PAPER
LAKTASI DAN POSISI MENYUSUI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebutuhan Seksualitas
Koordinator : Sari Sudarmiati, S.Kp.,M.Kep.Sp.Mat
Oleh :
Andrian Setyo Hutomo 22020111130040
Destini Puji Lestari 22020111130032
Erisca Febriana Diyantica 22020111120017
Nunung Hidayati 22020111130086
Tri Purnaningsih 22020111130026
Yunitia Aulianita 22020111120016
Kelompok 3
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
JURUSAN ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2013
LAKTASI
A. FISIOLOGI LAKTASI
Laktasi merupakan rangkaian dari proses menyusui, dimulai dari produksi
dan sekresi ASI hingga proses bayi mengisap dan menelan ASI (Ruth Johnson,
2004).
Dari sudut pandang fisiologis, laktasi adalah kelanjutan kehamilan. Sistem
endokrin dan pencernaan ibu terus menyediakan zat-zat makanan yang diperlukan
anak. Perbedaan utama adalah bahwa ibu sekarang menyimpan energi di dalam
payudara, dan bayi sekarang menerima makanan dalam bentuk susu, bukan dari
pasase nutrisi melalui tali pusat. Kebutuhan ibu untuk kalori bahkan lebih tinggi
selama laktasi daripada masa kehamilan. Isapan bayi pada payudara
meningkatkan asupan makanan ibu karena isapan tersebut menstimulasi saraf
vagal dan juga meningkatkan kadar prolaktin dan oksitosin ibu sehingga
meningkatkan produksi dan aliran air susu (Christine Henderson, 2005).
Laktasi terjadi di bawah pengaruh berbagai kelenjar endokrin, terutama
hormon-hormon hipofisis prolaktin dan oksitosin. Keadaan ini dipengaruhi oleh
isapan bayi dan emosi ibu. Laktasi pada manusia dipertahankan oleh sekurang-
kurangnya empat faktor (Bobak, 2004), yaitu:
1. Struktur anatomi kelenjar mamae dan perkembangan alveoli, duktus, dan
puting
2. Insiasi dan sekresi susu
3. Ejeksi susu atau propulsi susu dari alveoli ke puting
4. Pengeluaran susu dari payudara secara reguler dan efisien
Pemberian ASI yang baik bergantung pada dua prinsip, keduanya ditentukan
oleh anatomi payudara dan fisiologi laktasi (Ruth Johnson, 2004), yaitu:
1. Posisi dan fiksasi bayi yang benar pada payudara untuk memastikan bahwa
ASI mengalir.
2. Keinginan bayi untuk minum, bayi akan minum sebanyak atau sedikit
mungkin sesuai yang ia butuhkan, kapan bayi membutuhkannya, termasuk
menyusu di malam hari.
Laktasi dan Posisi Menyusui | 2
B. PROSES LAKTASI
Proses laktasi dimulai sejak kelahiran plasenta. Kadar estrogen dan
progesteron dalam darah menurun, kadar prolaktin (dari glandula pituitari
anterior) meningkat, dan produksi ASI dimulai. ASI diproduksi oleh sel asini.
Pada saat bayi mengisap, terjadi stimulasi yang menimbulkan sekresi oksitosin
dari glandula pituitari posterior, yang menimbulkan kontraksi pada sel mioepitel.
ASI didorong sepanjang duktus menuju ampula, dan kemudian masuk ke mulut
bayi, bayi minum secara aktif dan menelan ASI. Peristiwa pengeluaran ASI
dikenal dengan refleks “let-down” yang berada di bawah kontrol neurohormonal.
Pada awalnya, refleks ini dapat berupa refleks tidak terkondisi, tetapi sejalan
dengan waktu refleks tersebut berubah menjadi refleks yang terkondisi, misal
respons terhadap tangisan bayi (Ruth Johnson, 2004).
Prolaktin mempengaruhi produksi ASI, dan oksitosin mempengaruhi sekresi
ASI. Pengeluaran prolaktin terbanyak terjadi pada saat menyusui di malam hari.
Agar laktasi dapat berlangsung dengan baik, sangat efektif untuk mengeluarkan
ASI dari payudara ibu guna mendukung persediaan ASI. Suplai ASI diatur sesuai
kebutuhan, misal nafsu makan bayi (Ruth Johnson, 2004).
