I. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa dalam Darah
II. Tanggal Percobaan : Senin, 19 Oktober 2015
III. Tujuan Percobaan : Menentukan kadar glukosa dalam darah
IV. Dasar Teori :
Gula darah merupakan istilah yang mengacu kepada tingkat glukosa yang ada
di dalam darah. Glukosa dibentuk dari senyawa-senyawa glukogenik yang mengalami
glukogenesis. Glukoneogenesis memenuhi kebutuhan akan glukosa pada saat
karbohidrat tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dalam makanan. Pasokan glukosa
yang terus menerus diperlukan sebagai sumber energy, khususnya bagi sistem saraf
dan eritrosit. Glukosa juga diperlukan di dalam jaringan adipose sebagai sumber
gliseralida-gliserol dan glukosa juga mempunyai peran dalam mempertahankan kadar
intermediet pada siklus asam sitrat di seluruh jaringan tubuh. Glukosa juga merupakan
satu-satunya bahan bakar yang memasok energi bagi otot rangka pada keadaan
anaerob (Murray 2006).
Gambar 1. Struktur Glukosa
Kadar glukosa darah yang diketahui dapat membantu memprediksi
metabolismeme yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang
tersedia. Jika kandungan glukosa dalam tubuh sangat berlebih maka glukosa tersebut
akan mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan energi.
Namun jika kandungan glukosa tersebut dibawah batas minimum,maka asam piruvat
yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa mengalami proses enzimatik secara
anabolisme melalui glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa dan memenuhi kadar
normal glukosa dalam darah ( salam serum atau plasma darah ) yaitu 65-110 mg/dL
(3,6-6,1 mmol/L) (Murray 2006).
Deprote inas i Serum Darah
Deproteinasi serum darah dilakukan untuk menghilangkan protein dalam
serum darah agar tidak mengganggu uji-uji yang akan dilakukan selanjutnya. Protein
adalah senyawa yang akan mengalami denaturasi dalam keadaan asam dan
|
menggumpal bila dipanaskan, karena itulah dilakukan pemanasan dan penambahan
asam asetat pada larutan serum darah dan air kemudian terjadi endapan. Endapan
yang terjadi kemudian disaring dan hasil saringan (filtrat) diambil untuk digunakan
pada uji selanjutnya. Protein akan mengalami koagulasi apabila dipanaskan pada suhu
500C atau lebih. Koagulasi ini akan terjadi apabila larutan protein telah mencapai titik
isoelektriknya. Protein terdenaturasi pada titik isoelektriknya masih dapat larut pada
pH diluar titik isoelektrik tersebut. Titik isoelektrik dalam darah ialah 4,88.
Metode Penentuan Kadar Glukosa Darah
Metode Nelson Somogyi
Metode Nelson Somogyi digunakan untuk mengukur kadar gula reduksi
dengan menggunakan pereaksi tembaga-arsenol-molibdat. Prinsip kerja Nelson
Somogyi yaitu tereduksinya jumlah endapan kuprooksida yang bereaksi dengan
arsenomolibdat yang tereduksi menjadi molybdine blue dan warna biru diukur
absorbansinya. Reagen nelson somogyi berfungsi sebagai oksidator antara
kuprooksida yang bereaksi dengan gula reduksi membentuk endapan merah bata.
Dalam hal ini, pereaksi Somogyi merupakan pereaksi tembaga alkali yang
mengandung Na2PO4 anhidrat dengan garam K-Na-tartrat (garam Rochelle),
sedangkan pereaksi Nelson mengandung amonium molibdat
H2SO4.NaHAsO4.7H2O. Dengan membandingkannya terhadap larutan standar,konsent
rasi gula dalam sampel dapat ditentukan. Reaksi warna yang terbentuk dapat
menentukan konsentrasi gula dalam sampel dengan mengukur absorbansinya. Reaksi
yang terjadi :
Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+)+ 4H+ →2 Cu2++ arsenomolibdat (Mo5+) biru + H2O
|
Pada penambahan reagen Cu Alkalis, ion kupri (Cu+) akan direduksi oleh gula
menjadi kupro (Cu2+) dan mengendap sebagai Cu2O (kuprooksida). Dengan
menambahkan reagen arsenomolibdat, kuprooksida melarut lagi dan warna larutan
akan berubah menjadi biru jernih. Penambahan larutan Ba(OH)2 sebelumnya juga
membantu terjadinya reduksi ion Cu2+ karena reaksi terjadi dalam suasana basa.
