BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai bidang termasuk bidang
farmasi. Semakin banyaknya industri-industri farmasi yang turut menerapkan kemajuan
teknologi, semakin meningkat pula jumlah produk-produk farmasi yang tersedia untuk
masyarakat. Industri farmasi saat ini tidak hanya memfokuskan perhatian pada bidang
pembuatan dan penyediaan obat, melainkan juga telah mencakup berbagai produk yang tersedia
dalam masyarakat seperti makanan dan kosmetik. Dalam penyediaan suatu produk farmasi
dipergunakan berbagai senyawa-senyawa yang dikombinasikan satu dengan yang lain untuk
menghasilkan suatu senyawa baru yang sangat bermanfaat.
Kimia Analitik merupakan salah satu cabang ilmu kimia yang mempelajari tentang
pemisahan dan pengukuran unsur atau senyawa kimia. Dalam melakukan pemisahan atau
pengukuran unsur atau senyawa kimia, memerlukan atau menggunakan metode analisis kimia.
Kimia analitik mencakup kimia analisis kualitatif dan kimia analisis kuantitatif. Analisis
kualitatif menyatakan keberadaan suatu unsur atau senyawa dalam sampel, sedangkan analisis
kuantitatif menyatakan jumlah suatu unsur atau senyawa dalam sampel (Wirwayan, 2011).
Contoh penerapan analisis kuantitatif yaitu pada reaksi argentometri. Argentometri
berasal dari bahasa latin argentum, yang berarti perak. Argentometri merupakan salah satu cara
untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar
pembentukan endapan dengan ion Ag+ . Biasanya, ion-ion yang ditentukan dalam titrasi ini
adalah ion halida (Cl-, Br-,I-) (Febrina, 2012). Oleh karena itu, dibuat praktikum analisis
kuantitatif dengan metode argentometri pada praktikum kali ini, agar dapat mengetahui kadar
dari larutan Cl- dalam larutan NH4Cl.
1.2 Tujuan
Memahami prinsip dasar metode argentometri dan menetapkan kadar ammonium klorida dengan
metode argentometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
Argentometri merupakan metode umum untuk menetapkan kadar halogenida dan
senyawa-senyawa lain yang membentuk endapan dengan perak nitrat (AgNO3) pada suasana
tertentu. Metode argentometri disebut juga dengan metode pengendapan karena pada
argentometri memerlukan pembentukan senyawa yang relatif tidak larutatau endapan. Reaksi
yang mendasari argentometri adalah : AgNO3 + Cl- AgCl(s) + NO3 - (Gandjar, 2007).
. Titrasi argentometri adalah titrasi dengan menggunakan larutan perak nitrat sebagai
titran, dimana terbentuk garam perak yang sukar larut (1).
Titrasi pengendapan atau argentometri didasarkan atas terjadinya pengendapan
kuantitatif, yang dilakukan dengan penambahan larutan pengukur yang diketahui kadarnya pada
larutan senyawa yang hendak dititrasi. Titik akhir tercapai bila semua bagian titran sudah
membentuk endapan (2).
Argentometri dimana terbentuk endapan (ada juga argentometri yang tergolong
pembentukan kompleks) dibedakan atas 3 macam berdasarkan indikator yang dipakai untuk
penentuan titik akhir, yaitu :
a. Cara Mohr
Titrasi pertama untuk penentuan ion klorida dan bromida dalam larutan, sedangkan
indikator yang dipakai adalah kalium kromat (K2CrO4) dan larutan baku AgNO3 sebagai titran.
Pada titik akhir kromat terikat oleh ion perak membentuk senyawa yang sukar larut berwarna
merah bata. Disini terjadi pengendapan 2 tingkat yaitu pembentukan AgCl dan pembentukan
Ag2CrO4. Perak klorida merupakan garam sukar larut sehingga konsentrasi ion klorida tinggi,
maka AgCl diendapkan.
b. Cara Volhard
Ion halogen diendapkan oleh ion perak berlebih, kelebihan ion perak dititrasi dengan NH4SCN
atau KSCN. Indikator yang digunakan adalah besi (III) nitrat atau besi (III) amonium sulfat,
sampai titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titran dan ion perak membentuk endapan putih :
Ag+ + SCN- AgSCN (putih)
Sedikit kelebihan titran kemudian bereaksi dengan indikator, membentuk ion kompleks yang
sangat kuat warnanya (merah).
SCN- + Fe3+ FeSCN2+
Yang larut dan mewarnai larutan yang semula tidak berwarna.
c. Cara Fajans
Dalam titrasi secara Fajans digunakan indikator adsorbsi. Indikator adsorbsi adalah zat yang
dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna, penyerapan ini
dapat titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH. Indikator
ini adalah asam lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion
perak. Misalnya fluoresein yang dapat digunakan dalam titrasi ion klorida dalam suasanan netral
(Harjadi, 1986)
Untuk penentuan langsung halogenida dapat dengan titrasi Mohr yang menggunakan iod
dan amilum sebagai indikator. Secara tidak langsung, ion halogenida dan halogen organik setelah
penyabunan atau penguraian oksidatif dan dititrasi dengan Volhard (2).
Ada tiga tipe titik akhir yang digunakan untuk titrasi dengan AgNO3 yaitu:Potensiometri,
Amperometri, dan Indikator kimia. Titik akhir potensiometri didasarkan pada potensial electrode
perak yang dicelupkan kedalam larutan analit. Titik akhir amperometri melibatkan penentuan
arus yang diteruskan antara sepasang mikroelektrode perak dalam larutan analit (Skogg,1965).
Titik akhir yang dihasilkan indikator kimia, biasanya terdiri dari perubahan
warna/muncul tidaknya kekeruhan dalam larutan yang dititrasi. Syarat indikator untuk titrasi
pengendapan analog dengan indikator titrasi netralisasi, yaitu (Skogg,1965) :
1. Perubahan warna harus terjadi terbatas dalam range pada pfunction darireagen /analit.
2. Perubahan Warna harus terjadi dalam bagian dari kurva titrasi untuk analit.
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, W., (1986), “Ilmu Kimia Analitik Dasar”, Gramedia, Jakarta, 176, 179, 181
Roth, H.J., dkk, (1998), “Analisis Farmasi”, UGM Press, Yoyakarta, 252,253,254,255
Said, S., dkk, (1994), “Analisis Kimia Farmasi Kuantitatif”, Lembaga Penerbitan UNHAS,
Makassar, 81
Skogg. 1965. Analytical Chemistry Edisi Keenam. Sounders College Publishing: Florida.
Gandjar, G. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka pelajar: Yogyakarta.
Recommended