Akibat perubahan hormon pada saat persalinan, laktasinogenesis terjadi
dalam 48-96 jam. Pada ibu yang memilih untuk tidak menyusui bayinya, ASI
secara gradual akan diabsorbsi kembali. Pada ibu yang menyusui, laktogenesis
akan terjadi lebih cepat bila distimulasi oleh isapan bayi. Keberhasilan pemberian
ASI yang pertama kali tidak hanya meningkatkan laktasi secara fisiologis, tetapi
juga merupakan indikasi bahwa pemberian ASI pada bayi akan terus berhasil
dalam waktu lama. secara psikologis, pemberian ASI pada bayi merupakan
keterampilan yang dapat dipelajari sehingga pengalaman pertama yang positif
akan membuat ibu percaya diri dan membantu proses hubungan ibu-bayi (Ruth
Johnson, 2004).
Kolostrum disekresi dari payudara sampai terjadi laktogenesisi. Begitu
laktogenensis terjadi, terjadi perubahan pada ASI. ASI yang pertama merupakan
ASI awal yang lebih baik dari banyak air dan menghilangkan rasa haus bayi. ASI
Laktasi dan Posisi Menyusui | 3
berikutnya yang keluar bila terus menghisap, mengandung kalor yang tinggi, dan
merupakan makanan esensial yang beradal dari payudara (Ruth Johnson, 2004).
Pemberian ASI bergantung pada empat macam proses yang dikendalikan oleh
interaksi hormon-hormon (Helen Farrer, 2001), yaitu:
1. Proses pengembangan jaringan penghasil ASI dalam payudara
Proses ini dicapai dalam kehamilan dengan adanya rangsangan pada jaringan
kelenjar serta saluran payudara oleh hormon-hormon plasenta, yaitu hormon
estrogen, progesteron, dan hormon laktogenik plasenta.
2. Proses yang memicu produksi ASI setelah melahirkan
Setelah plasenta dilahirkan, penurunan produksi hormon dari organ tersebut
terjadi dengan cepat. Hormon hipofise anterior, yaitu prolaktin, yang tadinya
dihambat oleh kadar estrogen dan progesteron yang tinggi di dalam darah,
kini dilepaskan. Prolaktin akan mengaktifkan sel-sel kelenjar payudara untuk
memproduksi ASI. Dalam waktu 3-4 hari setelah bayi dilahirkan produksi
ASI sudah dimulai dan susu yang matur disekresikan pada akhir minggu
pertama.
3. Proses untuk mempertahankan produksi ASI
Proses ini bergantung pada hormon oksitosin, yang dilepas Dari kelenjar
hipofise posterior sebagai reaksi terhadap pengisian puting. Oksitosin
memperngaruhi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi alveoli mammae
sehingga alveoli tersebut berkontraksi dan mengeluarkan air susu yang sudah
disekresikan oleh kelenjar mammae. Refleks let-down ini tidak terjadi karena
tekanan negatif oleh pengisapan dan juga bukan karena payudara yang penuh,
tetapi disebabkan oleh refleks neurogenik yang menstimulasi pelepasan
oksitosin.
4. Proses sekresi ASI (refleks “let down”)
Ibu menyusui akan mengalami refleks let down sekitar 30-60 menit setelah
bayi mulai menyusu. Refleks ini dapat pula disebabkan oleh faktor-faktor
yang murni kejiwaan, seperti mendengar tangisan bayi, berfikir tentang
bayinya atau bahkan berfikir tentang pemberian ASI sendiri. Sebaliknya,
refleks tersebut dapat dihambat oleh kecemasan, ketakutan, perasaan tidak
Laktasi dan Posisi Menyusui | 4
aman atau ketegangan. Faktor-faktor ini diperkirakan dapat meningkatkan
kadar epinefrin dan norepinefrin yang selanjutnya akan menghambat
transportasi oksitosin ke dalam payudara. Begitu produksi ASI sudah terjadi
dengan baik, pengosongan sakus alveolaris mammae yang teratur akan
mempertahankan produksi tersebut.
Menyusui tergantung pada gabungan kerja hormon, refleks, dan perilaku yang
dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri dari faktor-faktor berikut ini (Bobak,
2004):
1. Laktogenesis
Laktogenensis (permulaan produksi susu) dimulai pada tahap akhir
kehamilan. Kolostrum disekresi akibat stimulasi sel-sel alveolar mamaria oleh
lakotgen plasenta, suatu substansi yang menyerupai prolaktin. Ptoduksi susu
berlanjut setelah bayi lahir sebagai proses otomatis selama dikeluarkan dari
payudara.
