Disusun oleh :
PENGGUNAAN MEDIA GARIS BILANGANUNTUK MENINGKATKAN PENGAUASAAN KONSEP
PENJUMLAHAN BILANGAN BULAT KELAS IV (EMPAT)
DAN
PENERAPAN METODE BERMAIN PERANUNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN
KONSEP JUAL BELIBAGI SISWA KELAS V (LIMA)
SD NEGERI 18 SIBAU HILIRKECAMATAN PUTUSSIBAU SELATAN
KABUPATENKAPUAS HULU
Disusun Oleh :
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN HASIL PERBAIKAN
Judul Laporan : Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang dalam Pembelajaran Matematika Kelas IV (empat) dan Penerapan Membaca Pemahaman dalam Materi Cerita bagi Siswa Kelas V (lima) SD Negeri 18 Nanga Enap, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu.
Nama Mahasiswa : YUSENI HAYATINIM : 816998778Program Studi : S.1 PGSD – UTPokjar : PutussibauMasa Registrasi : 2010.1Tempat Penelitian : SD Negeri 18 Nanga Enap
Putussibau, 21 Juni 2010
Mengetahui :Supervisor, Mahasiswa/Peneliti,
M. AMIN, S.Pd. YUSENI HAYATINIP 19630613 198902 1 001 NIM 816998778
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian
Tindakan Kelas ini untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan
Profesional (PKP) dengan judul “Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang
dalam Pembelajaran Matematika Kelas IV (empat) dan Penerapan
Membaca Pemahaman dalam Materi Cerita bagi Siswa Kelas V (lima) SD
Negeri 18 Nanga Enap” yang merupakan salah satu syarat dalam Mata
Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional (PDGK 4501) pada
Universitas Terbuka UPBJJ Pontianak. Semoga dalam laporan ini dapat
memberikan pencerahan kita semua dalam meningkatkan mutu pendidikan
nasional di Indonesia.
Penelitian dilakukan di SD Negeri 18 Nanga Enap, Kecamatan
Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu. Laporan Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP) ini telah diupayakan kemampuan dan
pendukung lainnya yang memungkinkan, tetapi kekurangan dan kekhilafan
baik dari segi materi, kata, dan penulisan semata-mata karena kekurangan
dan keterabatasan yang ada pada saya sendiri sebagai penulis.
Dalam pelaksanaan laporan ini dapat disusun berkat kerjasama semua
pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada :
1. Universtas Terbuka - UPBJJ Pontianak.
2. Bapak M. AMIN, S.Pd. sebagai Supervisor.
3. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kapuas Hulu.
4. Bapak YOSEPH WEMPI selaku Kepala SD Negeri 18 Nanga Enap.
5. Ibu ASTERIA, A.Ma. sebagai teman sejawat.
6. Rekan-rekan sekelompok mahasiswa praktik Kelompok Belajar
Putussibau.
Sebagai ungkapan rasa syukur atas segala bantuan, bimbingan serta kritik
dan masukan dari semua pihak akhirnya penulis mengucapkan terima kasih,
semoga laporan Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP) ini dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan
khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga niat kita untuk melangkah
kearah perbaikan dalam memajukan dunia pendidikan senantiasa mendapat ridha
dan bimbingan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Putussibau, Juni 2010
Penulis,
YUSENI HAYATINIM 816998778
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ………………………………………………… i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………… ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………….. iv
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………... 1
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………. 5
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran ………………………. 5
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran ……………………… 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ……………………………………………….. 7
A. Pendidikan dan Pembelajaran …………………………………… 7
1. Pengertian Pendidikan dan Pembelajaran ……………………. 7
2. Metode Pembelajaran ……………………………………….. 8
B. Mata Pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia di SD …………
10
1. Mata Pelajaran Matematika …………….……………..……… 10
2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia …………………………… 11
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN ……………. 16
A. Subjek Penelitian …………………………………………………… 16
1. Waktu dan Lokasi Penelitian …………………………………. 16
2. Mata Pelajaran yang Diteliti ………………………………….. 16
3. Karakteristik Kelas dan Siswa ……………………………….. 17
B. Deskripsi Per-Siklus ………………………………………………. 17
1. Perencanaan dan Pelaksanaan ……………………………….. 17
2. Pengamatan dan Pengumpulan Data …………………………. 18
3. Instrumen …………………………………………………….. 19
4. Refleksi ……………………………………………………….. 20
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………… 21
A. Deskripsi Per-Siklus ……………………………………………….. 21
B. Pembahasan ……………………………………………………….. 26
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………. 28
A. Kesimpulan ………………………………………………………… 28
B. Saran ………………………………………………………………. 29
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 30
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selain suatu hasil keberhasilan dalam proses pembelajaran yang
dilakukan guru di dalam kelas ialah menggunakan media pembelajaran sebab
kegiatan belajar mengajar pada hakekatnya adalah komunikasi, dalam proses
komunikasi ini guru berperan sebagai komunikator yang akan menyampaikan
pesan kepada siswa, agar pesan itu dapat diterima dengan baik oleh siswa, maka
perlu suatu alat yaitu media pembelajaran.
Pengetahuan dan pemahaman tentang media pendidikan harus dimiliki
oleh seorang guru. Dr. Oemar Hamalk (1989), mengemukakan bahwa media
pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih
mengefektifkan komunikasi dan intEnapsi antara guru dan siswa dalam proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Lahirnya UU Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, telah
memberikan angin segar dan mempertegas produk Undang-Undang sebelumnya,
terutama kaitannya dalam usaha pembaruan dan peningkatan mutu pendidikan.
Dalam usaha pembaruan dan peningkatan mutu pendidikan dalam pembelajaran
pada setiap mata pelajaran merupakan salah satu kunci pokok. Dalam program
untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif
terhadap bahasa, serta sebagai sarana pengembangan bernalar dan pelatihan
pemecahan masalah (Depdikbud, 1993:1).
Karakteristik kurikulum menggambarkan adanya situasi belajar bahasa
dalam latar alami. Pembelajaran bahasa yang berlatar alami tidak dilakukan
dengan pengkotakkan keterampilan berbahasa. Pembelajaran seperti ini
mengutamakan keutuhan, kewarisan, keterpaduan, kebermaknaan, relevan,
disesuaikan dengan konteks, lingkungan belajar diupayakan seperti lingkungan
anak di rumah yang bersifat belajar menyenangkan dan dapat menghormati
dorongan setiap individu pembelajaran (Suyono, 1995).
Berdasarkan paparan di atas, penulis merasa perlu untuk membuat suatu
proses perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam
hal ini tentang pengerjaan bangun ruang sederhana dan bangun datar diperlukan
pemecahan masalah pada mata pelajaran Matematika bagi siswa Kelas IV (empat)
SD Negeri 18 Nanga Enap, Kecamatan Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas
Hulu. Pada pembelajaran Matematika dengan materi bangun ruang sederhana dan
bangun datar dalam pemecahan masalah menunjukkan hasil belajar siswa masih
rendah dan tingkat penguasaan materi bervariatif, dari 19 siswa kelas IV (empat)
hanya 6 siswa yang mendapat nilai di atas KKM dan 13 siswa masih belum
mencapai nilai yang ditetapkan sesuai KKM.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis merasa perlu untuk
mengadakan perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dengan “Pengunaan Alat Peraga Bangun Ruang dalam Materi Bangun Ruang
Sederhana dan Bangun Datar”. Dalam pemecahan masalah tersebut terutama yang
berkaitan dengan materi bangun ruang sederhana dan bangun datar pada mata
pelajaran Matematika di Kelas IV (empat) SD Negeri 18 Nanga Enap, Kecamatan
Putussibau Selatan, Kabupaten Kapuas Hulu.
