LAPORAN TUGAS AKHIR
PROSES PELIPUTAN DAN PRODUKSI BERITA PAWARTOS NGAYOGYAKARTA
TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna
memperoleh sebutan ahli madya (AMd.) di bidang komunikasi terapan
Oleh : RINA ASTUTI
D1405049
PROGRAM D3 KOMUNIKASI TERAPAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2008
PERSETUJUAN
TUGAS AKHIR
PROSES PELIPUTAN DAN PRODUKSI BERITA PAWARTOS
NGAYOGYAKARTA
Karya
Nama : RINA ASTUTI
NIM : D.1405049
Konsentrasi : Penyiaran
Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Tugas Akhir Program
DIII Komunikasi Terapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 2008
Mengatahui
Dosen Pembimbing
Drs. A. Eko Setyanto, M.Si
ii
PENGESAHAN
Tugas akhir ini telah diuji dan disahkan oleh Panitia Ujian Tugas
Akhir Program DIII Komunikasi Terapan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian Akhir
1. Drs. Dwi Tiyanto, SU
Ketua
2. Drs. A. Eko Setyanto, M.Si
Anggota
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Dekan
Drs. Supriyadi, SN. SU
NIP 130 814 593
iii
PERSEMBAHAN
Dengan penuh syukur dan sayang , penulis persembahkan secar khusus Laporan
Tugas Akhir ini kepada:
Pak’e dan bu’e, terimakasih atas limpahan kasih sayang
yang tak terukur dalamnya..
Mas Edy, kakakku terhebat sepanjang masa..
Tria danYusuf, adik-adikku tersayang..
Mas Nugroho, calon suamiku tercinta, terimakasih atas
hari-hari yang bermakna..
Semua orang yang aku sayangi dan yang menyayangi aku,.
jazakumullah khoiro katsiro..
I LOVE YOU ALL
I DO..
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah hirobbil’alamin
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena limpahan rahmat dan hidayah-
NYA, penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul PROSES
PELIPUTAN DAN PRODUKSI BERITA PAWARTOS NGAYOGYAKARTA
JOGJA TV, sebagai tugas dan syarat meraih gelar Ahli Madya program DIII
Komunikasi Terapan (Broadcasting) FISIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Laporan Tugas Akhir ini masih
menyisakan banyak kekurangan. Tetapi sebagai langkah menuju penyempurnaan,
kritik dan saran membangun akan selalu penulis nantikan demi menyempurnaan
Laporan Tugas Akhir agar semakin baik.
Laporan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, ilmu dan
kerja sama dari mereka sangat membantu penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
Penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Supriyadi Sri, SU. Dekan Fisip UNS, selaku pelindung
pelaksanaan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Drs. A. Eko Setyanto, Msi, selaku Ketua Program D3 Komunikasi
Terapan dan Pembimbing penyusunan Laporan Tugas Akhir.
3. Sihar Harianja, selaku pembimbing kegiatan magang Kuliah Kerja Media
di Jogja TV, yang telah banyak memberikan masukan pada penulis baik
langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan KKM.
vi
4. Wempi Gunarto dan Luh Eka, selaku Redaktur Pelaksana Jogja TV , mbak
Widi selaku Humas Jogja TV, penulis ucapkan terima kasih atas waktu
dan segala informasi yang diberikan sehingga dapat tersusunya Laporan
Tugas Akhir ini.
5. Seluruh rekan-rekan di Jogja TV, mas Andrew, mas Timbul, mas Nunus,
mas Edhot, mas Shandy , Ucup selaku kru kameramen Jogja TV, mas
Faisal, terima kasih atas kekompakan dan kerja samanya (serta tambahan
ilmu dan kosa kata baru) selama penulis magang. J
6. Mbak Nita, mbak Firta, mbak Diana , mbak Edna (& Mas Wawan thanks 4
de tarix jabrik), selaku tim Reporter Jogja TV , terimakasih atas segala
ilmu dan kebersamaan yang membuat penulis selalu nyaman.
7. Seluruh tim yang bertugas dalam divisi News Jogja TV, terima kasih
semuanya.
8. Teman-teman satu kost, Fanda, Rollies, Verry, Banjir, Petobo. Mari
tunjukan pada dunia bahwa Qt adalah tim yang solid. Terima kasih atas
perjuangan bersamanya selama di kost. Mizz U all…
9. Tia, Icha, Dhida, Ulfa (we are SPICE GIRL!), terima kasih atas segala
bantuan dan persahabatan yang hangat dari kalian. You R my best sistas..
Luph U all J
10. Nuri, Budi, Dion, Dian, makasih ya atas kunjunganya ke kost yang
sumpek dan bermasalah..^_^
11. Christ & Tommy, makasih atas semua bantuan angkut-angkutnya nya
sampai tiba di Jogja..
vii
12. Teman-teman seperjuangan di BROADCAST ’05. Semangatzz…! J
13. Keluarga di Panularan Pak Yus, Lik Tun & Harry (atas pinjeman
komputernya), matur nuwun…
14. Keluarga di Cemani, terimakasih atas semuanya…
15. Semua pihak yang yang tak dapat disebutkan satu per satu yang telah
memberikan semangat kepada penulis selama penyusunan Laporan Tugas
Akhir ini hingga terselesaikan.
Akhir salam, semoga seluruh bantuan yang telah diberikan dari
semua pihak berbuah berkah dari Allah SWT. Penulis berharap semoga Laporan
Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan lebih memberikan arti bagi kita semua.
Surakarta,
Penulis.
viii
DAFTAR ISI
JUDUL
PERSETUJUAN
PENGESAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III DESKRIPSI INSTANSI
3.1 Sejarah Jogja TV
3.2 Dasar Pemikiran Jogja TV
3.3 Program Unggulan Jogja TV
3.4 Alamat dan Jangkauan Area Jogja TV
3.5 Arti Logo Jogja TV
3.6 Langkah ke depan Jogja TV
3.7 Konsep Dasar jogja TV
i
ii
iii
iv
v
vi
ix
1
1
5
7
23
23
26
27
27
28
30
31
1.
ix
BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA
1. Laporan Kegiatan Kuliah Kerja Media
2. Program Acara Berita di Jogja TV
3. Tahapan Produksi Program Berita Pawartos Ngayogyakarta
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
3. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
32
37
39
46
48
48
51
52
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program pendidikan DIII Komunikasi Terapan FISIP Universitas Sebelas
Maret Surakarta Tahun Akademik VI / 2005 merupakan program pendidikan
tinggi Ahli Madya. Program ini bertujuan mempersiapkan mahasiswa sebagai
calon praktisi komunikasi pada era globalisasi.
Seiring perkembangan jaman peranan teknologi semakin mendominasi
kehidupan masyarakat, khususnya teknologi komunikasi. Dalam
perkembangannya, teknologi komunikasi dituntut untuk dapat menyuguhkan
informasi teraktual dan memudahkan masyarakat untuk mendapatkannya. Saat
ini, persaingan media masa semakin keras, untuk itu dibutuhkan tenaga ahli
dan praktisi yang berkompeten dibidang ini agar dapat menyuguhkan
informasi yang berkualitas.
Program DIII Komunikasi Terapan Universitas Sebelas Maret ada untuk
mempersiapkan Ahli Madya yang handal dengan ilmu yang telah dibekali
ilmu dan siap mempraktekkannya dalam masyarakat.
Dalam program pendidikan DIII Komunikasi Terapan ini, para
mahasiswanya diberikan peluang untuk dapat mempraktekan secara optimal
semua ilmu yang telah didapat selama menempuh pendidikan.
Kesempatan yang diberikan kepada mahasiswa tersebut merupakan
kebijaksanaan dari pihak Fakultas. Mahasiswa berkesempatan untuk
1
melaksanakan Kuliah Kerja Media di lingkungan media pemerintah ataupun
swasta. Dalam melaksanakan Kuliah Kerja Media ini, para mahasiswa
diharapkan untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan tersebut di Lembaga
instansi ataupun swasta yang sesuai atau berkaitan dengan bidang ilmu yang
dipelajari masing-masing.
Sesuai dengan jurusan komunikasi terapan (Broadcast), penulis memilih
untuk melakukan Kuliah Kerja Media di sebuah stasiun televisi. Penulis
memilih Televisi sebagai media praktek karena televisi sebagai bagian dari
kebudayaan audio visual merupakan medium paling berpengaruh dalam
membentuk sikap dan kepribadian masyarakat secara luas. Hal ini disebabkan
oleh satelit televisi dan pesatnya perkembangan jaringan televisi yang
menjangkau masyarakat hingga ke daerah terpencil. Kultur yang dibawa oleh
televisi dengan sendirinya mulai bertumbuh di masyarakat. Apalagi yang
esensial dari kultur ini pada hakekatnya sudah dikenal sejak lama, sebelum
media tulis dan cetak menggesernya.
Unsur esensial dari kebudayaan televisi berupa penggunaan bahasa verbal
dan visual, sekaligus dalam rangka menyampaikan sesuatu seperti pesan,
informasi, pengajaran, ilmu ,dan hiburan. Sebelum kebudayaan tulis dan cetak
berkembang, orang sudah menggunakan bahasa verbal dan visual, misalnya
wayang kulit, pengajaran dengan menggunakan tembang, dan orang tua yang
mendongeng untuk anak-anaknya merupakanmassa kebudayaan audio visual
lama. Seorang ahli mengatakan sebagai kebudayaan lisan pertama. Itulah
sebabnya jaman audio visual dengan media elektronik disebut kebudayaan
lisan kedua.
Tidak mengherankan televisi memiliki daya tarik yang luar biasa apabila
sajian program dapat menyesuaikan dengan karakter televisi dan manusia.
Manusia terbiasa dengan televisi berarti manusia yang memiliki ekstensi
(perpanjangan) dari mata dan telinganya. Sebagaimana manusia memiliki
perpanjangan kakinya, yaitu roda (ketika ia mengendarai motor atau mobil), ia
menjadi lebih kuat, lebih cepat, dan lebih terburu. Demikian juga manusia
yang memiliki perpanjangan mata dan telinganya secara psikis juga berubah.
