BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pembangunan suatu negara dikatakan berhasil jika mampu menciptakan keadaan
sehat bagi masyarakat di dalamnya. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat
merupakan salah satu program yang sedang digencar-gencarkan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia di Indonesia. Indonesia telah dua kali mencanangkan
program Indonesia Sehat. Yang pertama pada 2010, dimana indikator untuk menuju
ke arahIndonesia sehat masih belum terpenuhi dan kemudian diperbaharui menjadi
Indonesia Sehat 2015 (Andri, 2012).
Untuk mewujudkan cita-cita tersebut Pemerintah Indonesia bersama 146 kepala
pemerintahan dan negara, ikut menandatangani Deklarasi Milenium atau Millenium
Development Goals (MDGs) saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium di
New York pada bulan September 2000. Target dari program ini adalah tercapainya
kesejahteraan rakyat dan pembangunan masyarakat pada tahun 2015. Sejatinya
deklarasi berisikan komitmen masing-masing negara dan komunitas internasional
untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan, sebagai satu paket tujuan yang terukur
untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan.
Jika kita perhatikan dari kedelapan MDGs, empat diantaranya merupakan MDG
yang berada dalam ruang lingkup kesehatan. Suatu hal yang menarik, hal ini menjadi
bukti bahwa kesehatan merupakan komponen utama yang sangat diperhatikan oleh
masyarakat dunia. Dan bisa kita simpulkan bahwa segala yang terkait dengan
peningkatan faktor kesehatan masyarakat merupakan komponen penting dalam
percepatan terwujudnya MDGs.
Komitmen Indonesia untuk mencapai MDGs mencerminkan komitmen
Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi
kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dunia. Karena itu, MDGs merupakan
acuan dalam penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional.
Pemerintah Indonesia telah mengarus utamakan MDGs dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2005-2025), Rencana Pembangunan
1
Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2004-2009 dan 2010-2014), Rencana Kerja
Program Tahunan (RKP), serta dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN). (Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2010,
BAPPENAS)
Seiring dengan berjalannya waktu MDGs sudah memasuki kuartal terakhir.
Hanya tinggal dua tahun lagi dan seharusnya sudah banyak perubahan-perubahan
besar yang ditargetkan berhasil dibuktikan. Namun berdasarkan data-data yang ada
mengenai perkembangan MDGs khususnya di Indonesia masih banyak sasaran-
sasaran dari MDG’s tersebut yang belum tercapai. Begitu banyak hal yang terjadi
termasuk krisis pangan dan keuangan serta begitu luasnya Indonesia menjadi kendala
tercapainya MDGs.
MDGs Progres Report in Asia & The Pacific yang diterbitkan UNESCAP
memantau Indonesia masih mengalami keterlambatan dalam proses realisasi
pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s). Terlihat pada masih tingginya
angka kematian ibu melahirkan, masih rendahnya kualitas sanitasi & air bersih, laju
penularan HIV/AIDS yang kian sulit dikendalikan, serta meningkatnya beban utang
luar negeri yang kian menumpuk. Sektor-sektor tersebut jelas memberikan pengaruh
pada kualitas hidup manusia Indonesia yang termanifestasi pada posisi peringkat
Indonesia yang kian menurun. Pada tahun 2006 Indonesia menyentuh peringkat 107
dunia, 2008 di 109, hingga tahun 2009 sampai dengan 2010 masih di posisi 111.
Selisih 9 peringkat dengan Palestina (West Bank & Gaza Strip) yang berada di posisi
101.
Hasil Survey Demografi dan Kesehatan 2012 menunjukkan AKB mencapai 32
per 1.000 kelahiran hidup, sementara target Indonesia sebesar 23 per 1.000 kelahiran
hidup. Angka kematian pada bayi usia di bawah 28 hari masih cukup tinggi,
jumlahnya mencapai 50 persen dari angka kasus kematian bayi secara keseluruhan
dan umumnya disebabkan karena kesulitan bernafas saat lahir (asfiksia), infeksi, dan
komplikasi lahir dini serta berat badan lahir rendah. Sedangkan AKI pada tahun 1990
sebesar 390 kematian per 100.000 kelahiran hidup sedangkan AKI tahun 2007 adalah
228 kematian per 100.000 kelahiran hidup yang menetap hingga tahun 2012. Walau
2
menunjukkan penurunan, angka ini masih jauh dari target tahun 2015 yaitu 102
kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Dalam menyukseskan mencapai tujuan-tujuan tersebut peran multi pihak
menjadi sangat penting. Selain peran global, peran stakeholders nasional dan lokal
juga menjadi sangat penting. Sinergisitas antar elemen bangsa adalah kunci penting
dalam mencapai tujuan MGDs tersebut. Baik dari elemen pemerintah, LSM, para
cendekiawan, termasuk mahasiswa juga ikut berperan.
Kualitas suatu Negara dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusia di
dalamnya. Mahasiswa memiliki peranan penting dalam membantu Indonesia untuk
mencapai MDGs 2015 dan meningkatkan kualitas SDM tersebut. Mahasiswa
mengaplikasikan ilmu yang dimiliknya untuk memberdayakan masyarakat. Dimana
upaya tersbut adalah proses untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasai, memelihara, melindungi dan
meningkatan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat di bidang
kesehatan merupakan sasaran utama promosi kesehatan. Promosi kesehatan sebagai
bagian dari tingkatan pencegahan penyakit.
