SEWA RAHIM DALAM PANDANGAN AGAMA ISLAM
MAKALAH
Disusun oleh:
Amalia An-Nidha 22010113120089
Al Mar’atus Sholikhah 22010113120090
Rani Hapsari A 22010113120091
Alem Pramudita Wibowo 22010113120094
Arlitta Intan Kusuma 22010113120097
Diajukan sebagai tugas membuat makalah tentang Sewa Rahim Menurut Pandangan Agama Islam
PROGRAM SARJANA PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Era globalisasi merupakan masa dimana budaya luar dapat masuk dan
keluar dengan bebas. Jika tidak terdapat filter yang tegas, tentunya hal ini akan
berbahaya. Di Indonesia sendiri, budaya-budaya barat telah banyak
mempengaruhi tatanan kehidupan sosial masyarakat islam yang sebagian besar
tidak sesuai dengan hukum islam yang ada. Salah satu aspek yang ikut
terpengaruh ialah dalam dunia medis.salah satunya adalah surrogate mother atau
ibu sewa rahim.Perkembangan teknologi medis telah menjadi jawaban
sementara bagi pasangan yang tak mempunyai keturunan selama bertahun-tahun.
Program bayi tabung dan surrogate sudah dikenal luas di luar negeri dan sudah
mulai dipraktikkan di Indonesia. Klinik-klinik kesuburan dan program bayi
tabung tersedia di sejumlah rumah sakit.Ketika awal program bayi tabung
mencuat, kontroversi langsung mengiringi. Suara pro dan kontra sama-sama
memiliki argumen. Saat itulah Menteri Kesehatan Farid Anfasa Moeloek
mewariskan satu regulasi penting berisi 13 pasal. Peraturan Menteri Kesehatan
No. 73/Menkes/Per/II/1999, regulasi dimaksud, mengatur penyelenggaraan
pelayanan teknologi reproduksi buatan. Peraturan ini menjadi salah satu rujukan
yuridis untuk menengahi perdebatan yang muncul.
Tetapi dalam perkembangannya, tetap saja ada banyak pertanyaan dan
mungkin perbedaan pendapat mengenai reproduksi buatan, tak hanya program
bayi tabung. Salah satunya tentang surrogate mother, yang kemudian dituangkan
H. Desriza Ratman ke dalam sebuah buku.
Sewa rahim adalah menanam ovum seorang wanita yang subur bersamaan
dengan sperma suaminya didalam rahim wanita lain dengan balasan sejumlah
uang atau tanpa balasan karena berbagai sebab, diantaranya, rahim pemilik ovum
tidak baik untuk hamil, atau ketiadaan rahim bersamaan dengan adanya dua sel
telur yang subur atau salah satunya, atau karena pemilik ovum ingin menjaga
kesehatan dan kecantikannya dan sebagainya dari beberapa motif yang ada. Hal
ini diharamkan.
Sebagai agama yang syaamil Islam selalu bisa memposisikan syariatnya
sejalan dengan segala realita zaman. Bahkan dimasa kemajuan fiqih Islam,
para ulama di masa tersebut telah meletakkan panduan hukum terhadap segala
fenomena yang belum terjadi atau di dalam fiqih Islam disebut dengan fiqhul
iftiradhy. Hal ini dengan sendirinya membantah pandangan yang menyatakan
bahwa syariat Islam tidak sesuai dengan zaman. Islam bukanlah agama yang
jumud atau terbatas. Tetapi Islam adalah agama yang fleksibel dan selalu dapat
menempatkan syariatnya sesuai dengan zaman. Sebagai agama yang komplit
dengan segala aturan hukumnya maka tidaklah pantas kita menyalahkan Islam
ketika sesuatu fenomena atau realita yang bertenangang dengan konsep Islam
ditolak oleh para ulama. Namun kita harus bisa mengorekasi dimana letak
kesalahan fakta tersebut.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan sewa rahim?