Ia ingin mendengar dan melihat lebih luas , lebih banyak variasi dan lebih
cepat. Maka program televisi juga menyusaikan karakter penonton.
Televsi memiliki keunggulan dibanding media massa lainnya karena
merupakan perpaduan antara audio dari segi penyiarannya visual dari segi
gambar gambar bergeraknya . Audio menyampaikan pesan dalam bentuk
suara,sedangkan visual melalui gambar-gambar bergerak pendukung
kejelasan dari pesan yang ingin disampaikan.
Siaran berita televisi juga disebut sebagai jurnalisik televisi, merupakan
jurnalistik elektronik. Pengolahan berita dalam televisi lebih cepat dan
penyebarannya juga lebih cepat karena melalui udara langsung diterima oleh
khalayak. Kecepatan berita tidak dihitung dengan hari melainkan dengan jam,
bahkan dapat langsung disiarkan saat peristiwa itu terjadi,oleh karena itu
msayarakat lebih dominan memilih televisi sebagai sumber berita dari pada
media massa yang lainnya.
Dengan adanya kebijaksanaan dari Fakultas dan alasan diatas , penulis
memilih kesempatan untuk menjalankan Kuliah Kerja Media di PT.
Yogyakarta Tugu Televisi Jogja TV, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Jogja TV adalah salah satu televisi swasta lokal yang pertama berdiri di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam penyelenggaraan siarannya, Jogja TV
mengangkat sektor pendidikan, sektor budaya, sektor perekonomian dan
sektor pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya.
Pada kesempatan ini, penulis mengambil subyek Proses Peliputan Dan
Produksi Berita Pawartos Ngayogyakarta Jogja TV, dengan alasan, penulis
adalah mahasiswa Program DIII Komunikasi Terapan (Penyiaran) FISIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta yang secara formal telah mempelajari dan
mendapat bekal dalam bidang ilmu jurnalistik. Dengan bekal ilmu yang
dimiliki oleh penulis, penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan dan
melakukan secara langsung proses liputan sebagai reporter dan menulis
naskah. Praktek tersebut sangat berguna bagi penulis karena penulis dapat
lebih memahami dan mengerti bidang jurnalis secara teori dan praktek.
Praktek kerja lapangan sangat membantu bagi penulis sebagai Ahli Madya
Komunikasi Terapan yang dituntut harus mahir tidak hanya dalam teori, tetapi
juga dalam praktek di lapangan.
Penulis mengambil obyek pembuatan berita bahasa Jawa Pawartos
Ngayogyakarta Jogja TV sebagai bahan penulisan Laporan Tugas Akhir
karena Pawartos Ngayogyakarta merupakan salah satu program berita yang
diunggulkan oleh Jogja TV, Pawartos Ngayogyakarta memiliki audience atau
pemirsa yang berbeda dengan program lainnya, karena Pawartos
Ngayogyakarto adalah berita Bahasa Jawa yang menyuguhkan berita variasi
berita mulai berita-berita teraktual sampai feature, program berita Pawartos
Ngayogyakarto ditujukan kepada masyarakat menengah ke bawah, karena
program ini ditunjukkan untuk masyarakat Jawa pada umumnya dan
masyarakat Yogyakarta khususnya. Oleh karena itu penulis ingin lebih
mengetahui dan memahami seperti apa dan bagaimana proses kerja produksi
Pawartos Ngayogyakarta pada tahap peliputan dan produksi berita Pawartos
Ngayogyakarta.
Tahap peliputan dan produksi berita Pawartos Ngayogyakarta Jogya TV
adalah tahap yang terpenting dari proses pembuatan acara berita. Dibutuhkan
teknik dan reportase yang baik oleh para reporter berita televisi agar dapat
menghasilkan berita yang baik dan berkualitas. Diperlukan ahli dalam
jurnalistis yang mampu mengangkat hal terpenting dan terdalam di setiap
topik liputan dan juga diperlukan para tenaga yang handal dalam produksi
berita yang baik pula.
B. Tujuan
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan atau Kuliah Kerja Media yang
dilaksanakan penulis selama 1 bulan lamanya, terhitung dari tanggal 1 April
sampai dengan 30 April 2008, di devisi News atau pemberitaan sebagai
reporter.
Adapun tujuan penulis melaksanakan Kuliah Kerja Media adalah sebagai
berikut :
1. Penulis ingin mengetahui bagaimana mekanisme kerja redaksi dalam
stasiun TV, khususnya divisi News.
2. Penulis ingin merasakan langsung proses peliputan berita. dapat
melakukan langsung bagaimana menulis naskah berita televisi dengan
baik dan benar
3. Penulis ingin mengikuti proses pembuatan berita dari pra hingga berita
siap tayang.
4. Penulis ingin mempraktekan ilmu jurnalistik yang didapat di bangku
perkuliahan.
5. Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna
memperoleh gelar ahli madya di bidang komunikasi terapan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Informasi adalah benda abstrak yang digunakan untuk mencapai tujuan
positif atau sebaliknya. .(Wahyudi,1992 :11).
Fungsi media massa dalam menyuguhkan informasi kepada masyarakat
dalam segala kondisi :
- Fungsi peringatan (warning). Media massa mempunyai fungsi
mengingatkan masyarakat misalnya akan ada bahaya tertentu, sesutu
yang dilakukan berkaitan dengan kewajiban yang harus ditunaikan,
dan lainya.
- Fungsi agenda setting. Seharusnya media massa piawai dalam
merumuskan hal-hal yang dianggap pentimg, merumuskan hal-hal
yang dianggap penting , merumuskan hal-hal yang semula tidak
disadari sebagai sesuatu yang bernilai kemudian menjadi sesuatu yang
perlu dijunjung tinggi dan diperjuangkan. Fungsi tersebut
sesungguhnya dapat membantu negara (pemerintah) dalam
merumuskan realitas sosial sebagai input pengambilan keputusan bagi
masyarakat (publik policy).
- Fungsi kepuasan (gratification). Keterbetasan eksperesi menyebabkan
produksi jurnalistik cenderung monoton dan mengakibatkan
kejenuhan.
7
- Fungsi kontrol sosial. Keterbatasan ekspresi menyebabkan media
massa tidak dapat membantu masyarakat dalam mengontrol
kekuasaan.
- (Panuju, 2005 :8)
Informasi-informasi merupakan serangkaian peristiwa yang dihimpun dan
sesegera mungkin disammpaikan kepada masyarakat luas, penyampaian
komunikasi dengan massa dapat dilakukan secara langsung seperti dalam pidato
(retorika), dapat juga dengan sarana media massa. Media massa ada yang periodik
seperti surat kabar / majalah (tercetak), radio, film, televisi (elektronika), dan ada
yang nonoperiodik seperti buku, leaflet, selebaran, spanduk, dan sebagainya.
Akibat dari perkembagan teknologi informasi, muncul media massa baru
yangbersifat interaksi atau arus informasi yang berjalan dua arah, yang lazim
disebut telematika, antara lain televisi kabel interaksi dan komputer komunikasi.
( Wahyudi, 1992: 8).
Dari pengertian diatas dapat ditelusuri bahwa segala bentuk infomasi bisa
menjadi berita yang sesegera mungkin dipublikasikan. Berita disebut juga news,
dalam pengertian sederhana Program news berarti suatu sajian laporan berupa
fakta atau kejadian yang memiliki nilai berita (unusual, factual, esensial) dan
disiarkan melalui media secara periodik. (Wibowo, 2007 : 132)
Penyajian berita tak luput dari peran jurnalis dan ilmu Jurnalistik.
Jurnalistik atau journalisme berasal dari perkataan journal, artinya catatan harian
atau catatn mengenai kejadian sehari-hari, atau catatan mengenai kejadian sehari-
hari, atau bisa juga berarti surat kabar. Jounal berasal dari kata latin diurnalis,
artinya harian atau tiap hari. Dari perkataan itulah lahir kata jurnalis, yaitu orang
yang melakukan pekerjaan jurnalis.(Budyatna, 2005 :15).
Dalam proses reportase harus memperhatikan teknik wawancara yang baik
denagan narasumber sehingga menghasilkan jawaban atau informasi yang
berbobot. Perencanaan harus disiapkan dengan matang. Bila narasumber
marupakan seorang pejabat penting maka reporter harus membuat janji terlebih
dahulu dan melakukan pendekatan secara pendekatan secara pribadi dengan baik
sehingga dapat melaksanakan wawancara dalam suasana yang lebih nyaman.
Dalam menggali informasi seorang wartawan harus selalu memegang
prinsip 5 W + 1 H yaitu :
- What (apa) : Dapatkan cerita tentang apa yang terjadi didalamnya.
- When (kapan) : Catatan hari dan waktu.
- Where (dimana) : Dapatkan lokasi kejadian dan gambarkanlah.
- Why (mengapa) : Mengerti apa yang menjadi penyebab peristiwa itu.
Apa yang menyebabkan konflik, dan bila ada, bagaimana
pemecahanya?
- Who (who) : Dapatkan identitas lengkap dari siapa orang yang terlibat
dan selalu mengecek ejaanya untuk keteletian.(Ishwara, 2005:36)
Informasi yang mengandung nilai berita dan sudah disajikan melalui
media massa periodik. Peristiwa / pendapat / realita akan menghasilkan fakta.
Uraian tebtang fakta di sebut informasi. Bila informasi ini mengandung nilai
berita maka disebut berita. Jadi batasan beruta dapat disusun sebagai berikut :
- Berita adalah uraian tentang peristiwa / pendapat / realita yang
mengandung nilai berita dan sudah disajikan melalui media massa
periodik.
- ATAU : Berita adalah uraian tentang fakta yang mengandung nilai
berita dan sudah disajikan melalui media periodik.
