SENI RUPA KONTEMPORER
A. Sejarah
Pecahnya revolusi Perancis 1789, merupakan salah satu tanda kebangkitan seni rupa
modern, yang kemudian diikuti dengan munculnya pelukis dari Perancis yang bernama J.L.
David. Tidak hanya J.L. David, tetapi pelukis seperti Vincent Van Gogh dan Leonardo Da Vinci
juga seniman yang menjadi tanda kebangkitan era seni rupa modern.
Seni Rupa Modern Eropa dan Amerika adalah pelopor lahirnya seni modern. Hal ini
ditegaskan oleh Rosenberf, dalam Dharsono (2004:222) bahwa:
Pengertian “modern” dalam terminologi seni rupa tidak bisa dilepaskan dari prinsip modernisme atau paham yang mendasari perkembangan seni rupa modern dunia sampai pertengahan abad ke-20. Seni rupa modern dunia memiliki nilai-nilai yang bersifat universal. Dari penafsiran seorang pelukis Jerman yang pindah ke Amerika Serikat sesudah Perang Dunia ke II, Hans Hofmann menyatakan hanya seniman dan gerakan di Eropa dan Amerika yang mampu melahirkan seni rupa modern, konsepsi poros Paris-New-York sebagai pusat perkembangan seni rupa modern.
Seni modern lahir dari dorongan untuk menjaga standar nilai estetik yang kini sedang
terancam oleh metode permasalahan seni. Modernisme meyakini gagasan progres karena selalu
mementingkan norma kebaruan, keaslian dan kreativitas. Prinsip tersebut melahirkan apa yang
kita sebut dengan “Tradition of the new” atau tradisi “Avant-garde”, pola lahirnya gaya seni
baru pada awalnya ditolak, namun akhirnya diterima masyarakat sebagai inovasi terbaru.
Seni modern dengan melahirkan Conceptual Art/ Seni Konseptual merupakan gerakan dalam
menempatkan ide, gagasan atau konsep sebagai masalah yang utama dalam seni. Sedangkan
bentuk, material dan objek seninya hanyalah merupakan akibat/efek samping dari konsep
seniman.
Walaupun kita sering menggunakan istilah seni rupa modern prinsip modernisme tak
pernah sungguh-sungguh berakar. Polemik kebudayan di tahun 30-an sangat mempengaruhi
pemikiran perkembangan seni rupa Indonesia. Hal ini dipertegas oleh Jim Supangkat 1992
sebagai berikut:
Persentuhan seni rupa Indonesia dengan seni rupa modern sebenarnya hanya terbatas pada corak, gaya, dan prinsip estetik tertentu. Nasionalisme sebagai sikap dasar persepsi untuk menyusun sejarah perkembangan sejarah seni rupa Indonesia adalah kenyataan yang tak bisa disangkal dan nasionalisme sangat mewarnai pemikiran kesenian dihampir semua negara berkembang. Batas kenegaraan itulah yang mengacu pada nasionalisme yang akhirnya diakui dalam seni rupa kontemporer yang percaya pada pluralisme sejak zaman PERSAGI tidak pernah ragu menggariskan perkembangan seni rupa Indonesia khas Indonesia (Jim Supangkat dalam Dharsono, 2004: 224).
Kendati seni rupa modern percaya pada eksplorasi dan kebebasan secara implisit
akhirnya hanyalah mempertahankan prinsip-prinsip seni rupa Barat (tradisi Barat). Prinsip-
prinsip modernisasi juga menetapkan tahap perkembangan yang didasarkan pada perkembangan
seni rupa modern Eropa Barat dan Amerika (lihat sejarah). Di Indonesia prinsip-prinsip seperti
itu tidak seluruhnya teradaptasi, akan tetapi muncul secara terpotong-potong kadang dalam
bentuk yang lebih ekstrim.
