BAB I
PENDAHULUAN
Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan pada sebagian atau seluruh mukosa
telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid yang berlangsung
mendadak yang disebabkan oleh invasi bakteri maupun virus ke dalam telinga tengah baik
langsung maupun secara tidak langsung sebagai akibat dari infeksi.5,6,10
Prevalensi kejadian OMA banyak diderita oleh anak-anak maupun bayi dibandingkan
pada orang dewasa tua maupun dewasa muda. Pada anak-anak makin sering menderita
infeksi saluran nafas atas, makin besar pula kemungkinan terjadinya OMA disamping oleh
karena sistem imunitas anak yang belum berkembang secara sempurna. Pada penelitian
terhadap 112 pasien ISPA (6-35 bulan), didapatkan 30% mengalami otitis media akut dan 8%
sinusitis. Epidemiologi seluruh dunia terjadinya otitis media berusia 1 thn sekitar 62%,
sedangkan anak-anak berusia 3 thn sekitar 83%. Di Amerika Serikat, diperkirakan 75% anak
mengalami minimal satu episode otitis media sebelum usia 3 tahun dan hampir setengah dari
mereka mengalaminya tiga kali atau lebih. Di Inggris setidaknya 25% anak mengalami
minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun.6,10
Tuba Eustachius adalah saluran yang menghubungkan rongga telinga tengah dengan
nasofaring yang berfungsi sebagai ventilasi, drainase sekret dan menghalangi masuknya
sekret dan nasofaring ke telinga tengah. Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat
mikroba di nasofaring dan faring. Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan
masuknya mikroba ke dalam telinga tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim dan
antibodi. Karena ada sesuatu yang mengganggu tuba eustachius, maka fungsinya akan
terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu,
akibatnya kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan5
Otitis Media Akut terjadi karena faktor pertahanan tubuh yang terganggu, sumbatan
dan obstruksi pada tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media
sehingga invasi kuman kedalam telinga tengah juga gampang terjadi yang pada akhirnya
menyebabkan perubahan mukosa telinga tengah sampai dengan terjadinya peradangan
berat.5,6
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. ANATOMI TELINGA
Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran tympani.
Daun telinga dibentuk oleh tulang rawan yang dibungkus oleh perikondrium dan bagian
terluar dilapisi oleh kulit. Liang telinga dibagi atas bagian tulang rawan (1/3 luar) dan bagian
tulang (2/3 dalam), panjangnya kira-kira 2 1/2 – 3 cm.1,2
Telinga tengah yang terisi udara dapat dibayangkan sebagai suatu kotak dengan enam
sisi. Dinding posteriornya lebih luas dari dinding anterior sehingga kotak tersebut berbentuk
baji. Promontorium pada dinding medial meluas ke lateral ke arah umbo dari membran
timpani sehingga kotak tersebut lebih sempit pada bagian tengah.2
Gambar 1. Anatomi telinga1
Dinding lateral dari telinga tengah adalah membran timpani, sedangkan bagian medial
berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap
lonjong (fenestra ovalis), tingkap bundar (fenestra rotundum) dan yang paling dominan
adalah promontorium. Dinding anterior terdapat pintu ke tuba eustachius, sedangkan di
2
dinding posterior terdapat additus ad antrum, yaitu saluran yang menuju ke rongga mastoid.
Bagian dasar telinga tengah adalah bulbus jugularis (dipisahkan dengan vena jugularis oleh
tulang tipis). Dinding superior berbatasan dengan lantai fosa kranii media yang disebut
tegmen timpani.2,3
Di dalam telinga tengah terdapat tiga tulang pendengaran yang saling berhubungan,
tersusun dari luar ke dalam yaitu maleus, inkus, dan stapes. Processus longus maleus melekat
pada membran timpani, maleus melekat pada inkus, inkus melekat pada stapes, dan stapes
melekat pada tingkap lonjong yang berhubungan dengan koklea.2,3
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga.