- ATAU : Berita adalah informasi yang mengandung nilai berita dan
sudah disajikan melalui media periodik. (Wahyudi, 1985 : 32)
Dari bentuknya berita menjadi dua :
- Hard News (Berita Lugas) : Berita yang berasal dari suatu kejdian
yang baru saja pecah (aktual) yang akan menarik perhatian sebagian
besar publik yang harus segera mungkin disampaikan secepatnya.
Berita ini padat berisi informasi fakta yang disusun berdasarkan urutan
yang paling penting.
- Soft News (Berita Halus) : Berita yang berasal dari suatu peristiwa
yang memang tidak bisa disajikan atau sulit disampaikan sebagai
berita lugas. Reportase dalam bentuk berita halus, seperti feature,
sebagai penulisan cerita yang kreatif, subyektif, yang dirancang untuk
mrnyampaikan informasi dan hiburan kepada khalayak. (Ishwara,
2005: 58). Features merupakan bagian dari kegiatan pemberitaan.
Sumbernya tetap pada berita. Beritanya bukan berita biasa melainkan
berita yang khusus. Peliputanya lengkap. Features ialah a full length
special news sotry. Yang menjadi perhatian adalah situasi dan proses.
Dalam meliput suatu peristiwa, tidak mungkin sang wartawan
menyiapkannya (menyiapkan peristiwa itu) lebih dulu. Sebaliknya,
feature dapat dibuat dengan menyiapkan beberapa shot tertentu.
Persiapan semacam itu bagaimanapun tidak boleh merupakan tindakan
ilegal, yaitu mengada-ada hingga membuatnya sebagai suatu
sandiwara. Kewajiban harus tetap dipertahankan dalam menyiapkan
shot tertentu.(Idris, 1987 : 70)
- Investigative News (berita mendalam) : Berita yang reportasenya yang
dilakukan dengan mengungkapkan fakta yang terbuka maupun tertutup
hingga dapat dihasilkan hasil berita yang lebih lengkap dan
menyeluruh (fakta dan realita). Selain pengumpulan fakta dari sumber
resmi maupun perlu ditambah degan peneluduran melalui sumber
kunci yang diyakini mempunyai kredibilitas tinggi tentang peristiwa
yang diungkap sehingga dihasilkan sebuah dihasilkan sebuah berita
yang lebih mendalam. (Ishwara, 2005: 58)
Jurnalistik televisi adalah jurnalisik audio visual. Unsur visual dalm sajian
berita atau laporan di televisi mengandung peranan penting
Televisi adalah “televisi siaran (television broadcast) yang merupakan
jaringan komunikasi yang berlansund satu arah , komuniktornya melebaga,
pesanya bersifat umum, sasaranya menimbulkan keserempakan dan
komunikasinya heterogen” (Uchjana Effendy, 1993 :21)
Seperti media massa lainnya televisi pada pokoknya memiliki tiga fungsi,
yakni fungsi penerangan, pendidikan, dan hiburan (Uchjana Effendy, 1993 :21)
1. Fungsi Penerangan (the information function)
Sejak pertama kali diperkenalkan pada masyarakat, televisi sudah
melakukan fungsi penerangan dalm bentuk pemberitauan. Karenanya,
televisi dianggap sebagaimedia massa yang mampu menyiarkan informasi
yang memuaskan. Hal ini disebabkan dua faktor yang terdapat pada
televisi yang merupakan media massa audio visual tersebut. Pertama
adalah faktor “immediacy” dan “realism”
Dalam fungsi sebagai sarana penerangan, televisi, selain
menyiarkan informasi dalam bentuk siaran pandangan mata, atau berita
yang dibacakan penyiar, namun dilengkapi pula dengan gambar-gambar
yang faktual sehingga menambahtigkat kepercayaan masyarakat
- Immediacy
Mencakup pengertian langsung dan dekat. Televisi menyajikan
peristiwa yang dapat dilihat dan didengar oleh khalayak pada saat
peristiwa tersebut berlangsung, sehingga kalayak seola-olah ada di
etmpat peristiwa terjadi. Meskipun halayak jauh dari tempat
kejadian namun dapat menyaksikanya dengan jekas dari jarak yang
amat dekat.
- Realism
Mengandung makna kenyataan. Hal ini berarti bahwa stasiun
televisi menyiarakan informasinya secara audio visual dengan
perantaraan mikrofon dan kamera secar apa adanya sesuai denagn
kenyataan yang terjadi.
2. Sebagai media komunikasi (the educational function)
Sebagai media komunikasi massa televisi merupakan saran yang
ampuh untuk menyiarkan acar pendidikan kepada khalayak yang
jumlahnya begitu banyak secar simultan. Stasiun televisi menyarkan acara-
acara pendidikan secar teratur kepada masyarakat sehingga sesuai dengan
makna pendidikan, yakni meningkatkan pengetahan dan penalaran
masyarakat. Namun terdapat juga hal ini disebut sebagai Educational
Televisi (ETV), yakni acara pendidikan yang disispkan kedalam siaran
yang sifatnya umum, sehingga acara pendidikan tersebut dapat merupakan
pendidikan formal bagi masyarakatacara-acar pada stasiun televisi ang
menyiarkan acara secar implisit mengandung pendidikan, misalnya
sinetron religi, fragmen, ceramah, film, dll.
3. Fungsi Hiburan (The intertainment Function)
Televisi memberikan kepuasan sesaat pada pemirsanya melalui
gambar-gambar hidup srta suara seperti kenyataan, dan dapat dinikmati
oleh seluruh anggota keluarga dan khalayak dengan latar belakang yang
berbeda-beda. Fungsi hiburan inilah yang merupakan fungsi dominan dari
televisi, karena program acara yang disajikan oleh televisi didominasi oleh
acara hiburan. Namun tidak semua program acar hiburan yang
ditayangkan televisi memiliki pengaruh positif bagi khalayak, terutama
anak-anak, terlebih saat televisi mengalami kemajuan dalam segi
estetikanya.
Dalam jurnalistik televisi berarti pengetahuan mengenai penyiaran catatan
harian dengan segala aspeknya, meliputi teknik meliput hal –hal atau peristiwa –
peristiwa yang terjadi dalm masyarakat, mengolahnya menjadi berita dan
menyebarluaskanya kepada khalayak (Uchjana Efendi, 1993 : 169). Hal –hal yang
erat hubunganya dengan jurnalistik televisi antara lain:
1. Penyuntigan berita televisi (TV news Editing)
Pada stasiun televisi kerabat kerja yang bertugas dalam
penyusunan naskah berita dinamakn news editor. News editor tidak hanya
menyusun dan menyajikan suara penyiar, namun juga harus
memperhatikan suasana yang menyangkut hal yang diberitakan secara
viual baik dalam bentuk gambar hidup (motion picture) maupun gambar
diam (sill picture)
2. Kebijaksanaan pemberitaan
Terdapat tiga bentuk organisasi penyiaran :
- Swasta (Privat enterprice)
- Milik pemerintah (Government own)
- Koorporasi (Publik Coorporation)
3. Gaya Berita Televisi
Berita televisi mempunyai prinsip yang sama dengan media massa
lainnya, akan tetapi terdapat perbedaan pada mental set khalayak yang
bersifat pasif. Oleh krena itu , gaya berita televisi adalah “gaya obrolan”
atau conversationalstyle. Kata – kata yang lazim yang disusun dalam
kalimat yang singkat , dibacakan dengan jelas dan tegas , berlaku write as
you talk.
Siaran televisi terdiri dari siaran non berita dan siaran berita . siaran berita
bersifat politis dengan mengutamakan jurnalistiknya. Karenanya penyajian produk
siaran televisi, terutama program berita harus memikirkan masalah sinkronisasi.
Yaitu kesesuaian antara naskah yang dibaca dan gambar yang ditampilkan. Isi
pesan dalam berita harus memenuhi rumus Easy Listening Formula, artinya
mudah dimengerti pada awalnya. Hal ini sangat berkaitan erat dengan pemilihan
kata-kata yang mudah dimengerti dan dipahami, didengar dengan cara
penyampaian yang baik. (Wahyudi, 1984 :6)
Televisi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat masyarakat
akan informasi elalui program acara, khususnya dalam bentuk berita. Dalam
penyajian program acara berita menark minat khalayak tentunya dan tentunya
dapat dipercaya kebenaranya.
Dalam bukunya J.B Wahyudi , suatu sajian siaran berita televisi harus
memenuhi ciri – ciri :
- Siaran berita harus mengutamakan segi jurnalistiknya.
- Terikat oleh waktu.
- Sasaranya bukan hanya kepuasan khalayak namun juga kepercayaan
khalayak.
- Memenuhi keinginan khalayak akan informasi yang baru (aktualitas).
- Improvisasi dari penyaji terbatas karena mengutamakan segi
faktualitas.
- Terkait pada kode etik (profesi kewartawanan)
- Penyusunan kata dalam siaran berita pada ekonomi kata dan bahasa.
- Faktual dan menyerap realitas.
Pada sebuah sajian acara berita televisi didukung oleh kemampuan
teknologi , berita haruslah memiliki nilai atau bobot (news value) yang meliputi :
1. Significance (penting)
Peristiwa itu berkemungkinan mempengaruhi orang banyak, atau yang
memiliki akibat terhadap kehidupan penikmat berita.
2. Magnitude (besar)
Kejadian itu menyangkut angka – angka yang berati bagi kehidupan orang
banyak atau kejadian itu bersifat kolosal.
3. Timeliness (waktu)
Peristiwa tersebut harus aktual , hangat atau termassa ; menyangkut hal-hal
yang baru terjadi.
4. Proximity (dekat)
Kejadian yang memiliki kedekatan dengan penikmat berita , baik secara
geografis maupun emosional / psikologis.
5. Prominence (tenar)
Peristiwa menyangkut hak atau orang yang terkenal atau sangat dikenal
oleh penikmat berita.