Catatan perkembangan pelukis Belanda yang diabaikan adalah catatan yang justru secara
mendasar memperlihatkan tanda-tanda perkembangan seni rupa modern. Kendati tidak terlalu
nyata pergeseran yang terjadi pada tahun 1940-an ini menandakan seniman mulai
mempersoalkan bahasa rupa dan cenderung meninggalkan representasi (menampilkan realitas
sebagai fenomena rupa). Pada tahun 50-an kecenderungan mempersoalkan bahasa rupa itu
menegaskan pada karya pelukis Ries Mulder yang waktu itu tinggal di Bandung. Ketika Ries
Mulder merintis pendidikan seni rupa di Bandung (ITB), perkembangan seni rupa di alur ini
memasuki era penjelajahan masalah bentuk rupa yang secara sadar meninggalkan representasi.
Ries Mulder memperkenalkan konsep-konsep seni lukis kubisme yang kemudian sangat
berpengaruh di kalangan pelukis pribumi yang belajar padanya. Di tempat lain, ruang seni rupa
di Jogjakarta pada saat itu dipenuhi dengan karya-karya realistis. Dari kenyataan inilah maka
lahir kubu Bandung yang disebut sebagai laboratorium Barat. Hal ini dipertegas oleh A.D. Pirous
bahwa:
…perguruan tinggi dibentuk dengan gaya, konsep dan teori kesenian Barat modern diajarkan pada mahasiswa, proses itu berjalan sedemikian sehingga pada tahun 50 dan 60-an, karya-karya mahasiswa seni rupa Bandung pernah dicap sebagai hasil laboratorium Barat (A.D. Pirous, 2003:56)
Akibat dari perkembangan ini, kemudian menjadi kontradiksi kubu Bandung-Jogja yang
memperlihatkan pertentangan dua tradisi besar seni rupa modern, yaitu kontradiksi tradisi realis
dan modernis.
B. Pengertian
Seni kontempor merupakan salah satu cabang seni yang mendapat pengaruh dari dampak
modernisasi. Bila dilihat dari asal-usul kata, kontemporer dapat diartikan dengan modern,
kekinian, atau lebih tepatnya ialah sesuatu yang sama dengan kondisi saat ini. Jadi, seni
kontemporer merupakan seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan yang ada di zaman dahulu dan
perkembangannya disesuaikan dengan zaman sekarang. Bentuk dari seni kontemporer salah
satunya yaitu lukisan.
Lukisan merupakan karya seni yang pembuatannya melalui proses peletakkan pewarna
cair (pigmen) dalam pelarut dan agen pengikat pada permukaan seperti kanvas, kertas, atau
dinding. Proses pembuatan ini dilakukan oleh seorang pelukis. Pelukis merupakan istilah yang
digunakan untuk orang yang bisa menciptakan sebuah lukisan baru
Melukis merupakan kegiatan yang lebih dahulu dilakukan manusia sebelum
menggunakan tulisan. Hal ini ditandai dengan adanya lukisan di gua-gua yang merupakan tempat
tinggal manusia pada zaman prasejarah. Lukisan kontemporer merupakan karya secara tematik
yang bisa merefleksikan situasi yang sedang dialami.
Karya ini merupakan wujud dari seni yang melawan tradisi dari modernisme barat.
Contohnya lukisan yang dibuat tidak lagi terikat dengan Rennaissance. Selain dalam bentuk
tulisan, kontemporer juga terdapat dalam tarian. Tarian yang sebelumnya sesuai dengan gerakan
alam seperi pohon, kupu-kupu, rumput-rumpun dan lainnya, kini dibuat lebih modern dan
atraktif.
Kata kontemporer berasal dai kata co yang artinya bersama dan tempo yang berarti
waktu. Sehingga menegaskan bahwa seni kontemporer adalah karya yang merefleksikan situasi
yang sedang dilalui
Secara awam kontemporer dapat diartikan sebagai berikut.
Seni yang tanpa mempunyai sekat dengan berbagai prinsip berupa patung, lukis, grafis,
anarki, musik, teater, kriya, omong kosong, hingga aksi politik
Seni yang memiliki nafsu dan gairah molaristik yang erat kaitannya dengan kehidupan sosial
dan politik.
Seni yang diminati masyarakat sebagai media massa untuk dijadikan sebagai aktualitas
berita yang terdepan.