Terdiri atas tiga lapis:2,3
1. Lapisan luar berupa lanjutan epitel kulit dari liang telinga
2. Bagian tengah berupa jaringan ikat yang lentur
3. Lapisan dalam ialah sel kubis bersilia.
Gambar 2. Anatomi Membran tympani11
Bagian atas membran timpani disebut pars flaksida yang mengandung dua lapisan
yaitu bagian luar dan dalam, sedangkan bagian bawah disebut pars tensa yang mengandung
ketiga lapisan tersebut. Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani
disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah
yaitu pada jam 7 untuk membran timpani kiri dan jam 5 untuk membran timpani kanan.2,3
3
Tuba eustachius ialah suatu saluran yang menghubungkan nasofaring dengan telinga
tengah yang berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan udara kedua sisi membran timpani.
Terdiri dari tulang rawan pada 2/3 ke arah nasofaring dan 1/3 sisanya terdiri dari tulang. Pada
anak tuba lebih pendek, lebih lebar, dan kedudukannya lebih horizontal dati tuba orang
dewasa hingga infeksi dari nasofaring lebih mudah masuk ke telinga tengah. Panjang tuba
orang dewasa kira0kira 3,75 cm dan pada anak di bawah 9 bulan adalah 1,75 cm.2,3
Bagian tulang rawan tuba biasanya tertutup dan baru terbuka apabila udara diperlukan
masuk ke telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan, atau menguap. Pembukaan
tersebut dibantu oleh kontraksi otot tensor palatinum dan levator palatinum yang masing-
masing dipersarafi oleh nervus mandibularis dan pleksus faringealis.2
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) dan vestibular yang terdiri dari 3 buah
kanalis semisirkularis. Koklea berperan dalam fungsi pendengaran dan vestibuler berperan
dalam fungsi keseimbangan.1
Gambar 3. Anatomi Telinga Dalam13
Koklea berupa dua setengah lingkaran. Pada irisan melintang tampak skala vestibuli
di sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala media diantaranya. Skala vestibuli
dan skala timpani berisi perilimfe sedangkan skala media endolimfe. Seperti kita ketahui
disini terdapat perbedaan ion dan garam antara perilimfe dan endolimfe, yang penting untuk
pendengaran. Dasar skala vestibuli disebut membran vestibuli (Reissner’s membrane),
sedangkan dasar skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti.4
4
Pada skala media terdapat bagian yang berbentuk lidah yang disebut membran
tektoria, dan pada membran basalis melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel
rambut luar dan kanalis corti, yang membentuk organ corti.2,4
II. FISIOLOGI PENDENGARAN
Seseorang dapat mendengar melalui getaran yang dialirkan melalui udara atau tulang
langsung ke koklea. Aliran suara melalui udara lebih baik dibandingkan dengan aliran suara
melalui tulang.2,4
Getaran suara ditangkap oleh daun telinga yang dialirkan ke liang telinga dan
mengenai membran timpani, sehingga membran timpani bergetar. Getaran ini diteruskan ke
tulang-tulang pendengaran yang berhubungan satu dengan yang lainnya. Selanjutnya stapes
menggetarkan tingkap lonjong (foramen ovale) yang juga menggerakkan perilimfe dalam
skala vestibuli. Selanjutnya getaran ini diteruskan melalui membran Reissner yang
mendorong endolimfe dan membran basal ke arah bawah. Perilimfe dalam skala timpani akan
bergerak, sehingga tingkap bundar (foramen Rotundum) terdorong ke arah luar. Skala media
yang menjadi cekung mendesak endolimfe dan mendorong membran tarsal, sehingga menjadi
cembung ke bawah dan menggerakkan perilimfe pada skala timpani.2,4
Pada waktu istirahat, ujung sel rambut berkelok, dan dengan berubahnya membrana
basal ujung sel rambut menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan
ion kalium dan ion natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang
kemudian meneruskan rangsangan itu ke pusat sensorik pendengaran di otak melalui saraf
pusat yang ada di lobus temporalis.2,3
III. DEFINISI
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda-
tanda yang bersifat cepat dan singkat yang disebabkan oleh virus atau bakteri. Gejala dan
tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa
otalgia, demam, gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi
membran timpani. Pada pemeriksaan otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah.