Berdasarkan Tri Dharma Perguruan Tinggi sendiri seperti yang diamatkan dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.20 Tahun 2003,
merupakan syarat wajib yang harus dipenuhi atau dijalankan oleh perguruan tinggi
yang ada di Indonesia. Dimana pada pasal 20 ayat 2 dikatakan : “Perguruan tinggi
berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat.”
Sangat jelas dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi peran mahasiswa tidak hanya
sekedar menuntut ilmu,tetapi juga mengharuskan mahasiswa ikut serta dalam
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Akan tetapi kenyataannya sekarang
banyak mahasiswa yang hanya fokus pada kegiatan ‘belajar’ saja dan mengabaikan
tiga fungsi mahasiswa yaitu sebagai agent of change, social control, dan iron stock.
Padahal mahasiswa, khususnya mahasiswa kesehatan diyakini memiliki peran
yang sangat penting dalam menyambung tali kesehatan masyarakat Indonesia di
masa yang akan datang. Dan potensi peran yang besar ini bisa dijadikan semacam
cambuk untuk bisa berperan sejak masih kuliah. MDGs bisa menjadi trigger
3
sehingga seorang mahasiswa kesehatan bisa memberikan kontribusi positif bagi
percepatan pencapaian target MDGs.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersbut permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana pencapaian MDG’s di Indonesia saat ini?
2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan Indonesia terlambat dalam mencapai
tujuan MDG’s 2015?
3. Bagaimana peran mahasiwa dengan tiga fungsinya dalam membantu pemerintah
Indonesia untuk mempercepat pencapaian tujuan MDG’s 2015? Bagaimana
mewujudkan pembangunan kesehatan melalui upaya promotif dan preventif
dalam upaya mencapai sasaran MDG’s 2015?
I.3. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pencapaian dari sasaran MDG’s saat ini?
2. Mengetahui penyeebab yang mnghambat Indonesia dalam pencapaian sasaran dan
tujuan MDG’s 2015.
3. Mengetahui peran mahasiswa dalam memberdayakan masyarakat untuk
mempercepat pencapaian tujuan MDG’s 2015.
4. Mengetahui peranan mahasiswa, khususnya mahasiswa kesehatan masyarakat
dalam upaya mewujudkan pembangunan kesehatan dalam rangka pencapaian
MDG’s 2015 di Indonesia melalui upaya promotif dan preventif.
I.3. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis, penulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan penulis mengenai
peranan mahasiswa dalam memberdayakan masyarakat untuk mempercepat
pencapaian sasaran dan tujuan MDG’s 2015.
2. Bagi para penulis lain, yang ingin mengembangkan ide serta permasalahan yang
berkaitan peranan mahasiswa dalam memberdayakan masyarakat untuk
mempercepat pencapaian sasaran dan tujuan MDG’s 2015.
4
3. Bagi pembaca pada umumnya, dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
I.4. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam karya tulis ini adalah Studi
kepustakaan. Dimana data dikumpulkan dengan mengadakan studi penelaahan
terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Selain itu penulis mencari sumber
dari media elektronik seperti internet untuk mendukung informasi yang dicari.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Millenium Development Goals (MDG’s)
Millennium Development Goals (MDGs) atau dalam bahasa Indonesia
diterjemahkan menjadi Tujuan Pembangunan Milenium, adalah sebuah paradigma
pembangunan global, dideklarasikan Konperensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189
negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di New York pada bulan
September 2000. Dasar hukum dikeluarkannya deklarasi MDGs adalah Resolusi
Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa Nomor 55/2 Tangga 18 September 2000,
(A/Ris/55/2 United Nations Millennium Development Goals).
Penandatanganan deklarasi ini merupakan komitmen dari pemimpin-pemimpin
dunia untuk mengurangi lebih dari separuh orang-orang yang menderita akibat
kelaparan, menjamin semua anak untuk menyelesaikan pendidikan dasarnya,
mengentaskan kesenjangan jender pada semua tingkat pendidikan, mengurangi
kematian anak balita hingga 2/3 , dan mengurangi hingga separuh jumlah orang yang
tidak memiliki akses air bersih pada tahun 2015. Deklarasi Millennium PBB yang
ditandatangani pada September 2000 menyetujui agar semua negara:
1. Memberantas kemiskinan dan kelaparan
Pendapatan populasi dunia sehari $1
Menurunkan angka kemiskinan
2. Mencapai pendidikan dasar secara universal
Setiap penduduk dunia mendapatkan pendidikan dasar
3. Mendukung adanya persaman jender dan pemberdayaan perempuan
Target 2005 dan 2015: Mengurangi perbedaan dan diskriminasi
genderdalam pendidikan dasar dan menengah terutama untuk tahun 2005
dan untuk semua tingkatan pada tahun 2015.
4. Mengurangi tingkat kematian anak
Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak
usia di bawah 5 tahun
5. Meningkatkan kesehatan ibu
6
Target untuk 2015: Mengurangi dua per tiga rasio kematian ibu dalam
proses melahirkan
6. Perlawanan terhadap HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya
Target untuk 2015: Menghentikan dan memulai pencegahan
penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit berat lainnya.