Dari aspek-aspek pengajaran Bahasa Indonesia, salah satunya adalah
membaca. Menurut Kurikulum Bahasa Indonesia membaca adalah tindakan yang
dilakukan dengan melihat, dengan memikirkan, dan memahami isi dari apa yang
ada dalam tulisan. Tujuan utama pembelajaran dengan materi cerita adalah guru
dapat menciptakan suatu kondisi atau situasi yang mendukung siswa untuk belajar
membaca, dan semua ini dapat dilaksanakan apabila guru dapat merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran yang bisa diterima oleh siswa sehingga
mendapatkan hasil yang positif.
Dalam konteks pendidikan modern, pengajaran berorientasi kepada
aktivitas siswa belajar (learning activity oriented) dimana siswa berperan sebagai
subjek pengajaran, termasuk proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar. Hal ini tentu saja menuntut dukungan fasilitas dan sumber belajar yang
memadai. Aktivitas siswa akan berkembang apabila tersedia berbagai sumber
belajar yang relevan dan terkoordinasi. Oleh karena itu perlu ditata dan digali
berbagai alternatif sumber belajar yang ada, mulai saat mereka mengikuti jam
efektif pembelajaran, di perpustakaan sekolah, lingkungan belajar lainnya, media
pembelajaran yang disediakan, serta orang-orang yang menjadi pendukung dan
pendamping yang selalu memotivasi aktivitas belajarnya, dalam hal ini guru dan
siswa secara menyeluruh.
Namun kecenderungan yang terjadi di lapangan, setelah dilakukan
pengamatan terhadap proses pembelajaran Bahasa Indonesia, guru masih
menggunakan metode yang fasif dan tidak bervariasi, sehingga siswa tdak
termotivasi untuk aktif belajar membaca. Selain itu faktor kemampuan yang
dimiliki siswa sangatlah kurang, diantaranya keinginan untuk menggali ilmu dari
membaca, dan kurangnya fasilitas dan buku teks yang digunakan, guru hanya
terpaku pada buku paket saja.
Dari hasil pengajaran dilapangan/indentifikasi masalah yang didapat
maka kseimpulannya meliputi ketuntasan belajar individual meningkat, dari 21
kelas V (lima) SD Negeri 18 Nanga Enap, hanya 7 siswa yang mendapat nilai di
atas KKM atau tuntas, sedangkan 14 siswa yang lainnya belum mencapai KKM
atau belum tuntas.
Maka dari permasalah tersebut penulis melakukan penelitian dengan
metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang proses belajar mengajar di kelas
V (lima) SD Negeri 18 Nanga Enap melalui “Penerapan Membaca Pemahaman
dalam Materi Cerita”, tentunya memberikan pencerahan bagi peserta didik
sehingga siswa dapat menyampaikan kembali isi cerita yang dicabakan dengan
lafal dan intonasi yang tepat.
Dari kesemua proses yang telah dilakukan, apapun bentuknya, memiliki
tujuan yang sama, yaitu mencapai hasil yang dapat memberikan kepuasan. Begitu
pula proses pembelajaran yang diselenggarakan dengan tujuan agar siswa
mencapai pemahaman yang optimal terhadap materi yang diajarkan serta
mendapat nilai hasil belajar yang lebih baik dari sebelumnya.
Untuk upaya tersebut perlu dilakukan peningkatkan pemahaman peserta
didik terhadap materi ajar yang akan disampaikan. Kurangnya pemahaman siswa
terhadap suatu materi ajar, dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Salah satunya
ialah kurangnya penggunaan metode pembelajaran yang sesuai. Demi
meningkatkan pemahaman peserta didiknya, guru yang ideal senantiasa berupya
dengan berbagai strategi, termasuk di antaranya ialah dengan menggunakan
metode belajar yang efektif dan menyenangkan bagi siswa. Dalam penerapanya
metode belajar juga harus sesuai dan dapat untuk mempermudah pencapaian hasil
belajar yang diharapkan. Penerapan metode yang tepat akan membuat peserta
didik lebih termotivsi, lebih aktif, dan lebih mudah mencerna ilmu pengetahuan
yang diberikan gurunya selama proses pembelajaran, serta membuat proses
pembelajaran yang lebih menyenangkan dan tidak membosankan peserta didik
Mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia merupakan salah satu
mata pelajaran utama eksak dan non-eksak di sekolah dasar. Pembelajaran mata
pelajaran ini biasa diajarkan secara konvensional hampir di setiap sekolah dasar,
dengan metode klasik, seperti ceramah, yang pada umumnya kurang
memanfaatkan metode lain dalam prosesnya, sehingga menciptakan kejenuhan
dalam lingkungan belajar. Pada prosesnya, pembelajaran macam ini kurang
membentuk sikap antusias pada diri siswa. Siswa cenderung bosan dan kurang
memahami dengan hanya mendengakan dan mendengarkan. Dan hal tersebut
menyebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap suatu materi ajar.
Untuk menciptakan suasana belajar yang disukai oleh siswa, guru
perlu melakukan suatu inovasi. Salah satunya ialah dengan memilih dan
menggunakan metode belajar yang lebih menarik dan untuk mempermudah proses
pembelajaran. Dengan demikian diharapkan siswa dapat lebih antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran serta dapat lebih memahami materi pembelajaran
yang disampaikan.
Dari apa yang telah di paparkan di atas, penulis merasa terarik untuk
mengadakan penelitian pada kedua mata pelajaran tersebut. “Penggunaan Alat
Peraga Bangun Ruang untuk pembelajaran Matematika kelas IV (empat)” dalam
materi bangun ruang sederhana dan bangun datar, sedangkan untuk mata pelajaran
Bahasa Indonesia adalah “Penerapan Membaca Pemahaman dalam Materi Cerita
bagi Siswa Kelas V (lima)” SD Negeri 18 Nanga Enap, Kecamatan Putussibau
Selatan.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pertanyaan yang dicarikan jawabannya
melalui penelitian, yang dirumuskan dalam suatu kalimat pertanyaan, merupakan
hal yang dipertanyakan. (Arikunto, 2006 : 61)
Melalui acuan yang telah diuraikan sebelumnya, penulis merasa perlu
untuk menyusun suatu rumusan masalah penelitian. Adapun rumusan masalah
tersebut, apakah dengan penggunaan alat peraga pada pembelajaran Matematika
untuk siswa kelas IV (empat) dan penerapan membaca pemahaman pada
pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa kelas V (lima) dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
Dari rumusan masalah tersebut, maka muncul pertanyaan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana penggunaan alat peraga bangun ruang pada materi bangun
ruang sederhana dan bangun datar ?
2. Apakah penggunaan alat peraga angun ruang dapat meningkatkan
pemahaman siswa pada materi bangun ruang sederhana dan bangun
datar ?
3. Bagaimana penerapan membaca pemahaman pada materi cerita ?
4. Benarkah dengan penerapan membaca pemahaman dapat meningkatkan
pemahaman siswa pada materi cerita ?
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian merupakan keinginan yang ada pada peneliti untuk hal-
hal yang akan dihasilkan oleh peneliti, dirumuskan dalam kalimat pernyataan,
merupakan jawaban yang ingin dicari. (Arikunto, 2006 : 61)
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dibuat, penulis menentukan
tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan alat peraga bangun ruang
pada materi bangun ruang sederhana dan bangun datar.
2. Untuk mengetahui apakah penggunaan alat peraga bangun ruang dapat
meningkatkan pehaman siswa pada materi bangun ruang sederhana dan
bangun datar.
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan membaca pemahaman pada
materi cerita.
4. Untuk mengetahui apakah penerapan membaca pemahaman dapat
meningkatkan pemahaman siswa pada materi cerita.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Sebagai harapan dari manfaat hasil penelitian nantinya akan dapat
memberikan sumbangan untuk kemajuan ilmu pengetahuan, dimana hal tersebut
merupakan follow up kesimpulan.