2. Produksi susu
Kelanjutan sekresi susu terutama berkaitan dengan (1) jumlah produksi
hormon prolaktin yang cukup di hipofisis anterior dan (2) pengeluaran susu
yang efisien. Nutrisi maternal dan masukan cairan merupakan faktor yang
mempengaruhi jumlah dan kualitas susu.
3. Ejeksi susu
Pergerakan susu dari alveoli (dimana susu disekresi oleh suatu proses ekstrusi
dari sel) ke mulut bayi merupakan proses yang aktif di dalam payudara.
Proses ini tergantung pada refleks let-down atau refleks ejeksi susu. Refleks
let-down secara primer merupakan respons terhadap isapan bayi. Isapan
menstimulasi kelenjar hipofisis posterior untuk menyekresi oksitosin. Di
bawah pengaruh oksitosin, sel-sel disekitar alveoli berkontraksi,
mengeluarkan susu melalui sistem duktus ke dalam mulut bayi.
4. Kolostrum
Kolostrom kuning kental secara unik sesuai kebutuhan bayi baru lahir.
Kolostrom mengandung antibodi vital dan nutrisi padat dalam volume kecil,
Laktasi dan Posisi Menyusui | 5
sesuai sekali untuk makanan awal bayi. Menyusui dini yang efisien
berkorelasi dengan penurunan kadar bilirubin darah. Kadar protein yang
tinggi di dalam kolostrom mempermudah ikatan bilirubin dan kerja laksatif
kolostrom untuk mempermudah ikatan bilirubin dan kerja laktasif kolostrom
untuk mempermudah perjalanan mekonium. Kolostrom secara bertahap
berubah menjadi susu ibu antara hari ketiga dan kelima masa nifas.
5. Susu ibu
Pada awal setiap pemberian makan, susu pendahulu mengandung lebih
sedikit lemak dan mengalir lebih cepat daripada susu yang keluar pada
bagian akhir menyusui. Menjelang akhir pemberian makan, susu sisa ini lebih
putih dan mengandung lebih banyak lemak. Kandungan lemak yang lebih
tinggi pada akhir pemberian makan memberikan bayi rasa puas. Pemberian
makan yang cukup lama, untuk setidaknya membuat satu payudara menjadi
lebih lunak, memberi cukup kalori yang dibutuhkan untuk meningkatkan
berat badan, menjarangkan jarak antar menyusui, dan mengurangi
pembentukan gas kerewelan bayi karena kandungan lemak yang lebih tinggi
ini akan dicerna lebih lama.
Bayi baru lahir yang cukup bulan dan sehat memiliki tiga refleks yang
diperlukan untuk membuat proses menyusui berhasil, yaitu refleks rooting,
mengisap, dan menelan. Akan tetapi, untuk menyusui secara efisien, beberapa
bayi memerlukan latihan untuk mengoordinasikan mengisap, menelan, dan
bernafas.
Tiga refleks maternal utama sewaktu menyusui ialah sekresi prolaktin, ereksi
puting susu, dan refleks let down (Bobak, 2004).
1. Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan
mempertahankan sekresi susu. Stimulus isapan bayi mengirim pesan ke
hipotalamus anterior untuk melepas prolaktin, suatu hormon yang
meningkatkan produksi susu oleh sel-sel alveolar kelenjar mamaria. Jumlah
prolaktin yang disekresi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan
besarnya stimulus isapan, yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi mengisap.
Laktasi dan Posisi Menyusui | 6
Stimulus puting susu oleh mulut bayi menyebabkan ereksi, refleks ereksi
puting susu ini membantu propulsi susu melalui sinus-sinus laktiferus ke pori-
pori puting usus.
2. Ejeksi susu dari alveolar dan duktus susu terjadi akibat refleks let down.
Akibat stimulus isapan, hipotalamus melepas oksitosin dari hipofisis
posterior. Stimulus oksitosin membuat sel-sel mioepitel di sekitar alveoli di
dalam kelenjar mamaria berkontraksi. Kontraksi sel-sel yang menyerupai otot
ini menyebabkan susu keluar melalui sistem duktus dan masuk ke dalam
sinus-sinus laktiferus, di mana susu tersedia untuk bayi.