7. Menjamin daya dukung lingkungan hidup
Target:
Mengintegrasikan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan
dalam kebijakan setiap negara dan program serta mengurangi hilangnya
sumber daya lingkungan
Pada tahun 2015 mendatang diharapkan mengurangi setengah dari
jumlah orang yang tidak memiliki akses air minum yang sehat
Pada tahun 2020 mendatang diharapkan dapat mencapai pengembangan
yang signifikan dalam kehidupan untuk sedikitnya 100 juta orang yang
tinggal di daerah kumuh
8. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan
Target:
Mengembangkan lebih jauh lagi perdagangan terbuka dan sistem
keuangan yang berdasarkan aturan, dapat diterka dan tidak ada
diskriminasi. Termasuk komitmen terhadap pemerintahan yang baik,
pembangungan dan pengurangan tingkat kemiskinan secara nasional dan
internasional.
Membantu kebutuhan-kebutuhan khusus negara-negara kurang
berkembang, dan kebutuhan khusus dari negara-negara terpencil dan
kepulauan-kepulauan kecil. Ini termasuk pembebasan-tarif dan -kuota
untuk ekspor mereka; meningkatkan pembebasan hutang untuk negara
miskin yang berhutang besar; pembatalan hutang bilateral resmi; dan
menambah bantuan pembangunan resmi untuk negara yang berkomitmen
untuk mengurangi kemiskinan.
Secara komprehensif mengusahakan persetujuan mengenai masalah
utang negara-negara berkembang.
7
Menghadapi secara komprehensif dengan negara berkembang dengan
masalah hutang melalui pertimbangan nasional dan internasional untuk
membuat hutang lebih dapat ditanggung dalam jangka panjang.
Mengembangkan usaha produktif yang layak dijalankan untuk kaum
muda
Dalam kerja sama dengan pihak "pharmaceutical", menyediakan akses
obat penting yang terjangkau dalam negara berkembang
Dalam kerjasama dengan pihak swasta, membangun adanya penyerapan
keuntungan dari teknologi-teknologi baru, terutama teknologi informasi
dan komunikasi
II.2. Mahasiswa
Menurut Kamus Lengkap Bahas Indonesia (Kamisa, 1997), mahasiswa
merupakan individu yang belajar di perguruan tinggi. Montgomery dalam Papila dkk
(2007) menjelaskan bahwa perguruan tinggi atau universitas dapat menjadi sarana
atau tempat untuk seorang individu dalam mengembangkan kemampuan intelektual,
kepribadian, khususnya dalam melatih keterampilan verbal dan kuantitatif, berpikir
kritis, dan moral reasoning.
Mahasiswa merupakan satu golongan dari masyarakat yang mempunyai dua
sifat, yaitu manusia muda dan calon intelektual, dan sebagai calon intelektual
mahasiswa harus mampu untuk berpikir kritis terhadap kenyataan sosial, sedangkan
sebagai manusia muda, mahasiswa seringkali tidak mengukur resiko yang akan
menimpa dirinya (Djododibroti, 2004).
Secara garis besar, setidaknya ada 3 peran dan fungsi yang sangat penting bagi
mahasiwa, yaitu :
1. Peranan moral, dunia kampus merupakan dunia di mana setiap mahasiswa dengan
bebas memilih kehidupan yang mereka mau. Disinilah dituntut suatu tanggung
jawab moral terhadap diri masing-masing sebagai indidu untuk dapat menjalankan
kehidupan yang bertanggung jawab dan sesuai dengan moral yang hidup dalam
masyarakat.
8
2. Peranan sosial. Selain tanggung jawab individu, mahasiswa juga memiliki
peranan sosial, yaitu bahwa keberadaan dan segala perbuatannya tidak hanya
bermanfaat untuk dirinya sendiri tetapi juga harus membawa manfaat bagi
lingkungan sekitarnya.
3. Peranan intelektual. Mahasiswa sebagai orang yang disebut-sebut sebagai insan
intelek haruslah dapat mewujudkan status tersebut dalam ranah kehidupan nyata.
Dalam arti menyadari betul bahwa fungsi dasar mahasiswa adalah bergelut
dengan ilmu pengetahuan dan memberikan perubahan yang lebih baik dengan
intelektualitas yang ia miliki selama menjalani pendidikan.
II.3. Pemberdayaan Masyarakat
II.3.1. Definisi Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan,
menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah
terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan (Sutoro
Eko, 2002). Konsep pemberdayaan (masyarakat desa) dapat dipahami juga dengan
dua cara pandang. Pertama, pemberdayaan dimaknai dalam konteks menempatkan
posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukanlah obyek penerima manfaat
(beneficiaries) yang tergantung pada pemberian dari pihak luar seperti pemerintah,
melainkan dalam posisi sebagai subyek (agen atau partisipan yang bertindak) yang
berbuat secara mandiri. Berbuat secara mandiri bukan berarti lepas dari
tanggungjawab negara. Pemberian layanan publik (kesehatan, pendidikan,
perumahan, transportasi dan seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan tugas
(kewajiban) negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan
berarti terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol
lingkungan dan sumberdayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara mandiri, dan
ikut menentukan proses politik di ranah negara. Masyarakat ikut berpartisipasi dalam
proses pembangunan dan pemerintahan (Sutoro Eko, 2002).