Intensitas warna larutan adalah ukuran banyaknya gula yang ada di dalam filtrat
(Girindra 1999).
Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam
penentuan kadar glukosa dalam darah. Spektrofotometri merupakan metode analisis
yang didasarkan pada absorpsi radiasi elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi
terhadap gelombang dengan panjang berlainan akan menimbulkan cahaya yang
berlainan sedangkan campuran cahaya yang berbeda panjang gelombangnya ini akan
menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi seluruh spektrum nampak 400-760
mm. Spektrofotometri terjadi karena adanya perpindahan elektron dari tingkat energi
yang rendah ketingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikutioleh
perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet.
Besar penyerapan cahaya (absorbansi) dari suatu kumpulan atom/molekul
dinyatakan oleh Hukum Beer-Lambert. Hukum Lambert menyatakan bahwa proporsi
berkas cahaya datang yang diserap oleh suatu bahan/medium tidak bergantung pada
intensitas berkas cahaya yang datang. Hukum Lambert ini tentunya hanya berlaku jika
di dalam bahan/medium tersebut tidak ada reaksi kimia ataupun proses fisis yang
dapat dipicu atau diimbas oleh berkas cahaya datang tersebut. Perubahan warna yang
terjadi diamati dan intensitas warnanya diamati dengan spektronik-20 pada panjang
gelombang 660 nm (Lehninger 1982)
Dengan menggunakan Hukum Lambert-Beer konsentrasi glukosa dalam darah
dapat ditentukan . hukum Lambert-Beer menyatakan :
A= k × C × l
Dimana :
A = absorbansi (serapan cahaya)
k = koefisien ekstingsi molar larutan
l = tebal kuvet
|
C = konsentrasi sampel
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, serapan cahaya berbanding lurus dengan
konsentrasinya.
Pengamatan dengan spektronik-20 menggunakan prinsip hukum Lambert
Beer. Faktor yang mempengaruhi adalah konsentrasi larutan dan bentuk wadah.
Bagian sinar yang diserap akan tergantung pada berapa banyak molekul yang
beinteraksi dengan sinar. Jika zat warna tersebut berupa larutan pekat, maka akan
diperoleh absorbansi yang sangat tinggi karena ada banyak molekul yang berinteraksi
dengam sinar. Akan tetapi, dalam larutan yang sangat encer, sangat sulit untuk
melihat warnanya. Absorbansinya sangat rendah. Bentuk wadah yang semakin
panjang akan mempengaruhi panjang larutan sehingga sinar akan lebih banyak diserap
karena sinar berinteraksi dengan lebih banyak molekul (Murray 2006).
Metode Lain
Metode lainnya yaitu metode kondensasi dan metode enzimatik. Glukosa (dan
aldosa lain) dapat berkondensasi dengan macam-macam senyawa aromatik dalam
suasana asam panas membentuk produk-produk yang berwarna. Hidroksimetilfurfural
terbentuk dari glukosa dalam larutan asam kuat panas. Gugus aldehida dari produk ini
berkondensasi dengan suatu fenol untuk menghasilkan senyawa hijau yang dapat
diukur secara spektrofotometrik. Kadar glukosa darah diukur dengan metode
enzimatik (glukosa oksidase) menggunakan alat glukometer.
Prinsip kerja penggunaan alat tersebut yaitu oksigen dengan bantuan enzim
glukosa oksidase mengkatalis proses oksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan
hidrogen peroksida. Enzim peroksidase dalam reaksi kedua mengkatalisis reaksi
oksidasi kromogen (akseptor oksigen yang tidak berwarna), kemudian oleh hidrogen
peroksidase membentuk suatu produk kromogen teroksidasi berwarna biru yang
diukur dengan glukometer. Tes strip pada glukometer mengandung bahan kimia
glukosa oksidase kurang lebih 0,8 IU, garam naftalena, asam sulfat 42 µg, dan 3-
metil-2-benzothiazolin hidrazon.