1.2.2. Bagaimana proses atau metode penyewaan rahim?
1.2.3. Bagaimana pandangan sewa rahim menurut pandangan agama Islam?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui pengertian sewa rahim
1.3.2. Mengetahui proses atau metode penyewaan rahim
1.3.3. Mengetahui pandangan menurut agama Islam mengenai sewa rahim
1.4. Manfaat
1.4.1. Menambah pengetahuan tentang sewa rahim dalam pandangan agama
Islam.
1.4.2. Dapat menyikapi masalah sewa rahim dengan tepat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Sewa Rahim
Surrogate mother, menurut Black's Law Dictionary 7th Edition adalah:
“1. A woman who carries a child to term on behalf of another woman and
then assigns her parental rights to that woman and the father. 2. A person who
carries out the role of a mother”
Sewa rahim yaitu menggunakan rahim wanita lain untuk mengandungkan
benih wanita (ovum) yang telah disenyawakan dengan benih lelaki (sperma)
(pasangan suami istri), dan janin itu dikandung oleh wanita tersebut sehingga
dilahirkan. Pasangan suami istri, membayar sejumlah uang kepada ibu
tumpangan atau syarikat yang menguruskan kerja mencari ibu tumpang yang
sanggup mengandungkan anak percantuman benih mereka dan dengan syarat
ibu tumpang akan menyerahkan anak tersebut setelah dilahirkan atau pada
masa yang telah dijanjikan.
2.1.1. Syarat menjadi surrogate mother
Untuk menjadi serorang surrogate mother, diperlukan syarat-syarat berikut:
a. Wanita berumur anatara 18-35 tahun; idealnya 28 tahun
b. Sudah menikah dan memiliki anak
c. Memiliki pekerjaan
d. Berasal dari kelas menengah
e. Wanita yang sehat baik secar fisik maupun secara psikis
f. Memiliki sifat membantu orang lain
g. Murah hati atau dermawan; perhatian
h. Memiliki tujuan untuk membantu pasangan untuk memiliki anak
i. Tidak termotifasi akan uang
j. Bertanggung jawab dalam membesarkan janin dalam kandungannya
k. Si Surrogate Mother (SM) harus memeriksa kesehatan janinya secara
teratur, laporan kesehatan tentang kesehatan SM dan laporan psikologi
secara komplet diberikan pada pasangan suami istri.
2.1.2. Tujuan Surrogate Mother :
Tujuannya adalah untuk memperoleh keturunan yang diharapkan,
maksudnya, dengan cara inseminasi buatan atau bayi tabung itu si pasien
mendapatkan anak sesuai dengan keinginannya.
Dalam dunia kedokteran sistem inseminasi buatan atau bayi tabung ini
bukan merupakan hal yang baru. Bangsa Arab telah mempraktekan sistem ini
pada abad 14 dalam upaya mengembangbiakan peternakan kuda dan mulai
dikenal di dunia Barat pada akhir abad ke-18. John Hanter adalah dokter
pertama dari Inggris yang merekayasa sistem ini tahun 1899 M, yaitu dengan
experimen pada sepasang suami isteri. Pada tahun 1978 di Inggris, dokter Step
Toe berhasil melakukan inseminasi ini pada pasangan tuan dan nyonya Brown.
Pada tahun 1918 M di Perancis terjadi inseminasi buatan atau bayi tabung
dengan benih selain dari suami isteri. Kemudian muncul bank-bank sperma
untuk mendukung penemuan baru tersebut. Bila dilihat dari aspek tujuannya,
inseminasi buatan atau bayi tabung ini sudah dilakukan masyarakat Arab
jahiliah yang disebut nikah istibdha’ dengan tujuan memperoleh keturunan
yang unggul dari sperma seorang bangsawan yang terhormat.