6. Humman Interest (manusiawi)
Menyangkut hal –hal yang bisa menyentuh perasaan penikmat berita
Bahasa yang digunakan dalam media televisi adalah model bahasa sekilas
dengan. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting, sehingga
penerimaan pesan oleh khalayak harus dapat diterima dengan baik. Bahasa untuk
berita televisi penyusunannya harus dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat
ditngkap pemirsa dalam sekilas dengar. Hal ini disebabkan berita yang disiarkan
kepada khalayak melalui televisi yang serba cepat dengar dan lihat dan cepat pula
hilangnya . namun berita televisi hanya dibacakan sekali saja, tidak diulang-ulang.
kalaupun diulang, pengulangan tersebut tentu pada jam yang berbeda sehingga
bahasa yang digunakan dalam televisi adlah sebagai berikut :
- Sederhana , tidak bercampur aduk dengan kata-kata asing atau kata-
kata yang kurang dikenal oleh para penonton .
- Kalimat – kalimat hendaklah pendek , langsung kepada sasaran, tidak
berbeli-belit
- Menghindari pemakaian kalimat terbalik (inverted setence).
- Pokok kalimat dan kalimat diusahakan berdekatan letaknya.
- Mata uang asing diberi persamaanya dalam bahasa Indonesia.
- Memberikan sedikit penjelasan mengenai benda atau kata saing yang
kurang lazim digunakan. (Idris ,1979 :6)
Penulisan dalam menyusun berita televisi mempunyai standar tesendiri.
Pada berita lugas (hard news), wartawan ingin menyampaikan informasi yang
penting. Maka pembukaan atau lead ditempatkan pada awal berita, yang isinya
berupa fokus peritiwa atau ringkasan tentang apa yang terjadi. Karena itu dusebut
pembuka ringkasan (summary lead). Pembukaan ini harus didukaung oleh
penjelasan yang isinya memperkuat informasi dalam pembukaan, misalnya
pernyataan-pernyataan atau kutipan yang menjelaskan masalah utamanya dan
keterangan lain yang berhasil digali wartawan.
Pada berita lunak, wartawan ingin bercerita.maka ia tidak memulai
ceritanya dengan pembukaan ringkasan yang berisi fokus peristiwa seperti pad
berita lugas. Wartawan memilih kalimat pembuka yang lebih kreatif, yang
memancing pembaca, sehingga kalimat atau paragraf yang berisi fokus atau
gagasan utama itu tidak lagi ditempatkan pada awal cerita.(Ishwara, 2005 : 117)
Struktur penulisan naskah berita televisi harus selalu mengingat 5 unsur:
- Accurancy : penulisan harus tepat.
- Brevity : penulisan harus ringkas.
- Clarity : penulisan harus jelas.
- Simplicity : penulisan harus simple / praktis.
- Sincerity : penulisan harus bisa dipercaya. (Wahyudi, 1985 : 42)
Satu hal yang juga perlu diperhatikan dalam penulisan naskah berita
adalah lead berita. Lead adalah kepala barita atau tatanan kalimat di awal berita
yang menggambarkan hal apa yang hendak diinformasikan, sehingga khalayak
langung bisa mengetahui.
Lead adalah bagian penting karena :
- Sesuai dengan kelemahan media televisi yang sepintas, maka lead bisa
menjadi jembatan sebagai penggugah minat.
- Khalayak perlu dipersiapkan untuk mendengar berita, atau biasa
disebut dengan tune in.
- Lead mampu menampilkan pesan inti sebuah informasi yang akan
disajikan panjan lebar pada bagian tubuh berita.
Teknik Piramida Terbalik merupakan teknik penulisan yang digunakan
sebagai rumus penulisan naskah berita televisi. Mengingat sifat berita televisi itu
induktif, artinya harus dikemukakan yang penting dahulu baru diikuti oleh yang
kurang penting, maka pembuatan berita tersebut menggunakan teknik Piramida
Terbalik.
What’s The News
Set The Scene
Context
Background
Other Detail
Keterangan :
- What’s the News : Topik bertanya (who, what, when)
- Set the scene : Pemaparan (why, where)
- Context : Hubungan permasalahanya (how, why)
- Back ground : Latar belakang
- Other details : Keterangan yang lain
Jurnalistik televisi adalah jurnalisik audio visual. Unsur visual dalm sajian
berita atau laporan di televisi mengandung peranan penting
Selain hal diatasteknik pennyajian dalam medium televisi lebih bervariatif
karena mengandung makna suara (audio) juga mengandung makna gambar
(visual).
1. Sistem ROSS : adalah teknik penyajian berita dimana reporternya /
redaktur aktif mencari, mengumpulkan, menyeleksi, mengolah berita dan
menyajikanya sendiri berita tersebut dengan merekamsuaranya lebih
dahulu kedalam visual yang tersediasecara sinkron. Disini reporter /
redaktur penyaji harus menyebutkn identitas diri, dari manamelaporkan,
dan untuk stasiun televisi mana dia melaporkan. Teknik penyjian ini tidak
dapat dilakukan pada media massa lainya
Sistem ini mempunyai 4 cara penyajian, yaitu :
a. Reporter on the spot and on the screen (reporter berada ditempat
kejaian dan muncul sebentar dilayar televisi).
b. Reporter on the spot and off the screen (reporter berada ditempat
kejadian tetapi tidak muncul dilayar televisi).
c. Reporter off the spot and on the screen (reporter tidak berada di
tempat kejadian diambil gambarnya dan melaporkan seakan-
akan berada ditempat kejadian).
d. Reporter off the spot and off the screen (reporter tidak berada di
tempat kejadian dan tidak berada di tempat kejadian)
2. Dibacakan oleh penyiar berita : Naskah dibbuat oleh redaksi sedangkan
penyiar berita tinggal membacanya.
3. Voice Over : Naskah dibuat / reporter dan dibacakan oleh siapa saja asal
memiliki volume suara standar, dengan merekam suaranya terlebih dahulu
secara sinkrondengan visual yang ada. (Wahyudi 1985 : 37-38)
Dalam jurnalistik teleivisi, unsur visul bukan sekedar unsur tambahan atau
dukungan pada berita verbal. Unsur visual merupakan sajian berita itu sendiri,
bukan sekedar ilustrasi dari uraian dari berita verbal. Unsur visual justru memilki
nilai berita yang lebih tinggi dan lebih obyektif. Betapapun kecilnya pembuat
berita verbal masih mengikut sertakan opini di dalam kalimat – kalimat yang
disusun. Namun, gambar kejadian adalah obyektif dalam arti tertentu. Oleh karena
sudut pengambilan dari kamerawan pada obyeknya dan pemikiran gambar untuk
dibayangkan atau dibuang oleh editor, tetap saja dapat dikatakan subyektif. Hanya
bagaimanapun peristiwa sebagai kejadian yang diliput tetap obyktif.
Untuk sajian unsur visual dikenal 4 materi berupa hasil liputan:
1. Visual Object and Hot New (VOHN). Materi hasil liputan peristiwa atau
wawancara dan isi pernyataan saat itu. Beberapa lingkungan masih
menggunakan istilah visual aids (gambar pembantu atau ilustrasi). Namun
istilah itu kini sudah tidak tepat lagi mengingat dalam jurnalistik
televisigambar tidak lagi sekedar sebagai ilustrasi berita.
2. Shooting on the Field Operation Back-up (SFOB). Tambahan liputan
untuk melengkapi materi visual yang sudah ada. Sering kali seorang
otoritas menguraikan sesuatu yang penting selama satu atau sat setengah
menit. Apabila selama itu hanya wajah otoritas itu yang diminculkan,
sajian akan tersa lamban. Oleh karena itu, diperlukan gambar-gambar
tambahan dari apa yang diuraiakan.
3. Full Library Operation Back-up (FLOB). Seluruh materi visual yang
diperoleh dari kepustakaan, seperti stock shoots, foot-ages, dan grafik
yang lain.
4. Gabungan dari ketiga materi itu. Karena unsur visual merupakn unsur
yang cukup penting maka kerja sama antara reporter dan kamerawan harus
terjalin dengan baik. Mata dan pikiran mereka seolah menyatu. Aneh
sekali jika kamerawan dalam meliput sesuatu kejadian memiliki point of
interest sendiri, sedangkan reporterbya memliki perhatian yang berbeda.
(Wibowo, 2007 :104)
BAB III
DESKRIPSI INSTANSI JOGJA TV
3.1 SEJARAH JOGJA TV
Berawal dari keprihatinan situasi bernegara berbangsa dan
bermasyarakat yang semakin terkotak-kotak dalam lingkup yang tidak
sehat. Sementara keadaan ekonomi bangsa kian terpuruk dalam suasana
yang makin runyam. Pendidikan bangsa yang makin kehilangan bobot,
situasi politik yang menunjukkan demokrasi yang tidak sehat. Berdasar
semua itu kemudian lahirlah pemikiran bagaimana bisa mempertahankan,
paling tidak, atau kalau mungkin memperbaiki situasi ini dengan
menggunakan tradisi budaya. Lantaran tradisi budaya bangsa yang masih
melekat di hati sanubari masyarakat Indonesia. Hanya dengan tradisi
budaya saja, bangsa yang dilahirkan dari tradisi budaya yang beraneka
ragam, mungkin bisa disadarkan kembali akan jati dirinya.
Tradisi budaya nusantara yang semakin ditinggalkan dan
ditanggalkan hanya karena globalisasi dan modernisasi kembali ditemu
kenali untuk dilestarikan dalam nuansa menjalin kembali kepribadian
bangsa yang tercabik-cabik oleh arus globalisasi.
Ideologi ini dikembangkan dan diwujudkan dalam sebuah wahana
yang bernama televisi. Ideologi tanpa komersialisasi tidaklah dapat lestari.
Oleh karena itulah Jogja TV tampil menyuarakan kepentingan aspirasi
masyarakat yang ingin didengar dan ingin disapa dalam nuansa natural
alamiah yang tidak tercabut dari akar tradisinya.
Mengawal tradisi tiada henti, itulah motonya.
Dengan mengambil logo bak warangka keris bernuansakan warna
kuning dan hijau mau dikedepankan lambang persatuan sinar kesetiaan
manusia dalam sinar terang Ilahi.
