1
LATIHAN CORE STABILITY LEBIH BAIK
MENINGKATKAN AGILITY DIBANDING LATIHAN
JUMP TRAMPOLIN PADA ATLET SEPAK BOLA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
Dicky Fathurohman
201310301112
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2015
2
LATIHAN CORE STABILITY LEBIH BAIK
MENINGKATKAN AGILITY DIBANDING LATIHAN
JUMP TRAMPOLIN PADA ATLET SEPAK BOLA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh :
Dicky Fathurohman
201310301112
Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Fisioterapi
Program Studi S1 Fisioterapi
di Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan „Aisyiyah
Yogyakarta
PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH’
YOGYAKARTA
2015
4
LATIHAN CORE STABILITY LEBIH BAIK MENINGKATKAN AGILITY
DIBANDING LATIHAN JUMP TRAMPOLIN PADA ATLET SEPAK BOLA 1
Dicky Fathurohman2, Moh. Ali Imron, S.Sos,. M.Fis
3
ABSTRAK
Latar Belakang: Kelincahan merupakan dasar gerak fisik atau aktifitas dari tubuh
manusia yang perlu dilatih secara khusus. Sampai saat ini para pelatih belum
menemukan tipe dan takaran pelatihan yang tepat untuk meningkatkan kelincahan
pemain sepakbola, sehingga dicoba dua tipe pelatihan yaitu latihan core stability dan
latihan jump trampolin untuk meningkatkan kelincahan. Pelatihan dilakukan pada
sore hari di lapangan Seyegan Stadion mulai pukul 15.30-17.30 WIB selama enam
minggu dengan frekuensi tiga kali seminggu. Sampel berjumlah 20 orang dipilih
secara acak sederhana dari pemain yang memenuhi syarat. Jumlah sampel masing-
masing kelompok adalah 10 orang, kemudian diberikan pelatihan yang berbeda yaitu
kelompok 1 diberikan latihan core stablity dan kelompok 2 latihan jump trampolin
Tujuan: penelitian ini ditujukan untuk mengetahui latihan core stability lebih baik
meningkatkan agility dibanding latihan jump trampolin pada atlet sepak bola
penambahan latihan isometrik
Metode Penelitian: penelitian ini dilakukan dengan desain pre test and post test
control group dimana didapatkan jumlah sampel untuk kelompok dengan latiham
core stability sebanyak 10 orang, dan pada kelompok latihan jump trampolin
sebanyak 10 orang.
Hasil: Dari hasil pengujian hipotesis dengan paired sample t-test pada kelompok
latihan core stability didapatkan nilai p>0,05 (p=0,002) yang berarti latihan core
stability dapat meningkatkan agility. Sedangkan pada kelompok latihan jump
trampolin nilai p<0,05 (p=0,000) yang berarti latihan jump trampolin dapat
meningkatkan agility. Dari hasil pengujian hipotesis dengan didapatkan nilai yang
berarti latihan core stability lebih baik meningkatkan agility dibanding latihan jump
trampolin pada atlet sepak bola.
Kesimpulan: Latihan core stability dan latihan jump trampolin dapat meningkatkan
agility pada atlet sepak bola
Saran: Untuk menambah jumlah responden serta menambah waktu penelitian agar
lebih bisa terlihat keefektifitasan latihan yang dilakukan.
Kata Kunci: latihan core stability, latihan jump trampolin, agility
Jumlah halaman: i-xi, 63 halaman, 15 gambar, 8 tabel, 12 lampiran
1 Judul Skripsi
2 Mahasiswa Program Studi Fisioterapi STIKES „Aisyiyah Yogyakarta
3 Program Studi Fisioterapi STIKES „Aisyiyah Yogyakarta
5
1 The title of thesis
2 Student Program Study of Physiotherapy STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta
3 Lecturer Program Study of Physiotherapy STIKES 'Aisyiyah Yogyakarta
CORE STABILITY EXERCISE IS IMPROVE AGILITY BETTER THAN
JUMP TRAMPOLINE EXERCISE IN SOCCER ATHLETES1
Dicky Fathurohman2, Moh. Ali Imron, S.Sos ,. M.Fis
3
ABSTRACT
Background: Agility is the basis of physical movement or activity of the human
body that need to be specially trained. Until now the coach has not found the type and
dose of appropriate training to improve agility soccer player, so try two types of
training, namely core stability exercise and trampoline jump exercise to improve
agility. Training is done in the afternoon in the field “Seyegan Stadion” starting at
03:30 to 05:30 pm for six weeks with a frequency of three times a week. Samples of
20 people selected randomly from players who qualify. The number of samples of
each group is 10 people, then given different training namely group 1 was given
exercise core stablity and group 2 jump trampolin exercise.