Terdapat beberapa sebab atau tujuan yang akan menyebabkan sewa rahim
dilakukan, antaranya:
a. Seseorang wanita tidak mempunyai harapan untuk mengandung secara
biasa karena ditimpa penyakit atau kecacatan yang menghalangnya dari
mengandung dan melahirkan anak
b. Rahim wanita tersebut dibuang karena pembedahan.
c. Wanita tersebut ingin memiliki anak tetapi tidak mahu memikul bebanan
kehamilan, melahirkan dan menyusukan anak dan ingin menjaga
kecantikan tubuh badannya dengan mengelakkan dari terkesan akibat
kehamilan.
d. Wanita yang ingin memiliki anak tetapi telah putus haid (menopause).
e. Wanita yang ingin mencari pendapatan dengan menyewa rahimnya kepada
orang lain.
2.2. Proses dan Metode Penyewaan Rahim
2.2.1. Tipe Surrogate Mother
Terdapat dua tipe Rahim tumpang yaitu :
a. Rahim tumpang tradisional
Rahim tumpang tradisional yaitu surrogate mother yang dilakukan
dengan inseminasi oleh Ayah yang bersangkutan atau dari Pendonor
sperma. Dengan kata lain, sel telur yang digunakan adalah sel telur dari
wanita yang menjadi surrogatre mother sehingga anak yang dikandung
mempunyai hubungan darah dengan wanita yang menjadi surrogate
mother atau nbisa disebut merupakan anak secara biologis dari wanita
yang menjadi surrogate mother serta pendonor sperma.
b. Rahim tumpang gestasional
Pada Surrogate mother jenis ini, sudah dilakukan dengan cara yang
lebih modern, yaitu dengan melakukan pembuahan antara sel telur dari ibu
dan sel sperma dari ayah secara in vitro. Setelah berkembang menjadi
embrio barulah dimasukkan dalam rahim wanita yang akan menjadi
surrogate mother. Cara ini menjadikan anak yang dikandung tidak
memiliki hubungan darah dengan surrogate mother nya.
Surrogate mother tradisional lebih controversial daripada surrogate mother
gestasional dikarenakan hubungan biologis antara surrogate mother dengan anak.
Hubungan biologis ini yang menjadi pertanyaan tentang hak asuh orang tua.
2.2.2. Proses dalam Surrogate Mother
Dalam surrogate mother, perlu adanya wanita yang mau menjadikan
dirinya sebagai surrogate mother. Di luar negeri, terdapat agensi yang akan
membantu keluarga untuk menemukan relawan untuk menampung embrio
mereka. Namun, terkadang beberapa orang lebih memilih untuk mencari
wanita yang mau menjadi surrogate mother secara independen.
Setelah menemukan calon surrogate mother, lalu dilakukan
penandatanganan kontrak. Kontrak dalam hal ini dimaksudkan untuk
mencegah timbulnya konflik-konflik yang mungkin terjadi selama proses.
Surrogate mother sebelumnya akan dilakukan pemeriksaan yang disebut
hysteroscopy (HCG) yaitu visualisasi dari rongga uterus atau rahim melalui
teropong kecil yang dimasukkan melalui serviks. Proses ini akan memberikan
gambaran tentang bentukan dan ukuran dari uterus serta memastikan tuba
fallopi calon surrogate mother bersih. Calon surrogate mother juga diperiksa
untuk penyakit yang menular. Setelah itu, juga dilakukan pemeriksaaan
penyakit seperti AIDS, herpes, hepatitis, dll.
Setelah melawati tahap ini, surrogate mother lalu melanjutkan
pemeriksaan dimana dokter mengecek respon uterus atas penggantian hormone
estrogen.
Apabila semua sudah berjalan dengan baik, dilakukan donor sperma dan
sel telur. Hal ini dilakukan pada klinik yang memiliki wewenang. Lalu sperma
dan ovum di pertemukan dan dilakukan pembuahan in vitro. Setelah
berkembang menjadi embrio, selanjutnya akan ditanam pada rahim surrogate
mother.
