7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 1/18
1
LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA
PUSKESMAS KERAMBITAN II, KECAMATAN KERAMBITAN,
KABUPATEN TABANAN
Nama mahasiswa: Dosen pembimbing:
1. Putu Dian Megasafitri (0702005113) 1. dr. Ida Bagus Wirakusuma, MOH
2. Ni Made Vina Septiani (0702005180) 2. dr. Yudyaratna
I. PROFIL KELUARGA
1. IDENTITAS PENDERITA
Nama : A. A. Putu Arta Jaya
Tempat dan tanggal lahir : Kerambitan, 8 Juli 2010
Umur : 1 Tahun 10 Bulan 15 Hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Banjar Kerambitan Tengah, Desa Kerambitan, Kecamatan
Kerambitan, Kabupaten Tabanan
Tanggal Kunjungan : 23 Mei 2012
2. IDENTITAS ANGGOTA KELUARGA DALAM SATU LINGKUNGAN RUMAH
a. Ayah Penderita
Nama : A. A Bagus Adnyana Putra
Umur : 37 Tahun
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMP
b. Ibu Penderita
Nama : Ni Ketut Srinanti
Umur : 25 Tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 2/18
2
c. Nenek Penderita
Nama : A. A Sumang Anggari
Umur : 55 Tahun
Pekerjaan : Pedagang Canang
Pendidikan : SD
d. Kakek Penderita
Nama : A. A Rai Parwa
Umur : 61 Tahun
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SD
SILSILAH KELUARGA
Keterangan: Laki-Laki
Perempuan
1. Kakek pasien (ayah)
2. Nenek pasien (ayah)
3. Kakek pasien (ibu)4. Nenek pasien (ibu)
5. Saudara perempuan ayah pasien
6. Ayah pasien
7. Saudara perempuan ayah pasien
8. Saudara laki-laki ibu pasien
9. Saudara laki-laki ibu pasien10. Saudara laki-laki ibu pasien
11. Ibu pasien
12. Pasien
611
12
105 7 8 9
2431
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 3/18
3
II. ALUR PENEMUAN KASUS
Tanggal 15 Mei 2012
Penentuan kasus kedokteran keluarga ini bekerja sama dengan pihak puskesmas. Menurut
pemegang program gizi di Puskesmas Kerambitan II terdapat satu kasus baru dengan
diagnosis gizi buruk berdasarkan indeks BB/U yang baru terdeteksi pada posyandu balita
bulan april 2012. Penderita tersebut belum pernah dikunjungi maupun mendapatkan terapi
pemulihan dari pihak puskesmas sehingga disarankan untuk menilai perkembangan status gizi
penderita serta melihat kondisi lingkungan pasien dan mencari kemungkinan faktor penyebab.
Tanggal 16 Mei 2012
Koordinasi dengan kelian dusun kerambitan tengah yang merupakan pemegang wilayah
tempat tinggal penderita serta memaparkan kondisi salah satu warganya yang menderita gizi
buruk. Kelian dusun juga mengatakan bahwa warganya tersebut merupakan salah satu
keluarga miskin yang selama ini belum pernah menerima bantuan. Dan kemudian kami
bekerjasama dan mengatur jadwal untuk melakukan kunjungan rumah bersama.
Tanggal 23 Mei 2012
Melakukan kunjungan rumah bersama pihak puskesmas dan kelian dusun.
III. HASIL KUNJUNGAN RUMAH
ANAMNESISRiwayat Penyakit Sekarang
Penderita dikatakan mengalami kurang gizi sejak usianya 1 oton (6 bulan kalender bali),
diketahui saat penderita ditimbang di Posyandu dimana berat badannya berada dibawah garis
merah. Ibu pasien disarankan untuk secara rutin tiap bulan menimbang anaknya, namun berat
badannya tetap tidak naik sesuai dengan umurnya. Ibu pasien mengatakan anaknya susah
makan dan hanya memberi makanan sesuai dengan kemampuan ekonominya berupa bubur
beras 1-2x sehari. Ia pernah mendapat bantuan berupa susu dan biskuit dari pihak banjar
namun dikatakan hanya sekali saja dan sampai saat ini tidak pernah ada bantuan khusus untuk
menangani anaknya dari pihak puskesmas.