Objective: This study was aimed to determine the core stability exercise improve
agility better than trampoline jump exercise on soccer athletes addition of isometric
exercise.
Methods: This study was conducted with pre test and post test control group which
found the number of samples for a group with core stability exercise many as 10
people, and in the group of jump trampoline exercise many as 10 people. Results:
From the results of testing the hypothesis by paired sample t-test on core stability
exercise group p value> 0.05 (p = 0.002), which means core stability exercise can
improve agility. While the jump trampoline exercise group value of p <0.05 (p =
0.000) were significant jump trampoline exercise can improve agility. From the
results of hypothesis testing with a mean value obtained core stability exercise better
than improve agility trampoline jump exercise on the football athletes.
Conclusions: Core stability exercise and jump trampoline exercise can improve
agility in soccer athletes
Tip: To increase the number of respondents and increase research time in order more
can be seen the effectiveness of exercise performed.
Keywords: core stability exercises, exercise trampoline jump, agility.
Number of pages: i-xi, 63 pages, 15 pictures, 8 tables, 12 attachments.
6
PENDAHULUAN
Olahraga prestasi adalah olahraga yang membutuhkan latihan rutin dan
kecepatan yang harus dijaga atau bahkan ditingkatkan. Salah satu olahraga prestasi
adalah olahraga sepakbola. Sepak bola merupakan olahraga paling populer di
Indonesia. Sepak bola dimainkan oleh dua tim yang saling berhadapan selama 2x45
menit, yang masing-masing tim terdiri dari 11 pemain inti dan 7 pemain cadangan.
Dalam permainan sepak bola setiap pemain diharuskan untuk menguasai teknik-
teknik dalam bermain. Teknik dasar yang harus dikuasai dengan baik dan benar oleh
setiap pemain diantaranya adalah teknik menendang bola, teknik menggiring bola,
teknik menahan bola, teknik menyundul bola, teknik lemparan kedalam dan teknik
menjaga gawang (Scheunemann, 2012). Gerakan dalam sepak bola yang menyangkut
kecepatan, kekuatan, kelincahan harus mempunyai postur tubuh yang stabil, agar
tenaga yang dikeluarkan untuk bergerak dapat dilakukan secara efisien (Giriwiryo,
2012).
Kelincahan adalah kemampuan seseorang untuk dapat mengubah arah
gerakan tubuh atau bagian tubuh secara tiba-tiba dengan cepat dan tepat tanpa
kehilangan keseimbangan, kelincahan ini berkaitan erat antara kecepatan dan
kelentukan (Irianto, 2009). Core stability merupakan salah satu komponen penting
dalam memberikan kekuatan lokal dan keseimbangan untuk memaksimalkan aktifitas
gerak secara efisien (Irfan, 2012). Core stability juga berpengaruh terhadap
kemampuan mengontrol dan mengendalikan posisi dan gerakan sentral pada tubuh
diantaranya: head and neck alignment, alignment of vertebral column thorax and
pelvic stability/mobility, dan ankle and hip strategies (Saunders,dkk 2008).
Trampolin adalah perangkat yang terdiri dari sepotong kencang, kain yang kuat
membentang di atas kerangka baja menggunakan mata digulung banyak
(http://id.wikipedia.org/wiki/Trampolin). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No.778 Tahun 2008 tentang Pedoman Pelayanan Fisioterapi di
Sarana Kesehatan, Fisioterapi adalah suatu pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
individu dan atau kelompok dalam upaya mengembangkan, memelihara, dan
memulihkan gerak dan fungsi sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan
modalitas fisik, agen fisik, mekanis, gerak, dan komunikasi.
Setelah membaca dan mengumpulkan informasi dari beberapa sumber
diatas tentang efek latihan core stability dan latihan jump trampolin, maka peneliti
ingin menggunakan metode latihan core stability dan jump trampolin untuk
meningkatakan agility pada atlet sepak bola. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “ Latihan core stability lebih baik meningkatkan
agility dibanding latihan jump trampolin pada atlet sepak bola”.