Permendagri RI Nomor 7 Tahhun 2007 tentang Kader Pemberdayaan
Masyarakat, dinyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang
digunakan dalam pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan
9
kemampuan dan kemandirian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara (Pasal 1 , ayat (8) ).
Untuk mencapai tujuan-tujuan pemberdayaan masyarakat terdapat tiga jalur
kegitan yang harus dilaksanakan yaitu :
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat untuk
berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap masnusia dan
masyarakatnya memiliki potensi (daya) yang dapat dikembangkan;
2. Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya itu, dengan mendorong,
memberikan motivasi, dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang
dimilikinya serta upaya untuk mengembangkannya;
3. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering).
II.3.2. Unsur Pemberdayaan Masyarakat
Upaya pemberdayaan masyarakat perlu memperhatikan sedikitnya empat unsur
pokok yaitu :
1. Aksesibilitas informasi, karena imformasi merupakan kekuasaan baru
kengitannya dengan peluang, layanan, penegakan hukum, efektifitas negosiasi,
dan akuntabilitas.
2. Keterlibatan dan partisipasi, yang menyangkut siapa yang dilibatkan dan
bagaimana mereka terlibat dalam keseluruhan proses pembangunan;
3. Akuntabilitas, kaitannya dengan pertanggungjawaban publik atas segala kegiatan
yang dilakukan dengan mengatas namakan rakyat;
4. Kapasitas organisasi lokal, kengiatannya dengan kemampuan bekerja sama,
mengorganisasi warga masyarakat, serta memobilitasi sumber daya untuk
memcahkan masalah-masalah yang mereka hadapi.
10
BAB III
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
III.1. Kondisi Pencapaian MDG’s Indonesia Saat Ini
Komitmen Indonesia untuk mencapai MDGs mencerminkan komitmen
Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dan memberikan kontribusi
kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat dunia. Karena itu, MDGs merupakan
acuan dalam penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Nasional.
Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDGs dalam Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN 2005-2025), Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN 2004-2009 dan 2010-2014), Rencana Kerja Program
Tahunan (RKP), serta dokumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dalam lima tahun terakhir, di tengah kondisi negara yang belum sepenuhnya
pulih dari krisis ekonomi tahun 1997/1998, Indonesia menghadapi tantangan global
yang tidak ringan. Gejolak harga minyak dan harga pangan serta perubahan iklim
global serta terjadinya krisis keuangan global 2007/2008 mewarnai dinamika
pembangunan Indonesia. Tingkat pertumbuhan ekonomi menurun menjadi sekitar 4-
5 persen, dibandingkan dengan pertumbuhan sebelum krisis yang sebesar 5-6 persen.
Kenaikan harga pangan yang menjadi pengeluaran rumah tangga terbesar di
kelompok masyarakat menengah bawah dan miskin semakin menimbulkan beban.
Perubahan iklim yang ekstrem telah berdampak pada kegagalan pertanian dan
kerusakan aset masyarakat serta terganggunya kesehatan masyarakat. Dalam
lingkungan global yang kurang menguntungkan tersebut Indonesia secara bertahap
terus melakukan penataan dan pembangunan di segala bidang sebagai suatu wujud
dari komitmen Indonesia untuk bersama-sama dengan masyarakat dunia mencapai
Tujuan Pembangunan Milenium (Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium di Indonesia 2010, BAPPENAS).
Sampai dengan tahun 2010 ini, Indonesia telah mencapai berbagai sasaran dari
Tujuan Pembangunan, akan tetapi ada beberapa Sasaran dari Tujuan Pembangunan
Milenium (MDGs) yang telah menunjukkan kecenderungan kemajuan yang baik
seperti diantaranya :
11
MDG 1 - Proporsi penduduk yang hidup dengan pendapatan per kapita
kurang dari USD 1 per hari telah menurun dari 20,6 persen pada tahun 1990
menjadi 5,9 persen pada tahun 2008.
MDG 3 - Kesetaraan gender dalam semua jenis dan jenjang pendidikan telah
hampir tercapai yang ditunjukkan dengan rasio angka partisipasi murni
(APM) perempuan terhadap laki-laki di SD/MI/Paket A dan SMP/MTs/Paket
B berturut-turut sebesar 99,73 dan 101,99, dan rasio angka melek huruf
perempuan terhadap laki-laki pada kelompok usia 15-24 tahun sebesar 99,85
pada tahun 2009.
MDG 6 - Prevalensi tuberkulosis menurun dari 443 kasus pada 1990 menjadi
244 kasus per 100.000 penduduk pada tahun tahun 2009.
MDG 4 - Angka kematian balita telah menurun dari 97 per 1.000 kelahiran
pada tahun 1991 menjadi 44 per 1.000 kelahiran pada tahun 2007 dan
diperkirakan target 32 per 1.000 kelahiran pada tahun 2015 dapat tercapai.