Terjadinya efusi telinga tengah atau inflamasi telinga tengah ditandai dengan membengkak
5
pada membran timpani atau bulging, mobilitas terhadap membran timpani, terdapat cairan di
belakang membran timpani, dan otore. Paling sering otitis media akut dipertimbangkan
sebagai spectrum berkelanjutan dari otitis media yang mempengaruhi anak pada usia muda,
akhir lainnya menjadi otitis media dengan efusi.2,3,6
Pada anak makin sering anak terserang infeksi saluran nafas atas, makin besar
kemungkinan terjasi OMA. Pada bayi terjadinya OMA dipermudah oelh karena tuba
eustachiusnya pendek, lebar, dan agak horizontal letaknya.1,2,3,6
IV. EPIDEMIOLOGI
Bayi dan anak mempunyai resiko paling tinggi untuk mendapatkan otitis media,
insidennya sebesar 15-20% dengan puncaknya terjadi antara umur 6-36 bulan dan 4-6 tahun.
Insiden penyakit ini mempunyai kecenderungan untuk menurun sesuai fungsi umur setelah
usia 6 tahun. Insiden tertinggi dijumpai pada laki-laki, kelompok sosial ekonomi rendah,
anak-anak dengan celah pada langit-langit serta anomaly kraniofasial lain dan pada musim
dingin atau hujan.5
Pada anak, makin sering anak terserang infeksi saluran nafas atas makin besar
kemungkinan terjadinya otitis media akut. Pada bayi terjadinya otitis media akut dipermudah
oleh karena tuba eustachius pendek, lebar, dan agak horizontal.12
V. ETIOLOGI
1. Bakteri
Bakteri piogenik merupakan penyebab OMA yang tersering. Menurut penelitian, 65-
75% kasus OMA dapat ditentukan jenis bakteri piogeniknya melalui isolasi bakteri
terhadap kultur cairan atau efusi telinga tengah. Kasus lain tergolong sebagai non-
patogenik karena tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya. Tiga jenis bakteri
penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae (40%), diikuti oleh
Haemophilus influenzae (25-30%), dan Moraxella catarhalis (10-15%). Kira-kira 5%
kasus dijumpai patogen-patogen yang lain seperti Streptococcus pyogenes (group A
beta-hemolytic), Staphylococcus aureus, dan organisme gram negatif. Staphylococcus
aureus dan organisme gram negatif banyak ditemukan pada anak dan neonatus yang
menjalani rawat inap di rumah sakit. Haemophilus influenzae sering dijumpai pada
6
anak balita. Jenis mikroorganisme yang dijumpai pada orang dewasa juga sama
dengan yang dijumpai pada anak-anak.5
2. Virus
Virus juga merupakan penyebab OMA. Virus dapat dijumpai tersendiri atau
bersamaan dengan bakteri patogenik yang lain. Virus yang paling sering dijumpai
pada anak-anak, yaitu respiratory syncytial virus (RSV), influenza virus, atau
adenovirus (sebanyak 30-40%). Kira0kira 10-15% dijumpai parainfluenza virus,
rhinovirus atau enterovirus. Virus akan membawa dampak buruk terhadap fungsi tuba
eustachius, mengganggu fungsi imun lokal, meningkatkan adhesi bakteri,
menurunkan efisiensi obat antomikroba dengan mengganggu mekanisme
farmakokinetiknya. Dengan menggunakan teknik Polymerase Chain Reaction (PCR)
dan virus specific enzyme-linked immunoabsorbent assay (ELISA), virus-virus dapat
diisolasi dari cairan telinga tengah pada anak yang menderita OMA pada 75% kasus.5
VI. PATOGENESIS
Telinga tengah biasanya steril, meskipun terdapat mikroba di nasofaring dan faring.