7
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen.
Dalam penelitian ini menggunakan pre and post test two group design dengan
membandingkan antara perlakuan kelompok 1 latihan core stability dan kelompok 2
latihan jump trampolin. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dari
sejumlah populasi yang ada akan diambil sampel yang memenuhi kriteria yang telah
ditentukan untuk kemudian dirandomisasi dan dibagi menjadi 2 kelompok
perlakuan, yaitu: (1) Kelompok perlakuan latihan core stability (2) Kelompok
perlakuan latihan jump trampolin. Cara untuk merandomisasi pada penelitian ini
dengan membuat undian yaitu atlet disuruh untuk mengambil undian yang isimya
kelompok 1 dan kelompok 2. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 20 orang yang dibagi menjadi 2
kelompok perlakuan. Alat adalah instrumen yang digunakan pada waktu penelitian
untuk membantu memperoleh atau mengumpulkan data penelitian, dengan
menggunakan metode atau cara. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
: alat jump trampolin, stop watch, cone, meteran. Jalannya Penelitian: (1) Melakukan
observasi tempat penelitian, alat penelitian, sampel. (2) Menyusun proposal
penelitian dengan pembimbingan dosen. (3) Melaksanakan seminar proposal disertai
dengan revisi. (4) Mengajukan surat izin dari pihak Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Aisyiyah Yogyakarta, guna pengajuan izin tempat penelitian. (5) Melakukan
anamnesis dan penentuan sampel pada atlet sepak bola di klub AMS. Anamnesis ini
bertujuan untuk menyaring sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Metode
Pengumpulan Data, jenis data adalah data primer yang dikumpulkan oleh peneliti
dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) Langkah pertama pengumpulan data
dilakukan sesuai prosedur administrasi yang berlaku, selanjutnya menentukan subjek
penelitian yang telah memenuhi kriteria untuk menjadi responden dalam penelitian
ini, kemudian diberi surat persetujuan sebagai bukti bahwa sampel bersedia untuk
menjadi responden dalam penelitian ini. (2) Setelah menentukan subjek penelitian,
dilanjutkan dengan pengumpulan data demografi responden meliputi : umur, jenis
kelamin, aktifitas sehari-hari, tinggi badan, berat badan. (3) Membimbing atau
menjelaskan cara dalam pengambikan data. (4) Mengambil data agility atlet dengan
illinois agilty run test. (5) Melakukan skoring data hasil penilaian yang telah
dikumpulkan. (6) Setelah data lengkap, peneliti melakukan pengolahan data dengan
menggunakan progam SPPS 20. Pelaksanakan penelitian berupa responden dilakukan
latihan core stability dan latihan jump trampolin 3 kali seminggu selama 2 minggu.
Setelah data terkumpul kemudian dilakukan pengolahan data melalui beberapa tahap
yaitu memeriksa kelengkapan, keseragaman data (editing), memberikan tanda-tanda
(coding) pada setiap data untuk memudahkan mengenali kembali catatan dan
memudahkan analisa, memindahkan data yang ada ke table (tabulating). Kemudian
yang terakhir yaitu uji analisa data. Melaksanakan ujian skripsi disertai revisi. Tehnik
Analisa Data yaitu (1) Uji Normalitas Data bertujuan untuk mengetahui apakah data
yang terkumpul berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data yang digunakan
adalah uji saphiro wilk (sampel<30) bertujuan untuk menguji kenormalan data
8
dengan dengan interpretasi apabila nilai p pada hasil analisa tersebut lebih besar dari
0,05 maka data dapat disimpulkan berdistribusi normal, dan apabila nilai p lebih kecil
dari 0,05 maka data dapat disimpulkan berdistribusi tidak normal. (2) Uji Hipotesis 1
data berdistribusi normal maka menggunakan paired t-test. (3) Uji Hipotesis 2 data
berdistribusi normal maka digunakan paired t-test. (4) Uji Hipotesis 3 data
berdistribusi tidak normal maka digunakan Mann Whitney Test. Uji statistik diawali
dengan menguji normalitas data terlebih dahulu, jika nilai signifikan P>0,05 berarti
data berdistribusi normal dan menggunakan parametrik test, namun jika signifikan
P<0,05 berarti data berdistribusi tidak normal dan selanjutnya menggunakan uji non
parametrik. Metode pengolahan data penelitian, data yang diperoleh dari hasil test
agility diolah dengan meneliti dan memeriksa data meliputi karakteristik responden
dan kelengkapan jawaban kuesioner, dengan tahapan sebagai berikut : (1) Editing
meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan kosistensi dari setiap
jawaban. Peneliti meneliti kembali kuesioner ditempat pengumpulan data. (2) Coding
Peneliti mengklasifikasikan jawaban-jawaban yang ada menurut macamnya.