Akan tetapi jika dibandingkan dengan negara lain, pencapaian sasaran MDG’s di
Indonesia cenderung lambat dibandingkan negara lain. Hal ini dapat dilihat beberapa
diantaranya (1) masih banyaknya masyarakat di bawah garis kemiskinan; (2) masih
banyaknya masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan secara adil dan
merata; (3) masih tingginya angka kematian anak dan AKI; (4) masih banyak daerah
di Indonesia yang memiliki sanitasi dan cakupan air bersih yang baik, (5) masih
ditemukannya kasus gizi buruk di beberapa wilayah di Indonesia, dan (6) masih
tingginya angka kasus HIV dan AIDS.
Kementerian Kesehatan RI mencatat hingga 2011 di Indonesia angka kematian
ibu saat melahirkan sebesar 228 orang per 100.000 kelahiran hidup, padahal
menurut target MDGs 2015 angka tersebut harus mampu turun menjadi sekitar 102
orang per 100.000 kelahiran hidup. Sementara angka kematian bayi usia nol hingga
11 bulan di Indonesia sebesar 34 orang per 1.000 kelahiran hidup, padahal target
MDGs 2015 harus mampu turun menjadi 23 orang per 1.000 kelahiran hidup
(Kementrian Kesehatan RI, 2011).
Jumlah infeksi HIV baru di Indonesia menunjukkan adanya peningkatan.
Sepanjang periode 1996 sampai dengan 2006, angka kasus HIV meningkat sebesar
12
17,5 persen dan diperkirakan bahwa ada sekitar 193.000 orang yang saat ini hidup
dengan HIV di Indonesia. Epidemi AIDS umumnya terkonsentrasi pada populasi
berisiko tinggi di sebagian besar wilayah Indonesia dengan prevalensi orang dewasa
dengan AIDS menurut estimasi nasional 0,22 persen pada tahun 2008. Dua provinsi
di Tanah Papua (Papua dan Papua Barat) mengalami pergeseran ke generalized
epidemic dengan prevalensi 2,4 persen pada populasi umum usia 15-49
(STHP,Kemkes, P2PM, 2007).
Sementara itu, jumlah kumulatif kasus AIDS juga cenderung terus meningkat,
yaitu sebesar 19.973 kasus pada tahun 2009, lebih dari dua kali lipat dibandingkan
dengan jumlah kumulatf pada tahun 2006 sebesar 8.194 kasus. Pada tahun 2011
Kementerian Kesehatan juga mencatat hingga 2011 penderita penyakit HIV/AIDS
sekitar 200 ribu orang. Tingginya jumlah kasus HIV/AIDS disebabkan semakin
banyakbya orang yang melakukan hubungan seks tanpa pelindung dan
meningkatnya penyebaran HIV melalui pemakaian narkoba dengan jarum suntik.
Grafik 4.1
Kasus AIDS per 100.000 Penduduk di Indonesia, Tahun 1989-2009
Sumber: Kemkes, Ditjen P2PL, berbagai tahun
13
Masih relatif rendahnya akses rumah tangga terhadap sumber air minum yang
layak di wilayah perdesaan mencerminkan bahwa laju penyediaan infrastruktur air
minum, terutama di perkotaan, belum dapat mengimbangi laju pertumbuhan
penduduk, di samping banyak sarana dan prasarana air minum tidak terpelihara dan
pengelolaannya tidak berkelanjutan (Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan
Milenium di Indonesia 2010, BAPPENAS).
Grafik 4.2
Proporsi Rumah Tangga yang Memiliki Akses Terhadap Sumber Air Minum Layak
Tahun 1993-2009 dan Target MDG’s 2015
.
Sumber : BPS, Susenas, 1993-2009
Permasalahan yang sama juga dialami untuk akses berkelanjutan terhadap
sanitasi yang layak, yaitu terdapat kesenjangan yang cukup lebar dalam hal akses
berkelanjutan terhadap sanitasi yang layak antarprovinsi dan antara perkotaan dan
perdesaan. Akses sanitasi layak tertinggi sebesar 80,37 persen di DKI Jakarta
sedangkan terendah sebesar 14,98 persen di NTT (Gambar 2.2). Dalam hal
kesenjangan akses sanitasi yang layak antara perdesaan dan perkotaan berdasarkan
provinsi, ada 21 provinsi dengan kesenjangan yang lebih besar daripada rata-rata
14
nasional, dengan kesenjangan terbesar berada di provinsi Kepulauan Riau, Maluku
Utara, dan Kalimantan Barat. Secara nasional, sebesar 69,51 persen penduduk
perkotaan memiliki akses ke fasilitas sanitasi yang layak dibandingkan dengan hanya
33,96 persen di perdesaan (Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di
Indonesia 2010, BAPPENAS).
Grafik 4.3
Proporsi Rumah Tangga yang Memiliki Akses Terhadap Sanitasi yang Layak di
Perdesaan, Perkotaan, dan Total perkotaan, Menurut Provinsi, Tahun 2009
Sumber : BPS, Susenas, 1993-2009
III.2. Faktor – Faktor Penghambat Pencapaian Tujuan MDG’s 2015 di Indonesia
Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dimana didalamnya
terdapat berbagai macam permasalahan baik dari segi perekonomian, kesehatan,
keamanan, ketahanan pangan, pendidikan, dan masih banyak lagi. Sehingga dapat
dikatakan bahwa Indonesia memiliki permasalahan yang sangat kompleks, hal inilah
yang menjadi salah satu penyebab mengapa Indonesia termasuk salah satu negara
yang pencapaian tujuan MDG’s nya termasuk lambat.