3. Refleks let down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau, dapat juga
ibu tidak merasakan sensasi apapun. Tanda-tanda lain let down adalah tetesan
susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari payudara ibu
dan susu menetes dari payudara lain yang tidak sedang diisap oleh bayi. Kram
uterus selama menyusui disebabkan oleh kerja oksitosin terhadap uterus dan
peningkatan perdarahan per vaginam selama atau sesaat setelah menyusui.
Banyak ibu mengalami refleks let down hanya karena berfikir tentang
bayinya atau mendengar bayi lain menangis. Kebanyakan ibu merasa sangat
rileks atau mengantuk setelah mereka menyusui. Peningkatan rasa haus juga
merupakan tanda bahwa proses menyusui berlangsung baik.
Walaupun sikap ibu terhadap menyusui dapat merupakan faktor yang sangat
penting untuk mencapai keberhasilan laktasi, tetapi bukti banyak bayi tetap
selamat walaupun ibunya berada dalam kondisi yang sangat lelah sekalipun,
membuktikan bahwa laktasi tidak membutuhkan tempat yang ideal.
Progesteron, bersama dengan estrogen dan hormon-hormon lain,
menstimulasi pertumbuhan payudara selama masa kehamilan sehingga payudara
siap untuk laktasi dan mempengaruhi pertumbuhan asinus, ketika progesteron dan
estrogen menurun secara tiba-tiba setelah persalinan, seiring dengan peningkatan
kadar prolaktin, air susu mulai disekresi. Secara ringkas, hal-hal yang mendahului
produksi susu adalah (Christine Henderson, 2005):
1. Peningkatan prolaktin
Laktasi dan Posisi Menyusui | 7
2. Penurunan progesteron dan estrogen
3. Keterlibatan insulin, dan hormon-hormon tiroid fan adrenal.
Zat-zat gizi yang diberikan kepada bayi kecil saat perkembangan dini
disesuaikan dengan kebutuhannya secara sensitif dan unik. Selama kehidupan di
dalam rahim campuran yang terdiri dari air, garam, protein, karbohidrat, dan
lemak yang diperoleh dari aliran darah ibu dan diproses di plasenta, masuk ke
dalam sirkulasi janin dan menentukan zat-zat yang berguna untuk pertumbuhan
dan metabolisme energi. Setelah lahir, payudara membentuk suatu makanan
khusus dengan zat gizi yang komplit dalam bentuk yang dapat diterima dan
mudah dicerna (David Hull. 2008).
Selama kehamilan berlangsung, banyak zat-zat endokrin mempersiapkan
payudara untuk memproduksi ASI. Diantaranya adalah laktogen yang disekresi
oleh plasenta, dan prolaktin yang dilepaskan oleh kelenjar hipofise. Hormon
prolaktin ini penting, tidak hanya untuk memulai sekresi air susu tetapi juga untuk
mempertahankan produksi air susu setelah lahir. Pengisapan puting susu
merupakan suatu stimulus kuat, baik untuk pelepasan prolaktin dari kelenjar
hipofise anterior maupun unutk sekresi oksitosin dari kelenjar hipofise posterior.
Oksitosin merangsang penyemburan atau pengeluaran air susu dengan
merangsang sel-sel mioepitelial yang ada di sekeliling alveoli dan duktus (David
Hull. 2008).
C. GANGGUAN PADA LAKTASI
Menyusui merupakan proses yang kompleks yang dapat mengalami gangguan
pada beberapa tahap. Sebagai contoh, bentuk payudara dan puting mungkin tidak
baik, meskipun perawatan payudara yang tepat selama kehamilan dapat berperan
besar dalam mendorong perkembangan yang adekuat. Produksi air susu ibu
mungkin tidak dapat dimulai dan dipertahankan pada kecepatan yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayi yang lapar atau mungkin air susu tersebut mengalir
begitu cepatnya pad abayi yang sedang sakit atau tertidur. Jika payudara yang
penuh air susu tidak segera dikosongkan, payudara tersebut akan membengkak
Laktasi dan Posisi Menyusui | 8
dan meradang. Akibatnya, penekanan dan rasa sakit akan menghambat produksi
air susu berikutnya. Pencegahan komplikasi ini dapat dilakukan dengan
mengeluarkan air susu secara manual dan lembut. Akhirnya ibu yang sedang
sedih, gugup, mengantuk atau sakit mungkin tidak dapat mengeluarkan air
susunya seperti yang dikehendakinya, atau seorang bayi baru lahir yang latergi
atau sakit mungkin tidak dapat merangsang produksi air susu ibu (David Hull.