|
V. Alat dan Bahan :
Alat – alat :
1. Sentrifuge
2. Spektrofotometer UV-Vis
3. Tabung Reksi 10 buah
4. Kompor listrik 1 buah
5. Gelas Ukur 10mL 1 buah
6. Labu ukur 25mL 1 buah
7. Pipet tetes 10 buah
8. Gelas Kimia 400mL 2 buah
Bahan – bahan :
1. Larutan Cu Alkalis
2. Larutan Ba(OH)2 0,3 N
3. Larutan ZnSO4.7H2O 5%
4. Larutan standart glukosa 1 mg/L
5. Pereaksi Arsenomolibdat
6. Aquades
7. Sampel darah
VI. Cara Kerja :
1. Deproteinasi filtrat darah
|
2. Penentuan kadar glukosa darah
3. Penentuan kurva standar
Hasil pengamatan
Filtrat
1,9 mL aquades
- dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge- ditambahkan 3 tetes darah- dicampur- ditambahkan 1,5 mL Ba(OH)2 0,3N- diaduk hingga merata- ditambahkan 1,5 mL ZnSO4.7H2O 5%- dicampurkan dengan baik- didiamkan selama 5 menit- disentrifuge selama 30 menit- didekantasi
- diuji biuret
|
Absorbansi
1 mL darah bebas protein
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi- ditambahkan 1 mL reagen Cu alkalis- dimasukkan ke dalam air mendidih selama 20 menit- didinginkan dalam air dingin selama 10 menit- diaduk hingga merata- ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat- diaduk sampai merata- diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis (λ=660 nm)
4. Larutan blanko
Absorbansi
1 mL glukosa 0,2 mg/mL
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi- ditambahkan 1 mL reagen Cu alkalis- dimasukkan ke dalam air mendidih- didinginkan dalam air dingin- diaduk hingga merata- ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat- diaduk sampai merata- diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis (λ=660 nm)
Absorbansi
1 mL aquades
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi- ditambahkan 1 mL reagen Cu alkalis- dimasukkan ke dalam air mendidih- didinginkan dalam air dingin- diaduk hingga merata- ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat- diaduk sampai merata- diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis (λ=660 nm)
|
1 mL glukosa 0,4 mg/mL
1 mL glukosa 0,6 mg/mL
1 mL glukosa 0,8 mg/mL
VII. Hasil Pengamatan
No. Perc.
Prosedur PercobaanHasil Pengamatan
Dugaan / Reaksi KesimpulanSebelum Sesudah
1 Deproteinasi filtrat darah- Aquades: tak
berwarna- Sampel
darah : berwarna merah
- Ba(OH)2 : tak berwarna
- ZnSO4.H2O 5% : tak berwarna
- Sampel 1 : Qod
- Sampel 2 : Azah
- Aquades + sampel 1 : larutan berwarna merah
- Aquades + sampel 2 : larutan berwarna merah
- Sampel 1 dan 2 + Ba(OH)2 : Larutan berwarna merah, terdapat endapan merah
- Sampel 1 dan 2 + ZnSO4.H2O 5%: larutan menjadi 2 fasa. Lapisan atas : berwarna
- Filtrat yang diperoleh adalah filtrat darah bebas protein
- Fungsi dari aquades mengencerkan darah sehingga albumin yang merupakan protein dalam darah dapat larut
- Fungsi dari Ba(OH)2 mengendapkan albumin
- Fungsi ZnSO4.H2O 5% untuk mempercepat reaksi pengendapan albumin oleh Ba(OH)2
Filtrat darah bebas protein
- diuji biuret
- dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge- ditambahkan 3 tetes darah- dicampur- ditambahkan 1,5 mL Ba(OH)2 0,3N- diaduk hingga merata- ditambahkan 1,5 mL ZnSO4.7H2O 5%- dicampurkan dengan baik- didiamkan selama 5 menit- disentrifuge selama 30 menit- didekantasi
1,9 mL aquades
Filtrat
Berwarna biru
|
No. Perc.
Prosedur PercobaanHasil Pengamatan
Dugaan / Reaksi KesimpulanSebelum Sesudah
merah. Bawah : tak berwarna
- Sampel 1 dan 2 di sentrifuge : tak berwarna, terdapat gumpalan darah di bawah tabung
- Sampel 1 diuji biuret : larutan berwarna biru
- Sampel 2 diuji biuret : larutan berwarna biru
|
No. Perc.