Saat kunjungan, ibu penderita mengeluhkan anaknya menderita gatal- gatal dan
bentol- bentol kemerahan pada tangan, kaki, ketiak bahkan sampai kemaluannya. Anaknya
selalu menggaruk- garuk tangan dan kakinya terutama di malam hari sampai sulit tidur dan
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 4/18
4
sering menangis karena gatal. Keadaan ini sudah dialami hampir dua bulan. Dikatakan sudah
pernah diajak ke Puskesmas keluhan gatalnya sempat menghilang namun muncul lagi. Namun
pasien tidak dibawa ke puskesmas lagi dan hanya diberi bedak di rumah.
Riwayat Penyakit Dahulu
Anaknya dikatakan cukup sering menderita batuk dan pilek, dalam satu bulan minimal 1 kali
anaknya mengalami batuk dan pilek. Sedangkan 2 minggu yang lalu anaknya sempat
menderita mencret. Sedangkan untuk keluhan gatal-gatalnya saat ini baru pertama kali
dialami pasien.
Riwayat Pengobatan
Untuk keluhan gatal pasien berobat ke puskesmas saat itu diberi salep yang dioleskan ke
seluruh tubuh pada malam hari (ibu lupa nama salepnya). Sempat sembuh namun muncul
kembali. Sedangkan untuk kurang gizi dikatakan belum pernah mendapat bantuan dari pihak
puskesmas secara khusus, saat ini anaknya diberi makan seperti makanan dewasa pada
umumnya dan susu yang dibeli apabila ada uang lebih.
Riwayat Keluarga
Ayah penderita juga mengalami keluhan gatal – gatal seperti pasien namun tidak pernah
berobat. Nenek pasien dikatakan 1 tahun yang lalu, pernah mengalami batuk lama dan
mengeluarkan dahak kuning dan dikatakan menderita TBC namun sudah berobat dan
dinyatakan sembuh. Penyakit lain dalam keluarga seperti asma, alergi, diabetes, tekanan darah
tinggi maupun keluarga lain yang kurang gizi disangkal oleh ibu pasien.
Riwayat Sosial dan Ekonomi
Penderita merupakan anak tunggal yang tinggal bersama kedua orang tuanya serta rumah
kakek dan nenek pada satu lingkungan rumah. Sehari-hari pasien diasuh oleh ibunya yang
tidak bekerja. Ayah pasien bekerja sebagai buruh dengan penghasilan sebulan kurang dari 1
juta rupiah dan dikatakan sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga
kadang ibu pasien juga membantu membuat canang namun merasa kerepotan karena
mempunyai anak yang masih kecil. Pasien dikatakan sering bermain di tanah tanpa alas kaki
dan tidur malam bersama kedua orang tuanya.
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Ibu pasien mengakui sewaktu hamil kontrol ke bidan dan sangat kurus sewaktu hamil sampai
rambutnya rontok dikarenakan faktor ekonomi yang sulit. Oleh puskesmas diberi bantuan
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 5/18
5
untuk menambah gizi sehingga berat badannya bisa naik. Anaknya lahir di bidan dalam
kondisi normal dengan berat lahir 2.900 gram.