Jogja TV sebagai warangka dan masyarakat luas sebagai kerisnya,
Jogja TV hendak mewujudkan semboyan curiga manjing warangka,
persatuan suara masyarakat dengan tekad Jogja TV. Tentu cita-cita Jogja
TV tidak sekadar mewadahi aspirasi budaya masyarakat yang tidak ada
arah dan tujuannya. Tetapi dengan mengedepankan tayangan-tayangan
yang berbobot dan berkualitas diharapkan Jogja TV mampu menghadirkan
sebuah budaya masyarakat Indonesia yang indah, dalam suasana
kedamaian, ketenteraman, tanpa adanya sekat-sekat perbedaan yang tidak
menguntungkan.
Justru adanya perbedaan yang terjadi di negeri ini harus disadari
sebagai sebuah anugerah dari Tuhan yang semakin menyadarkan manusia
Indonesia bahwa hidup di dunia ini tidak hanya sekelompok, yang terasing
dari lingkungan yang penuh warna warni dalam nuansa budaya manusiawi
yang penuh martabat dan berkewibawaan.
Bukan sebuah kebetulan kalau tayangan-tayangan yang
mengemuka adalah seni-seni tradisi yang ada di bumi pertiwi ini dalam
berbagai versi. Semua ditata dan diatur dalam sebuah benang merah
menata kembali mosaik budaya negeri yang penuh kearifan dan falsafah
kehidupan yang adikodradi.
Seni-seni tradisi yang masih lestari ditampilkan dalam berbagai
aspek kehidupan. Tentu saja semua itu tidaklah ada artinya tanpa adanya
isi dan bobot filosofi yang diemban dan yang menjadi misi dari seni tradisi
itu sendiri. Oleh karena itulah diharapkan tayangan-tayangan yang muncul
dalam berbagai aspek entah itu pemberitaan, entah itu program tayangan,
dan lain sebagainya diharapkan memberikan paling tidak tiga aspek , baik
itu sebagai tontonan, bisa juga merupakan tuntunan , yang membawa
masyarakat ke dalam tatanan yang selaras dengan martabat bangsa ini
yang hendak mencapai cita-cita bersama adil makmur sejahtera
berdasarkan atas ideologi bangsa yakni Pancasila.
Bukannya Jogja TV tidak menyadari bahwa misi yang diembannya
terlalu ideologis. Tetapi itulah pilihan yang memang membawa
konsekuensi yang tidak ringan. Sebutlah mengapa televisi swasta ini tidak
berupaya keras mengejar rating dengan tayangan yang berbau
komersialisasi yang tinggi. Sebab pilihan telah menentukan bahwa
tayangan Jogja TV haruslah mempunyai bobot hidup yang bisa ditawarkan
kepada masyarakat luas.
Kalau ada sementara kalangan menilai logo Jogja TV adalah
sumping, hiasan telinga dalam tradisi Nusantara, memang tidaklah salah
seratus persen. Hal ini terjadi lantaran Jogja TV ingin mendengarkan desah
keresahan masyarakat sampai di akar rumput yang paling dasar untuk bisa
disaring dan diolah kembali serta ditayangkan dalam nuansa keindahan
dalam upaya menciptakan masyarakat yang pluralis yang penuh dengan
semangat kegotongroyongan, bahu membahu, tolong menolong, kasih
mengasihi dan saling –asih-asah- asuh.
3.2 DASAR PEMIKIRAN JOGJA TV
Keprihatinan kita semua tentang maraknya keinginan disintegrasi.
Maraknya ekslusifitas golongan yang sudah mengarah kepada semakin
suburnya S A R A di bumi Indonesia.
1. Alam yang sudah tidak lagi menjadi sahabat manusia, malah dirusak,
dan semangat edonisme yang meminggirkan semua kearifan local yang
dipunyai oleh leluhur Nusantara ini..
2. Dengan caranya sendiri alam protes dengan munculnya bencana alam
di bumi Indonesia yang terus berkesinambungan.
3. Banyaknya praktek-praktek birokrasi yang tidak lagi selaras dengan
nilai-nilai luhur yang dikedepankan para leluhur bangsa ini dalam ‘
hamemayu hayuning bawono’..
4. Tidak adanya rasa memiliki negara dan bangsa Indonesia secara utuh
dan berkesinambungan, munculnya budaya tidak malu dalam
mengeruk uang rakyat.
5. Setiap masa dari kita memiliki peran dan memanfaatkannya talenta
masing-masing disertai kematangan berpikir dan bersikap, serta rasa
yang semakin ‘menep’ dan ‘wening’. Dalam berbangsa dan
bermasyarakat. Dan Jogja TV mampu memberikan pencerahan dalam
hal ini lewat berbagai tayangan.
6. Di tengah suasana kondisi sekarang ini, dituntut peran yang
menyejukkan, menyeimbangkan, serta akomodatif. Apabila ada
fenomena yang kebablasan perlu sedikit dikendalikan. Sebaliknya
yang lamban dipacu dan didorong. Keseimbangan seperti ini
merupakan bagian dari kultur leluhur kita untuk melestarikan nilai
budaya adiluhung yang perlu dirawat dan dilestarikan agar tetap
tercipta situasi yang kondusif. Dan itu semua bisa dilakukan lewat
tayangan di Jogja TV, dalam berbagai bentuk dan ragam dan cara.
3.3 PROGRAM UNGGULAN DAN PRESTASI JOGJA TV
Beberapa program acara unggulan Jogja TV adalah Seputar Jogja,
Pawartos Ngayogyakarta, Inyong Siaran, Klinong-Klinong Campursari,
Rolasan, Jelajah Kampus dan Dokter Kita.
Prestasi dan penghargaan yang pernah diraih Jogja TV diantaranya
adalah Pemenang Iklan Layanan Masyarakat Televisi Terbaik dalam
Ajang Anugerah Kebudayaan 2006 Media Massa dan Iklan dan
Nominator Peraih “Cakram Award 2006” untuk kategori “Televisi Lokal
Terbaik”.
3.4 ALAMAT DAN JANGKAUAN AREA JOGJA TV
Alamat : Jogja TV, Jln. Wonosari KM 9
Sendangtirto, Berbah Sleman
0274- 451900, Fax, 0274-451800
Daya pancar Jogja TV sebesar 8 KW, coverage area meliputi
Yogyakarta, Bantul, Sleman, Gunung Kidul dan Kulonprogo. Tidak hanya
itu coverage area Jogja TV meliputi Surakarta, Boyolali, Sukoharjo,
Wonogiri, Sragen dan Klaten. Sedangkan beberapa daerah lainnya adalah
Magelang, Purworejo, Kutoarjo, Banjarnegara, sebagian Kebumen,
Wonosobo, Temanggung dan sekitarnya.
3.5 ARTI LOGO JOGJA TV
3.5.1 Konsep
Jogja TV merupakan salah satu pilar kekuatan yang turut
mengembangkan kebudayaan adiluhung Yogyakarta sebagai Daerah
Istimewa demi tercapainya masyarakat yang dinamis dan bercitra
budaya tinggi,sehingga mampu mengembangkan basis tradisi yang ada
menjadi sebuah inovasi di segala bidang kehidupan sosial, seni
budaya, ekonomi, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.5.2 Deskripsi
Secara keseluruhan logo berbentuk sebuah “WARANGKA KERIS”
yang dipadukan dengan tulisan Jogja TV dengan menggunakan jenis
font Scie Field yang berkesan modern. Hal ini memvisualisasikan
bahwa manusia dalam mengarungi kehidupannya bagaikan gelombang
(tercermin dalam Luk Keris) yang penuh dinamika.
Dinamika ini merupakan suatu keanekaragaman budaya dan tradisi
yang terus dilestarikan dan dikembangkan guna mencapai taraf
kehidupan manusia yang madani, damai, dan sejahtera bagi kehidupan
masyarakat Yogyakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya.
3.5.3 Keris
Merupakan sebuah senjata perang yang diandalkan oleh para prajurit
keraton yang memiliki kekuatan dalam menghadapi peperangan. Keris
ini memvisualisasikan bahwa Jogja TVadalah merupakan sebuah
senjata yang cukup ampuh untuk menyemangati masyarakat
Yogyakarta dalam membangun daerahnya, dan bangsa pada umumnya
dalam segala bidang kehidupan. Kekuatan dan keberanian ini juga
merupakan modal utama dalam menghadapi tantangan era global,
dimana Yogyakarta berperan sebagai pintu gerbang pariwisata,
penjaga tata nilai dan budaya, pelestari tradisi adiluhung, dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Keris merupakan cermin dinamika kehidupan manusia yang dinamis
dan penuh tantangan. Memberi rasa percaya diri dan memberi
semangat yang besar bagi masyarakat Yogyakarta.
3.3.4 Warna Hijau
Memvisualisasikan kesuburan alam Yogyakarta yang perlu
dilestarikan dan dikembangkan demi kesejahteraan masyarakatnya.
Warna hijau juga mencerminkan citra masyarakat Yogyakarta yang
damai, aman, dan nyaman dilandasi dengan kultur budaya yang sarat
dengan nilai-nilai dan norma peradaban yang madani.
3.5.5 Warna Kuning
Memvisualisasikan bahwa Jogja TV mempunyai visi dan kekuatan
dalam mengembangkan nilai-nilai budaya masyarakat Yogyakarta.
Dimana kraton sebagai kiblatnya.
3.5.6 Tulisan Jogja TV
Merupakan perpaduan antara jenis font Scie Field dengan Swiss
721 BdRnd BT yang mengesankan seperti tulisan Jawa. Hal ini
memvisualisasikan sebuah kedinamisan perpaduan antara budaya
nenek moyang dengan perkembangan era modern sekarang ini.
3.6 LANGKAH KE DEPAN JOGJA TV
3.6.1 Menanggapi keprihatinan nasional tentang nilai-nilai keluhuran budaya
Nusantara yang kian terpinggirkan oleh sikap hidup hedonis, maka perlu
kembali disosialisasikan semangat cinta alam yang terbalut dalam
semangat “Trihita Karana- Aku – Alam – Allah’. Dan semua itu bisa dikaji
dan digali dari semangat tradisi Nusantara di manapun suku-suku
Nusantara ini berada.