Prosedur PercobaanHasil Pengamatan
Dugaan / Reaksi KesimpulanSebelum Sesudah
2. Penentuan kadar glukosa darah - Filtrat darah bebas protein : larutan tak berwarna
- Pereaksi Cu alkalis : larutan berwarna biru
- Pereaksi arsenomolibdat : larutan tak berwarna
- Filtrat I + Cu alkalis : larutan berwarna biru kehijauan
- Filtrat 2 + Cu alkalis : berwarna biru
- Filtrat I dipanaskan : larutan tak berwarna, endapan biru kehijauan
- Filtrat 2 dipanaskan : larutan tak berwarna, endapan berwarna biru
- Filtrat I dan 2 di dinginkan: larutan berwarna biru,
Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+)+ 4H+ → 2 Cu2++ arsenomolibdat (Mo5+) biru + H2O
Kadar glukosa pada sampel darah :I : 85, 24 mg/100mLII : 75,73 mg/100mL
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi- ditambahkan 1 mL reagen Cu alkalis- dimasukkan ke dalam air mendidih- didinginkan dalam air dingin- diaduk hingga merata- ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat- diaduk sampai merata- diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis (λ=660 nm)
1 mL darah bebas protein
Absorbansi
|
No. Perc.
Prosedur PercobaanHasil Pengamatan
Dugaan / Reaksi KesimpulanSebelum Sesudah
endapan biru
- Filtrat I dan 2 + arseno molibdat, setelah itu dikocok: larutan berwarna biru
- Diukur absorbansi :
- Absorbansi sampel I : 0,3
- Absorbansi sampel 2 : 0,223
3. Penentuan kurva standar - Larutan glukosa : tak berwarna
- Pereaksi Cu alkalis : larutan berwarna biru
- Pereaksi arsenomolibdat : larutan tak
- Larutan glukosa konsentrasi 0,2 0,4 0,6 0,8 + Cu alkalis : berwarna biru
- Dipanaskan- Larutan
glukosa 0,2mg/ml:
Semakin besar konsentrasi maka nilai absorbansi juga semakin besar.Persamaan kurva standar yang diperoleh :Y = 0,8095x – 0,39R2 = 0,9781
|
No. Perc.
Prosedur PercobaanHasil Pengamatan
Dugaan / Reaksi KesimpulanSebelum Sesudahberwarna
- Aquades : tak berwarna
berwarna coklat
- Larutan glukosa 0,4 mg/ml: larutan jingga, endapan jingga (+)
- Larutan glukosa 0,6 mg/ml : larutan jingga, endapan jingga (++)
- Larutan glukosa 0,8mg/ml: larutan jingga, endapan jingga (+++)
- Di dinginkan :
Larutan glukosa 0,2 mg/ml : berwarna coklatLarutan glukosa
Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+)+ 4H+ → 2 Cu2++ arsenomolibdat (Mo5+) biru + H2O
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi- ditambahkan 1 mL reagen Cu alkalis- dimasukkan ke dalam air mendidih- didinginkan dalam air dingin- diaduk hingga merata- ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat- diaduk sampai merata- diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis (λ=660 nm)
1 mL glukosa berbagai konsentrasi
Absorbansi
|
No. Perc.
Prosedur PercobaanHasil Pengamatan
Dugaan / Reaksi KesimpulanSebelum Sesudah
0,4 mg/ml : berwarna jingga (+)Larutan glukosa 0,6 mg/ml : berwarna jingga (++)Larutan glukosa 0,8 mg/ml : berwarna jingga (+++)- + pereaksi
Arsenomolibdat :
Glukosa 0,2 mg/ml : berwarna biruGlukosa 0,4 mg/ml : berwarna biru (+)Glukosa 0,6 mg/ml : berwarna biru (++)Glukosa 0,8 mg/ml : berwarna biru (+++)- Diukur
|
No. Perc.