Penulis juga menaruh harapan yang cukup tinggi untuk masa mendatang
agar pendidik (guru), khususnya guru Kelas, di masa mendatang dapat lebih
termotivasi dan inovatif dalam memilih dan menerapkan metode belajar untuk
menumbuhkembangkan minat dan pemahaman siswa dalam proses pembelajaran.
Melalui cara yang cepat dan terencana dalam menemukan dan mempersiapkan
metode belajar saat ini, guru dapat memanfaatkan kesempatan dan sarana yang
ada demi kemajuan dan peningkatkan mutu pendidikan.
Yang menjadi harapan utama penulis disini agar siswa lebih tertarik dan
lebih terpancing untuk belajar lebih giat dan aktif, khususnya pada mata pelajaran
Matematika dan Bahasa Indonesia, dengan dimanfaatkannya penggunaan alat
peraga bangun ruang dan penerapan membaca pemahaman sebagai media
pembelajaran yang dapat memicu siswa untuk belajar lebih optimal.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pendidikan dan Pembelajaran
1. Pengertian Pendidikan dan Pembelajaran
Dari apa yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang RI Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, ahklak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Dalam bahasa Inggris istilah pendidikan menggunakan kata “education”,
yang biasanya dihubungkan dengan pendidikan di sekolah. Kata “education”,
berhubungan dengan kata dari bahasa Latin “Educere” yang berarti
“mengeluarkan suatu kemampuan”. Karena itu, pendidikan berarti “membimbing
untuk mengeluarkan suatu kemampuan yang tersimpan dalam diri anak”
(Sadulloh, 2007 : 2).
Menurut McLeod yang termaktub dalam buku Psikologi Pendidikan
karangan Muhibbin Syah (2008 : 10) dinyatakan bahwa : “Pendidikan bararti
perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.”
Sedangkan Rupert C. Lodge, dalam buku Metodologi Pengajaran Agama
Islam karangan Ahmad Tafsir (2008 : 5), dinyatakan bahwa : “Dalam pengertian
yang luas pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman. Sedangkan dalam arti
sempit, ia berpendapat bahwa pendidikan adalah pendidikan yang dilaksanakan di
sekolah.”
Marimba, dalam buku Metodologi Pengajaran Agama Islam karangan
Ahmad Tafsir (2008 : 5), mendefinisikan pendidikan : “Bimbingan atau pimpinan
secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si pendidik
menuju terbentuknya kepribadian yang utama.”
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.
“Belajar merupakan proses mental dan emosional atau proses berpikir
dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya
aktif. Terdapat tiga atribut pokok belajar, yaitu : proses, perilaku, dan
pengalaman” (Winataputra, 2006 : 2.3).
Sikun Pribadi, guru besar IKIP Bandung, berpendapat : “Pembelajaran
adalah suatu kegiatan yang menyangkut pembinaan anak mengenai segi kognitif
dan psikomotor semata.” (Tafsir, 2008 : 7)
Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri
dari komponen-komponen berikut : tujuan pembelajaran, materi pelajaran,
kegiatan belajar mengajar, metode, media, sumber belajar, dan evaluasi.
Yang menjadi komponen utama dalam pembelajaran adalah tujuan
pembelajaran, karena semua komponen lainnya mengacu kepada tujuan
pembelajaran. Karena itu, untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran, hal
yang harus dirumuskan pertama kali adalah tujuan pembelajaran. (Sutikno, 2008 :
37).
Tujuan utama belajar adalah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di
kemudian hari, yakni membantu anak didik untuk dapat belajar terus dengan cara
yang lebih mudah. Apa yang dipelajari dalam situasi tertentu harus
memungkinkannya untuk memahami hal-hal lain. Belajar hanya akan terjadi
dengan kegiatan anak didik itu sendiri. Anak didik bukanlah bejana yang harus
diisi oleh guru dengan berbagai pelajaran.
2. Media Pembelajaran
Pemahaman media cukup luas, namun yang dapat penulis ungkapan
bahwa media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima pesan. Secara garis besar, media adalah manusia, materi, atau kejadian
yang membangun kondisi yang membuat siswa sebagai peserta didik nantinya
akan mampu memperoleh dan mengamalkan pengetahuan, keterampilan, atau
sikap dalam lingkungan kehidupannya.
“Dalam aktifitas pembelajaran, media dapat difinisikan sebagai sesuatu
yang dapat membawa cerita dan pengetahuan dalam intEnapsi yang berlangsung
antara pendidik dengan siswa.” (Sutikno, 2008 : 101)
Akhmad Sudrajat dalam artikel Media Pembelajaran (http://akhmad
sudrajat/wordpress.com/, 12 Januari 2008) menyebutkan berbagai jenis media
belajar, diantaranya :
a. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komit
b. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan
sejenisnya
c. Projected still media : slide, projector, dan sejenisnya
d. Projected motion media : film, televisi, vido (VCD, DVD, VTR),
komputer dan sejenisnya
Terdapat beberapa karakteristik media, antara lain :
a. Kemampuan dalam menyajika gambar (presntation)
b. Faktor ukuran (size) ; besar atau kecil
c. Faktor warna (color) ; hitam putih atau berwarna
d. Faktor gEnap : diam atau bergEnap
e. Faktor bahasa : tertulis atau lisan
f. Faktor ketertiban antara gambar dan suara : gambar saja, suara saja,
atau gabungan antara gambar dan suara.
Winataputra (2005 : 5.5.) mengemukakan beberapa alasan mengapa
media pembelajaran sangat penting sehingga harus terintegrasi dalam proses
pembelajaran, yaitu :
a. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan bahwa proses
pembelajaran akan lebih berhasil bila siswa turut aktif dalam
pembelajaran tersebut, dan hal ini hanya dapat terjadi dengan adanya
media.
b. Salah satu temuan menyatakan bahwa rata-rata jumlah informasi
yang diperoleh seseorang melalui indera memiliki komposisi sebagai
berikut :
1) 75% melalui penglihatan (visual)
2) 13% melalui pendengaran (audio)
3) 6% melalui sentuhan
4) 6% melalui penciuman dan pengecap.
c. Temuan lainnya menunjukkan bahwa pengetahuan yang dapat
diingat seseorang antara lain bergantung pada melalui indera apa ia
memperoleh pengetahuannya.
Sebagai mediator, guru harus mampu memilih dan menggunakan media
yang sesuai dengan tujuan, materi, metode, dan evaluasi, serta tetap bertujuan
untuk memperlancar pencapaian tujuan dan mampu menarik minat siswa.
Media alat peraga merupakan salah satu jenis media yang paling disukai
peserta didik, terutama peserta didik usia anak-anak (tingkat Sekolah Dasar).
Media alat peraga lebih memudahkan mereka dalam memahami materi
pembelajaran, apalagi peserta didik kelas bawah yang sebagian besar belum lancar
baca tulis. Menilik pada pernyataan Winataputra di atas, dapat dilihat bahwa
media visual memiliki peranan yang paling besar dalam memudahkan peserta
didik untuk memperoleh cerita.
B. Mata Pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
1. Mata Pelajaran Matematika
Mamtematika dalam bahasa Yunani : mathematika, secara umum
dintetukan sebagai kajian pola dari struktur, perubahan, dan ruang ; tak resminya,
seseorang dapat mengatakannya sebagai penulisan bilangan angka.
Dalam pandangan formalis, matematika adalah pemeriksaan aksioma
yang mengaskan struktur abstrak menggunakan logika simbolik dan notasi
matematika ; pandanga lain tergambar dalam filosofi matematika.
Struktur spesifik yang diselidiki oleh matematikus sering mempunyai
sesuatu yangberasal dari ilmu pengetahuan alam, sangat umum di fisika, tetapi
mathematikus juga menegaskan dan menyelidiki struktur untuk sebab hanya
dalam ilmu pasti, bagi beberapa sub-bagian, atau alat membantu untuk
perhitungan biasa.