Setelah siap, lalu dilakukan penanaman embrio pada rahim surrogate
mother dan dilihat perkembangan janin. Dan setelah lahir, bayi akan diberikan
pada ibu biologisnya.
2.3. Sewa Rahim Menurut Pandangan Agama Islam
Teknologi sewa rahim biasanya dilakukan bila istri atau wanita yang
mempunyai sel telur tidak mampu dan tidak boleh hamil atau melahirkan,
rahimnya tidak baik untuk mengandung, atau tidak mempunyai rahim, atau
alasan lain yaitu, wanita yang mempunyai sel telur, berkeinginan untuk
menjaga kesehatan rahimnya, menjaga keindahan tubuh dan kecantikannya
atau dengan alasan lain seperti:
a. Seorang wanita tidak mempunyai harapan untuk mengandung secara biasa
karena ditimpa penyakit atau kecacatan yang menghalangnya dari
mengandung dan melahirkan anak.
b. Rahim wanita tersebut dibuang karena pembedahan.
c. Wanita tersebut ingin memiliki anak tetapi tidak mau memikul beban
kehamilan,melahirkan,menyusukan anak, karena ingin menjaga kecantikan
tubuh badannya dengan mengelakkan dari terkesan akibat kehamilan.
d. Wanita yang ingin memiliki anak tetapi telah putus haid (monopause).
e. Wanita yang ingin mencari pendapatan dengan menyewakan rahimnya
kepada orang lain.
Namun, menurut pandangan islam semuaalasan di atas tidak
diperbolehkan dalam syariat islam, karena adanya beberapa permasalahan
yaitu:
a. Tidak ada hubungan apapun antara laki-laki (yang mempunyai
sperma)dengan wanita yang rahimnya disewakan. Dalam syariat islam,
syarat mutlak atas status sah dari kelahiran seorang anak ke dunia ini
adalah dengan jalur yang resmi, yaitu akad nikah yang sah menurut agama
dan hukum dalam Negara serta didasari pada beberapa rukun dan syarat.
Sebagimana yang telah dijelaskan dalam hukum syariat dan sesuai dalam
penggambaran yang dimaksudkan sekarang, “Tidak ada hubungan suami
isteri antara laki-laki yang mempunyai sperma dan ibu yang menyewakan
rahimnya”. Keturunan dan anak-anak mereka, yang terikat dengan
hubungan suami isteri agar menjadi anak yang sah secara syar’I, wajib
dilahirakan dari ikatan suami isteri tersebut. Sebagiman firman Allah swt:
�ة� ي و�ذ�ر� ا و�اج� �ز� ا �ه�م� �ال �ن ع�ل و�ج� �ل�ك� ق�ب م�ن� ال� س� ر� �ا �ن ل س� �ر� ا �ق�د� و�ل
“Dan sesungguhnya kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kami
memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan “( QS. Ar Ra’ad: 38 ).
وحفدة بنين ازواجكم من لكم ازواجاوجعل انفسكم من لكم جعل والله
يكفرون هم الله وبنعمت يؤمنون لباطل افبا قلى 4بات الط4ي من ورزقكم
“Allah menjadikan bagimu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan
menjadikan bagimu isteri-isterimu itu, anak-anakmu dan cucu-cucumu dan
memberimu rizki yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman
kepada Allah dengan batildan mengingkari nikmat Allah?”. (QS. An-
Nahl).
Dari keterangan kedua ayat di atas, bahwa nikmat tersebut dijadikan hanya
untuk anak adam dan keturunannya, bukan selainnya anak adam. Dan
nikmat yang diperuntukkan bagi anak-anak, cucu-cucu dari hubungan
suami isteri.