Secara fisiologik terdapat mekanisme pencegahan masuknya mikroba ke dalam telinga
tengah oleh silia mukosa tuba eustachius, enzim dan antibodi. Karena ada sesuatu yang
mengganggu tuba eustachius, maka fungsinya akan terganggu, sehingga pencegahan invasi
kuman ke dalam telinga tengah juga terganggu, akibatnya kuman masuk ke dalam telinga
tengah dan terjadi peradangan.1,2,5,6,14
Infeksi pertama hanya mengenai lapisan mukosa dan submukosa kavum timpani,
tidak mengenai tulang. Pada anak-anak infeksi dapat mengenai kedua telinga. Akibat infeksi
mukosa jadi edem, silia paralise dan tuba eustachius tertutup. Udara dalam kavum timpani
diabsorpsi, hingga menyebabkan tekanan negatif dalam kavum timpani. Hal ini menyebabkan
retraksi membran timpani dan mengiritasi membran mukosa untuk memproduksi cairan
eksudat.1,2,5,6,14
Bila volume eksudat bertambah banyak akan menaikkan tekanan cairan dalam kavum
timpani dan menyebabkan bertambahnya rasa sakit. Absorpsi toxin menyebabkan pireksia
dam malaise. Bertambahnya tekanan dalam kavum timpani akan menyebabkan gangguan
peredaran darah ke membran timpani. Bagian dari membran timpani yang mendapat tekanan
yang terbesar akan menjadi nekrosis, trombosis kapiler dan akhirnya pecah. Nanah yang
bercampur darah keluar dari telinga, sakit segera hilang, suhu kembali normal.5,6
7
Jika organisme yang menyebabkan otitis media sangat virulen atau pasien dalam
keadaan lemah, infeksi akan berlanjut terus, ketulian akan bertambah. Cairan akan berubah
lebih kuning dan berbau. Perubahan ini oleh karena “pressure necrosis” dalam sel-sel
mastoid, yang menyebabkan destruksi dinding sel.5,6
VII. STADIUM OTITIS MEDIA AKUT
OMA dalam perjalanan penyakitnya dibagi menjadi lima stadium, bergantung pada
perubahan pada mukosa telinga tengah, yaitu stadium oklusi tuba eustachius, stadium
hiperemis, atau stadium pre-supurasi, stadium supurasi, stadium perforasi dan stadium
resolusi.1,2
Gambar 4. Normal Membran tympani1,2,3,13
1. Stadium oklusi tuba eustachius
Tanda adanya oklusi tuba eustachius ialah gambaran retraksi mebmbran timpani
akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorpsi
udara. Kadang-kadang membran timpani tampak normal (tidak tampak kelainan) atau
berwarna keruh pucat. Efusi mungkin terjadi tapi tidak dapat dideteksi stadium ini
sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang disebabkan virus atau alergi.1,2
2. Stadium hiperemis
Pada stadium hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar dari membran timpani
atau seluruh membran timpani tampak hiperemis atau oedema. Sekresi yang terbentuk
mungkin masih bersifat eksudat yang serosa sehingga sukar dilihat.1,2
8
Gambar 5. Membran tympani hiperemis1,3,13
3. Stadium supurasi
Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superfisialis
serta terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani menyebabkan membran
timpani menonjol (bulging) ke arah liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak
sangat sakit, nadi dan suhu meningkat, serta rasa nyeri di telinga bertambah hebat.
Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak berkurang maka dapat terjadi iskemia
dan timbul tromboflebitis pada vena-vena kecil. Bila tidak dilakukan miringotomi
maka membran timpani dapat ruptur. Luka miringotomi dapat menutup kembali tapi
luka ruptur tidak mudah menutup kembali.1,2
Gambar 6. Membran tympani bulging dengan pus purulen1,3,13
9
4. Stadium perforasi
Terjadi oleh karena berbagai sebab seperti terlambatnya pemberian antibiotika atau
virulensi kuman yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah
mengalir keluar dari telinga tengah ke telinga luar. Anak yang tadinya gelisah menjadi
tenang, suhu badan turun, dan anak tertidur dengan nyenyak.1,4
Gambar 7. Membran tympani perforasi1,3,13
5. Stadium resolusi
Bila membran timpani tetap utuh, maka keadaan membran timpani akan normal
kembali. Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan berkurang dan akhirnya
kering. Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah, maka resolusi dapat
terjadi walaupun tanpa pengobatan. OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi
menetap dengan sekret yang keluar terus-menerus atau hilang timbul.OMA dapat
menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis media serosa bila sekret menetap di
kavum timpani tanpa terjadi perforasi.1,2
VIII. GEJALA KLINIS
Gejala klinis otitis media akut tergantung pada umur dan stadium penyakit. Pada
anak-anak yang sudah dapat berbicara keluhan utama adalah rasa nyeri di dalam telinga,
keluhan disamping suhu tubuh yang tinggi. Biasanya terdapat riwayat batuk pilek
sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, disamping rasa nyeri
10
terdapat juga gangguan pendengaran berupa rasa perih di telinga atau rasa kurang dengar.
Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi dapatsampai 39.5ºC (pada
stadium supurasi), anak gelisah dan sukar tidur, tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare,
kejang-kejang dan kadang-kadang anak memegang telinga yang sakit.7
OMA dapat dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. Efusi
telinga tengah (middle ear effusion) merupakan tanda yang ada pada OMA dan otitis media
dengan efusi. Efusi telinga tengah dapat menimbulkan gangguan pendengaran dengan 0-50
decibels hearing loss.7,11
Tabel 1. Perbedaan Gejala dan Tanda Antara OMA dan Otitis Media dengan Efusi13,14
Gejala dan Tanda Otitis Media AkutOtitis Media dengan
Efusi
Nyeri telinga (otalgia), menarik telinga (tugging) + -
Inflamasi akut, demam+ -
Efusi telinga tengah+ +
Membran timpani membengkak (bulging), rasa penuh di telinga +/- -
Gerakan membran timpani berkurang atau tidak ada + +
Warna membran timpani abnormal seperti menjadi putih, kuning, dan biru + +
Gangguan pendengaran+ +
Otore purulen akut+ -
Kemerahan membran timpani, erythema + -
11
IX. DIAGNOSIS
Menurut Kerschner (2007), kriteria diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut,
yaitu:8,9,11
a. Penyakitnya muncul secara mendadak dan bersifat akut.
b. Ditemukan adanya tanda efusi. Efusi merupakan pengumpulan cairan di telinga
tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut, seperti
menggembungnya membran timpani atau bulging, terbatas atau tidak ada gerakan
pada membran timpani, terdapat bayangan cairan di belakang membran timpani, dan
terdapat cairan yang keluar dari telinga.
c. Terdapat tanda atau gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya
salah satu di antara tanda berikut, seperti kemerahan atau erythema pada membran
timpani, nyeri telinga atau otalgia yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.
Menurut Rubin et al. (2008), keparahan OMA dibagi kepada dua kategori, yaitu
ringan-sedang, dan berat. Kriteria diagnosis ringan-sedang adalah terdapat cairan di telinga
tengah, mobilitas membran timpani yang menurun, terdapat bayangan cairan di belakang
membran timpani, membengkak pada membran timpani, dan otore yang purulen. Selain itu,
juga terdapat tanda dan gejala inflamasi pada telinga tengah, seperti demam, otalgia,
gangguan pendengaran, tinitus, vertigo dan kemerahan pada membran timpani. Tahap berat
meliputi semua kriteria tersebut, dengan tambahan ditandai dengan demam melebihi 39,0°C,
dan disertai dengan otalgia yang bersifat sedang sampai berat.13
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk memeriksa liang dan
gendang telinga dengan jelas). Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang
menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan
suram, serta cairan di liang telinga. Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan
otoskopi pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang telinga yang
dilengkapi dengan pompa udara kecil untuk menilai respon gendang telinga terhadap perubahan
tekanan udara). Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat
dilihat dengan pemeriksaan dini. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA.