Prosedur PercobaanHasil Pengamatan
Dugaan / Reaksi KesimpulanSebelum Sesudah
absorbansi (λ=660nm):
Glukosa 0,2 mg/ml : 0,534 nmGlukosa 0,4 mg/ml : 0,72 nmGlukosa 0,6 mg/ml : 0,917 nmGlukosa 0,8 mg/ml M : 1,008 nm
4. Larutan blanko - Aquades : tak berwarna
- Pereaksi Cu alkalis : berwarna biru
- Pereaksi arsenomolibdat : larutan tak berwarna
- Aquades + Cu alkalis : berwarna biru
- Dipanaskan : berwarna biru (-)
- Didinginkan : berwarna biru (-)
- + arsenomolibdat: tak berwarna
- dimasukkan ke dalam tabung reaksi- ditambahkan 1 mL reagen Cu alkalis- dimasukkan ke dalam air mendidih- didinginkan dalam air dingin- diaduk hingga merata- ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat- diaduk sampai merata- diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis (λ=660 nm)
1 mL aquades
Absorbansi
|
VIII. Analisis dan Pembahasan
1. Deproteinasi Filtrat Darah
Pada percobaan ini bertujuan untuk memperoleh sampel filtrate darah yang
bebas protein. Pertama yang harus dilakukan adalah dimasukkan 3 tetes darah ke
dalam tabung sentrifuge yang telah berisi 1,9 mL aquades. Terdapat 2 sampel
darah yang diambil dari anggota kelompok kami. Penambahan aquades bertujuan
untuk mengencerkan darah yang digunakan sehingga albumin dalam darah akan
larut. Albumin adalah protein yang larut dalam air serta dapat terkoagulasi dalam
darah dan terdapat dalam serum darah. Kemudian ditambahkan 1,5 mL Ba(OH)2
0,3 N tak berwarna, larutan darah berwarna merah. Fungsi penambahan Ba(OH)2
adalah sebagai pemberi suasana basa dan juga untuk mengendapkan albumin
yang terlarut dalam air. Lalu ditambahkan 1,5 mL ZnSO4.7H2O 5% tak
berwarna, larutan darah mulai mengendap ke bagian atas. Setelah itu larutan di
diamkan selama 5 menit, dimana tujuannya agar terjadi endapan albumin secara
sempurna. Penambahan ZnSO4.7H2O 5% ini berfungsi sebagai katalisator untuk
mempercepat reaksi pengendapan albumin oleh Ba(OH)2 dan juga untuk
mengendapkan serta mendenaturasi protein secara sempurna.
Langkah yang dilakukan selanjutnya adalah sentrifugasi selama 10 menit
dengan kecepatan 3000. Sentrifugasi dilakukan berdasarkan berat jenis protein
yang lebih besar dari glukosa agar terjadi endapan albumin secara sempurna,
sehingga endapan tersebut dapat dipisahkan dengan cara dekantasi. Hasil
sentrifuge berupa larutan tak berwarna dan endapan merah. Bagian yang tak
berwarna merupakan filtrate darah bebas protein sedangkan bagian yang
mengendap merupakan albumin darah. Kemudian dilakukan dekantasi pada
filtrate tersebut yang merupakan filtrate darah bebas protein. Proses pengendapan
tersebut dilakukan untuk memisahkan protein dari glukosa karena akan
mengganggu pengukuran. Lalu dilakukan uji biuret untuk memastikan bahwa
filtrat darah telah bebas protein. Ditambahkan 1 tetes biuret pada kedua sampel
filtrat darah, dan ternyata larutan berwarna biru yang menandakan bahwa filtrat
tersebut telah benar – benar bebas protein.
2. Penentuan Kadar Glukosa Darah
Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kadar glukosa darah pada
sampel filtrat bebas protein dari percobaan pertama. 1 mL filtrat bebas protein
|
hasil sentrifuge tak berwarna dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya
ditambahkan 1 mL larutan Cu alkalis berwarna biru dan menghasilkan larutan
berwarna biru. Selanjutnya sampel dimasukkan ke dalam air yang mendidih
selama 20 menit dan terdapat endapan berwarna biru kehijauan. Pemanasan ini
bertujuan untuk mempercepat laju reaksi oleh Cu alkalis. Lalu larutan
dimasukkan kedalam air dingin selama 10 menit untuk menstabilkan larutan
sebelum direaksikan dengan reagen arsenomolibdat sehingga menghasilkan
warna biru. Kemudian ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat menghasilkan
larutan berwarna biru (+). Fungsi dari penambahan pereaksi Cu alkalis dan