Klarifikasi dilakukan dengan memadai masing–masing jawaban yang ada dengan
kode berupa angka, kemudian dimasukkan dalam table sehingga mudah dibaca. (3)
Data Entry, data yang sudah dilakukan pengkodean dimasukkan kedalam aplikasi
statistik SPSS (Statistic Package Social Science) untuk pengujian statistik. (4)
Cleaning, apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai (5)
dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan- kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan
atau koreksi.
HASIL PENELITIAN
1. Deskripsi Data
Sampel dalam penelitian ini berasal adalah atelet sepak bola di klib AMS Seyegan.
Sebelum diberikan perlakuan sampel terlebih dahulu dilakukan penilaian agility test
Selanjutnya sampel diberikan program fisioterapi dengan latihan core stability dan
latihan jump trampolin 3 kali seminggu selama 2 minggu dan kemudian dilakukan
penilaian agility test kembali untuk menentukan keberhasilan dari perlakuan yang
diberikan. Terdapat dua kelompok perlakuan sampel yaitu perlakuan 1 yang diberi
latihan core stablity dan latihan jump trampolin.
9
a. Karakteristik Responden Menurut Umur
Tabel Distribusi responden berdasarkan umur
Usia Core
Stability % Usia
Jump
trampolin %
22
23
24
25
26
27
28
1
1
1
2
2
3
1
9,09
9,09
9,09
18,18
18,18
27,27
9,09
22
23
24
25
26
27
28
1
3
1
2
2
2
0
9,09
27.27
9,09
18,18
18,18
18,18
0
Total (n) 11 100 Total (n) 11 100
Berdasarkan tabel diatas, tampak pada latihan core stability sampel
terbanyak pada usia 27 tahun yaitu 3 responden (27,27%) dan yang
terkecil pada usia 22, 23, 24, dan 28 tahun yaitu 1 responden (9,09%).
Sedangkan pada latihan jump trampolin sampel terbanyak pada usia 23
tahun yaitu 3 responden (27,27%), dan yang terkecil pada usia 22,
24tahun yaitu 1 responden (9,09%).
b. Karakteristik Responden menurut Tinggi Badan
Tabel Distribusi Responden Berdasarkan Tinggi Badan
Tinggi
badan
Core
Stability %
Jump
trampolin %
155-160
160-165
165-170
170-175
2
3
5
1
18,18
27,27
45,45
9,09
2
3
4
2
18,18
27,27
36,36
18,18
Total (n) 11 100 11 100
Berdasarkan tabel di atas, tampak pada latihan core stability memiliki
responden paling banyak dengan tinggi badan 165-170 cm yaitu sebanyak
5 responden (45,45%) dan paling sedikit dengan tinggi badan 170-175 cm
sebanyak 1 responden (9,09%). Sedangkan pada latihan jump trampolin
memiliki responden paling banyak dengan tinggi badan 165-170 cm
sebanyak 4 responden (36,36%) dan paling sedikit dengan tinggi badan
155-160 cm sebanyak 2 responden (18,18%) dan dengaqn tinggi 170-175
cm sebanyak 2 responden (18,18%).