15
Perekonomian merupakan permasalahan krusial di setiap negara. Merujuk data
Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Departemen Keuangan, per 31 Agustus 2008,
beban pembayaran utang Indonesia terbesar akan terjadi pada tahun 2009-2015
dengan jumlah berkisar Rp 97,7 triliun (2009) hingga Rp 81,54 triliun (2015), yang
rentang waktunya bersamaan dengan pencapaian MDGs. Jumlah pembayaran utang
Indonesia, baru menurun drastis (2016) menjadi Rp 66,70 triliun. Sebab itu tanpa
upaya negosiasi pengurangan jumlah pembayaran utang luar negeri, Indonesia
dikhawatirkan akan gagal mencapai tujuan MDGs.
Selain itu sumber daya manusia yang dimiliki juga dikatakan masih jauh dari
baik kinerjanya, baik itu sumber daya manusia di instansi pemerintahan, pelayanan
kesehatan, para pemimpin, dan stakeholder. Terutama untuk pelayanan kesehatan,
masih terdapat beberapa permsalahan diantaranya (1) kelangkaan supply SDM
kesehatan; (2) distribusi SDM kesehatan yang tidak merata, terutama untuk wilayah
terpencil atau wilayah Indonesia timur; dan (3) kompetensi dan kapasitas SDM
kesehatan yang masih dibawah rata-rata.
Wilayah Indonesia yang luas juga menjadi faktor penghambat pencapaian
sasaran MDG’s, hal ini menyebabkan sulitnya pendistribusiaan pelayanan kesehatan,
khususnya di wilayah Timur Indonesia, sehingga pendistribusian bantuan kesehatan
tidak merata. Akses terhap pelayanan kesehatan dan sarana air bersih serta sanitasi
yang jauh dari wilayah pemukiman warga terutama wilayah perdesaan juga menjadi
permasalahan.
III.3. Tiga Fungsi Mahasiswa Untuk Mempercepat Pencapaian Sasaran MDG’s
2015
Keberadaan MDGs menjadi bagian yang sangat penting bagi Indonesia,
khususnya dalam kapasitasnya sebagai trisula emas dalam mengentaskan
kemiskinan, memajukan pendidikan serta menciptakan kesehatan yang lebih baik
bagi anak bangsa. Sebab tak dapat dipungkiri, ketiga aspek tersebut (pendidikan,
kemiskinan dan kesehatan ditambah lingkungan hidup), menjadi isu yang sangat
krusial bagi bangsa Indonesia. Pemerintah memang menaruh perhatian lebih
16
terhadap tiga aspek, yang dapat disebut-sebut sebagai trisula emas untuk merubah
nasib bangsa.
Sebagai seorang pembelajar dan bagian masyarakat, mahasiswa memiliki peran
yang kompleks dan menyeluruh sehingga dikelompokkan dalam tiga fungsi : agent
of change, social control and iron stock. Dengan fungsi tersebut, tentu saja tidak
dapat dipungkiri bagaimana peran besar yang diemban mahasiswa untuk
mewujudkan perubahan bangsa. Ide dan pemikiran cerdas seorang mahasiswa
mampu merubah paradigma yang berkembang dalam suatu kelompok dan
menjadikannya terarah sesuai kepentingan bersama. Sikap kritis mahasiswa sering
membuat sebuah perubahan besar dan membuat para pemimpin yang tidak
berkompeten menjadi gerah dan cemas. Dan satu hal yang menjadi kebanggaan
mahasiswa adalah semangat membara untuk melakukan sebuah perubahan.
Semangat mahasiswa inilah yang dapat membantu pemerintah dalam pencapaian
sasaran MDG’s 2015.
Akan tetapi kenyatannya sekarang, dapat dilihat bahwa ketiga fungsi mahasiswa
tersebut sudah mulai memudar. Banyak mahasiswa yang sekarang hanya ‘study
oriented’ yaitu mahasiswa hanya fokus belajar dan mengejar IPK tinggi, mahasiswa
seolah tutup mata dengan permasalahan yang ada. Krisisnya fungsi-fungsi
mahasiswa ini disebabkan diantaranya oleh proses westernisasi, dimana hal ini
menyebabkan mahasiswa cenderung bersikap individualistik dan tidak peduli
sesama.
Seharusnya mahasiswa sebagai agent of change mampu melakukan perubahan
dengan cara memberdayakan masyarakat. Pemberdayaan ini dapat dilakukan dengan
cara memberikan pendidikan, penyuluhan, atau pelatihan terhadap masyarakat.
Kemudian mahasiswa sebagai seorang social control, disini mahasiswa diharapkan
tidak hanya menjadi pengamat akan tetapi mahasiswa terjun langsung ke lapangan
dan menjadi pelaku di masyarakat, misalnya dengan cara melakukan kegiatan
pengabdian masyarakat, melakukan survey mengenai status gizi bayi di suatu
kampung atau sebagainya.