Riwayat Imunisasi
Pasien mendapatkan imunisasi:
BCG : 1x
Polio : 4x
DPT/Hep B : 3x
Campak : 1x
Riwayat Tumbuh Kembang (Sesuai Tes Denver)
Domain Personal Sosial: Menyuapi boneka : Bisa
Menggunakan sendok : Bisa
Minum dari cangkir : Bisa
Sikat gigi : Tidak Bisa
Memakai Baju : Tidak Bisa
Mencuci tangan : Tidak Bisa
Domain Motorik Halus: Membuat menara kubus : Bisa
Mengambil manik : Bisa
Mencoret-coret : Bisa
Susunan menara 6 kubus : Tidak bisa
Membuat garis tegak : Tidak bisa
Domain Bahasa Berbicara 6 kata : Bisa
Kombinasi 2 kata : Bisa
Menunjuk gambar : Bisa
Menyebut bagian tubuh : Tidak bisa
Menyebut 1 gambar : Tidak bisa
Domain Motorik Kasar Berlari : Bisa
Menaiki tangga : Bisa
Menendang bola : Bisa
Melompat : Tidak bisa
Melempar bola diatas bahu : Tidak bisa
Kesimpulan: Kesan perkembangan dalam batas normal sesuai umur
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 6/18
6
Riwayat Nutrisi
ASI : Usia 0 - 12 bulan
Bubur beras : Usia 6 – 12 bulan
Makanan Dewasa : Usia 12 bulan - sekarang
PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda Vital
Nadi : 96 kali/menit
Respirasi : 20 kali/menit
Temp. Axila : 36.20C
b. Tanda Umum:
Kepala : Normocephali
Mata : Anemia -/-, ikterus -/-
THT : Dalam batas normal
Thorax : Cor : S1S2 Tunggal, Regular, Murmur –
Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Wh -/-
Abdomen : Distensi (-)
Ekstremitas : Oedem -/- , hangat +/+
-/- +/+
c. Status Dermatologis
Lokasi : kaki kanan dan kiri, sela tangan kanan dan kiri, aksila kanan dan kiri, pantat
Effloresensi: papul eritema multipel, bentuk bulat, batas tegas tersebar diskret
d. Pemeriksaan Anthopometri dan Status Gizi
BB : 8 kg
TB : 76 cm
DIAGNOSIS
Skabies dengan Gizi Buruk
STATUS GIZI:
BB/U : < -3 SD ( Gizi Buruk)
TB/U : < -2 SD ( Pendek)
BB/TB : < - 2 SD ( Kurus )
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 7/18
7
PENATALAKSANAAN
Penanganan umum skabies:
1) Menganjurkan ibu pasien untuk merendam seluruh pakaian, sprei, handuk yang
dipakai pasien dengan air panas kemudian disetrika untuk membunuh tungau.
2) Menjaga kebersihan tubuh anak dan jangan dibiarkan menggaruk terlalu sering untuk
mencegah infeksi sekunder
3) Menjaga kebersihan rumah dan mencegah penularan skabies ke anggota keluarga lain
Penanganan khusus:
1) Mengobati semua anggota keluarga yang terkena skabies termasuk pasien dan ayah
pasien dengan salep 24 (salisilat 2% + sulfur presipitatum 4%) yang didapatkan dari
puskesmas dengan cara yang tepat
2) Kontrol kembali 1 minggu setelah pengobatan ke puskesmas
Penanganan gizi buruk:
1) Pasien secara klinis dalam kondisi baik tidak ada tanda-tanda klinis gizi buruk yang
membutuhkan penanganan khusus
2) Pasien diberikan PMT-P dari puskesmas berupa susu dan biskuit susu selama 3 bulan
berturut-turut ditambah pemberian vitamin
3) Melakukan penimbangan rutin setiap bulan di Posyandu
4) Mengatur pola makan agar porsinya sesuai dengan kandungan gizi yang cukup
IV. IDENTIFIKASI MASALAH
Untuk mengidentifikasi masalah pada pasien ini, kami melakukan wawancara dengan anggota
keluarga dimana selain kami mengamati status kesehatan pasien, keadaan sosial ekonomi
keluarga juga dilihat kondisi rumah pasien serta mengamati faktor-faktor resiko yang kami
jumpai pada pasien ini dan mencarikan solusinya melalui 6 langkah pelayanan kedokteran
keluarga yang mencakup komprehensif, berkesinambungan, koordinatif dan kolaboratif,
pencegahan, menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungannya. Secara terperinci kami
uraikan sebagai berikut :
1. Gambaran status kesehatan keluarga
Berdasarkan hasil wawancara pasien sudah pernah memeriksakan keluhan gatal-gatal yang
dialami anaknya dan diberi obat namun saat itu dikatakan hanya dioleskan sampai tiga
hari, keluhan gatal sempat berkurang namun muncul kembali sampai sekarang. Ibu pasien
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 8/18
8
tidak mencari obat kembali ke puskesmas dan hanya diberi bedak tabur di rumah. Ketika
ditanya mengenai apa penyebab dari penyakit gatalnya, ibu pasien mengatakan tidak tidak
tahu dan sudah sempat dijelaskan oleh dokter puskesmas namun mengatakan ia tidak
terlalu mengerti. Ia mengatakan karena anaknya nakal suka bermain di tanah. Ayah pasien
juga mengalami keluhan yang sama. Selama wawancara terkesan keluarga pasien tidak
terlalu mengetahui mengenai penyakit tersebut dan penularannya.
