KONSERVASI TANAH(soil conservation)
DALAM AGROFORESTRY
PENDAHULUAN
Apa itu konservasi tanah ? Apa itu agroforestry ? Apa itu agroforestri untuk konservasi
tanah ? Bagaimana sebenarnya bentuk agroforestri
yang dapat menjawab teknik konservasi tanah yang diterapkan dengan baik ?
Konsep dan Perkembangan
Tahun 1930-an di U.S, timbul pemikiran tentang permasalahan erosi tanah
Tahun 1970-1980-an, bukan masalah erosi saja tetapi juga masalah produktivitas lahan
Tahun 1982, dibuat kesepakatan kerjasama masalah tanah & masalah produktivitas lahan, di fasilitasi oleh FAO (Food Agricultur Organization)
Pandangan Para Ahli Erosi tanah merupakan bentuk kerusakan lahan
terbesar yang dapat saja terjadi dimana-mana (Lal, 1987)
Konservasi tanah dilihat hanya sebagai kontrol terhadap kerusakan akibat erosi dan memelihara kesuburan tanah (Lundgren dan Nair, 1985: Young, 1989)
Publikasi tentang konservasi tanah melalui hasil penelitian baru berkembang pada dekade 1977 s/d 1988 (Grendland, 1979; Moldenhauer & Hudson, 1988; e.g, Hamilton & King, 1983; Lal, 1988)
Aspek Penting Konservasi Tanah Penurunan kualitas tanah akibat erosi (kondisi fisik,
kimia dan biologi) Penurunan produktifitas lahan akibat erosi
(kesuburan, produksi panen, pertumuhan tanaman) Perencanaan penggunaan lahan harus disesuaikan
dengan sistem klasifikasi kesesuaian/kemampuan dan teknik konservasi yang dapat dilakukan pada lahan tersebut
Konservasi tanah harus mempertimbangkan metode teknik, mekanik, dan penentuan tanaman agroforestri yang sesuai
Metode Perhitungan Besar Erosi Metode USLE (Universal Soil Loss Equation) oleh
Wischmeier dan Smith, 1976 & 1978
A = R K L S C PA = Besar kehilangan tanah (ton/ha/th)R = Faktor erosifitas hujan (mm/th)K = Faktor erodibilitas tanah (range 0-1)L = Faktor panjang Lereng (m)S = Faktor kelerengan (%/o)C = Faktor penutupan vegetasi (range 0-1)P = Faktor pengelolaan tanah
Faktor-faktor pada metode USLE yang
dapat berpengaruh proses erosi adalah : Erosifitas Hujan : melalui intensitas hujan dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan tanah (energi kinetik) Erodibilitas Tanah : sifat fisik & organik tanah yang tidak mantap
(tekstur, dan struktur tanah) Aliran Permukaan : dapat menimbulkan kerusakan permukaan
tanah sehingga perlu dilakukan teknik konservasi tanah (terasering, sengkedan, tegalan & tumbuhan bawah) sebagai penghalang terjadinya erosi
Tumbuhan Permukaan : sebagai tumbuhan penutup tanah yang dapat mengatur proses infiltrasi dan sebagai penghalang laju terjadinya erosi
Pemilihan Jenis-jenis tanaman : untuk kegiatan konservasi tanah seperti; jenis Leguminoceae, Tectona grandis sp, Leucaena spp, Grilicidia spp, Mimosa spp, Eupotorium, Albizia spp dll maupun tanaman palawija lainnya, Sea mais, Cocus nucivera, Oriseamae, Miristica spp, dll
Besar Erosi pada Agroforestry Erosi yang masih ditolerir/diterima dibawah tegakan
tanaman berada pada range 2.2-11.2 ton/ha/th Peranan agroforestry melalui siklus bahan organik dan
unsur hara akan memantapkan agregat tanah dalam mencegah erosi (Young,1989)
Kombinasi jenis-jenis tanaman agroforestry akan memelihara struktur tanah sehingga erosi yang terjadi akan berlangsung secara normal
Besar erosi yang terjadi dari penerapan sistem agroforestry dapat diklasifikasikan atas ; erosi kecil (< 2 ton/ha/th), sedang (2-10 ton/ha/th), tinggi (>10 ton/ha/th) (Bellows, 1992; Omoro, 1993)
Tabel 18.1.Besar Erosi di Ekosistem Tropis
Sistim Penggunaan LahanBesar Erosi (ton/ha/th)
Minimum Sedang Maksimum