10
c. Karakteristik Responden berdasarkan Berat Badan
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan Berat Badan
Berat
badan
Core
Stability %
Jump
trampolin %
40-50
50-60
60-70
70-80
0
6
4
1
0
54,54
36,36
9,09
0
3
4
2
0
36,36
45,45
18,18
Total (n) 11 100 11 100
Berdasarkan tabel di atas, tampak pada latihancore stability memiliki
responden paling banyak dengan berat badan >50-60 kg yaitu sebanyak 6
responden (54,54%) dan paling sedikit dengan berat badan >70-80 kg
sebanyak 1 responden (9,09%). Sedangkan pada latihan jump
trampolinmemiliki responden paling banyak dengan berat badan >60-70
kg sebanyak 5 responden (45,45%) dan paling sedikit dengan berat badan
>70-80kg sebanyak 2 responden (18,18%).
d. Deskripsi Data Hasil Agility Responden
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Sampel
Core
G
S
N
I
N
K
T
J
R
A
D
n 11
Pre
16,49
15,55
16,56
15,2
14,76
15,9
16,05
15,14
16,32
16,21
15,92
`M 15,93
Post
15,91
15,3
16,05
14,32
14,47
14,79
15,68
15,05
15,45
15,58
15,56
M 15,30
Sampel
Jump
T
P
S
R
S
B
J
S
A
R
R
n11
Pre
16,49
15,55
16,56
15,2
14,76
15,9
16,05
15,14
16,32
16,21
15,92
M 15,82
Post
15,91
15,3
16,05
14,32
14,47
14,79
15,68
15,05
15,45
15,58
15,56
M 15,28
Berdasarkan tabel diatas tampak data hasil agility responden
kelompok latihan core stability berdasarkan sebelum (pre test) dan
sesudah (post test) latihan dengan jumlah responden sebanyak 11 atlit,
rata-rata sebelum latihan 15,93 detik dan sesudah latihan 15,30 detik,
nilai minimum sebelum latihan 17,17 detik dan sesudah latihan 16,77
detik nilai maksimum sebelum latihan 14,96 detik dan sesudah latihan
14,70detik.
11
Berdasarkan tabel tampak data hasil agility responden
kelompok jump trampolin berdasarkan sebelum(pre test) dan sesudah
(post test) latihan dengan jumlah responden sebanyak 11 atlit, rata-rata
sebelum latihan 15,82 detik dan sesudah latihan15,28 detik,nilai
minimum sebelum latihan 16,49 detik dan sesudah latihan 15,91 detik
nilai maksimum sebelum latihan 14,76 detik dan sesudah latihan 14,32
detik. Hal ini terjadi karena setelah diberikan latihan jump trampilin
atau latihan core stability terjadi perubahan stabilisasi postur yang lebih
baik, keseimbangan meningkat dan fleksibilitas sendi bagus.
2. Hasil Uji Analisis
Penelitian ini bertujuan membuktikan ada tidaknya pengaruh latihan
core stability dan jump trampolin terhadap agility serta untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan pengaruh antara masing-masing latihan tersebut. Sampel
penelitian sebanyak 22 responden atlet sepak bola yang mengikuti latihan di
klub AMS Seyegan.Hipotesis penelitian adalah (1) latihan core stability
meningkatkan agility pada atlet sepak bola. (2) latihan jump trampolin
meningkatkan agility pada atlet sepak bola. (3) latihan core stability lebih
baik meningkatkan agility dibanding jump trampolin pada atlet sepak bola.
a. Uji Normalitas Data
Sebelumnya dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan
analisa Shapiro-Wilk Test. Cara menguji normalitas yaitu dengan
membandingkan probabilitas (p) yang diperoleh dengan taraf signifikansi
(α) 0,05. Berdasarkan hasil uji normalitas data, diperoleh nilai signifikan
(nilai p) padaagilitypre 0.690 dan post 0.722 maka data tersebut termasuk
normal.
b. Uji Homogenitas Data
Untuk uji homogenitas data menggunakan uji Levene didapatkan
nilai pada kelompok latihan core stability dan latihan jump trampolin
adalah 0,404 berarti nilai p>0,05 yang berarti data bersifat homogen.
Secara rinci,uji normalitas dan uji homogenitas dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Hasil Uji Normalitas dan Uji Homogenitas
Berat Badan Nilai p ( uji Shapiro Wilk) Nilai p (uji Levene)
Sampel
Pre
post
0,690
0,722
0,036
12
c. Uji Hipotesis I
Hasil Uji Hipotesis I dan II
Sampel N Mean P
Pre-post core
Pre-post jump
11
11
15,93
15,30
0,002
0,000
Hasil uji hipotesis I (nilai p) hitung adalah 0,002.Hal ini berarti
nilai probabilitas kurang dari 0,05 (p<0,05) maka Ha diterima dan Ho
ditolak. Dari pernyataan tersebut berarti latihan core stability dapat
meningkatkan agility atlet sepak bola.