Akhirnya, banyak matematikus belajar bidang dilakukan mereka untuk
sebabyang hanya estetis saja, melihat ilmu pasti sebagai bentuk seni dari
Matematikada sebagai ilmu praktis atau terapan.
Secara umum, semakin kompleks suatu fenomena, semakin kompleks
pula alat (dalam hal ini jenis matematika) yang melalui berbagai perumusan
(model matematikanya) diharapkan mampu untuk mendapatkan atau sekedar
mendekati solusi eksak seakurat-akuratnya.
Tingkat kesulitan suatu jenis atau cabang matematika bukan disebabkan
oleh jenis atau cabang matematika itu sendiri, tetapi disebabkan oleh sulit dan
kompleksnya fenomena yang solusinya diusahakan dicari atau didekati oleh
perumusan (model matematikanya) dengan menggunakan jenis atau cabang
matematika tersebut.
Sebaliknya berbagai fenomena fisik yang mudah diamati, misalnya
jumlah penduduk seluruh Indonesia, tak memerlukan jenis atau cabang
matematika yang canggih. Kemampuan aritmatika sudah cukup untuk mencari
solusi (jumlah penduduk) dengan keakuratan yang cukup tinggi.
Dalam topik pembahasan matematika, terdapat satu topik yang paling
mendasar, yaitu bangun ruang. Bangun ruang ialah bangun geometri yang
memiliki tiga dimensi. Materi bangun ruang ini sangat relevan dengan kehidupan
sehari-hari. Namun, pada proses pembelajaran yang dilaksanakan siswa akan sulit
memahaminya, apalagi jika tidak didukung dengan sarana berupa alat peraga yang
sesuai.
2. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
Kemampuan Membaca : Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan fcerita semakin maju dan berkembang dengan pesat. Dengan adanya
perkembangan dan kemajuan tersebut menimbulkan dampak bagi kehidupan,
khususnya bagi siswa, bak dampak negatif maupun dampak positif. Bagi siswa
yang memiliki motivasi dan minat belajar yang kurang sudah tentu membuat
siswa tersebut menjadi malas untuk belajar.
Setiap siswa mempunyai perbedaan baik pada taraf kecerdasan ataupun
kemampuan berfikir, juga berbeda dalam menyimpan, menyerap, serta
menerapkan ilmu pengetahuan. Mereka juga dapat berbeda dalam cara pendekatan
terhadap situasi belajar, menerima pelajaran, serta bagaimana mereka mereskon
metode pelajaran tertentu.begitu pula dengan kemampuan membaca pada anak,
antara siswa yang satu dengan yang lainnya berdasarkan taraf kecerdasan dan
kemampuan berfikirnya akan terdapat perbedaan pada mereka. Oleh karena itu
perlu diperhatikan bagaimana mereka memperoleh, menyimpan serta menerapkan
hasil bacaannya.
a. Pengertian Membaca
Membaca pada hakekatnya adalah suatu yang rumit dan melibatkan
banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi perlu juga
melibatkan aktivitas visual, befikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai
proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis
(huruf) ke dalamkata-kata lisan. Dalam proses befikir, membaca mencakup
aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kristis
dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-
kata dengan menggunakan rumus (Rawley dan Mountain, 1995 dalam M.
Hafidz Jamil 2008:8).
Membaca adalah intEnapsi dengan bahasa yang sudah dialihkodekan
dalam tulisan, bahasa yang dialihkodekan dalam tulisan teks. Teks merupakan
area isi pembelajaran menulis, artinya peningkatan kemampuan siswa untuk
terampil membaca hanya bisa dilaksanakan apabila siswa belajar berintEnapsi
melalui teks. Melalui sebuah teks siswa dapat mengetahui : 1) sistem
penulisan dalam suatu bahasa, 2) konteks komunikasi, apa yang terjadi, siapa
yang terlibat (pelaku), dan kaidah bahasa apa yang digunakan, 3) proses
pilihan semantik (a proses of semantic choices), dan 4) pesan sosial yang
dikemas dalam tulisan.
Untuk meningkatkan kemampuan siswa di SD terampil membaca,
guru harus dapat menghadirkan teks yang sesuai dengan pertimbangan
tersebut. Membaca adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh
pesan/cerita yang disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau
bahasa tulis.
Soerdarso (1993 dalam M. Hafidz Jamil 2008:9) mengemukakan
bahwa membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah
besar tindakan terpisah-pisah mencakup penggunaan khayalan, pengamatan,
dan ingatan. Pendapat Hodgson 1960 dalam Tim Dosen UPI 2008:98
membaca adalah proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan melalui media kata-
kata/bahan tulis.
b. Proses Membaca
Proses membaca merupakan kegiatan yang komplek dan rumit. Ada
sejumlah aspek yang dituntut dari pembaca. Aspek-aspek itu adalah :
1) aspek sensori, yakni kemampuan membaca untuk memahami simbol-
simbol teks, 2) aspek perseptual, yakni kemampuan pembaca unuk
meninterprestasikan simbol-simbol teks (apa yang dilihat dan apa yang
tersirat), 3) aspek skemata, yakni kemampuan pemabaca untuk
menghubungkan pesan tertulis dengan struktur pengetahuan dari pengalaman
yang telah ada, 4) aspek berfikir, yakni kemampuan pembaca untuk membuat
isferensi dan evaluasi dari teks, dan 5) aspek efektif, yakni kemampuan
pembaca untuk membangkitkan dan menghubungkan minat dan motivasi
dengan teks yang dibaca. Kelima aspek tersebut harus menciptakan suatu
hubungan yang berimbang (harmonis) pada saat proses membaca, sehingga
itu membentuk intEnapsi dengan penulis melalui teks yang dibacakan.
c. Tujuan Membaca
Setiap pembelajaran pasti mempunyai tujuan begitu juga dengan
membaca, karena seorang yang membaca dengan suatu tujuan cenderung
lebih memahami dibandingkan dengan yang tidak mempunyai tujuan. Dalam
kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca
dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai dengan membantu mereka
menyusun tujuan membaca siswa itu sendiri. Adapun tujuan membaca
tersebut mencakup :
1. Kesenangan;
2. Menyempurnakan membaca nyaring;
3. Menggunakan strategi tertentu;
4. Memperbaharui pengetahuan tentang suatu rubrik;
5. Mengaitkan cerita baru denan cerita yang lama;
6. Memperoleh cerita untuk laporan lisan atau tertulis;
7. Mengceritakan atau menolak prediksi;
8. Menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan cerita yang
diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari
struktur teks;
9. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik (Blanton, dkk, dan
Irwin Burns dkk, 1996 dalam M. Hafidz Jamil 2008;10).
d. Fungsi Kurikulum dalam Kegiatan Membaca
Sudirman dkk dalam M. Hafidz Jamil (2008;13) menjelaskan bahwa
ada tiga macam fungsi kurikulum dalam kerangka mencapai tujuan
pendidikan, yaitu :
- Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional melalui tujuan intruksional, tujuan kurikuler, dan tujuan
institusional.
- Kurikulum merupakam pedoman yang harus dilaksanakan oleh guru
dan murid dalam proses belajar mengajar, guna mencapai tujuan
pendidikan.
- Kuriklum merupakan pedoman guru dan siswa agar terlaksana
proses belajar mengajar dengan baik dalam rangka pencapaian
tujuan pendidikan.
Penerapan Membaca Pemahaman : Dalam membaca pemahaman
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara instensif dan bisa memahami
pesan yang disampikan oleh penulis melalui tulisan atau wacana, sehingga
pembaca benar-benar dapat mengerti dan menyimpulkan isi dari wacana yang
dibacanya.