3.6.2 Di tengah kondisi seperti sekarang ini dituntut peran yang menyejukkan
yang mampu menjembatani, menyeimbangkan, dan akomodatif
berdasarkan nilai-nilai budaya yang ada di bumi Nusantara.
3.6.3 Saling mengenal satu budaya dengan budaya lain mendatangkan kebaikan
yang akibatnya langsung bisa saling menghargai saling bahu membahu
dalam membangun bangsa yang majemuk ini. Peran ini bisa terwujud
kalau kita mau terbuka dan jujur, mau menerima budaya suku lain dalam
semangat kemajemukan, Bhineka tunggal ika, tan hana dharma mangrwa.
3.7 KONSEP DASAR JOGJA TV
BAB IV
PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA
4.1 LAPORAN KEGIATAN KULIAH KERJA MEDIA
Selama melaksanakan kegiatan KKM, penulis didampingi oleh
Sihar Harianja selaku redaktur pelaksana dan pembimbing KKM. Penulis
melaksanakan magang atau Kuliah Kerja Media ini selama satu bulan
terhitung dari tanggal 1 April sampai dengan 30 April 2008. Berikut ini
adalah penjelasan tentang kegiatan yang telah penulis laksanakan selama
menjalankan Kuliah Kerja Media di divisi News(Pemberitaan) Jogja TV.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan penulis dalam 5 periode
yaitu :
1. Periode I : 1 April 2008 s.d 5 April 2008
a. Menyesuaikan diri dengan lingkungan dan keadaan
kantor,bekenalan dengan para kru dan karyawan,antara lain
reporter,kameramen, coordinator,dan lain lain.
b. Berlatih re-write berita koran menjadi naskah berita televisi
c. Ikut terlibat dalam liputan ke PemKab Bantul tentang Desain tata
ruang menyangkut pemberian insentiv kepada investor asing ( 3
April 2008)
d. Melihat proses pengisian suara (VO) naskah berita (3 April 2008)
e. Terlibat dalam liputan ke SLB N1 Wonosari serta membuat naskah
hasil liputan tersebut ( 4 April 2008)
f. Terlibat dalam liputan sosialisasi program konvergas di 5
Kecamatan di kab.Bantul, meliput kerajinan batu dan fosil di
Kecamatan Pleret, Bantul serta membuat naskah berita kedua hasil
liputan tersebut (5 April 2008).
Pada minggu pertama, tepatnya pada hari pertama sampai hari ke-3,
penulis lebih banyak melakukan obsevasi dan beradptasi dengan
lingkungan divisi News (Pemberitaan) . Hal ini dikarenakan belum adanya
pembagian jadwal kegiatan KKM oleh pemimbing. Kendala yang dihadapi
adalah belum mengenal betul bagaimana mekanisme kerja di divisi News
dan belum mengenal para kru yang bertugas di divisi News. Pada hari ke-
4, sudah mulai bergabung dengan tim liputan agar mengerti proses
peliputan secara langsung. Untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi,
penulis banyak bertanya kepada pembimbing dan para kru yang bertugas
dalam divisi News.
2. Periode II : 7 April 2008 s.d 12 April 2008
a. Terlibat dalam tim liputan “Tingginya Para Pencari Kerja ” di
Kulon Progo, pada Senin, 7 April 2008.
b. Terlibat dalam tim liputan “Pemberantasan Miras Dan Narkoba” &
liputan “Diseminasi Hasil Aresmen perekonomian DIY” di Bantul,
pada Selasa, 8 April 2008.
c. Terlibat dalam tim liputan “Kelangkaan Minyak Tanah Dan LPG ”
di Kulon Progo, pada Rabu, 9 April 2008.
d. Terlibat dalam tim liputan “Pembuatan SIM Keliling” di Gunung
Kidul, pada Kamis, 10 April 2008.
e. Liputan “Ikan hias Hasil Tangkapan penduduk” di Pantai Kukup
Gunung Kidul, pada Jum’at 11 April 2008. (Hasil liputan ini telah
tayang di program Pawartos Jogja).
f. Liputan “Pengrajin Nata De Coco dan Expornya ” di Kulon Progo
, pada Sabtu 12 April 2008. (Hasil liputan ini telah tayang di
program Pawartos Jogja).
g. Liputan “ Turunya Omzet Pasar Gabusan” dan “Lomba Perkutut
menyambut HUT PT. Madu Baru, Madukismo” di Bantul pada
Minggu 13 April 2008.
h. Membuat semua naskah hasil liputan.
Setelah kurang lebih kurang lebih 1 minggu bergabung dengan tim liputan,
akhirnya pada minggu ke-2 penulis dipercaya untuk melakukan liputan
sebagai reporter tunggal dan dipartnerkan dengan 1 kameramen. Untuk
mengatasi kesulitan dalam berperan sebagai reporter tunggal ini, penulis
banyak bertanya pada kameramen, koordinator liputan atau pembimbing,
tentang wacana liputan dan tentang penyusunan naskah siar.
3. Periode III : 14 April 2008 s.d 19 April 2008
a. Liputan “Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok” di Pasar Bantul,
Bantul, Senin, 14 April 2008.
b. Liputan “Kenaikan Harga Kebtuhan Pokok & VoxPop” di Pasar
Wonosari, Gunung Kidul, Selasa, 15 April 2008.
c. Liputan Feature “Ladang Cabai Hijau”, Bantul, Rabu, 16 April
2008.
d. Liputan “Lomba Desa Tingkat Kecamatan”, Wonosari, Gunung
Kidul, Kamis, 17 April 2008.
e. Liputan “Prediksi Kunjungan Wisata & Pengembangan Wisata
Minat Khusus” Jum’at, 18 April 2008.
f. Liputan Feature “Budidaya Cocoa Dengan Metode Sambung
Pucuk” Sabtu, 19 April 2008.
g. Membuat semua naskah hasil liputan.
Pada periode ke-3 ini penulis sudah memperoleh banyak kemajuan,
penulis sudah mengerti bagaimana menyusun naskah berita TV yang benar
dan bagaimana berperan sebagai reporter yang bertugas sebagai peliput
berita dan koordinator lapangan.
4. Periode IV : 21April 2008 s.d 26 April 2008
a. Liputan Feature “Budidaya Cocoa Dengan Metode Sambung
Pucuk” Senin, 21 April 2008.
b. Liputan “Pembukaan Pameran Seni Rupa Ba’al” Bantul, Selasa, 22
April 2008.
c. Liputan “Kedelai Gagal Panen” Gunung Kidul, Rabu, 23 April
2008.
d. Liputan “Sosialisasi bahaya Global Warming”, Kamis 24 April
2008.
e. Liputan “Audensi Bernas” Kantor Jogja TV, Sleman, Jum’at 25
April 2008.
f. Liputan “Dialog Pendidikan & Gelar Seni” Jogjakarta, Sabtu 26
April 2008.
g. Membuat semua naskah hasil liputan.
5. Periode V : 28April 2008 s.d 30 April 2008
a. Liputan “Sosialisasi Kanker”, Wonosari, Gunung Kidul, Senin, 28
April 2008.
b. Liputan Feature “Semangka Gagal Panen” Pantai Trisik, Kulon
Progo, Selasa, 29April 2008.
c. Liputan “Ketoprak Alat-Alat Cinta” Bantul Kota, 30April 2008.
d. Membuat semua naskah hasil liputan.
Dalam melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Media di Jogja TV selama 1
bulan, penulis merasa belum mengoptimalkan ilmu yang dimiliki karena
yang dilakuan oleh penulis selama 1 bulan adalah fokus pada kegiatan
liputan dan keredaksian. Sedangkan penulis pada kegiatan KKM ini,
penulis tidak sempat mengamati dan tidak dapat terlibat langsung dalam
proses produksi berita. Pada proses editing berita, penulis hanya
diperkenankan untuk mengamati tetapi tidak terlibat secara langsung.
Tetapi penulis merasa puas karena semua berita hasil peliputan yang
dilakukan oleh penulis selalu layak dan disairkan dalam program berita
Seputar Jogja dan Pawartos.
4.2 PROGRAM ACARA BERITA DI JOGJA TV
Kegiatan Kuliah Kerja Media (KKM) DIII Penyaiaran FISIP
Universitas Sebelas Maret Surakarta dilaksanakan oleh penulis di Jogja
TV pada divisi News (Pemberitaan). Penempatan ini sesuai dengan latar
belakang ilmu Jurnalistik yang telah didapatkan oleh penulis selama
perkuliahan di DIII Penyiaran FISIP UNS. Selain itu juga sesuai dengan
minat penulis yang ingin mendalami mengenai ilmu Jurnalistik.
Didalam divisi News (pemberitaan) di stasiun Jogja TV
mempunyai struktur organisasi yang diandalkan dalam proses kinerja
dalam divisi, hal tersebut akan penulis terangkan melalui bagan berikut ini.
1. Struktur Organisasi Divisi News
Penanggung Jawab
Wakil Penanggung Jawab
Redaktur Pelaksana
Seputar Berita Pawartos Pawartos Pawartos Good Jogja Malam Ngayogyakarto Enjing Sonten Morning
Reporter Kameramen
2. Proses Kinerja Divisi News
Produser
Koordinator Liputan
Reporter Kameraman
Melaksanakan Liputan
Editor Naskah
Kameramen mengedit gambar
Editor Paket
Produser Master Control
Di stasiun Jogja TV sendiri mempunyai beberapa mata acara yang
termasuk dalam kategori berita, yaitu :Good Morning; yakni berita dalam
bahasa Inggris, Seputar Jogja ;yakni berita teraktual seputar Jogja dan
sekitarnya, disampaikan dalam bahasa Indonesia, Berita Malam, dan
Pawartos, program Pawartos sendiri dibagi menjadi 3; yakni Pawartos
Enjing yang tayang secara langsung setiap pagi pukul 07.00 WIB,
Pawartos Sonten pukul 16.00 WIB, & Pawartos Ngayogyakarto yang
tayang secara langsung setiap malam pukul 19.30 WIB , ketiganya adalah
program berita yang menggunakan bahasa Jawa sebagai pengantarnya.