Untuk kasus gizi buruk yang dialami anaknya, ia mengatakan bahwa anaknya
memang beratnya tidak sama dengan anak-anak seumurannya. Ia mengatakan
perkembangan anaknya biasa saja. Anaknya dikatakan susah makan dari dulu hanya makan
1-2 x sehari dengan porsi yang kecil. Belum pernah ada penanganan khusus dari pihak
puskesmas dan ia mengaku rutin menimbang anaknya setiap bulan ke posyandu. Ibu pasien
tidak mengetahui apa saja yang bisa terjadi kalau anaknya mengalami kekurangan gizi
dalam jangka waktu lama ia hanya mengatakan sampai saat ini anaknya perkembangannya
masih baik-baik saja.
2. Gambaran singkat keadaan sosial ekonomi keluarga
Pasien tinggal bersama orang tua serta kakek dan neneknya. Pasien tidur bersama kedua
orang tuanya sedangkan kakek dan nenek di rumah yang berbeda namun masih dalam satu
kompleks. Ayah pasien mempunyai saudara perempuan yang sudah menikah. Pasien
merupakan anak pertama.
Ayah dan kakek pasien bekerja sebagai buruh dan ibu serta neneknya bekerja di
rumah kadang-kadang membuat canang. Rata-rata penghasilan ayah pasien sebulan kurang
dari 1 juta rupiah. Uang tersebut dirasakan sangat kurang untuk menghidupi keluarganya
sehingga mereka hidup pas-pasan dan kadang harus meminjam uang. Ditambahkan oleh
kepala dusun bahwa keluarga ini termasuk dalam keluarga miskin di desa kerambitan.
Walaupun, dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan keluarga pasien tetap mampu
bersosialisasi dengan baik dan kadang ada keluarga lain yang membantu keluarga pasien.
Namun keluarga pasien belum mengetahui bahwa penyakit gatal-gatal yang diderita bisa
menular.
3. Kondisi Rumah
Dalam pekarangan rumah pasien terdapat beberapa bangunan dengan susunan seperti
huruf C, dimana terdapat sebuah bangunan rumah pasien dan di depannya terdapat
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 9/18
9
bangunan rumah tempat tinggal kakek dan nenek penderita. Di tengah pekarangan
terdapat sanggah dan sebuah bale sari. Pasien tinggal bersama orang tuanya. Dalam
rumah pasien terdapat 2 buah kamar tidur, 1 buah kamar mandi, 1 ruang tengah, dan
dapur.
Kamar pasien kira-kira berukuran 3 x 3 meter yang tampak banyak barang yang
berantakan, di ruang tengah juga banyak benda-benda yang berserakan, kamar mandi
tampak kotor serta dapur yang tidak terlalu luas masih menggunakan kayu bakar. Lantai
bangunan rumah masih berupa tanah dan temboknya tidak di cat. Rumah pasien agak
gelap dan tidak terdapat ventilasi sehingga cahaya matahari tidak bisa masuk dan terasa
lembab. Di depan rumah pasien tampak tumpukan kayu bakar dan perabotan-perabotan
yang sudah rusak.
Pekarangan rumah pasien tidak terlalu luas. Di pekarangan rumah pasien terdapat
sebuah bale sari dan sanggah, tidak terdapat pohon yang besar dan terkesan sempit. Ibu
pasien mengatakan anaknya sering bermain di pekarangan tanpa memakai sandal.