Seperti yang telah di tegaskan sebelumnya bahwa suatu kegiatan
membaca pehaman bertujuan untuk menemukan ide pokok dalam wacana untuk
mendapatkan cerita dari wacana dengan bahasanya sendiri tanpa gagasan yang
tertuang dalam wacana tersebut. Siswa merasa tertantang untuk menangkap suatu
cerita melalui bacaan dan mampu mengungkapkan ide pokok suatu wacana hasil
temuannya. Dari kajian teori ini dan dalam kerangka berfikir di atas, dengan
harapan melalui pembelajaran dengan menggunakan wacana dapat meningkatkan
aktivitas Membaca Pemahaman siswa kelas V (lima) SD Negeri 18 Nanga Enap.
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek Penelitian
1. Waktu dan Lokasi Penelitian
a. Mata Pelajaran Matematika (Eksak)
Proses pelaksanaan dan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di
SD Negeri 18 Nanga Enap Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten
Kapuas Hulu pada 8 dan 15 Juni 2010.
Jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran untuk setiap
pertemuan adalah sebagai berikut :
1) Selasa, tanggal 8 Juni 2010 perbaikan pembelajaran Siklus I,
waktu 2 x 35 menit.
2) Selasa, tanggal 15 Juni 2010 perbaikan pembelajaran Siklus II,
waktu 2 x 35 menit.
b. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Non Eksak)
Proses pelaksanaan dan perbaikan pembelajaran dilaksanakan di
SD Negeri 18 Nanga Enap Kecamatan Putussibau Selatan Kabupaten
Kapuas Hulu pada 10 dan 17 Juni 2010.
Jadwal Pelaksanaan perbaikan pembelajaran untuk setiap
pertemuan adalah sebagai berikut :
1) Kamis, tanggal 10 Juni 2010 perbaikan pembelajaran Siklus I,
waktu 2 x 35 menit.
2) Kamis, tanggal 17 Juni 2010 perbakan pembelajaran Siklus II,
waktu 2 x 35 menit.
2. Mata Pelajaran Yang Diteliti
Mata pelajaran yang dilakukan perbaikannya pada penelitian ini adalah
mata pelajaran Matematika (Eksak) kelas IV (empat) dan Bahasa Indonesia (Non
Eksak) kelas V (lima) semester 2. Untuk mata pelajaran Matematika, mengangkat
materi Bangun Ruang Sederhana dan Bangun Datar, sedangkan untuk mata
pelajaran Bahasa Indonesia, mengangkat materi Cerita.
3. Karakteristik Kelas dan Siswa Yang Diteliti
Kelas yang menjadi subjek penelitian adalah kelas IV (empat) untuk
mata pelajaran Matematika dan kelas V (lima) untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia. Dari kedua rombongan belajar tersebut pelaksanaannya di SD Negeri
18 Nanga Enap, dengan jumlah siswa kelas IV (empat) 19 orang, yang terdiri dari
7 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan, untuk jumlah siswa kelas V (lima) 19
orang, yang terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.
Secara umum kegiatan proses pembelajaran di kelas ini hampir selalu
berlangsung lancar dan kondusif. Lokasi sekolah yang berada di lingkungan
pedesaan dan jauh dari jalan raya perkotaan sehingga membuat proses belajar
sehari-hari lebih nyaman, tidak terganggu oleh kebisingan. Namun tetap saja perlu
diadakan tindakan lebih lanjut guna terus meningkatkan kualitas pembelajaran di
kelas ini.
Bila dilihat dari sudut prestasi akademik, untuk mata pelajaran
Matematika di kelas IV (empat) ini dapat dibagi ke dalam tiga karakter, yaitu 4
siswa berprestasi, 8 siswa sedang, dan 7 siswa kurang berprestasi, sedangkan
untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas V (lima) ini dapat dibagi ke dalam
tiga karakter juga, yaitu 4 siswa berprestasi, 10 siswa sedang, dan 7 siswa kurang
berprestasi Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
kemampuan belajar siswa dan mengurangi jumlah siswa yang kurang berprestasi.
B. Deskripsi Per-Siklus
1. Perencanaan dan Pelaksanaan
Penggunaan alat peraga bangun ruang dalam materi bangun ruang
sederhana dan bangun datar pada pembelajaran Matematika dan penerapan
membaca pemahaman dalam materi cerita pada pembelajaran Bahasa Indonesia
tentunya dapat membantu memperjelas materi pembelajaran yang disampaikan
kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa, sehingga pesan
guru sebagai mediator dan pasilitator dalam konteksnya sebagai tenaga pendidik
dapat dilaksanakan dengan baik.
Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam proses perbaikan
pembelajaran dengan menggunakan media gambar adalah sebagai berikut :
a. Mata Pelajaran Matematika (Eksak)
1) Mengajukan pertanyaan tentang materi sebelumnya sebagai
kegiatan awal.
2) Membimbing siswa dalam penggunaan alat peraga bangun
ruang sederhana dan bangun datar.
3) Mengkondisikan siswa dalam mengerjakan LKS.
4) Mengadakan tanya jawab tentang penggunaan alat peraga
bangun ruang sederhana dan bangun datar.
5) Menyimpulkan materi.
Sesuai dengan masalah yang dihadapi siswa, yaitu kurangnya
perhatian siswa pada proses pembelajaran maka yang menjadi perhatian
dalam perbaikan pembelajaran matematika adalah memotivasi siswa
dengan menggunakan alat peraga bangun ruang sederhana dan bangun
datar.
b. Mata pelajaran Bahasa Indonesia (Non Eksak)
1) Mengajukan pertanyaan tentang materi sebelumnya sebagai
kegiatan awal.
2) Membahas materi pelajaran dengan penerapan membaca
pemahaman mengenai isi cerita.
3) Memberi motivasi kepada siswa menjawab lembaran LKS.
4) Membimbing siswa mengerjakan LKS.
5) Memberi pengayaan kepada siswa yang telah menguasai materi.
Sesuai dengan masalah yang dihadapi bahwa siswa tidak mau
dan tidak mampu menjawab pertanyaan dari guru. Maka yang menjadi
perhatian dalam perbaikan pembelajaran IPS adalah memotivasi siswa
dengan media gambar agar mau dan mampu menjawab pertanyaan secara
aktif dan efesien.
2. Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pembelajaran Matematika tentang konsep penjumlahan bilannan bulat
dilaksanakan di semester 2 Tahun Pelajaran 2009/2010. Dari hasil evaluasi belajar
Matematika sejumlah 19 siswa di kelas IV (empat) SD Negeri 18 Nanga Enap
diperoleh data bahwa yang mendapatkan nilai tertinggi hanya 6 siswa, dengan
tingkat penguasaan 47%. Hal ini menunjukkan kurangnya pemahaman siswa
terhadap materi tersebut. Adapun yang menjadi penyebab siswa kurang
memahami konsep materi matematika adalah penerapan pemahaman yang tidak
jelas dan guru memberikan contoh yang tidak bisa diaplikasikan dengan
kehidupan sehari-hari.
Untuk mengatasi kesulitan yang timbul tersebut, maka diperlukan sarana
pendukung pembelajaran. Sebagai alternatifnya maka digunakan alat peraga
gambar garis bilangan, dimana pendekatan ini bertitik tolak pada hal-hal yang
bersifat nyata bagi siswa. Dengan penggunaan media gambar garis bilangan,
diharapkan dapat memotivasi siswa sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Demikian juga untuk pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia
tentang transportasi masa lalu dan masa kini di semester II pada siswa
kelas V (lima) SD Negeri 18 Nanga Enap, Tahun Pelajaran 2009/2010. Dari
sejumlah 21 siswa, hanya 7 siswa yang mendapat nilai tertinggi, dengan tingkat
penguasaan 52%.
Dari masalah yang timbul maka dilakukan perbaikan pembelajaran
dengan menggunakan media gambar untuk memperlancar tercapainya tujuan
belajar yang lebih baik dan sesuai harapan.
3. Instrumen
Penelitian dan proses perbaikan ini menggunakan instrumen dalam
bentuk tes prestasi belajar yang diberikan kepada siswa untuk mengetahui dan
mengukur pecapaian hasil belajar siswa, serta berupa lembar observasi yang
digunakan untuk mengamati bagaimana proses pembelajaran yang dilaksanakan.