Mahasiswa sebagai iron stock, disini bearti mahasiswa menjadi cikal bakal
pemimpin yang diharapkan mampu membawa perubahan terhadap Indonesia
17
menjadi lebih baik. Oleh karena itu selain ilmu pengetahuan yang diterima di bangku
kuliah, mahasiswa harus memiliki soft skill kepemimpinan, kemampuan
memposisiskan diri, interaksi lintas generasi dan sensitivitas yang tinggi. Jika ketiga
fungsi mahasiswa tersebut dilaksanakan oleh para mahasiswa maka mahasiswa ikut
andil dalam pencapaian MDG’s 2015.
III.4. Peranan Mahasiswa dalam Meningkatkan Upaya Promotif dan Preventiv
Masyarakat dalam Mewujudkan MDG’s 2015
Seperti yang diketahui bahwa upaya kesehatan di Indonesia masih menekankan
pada upaya kuratif dibandingkan upaya promotif dan preventiv. Kurangnya
kesadaran masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraanya sendiri dalam
pencegahan penyakit merupakan salah satu faktor penghambat pencapaian MDG’s
2015.
Oleh sebab itu mahasiswa disini memiliki peranan untuk mempengaruhi
masyarakat untuk merubah perilaku dan paradigma mereka, terutama mahasiswa
kesehatan diyakini memiliki peran yang sangat penting dalam menyambung tali
kesehatan masyarakat Indonesia di masa yang akan datang. Dan potensi peran yang
besar ini bisa dijadikan semacam cambuk untuk bisa berperan sejak masih kuliah.
MDGs bisa menjadi trigger sehingga seorang mahasiswa kesehatan bisa memberikan
kontribusi positif bagi percepatan pencapaian target MDGs. Secara garis besar
kontribusi yang dapat diberikan oleh mahasiswa diantaranya sebagai berikut :
1. Sebagai agent of health
Apabila kita langsung kaitan dengan MDGs maka seorang agent of health
merupakan garda terdepan dalam membina hubungan yang baik kepada masyarakat.
Tentunya dengan tujuan agar masyarakat menjadi lebih peduli dengan kesehatan
mereka dan pada akhirnya mereka paham bahwa kesehatan adalah suatu hal yang
mahal. Misalnya dengan akses nya yang lebih leluasa dalam bidang kesehatan maka
mahasiswa kedokteran akan lebih mudah melakukan berbagai kegiatan yang
merangsang masyarakat akan pentingnya kesehatan.
18
2. Sebagai agent of change.
Tentunya kita mengharapkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia terus
meningkat dan mencapai MDGs dua tahun yang akan datang. Mahasiswa kesehatan
bisa menjadi penggerak perubahan tersebut. Misalnya, dengan pengetahuannya akan
bahaya merokok seorang mahasiswa kesehatan mengadakan pemberian pendidikan
mengenai bahaya free sex kepada anak sekolah, atau pendidikan mengenai
pentingnya kebiasaan hidup sehat.
3. Sebagai agent of development.
Peran ini bersinergi dengan peran agent of change. Setiap usaha yang dilakukan
demi menuju perubahan yang lebih baik, utamanya menuju MDGs, bisa terus
dipertahankan dan dikembangkan pada masa yang akan datang. Tentunya MDGs
bukanlah tujuan akhir dari setiap tujuannnya. Mahasiswa kesehatan baik saat ini dan
seterusnya mempunyai tanggung jawab meneruskan cita-cita MDGs.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasai,
memelihara, melindungi dan meningkatan kesejahteraan mereka sendiri.
Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan merupakan sasaran utama dari
promosi kesehatan. disini maksudnya adalah, masyarakat tidak saja hanya diberikan
edukasi akan tetapi diajak melakukan suatu tindakan nyata untuk mendukung
kegiatan pemerintah tersebut. Terkadang pemerintah sudah memiliki program yang
bagus akan tetapi masyarakat tidak mau menjalankan program tersebut. Ketiga peran
kontributif mahasiswa yang terdiri dari Agent of Health, Agent of Change, dan Agent
of Development merupakan salah satu strategi mahasiswa untuk melakukan promosi
kesehatan kepada masyarakat.
Sebagai contoh misalnya mahasiswa fakultas kedokteran dapat melakukan
kegiatan untuk menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu,
memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular. Kemudian mahasiswa
kesehatan masyarakat melakukan kegiatan promotif seperti penyuluhan ke sekolah
dasar untuk mengajari anak-anak hidup bersih melalui program Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS) atau dengan cara melakukan pendekatan ke ibu-ibu PKK untuk
19
melakukan kegiatan penyuluhan. Mahasiswa diharapkan tidak hanya mengedukasi,
tapi selalu membuat inisiatif dengan melakukan aksi langsung dan peduli di tengah
masyarakat.
Jika upaya promotif tersebut sudah berhasil diterapkan oleh sebagian besar
masyarakat dan terjadi perubahan perilaku mengutamakan upaya tindakan preventif.
Atau dapat dikatakan masyarakat sudah memiliki kesadaran yang tinggi terhdap
kesehatan dan kesejahteraan diri sendiri, maka sasaran MDG’s 2015 akan tercapai
yaitu masyarakat sehat, sejahtera, dan peningkatan kualitas hidup.