d. Uji Hipotesis II
Setelah dilakukan uji normalitas data, maka pengujian statistik
untuk hipotesis II dilakukan dengan Paired Sample T-Test yaitu suatu uji
parametrik untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat.Hasil perhitungan Paired Sample T-Test diperoleh nilai signifikan
(p-value) sebesar 0,000. Perbandingan nilai probabilitas menunjukkan
nilai probabilitas aktual lebih kecil dari probabilitas yang disyaratkan atau
0,000 < 0,05. Dari pernyataan tersebut menunjukkan bahwa latihan jump
trampolin dapat meningkatkan agility pada atlet sepak bola.
e. Uji Hipotesis III
Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan pengaruh latihan
core stability dan jump trampolin terhadap agility maka dilakukan uji
beda pengaruh yaitu menggunakan analisa data Independent Sample
Test.
Tabel 8
Hasil Uji Hipotesis III
Sampel N Mean P
Core stability
Jump trampolin
11
11
0,949
Dari hasil analisa menggunakan Independent Sample Test
diatas, Diperoleh nilai signifikan (p-value) sebesar 0,949 Hal ini
berarti nilai probabilitas lebih dari 0,05 (p>0,05) maka Ho diterima
dan Ha ditolak.Dari pernyataan tersebut berarti tidak ada perbedaan
pemberian latihan core stability dan latihan jump trampolin untuk
meningkatkan agility pada atlet sepak bola,jadi latihan core stability
tidak lebih baik meningkatkan agility dibanding dengan latihan jump
trampolin.
13
PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan metode Prea nd
Post Test group design, untuk mengetahui pengaruh latihancore stabilitydanjump
trampolin terhadap agility atlit sepak bola AMS Seyegan. Klub AMS Seyegan sudah
banyak berprestasi gemilang dalam kompetisi sepak bola,dan banyak pemain dari
klub ini yang menjadi pemain profesional yang berkompetisi di Liga Indonesia.
Pada pengujian Hipotesis 1 pada penelitian ini didapatkan hasil agility
dengan latihan core stability yang dilakukan seminggu 3x selama 2 minggu dapat
berpengaruh meningkatkan agility pada atlet sepak bola. Dalam pengujian hasil uji
hipotesis I pada penelitian ini memiliki nilai probabilitas (nilai p) hitung 0,003. Hal
ini berarti latihan core stability dapat meningkatkan agility atlet sepak bola. Hal ini
didukung oleh penelitian Maulana (2011) dengan judul efek penambahan core
stability exercise pada latihan shuttle run terhadap peningkatan agility pada pemain
futsal, Hasil uji T-Test Independent selisih nilai akhir peningkatan agility pada
kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II menunjukkan perbedaan efek yang
signifikan pada kedua kelompok, yaitu nilai P = 0,020 (P<0,05). Dapat disimpulkan
bahwa penambahan core stability exercise pada latihan shuttle run mempunyai efek
yang signifikan terhadap peningkatan agility pada pemain futsal. Dalam latihan core
stability dapat membentuk kekuatan pada otot–otot postural, hal ini akan
meningkatkan stabilitas pada thrunk, postur, sehingga dapat meningkatkan
keseimbangan, gerakan menjadi lebih stabil. meningkatkan kekuatan otot, kecepatan,
fleksibilitas, dan koordinasi neuromuscular, sehingga dapat meningkatkan
kemampuan agility.
Pada pengujian Hipotesis II pada penelitian ini didapatkan hasil agility
dengan latihan jump trampolin yang dilakukan seminggu 3x selama 2 minggu dapat
berpengaruh meningkatkan agility pada atlet sepak bola. Dalam Ppenelitian ini hasil
uji hipotesis II memiliki nilai probabilitas (nilai p) hitung 0,000. Hal ini berarti
latihan jump trampolin dapat meningkatkan agility atlet sepak bola. Hal ini karena
latihan jump trampolin juga dapat memperkuat otot, meningkatkan kepadatan tulang,
meningkatkan keseimbangan, fleksibilitas tubuh, postur tubuh tegak,sendi dan
ligament akan memiliki fungsi yang lebih baik. Pada posisi berdiri seimbang,
susunan saraf pusat berfungsi untuk menjagapusat massa tubuh (center of body mass)
dalam keadaan stabil dengan batasbidang tumpu tidak berubah kecuali tubuh
membentuk batas bidang tumpu lain (misaalnya: melangkah, melompat).