Pasien tidur sekamar dengan orang tuanya, sedangkan anak pertama dan kedua
tidur terpisah dengan pasien. Sumber air yang digunakan berasal dari sumur yang terletak
di sebelah rumah pasien.
4. Faktor resiko :
Berdasarkan model segitiga epidemiologi, maka kejadian penyakit Skabies dipengaruhi
oleh faktor host, agent, dan environment .
Gambar 1. Model segitiga epidemiologi
a. Host
Host
Agent Environment
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 10/18
10
Pasien dikeluhkan gatal-gatal yang memberat di malam hari sampai sulit tidur karena
masih balita perawatan dilakukan oleh ibunya yang terkesan kurang pengetahuan
mengenai penyakit anaknya sehingga sudah pernah berobat namun tidak dilanjutkan
sampai tuntas. Karena dalam kondisi kurang gizi, imunitas pasien cenderung lebih
rendah sehingga infeksi lebih mudah terjadi. Pasien sering bermain tanpa alas kaki.
Kebiaasaan yang tidak menjaga kebersihan juga berperan dalam perkembangan
penyakit skabies. Ibu pasien mengaku mencuci sprei kadang 1-2 minggu sekali, tidak
menyetrika baju yang dipakai anaknya, serta pemakaian handuk bersama dalam
keluarga.
b. Agent Karakteristik tungau
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap
Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Sarcoptes scabiei adalah tungau yang
termasuk filum Arthropoda. Badannya berbentuk oval dan gepeng; yang betina
berukuran 300 x 350 mikron; sedangkan yang jantan berukuran 150 – 200 mikron.
Stadium dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang merupakan pasangan kaki depan
dan 2 pasang lainnya kaki belakang. Setelah melakukan kopulasi S. scabiei jantan
mati, tetapi kadang-kadang dapat bertahan hidup beberapa hari. Sarcoptes betina yang
gravid mencari tempat untuk meletakkan telur di lapisan kulit (stratum corneum)
dengan membuat terowongan sambil bertelur. Siklus hidup dari telur sampai menjadi
dewasa berlangsung satu bulan.
Karakteristik tungau yang berhubungan dengan host
Pasien masih balita sehingga imunitas belum berkembang sempurna serta kondisi
kurang gizi juga menurunkan status imunitas pasien. Serta ibu sebagai pengasuh tidak
mengerti mengenai penyakit ini serta kesadaran untuk berobat masih kurang.
Kebiasaan yang buruk dari ibu penderita seperti jarang mengganti sprei, tidak
menyetrika baju, dan kebersihan tubuh dari penderita juga kurang baik. Penderita juga
memakai handuk bersama.
Karakteristik tungau yang berhubungan dengan environment
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 11/18
11
Cara penularan skabies dapat terjadi melalui kontak langsung (kontak kulit dengan
kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual. Transmisi
dapat juga melalui kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian,
handuk, sprei, bantal Tungau tidak dapat terbang atau loncat, tetapi dapat merayap
dengan kecepatan 2,5 cm per menit. Tungau dapat bertahan selama 24 – 36 jam pada
suhu ruangan dan rata – rata kelembapan dan mampu menginfestasi dan membuat
terowongan pada epidermis. Semakin banyak parasit pada seseorang, maka semakin
mudah transmisi tungau terjadi, baik secara langsung (kulit ke kulit) ataupun tidak
langsung (melalui tempat tidur, pakaian)
Keadaan ruangan dalam tempat tinggal pasien yang cenderung gelap dan
lembab mendukung tungau ini untuk dapat bertahan lebih lama sehingga lebih
meningkatkan resiko pasien untuk tertular. Ayah pasien juga sudah tertular skabies.
c. Environment
Rumah pasien yang lembab tanpa ventilasi memungkinkan tungau bertahan lebih
lama.