2008).
Hal-hal yang mengurangi oksitosin (Utami Roesli, 2009):
1. Takut bentuk payudara berubah dan takut gemuk
2. Ibu bekerja
3. Ibu merasa atau takut ASInya tidak cukup
4. Ibu merasa kesakitan, terutama saat menyusui.
5. Ibu merasa sedih, cemas, marah, kesal, dan bingung.
6. Malu menyusui
7. Suami/keluarga kurang mendukung dan mengerti ASI.
Menyusui tampaknya bukan merupakan suatu insting dasar. Banyak ibu yang
sebelumnya tidak pernah melihat orang lain menyusui membutuhkan bimbingan
saat awal menyusui. Suatu penjelasan yang sederhana tentang bagaimana
payudara bekerja seringkali menolong dan menghindarkan kecemasan yang tidak
perlu. Bila ingin berhenti menyusui, hal ini dapat dicapai paling sederhana dengan
mengenakan penyangga payudara yang ketat dan obat analgesia (David Hull.
2008).
Masalah-masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada
ibu primipara. Oleh karena itu, ibu menyusui perlu diberi penjelasan tentang
pentingnya perawatan payudara, cara menyusui yang benar, dan hal-hal lain yang
erat hubungannya dengan proses menyusui. Masalah-masalah menyusui yang
sering terjadi adalah puting lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat,
mastitis, abses payudara, kelainan anatomi puting, atau bayi enggan menyusu
(Bahiyatun, 2009).
Laktasi dan Posisi Menyusui | 9
D. KEUNTUNGAN MENYUSUI
Jika seseorang ibu ingin dan dapat menyusui, ibu tersebut hendaknya
diberikan dorongan dan dukungan untuk menyusui. Air susu manusia adalah suatu
campuran zat gizi terbaik yang juga memberi bayi perlindungan terhadap infeksi.
Kandungan protein air susu ibu jarang menimbulkan reaksi alergi dan bayi lebih
sedikit berisiko mengalami kematian yang mendadak. Proses menyusui biasanya
memberi kepuasan dan kesenangan baik kepada ibu maupun kepada bayinya. Hal
ini akan menguntungkan bagi keduanya. Secara teknis, menyusui lebih mudah
daripada pemberian susu botol karena ibu tidak perlu membuat campuran susu
sesuai dengan instruksi dan tidak perlu mensterilkan botol. Di masyarakat barat
dan tentu juga ditempat lain, menyusui mungkin menguntungkan secara ekonomi
(David Hull. 2008).
E. PERSIAPAN LAKTASI
Persiapan laktasi menurut Lily Yulaikhah tahun 2008. Salah satu tujuan
persiapan persalinan adalah meningkatkan kesehatan optimal dan segera dapat
memberikan laktasi. Untuk mempersiapkan laktasi, perlu dilakukan persiapan
perawatan payudara untuk persiapan laktasi.
Payudara merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi makanan utama
bagi bayi, karena itu jauh sebelumnya harus sudah dirawat. Bra yang dipakai
harus sesuai dnegan pembesaran payudara, yang sifatnya adalah menyokong
payudara dari bawah (suspension) bukan menekan dari depan.
Perawatan payudara sebelum lahir (Prenatal Breast Care). Bertujuan
memelihara higiene payudara, melenturkan atau menguatkan puting susu, dan
mengeluarkan puting susu yang datar atau masuk ke dalam (retracted nipple).
Teknik perawatannya adalah sebagai berikut.
1. Kompres puting susu dan daerah sekitarnya dengan menempelkan kapas atau
lap yang dibasahi minyak.
2. Bersihkan puting susu dan area sekitarnya dengan handuk kering yang bersih.
3. Pegang kedua puting susu, lalu tarik keluar bersama dan diputar 20 kali ke
dalam dan keluar.
Laktasi dan Posisi Menyusui | 10
4. Pangkal payudara dipegang dengan kedua tangan lalu payudara diurut dari
pangkal menuju puting sebanyak 30 kali.
5. Kemudian pijat daerah aerola sehingga keluar cairan 1-2 tetes untuk
memastikan saluran susu tidak tersumbat.