Pada pengujian hasil uji hipotesis III didapat nilai probabilitas (nilai p)
hitung 0,078. Hal ini berarti berarti tidak ada perbedaan pemberian latihan core
satability dan latihan jump trampolin untuk meningkatkan agility pada atlet sepak
bola, jadi latihan core stability tidak lebih baik meningkatkan agility dibanding
dengan latihan jump trampolin. Secara umum latihan core stability dan latihan jump
trampolin memiliki tujuan yang sama yaitu melatih keseimbangan. Latihan core
stability dengan gerakan menahan/menjaga tubuh agar tidak jatuh dan latihan jump
14
trampolin dengan gerakan seperti melompat dan menahan posisi tubuh agar tetan
stabil memberikan penekanan yang lebih agar proprioceptive meningkat, dan untuk
menghasilkan adaptasi otot terhadap stimulus training. Keseimbangan itu sendiri
merupakan usnsur penting dari agility. Proprioception dihasilkan melalui respon
secara simultan, visual, vestibular, dan sistem sensorimotor, yang masing-
masingmemainkan peran penting dalam menjaga stabilitas postural (Rienmann dan
Lephart 2002). Proprioceptive exercise sangat dianjurkan untuk meningkatkan
proprioception untuk meningkatkan keseimbangan dan koordinasi sehingga
tercapainya kelincahan yang baik (Elsevier, 2012).
KETERBATASAN PENELITIAN
Pada penelitian ini muncul berberapa keterbatasan diantaranya adalah
sebagai berikut : (1) Peneliti hanya menghubungkan dua variabel bebas yaitu
latihan core stability dan latihan jump trampolin terhadap kelincahan. (2) Peneliti
tidak dapat mengontrol sampel apakah sebelum dilakukan tes sampel melakukan
aktivitas berat atau tidak. (3) Terbatasnya jumlah atlet yang menjadi sampel. (4)
Tidak diperhitungkan masalah kondisi fisik dan mental pada waktu
melaksanakan tes.
SIMPULAN
Berdasarkan dari analisa hasil statistik, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut : (1) Latihan core stability dapat menikatkan agility atlet sepak bola. (2)
Latihan jump trampolin dapat meningkatkan agility atlet sepak bola. (3) Tidak
ada perbedaan pengaruh latihan core stability dan jump trampolin untuk
meningkatkan agility.
SARAN
Berdasarkan analisis data intervensi penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa latihan core stability tidak lebih baik meningkatkan agility
dibanding latihan jump trampolin pada atlet sepak bola Oleh karena itu peneliti
menyarankan (1) Latihan core stability dan latihan jump trampolin perlu diteliti
dengan kasus yang sama atau kasus yang lain tidak hanya pada agility. (2)
Memberikan pelayanan Fisioterapi yang paripurna yang berarti melakukan
tindakan terapi tidak hanya bersifat suportif dan simtomatis tetapi juga
melakukan tindakan causatif sebagai penyebab utama adanya gangguan agility
pada atlet sepak bola.(3) Untuk memberikan pelayanan Fisioterapi berupa
peningkatan agility apat diberikan teknik pelatihan berupa latihan core stability
atau latihan jump trampolin. (4) Perlu adanya penambahan jumlah sampel dan
waktu penelitian selama 6 minggu.
15
DAFTAR PUSTAKA
Aras. (2013). Atlas Palpasi Otot Metode Fisioterapi, Fisiocare Publishing, Makassar
Abraham, D. Hlavacka, F. (2008.) Age-Related Changes of Human Balance duing
Quiet Stance. Physiological Research. Institute of physiology v.vi., Academy
of Sciences of the Czech Republic.
Astrand, P.O.K. (2011). Tex Book of Work Physiology, NewYork
Brandon and Raphael. (2009) Core stability training and core stability program
dalam http://www.sportmedicine.com, diakses tanggal 22 september 2014
Delito, A. (2003.) The Link Between Balance Confidence And Faling. Physical
Therapy Research That Benefits You. American Physical Therapy
Association.