V. PEMECAHAN MASALAH
Sebagai dokter keluarga, langkah-langkah yang kami ambil adalah sesuai dengan prinsip-
prinsip kedokteran keluarga sebagai berikut:
1. Personal
a. Memberikan penjelasan tentang skabies kepada ibu pasien sebagai pengasuh yang
sehari-hari bersama pasien, apa penyebabnya, bagaimana cara penularannya, gejala-
gejala, dan cara pengobatan yang tepat.
b. Memberikan penjelasan pada pasien bahwa penyakit skabies bisa sembuh apabila
berobat secara teratur jadi walaupun keluhan sudah tampak membaik pengobatan harus
tetap dilakukan sampai beberapa hari sehingga tungau benar-benar mati.
c. Memberi penjelasan mengenai penyakit status gizi dari pasien, apa-apa saja yang
kemungkinan menjadi penyebab berat badan pasien yang tidak bisa naik sesuai
umurnya, apa saja yang bisa terjadi apabila gizi buiruk ini terus berlanjut selain dapat
mengganggu pertumbuhan juga berdampak pada perkembangan walaupun saat
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 12/18
12
kunjungan perkembangan pasien menurut tes denver masih sesuai umur namun harus
tetap diperhatikan tingkat konsumsi pasien dan pengaturan pola makan agar intake
makanan bisa lebih baik serta pemebrian vitamin.
d. Memberi penjelasan kepada ibu pasien bahwa penyakit skabies ini sangat berhubungan
dengan lingkungan dan prilaku hidup bersih jadi disarankan kepada ibu pasien untuk
mencuci sprei dengan air panas, menyetrika pakaian anak, menjaga kebersihan tubuh
anak, memakaikan sendal ketika bermain di tanah. Serta memperbaiki ventilasi di
rumah sehingga cahaya bisa masuk dan kamar tidak lembab yang mempermudah hidup
tungau penyebab skabies.
2. Komprehensif
Pencegahan Primer :
a. Memberikan penjelasan kepada ibu pasien tentang Skabies, penyebabnya, bagaimana
cara penularannya, gejala-gejala, dan cara pengobatan Skabies (Promosi kesehatan ).
b. Menyarankan kepada ibu pasien dan anggota keluarga yang lain agar makan makanan
yang cukup bergizi serta mengatur pola makan yang baik (Promosi kesehatan).
c. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang pentingnya membersihkan rumah,
pentingnya ventilasi dengan membuat ventilasi atau jendela ± (Promosi kesehatan).
d. Menganjurkan agar ibu pasien tidak sampai tertular skabies dari anaknya dengan
menyampaikan cara pencegahannya, yaitu
Mengganti sprei secara teratur minimal 2x seminggu, kasur setidaknya dijemur
sebulan sekali
Menjaga kebersihan rumah serta merapikan benda-benda yang tidak terpakai
selain mengurangi nyamuk juga dapat mencegah hidupnya tungau penyebab
skabies
Pencegahan Sekunder :
a. Memberikan pengobatan skabies yang tepat dan mengingatkan pasien untuk tetap rajin
mengoleskan obat pada anaknya walaupun keluhan telah berkurang (Pengobatan tepat).
b. Mengingatkan pasien apabila terdapat anggota keluarga yang mengalami gejala yang
sama untuk cepat berobat ke puskesmas (Deteksi dini).
c. Mencuci pakaian yang dipakai anaknya dengan merendam pada air panas kemudian
disetrika untuk membunuh tungau.
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 13/18
13
d. Memberikan makanan tambahan untuk terapi pemulihan berupa susu SGM presinutri
dan biscuit susu secara berkala selama 3 bulan serta memberikan pola pemberian makan
yang tepat untuk anak-anak serta tambahan vitamin. Apabila anak tidak mau makan
disrankan untuk memberikan makanan dengan frekuensi yang sering walaupun dalam
porsi kecil dan menimbang berat badan secara rutin tiap bulan.
