalin 1 unit, praktek bidan 1 unit, dan posyandu 5 unit. (Kecamatan dalam angka, 2015)
Berdasarkan barang yang diperdagangkanPedagang kaki lima (PKL) di lokasi penelitian menjual buah, sayur-sayuran dan juga ada yang beberapa menjual baju dan juga sandal.
Berdasarkan jenis sarana berdagangSarana berdagang yang digunakan oleh pedagang kaki lima (PKL) pada Kawasan Pasar Baru Gresik dalam menjalankan aktivitasnya tersebut berupa gerobak dan juga gelaran tikar dan meja.
Berdasarkan tingkat pendapatannyaTingkat pendapatan pedagang kaki lima (PKL) pada Kawasan Pasar Baru Gresik yaitu dalam rentang Rp 350.000 – Rp 1.250.000
Berdasarkan modal usahaModal usaha para pedagang kaki lima (PKL) ) pada Kawasan Pasar Baru Gresik ini dibagi menjadi dua yaitu modal pribadi dan modal pinjaman.
Berdasarkan status lapakSarana berdagang menurut kepemilikannya yaitu dapat dibagi menjadi dua yakni sarana berdagang milik sendiri dan sarana berdagang pinjaman. Status lapak ini sangat erat pengaruhnya dalam kegiatan berdagangnya para pedagang kaki lima (PKL).
Berdasarkan luas lapakPada lokasi penelitian dapat dijumpai luas lapak pada kisaran 1 m2 hingga 5 m2 tergantung pada jenis barang yang diperdagangkan.
Berdasarkan Asal daerahPedagang kaki lima (PKL) yang ada pada Kawasan Pasar Baru Gresik berasal dari berbagai macam daerah baik dari Kota Gresik dan dari luar Kota Gresik. Sehingga tidak hanya pedagang yang berasal dari Kota Gresik saja yang berdagang namun juga terdapat pedagang yang berasal dari luar Kota Gresik seperti Pulau Madura, dan juga Kabupaten Lamongan, dll.
Berdasarkan fungsi berdagangPedagang kaki lima (PKL) pada Kawasan Pasar Baru Gresik memiliki fungsi berdagang sebagai pedagang eceran. Hal ini dikarenakan hampir seluruh pedagang kaki lima (PKL) menjual barang yang hampir sama antara satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan jam operasionalPedagang kaki lima (PKL) pada Kawasan Pasar Baru Gresik waktu berdagangnya yaitu pada siang hari dan malam hari.
Berdasarkan Sifat Berdagang Pedagang kaki lima (PKL) pada Kawasan Pasar Baru Gresik sifat berdagangnya yakni dengan pola yang cenderung menetap. Karena rata-rata pedagang kaki lima (PKL) pada Kawasan Pasar Baru Gresik sarana berdagangnya menggunakan gelaran dan meja dengan menjual barang kelontong.
Daftar PustakaAlisjahbana, 2004. Kebijakan Publik Sektor Informal. Surabaya: ITS Press.Fatikawati, Yulian. 2012. “Dampak Keberadaan PKL”. (http://www.slideshare.net/ , diakses 14 april 2015).Ginting, Salmina W, 2004. Studi Kasus: Pengaruh Keberadaan Pedagang Kaki Lima Terhadap Jumlah Pengunjung
Taman Kota di Medan. Jurnal Teknik SIMENTRIKA Vol.3 No.3. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.Heri, Lazuardi, 2013. “UKM: Jumlah Pedagang Kaki Lima Diperkirakan mencapai 22 Juta Orang”. (Online), (
http://industri.bisnis.com/read/20130505/87/12417/ukm-jumlah-pedagang-kaki-lima-diperkirakan-capai-22-juta-orang , diakses 26 oktober 2015).
Peraturan Daerah Kabupaten Gresik. 2013. Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Gresik: Pemerintah Kabupaten Gresik
Peraturan Daerah Kabupaten Gresik. 2011. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gresik 2010-2030. Gresik: Bappeda.
Sa’diyah, Siti (2013) Konflik Antara Pedagang Stand dengan Pedagang Kaki Lima di Pasar Baru Gresik. Undergraduate Thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. (http://digilib.uinsby.ac.id/1561/ , diakses 21 oktober 2015).
Sugiyono, 2013. “PKL Pasar Baru Gresik Enggan Pindah ke Pasar Krempyeng”. (online), (http://surabaya.tribunnews.com/2013/09/26/pkl-pasar-baru-gresik-enggan-pindah-ke-pasar-krempyeng , diakses 15 oktober 2015).
Sugiyono, 2013. “Belum Punya Lahan,Pemkab Gresik Kewalahan Menata PKL”. (online), (http://surabaya.tribunnews.com/2013/09/26/belum-punya-lahan-pemkab-gresik-kewalahan-menata-pkl , diakses 20 april 2015).
Retno Widjajanti. 2009. Karakteristik Aktivitas Pedagang Kaki Lima Kawasan Komersial Di Pusat Kota Studi Kasus: Simpang Lima – Semarang, Vol. 30 ,No. 3. Semarang: Universitas Diponegoro.
Ilyas Rolis. 2013. Sektor Informal Perkotaan dan Ikhtiar Pemberdayaannya. Jurnal Sosiologi Islam, Vol. 3 No.2.Ambarwati Hany Srie. 2003. Studi Aktivitas Pedagang Kaki Lima Dalam Memanfaatkan Ruang Di Kota Salatiga.
Jurnal Program Studi Megister Teknik Pembangunan Kota Universitas Diponegoro Semarang.Ari Budi Sulistiyo. 2006. Kajian Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi Serta Persepsi Masyarakat Sekitar
Kota Pemalang. Jurnal Tesis Universitas Diponegoro.Octora Lintang Surya. 2006. Kajian Karakterisitik Berlokasi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Sekitar Fasilitas
Kesehatan (Studi Kasus: Rumah Sakit dr. Kariadi Kota Semarang.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang.Ahmadi Widodo. 2000. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Usaha PKL (Studi Kasus: Kota
Semarang). Universitas Diponegoro.Materi Kuliah Analisis Lokasi dan Keruangan PWK ITS. 2014. Teori Lokasi Central Place yang dikemukakan oleh
Cristaller (1933) dikutip dalam bukunya Central Place in Sourthern Germany.
TERIMAKASIH