20
BAB IV
PENUTUP
IV1. KESIM PULAN
Seiring dengan berjalannya waktu MDGs sudah memasuki kuartal terakhir.
Hanya tinggal dua tahun lagi dan seharusnya sudah banyak perubahan-perubahan
besar yang ditargetkan berhasil dibuktikan. Namun berdasarkan data-data yang ada
mengenai perkembangan MDGs khususnya di Indonesia masih banyak sasaran-
sasaran dari MDG’s tersebut yang belum tercapai. Begitu banyak hal yang terjadi
termasuk krisis pangan dan keuangan serta begitu luasnya Indonesia menjadi kendala
tercapainya MDGs.
Akan tetapi jika dibandingkan dengan negara lain, pencapaian sasaran MDG’s di
Indonesia cenderung lambat dibandingkan negara lain. Hal ini dapat dilihat beberapa
diantaranya (1) masih banyaknya masyarakat di bawah garis kemiskinan; (2) masih
banyaknya masyarakat yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan secara adil dan
merata; (3) masih tingginya angka kematian anak dan AKI; (4) masih banyak daerah
di Indonesia yang memiliki sanitasi dan cakupan air bersih yang baik, (5) masih
ditemukannya kasus gizi buruk di beberapa wilayah di Indonesia, dan (6) masih
tingginya angka kasus HIV dan AIDS.
Untuk mempercepat pencapaian sasaran MDG’s 2015 ini, perlu dukungan oleh
beberapa pihak. Dengan tiga fungsi utamanya sebagai mahasiswa yaitu agent of
change, social control, dan iron stock mahasiswa memiliki peran strategis untuk
mempercepat sasaran MDG’s 2015 ini. Akan tetapi kenyataannya sekarang,
kebanyakan para mahasiswa sudah melupakan tiga fungsinya tersebut sehingga
mereka seolah menutup mata untuk melihat keadaan sekitar.
Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya promotif kesehatan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk merubah kesadaran, kemauan dan
kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasai, memelihara, melindungi dan
meningkatan kesejahteraan mereka sendiri merupakan salah satu cara untuk
mempercepat sasaran MDG’s 2015.
21
Para mahasiswa, khususnya mahasiswa kesehatan diyakini memiliki peran yang
sangat penting dalam menyambung tali kesehatan masyarakat Indonesia di masa
yang akan datang, tiga peran kontributif tersebut ialah : (1) agent of health; (2) agent
of change; (3) agent of development. Potensi peran yang besar ini bisa dijadikan
semacam cambuk untuk bisa berperan sejak masih kuliah. MDGs bisa menjadi
trigger sehingga seorang mahasiswa kesehatan bisa memberikan kontribusi positif
bagi percepatan pencapaian target MDGs.
IV.2. Saran
Untuk mempercepat pencapaian sasaran MDG’s 2015 peranan mahasiswa yang
dapat dilakukan :
1. Mahasiswa harus berusaha peka terhadap lingkungan sekitar dan
memahami permasalahan yang ada, sehingga dapat dilakukan sutu
pemecahan masalah yang tepat.
2. Selain deng ilmu pengetahuan yang didapatkan di perguruan tinggi,
mahasiswa sebaiknya memperkayai dirnya dengan soft skill seperti
kepemimpinan, tanggungjawab, serta disiplin ilmu lainnya untuk
mendukung pencapaian sasaran MDG’s 2015.
3. Mahasiswa diharapkan tidak hanya memberikan edukasi kepada
masyarakat, akan tetapi juga melakukan tindakan nyata yang inovatif di
tengah-tengah masyarakat dalam mendukung pencapaian MDG’s 2015.
4. Perlunya diadakan pengawasan dan pengendalian berkelanjutan terhadap
program-program promotif yang dilakukan oleh mahasiswa dalam
memberdayakan masyarakat.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. Konsep dan Ruang Lingkup Pemberdayaan Masyarakat.
http://www.kesehatanmasyarakat.info/?p=546. Diakses tanggal 23 Maret 2013.
2. Arisya. 2011. Peran Kontributif Mahasiswa Kesehatan Untuk Bangsa.
http://arisyaoran.wordpress.com/2011/07/31/peran-kontributif-mahasiswa-
kesehatan-untuk-bangsa/. Diakses 23 Maret 2013.
3. BAPPENAS. 2010. Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di
Indonesia. Jakarta.
4. Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Wakil Presiden Republik Indonesia.
Laporan Singkat Pencapaian Millenium Development Goals Indonesia. 2010. Jakarta.
5. Mahasiswa. http://library.binus.ac.id/eColls/eThesis/Bab2/2011-2-00013-PL
%202.pdf. Diakses 23 Maret 2013.
6. MDGs. http://mdgs-dev.bps.go.id/. Diakses tanggal 23 Maret 2013.
7. Mutu Pelayanan Kesehatan. http://www.mutupelayanankesehatan.net/index.php .
Diakses tanggal 23 Maret 2013.
8. Pemberdayaan Masyarakat.
http://staff.uny.ac.id/sites/PEMBERDAYAAN%20MASYARAKAT.pdf.
Diakses tanggal 23 Maret 2013.
9. Peran Perguruan Tinggi dalam MDGS. 2012.
http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=23. Diakses tanggal 23
Maret 2013.
23
Recommended