arsenomolibdat yaitu dimana glukosa darah akan mereduksi ion Cu2+ menjadi Cu+
dalam suasana basa. Pada suasana basa, bentuk enadiol pada glukosa menjadi
dominan dan mereduksi ion kupri (Cu2+). Cu+ akan membentuk endapan jingga
merah Cu2O. Cu+ akan bereaksi oksidasi dengan arseno molibdat menghasilkan
warna biru. Hal tersebut sesuai reaksi yang terjadi :
Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+)+ 4H+ →2 Cu2++ arsenomolibdat (Mo5+) biru + H2O
Warna biru tersebut yang nantinya diukur absorbansinya menggunakan
spektrofotometer UV-Vis untuk menentukan kadar glukosa darah karena
berdasarkan hukum Lambert -Beer serapan cahaya berbanding lurus dengan
konsentrasi. Spektrofotometer UV-Vis adalah suatu instrumen untuk mengukur
absorbs cahaya dengan energy (panjang gelombang) tertentu oleh suatu
atom/molekul. Dalam percobaan ini, pengukuran absorbansi dilakukan pada
panjang gelombang 660nm, karena warna biru memiliki rentang panjang
gelombang pada 610-750 nm. Hasil pengukuran menunjukkan absorbansi sampel
|
1 sebesar 0,3 dan sampel 2 sebesar 0,223. Sehingga didapatkan kadar glukosa
darah sampel 1 sebesar 85,24 mg/100mL dan sampel 2 sebesar 75,73mg/100mL
(perhitungan terlampir). Sehingga kadar glukosa darah kedua praktikan termasuk
kategori normal. Sesuai literatur, kadar normal glukosa dalam darah (serum atau
plasma darah ) yaitu 65-110 mg/dL (3,6-6,1 mmol/L) (Murray 2006).
3. Pembuatan Kurva Standar
Pada percobaan ini bertujuan untuk membuat kurva standar yang akan
diperoleh persamaan regresi untuk digunakan sebagai penentuan kadar glukosa
darah pada percobaan kedua. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah
membuat larutan standart. Larutan standart dibuat dengan cara mengencerkan
larutan glukosa yang memiliki konsentrasi 20mg/ml menjadi 0,2mg/ml,
0,4mg/ml, 0,6mg/ml dan 0,8mg/ml dengan menggunakan rumus pengenceran
sebagai berikut : M1xV1 = M2 x V2
Tahap selanjutnya diambil 1 mL tiap larutan standart yang dibuat dan
dimasukkan dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 1 mL larutan Cu
alkalis pada masing – masing tabung reaksi dan dihasilkan larutan yang berwarna
biru. Penambahan Cu alkalis mengakibatkan ion Cu2+ akan direduksi oleh glukosa
menjadi Cu+ dalam suasana basa. Kemudian semua tabung reaksi tersebut
dipanaskan dalam air mendidih selama 20 menit dihasilkan larutan dan endapan
berwarna jingga kemerahan. Endapan tersebut merupakan Cu+ yang mengendap
sebagai Cu2O. Seperti percobaan sebelumnya pemanasan ini bertujuan untuk
mempercepat laju reaksi Cu alkalis. Kemudian di dinginkan dalam air dingin
selama 10 menit untuk menstabilkan larutan sebelum direaksikan dengan reagen
arsenomolibdat. Lalu ditambahkan 1 mL reagen arsenomolibdat menghasilkan
larutan berwarna biru. Penambahan reagen arsenomolibdat bertujuan agar Cu2O
melarut lagi. Reaksi yang terjadi :
|
Cu2O + arsenomolibdat (Mo6+)+ 4H+ →2 Cu2++ arsenomolibdat (Mo5+) biru + H2O
Warna biru semakin pekat seiring dengan bertambahnya konsentrasi
glukosa. Lalu larutan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 660 nm.
Adapun absorbansi yang didapat adalah sebagai berikut :
Konsentrasi mg/ml Absorbans
i
Warna
0,2 0.534 Biru
0,4 0.72 Biru (+)
0,6 0.917 Biru (++)
0,8 1.008 Biru (+++)
Berdasarkan absorbansi yang didapat pada masing – masing larutan
standart, dapat diperoleh kurva kalibrasi sebagai berikut :
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.90
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
f(x) = 0.8095 x + 0.39R² = 0.978054272894337
Kurva Larutan Standart Glukosa
Kurva Larutan StandarLinear (Kurva Larutan Standar)
Konsentrasi
Abso
rban
si
Dari kurva standar diatas diperoleh persamaan regresi yaitu :
y = 0.8095x - 0.39
R2 = 0,9781
Berdasarkan persamaan garis tersebut dapat dihitung kadar glukosa dalam darah.