Serentetan tes, baik dalam bentuk pertanyaan dan latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan, atau bakat yang dimiliki secara individu maupun kelompok. Tes
prestasi adalah tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah
mempelajari. (Arikunto, 2006 : 150).
Sedangkan observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data
yang dilakukan secara sistematis dengan prosedur yang terstandar. (Arikunto,
2006 : 222).
4. Refleksi
Dalam kegiatannya refleksi lebih dititikberatkan pada hal yang mendasar,
terutama bagaimana mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi pada
siswa dan guru selama proses pembelajaran berlangsung. Dimana pad setiap tahap
refleksi tersebut, peneliti yang dibantu oleh supervisor dan teman sejawat selaku
observer, harus dapat memberikan jawaban atas pertayaan mengapa, bagaimana,
dan sejauh mana langkah pemberlajaran serta hasil pembelajaran yang dicapai
selama proses belajar berlangsung. Dalam refleksi, data hasil pengamatan menjadi
acuan utama dalam menentukan upaya dan tindakan yang akan dilakukan untuk
perbaikan pembelajaran pada tahap berikutnya.
BAB IV
HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Per-Siklus
1. Matematika (Eksak)
Pelaksanaan perbaikan mata pelajaran Matematika kelas IV (empat) SD
Negeri 18 Nanga Enap dilakukan dua siklus. Pada setiap siklus, penulis
mengadakan suatu observasi sederhana untuk melihat tingkat motivasi dan
keaktifan siswa terhadap proses pembelajaran. Berikut keadaan tingkat motivasi
dan keaktifan siswa terhadap proses pembelajaran.
Tabel 1
Lembar Hasil Observasi Tentang Motivasi dan Keaktifan Siswa
Terhadap Proses Pembelajaran Matematika
No. Nama Siswa SebelumHasil Perbaikan
Ket.Siklus I Siklus II
1. Agus Guntoro ++ ++ ++
2. Danu Kesuma + ++ ++
3. Dewi Rakinah + + ++
4. Fransisca Iset - - +
5. Jossevin ++ ++ ++
6. Justina Gaulan - + ++
7. Klara Dumai - + ++
8. Markus Junit + ++ ++
9. Merry Sondang + ++ ++
10. Mixsianus Lunsa - - +
11. Nafisha - - -
12. Nanda Muhardika + ++ ++
13. Ricodery Hubang + ++ ++
14. Septelia Angun - - +
15. Teresia - - +
16. Tiyon ++ ++ ++
17. Utin Mauliana - - +
18. Utin Maulidia - - +
19. Verony Anoy - + ++
Keterangan : (- = kurang) (+ = cukup) (++ = baik)
Data di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai motivasi dan
keaktifan siswa sejak sebelum perbaikan, siklus pertama, hingga siklus kedua.
Hal ini relevan dengan keadaan nilai hasil belajar yang didapat pada
setiap akhir pembelajaran, sebagaimana berikut :
Tabel 2
Daftar Nilai Tes Akhir Pembelajaran Matematika
No. Nama Siswa SebelumHasil Perbaikan
Ket.Siklus I Siklus II
1. Agus Guntoro 70 75 85
2. Danu Kesuma 65 70 70
3. Dewi Rakinah 60 65 75
4. Fransisca Iset 55 55 65
5. Jossevin 70 70 75
6. Justina Gaulan 50 60 75
7. Klara Dumai 55 65 75
8. Markus Junit 65 75 85
9. Merry Sondang 60 70 75
10. Mixsianus Lunsa 45 55 60
11. Nafisha 30 40 55
12. Nanda Muhardika 60 70 75
13. Ricodery Hubang 65 70 80
14. Septelia Angun 45 55 65
15. Teresia 55 55 60
16. Tiyon 75 80 85
17. Utin Mauliana 40 50 60
18. Utin Maulidia 35 45 60
19. Verony Anoy 55 65 70
Jumlah 1055 1190 1350
KKM = 55Rata-rata 55,53 62,63 71,05
Ersentase Keberhasilan 47% 63% 95%
Grafik 1
Nilai Rata-Rata hasil BelajarSiswa Pada Pembelajaran Matematika
Pada siklus pertama, nilai yang diperoleh masih kurang memuaskan,
sehingga penulis melakukan refleksi dan beberapa perbaikan untuk siklus kedua
termasuk penggunaan alat peraga bangun ruang di dalamnya.
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa seluruh siswa berhasil
mecapai tujuan pada siklus kedua, dengan rata-rata nilai hasil belajar Matematika
71,05, dengan tingkat keberhasilan 95%. Maka pembelajaran Matematika
mengalami kemajuan dan dapat dikatakan “Tuntas”.
2. Bahasa Indonesia (Non Eksak)
Pelaksanaan perbaikan mata pelajaran Bahasa Indonesia di Kelas V
(lima) SD Negeri 18 Nanga Enap dilakukan dua siklus. Pada setiap siklus, penulis
mengadakan suatu observasi sederhana untuk melihat tingkat motivasi dan
keatifan siswa terhadap proses pembelajaran. Berikut keadaan tingkat motivasi
dan keaktifan siswa terhadap proses pembelajaran.
Tabel 3
Lembar Hasil Observasi Tentang Motivasi dan Keaktifan Siswa
Terhadap Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia
No. Nama Siswa SebelumHasil Perbaikan
Ket.Siklus I Siklus II
1. Agus Septiawan ++ ++ ++
2. Anastasia Tening - + +
3. Angeliana Lusia ++ ++ ++
4. Ani Astuti + ++ ++
5. Clara - + ++
6. Domisianus Anyi ++ ++ ++
7. Elpiadus Aldo - - +
8. Felix - + +
9. Fiqkri Pratama ++ ++ ++
10. Fransiska Mery - - +
11. Imam Probowo + + ++
12. Juliana B. ++ ++ ++
13. Kristino Iset - + ++
14. Liberta Oktayiani Luhung - + +
15. Maria Pet ++ ++ ++
16. Nadiya Widiya ++ ++ ++
17. Rio - + ++
18. Sonia + ++ ++
19. Veronika Rami - - -
20. Yongky Firmansyah - + ++
21. Yulius Yery K. + ++ ++
Keterangan : (- = kurang) (+ = cukup) (++ = baik)
Data di atas menunjukkan adanya peningkatan nilai motivasi dan
keaktifan siswa sejak sebelum perbaikan, siklus pertama, hingga siklus kedua.
Hal ini relevan dengan keadaan nilai hasil belajar yang didapat pada
setiap akhir pembelajaran, sebagaimana berikut :
Tabel 4
Daftar Nilai Tes Akhir Pembelajaran Bahasa Indonesia
No. Nama Siswa SebelumHasil Perbaikan
Ket.Siklus I Siklus II
1. Agus Septiawan 70 75 80
2. Anastasia Tening 55 60 60
3. Angeliana Lusia 75 80 95
4. Ani Astuti 60 70 85
5. Clara 55 60 70
6. Domisianus Anyi 70 80 90
7. Elpiadus Aldo 50 55 65
8. Felix 55 60 65
9. Fiqkri Pratama 75 75 85
10. Fransiska Mery 45 55 60
11. Imam Probowo 60 65 75
12. Juliana B. 70 75 85
13. Kristino Iset 55 65 70
14. Liberta Oktayiani Luhung 55 60 65
15. Maria Pet 80 85 95
16. Nadiya Widiya 70 75 85
17. Rio 55 60 70
18. Sonia 60 70 80
19. Veronika Rami 45 50 55
20. Yongky Firmansyah 55 65 70
21. Yulius Yery K. 65 75 85
Jumlah 1280 1415 1590
KKM = 60Rata-rata 60,95 67,38 75,71
Ersentase Keberhasilan 52% 86% 95%
Grafik 2
Nilai Rata-Rata hasil BelajarSiswa Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pada siklus pertama, nilai yang diperoleh masih kurang memuaskan,
sehingga penulis melakukan refleksi dan beberapa perbaikan untuk siklus kedua
termasuk penerapan membaca pehaman di dalamnya.