Kombinasi tanaman/pohon perkebunan 0.01 0.06 0.14
Hutan hujan alami 0.03 0.30 6.16
Pengolahan tanaman, periode belum ditanam 0.05 0.15 7.40
Hutan perkebunan belum terganggu 0.02 0.58 6.20
Pohon dengan tanaman penutup dan mulsa 0.10 0.75 5.60
Pengolahan tanaman dengan periode hasil 0.40 2.78 70.05
Sistem taungya, periode pengolahan 0.63 5.23 17.37
Pohon penutup, rerumputan teratur 1.20 47.60 182.90
Hutan perkebunan, kotoran sampahatau kondisi hangus terbakar
5.92 53.40 104.80
Sumber : Wiersum (1984)
Tabel 18.2. Besar Erosi Tanah di Plot Pertumbuhan Awal Musim Periode 1982-1987
Penelitian : Lal (1989)
Jenis PerlakuanBesar Erosi (ton/ha/th)
Jarak (m)
1982 1983 1984 1985 1986 1987
A. Bajak - Pengerjaan 0.02 2.50 14.16 3.64 3.80 1.48
Tidak - Pengerjaan 0.01 0.004 0.026 0.23 0.20 0.16
B. Leucaena 4 0.69 1.38 0.17 0.17 0.63 0.49
Leucaena 2 0.25 0.18 0.07 0.07 0.03 0.02
C. Grilicidia 4 0.01 0.43 1.62 1.40 0.26 0.12
Grilicidia 2 0.02 0.10 2.05 0.20 1.11 0.06LSD (0.05) (0.10)
(i) Perlakuan (T) 1.82 1.49
(ii) Sistem (S) 1.48 1.22
(iii) Tahun (Y) 2.57 2.12
(iv) S x Y 4.46 3.67
(v) T x S 2.57 2.12
Praktek agroforestri dapat mempertahankan sifat-sifat fisik lapisan tanah atas dapat menunjang pertumbuhan tanaman sekaligus mengatur dan mengontrol proses erosi melalui:
Tajuk tanaman dan pepohonan yang relatif rapat sepanjang tahun menyebabkan sebagian besar air hujan yang jatuh tidak langsung ke permukaan tanah sehingga tanah terlindung dari pukulan air yang bisa memecahkan dan menghancurkan agregat menjadi partikel-partikel yang mudah hanyut oleh aliran air
Kandungan bahan organik tanah di lapisan atas melalui pelapukan seresah yang jatuh ke permukaan tanah sepanjang tahun. Pemangkasan tajuk pepohonan secara berkala yang di tambahkan ke permukaan tanah juga mempertahankan atau menambah kandungan bahan organik tanah Kondisi demikian dapat memperbaiki struktur dan porositas tanah serta lebih lanjut dapat meningkatkan laju infiltrasi dan kapasitas menahan air
Menciptakan kondisi di permukaan tanah dan lapisan tanah lebih lembab, temperatur dan intensitas cahaya lebih rendah
Kondisi iklim mikro yang terbentuk dapat membantu perkembangbiakan organisme semakin cepat untuk tersedianya bahan organik sebagai sumber energi
Kegiatan organisme makro dan mikro berpengaruh terhadap beberapa sifat fisik tanah seperti terbentuknya pori makro (biopores) dan pemantapan agregat yang pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas infiltrasi dan sifat aerasi tanah sehingga tanah tidak mudah tererosi
Fungsi dan peranan perakaran tanaman selain membantu proses sirkulasi usur hara juga dapat memantapkan agregat tanah akibat erosi
Sistem agroforestri yang diterapkan untuk konservasi tanah antara lain:
Sistem pertanaman lorong adalah kombinasai tanaman agroforestri dengan tanaman pangan pada lorong (alley) diantara barisan tanaman pagar (searah kontur)
Sistem pertanaman pagar hidup adalah tanaman yang ditanam mengelilingi kebun sebagai batas sekaligus penahan terhadap aliran permukaan
Sistim strip tanaman alami adalah kombinasi tanaman agroforestri dengan tanaman rumput menurut garis kontur alami sebagai sekat
Sistem tanaman sela adalah kombinasi tanaman berkayu, buah-buahan dan tanaman palawija/semusim sebagai fungsi kerapatan tajuk untuk penutupan tanah
Sistem tanaman penutup tanah adalah tanaman pelindung lapisan atas permukaan tanah
Sistem strip campuran (tumpang sari) adalah tanaman yang ditanam secara teratur menurut barisan tanaman searah kontur