Pencegahan Tersier :
a. Apabila pasien mengalami sakit lain sebaiknya cepat memeriksakan penyakitnya dan
mengobatinya untuk menghindari timbulnya komplikasi.
b. Menjelaskan kepada pasien bahwa terdapat banyak komplikasi dari apabila terjadi gizi
buruk dalam jangka waktu yang panjang (misal :penyakit infeksi yang dapat menjadi
lebih berat). Menyarankan pasien memeriksakan diri apabila terjadi penyakit yang tidak
sembuh-sembuh dengan pengobatan biasa. Penyakit skabies yang dialami bisa berakibat
buruk dengan status gizi pasien. Bisa terjadi infeksi sekunder oleh bakteri dan paling
buruk bisa terjadi sepseis.
c. Menjelaskan kepada penderita bahwa terdapat banyak komplikasi dari penyakit gizi
buruk, yakni status gizi yang sangat dibawah idealnya, dimana penderita akan gampang
terkena penyakit oleh karena imunitas menurun,perkembangan anak menjadi terganggu
(postur tubuh pendek dan kurus), bila terjadi pada golden period maka yang ditakutkan
adalah perkembangan otaknya terganggu, tingkat intelegensi menjadi rendah, penurunan
perkembangan kognitif, dan terganggunya perhatian.
d. Menjelaskan kepada pasien mengenai efek samping obat agar dioleskan secara tepat
sesuai petunjuk
3. Berkesinambungan
a. Memantau perkembangan pasien untuk penyakit skabies dan mengecek luasnya lesi
pada kulit pasien. Pasien saat ini dianjurkan untuk datang ke puskesmas karena saat
kunjungan tidak membawa obat untuk skabies serta mengontrol penyakitnya seminggu
setelah pengobatan.
b. Mencatat rekam medis pasien yang berisi perkembangan penyakit pasien. Pengisiin
berat badan yang tepat pada KMS dan melihat perkembangan berat badan pasien tiap
bulan setelah diberikan terapi pemulihan
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 14/18
14
c. Menggunakan sistem pendampingan keluarga karena keluarga juga termasuk keluarga
miskin diharapkan pihak banjar dapat memberi bantuan untuk meringankan beban
ekonomi dengan memprioritaskan bantuan dari pemerintah serta pemberian kartu
askeskin sehingga mempermudah keluarga pasien berobat serta pihak puskesmas tidak
hanya pemantauan kesehatan pasien tetapi juga keluarganya. Dalam hal ini ayah pasien
juga harus diberikan pengobatan untuk skabies.
4. Koordinatif dan kolaboratif
a. Menyarankan kepada keluarganya untuk ikut berpartisipasi aktif dalam pengawasan
makan pasien agar peningkatan berat badan pasien bisa optimal. Mengantar pasien
setiap kali ada posyandu di balai banjar.
b. Menjaga kebersihan tubuh pasien dan melakukan pengobatan skabies serta bersama
menjaga lingkungan untuk mencegah penularan.
c. Melakukan koordinasi dengan bidan posyandu untuk terus memantau berat badan
pasien serta merujuk ke puskesmas apabila ditemukan masalah saat posyandu.
d. Bekerjasama dengan pihak desa untuk memprioritaskan pasien apabila terdapat bantuan
untuk keluarga miskin atau membantu dengan memberikan kesempatan kerja sesuai
kompetensi orang tua pasien.
5. Mengutamakan pencegahan
a. Mengingatkan ibu pasien untuk tetap rajin mengoleskan obat skabies walaupun keluhan
telah berkurang dan menyarankan ayah pasien juga berobat
b. Menjelaskan kepada ibu pasien bagaimana cara-cara untuk mencegah penularan
penyakit skabies kepada orang-orang di sekitarnya. Adapun cara-caranya adalah sebagai
berikut:
Mencuci semua pakaian yang dipakai oleh pasien dengan sebelumnya direndam
dengan air panas jika bisa disetrika serta sprei karena tungau bisa menempel
Menjemur kasur pada terik matahari untuk membunuh tungau
Rajin memandikan pasien dan setelah memegang pasien seharusnya mencuci
tangan, menjaga kesehat tiap anggota keluarga sehingga imunitas lebih baik dan
tidak mudah tertular
Tidak memakai handuk secara bersama-sama, mencuci semua handuk yang sudah
pernah dipakai untuk membunuh tungau
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 15/18
15
Merapikan barang-barang yang ada di rumah agar rumah tampak rapi selain
mengusir nyamuk juga bisa membunuh tungau yang menempel di ruangan
Membuka jendela kamar yang ada sehingga sinar matahari masuk dan membantu
membunuh tungau selain itu adanya ventilasi mampu memberikan pertukaran
udara kamar dengan udara luar yang lebih segar. Menyiram lantai rumah yang
terbuat dari tanah agar debu tidak beterbangan karena anak dengan gizi buruk
mudah mengalami infeksi.