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa siswa berhasil mencapai
tujuan belajar pada siklus kedua, dengan rata-rata nilai hasil belajar Bahasa
Indonesia 75,71 dengan tingkat keberhasilan 95%. Maka pembelajaran Bahasa
Indonesia mengalami kemajuan dan dapat dikatakan “Tuntas”.
B. Pembahasan
Dari hasil analisis di atas, dapat diuraikan beberapa hal sebagai berikut :
1. Pembelajaran Matematika
Siswa memiliki masalah dalam hal motivasi dan keaktifan dalam belajar
Matematika karena dengan sistem pembelajaran yang konvensional dan tidak
maksimalnya penggunaan media belajar yang menarik
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis melakukan upaya perbaikan
dengan penggunaan alat peraga bangun ruang. Upaya ini dilakukan dalam dua
siklus bersama teman sejawat yang berperan sebagai obsever.
Pendekatan yang dilakukan ialah pada materi bangun ruang sederhana
dan bangun datar, yang dalam pelaksanaannya penulis berusaha memanfaatkan
alat peraga bangun ruang untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa,
hingga dapat diperoleh hasil belajar yang maksimal.
Nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa pada setiap akhir pembelajaran
terus meningkat secara signifikan sejak sebelum proses perbaikan hingga akhir
siklus kedua. Ini tergambarkan dengan peningkatan nilai hasil belajar 7,11 poin
pada siklus pertama dan 8,42 poin pada siklus kedua. Adapun rata-rata pencapaian
pada akhir siklus kedua adalah 71,05, dimana 95% siswa berhasil mencapai hasil
belajar yang cukup memuaskan. Artinya ketuntasan belajar telah tercapai.
2. Pembelajaran Bahasa Indonesia
Siswa memiliki masalah dalam hal minat dan perhatian dalam belajar
Bahasa Indonesia karena dengan sistem pembelajaran yang konvensional dan
kurang maksimalnya dalam pemilihan media belajar yang menarik.
Untuk mengatasi masalah tersebut, penulis melakukan upaya perbaikan
dengan penerapan membaca pemahaman. Upaya ini dilakukan dalam dua siklus
bersama teman sejawat yang berperan sebagai observer.
Pendekatan yang dilakukan ialah pada materi cerita, yang dalam
pelaksanaannya penulis berusaha menerapkan membaca pemahaman guna
meningkatkan minat dan keatifan siswa, hingga dapat diperoleh hasil belajar yang
maksimal.
Nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa pada setiap akhir pembelajaran
terus meningkat secara signifikan sejak sebelum proses perbaikan hingga akhir
siklus kedua. Ini tergambarkan dengan peningkatan rata-rata nilai hasil belajar
6,43 poin pada siklus pertama dan 8,33 pada siklus kedua. Adapun hasil rata-rata
yang dicapai pada akhir siklus kedua adalah 75,71, dimana 95% siswa berhasil
mencapai hasil belajar yang cukup memuaskan. Artinya, ketuntasan belajar telah
tercapai.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan hasil perbaikan, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan penggunaan alat peraga bangun ruang ternyata berpengaruh
terhadap peningkatan hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV (empat) SD
Negeri 18 Nanga Enap. Hal ini diketahui dari peningkatan rata-rata hasil belajar
pada siklus pertama sebesar 7,40 poin pada siklus pertama dan 9,60 poin pada
siklus kedua, dengan 92% siswa berhasil mencapai ketuntasan belajar.
Peningkatan skor siswa diasumsikan sebagai akibat dari perlakuan yang telah
diberikan kepada siswa dengan penggunaan alat peraga bangun ruang.
Dalam penerapan membaca pemahaman juga berpengaruh terhadap
peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia pada siswa kelas V (lima) SD Negeri
18 Nanga Enap. Hal ini diketahui dari peningkatan rata-rata nilai hasil belajar
pada siklus pertama sebesar 9,20 poin pada siklus pertama dan 8,20 pada siklus
kedua, dengan 88% siswa berhasil mencapai ketuntasan belajar. Peningkatan skor
siswa diasumsikan sebagai akibat dari penerapan membaca pemahaman pada
proses perbaikan.
Mengacu pada rumusan masalah penelitian :
1. Apakah penggunaan alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan
pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang
sederhana dan bangun datar pada mata pelajaran Matematika ?
2. Apakah penerapan membaca pemahaman dapat meningkatkan
pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi cerita pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia ?
Hasil dari penelitian ini diperoleh jawaban sebagai berikut :
a. Penggunaan alat peraga bangun ruang dapat meningkatkan
pemahaman dan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang
sederhana dan bangun datar pada mata pelajaran Matematika.
b. Penerapan membaca pemahaman dapat meningkatkan pemahaman
dan hasil belajar siswa pada materi cerita pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
B. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis sampaikan, antara lain :
1. Dalam pelaksanaan pembelajaran pemilihan dan penggunaan alat peraga
yang sesuai berkontribusi positif dalam perbaikan pembelajaran, dimana
hal tersebut sangat diharapkan agar senantiasa dalam melakukan
perbaikan pada setiap pembelajaran, misalnya pemilihan alat peraga dan
media yang disesuaikan dengan materi yang digunakan.
2. Meningkatkan inovasi dalam memajukan mutu pendidikan, terutama
dalam hal pemilihan dan pemanfaatan alat peraga belajar.
3. Sarana dan prasarana yang kurang seharusnya jangan dijadikan alasan
untuk membuat tidak berinovasi, karena dengan media belajar yang
kreatif bisa didapatkan dari berbagai sumber yang relatif murah, bahkan
bisa juga tanpa biaya, dimana kita dapat memanfaatkan apa yang ada
disekitar lingkungannya.
4. Usahakan untuk dapat meningkatkan kualitas guru kearah yang lebih
profesional, sehingga pada akhirnya dapat dilakukan kegiatan yang
berkelanjutan, terutama dalam Kelompok Kerja Guru (KKG) yang telah
terbentuk melalui gugus di daerah masing-maisng, serta dalam upaya
saling berbagi pendapat dan tukar pengalaman selama menjadi seorang
tenaga pendidik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian : Satuan pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional.
Sudrajat, Akhmad. Media Pembelajaran. http://akhmadsudrajat/wordpress.com/
tanggal 12 Januari 2008.
Syah. Muhidin. 2006. Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Mustaqim, Burhan. 2008. Ayo Belajar Matematika untuk SD dan MI Kelas IV.
Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas.
Sadulloh, U. Robandi, B. Muharam, A. 2007. Pedagogik. Cipta Utama
Syah, Muhibbin, 2006. Psikologi Belajar. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
Sutikno, M.S. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Bandung Prospect.
Winataputra, Udin S. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas
Terbuka.
_________. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka.
Depdiknas (2003). Kurikulum 2004; Standar Kompetensi Kelas V Sekolah
Dasar / Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Puskur Dit PTK-SD
Ruseffendi, ET (1994). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non
Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang.
Kepada :
Kepala UPBJJ – UT Pontianak
di
Pontianak
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ASTERIA, A.Ma.
NIP : 19840805 200604 2 022
Tempat Mengajar : SD Negeri 18 Nanga Enap
Alamat Sekolah : Dusun Nanga Enap, Desa Cempaka Baru, Kecamatan
Putussibau Selatan
Menyatakan bersedia sebagai teman sejawat untuk mendampingi dalam
pelaksanaan PKP atas nama :
Nama : YUSENI HAYATI
NIM : 816998778
Program Studi : S.1 – PGSD
Tempat Mengajar : SD Negeri 18 Nanga Enap
Alamat Sekolah : Dusun Nanga Enap, Desa Cempaka Baru, Kecamatan
Putussibau Selatan.