Namun umumnya diagnosisOMA dapat ditegakkan dengan otoskop biasa. Efusi telinga
tengah juga dapat dibuktikan dengan timpanosentesis (penusukan terhadap gendang telinga).
Namun timpanosentesis tidak dilakukan pada sembarang anak. Indikasi perlunya
timpanosentesis antara lain adalah OMA pada bayi di bawah usia enam minggu dengan
12
riwayat perawatan intensif di rumah sakit, anak dengan gangguan kekebalan tubuh, anak yang tidak
memberi respon pada beberapa pemberian antibiotik, atau dengan gejala sangat berat dan
komplikasi.13
X. PENATALAKSANAAN
Pengobatan OMA tergantung pada stadium penyakitnya.8,9,11
1. Pada stadium oklusi terutama bertujuan untuk membuka kembali tuba eustachius,
sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Untuk ini diberikan obat tetes
hidung, HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (anak<12 tahun) atau HCl efedrin
1% dalam larutan fisiologik yang berumur di atas 12 tahun dan pada orang dewasa.
Selain itu sumber infeksi harus diobati. Antibiotika diberikan apabila penyebab
penyakit adalah kuman, bukan oleh virus atau alergi.
2. Terapi pada stadium pre-supurasi adalah antibiotika, obat tetes hidung dan analgetika.
Antibiotika yang dianjurkan ialah golongan penisilin atau ampisilin. Terapi awal
diberikan penisilin intramuscular agar didapatkan konsentrasi yang adekuat di dalam
darah, sehingga tidak terjadi mastoiditis yang terselubung, gangguan pendengaran
sebagai gejala sisa, dan kekambukan. Pemberian antibiotika dianjurkan minimal
selama7 hari. Bila pasien alergi terhadap penisilin, maka diberikan eritromisin.
Padaanak, ampisilin diberikan dengan dosis 50-100 mg/kg BB perhari, dibagi dalam 4 dosis,atau
amoksisilin 40mg/kg BB/hari dibagi 3 dosis, atau eritromisin 40 mg/kg BB/ hari.
3. Pada stadium supurasi, selain diberikan antibiotika, idealnya harus disertai dengan
miringotomi, bila membrane timpani masih utuh. Dengan miringotomi gejala-gejala
klinis lebih cepat hilang dan rupture dapatdihindari.
4. Pada stadium perforasi sering terlihat sekret banyak keluar dan kadang terlihat secret
keluar secara berdenyut. Pengobatan yang diberikan adalah obat cuci telinga H2O2
3% selama 3-5 hari serta antibiotika yang adekuat. Biasanya secret akan hilang dan
perforasi dapat menutup kembali dalam waktu 7-10 hari.
5. Pada stadium resolusi, maka membrane timpani berangsur normal kembali, sekret
tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup. Bila tidak terjadi resolusi
biasanya akan tampak sekret mengalir di liang telinga luar melalui perforasi di
membran timpani. Keadaan ini dapat disebabkan karena berlanjutnya edema mukosa
13
telinga tengah. Padakeadaan demikian, antibiotika dapat dilanjutkan sampai 3 minggu.
Bila 3 minggu setelah pengobatan secret masih tetap banyak, kemungkinan telah
terjadi mastoiditis.
Pembedahan
Terdapat beberapa tindakan pembedahan yang dapat menangani OMA rekuren, seperti
miringotomi dengan insersi tuba timpanosintesis, dan adenoidektomi.5,6
1. Miringotomi
Miringotomi ialah tindakan insisi pada pars tensa membran timpani, supaya
terjadi drainase sekret dari telinga tengah ke liang telinga luar. Syaratnya adalah
harus dilakukan secara dapat dilihat langsung, anak harus tenang sehingga
membran timpani dapat dilihat dengan baik. Lokasi miringotomi ialah di kuadran
posterior-inferior. Bila terapi yang diberikan sudah adekuat, miringotomi tidak
perlu dilakukan, kecuali jika terdapat pus di telinga tengah (Djaafar, 2007).