4. Larutan Blanko
Pembuatan larutan blanko adalah untuk mengetahui titik nol dari suatu
larutan standart. Sehingga dapat digunakan sebagai perbandingan terhadap
sampel yang akan diuji. Larutan blanko berpusat pada aquades yang
|
menggantikan sampel. Pertama yang dilakukan, 1 mL aquades dimasukkan dalam
tabung reaksi, ditambahkan 1 mL larutan Cu alkalis dan dihasilkan larutan
berwarna biru. Kemudian tabung reaksi dipanaskan dalam air mendidih selama
20 menit untuk mempercepat laju reaksi dari Cu alkalis. Lalu tabung reaksi di
dinginkan dalam air dingin selama 10 menit. Penambahan Cu alkalis pada larutan
blanko tidak menimbulkan endapan setelah dipanaskan. Hal ini disebabkan dalam
aquades tidak terdapat glukosa sehingga tidak ada reduksi ion Cu2+ menjadi Cu+
dan tidak terbentuk endapan Cu2O jingga kemerahan. Kemudian ditambahkan 1
mL pereaksi arsenomolibdat menghasilkan larutan tak berwarna.
IX. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa kadar glukosa
darah pada sampel 1 sebesar 85,24 mg/100mL dan sampel 2 sebesar 75,73 mg/100mL
yang ditentukan dengan pereaksi Cu alkalis dan arsenomolibdat serta menggunakan
spektrofotometer UV-Vis untuk mengukur absorbansi dari warna biru yang dihasilkan
pada sampel.
X. Daftar Pustaka
Girindra, A. 1999. Biokimia I. Gramedia, Jakarta.
Lehninger, A. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya.
Jakarta : Penerbit Erlangga
Murray RK, DK Granner, VW Rodwell. 2006. Harper’s Illustrated Biochemistry.
Amerika: The Mc Graw-Hill Companies, Inc. Ed. ke-27.
Poedjiadji, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Tim Dosen. 2015. Panduan Praktikum Biokimia I. Surabaya : Unesa Press.
|
XI. Jawaban Pertanyaan
1. Tentukan kadar glukosa dalam mg glukosa/100 mL darah!
Jawab :
Absorbansi sampel 1 = 0,3
y = 0.8095x - 0.39
0,3 = 0.8095x - 0.39
0,3 + 0.39 = 0.8095x
x= 0.690.8095
x = 0,8524 mg/mL
x = 85,24 mg/100mL
Absorbansi sampel 2 = 0,223
y = 0.8095x - 0.39
0,223 = 0.8095x - 0.39
0,223 + 0.39 = 0.8095x
x= 0.6130.8095
x = 0,7573 mg/mL
x = 75,73 mg/100mL
2. Apa fungsi proses pendidihan pada percobaan diatas?
Jawab :
Fungsi proses pendidihan yaitu untuk mempercepat laju reaksi dengan adanya Cu-
Katalis.
3. Jelaskan peranan hormon insulin dalam proses pengaturan kadar glukosa!
Jawab :
Hormon insulin berfungsi untuk merangsang pengubahan glukosa ke glikogen untuk
disimpan dalam hati dan merangsang oksidasi glukosa untuk tujuan respirasi dalam
|
sel. Sehingga apabila kadar glukosa terlampau rendah, kurang dari jumlah normal, sel
alfa pada kelenjar Langerhans akan mensekresikan lebih banyak hormon glukagon,
kadar glukosa dalam darah akan naik, proses ini akan berlanjut sehingga kadar
glukosa dalam darah berada pada jumlah normal.
|
LAMPIRAN DOKUMENTASI
No
.
Dokumentasi Langkah Kerja Keterangan
1. Deproteinasi Filtrat Darah Diambil 1,9 mL aquades
dan dimasukkan ke dalam
tabung sentrifuge.
Aquades : larutan tak
berwarna
Dimasukkan 3 tetes darah
ke dalam tabung sentrifuge.
Terdapat 2 sampel darah
yang diambil.
Larutan darah
berwarna merah
Ditambahkan 1,5 mL
Ba(OH)2.
Larutan berwarna
merah (+)
|
No
.
Dokumentasi Langkah Kerja Keterangan
Diambil 1,5 mL
ZnSO4.7H2O dan
dimasukkan ke dalam
tabung sentrifuge.
Larutan mengendap
berwarna merah
Larutan darah tersebut di
sentrifuge selama 10 menit
dengan kecepatan 3000.