Namun dalam hal ini, penulis hanya akan membahas mengenai Proses
Peliputan & Produksi Berita Pawartos Ngayogyakarto.
Pawartos Ngayogyakarto merupakan program berita harian yang
menampilkan kejadian-kejadian aktual yang lebih ringan soft news atau
feature yang tetap mempunyai nilai Jurnalistik. Penggunaan bahasa Jawa
pada program Acara Pawartos, khususnya Pawartos Ngayogyakarto
mempunyai maksud agar tetap lestari di kalangan pemirsa, khususnya para
generasi muda. Selain itu, penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa
pengantar, bermaksud agar memberi nuansa lain pada penyajian berita dan
dapat memberian suguhan berita yang mudah dicerna bagi masyarakat
menengah ke bawah serta masyarakat Jawa (khususnya Jogja dan
Sekitarnya) yang lebih familiar dengan bahasa Jawa.
4.3 TAHAPAN PRODUKSI PROGRAM BERITA PAWARTOS
NGAYOGYAKARTO
Dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Media ini penulis juga
mendapatkan banyak pengalaman dan memperoleh ilmu Jurnalistik lebih
dalam, karena penulis mengikuti langsung bagaimana proses produksi
berita. Khususnya mengenai proses pembuatan naskah berita, yang terkait
dengan reporter dan redaktur. Sehingga dalam hal ini penulis lebih banyak
melakukan observasi di bagian keredaksian dan kegiatan liputan di
lapangan.
Dari hasil pengamatan penulis selama melakukan kegiatan KKM,
adapun tahapan produksi berita di Jogja TV yaitu sebagai berikut :
1. Perencanaan
Sebelum melakukan liputan, diperlukan perencanaan yang matang
sebagai acuan atau petunjuk agar dapat tercapai hasil yang dimaksud.
Selain itu perencanaan dimaksudkan sebagai alat koordinasi dan
pengawasan, dengan demikian bisa didapat hasil yang optimal.
Dalam divisi News (Pemberitaan) Jogja TV, orang yang
bertanggung jawab pada segala hal yang berhubungan dengan
perencanaan dan persiapan liputan adalah Koordinator Liputan atau
sering di singkat Korlip. Tahap perencanaan yang dilakukan oleh
Korlip adalah dimulai dengan penentuan materi berita, kemudian
perencanaan kerja yang telah disusun segera diinformasikan kepada
seluruh kru yang nantinya akan bertugas, di sini adalah peporter,
kameramen, dan driver. Adapun hal lain yang tidak luput dari
perencanaan Korlip adalah penyusunan kerabat kerja, peralatan,
trnsportasi, pembiayaan perjalanan. Hal ini dimaksudkan agar liputan
dapat berjalan dengan baik tanpa kesalahpahaman atau miss
communication. Disamping itu untuk mendapatkan materi berita
aktual, faktual, dan memiliki nilai berita yang tinggi, serta materi yang
diserap dari berbagai sumber.
Adapun sumber-sumber informasi berita yang didapat adalah
sebagai berikut:
a. Hasil monitoring dari media lain ; wacana berita bisa diperoleh dari
surat kabar, buletin, radio, dan media lainya.
b. Undangan ; sumber berita ini biasanya menyangkut kegiatan-
kegiatan yang sermonial atau resmi.
c. Release ; sumber berita yang berasal dari instansi pemerintah atau
lembaga-lembaga yang berkompeten.
d. Hunting ; sumber berita diperoleh dari pengamatan dari lapangan.
e. Informasi dari pihak lain ; sumber berita diperoleh dari dari
masyarakat umum maupun orang-orang penting.
f. Inisiatif sendiri ; sumber berita yang diperoleh dari apa yang diliha,
didengar, apa yang diamati, dan dialami sendiri.
2. Proses Liputan Lapangan
Liputan adalah tindak lanjut dari pelaksanaan perencanaan. Dalam
hal ini yang berperan penting adalah reporter dan kameramen. Dalam
setiap peliputan setiap harinya, tim liputan terdiri dari dua tim, setiap
tim terdiri dari dua orang yaitu seorang reporter dan seorang
kameramen, yang akan dihantarkan oleh driver atau sopir ke lokasi
liputan. Tim Satu yang lokasi liputannya lebih dekat dijangkau akan
didrop atau turunkan lebih dahulu di lokasi liputan sesuai dengan
jadwal atau list dari Korlip, lalu driver mengahantarkan tim Dua ke
lokasi liputan yang lain sesuai dengan list dari Korlip. Terkadang ada
juga tim yang stand by di kantor untuk meliput wacana atau kunjungan
yang berlangsung di kantor. Agar proses peliputan berita berjalan
lancar perlu ada persiapan yang hrus dilakukan oleh reporter dan
kameramen sebelum melakukan liputan antara lain :
a. Menghubungi narasumber yang berkopenten dengan materi
liputan.
b. Mempelajari materi yang akan diliput.
c. Mengumpulkan data ,fakta ,atau referensi yang berkaitan dengan
materi liputan.
d. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan.
Reporter bertugas untuk menghimpun kebenaran informasi yang
berlangsung di lapangan, untuk dapat disampaikan kepada khalayak.
Sedangkan Kameramen mendampingi reporter dan bertugas mencari
visual gambar yang mendukung ketajaman berita. Saat tim berada
dalam lokasi liputan, biasanya reporter berperan ganda yakni sebagai
peliput dan koordinator lapangan. Pada saat reporter melakukan
peliputan, biasanya kameramen tidak merekam gambar terlebih dulu,
reporter hanya menulis inti-inti pembicaraan yang disampaikan oleh
narasumber yang tetap mengacu pada 5 W + 1H, bila dirasa perlu data
atau gambar yang memperkuat nilai berita, barulah kameramen
merekam gambar pendukung materi liputan atau merekam gambar
narasumber saat mengeluarkan statement, untuk nantinya dijadikan
insert. Dalam tahap peliputan berita dibutuhkan kerjasama yang solid
dan komunikatif antar sesama kru yang bertugas agar mendapatkan
sinkronisasi berita yang layak siar dan berkualitas. Reporter berhak
mendirect kameramen agar mendapat gambar pendukung berita yang
sesuai dengan materi liputan.
3. Penulisan Naskah Berita
Penulisan naskah berita dilakukan oleh reporter setelah
melakukan liputan di lapangan, penulisan naskah siar ini merupakan
penjabaran dari point-point berita yang telah dihimpun reportrer.
Setelah selesai disusun, naskah diberikan kepada Editor In Chief (EIC)
untuk dikoreksi, setelah itu diserahkan pada Transleter atau pengalih
bahasa Jawa (berita Pawartos menggunakan bahasa Jawa). Dalam
penulisan naskah berita, reporter harus memperhatikan metode
penulisan naskah berita yang tepat. Standar penulisan naskah yang
digunakan yaitu metode Piramida Terbalik. Setelah naskah berita
selesai diedit dan dialih bahasa, maka berita siap untuk disiarkan
4. Dubbing dan Editing
Setelah proses editing naskah dan proses alih bahasa pada naskah
berita, dilanjutkan pada dubbing atau proses pengisian suara dari
naskah yang dibuat oleh reporter biasanya bibacakan oleh salah satu
kru yang mempunyai kualitas suara yang memadai untuk mengisi VO
(Voice Over). Voice Over adalah naskah yang dibuat oleh reporter dan
dibacakan oleh siapa saja yang dianggap mempunyai kemampuan
membaca naskah dan mempunyai kualitas suara yang baik, dengan
cara merekam suaranya terlebih dahulu, setelah itu digabungkan
disinkronkan dengan hasil gambar yang telah direkam oleh
kameramen. Cara penyajian berita televisi dengan voice over lebih
menjamin sinkronisasi antara gambar dan suara, karena pemasukan
gambar atau visual ke dalam pita kaset dapat dilakukan setelah proses
pengisian suara. Dalam penyajian berita dengan Voice Over ini tidak
menyebutkan identitas penyaji karena penyaji VO bukanlah penyusun
berita, yang disebutkan adalah nama peliput. Dalam pengisian suara
berita bahasa Jawa untuk program berita Pawartos, dipilih tenaga
pengisi suara yang memiliki karakter khas logat Jawa yang khas, agar
berita lebih nyaman didengar dan tidak terdengar aneh oleh para
penikmat berita.
Setelah dilakukan dubbing, tahap selanjutnya adalah melakukan
editing gambar. Editing gambar dilakukan oleh kameramen, dengan
telah dilakukan tahap VO maka tahap editing gambar akan lebih
mudah, apabila belum dilakukan VO sebelumnya, maka kameramen
hanya menggunakan naskah yang disusun oleh reporter sebagai
acuanya dalam mengedit gambar.
5. Penyusunan Rundown Berita
Setelah berita telah melalui tahap editing gambar dan pengisian
suara maka setelah itu semua berita diserahkan pada produser untuk
disusun rundownnya. Rundown berita ini berisi lead-lead berita beserta
susunan jeda iklan, rundown berita disusun dari berita yang dianggap
paling penting atau yang paling aktual sampai berita yang ringan.
Setelah selesai disusun, rundown dikopi menjadi dua dan diserahkan
pada EP (Editor Paket) untuk digunakan sebagai acuan atau petunjuk
menyusun gambar berita sesuai rundown dari produser, dan diserahkan
pada produser untuk dicocokan pada saat berita tayang. Gambar-
gambar berita tersebut disimpan dalam format mini divi dan
diserahkan kepada Master Conrol dan siap memasuki tahap siar atau
tayang secara live.