Seni Lukis Kontemporer
Kontemporer hanya dampak dari perkembangan seni rupa yang berlangsung pada tahun
70-an. Para pelukis dari Amerika seperti Jackson Pollok dan david Smith merupakan tanda
peralihan perkembangan tersebut. Seorang pemikir Jerman bernama Udo Kulterman mengatakan
bahwa pengertian kontemporer merupakan tanda munculnya era baru dalam bentuk ekspresi
kesenian. Paham yang baru muncul ini menentang dengan tegas paham modern yang ada dan
lebih memilih untuk berpihak pada simbolis instink.
Sumartono salah satu pengamat seni di Indonesia, mengemukakan 2 macam pengertian
dari seni rupa kontemporer, antara lain sebagai berikut.
1. Pengertian yang Beredar Luas di Masyarakat
Seni rupa kontemporer bisa diartikan sebagai seni rupa alternative dan seni rupa modern.
Misalnya, performance art, happenings, dan instalasi, yang berkembang saat ini. Instlasi
merupakan karya seni rupa yang dihasilkan dengan menggabungkan berbagai media dengan
menyatukan keduanya, sehingga menawarkan makna yang baru. Karya instalasi sifatnya bebas,
tidak bergantung pada pengotakan cabang-cabang seni menjadi seni patung, seni lukis, seni
grafis, dan lain-lain. Kandungan yang ada dalam karya instalasi bisa bermacam-macam, mulai
dari sindiran, keprihatinan, maupun kritikan.
2. Seni Rupa Kontemporer Sebagai Seni Rupa Alternatif
Seni rupa kontemporer di sini diartikan hanya sebagai seni rupa alternatif. Karya-karya
yang muncul, pada umumnya bertentangan dengan seni rupa modern, seperti happenings,
performance art, instalasi, dan lain-lain. Seni rupa kontemporer muncul sebagai seni rupa
alternatif untuk menolak segala bentuk karya yang berkaitan dengan seni rupa modern. Istilah
kontemporer cenderung dipakai untuk mengarahkan pada seni yang antimodernisme.
Seni rupa modern cenderung mementingkan norma-norma yang ada, seperti keaslian,
kreativitas, dan kebenaran. Prinsip ini melahirkan tradisi Avan Garde atau Tradisi of the new.
Munculnya pola gaya seni yang baru awalnya mendapatkan penolakan dari masyarakat. Namun
seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat bisa menerimanya sebagai sebuah inovasi.
Perkembangan seni rupa semakin terlihat dengan karya-karya, seperti performance art,
happenings, dan instalasi yang di dalamnya mengandung ruwatan, ritual, kritik, keprihatianan,
dan sindiran.
Perkembangan Seni Kontemporer
Seni rupa kontemporer merupakan seni yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat.
Berkembang dan tumbuh di lingkungan masyarakat, hingga bisa menyentuh berbagai aspek
kehidupan dengan teknik dan media. Setiap negara mempunyai pandangan yang berbeda
terhadap seni rupa kontemporer dalam menghadapi globalisasi, akibat didasari oleh etnis
budayanya masing-masing.
Karya seni rupa kontemporer bukan mengejar identitas, bukan aliran atau pun gerakan
melainkan sebuah refleksi masa tradisi. Reaksi penolakan dari modernisme terlihat dari
munculnya beragam karya seni yang sifatnya radikal. Misalnya karya-karya seni yang diciptakan
dari Happening Art, Seni Instlasi, performance Art, Neo Dada, dan Pop Art.
Sering kali hasil karya dari mereka bukan menimbulkan kesenangan estetik dari para
penonton melainkan membuat penonton shock, karena bentuknya yang sudah tidak terperikan.
Wajah seni yang kini semakin beragam, dikenal dengan pluralism. Pluralism dikenal sebagai
praktik kesenian yang mempunyai prinsip saling bertentangan.