Mengingatkan pasien dan keluarganya apabila terdapat anggota keluarga yang
mengalami gejala yang sama seperti pasien, yaitu gatal-gatal terutama di malam
hari, muncul bentol-bentol merah di sela-sela jari ketiak maupun di area tubuh
lain untuk cepat memeriksakan diri ke puskesmas.
Melakukan deteksi dini pada seluruh anggota keluarga yang kontak erat dengan
pasien sebaiknya juga berobat untuk mencegah skabies
Menganjurkan pasien dan keluarganya untuk menjaga dan mengatur pola makan
yang sehat (dengan kurangi makanan yang berlemak, banyak mengandung gula,
dan perbanyak konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan).
Menganjurkan pasien dan keluarganya untuk mengadakan olah-raga bersama
secara teratur minimal 3x seminggu, dan menjadikan olah raga bersama sebagai
bagian dari kebiasaan hidup. Sehingga system imunitas juga lebih baik dan tidak
mudah terserang infeksi
Menyarankan kepada anggota keluarga pasien untuk rileks dan tabah dalam
menjalani hidup serta meningkatkan hubungan spiritual dengan Tuhan yang Maha
Esa. Bagaimanapun kondisi perekonomian sebaiknya tetap memperhatikan
kondisi kesehatan karena sehat belum tentu dengan makanan yang mahal.
6. Menimbang keluarga, masyarakat dan lingkungannya
a. Memberikan penjelasan mengenai kondisi pasien saat ini kepada keluarga. Jelaskan
bahwa penyakitnya ini bisa sembuh, tetapi dengan syarat harus patuh menjalani
pengobatan yang agak lama, sehingga peran keluarga disini sangatlah besar. Dan tidak
perlu takut tertular penyakitnya asal diperhatikan cara-cara pencegahannya.
b. Memberikan penjelasan kepada keluarga bahwa penyakit yang dideritanya adalah
penyakit yang sangat menular, meskipun demikian penularannya masih bisa dicegah
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 16/18
16
dengan misalnya mencuci tangan setelah kontak, menjaga daya tahan tubuh dengan
asupan gizi yang memadai serta dengan menjaga kebersihan lingkungan serta ventilasi
rumah yang cukup, mencuci pakaian bekas yang dipakai pasien
c. Memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga untuk memberikan pengobatan
untuk kepentingan pencegahan kepada anggota keluarga yang lain maupun anak-anak
lain yang sering bermain bersama pasien
d. Menjelaskan mengenai pengobatan pasien, bahwa meskipun pengobatannya agak lama,
namun obat dapat diperoleh dengan gratis menggunakan kartu askeskin
e. Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga pasien tentang pentingnya hidup sehat
antara lain mengatur pola makan seimbang, olah raga teratur, tidak merokok dan minum
minuman beralkohol.
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 17/18
17
FOTO KUNJUNGAN RUMAH
A. Sumur sebagai sumber air keluarga dan
tempat menjemur pakaian
B. Ruang tengah rumah pasien
C. Foto keluarga pasien. Nenek pasien, ayah
pasien, dan ibu pasien
D. Gambar kaki pasien, tampak papul
eritema tanda penyakit skabies
7/16/2019 Laporan Kasus Kedokteran Keluarga Skabies
http://slidepdf.com/reader/full/laporan-kasus-kedokteran-keluarga-skabies 18/18
18
E. Dapur F. Foto bersama kelian dusun, bidan desa,
pemegang program gizi, dokter muda
Dian, ayah pasien, ibu pasien, dan nenek
pasien
G. Foto bersama kelian dusun, bidan desa,
pemegang program gizi, dokter muda Vina,
ayah pasien, ibu pasien, dan nenek pasien
Recommended