Dan sungguh Allah telah menjelaskan kepada kita dalam Al-qur’an:
إماما للمتقين وجعلنا اعين ة قر4 يتنا وذر4 أزواجنا من لنا هب 4نا رب
“Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada
kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sdebagi penenang hati (kami)
dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Furqan:
74)
Sudah jelas bahwa adanya keturunan harus dari ikatan suami isteri yang
sah, yaitu antara laki-laki yang mempunyai sperma dan perempuan yang
mempunyai sel telur.Hingga keduanya diperbolehkan untuk melakukan
perkawinan.Dan keturunan dan anak-anaknya harus dari ikatan suami
isteri. Maka, tidak diperbolehkan mengandungkan janin kepada wanita
lain.
b. Adanya hubungan secara syar’i antara orang yang berhak memproduksi
dari rahim tertentu dan berhak berhubungan suami isteri dengan wanita
yang mempunyai rahim. Jika seseorang mempunyai hak berhubungan
badan dengan seorang perempuan maka ia berhak menabur benihnya ke
dalam rahim perempuan tersebut, dan jika ia tidak berhak berhubungan
badan dengannya maka ia juga terlarang memanfaatkan rahimnya untuk
menabur benih.
c. Adanya hubungan secara syar’I antara orang yang berhak memproduksi
dari rahim tertentu dan berhak berhubungan suami istri dengan wanita
yang mempunyai Rahim.
Menurut pendapat dalam masalah ini, ada dua kaidah, yaitu:
a) Setiap orang (wanita) yang berhak di gauli, maka berhak untuk di
manfaatkan rahimnya.
b) Tidak di perbolehkan setiap wanita/istri mencegah dirinya untuk hamil
dan mencegah suaminya untuk memproduksi walaupun dengan alasan
tertentu.Setiap orang yang tidak berhak untuk di gauli, maka tidak
berhak di manfaatkan rahimnya.
d. Adahal-hal yang boleh kita memberikannya kepada orang lain dan ada
hal-hal yang tidak boleh kita memberikannya kepada orang lain.
Menurut pendapat para ulama syar’i, bahwa ada sesuatu yang
boleh di berikan kepada yang lain. Maksudnya, di perbolehkan bagi
orang yang mempunyai atau pemilik unyuk memberikan kepada orang
lain untuk kebaikan dirinya. Seperti makanan,
minuman,pakaian,mobil,buku-buku,pengetahuan dan sbagainya. Dan
hal-hal tersebut di perbolehkan untuk di perjual belikan dan sebagai
dagangan.Di samping itu baik untuk imbalan seperti hibah sodaqoh dan
lain-lain.
Dan ada juga yang tidak diperbolehkan di berikan kepada orang
lain, maksuknya tidak di perbolehkan dalam syariat untuk
memberikanya kepada yang lain atau memperbolehkan
menggunakanya, tidak boleh membeli,memperdagangkan dan tidak di
perbolehkan memberikanya walaupun sebagai upah atau imbalan,hibah
sodaqoh. Seperti suami istri dan rahim juga termasuk hal yang tidak di
perbolehkan seperti yang telah di sebutkan di atas. Atau selain itu yang
telah di jelaskan dalam kitab fiqih islam.
Dan tidak di perbolehkan bagi istri untuk memberikan dirinya
kepada seseorang yang bukan suaminya dan begitu pula dengan suami
sebagai mana yang telah di ringkas dalam syariat.
e. Adanya hubungan suami istri tidak di perbolehkan untuk di berikan
kepada orang lain, karena haramnya wanita kepada selain suaminya
Maka rahim wanita itu tidak di perbolehkan di berikan.
f. Syari’at melarang sesuatu yang dapat menimbulkan konflik. Antara
pemilik rahim dan pemilik sel telur atau sperma.
Syari’at melarang terhadap suatu perkara yang dapat
menimbulkan sebuah konflik dan peselisihan antara satu dengan yang
lain, khusunya antara pemilik rahim dan pemilik sel telur. Atau konflik
antar kelompok yang akan terjadi pada manusia. Tujuan dari masalah
tesebut yaitu untuk menjauhkan bahaya diantara mereka.