Terkadang seni tidak bisa terlepas dari ideology politik dan alat dalam memperjuangkan
kepentingan ideology yang sifatnya advokatif. Hal ini mengakibatkan, banyak karya-karya yang
dihasilkan seniman kontemporer dengan tampilan yang radikal untuk menarik perhatian
masyarakat. Bahkan, para seniman tersebut yakin bahwa tampilan radikal bisa digunakan sebagai
alat perubahan sosial.
Seni modernitas yang muncul dalam perkembangan zaman dianggap menjadi konvensi-
konvensi yang beku. Untuk itu, diperlukan nafas baru yang mencairkannya, yaitu seni
kontemporer. Seni kontemporer dianggap sesuai dengan perkembangan zaman dan mampu
menghasilkan gerak dinamika yang baik.
Seni kontemporer merupakan seni yang tidak terikat oleh dogma atau konvensi mana
pun. Oleh karena itu, kehadiran seni kontemporer tanpa gaya, corak, konvensi bahkan estetik.
Seiring dengan berjalannya waktu, memunculkan berbagai masalah ekonomi, politik, budaya,
sosial, dan berbagai segi kehidupan yang berkaitan dengan moralitas. Beberapa kelompok
seniman muncul mencoba untuk menawarkan berbagi warna dalam berbagai bentuk kollaborasi
art, instalasi art, dan performance art. Kemunculan karya tersebut merupakan pijakan para
seniman untuk menghasilkan karya-karya baru.
Para kelompok seniman tersebut mengangkat idiom tradisi yang kental dengan ajaran
budaya pluralis. Pluralis dianggap mampu untuk memberikan berbagai makna dari sisi
kehidupan secara universal. Salah satu bekal yang harus dimiliki setiap seniman ialah kecerdasan
kreatif.
Kecerdasan kreatif merupakan kemampuan atau keahlian dalam memunculkan gagasan
dan ide baru. Tujuan dari kecerdasan kreatif ialah meningkatkan imajinasi para seniman,
menyelesaikan berbagai masalah yang ada, mengubah perilaku menjadi lebih baik, dan
meningkatkan produktivitas kerja. Seniman yang mempunyai kreativitas selalu mencari nilai-
nilai baru yang ada pada setiap obyek. Para seniman mempunyai cara pandang yang berbeda-
beda dalam menghasilkan karya-karya yang baru, sehingga mencapai originalitas yang tinggi.
Fungsi dan Tujuan Seni Kontemporer
Seni kontemporer mempunyai tujuan dan fungsi sebagai berikut.
Memberikan warna baru terhadap kebutuhan manusia baik secara psikis maupun fisik.
Psikis: mengurangi kejenuhan para penikmat karya seni, dengan munculnya berbagai
aliran baru, seperti pada seni lukis dan cabang seni yang ada lainnya.
Fisik: memunculkan bentuk-bentuk desaian arsitektur yang baru, misalnya pda fashion,
alat-alat transportasi, dan lain-lain.
Jenis-Jenis Aliran Karya Seni Rupa Modern/Kontemporer
Beberapa jenis aliran dalan seni rupa :
1) Realisme (1800-an)
Aliran ini memandang dunia sebagai dunia nyata, seniman bekerja sesuai dengan
kemampuan teknis dan relitas yang diserap oleh indra penglihatan. fantasi dan imajinasi harus
dihindari.
Dalam aliran ini berkembang aliran:
Realisme cahaya : Impresionisme
Realisme baru/sosial : Menggunakan objek dampak industri dari perkotaan.
Realisme fotografis : Dikaitkan dengan keberadaan dan kekuatan untuk menyamai hasil
fotografi yang sangat detail dalam menangkap objek.
Tokohnya : Annibale carracci, Gustave Courbert, Theodore Chasseriau, Thomas
Couture, Affandi, Dede Eri Supria
2) Naturalisme
Aliran ini muncul setelah orang mulai tertarik pada alam yang sebenarnya. Mereka
mengagumi alam secara detail dengan segala keunikannya. Secara visual lukisan mereka persis
seperti objek aslinya dan dalam perkembangannya cenderung memperidah objek secara
berlebihan.
Tokohnya : Rembrandt, George Cole, John Constable, Luis Alvarez Catala, William
Callow, Basuki Abdullah.