Terdapat endapan
merah dan filtrat tak
berwarna
Dilakukan uji biuret pada 1
mL filtrat darah yang telah
diambil dengan cara
dekantasi.
Larutan berwarna
biru (-)
Hal tersebut
menandakan bahwa
filtrate darah bebas
protein
2. Penentuan Glukosa Darah 1 mL filtrat darah bebas
protein dimasukkan dalam
tabung reaksi dan
ditambahkan dengan 1 mL
larutan Cu alkalis.
Larutan berwarna
biru
|
No
.
Dokumentasi Langkah Kerja Keterangan
Dimasukkan ke dalam air
yang mendidih selama 20
menit lalu di dinginkan ke
dalam air dingin selama 10
menit.
Larutan berwarna
biru
Ditambahkan 1 mL pereaksi
arsenomolibdat pada masing
– masing sampel dan
dikocok.
Larutan berwarna
biru jernih.
Kedua larutan tersebut
diukur absorbansinya
menggunakan alat spetronik
20 pada panjang gelombang
660 nm.
Hasil absorbansi :
Sampel 1(qod) : 0,3
Sampel 2(azah):
0,223
3. Pembuatan kurva standar Dilakukan pengenceran
larutan glukosa dengan
berbagai konsentrasi yaitu
0,2mg/mL, 0,4 mg/mL, 0,6
Larutan tak
berwarna
|
No
.
Dokumentasi Langkah Kerja Keterangan
mg/mL, dan 0,8 mg/mL
Larutan glukosa yang telah
diencerkan masing – masing
ditambahkan 1mL pereaksi
Cu alkalis dalam tabung
reaksi.
Larutan berwarna
biru muda
Semua larutan glukosa
tersebut dipanaskan dalam
air mendidih selama 20
menit dan di dinginkan
selama 10 menit.
Larutan berwarna
jingga, dan terdapat
endapan berwarna
jingga kemerahan
|
No
.
Dokumentasi Langkah Kerja Keterangan
Setelah ditambahkan 1 mL
pereaksi arsenomolibdat
Larutan berwarna
biru (++)
Diukur absorbansinya
menggunakan alat spetronik
20 pada panjang gelombang
660 nm.
Glukosa 0,2 mg/ml : 0,534 Glukosa 0,4 mg/ml : 0,72 Glukosa 0,6 mg/ml : 0,917Glukosa 0,8 mg/ml M : 1,008
4. Larutan blanko Dimasukkan 1 mL aquades
dalam tabung reaksi
Larutan tak
berwarna
Ditambahkan 1 mL pereaksi
Cu alkalis.
Larutan berwarna
biru
|
No
.
Dokumentasi Langkah Kerja Keterangan
Larutan dipanaskan dalam
air mendidih selama 20
menit dan didinginkan
selama 10 menit.
Larutan berwarna
biru
Ditambahkan 1 mL pereaksi
arenomolibdat.
Larutan tak
berwarna
|
LAMPIRAN PERHITUNGAN
a. Penentuan Kadar Glukosa Darah
Persamaan garis yang dipeorleh dari kurva standar adalah y = 0.8095x - 0.39 dengan
besar absorbansi larutan darah yaitu 0,3 dan 0,223.
Absorbansi sampel 1 = 0,3
y = 0.8095x - 0.39
0,3 = 0.8095x - 0.39
0,3 + 0.39 = 0.8095x
x= 0.690.8095
x = 0,8524 mg/mL
x = 85,24 mg/100mL
Absorbansi sampel 2 = 0,223
y = 0.8095x - 0.39
0,223 = 0.8095x - 0.39
0,223 + 0.39 = 0.8095x
x= 0.6130.8095
x = 0,7573 mg/mL
x = 75,73 mg/100mL
b. Kurva standart larutan glukosa
Berikut data absorbansi larutan standar glukosa darah :
Konsentrasi
mg/ml
Absorbansi
0,2 0.534
0,4 0.72
0,6 0.917
0,8 1.008
|
Sehingga didapatkan persamaan garis dari kurva larutan standar glukosa darah, yaitu
sebagai berikut :
0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.90
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
f(x) = 0.8095 x + 0.39R² = 0.978054272894337
Kurva Larutan Standar Glukosa
Kurva Larutan StandarLinear (Kurva Larutan Standar)
Konsentrasi
Abso
rban
si
|
Recommended