Syari’at melarang segala sesuatu yang dapat menimbulkan
perselisihan dan konflik diantara manusia.Sementara menyewakan
rahim berpeluang besar untuk menimbulkan konflik dan perselisihan
diantara dua wanita yaitu ibu yang mempunyai sel telur dan ibu yang
mempunyai rahim. Kemudian yang dibenarkan apakah orang yang
mempunyai sel telur atau yang mempunyai rahim dan melahirkan sang
anak?
Bahkan kemungkinan besar akan memperpanjang masalah antara
masalah satu dengan masalah yang lain. Dikarenakan seseorang yang
telah mendapatkan nasab dari anak tersebut, khususnya apabila ada hak
asasi bagi anak tersebut seperti warisan dari ayahnya. Dan dari tujuan
syariat islam seperti apa yang telah kita sebut. Maka sudah jelas setiap
sesuatu yang menimbulkan konflik baik itu perorangan ataupun
kelompok, itu tidak diperbolehkan dalam syariat.
Dari permasalahan tersebut, kami berpendapat bahwa penyewaan
rahim itu tidak diperbolehkan, karena ada dasar-dasar yang
menjelaskan hal tersebut.Terutama rahim yang tidak bisa disewakan
dan dipinjaman. Maka tidak cocok untuk disewakan karena ulama’
telah memberi aturan pada masalah sewa menyewa, yaitu : adanya
manfaat yang diketahui, penyewaan dan peminjaman
Mengeluarkan hukum menyewakan rahim ke hukum fiqih klasik
Dalam ilmu fiqih terdapat kasus baru yang belum pernah ada
kasus kontemporer sebelumnya. Akan tetapi dalam fiqih –baik kasus
baru ataupun kasus lama- terdapat kaidah ataupun hukum yang sama.
Imam sabiq memberikan hukum pada kasus-kasus kontemporer dengan
menyerupakan kasus lama terhadap kasus baru. Sayid Sabiq membahas
masalah-masalah baru ini dengan me-qiyaskan dengan masalah yang
baru, yang tidak dijelaskan hukumnya dalam fiqih klasik.
Hukum yang pertama : ulama’ memutuskan bahwa anak yang
lahir dari orang yang zina, maka dinasabkan kepada orang yang zina
tersebut. Jika wanita tersebut tidak dalam ikatan perkawinan. Setelah
itu ulama’ sepakat bahwa anak itu milik orang tua yang mempunyai
mengandung, karena anak itu adalah milik ibunya yang mengandung.
Hukum yang kedua: hukum kedua ini ulama’ mengatakan bahwa
penasaban itu di syaratkan adanya andil sperma, dan tidak disyaratkan
masuknya penis kedalam vagina. Walaupun demikian itu disyaratkan
adanya hubungan pernikahan antara orang yang mempunyai sperma
dengan orang yang mengandung(yang menyewakan rahim).
Jadi, kata ulama terkemuka Dr. Yusuf al-Qaradhawi, semua ahli
fikih tidak membolehkan penyewaan rahim dalam berbagai bentuknya.
Jika ada wanita yang mendapat cobaan dari Allah dengan tidak bisa
menghasilkan sel telur, mereka seperti halnya para wanita yang tidak
memiliki rahim. Demikian pula dengan pria yang tidak bisa
menghasilkan sperma atau menghasilkan sperma tapi mati, mereka
adalah orang-orang yang dicoba Allah dengan kemandulan.
Sebagaimana disebutkan dalam Alquran:
"Kepunyaan Allahlah kerajaan langit dan bumi. Dia menciptakan
apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak wanita kepada
siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa
yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki
dan wanita (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan
mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha
Mengetahui lagi Mahakuasa." (QS asy-Syuraa: 49-50)
"Jadi, ada sebagian orang yang atas kehendak-Nya terlahir dalam
keadaan mandul," kata al-Qaradhawi. Kehendak Allah ini, menurutnya,
tidak bisa ditolak dan tidak bisa diobati. Yang bisa mereka lakukan
adalah hanyalah bersabar dan rida atas ketetapan-Nya.
