TUGAS EKSPLORASI DAN EVALUASI SUMBER PANAS BUMI
Analisis Prospek Panas Bumi dengan Metode Pemetaan
Manifestasi di Daerah Kamojang, Kab. Garut, Jawa Barat
Tyto Baskara Adimedha
12012065
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015
Pendahuluan
Energi Panas Bumi merupakan salah satu energi alternatif untuk menggantikan energi
fosil. Prospek energi panas bumi dapat ditentukan dari berbagai metode seperti halnya
penentuan prospek minyak bumi. Metode yang dapat digunakan dalam penentuan prospek
panas bumi dimulai dari survei citra satelit, foto udara, pemetaan manifestasi, metode
geokimia, hingga metode geofisika.
Pemetaan manifestasi sangat penting dilakukan karena manifestasi merupakan bukti
awal adanya prospek panas bumi. Manifestasi yang dapat dipetakan berupa mata air panas,
fumarol, lumpur panas, geyser, dan sebagainya.
Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah:
1. Menentukan manifestasi panas bumi yang terdapat di daerah Kamojang.
2. Menentukan prospek panas bumi pada daerah Kamojang.
Metode
Metode yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan pemetaan
darat untuk mencari manifestasi-manifestasi panas bumi seperti mata air panas, fumarol,
lumpur panas, dan sebagainya. Kemudian pada setiap manifestasi yang ditemukan diambil
data berupa suhu air, suhu tanah, suhu uap, pH air, debit air, nilai radioaktivitas, TDS, serta
konduktivitas elektrik.
Geologi Regional
- Lokasi
Kamojang terletak di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Kamojang berjarak sekitar 35 km
di selatan Kota Bandung. Daerah ini memiliki elevasi 1500 di atas permukaan laut.
Kamojang dibatasi oleh Gunung Rakutak di sebelah barat dan Gunung Guntur di
sebelah timur. dari timur ke barat terdapat beberapa jajaran gunung api meliputi
Gunung Rakutak, Danau Ciharus, Danau Pangkalan, Gunung Gandapura, Gunung
Guntur, dan Gunung Masigit. Secara fisiografis, Kamojang merupakan zona
Cekungan Bandung.
Gambar 1. Lokasi Kamojang beserta rangkaian gunung api yang mengelilinginya. (Google
Maps, 2015)
Gambar 2. Fisiografi Jawa Barat. Kamojang berada pada Zona Bandung
- Stratigrafi
Batuan yang tersebar di area Kamojang merupakan aliran lava dari gunung Masigit
(Qym), serta tuf lepas dan lava andesit-basaltik dari gunungapi tua Gunung Guntur,
Gunung Pangkalan, dan Gunung Kendang (Qgpk) serta Gunung Kiamis (Qko).
Di bagian terbawah dari stratigrafi cekungan Bandung adalah, Formasi Cilanang.
Formasi ini diikuti oleh Formasi Kaliwangu dengan tidak selaras, kemudian diatas
formasi Kaliwangu diendapkan Formasi Citalang. Diatas formasi ini diendapkan
banyak endapan vulkanik berumur Tersier Akhir.
Gambar 3. Peta Geologi daerah Kamojang. Krem: satuan Qgpk, Merah muda: satuan Qym.
(Alzwar, 1992)
Gambar 4. Stratigrafi daerah Kamojang.
- Struktur Geologi
Rangkaian gunung api berarah timur-barat banyak dipengaruhi oleh graben berarah
baratlaut – tenggara. Banyak gunung api memperlihatkan struktur melingkar,
meskipun secara genesa tidak sama. Pada G. Rakutak, merupakan kaldera kecil, untuk
Ciharus dan Pangkalan merupakan lubang akibat kolaps, sedangkan pada Gunung
Guntur, struktur melingkarnya merupakan kawah.
Gambar 4. Peta Struktur Daerah Kamojang. Struktur umum berarah baratdaya – timurlaut.
Serta beberapa struktur melingkar. (Utami, 2000)
Data
- Lokasi Manifestasi
Lokasi manifestasi panas bumi ditemukan di berbagai lokasi. Selain itu, manifestasi yang
nampak juga berbagai macam, mulai dari mudpool, fumarol, mata air panas, danau mendidih,
geyser, uap panas, serta lumpur panas.
Gambar 5. Lintasan Pemetaan Darat dari titik pojok baratlaut hingga titik di sebelah timur.
- Manifestasi
Mengikuti gambar lintasan diatas dari arah baratlaut – timur, ditemukan berbagai bentuk
manifestasi panas bumi
1. MudPool
Mudpool ini terletak pada titik UTM (807308, 9211600) pada zona 48S. Pada
manifestasi ini terdapat lumpur serta batuan teralterasi di sekitarnya.
2. Mata Air Panas
Mata air panas ini terletak pada (809481, 9209767). Suhu mata air ini adalah 63,8 oC.