6. Pakailah bra yang menopang payudara.
Nasihat yang perlu diberikan, terutama pada ibu yang baru pertama kali
mempunyai anak dan belum mengetahui cara menyusui yang benar (Bahiyatun,
2009), yaitu:
1. Dukungan psikologi. Agar menyusui lebih berhasil, seorang ibu memerlukan
rasa percaya diri (Bahiyatun, 2009), yaitu:
a. Ibu yakin bahwa ia dapat menyusui dan ASI adalah yang terbaik untuk
bayinya. Ibu juga harus yakin bahwa ASI akan mencukupi kebutuhan
bayinya, terutama pada awal bulan setelah lahir. Produksi ASI tidak
bergantung pada ukuran payudara.
b. Diperlukan dukungan psikologi dari:
- Keluarga dekat, terutama wanita seperti ibu, ibu mertua, kakak
wanita, atau teman wanita lain yang telah berpengalaman dan
berhasil dalam menyusui.
- Suami yang mengerti behwa ASI adalah mekanan yang baik untuk
bayinya merupakan pendukung yang baik demi keberhasilan
menyusui.
- Kelompok pendukung ASI (KPASI)
- Petugas kesehatan.
2. Pesan penting dalam menyusui bayi (Bahiyatun, 2009)
a. Susui bayi segera dalam 30 menit pertama setelah lahir, berikan
kolostrom.
b. Hindarkan pemberian minuman pralakteal (air gula, air mineral, dan
lainnya) sebelum ASI keluar, tetapi usahakan agar bayi diberi
kesempatan mengisap untuk merangsang produksi ASI sehingga ASI
akan lebih cepat keluar.
Laktasi dan Posisi Menyusui | 11
c. Susui bayi pada kedua payudara secraa bergantian.
d. Bayi hanya diberik ASI 4 bulan pertama (ASI ekslusif).
e. Berikan ASI tanpa jadwal.
f. Perhatikan cara/posisi menyusui yang benar, yaitu puting dan aerola
payudara harus masuk ke dalam mulut bayi agar puting terhindar dari
lecet.
g. Mulai untuk memberi makanan pendamping ASI (MPASI) pada umur 4
bulan dalam bentuk makanan lumat.
h. Menyusui sebaiknya dilanjutkan smapai anak berumur 2 tahun.
Penyapihan dilakukan secara bertahap.
i. Teruskan menyusui walaupun ibu/bayi sedang sakit. Kecuali ibu/ bayi
sakit berat sesuai dengan petunjuk dokter.
j. Perhatikan gizi ibu hamil/ menyusui karena ibu memerlukan ekstra
makanan dan minum lebih banyak.
k. Bila ibu bekerja di luar rumah, beri ASI sebelum dan sesudah pulang
kerja. Hanya selama ibu bekerja, bayi boleh diberikan susu formula.
3. Perawatan payudara (Bahiyatun, 2009). Untuk mencegah masalah-masalah
yang mungkin timbul pada ibu menyusui, sebaiknya perawatan payudara
dilakukan secara rutin. Seperti dikemukakan bahwa salah satu usaha untuk
memperbanyak ASI adalah dengan memberi perawatan khusus, yaitu dengan
pemberian rangsangan pada otot-otot payudara.
Laktasi dan Posisi Menyusui | 12
POSISI MENYUSUI
A. POSISI MENYUSUI YANG BENAR
Pada awal pemberian ASI, bayi dapat dibedong terlebih dahulu agar tangan
bayi tidak mengganggu payudara. Cara pemberian ASI esklusif yaitu:
1. Pemberian ASI harus dimulai saat bayi benar-benar lapar. Ibu harus
diposisikan sedemikian rupa dengan punggung tegak dan pangkuan datar
sehingga bayi dapat disorongkan ke payudara ibu dari bawah. Dapat
digunakan bantal di atas pangkuan ibu agar bayi berada pada ketinggian yang
cukup.
2. Bayi harus terletak horizontal sejajar payudara dan menghadap ibu.
Hidungnya harus sejajar dengan puting susu, badan dan kepala berada dalam
satu garis, tetapi kepalanya agak ekstensi sehingga dagu lebih dekat dengan
payudara dari pada hidung. Tangan ibu yang berlawanan denngan payudara
digunakan unutk menopang kepala bayi.