3) Romantitisme (1818)
Aliran ini muncul sejak adanya revolusi perancis. Sifat aliran ini; gambaran emosi yang
memuncak, emosi yang bersifat imajiner dan lebih tegas, penuh dinamika, pengaturan estetika
maupun aktualitas piktorialnya selalu melebihi kenyataan, warna lebih meriah, gerakan lebih
lincah,menggambarkan peristiwa yang lebih menarik.
Tokohnya; Theodore Gericault, Eugene Delacroix.
4) Impresionisme/Realisme Cahaya (1874)
Aliran ini tidak menggambarkan yang serba riel lagi atau yang alami, melainkan mencari
kepuasan dengan bermain bentuk kesan-kesan. Sifat-sifatnya aliran ini konsep melukisnya
berdasarkan usaha merekam efek atau kesan cahaya yang jatuh atau memantul pada suatu
objek/benda, sehingga menghindari garis atau kejelasan kontur. Cara melukisnya harus cepat
karena cahaya matahari yang teru bergerak dan dipengaruhi oleh cuaca, sehingga membuat
lukisan hanya sepintas tidak detail.
Aliran ini berkembang menjadi Post Impresionis, ini bukan aliran melainkan kelompok
untuk menamai karya-karya pelukis yang mengembangkan perenungan problem cahaya dengan
lebih mendalam sehingga mencari jalan sendiri-sendiri. Mereka menggabungkan keindahan alam
dengan keindahan seni. Misalnya Henri Rousseau yang mengupayakan efek cahaya dengan
stilasi
Tokohnya; Claude Monet, Aguste Renoir, Camille Pissarro, Paul Cezanne
5) Ekspresionisme (1900-an)
Aliran ini banyak melibatkan perasaan dalam kegiatan berkarya. Dalam proses
penciptaannya dengan tahap mencari inspirasi yang cukup lama untuk mendapatkan ide, namun
proses penuangannya dengan cepat. Aliran ini berusaha mengekpresikan aktualitas bukan hanya
berdasarkan indera penglihatan, tetapi juga dengan pengalaman batin sehingga menyebabkan
kebebasan teknik dalam melukiskannya sehingga cenderung terjadi distorsi dan sensasi.
Kesempurnaan bentuk objek yang biasa dilakukan berdasarkan pengamatan secara visual tidak
lagi menjadi pertimbangan estetika.
Sifat-sifat aliran ini ; pelukis mengambil ciri-ciri khusus dan sifat objek untuk
ditonjolkannya, untuk menguatkan karakter dengan dilakukan distorsi, Goresan garis dan warna
tampak spontan, tegas, cepat dan dinamis.
Tokohnya ; Edward Munch, Ernst Barlach, Affandi, S. Sudojono, Vincent Van Gogh
6) Fauvisme (1900-an)
Aliran ini di pelopori oleh sekelompok seniman muda yang membebaskan diri dari
batasan aliran sebelumnya. Aliran ini menekankan pada penggunaan garis kontur yang tegas dan
berusaha mengembalikan warna pda peranannya yang mutlak (tidak harus sesuai dengan
kenyataan). Dasarnya adalah kegemaran melukis apa saja tanpa memikirkan isi dan maknanya.
Tokohnya: Henri Matisse, Andre Derain, George Rouault
7) Kubisme (1907)
Aliran ini menyederhanakan bentuk-bentuk alam secara geometris (segitiga, segi empat,
lingkaran, oval, silinder, bola, kerucut, kubus, balok) dengan konsep intuisi dan rasionalitas.
Dengan demikian tercipta suatu karya yang khas.
Konsep dasarnya menghadirkan tampilan secara serempak dan simultan berbagai bagian
objek, baik dilihat dari depan atau belakang, yang tampak ataupun tersembunyi.
Kemudian berkembang menjadi 2 konsep :
Kubisme Analitis
Objek dianalisis, dipecah, dan dipandang dari berbagai sudut kemudian dilukis
atau dibentuk sekaligus.