Mata air ini memiliki pH 3 dan suhu pada tanahnya adalah 56,7 oC. Mata air panas ini juga
memiliki kandungan terlarut (TDS) sebesar 150 g/l dan konduktivitas (EC) 300 μs / cm.
Gambar 6. Pengukuran suhu mata air panas.
3. Lumpur Panas
Di dekat mata air panas tersebut ditemukan lumpur panas tepatnya pada (0809523,
9209821). Lumpur panas ini memiliki suhu air mencapai 80,8 oC, dengan suhu tanah 92,8
oC.
Nilai pH pada lumpur panas ini berkisar pada 2.
Gambar 7. Pengukuran suhu lumpur panas
Gambar 8. Manifestasi lumpur panas
4. Alterasi Batuan
Pada singkapan tanah, kami dapat melihat terjadinya alterasi. Alterasi dicirikan
dengan berubahnya ciri butiran dari pasir menjadi lempung. Selain itu, warna tanah juga
berubah dari cokelat gelap menjadi cokelat terang. Nilai radioaktif pada alterasi ini adalah
183 cps.
Gambar 8. Alterasi tanah di daerah Kamojang. Coklat gelap: hasil pelapukan tuf belum
teralterasi. Coklat muda: tanah hasil alterasi hidrotermal.
5. Tanah Hangat (Hot Ground)
Pada lokasi ini (809579,9209783), terdeteksi memiliki kandungan radioaktif yang
tinggi yaitu 243 cps. Suhu tanah yang dihitung adalah 39,3 oC.
Gambar 9. Tanah hangat di daerah Kamojang.
Gambar 10. Pengukuran suhu tanah hangat.
6. Fumarol
Pada lokasi ini (809659,9209826), data yang diambil adalah suhu fumarol serta
kecepatan uap. Suhu fumarol terhitung 42 oC, dengan kecepatan uap 0.4 m/s.
Gambar 11. Pengukuran suhu dan kecepatan uap fumarol.
7. Geyser
Lokasi yang berada pada elevasi 1679 mdpl ini, memperlihatkan geyser yang
memancar dari rekahan batuan. Terhitung nilai pH geyser adalah 6, dengan suhu uap 41oC,
dan suhu tanah 57,3 o
C. Debit aliran sungai di sekitar geyser adalah 0,5 liter/sekon. Nilai
radioaktif disekitar manifestasi ini cukup tinggi yaitu 111 cps. Kandungan terlarut pada air
sungai ini adalah 80 mg/l dengan konduktivitas sebesar 170 μs / cm.
Gambar 12. Geyser yang memancar dari rekahan batuan.
Gambar 13. Pengukuran debit sungai dengan metode V-knoch.
8. Mata air panas
Lokasi yang terletak pada (809654,9210345) ini merupakan salah satu bentuk
manifestasi panas bumi berupa mata air panas yang bercampur dengan sungai. Data yang
diambil adalah data suhu, ph, TDS, dan EC, pada sungai. Sungai ini memiliki pH netral yaitu
6,2, dengan suhu air normal 24,2 oC. Nilai TDS yang terukur adalah 40 mg/l dengan nilai
konduktivitas 80 μs / cm.
Sebelum mencapai titik ini sebenarnya ditemukan berbagai manifestasi lain seperti
danau panas, serta mudpool. Namun, karena dianggap terlalu berbahaya, maka tidak ada data
yang diambil. Selain dua manifestasi diatas, juga didapat indikasi adanya sesar atau rekahan.
Indikasi ini teramati dari nilai radioaktif yang mencapai 207 cps.
Gambar 14. Manifestasi Lumpur Panas
Gambar 15. Alterasi Batuan di sekitar lumpur panas.
Gambar 16. Pengukuran nilai pH, TDS, dan konduktivitas elektrik pada sungai.
Pembahasan
Dari berbagai manifestasi di atas, di dapatkan berbagai indikasi prospek panas bumi.
Untuk manifestasi berupa mata air panas (1) dan lumpur panas (2) di lokasi awal,
diindikasikan bahwa air yang mengalir bukanlah air reservoir. Interpretasi ini ditarik dari
nilai pH yang rendah. Nilai pH yang rendah mengindikasikan adanya pencampuran air
meteorik dengan gas-gas panas dari dalam bumi.
Untuk manifestasi geyser, dapat diambil kesimpulan bahwa geyser ini berasal dari
reservoir panas bumi. Kesimpulan ini didapatkan karena nilai pH netral, tetapi suhunya tinggi
dan memiliki nilai TDS maupun EC yang cukup tinggi. Ciri-ciri ini sangat mirip dengan ciri
fluida reservoir pada sistem panas bumi.
Kesimpulan
Manifestasi yang terdapat pada daerah Kamojang antara lain berupa mata air panas,
lumpur panas, fumarol, dan geyser.
Daerah Kamojang merupakan daerah prospek sumber energi panas bumi. Penelitian
lebih lanjut akan dapat memastikan nilai pada suhu reservoir, lokasi reservoir, serta lokasi
pemboran yang tepat.
Recommended