Dalam kondisi seperti ini, menurut al-Qaradhawi, mereka tetap
bisa menunaikan kewajiban sebagai seorang ibu dan ayah, misalnya
dengan menjadi orang tua asuh di panti-panti asuhan atau tempat
pemeliharaan anak hilang. Apalagi, melakukan hal tersebut akan
mendapatkan pahala yang melimpah dari Allah SWT, sebagaimana
disabdakan Rasulullah SAW dalam sebuah hadis shahih: "Saya dan
pemelihara anak yatim di dalam surga seperti kedua (jari) ini (Beliau
memberi isyarat dengan dua jarinya, telunjuk dan jari tengah)."
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Sewa rahim yaitu menggunakan rahim wanita lain untuk
mengandungkan benih wanita (ovum) yang telah
disenyawakan dengan benih lelaki (sperma) (pasangan suami
istri), dan janin itu dikandung oleh wanita tersebut sehingga
dilahirkan. Pasangan suami istri, membayar sejumlah uang
kepada ibu tumpangan atau syarikat yang menguruskan kerja
mencari ibu tumpang yang sanggup mengandungkan anak
percantuman benih mereka dan dengan syarat ibu tumpang
akan menyerahkan anak tersebut setelah dilahirkan atau pada
masa yang telah dijanjikan. Terdapat dua tipe surrogate
mother yaitu sewa rahim tumpang tradisional dimana
surrogate mother mendapat inseminasi dari Pendonor sperma
atau laki-laki yang akan menyewa rahimnya tersebut, tipe
kedua yaitu Rahim tumpang gestasional dimana pada
Surrogate mother jenis ini, sudah dilakukan dengan cara yang
lebih modern, yaitu dengan melakukan pembuahan antara sel
telur dari ibu dan sel sperma dari ayah secara in vitro. Setelah
berkembang menjadi embrio barulah dimasukkan dalam rahim
wanita yang akan menjadi surrogate mother.Proses surrogate
mother ialah mencari wanita yang mau disewa rahimnya, setelah menanda
tangani kontrak persetujuan kemudian surrogate mother tersebut menjalani
beberapa pemeriksaan untuk memastikan bahwa wanita tersebut benar-benar
sehat dan siap untuk menjadi surrogate mother,kemudian sel telur dan sperma
dari penyewa rahim dipertemukan dengan cara in vitro,setelah siap lalu
dilakukan penanaman embrio pada rahim surrogate mother dan dilihat
perkembangan janin. Dan setelah lahir, bayi akan diberikan pada ibu
biologisnya. Dalam islam, surrogate mother tidak diperbolehkan. Hal ini sesuai
dengan hukum-hukum islam yang ada, baik dari sumber hukum utama yaitu al
Qur’an maupun hadist dan ijtihad.
3.2. Saran
Sebagai orang Islam kita seharusnya tidak boleh melakukan sewa rahim.
Selain itu, perlu penegasan dan sosialisasi bahwa sewa rahim hukumnya
haram. Bila ingin memiliki anak namun tidak mampu atau tidak bisa, dapat
mengambil pilihan untuk mengadopsi anak dan tidak memilih sewa rahim. Jika
melihat masalah yang belum jelas hukumnya sebaiknya kita harus megkaji
terlebih dahulu hukum menurut Islam.
DAFTAR PUSTAKA
La’bah, Rosalia Aini. 2012. “Surrogate Mother”. Dalam :
http://edukasi.kompasiana.com/2012/01/13/surrogate-mother-430007.html
Listyani, Novi. “Rahim sebagai Alat Reproduksi”. Dalam :
http://ferrykarwur.i8.com/materi_bio/materi7.html
Anonim. 2009. “Surrogate Mother-Inseminasi Buatan”. Dalam :
http://www.docstoc.com/docs/9106469/SURROGATE-MOTHERdocINSEMINASI-
BUATANs\