3. Dengan tangan yang berada di sisi yang sama dengan payudara, pegang
payudara secara vertikal, bukan horizontat agar bentuknya sesuai untuk
masuk ke dalam mulut bayi.
4. Untuk mengakomodasi ampula di dalam mulut bayi, mulut bayi harus terbuka
lebar. Bayi diarahkan ke puting agar bibir atau lidah mengentuk puting dan
mulut terbuka lebar.
Laktasi dan Posisi Menyusui | 13
5. Secara perlahan bayi didekatkan ke payudara sehingga puting mencapai
sepertiga bagian atas mulut bayi. Areola di bawah harus berada di dalam
mulut bayi. Mulut bayi akan tampak dipenuhi oleh payudara, bukan hanya
puting susu saja.
6. Bayi segera mengisap secara berirama teratur. Ibu mungkin akan merasakan
adanya sensasi “toe-curling” (cengkeraman pada jari kakinya) pada saat
puting susu ditarik keluar, tetapi hal ini seharusnya tidak menimbulkan nyeri.
Posisi menyusui yang baik menurut Utami Roesli tahun 2009, yaitu:
1. Letakkan kepala bayi pada pertengahan lengan bawah ibu (tidak di siku bayi
ibu)
2. Pegang bagian belakang dan bahu bayi
3. Hadapakan seluruh badan bayi ke nadan ibu
4. Lekatkan dada bayi pada dada ibu
5. Bayi datang dari arah bawah sehingga bayi menengadah, dagu bayi melekat
pada payudara ibu.
6. Jauhkan hidung bayi dari payudara, kepala bayi tidak terletak di siku ibu.
7. Bahu dan lengan ibu tidak tegang dan dalam posisi natural.
Tiga posisi dasar menyusui (Utami Roesli, 2009):
1. Posisi badan ibu
Laktasi dan Posisi Menyusui | 14
2. Posisi badan ibu dan bayi
3. Posisi mulut bayi dan payudara ibu (pelekatan)
Beberapa posisi memberikan ASI (Suririnah, 2009):
1. Posisi menggendong atau cradle position
Meletakkan kepala bayi di lekuk lengan. Pegang badan dan bokong bayi
dnegan tangan dan lengan ibu. Bayi berbaring menghadap ibu. Payudara
berada di depan muka bayi. Letakkan tangan bayi yang satu di belakang
tubuh ibu seperti posisi merangkul.
2. Posisi cross-cradle
Meletakkan kepala bayi pada salah satu telapak tangan dengan cara
menyilang, sehingga telapak tangan ibu bisa memegang kepala bayi dan
menahan punggung bayi dengan lengannya. Sedangkan tangan yang satunya
bebas untuk bergerak. Dapat menggunakan bantal dibawah bayi untuk
menyokong tubuh bayi.
3. Posisi memegang kepala atau football position
Dengan cara meletakkan (menyelipkan) bayi pada lengan dan memegang
badan bayi dengan lengan bawah seperti memegang bola football dengan
kepala bayi berada pada tangan ibu. Ini adalah posisi yang baik untuk ibu
yang melahirkan dengan operasi caesar atau bayi yang kecil. Posisi ini akan
mengurangi terkanan pada bagian perut.
Laktasi dan Posisi Menyusui | 15
4. Posisi miring atau lie on your side
Posisi tubuh ibu miring ke satu sisi dengan bayi menghadap ibu (berhadapan).
Ibu dapat menggunakan beberapa bantal untuk menyokong kepala dan
pundak ibu. Posisi ini baik untuk ibu setelah proses persalinan dengan operasi
caesar atau masih sulit duduk.
Jadi, memberikan ASI yang benar adalah dengan menggerakkan badan bayi
ke arah payudara dengan posisi yang nyaman untuk keduanya antara ibu dan bayi,
bukan dengan menggerakkan payudara ke arah tubuh bayi sehingga menyebabkan
pundak dan punggung ibu sakit.
F. MENYUSUI BAYI KEMBAR
Menyusui lebih dari satu bayi dalam waktu yang sama sangatlah mungkin.
Kemudahan untuk melakukannya bergantung pada motivasi ibu untuk menyusui,
dukungan sosialnya dan mungkin juga kemampuannya untuk mengatur. Prinsip
dasar menyusui yang digunakan pada satu bayi sama dengan untuk bayi kembar
(Jan Riordan, 2000).