Indikasi miringostomi pada anak dengan OMA adalah nyeri berat, demam,
komplikasi OMA seperti paresis nervus fasialis, mastoiditis, labirinitis, dan infeksi
sistem saraf pusat. Miringotomi merupakan terapi third-line pada pasien yang
mengalami kegagalan terhadap dua kali terapi antibiotik pada satu episode OMA.
Salah satu tindakan miringotomi atau timpanosintesis dijalankan terhadap anak
OMA yang respon kurang memuaskan terhadap terapi second-line, untuk
menidentifikasi mikroorganisme melalui kultur.
2. Timpanosintesis
Menurut Bluestone (1996) dalam Titisari (2005), timpanosintesis merupakan
pungsi pada membran timpani, dengan analgesia lokal supaya mendapatkan sekret
untuk tujuan pemeriksaan. Indikasi timpanosintesis adalah terapi antibiotik tidak
memuaskan, terdapat komplikasi supuratif, pada bayi baru lahir atau pasien yang
sistem imun tubuh rendah. Menurut Buchman (2003), pipa timpanostomi dapat
menurun morbiditas OMA seperti otalgia, efusi telinga tengah, gangguan
pendengaran secara signifikan dibanding dengan plasebo dalam tiga penelitian
prospertif, randomized trial yang telah dijalankan.
3. Adenoidektomi
Adenoidektomi efektif dalam menurunkan risiko terjadi otitis media dengan efusi
dan OMA rekuren, pada anak yang pernah menjalankan miringotomi dan insersi
tuba timpanosintesis, tetapi hasil masih tidak memuaskan. Pada anak kecil dengan
14
OMA rekuren yang tidak pernah didahului dengan insersi tuba, tidak dianjurkan
adenoidektomi, kecuali jika terjadi obstruksi jalan napas dan rinosinusitis
rekuren.5,6
XI. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi melalui perluasan infeksi secara anatomis. Hal-hal yang
dapat terjadi antara lain:5,6,9
- Mastoiditis. Biasanya terjadi pada pasien-pasien imunosupresi atau mereka yang
menelantarkan otitis media akut yang dideritanya.
- Paralisis saraf fasialis. Saraf terkena akibat kontak langsung dengan materi purulen.
- Labirinitis. Terjadi akibat perluasan infeksi ke dalam perilimfatik, keadaan ini akan
menyebabkan ketulian dan adanya vertigo.
- Petrosis. Hampir semua tulang temporal memiliki sel-sel udara dalam apeks petrosa.
Sel-sel ini menjadi terinfeksi melalui perluasan langsung dari infeksi telinga tengah
dan mastoid.
- Komplikasi lain ke susunan saraf pusat. Antara lain: meningitis, abses otak, dan
hidrosefalus otitis.
XII. PROGNOSIS
Prognosis untuk otitis media akut sangat baik. Namun bila ditangani dengan tepat dan
cepat. Bila terjadi penumpukan cairan dalam rongga telinga dalam waktu yang lama maka
ada kemungkinan otitis media uang diderita akan berubah menjadi kronis.5
15
BAB III
KESIMPULAN
Otitis media akut (OMA) adalah peradangan telinga tengah dengan gejala dan tanda-
tanda yang bersifat cepat dan singkat yang disebabkan oleh virus atau bakteri. Gejala dan
tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi secara lengkap atau sebagian, baik berupa
otalgia, demam, gelisah, mual, muntah, diare, serta otore, apabila telah terjadi perforasi
membran timpani.