Kubisme Sintesis
Objek seakan-akan disusun dari bidang/bentuk yang berlainan, saling tumpang
tindih sehingga membentuk tampilan yang unik.
Tokohnya : Pablo Picasso, Max Beckman, Henry moore, Juan Gris, Fernand leger, A.
Archipenko.
8) Futurisme (1909)
Seniman futuris berpandangan bahwa derajat kehidupan dapat dicapai melalui aktifitas.
Tema yang diangkat untuk membentuk kesan keindahan gerak yang dinamis berupa yang
mengandung kesibukan dan kesimpngsiuran.
Tokoh: Umberto Boccioni, Carlo Carra, Giacomo Balla
9) Dadaisme (1916)
Aliran ini mempunyai ciri sinis, konyol, menggambarkan benda atau mesin sebagai
manusia, mengikuti kemauan sendiri dan menolak estetika dalam karyanya. Kolase adalah salah
satu dari sekian teknik yang digunakan. Kadang-kadang artistik bentuknya yang seram, magic,
patung-patung primitif dan karya kuno, dapat juga karya yang kekanak-kanakan. Warna yang
mendominasi adalah hitam, merah, putih, hijau dengan pewarnaan yang primer, tajam, dan
kontras.
Tokoh: Marcel Duchamp, Jean (Hans) Arp, Lazlo Mohoyi Nagy
10) Surealisme (1937)
Dalam aliran ini alam nyata dan keserbabisaan mimpi terpadu (intuitip), sehingga
menampakkan kesan yang aneh dan fantastik. Kadang ada kaitannya dengan kejadian kejiwaan
yang melatarbelakangi dan bentuknya terkadang bisa ekstrim.
Di aliran ini ada 2 kecenderungan :
Surealisme Figuratif
Penampakan masih realistik, meskipun tidak wajar, sehingga penguasaan teknik tetap
diperlukan.
Tokoh: Carlo Carra, Gino Severini, Marc Chagall.
Surealisme Abstraktif
Gayanya sudah mendekati abstrak
Tokoh: Joan Miro, Paul Klee, Wilfredo Lam
11) Abstrakisme (1940-an)
Aliran seni ini menggambarkan sebuah bentuk yang tidak terwujud atau nonfiguratif.
Aliran ini muncul dengan tanpa kesengajaan diperoleh suatu bentuk yang menarik. Secara teknik
lebih mudah penciptaannya, tetapi penggalian ide lebih sukar. Penghayatan harus menggunakan
norma seni rupa yang harus dipahami sebelumnya, karena mengingat wujud karya abtrak yang
biasanya agak sulit dipahami oleh orang awam.
Tokoh : Ashile Gorky, Wassily Kandinsky,Jackson Pollock
12) Pop Art (1970-an)
Aliran ini muncul karena reaksi terhadap aliran abtrak yang sudah dianggap habis tuntas
tergali secara intelektual maupun emosional. Sifatnya dengan obyek apa adanya, barang yang
sederhana dan tak beratpun dapat dijadikan objek. Budaya materialisme dan komersial
merupakan sumber inspirasiyang memotivasi aliran ini.
Tokoh: Audrey Flack, Close Olden Burg, Peter Black, Cristo
13) Post Modern/kontemporer
Aliran ini menggunakan keindahan motif dan desain menjadi inspirasi dan digunakan
untuk karya seni pakai keperluan manusia.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat , taufik serta hidayah-Nya telah terselesaikan tugas makalah
seni rupa.
Makalah ini kami susun secara sistematis dan praktis. Kami telah berusaha
semaksimal mungkin untuk menyajikan data-data yang kami peroleh dari berbagai
sumber .
Dalam menyusun makalah ini tidak menutup kemungkinan terdapat
kesalahan oleh karena itu kami mohon kerendahan hati para pembaca untuk
memakluminya .
Mudah-mudahan makalah ini dapat membawa manfaat bagi kita semua ...
amin.
Wassalamualaikum wr.wb
Penyusun
MAKALAH
OLEH :
1. APRILIA2. AFNA DWIYANTI3. FITRI MARDIANA4. WINDI PUSPITASARI
SUPARTO