Sementara ibu sering merasa bahwa menyusui secara bersamaan merupakan
hal ynag paling mudah dilakukan dan berharga ketika bayi masih kecil dan sering
diberi makan, banyak ibu dengan bayi kembar menganggap penting untuk
menyusui bayi secara terpisah pada saat bayi bertambah besar dan/atau kebutuhan
mereka semakin khusus.
Laktasi dan Posisi Menyusui | 16
Cara menyusui bayi kembar (Jan Riordan, 2000):
1. Mulailah menyusui sesegera mungkin setelah melahirkan. Setelah kelahiran
sesar, waktu untuk pertama kali menyusui akan bervariasi sesuai dengan
kondisi ibu.
2. Susui kedua bayi secara bersamaan untuk menghemat waktu. Tindakan ini
baik terutama bayinya kecil cenderung untuk disusui pada saat yang sama.
Setelah itu bayi boleh disusui secara terpisah untuk memenuhi rasa lapar dan
kebutuhan perkembangannya.
3. Gunakan bebebrapa bantal keras untuk menopang bayi selama menyusui.
4. Hindari membatasi pemberian satu payudara untuk satu bayi. Sebaliknya
secara periodik tukar payudara untuk menyusui sehingga setiap bayi menyusu
pada kedua sisi. Hal ini menyeimbangkan kebutuhan bayi akan latihan visual.
Karena bayi tidak selalu mempunyai gaya menyusus yang sama, kedua
payudara harus digunakan oleh masing-masing bayi untuk mengoptimalkan
pemberian ASI yang adekuat.
Posisi menyusui pada bayi kembar (Jane Moody, 2005):
1. Posisi pegangan bola adalah posisi yang baik untuk kembar yang baru lahir.
Bayi ditempatkan sedemikian rupa sehingga tubuh dan tungkai kakinya
terhimpit di bawah lengan ibu, sedangkan kepala dan lehernya disangga oleh
tangan-tangan ibu. Bayi-bayi ini dipegang sehingga mereka terhimpit ke sisi
Laktasi dan Posisi Menyusui | 17
tubuh ibu, dengan perut menghadap ke sisi tubuh ibu. Bantal digunakan untuk
memberi sanggaan tambahan, sehingga ibu tidak membungkuk di atas bayi.
Ketika bayi sudah bisa mengendalikan kepalanya, ibu tidak perlu menyangga
kepalanya sehingga lengan ibu bebas untuk memegang minuman atau
membaca ibu.
2. Posisi pegangan sejajar, satu bayi dipegang dalam posisi menyusui biasa yaitu
melintang tubuh ibu, dan bayi lain dipegang dengan pegangan bola,
sedemikian rupa sehingga bayi-bayi ini berbaring sejajar satu sama lain,
menghadap ke arah yang sama. Diperlukan bantal untuk menyangga bayi
sehingga ibu tidak menyangga berat mereka. Kedua bayi dipegang
sedemikian rupa sehingga perutnya menghadap ibu.
3. Posisi pegangan silang, posisi menyusui dimana posisi bayi saling melintang.
Bayi berada dalam posisi yang benar dengan tubuh menghadap ke tubuh ibu.
Tidak ada aturan khusus untuk posisi bayi kembar selain aturan normal untuk
posisi yang baik. Setiap ibu akan menemukan sendiri posisi yang paling cocok
untuknya, dan ibu akan menemukan bahwa bayi juga mempunyai pilihan sendiri.
Laktasi dan Posisi Menyusui | 18
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2009. Buku ajar asuhan kebidanan nifas normal. Jakarta: EGC
Bobak. 2004. Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC
Farrer, Helen. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC
Henderson, Christine. 2005. Buku ajar konsep kebidanan. Jakarta: EGC
Hull, David. 2008. Dasar-dasar Pediatri. Jakarta: EGC
Johnson, Ruth. 2004. Buku ajar praktik kebidanan. Jakarta: EGC
Moody, Jane. 2005. Menyusui: cara mudah, praktis & nyaman. Jakarta: Arcan
Riordan, Jan. 2000. Buku saku menyusui dan laktasi. Jakarta: EGC
Roesli, Utami. 2009. Panduan praktis menyusui. Jakarta: Pustaka Bunda
Suririnah. 2009. Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
Yulaikhah, Lily. 2008. Kehamilan. Jakarta: EGC
Laktasi dan Posisi Menyusui | 19