Adanya sesuatu gangguan pada tuba eustachius merupakan faktor penyebab utama
timbulnya otitis media. Mula-mula mukosa jadi edema, silia paralise dan tuba eusthacius
tertutup. Udara dalam kavum timpani diabsorpsi, hingga menyebabkan tekanan negatif dalam
kavum timpani. Hal ini menyebabkan retraksi membran timpani dan mengiritasi membran
mukosa untuk memproduksi cairan eksudat. Kenaikan volume eksudat akan menaikkan
tekanan cairan dalam cavum timpani dan menyebabkan bertambahnya rasa sakit dan
gangguan terhadap peredaran darah di membran timpani sehingga menjadi nekrosis,
trombosis kapiler dan akhirnya pecah. Absorpsi toxin menyebabkan pireksia dan malaise.
Gejala klinis dan patologi penyakit berdasarkan umur dan staium penyakit. Pada bayi
dan anak biasanya disertai gejala prodromal, sedangkan pada dewasa jarang disertai gejala
prodromal. Perjalanan penyakit terdiri dari 5 stadium yaitu stadium oklusi tuba eusthacius,
stadium hiperemis, stadium supurasi, stadium perforasi, dan stadium resolusi. Diman
penatalaksanaannya sedikit berbeda pada setiap stadium.
Penatalaksanaan OMA tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada
stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik,
dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Tujuan pengobatan pada otitis media adalah
untuk menghindari komplikasi intrakrania dan ekstrakrania yang mungkin terjadi, mengobati
gejala, memperbaiki fungsi tuba Eustachius, menghindari perforasi membran timpani, dan
memperbaiki sistem imum lokal dan sistemik.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Djaafar ZA. Kelainan Telinga Tengah. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Ed.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga-Hidung-tenggorok. Edisi ke-4. Jakarta. Gaya
baru-FKUI. 2001;49-58
2. Adams GL, Boies LR, Hilger PA. Alih bahasa Wijaya, Caroline. Buku Ajar
Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan. Edisi ke-6. Jakarta. EGC. 1994
3. John Jacob Ballenger M.S, M.D. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala
dan Leher. Edisi ke-13 jilid 2 FKUI RSCM. Hal 101-110
4. Keith L.Moore,PhD,FIAC,FRSM, Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorokan.
Jakrta. EGC. 1993
5. Nelson WE, Behrman RE, Vaughan VC, alih bahasa Maulany RF. Ilmu
Kesehatan Anak-Nelson. Edisi ke-12. Bagian ke-2. Jakarta. EGC.1993
6. Mansjoer A, Tiyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setowulan W, Editor, Kapita
Selekta Kedokteran, Jilid I, Edisi 3, Media Aesculapius, FKUI, jakarta: 2001.79-
81
7. Otitis Media Akut, available at : http://www.medicastore.com/med/detail
pyk.php?idktg=15&iddtl=52&UID=20050131042413219.83.98.214
8. Acute otitis media: Part II. Treatment in an Era of Increasing Antibiotic
Resistance available at: http://www.aafp.org/afp/20000415/2410.html
9. Journal of otitis Media Acute by Barley MK, available at URL:
http://www.oncologychannel.com.Headneck.nasaleavity.shtml
10. American academy of pediatrics, Diagnosis and Management of Acute Otitis
Media, available at: http://pediatrics.aappublications.org/content/113/5/1451.full
11. Acute Otitis Media Author: John D Donaldson, MD, FRCS(C), FAAP, FACS
available at:
http://emedicine.medscape.com/article/859316overview#aw2aab6b2b2
12. Acute otitis media: overview and risk factors by: physicians committee for
responsible medicine. Available at: http://www.tcolincampbell.org/courses-
resources/article/acute-otitis-media-overview-and-risk
13. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25640/4/Chapter%20II.pdf
17
14. Guidelines & protocolsadvisory committee. Acute otitis media and and otitis
media with effusion available at: www.bcguidelines.ca/pdf/ otitis .pdf
15. Clinical Practice Guidelines. Acute otitis media available at:
http://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/Acute_Otitis_Media/
18