Dendas. (2010). The Relationship Between Core Stability and Athletic Performance,
Humboldt State University, Canada
Giriwiryo. (2012). Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga) Fungsi Tubuh Manusia
Pada Olahraga Untuk Kesehatan dan Prestasi, Remaja Rosdakarya, Bandung
Hadinoto, (2009.) Sumbangan Panjang Tungkai dan Kelincahan terhadap Kecepatan
Tendangan Sabit pada Atlet Tapak Suci di Pondok Pesantren Dahrul Ihsan
Sragen Tahun 2008. Skripsi. Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang, Semarang
Irfan. (2012). Optimizing healthy life with core stability. Disampaikan dalam
workshop fisioterapi dengan tema Optimizing Healthy Life with Core Stability
pada tanggal 21 Februari 2012 yang diselenggarakan oleh prodi D3
Fisioterapi UPN Jakarta.
Irianto. (2009). Materi Pelatihan Kondisi Fisik Dasar, ASDEP Pengembangan
Tenaga Dan Pembina Keolahragaan Deputi Bidang Peningkatan Prestasi dan
Iptek Olahraga, Kementrian Pemuda dan Olahraga, Jakarta
Kahle, N. (2009). The Effect of Core Stability Training on Balance Testing in Young.
The University of Toledo.
Kharismayanda. (2013) Uji Validitas, Realias dan Obyektivitas Tes Kelincahan
Sepak Bola Ilinois Agility Run Test Untuk Siswa Yang Mengikuti Ekstra
Kulikuler Sepak Bola Di SMAN Se Kota Cimahi
Kibler. W.B. (2006). The role of corestability in athletic function hal 189-
198. Joel Press.
Lutan, R. (2003.) Menuju Sehat dan Bugar. Jakarta: Direktorat Jenderal Olahraga.
Depdiknas.
Maksum. A. dan Toho, C. M. 2007. Sport Development Index. Jakarta: PT. Index.
16
McArdle. W.D, Katch, F.I. Katch,V.L. (2010) Exercise Physiology:Nutrition, Energy,
and Human Performance. Seventh Edition. Philadelphia, Lippincott Williams
and Wilkins
MCKENZIE, B. (2006) Core Stability Exercises Available from:
http://www.brianmac.co.uk/corestabex.htm [Accessed 22/10/2014]
Nikolenko. (2011). Relationship Between Core Power And Measures of
SportPerformance, Human Performance Laboratory, Center for Sport
Performance, Department of Kinesiology,California State University,
Fullerton, USA
Notoatmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Putz, R. dan Pabst, R. 2006, Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Jakarta : Buku
Kedokteran, EGC.
Riemann, B.L and Lephart, S.M. (2002). The Sensory Motor System Part II: The
Role of Proprioception in Motor Control and Functional Joint Stability.
Sajoto. 1998. Peningkatan dan Pembinaan Kekuatan Kondisi Fisik Dalam
Olahraga. Semarang: Dahara Prize.
Saunders, K. Rath, D. & Hodges, P. (2008). Postural and respiratory activation of the
trunk muscles changes with mode and speed of locomotion. Gait and Posture.
Scheunemann. (2012). Kurikulum Dan Pedoman Dasar Sepak Bola Indonesia,
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia, Jakarta
Pratama, B.A (2012.) Efek Penambahan Core Stability Exercise pada latihan Cone
Drill Excercise terhadap Peningkatan Agility pada Pemain Futsal, Jakarta
Maulana, D. (2011.) Efek Penambahan Core Stability Exercisepada Latihan Shuttle
Run terhadap Peningkatan Agility pada Pemain Futsal, Jakarta
Sudaryanto. (2007.) Tes – Tes Physical Fitnes. Disampaikan pada Seminar dan
workshop “Peranan Tenaga Fisioterapi Pada Olahraga” Di Semarang pada
tanggal 15 Maret 2007 oleh Ikatan Fisioterapi Indonesia Cabang Semarang
Willmore, E. (2004.) Open Versus Closed Kinetic Chain Exercise.
ucsf.edu/sites/ptrehab.ucsf.edu/files/documents/Open versus Closed
Kinetic Chain Exercises for Patellofemoral Pain Syndrome_Tsai.pdf.
Young. W. B. (2001). Specificity of sprint and agility training methods. The
Journal of Strength & Conditioning Research, 15 (3), p. 315-319).