6. Siaran
Setelah melalui proses produksi yang panjang, maka akhirnya
berita siap ditayangkan secara langsung dari Studio 1 Jogja TV,
program berita Pawartos Ngayogyakarto ini tayang setiap hari pukul
19.00 WIB selama 30 menit. Adapun kru-kru yang bertugas dalam
proses penayangan berita Pawartos adalah sebagai berikut :
a. Pengarah acara : Berperan mengarahkan acara live dariruang
master control ke studio yang sedang tayang
b. Pengarah studio : Berperan mengarahkan presenter dan
kameramen
c. Penata kamera : Berperan menyiapkan kamera
d. CCU atau camera control unit
e. Video switcher : Berperan mengoperasikan switcher , sebuah
alat untuk memilih gambar yang diambil dari
kamera studio dan akn dikeluarkan ke televise
yang dilihat oleh pemirsa
f. Telepromter : Berperan mengendalikan telepromter, alat utk
mengendalikan text berita dari master control
yang akn tampil di kamera studio yang akan
dibaca oleh presenter
g. Presenter : Berperan membacakan berita yang sudah
disiapkan, biasanya presenter datang dan siap
setengah jam sebelum on air
h. Tata suara : Berperan mengatur audio studio selama
produksi
i. Tata cahaya : Berperan mengatur cahaya studio selama
produksi
j. Master control : Mengoperasikan computer server, menyusun
rundown memindahkan / capture video baik
yang berupa iklan promo , berita , dll
k. VTR/CG : VTR(video tape recorder) yaitu merekam
acara yang sedang berlangsung. CG(charater
generator) yaitu mengeluarkan kredit title
nama seperti kerabat kerja pada akhir acara,
iklan2, sumperimpose, dan running text
l. Art & desain : Berperan mendesain promo, bamper,dll
m. Dekorasi : Berperan mendekorasi studio sesuai acara
yang sedangberlangsung
n. Library news : Bagian dokumentasi dari berita berita yang
sudah direkam
o. Pemeliharaan alat : Berperan mengurus alat alat yang digunakan
selama produksi
p. Transmisi : Berperan mengatur alat pemancar alat
pemancar tv
Setelah penayangan program barita PN ini kemudian dilakukan
evaluasi yang kemudian akan dipertanggung jawabkan dan di bahas
dalam suatu rapat untuk dijadikan perbaikan. Lalu produksi berita yang
sudah direkam mengalami proses pdokumentasi di bagian library.
BAB V
PENUTUP A. KESIMPULAN
Selama melakukan kegiatan praktek Kuliah Kerja Media di Divisi
News (Pemberitaan) Jogja TV selama satu bulan lamanya, penulis merasa
belum sepenuhnya mengembangkan dan menggali kemampuan dari ilmu
yang di dimiliki dari perkuliahan. Dari pihak Jogja TV sudah menunjuk
instruktur khusus atau pembimbing yang bertugas membantu dan
mengarahkan penulis secara khusus dalam melaksanakan tugas sehari-hari.
Tetapi dikarenakan posisi penulis hanya sebagai reporter magang, karena
dalam divisi News Jogja TV, reporter hanya bertugas meliput berita dan
menyusun naskah berita saja, bila penulis ingin tahu proses produksi yang
lain maka penulis harus punya inisiatif sendiri untuk bertanya atau
menawarkan diri untuk melihat proses produksi. Namun terlepas dari
semua itu, penulis merasa banyak mendapat tambahan ilmu dan
pengetahuan baru tentang seluk-beluk dunia pertelevisian dan
berkesempatan untuk terjun secara langsung di dalamnya, walaupun
penulis menyadari bahwa ilmu dan pengalaman yang dimiliki penulis
masih jauh dari cukup.
Pawartos Ngayogyakarto merupakan salah satu program berita
unggulan dari stasiun Jogja TV, yang pola penyajianya berbeda dengan
berita pada umumnya, karena program berita Pawartos Ngayogyakarta
merupakan berita ringan (sot news / feature) dari seputar Jogja dan
sekitarnya yang disampaikan menggunakan bahasa Jawa.
Peliputan atau liputan adalah proses penelusuran informasi, pada
umumnya berisi wawancara atau interview yang merupakan pertemuan
tatap muka (face-to-face) antara seseorang yang mengajukan pertanyaan-
pertanyaan (reporter) dengan orang (orang-orang) lain, yang pertanyaan-
pertanyaan ini biasanya dipusatkan pada suatu pokok persoalan atau
beberapa pokok persoalan tertentu. Dalam melakukan tugasnya reporter
dibantu oleh kameramen yang bertugas merekam dan menghimpun
gambar yang mendukung nilai berita.
Teknik penyajian berita harus berdasar pada rumus 5 W + 1 H.
program berita Pawartos Ngayogyakarto mengedepankan berita soft news
atau feature. Dari arti katanya sendiri soft news adalah berita halus, yang
dimaksud berita halus disini adalah berita yang tidak dituntut
keaktualitasanya. Soft news atau feature lebih dituntut nilai kreatif,
subyektif, informatif, dan menghibur. Tetapi soft news atau feature sendiri
dituntut untuk mengangkat aspek humman interest dan lebih bisa
memenuhi kebutuhan psikologi / bathin tentang hal yang menrik, bersifat
ringan, dan menghibur pemirsanya. Hampir semua berita Pawartos bersifat
lebih memasyarakat, khususnya untuk masyarakat Jogja dan sekitarnya
dan bersifat ringan tetapi tetap aktual. Berbeda dengan hard news yang
merupakan berita yang merupakan berita lugas, penting dan menarik
perhatian audience, karena bersifat aktual maka hard news ditutut untuk
sesegera mungkin disampaikan kepada masyarakat yakni pemirsa.
Dibelakang layar pembuatan berita Pawartos Ngayogyakarta yang
berdurasi 30 menit setiap penayanganya tersebut, melibatkan banyak kru
yang bertugas. Yang mana pekerjaan mereka saling berhubungan satu
dengan yang lain, serta dibutuhkan kerja sama yang solit agar dapat
menghasilkan out put berita yang baik dan berkualitas.
Setelah melakukan Kuliah Kerja Media selama satu bulan terhitung
dari tanggal 1 April 2008 sampai 30 April 2008, penulis dapat mencapai
berbagai tujuan, yakni ;
1. Setelah penulis melakukan Kuliah Kerja Media selama 1 bulan,
penulis dapat mengetahui bagaimana mekanisme kerja dalam redaksi
stasiun TV, khususnya dalam divisi News atau pemberitaan.
2. Selama magang di stasiun TV Jogja TV, penulis dapat merasakan
secara langsung proses peliputan berita. Dan dapat melakukan secara
langsung bagaimana menulis naskah berita televisi dengan baik dan
benar, bahkan penulis berkesempatan berkali-kali untuk berperan
sebagai reporter tunggal dalam peliputan dan menyusun naskah berita
yang penulis liput. Dan semua berita yang penulis liput ditayangkan
dalam program berita Seputar Jogja dan atau Pawartos.
3. Setelah melakukan Kuliah Kerja Media selama satu bulan, penulis
menjadi tahu dan terlibat langsung proses pembuatan berita dari pra
hingga berita siap tayang.
4. Selama melakukan Kuliah Kerja Media selama satu bulan akhirnya
penulis dapat mempraktekan ilmu jurnalistik yang didapat di bangku
perkuliahan.
5. Setelah melakukan Kuliah Kerja Media selama satu bulan, penulis
memperoleh bahan untuk menyusun Laporan Tugas Akhir untuk
melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh
gelar ahli madya di bidang komunikasi terapan.
B. SARAN
Dari serangkaian kegiatan Kuliah Kerja Media yang dialami,
diamati dan dilakukan oleh penulis, penulis masih melihat beberapa
kelemahan dalam pelaksanaan proses peliputan dan produksi berita
Pawartos Ngayogyakarta. Oleh karena itu penulis memberanikan diri
untuk untuk memberikan sedikit sumbangan pemikiran berupa saran
sebagai berikut :
1. Dalam setiap peliputan, sering kali list (jadwal tujuan liputan) yang
diberikan kepada tim liputan merupakan list berita yang sudah
beberapa kali diangkat, khususnya pada berita soft news atau
feature. Demi memberikan berita yang bervariasi, sebaiknya
Koordinator Liputan atau KorLip lebih kreatif dan jeli saat
menentukan list liputan agar tidak memberikan efek dejavu atau
ber-ulang pada berita, dan agar dapat memberikan suguhan yang
baru untuk penggemar berita.
2. Menurut pengamatan penulis selama menjalankan KKM di Jogja
TV , dalam menjalankan tugas, tanggung jawab dan sikap
profesional seorang broadcaster harus lebih ditingkatkan. Demi
memberikan kualitas berita yang baik dan mempunyai ciri khas
tertentu maka sebaiknya seluruh reporter (termasuk reporter senior)
selalu menyerahkan naskah liputan kepada editor naskah sebelum
dilakukan VO. Karena semua itu sesuai dengan mekanisme
pembuatan berita, semua naskah harus melewati tahap editing
naskah agar mendapat out put yang baik dan berkarakter.
C. PENUTUP
Demikian gambaran sederhana dari penulis tentang proses
peliputan dan produksi berita Pawartos Ngayogyakarto, semua ini penulis
peroleh selama melakukan kegiatan Kuliah Kerja Media melalui praktek
serta pengamatan secara langsung dan tidak langsung. Kelebihan dan
kekurangan yang terdapat dalam Laporan Tugas Akhir ini sekiranya dapat
dijadikan manfaat yang berarti dan menjadi suatu yang harus terus
dikoreksi.
DAFTAR PUSTAKA
Hikmat Kusumaningrat, Purnama Kusumaningrat. 2005. Jurnalistik Teori dan
Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Idris, Soewardi. 1987. Jurnalistik Televisi. Bandung: Remaja Karya. Iswara, Luwi. 2005 . Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta:Kompas. Mulyana, Deddy. 2000. Ilmu komunikasi . Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset. Uchjana Effendy, Onong.1984. Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Wahyudi, JB. 1984. Jurnalistik Televisi Tentang dan Sekitar Siaran Berita TVRI.
Bandung: Penerbit Alumni. Wahyudi, JB. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta: Gramedia. Wibowo, Fred. 2007. Teknik Produksi Program Televisi. Jogjakarta: Pinus Book
Publisher.