Sistem tumpang gilir adalah pertanaman yang bdilakukan secara bergiliran dengan pertimbangan masa panen dan pergiliran tanaman
Sistem agroforestry harus dibarengi dengan konservasi tanah/lahan teknik sipil berupa Sistem terasering adalah perubahan bentuk terasering
searah garis kontur seperti teras gundul, teras bangku, teras tunggal dan teras kredit
Sistem pematang kontur adalah sistem pematang menurut kontur fungsi utama menyimpan air
Sistem barisan batu adalah dengan menyusun bebatuan dengan membentuk model ruang terbuka
Sistem teras bangku batu adalah pembuatan terasan berbentuk bangku pada tanah
Sistem saluran pengelak adalah saluran yang dibuat searah dengan garis kuntur
Sistem saluran pembuangan akhir adalah saluran yang dibuat searah lereng pada cekungan terendah dari topografi yang ada
Gbr 1 : Sistem Agroforestry dan Teknik Konservasi Tanah yang diterapkan
Tanaman Perlindungan Angin Jenis tanaman yang dipakai untuk perlindungan angin
secara fisik (akar, batang dan daun) cukup kuat Jenis tanaman yang dipilih berfungsi ganda; cepat
tumbuh, menyuburkan tanah, tata air dan penyanggah angin
Jenis tanaman yang dipilih biasanya berupa tanaman buah, perkayuan, mulsa, makanan ternak, tanaman bahan industri
Tanaman yang dipakai untuk perlindungan angin dapat mencegah kecepatan angin sampai 20 % seperti jenis eucalyptus spp, casuarina spp, cassia spp, prosopis spp, leucaena spp dan agave spp
Contoh di Nigeria, ditanam jenis kayu-kayuan dengan jarak 4 m seluas 3000 ha berfungsi ganda untuk penghalang angin dan produksi pasaran lokal
Tabel 18.3. Penggunaan Agroforestry sebagai kontrol terhadap erosi
Penggunaan Agroforestry Hasil bagi lingkungan Catatan
Kombinasi tanaman perkebunan
iklim basah bagi humus dan aktifitas humus
Kombinasi tanaman perkebunan melalui bermacam tanaman yang efektif dalam mengontrol proses erosi pada kemiringan lereng
Bermacam pohon perkebunan di dalam rumah kebun
Pembentukan humus dan pengaruh iklim basah bagi peningkatan proses aktifitas humus
Memperkuat kontrol erosi terhadap kombinasi dari tanaman penutup melalui proses pemupukan secara terus menerus
Gabungan tanaman lorong (alley) dan tanaman berbaris
Menciptakan iklim sedang bagi proses humus dan aktifitas humus
Dapat memperkuat keberadaan lahan dengan ditanami berdasarkan kemiringan lereng untuk mengatur terjadinya erosi
Struktur pohon-pohon dalam mengatur erosi
Menciptakan iklim sedang bagi proses humus dan aktifitas humus
Sebagai pelengkap dalam mengatur stabilitas dari struktur tanaman dan keuntungan terus-menerus dari produksi masing-masing tanaman; tanaman buah-buahan, tanaman berkayu, berbatang, rerumputan ternak, dan jenis yang dimanfaatkan
Penghalang angin dan tanaman pelindung
Batas daerah kering Mengurangi kekuatan angin dan erosi; mengatur peningkatan produksi
Penggunaan silvopastural Iklim, daerah kering dan aktifitas humus, dan pengaruh yang baik humus
Perlu waktu untuk pertumbuhan tanaman dan pengaturan program-program untuk penanaman rumput
Bermacam kegunaan pengambilan penting tanaman hutan
Iklim, daerah kering dan aktifitas humus, dan pengaruh yang baik humus
Perencanaan desain pembangunan yang kuat
keterpaduan dan kegunaan dari pengelolaan daerah aliran sungai
Iklim, daerah kering dan aktifitas humus, dan pengaruh yang baik humus
Perencanaan dan manajemen terpadu dari penggunaan lahan perlu waktu untuk mendapatkan hasil yang nyata dari sistem agroforestri yang dilakukan
Sumber : Adaptasi dari Young (1989)