Telepon : -
Demikian agar surat pernyataan inidapat digunakan sebagaimana mestinya.
Nanga Enap, 4 Juni 2010
Mengetahui :
Kepala SD Negeri 18 Nanga Enap, Teman Sejawat,
YOSEPH WEMPI ASTERIA, A.Ma.NIP 19540503 197703 1 014 NIP 19840805 200604 2 022
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : YUSENI HAYATI
NIM : 816998778
Program Studi : S.1 – PGSD
Tempat Mengajar : SD Negeri 18 Nanga Enap
Pokjar : Putussibau, Kec.Putussibau Selatan, Kab.Kapuas Hulu
Menyatakan bahwa :
Nama : ASTERIA, A.Ma.
Tempat Mengajar : SD Negeri 18 Nanga Enap
Jabatan : Guru Kelas V (lima)
Adalah teman sejawat yang akan membantu dalam pelaksanaan perbaikan
pembelajaran, yang merupakan tugas Mata Kuliah PDGK 4501 Pemantapan
Kemampuan Profesional (PKP).
Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya.
Nanga Enap, 5 Juni 2010
Teman Sejawat, Yang Memuat Pernyataan,,
ASTERIA, A.Ma. YUSENI HAYATINIP 19840805 200604 2 022 NIM 816998778
SIKLUS 1 (PERTAMA)
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV (empat)/2 (genap)
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi
8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun
datar.
Kompetensi Dasar
8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus.
Indikator
Menentukan jaring-jaring balok.
Menentukan jaring-jaring kubus
Hasil Belajar
Siswa dapat menentukan jaring-jaring balok.
Siswa dapat menentukan jaring-jaring kubus.
Tujuan Perbaikan
Siswa memahami sifat bangun ruang dan dapat menentukan jaring-jaring
balok dan kubus.
Materi dan Metode Pembelajaran
1. Materi
Bangun ruang sederhana dan bangun datar.
2. Metode Pembelajaran
a. Informasi/Ceramah
b. Demonstrasi
c. Tanya jawab
Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal ................................................................. (10 menit)
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
b. Guru meminta siswa menyediakan kemasan barang berbentuk balok.
2. Kegiatan Inti ................................................................... (50 menit)
a. Guru meminta siswa memotong atau menyayat kemasan tersebut
sepanjang rusuk-rusuknya sehingga terbuka, kemudian dibentangkan
di meja.
b. Guru menjelaskan bahwa bangun datar yang terbentuk itulah yang
dinamakan jaring-jaring balok.
c. Guru menjelaskan bahwa jika sayatan rusuknya berbeda, akan
menghasilkan jaring-jaring yang berbeda.
d. Selanjutnya, guru meminta beberapa siswa menggambar bangun
datar tersebut di papan tulis.
3. Kegiatan Akhir ................................................................ (10 menit)
a. Guru memberi kata-kata pujian kepada siswa atas keaktifan dan
kesungguhannya mengikuti proses belajar mengajar.
b. Guru memberi tugas kepada siswa.
Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Benda-benda yang ada di sekitar siswa.
2. Buku Matematika Gemar Berhitung 4B halaman 90–94.
Penilaian
1. Tertulis
Contoh soal:
Buatlah jaring-jaring kubus dan jaring-jaring balok masing-masing dua
buah.
2. Kinerja/Perbuatan
Sikap, tingkah laku dan perbuatan siswa, minat belajar, keaktifan
dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, serta keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar.
3. Penugasan/Proyek
Guru memeriksa dan mengecek apakah tugas yang diberikan kepada
siswa dapat terselesaikan dengan baik atau tidak.
Lembar Evaluasi
Jaring-Jaring Kubus dan Balok
Bangun ruang kubus dan balok terbentuk dari bangun datar persegi dan persegi panjang. Gabungan dari beberapa persegi yang membentuk kubus disebut jaring-jaring kubus. Sedangkan jaring-jaring balok adalah gabungan dari beberapa persegi panjang yang membentuk balok.
Ayo Bermain
1. Bentuklah kelompok dengan kawan terdekatmu. Bawalah dari rumah sebuah kotak kardus berbentuk kubus dan sebuah kotak kardus berbentuk balok.
2. Irislah beberapa rusuk kubus dan balok tersebut seperti yang ditunjukkan dengan gambar gunting pada gambar di bawah ini.
3. Bukalah hasil guntingan terhadap kubus dan balok tersebut, kemudian ratakan.
4. Benda apakah yang terjadi?
Nah kawan, tahukah kamu apa yang kamu lakukan dengan kegiatan ayo bermain di atas? Dari kegiatan tersebut, kamu telah membuat jaring-jaring kubus dan balok.
Bagaimana bentuk jaring-jaring kubus dan balok yang kamu peroleh? Coba
kamu bandingkan dengan jaring-jaring kubus dan balok berikut !
Nanga Enap, 8 Juni 2010
Mengetahui :
Kepala SD Negeri 18 Nanga Enap, Mahasiswa,
YOSEPH WEMPI YUSENI HAYATI
NIP 19540503 197703 1 014 NIM 816998778
Jaring-jaring kubus Jaring-jaring balok
LEMBAR OBSERVASISIKLUS 1 (Pertama)
Mata Pelajaran : MatematikaKelas Semester : IV (empat)/2 (genap)Hari Tanggal : Selasa, 8 Juni 2010Fokus Observasi : Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang dalam Proses
Pembelajaran
No. Aspek yang diobservasi
Kemunculan
KomentarAda
Tidak Ada
1. Guru menyiapkan alat peraga. -Persiapan bahan dilakukan dengan baik.
2.Guru menggunakan alat peraga yang telah disiapkan.
-Siswa kurang berperan aktif dalam menyimak kegunaan alat peraga.
3.Siswa secara bergilir mempraktikkan alat peraga yang telah tersedia.
- Siswa belum seluruhnya kebagian mempraktikkan alat peraga.
4.Alat peraga dapat membantu proses pembelajaran
-Hanya sebagian siswa yang merasa terbantu dengan alat peraga.
5.Siswa mendemontrasikan alat peraga yang tersedia.
-Hanya sebagian siswa yang aktif.
6.Siswa melakukan dan mempraktikkan alat peraga yang tersedia.
- Dilakukan oleh sebagian siswa.
PengamatTeman Sejawat,
ASTERIA, A.Ma.NIP 19840805 200604 2 022
SIKLUS 2 (KEDUA)
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : IV (empat)/2 (genap)
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi
8. Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun
datar.
Kompetensi Dasar
8.2 Menentukan jaring-jaring balok dan kubus.
Indikator
Menentukan jaring-jaring balok.
Menentukan jaring-jaring kubus
Hasil Belajar
Siswa dapat menentukan jaring-jaring balok.
Siswa dapat menentukan jaring-jaring kubus.
Tujuan Perbaikan
Siswa memahami sifat bangun ruang dan dapat membuat gambar kubus
dan balok.
Materi dan Metode Pembelajaran
1. Materi
a. Bangun ruang sederhana dan bangun datar.
2. Metode Pembelajaran
a. Informasi/Ceramah
b. Demonstrasi
c. Tanya jawab
Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal …………………………….…………………. (10 menit)
a. Guru memberi motivasi belajar kepada siswa.
b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran.
c. Guru meminta siswa menyediakan kemasan barang berbentuk kubus.
2. Kegiatan Inti ………………………………………………… (50 menit)
a. Guru meminta siswa memotong atau menyayat kemasan tersebut se
panjang rusuk-rusuknya sehingga terbuka, kemudian dibentangkan
di meja.
b. Guru menjelaskan bahwa bangun datar yang terbentuk itulah yang
dinamakan jaring-jaring kubus.
c. Guru menjelaskan bahwa jika sayatan rusuknya berbeda, akan meng
hasilkan jaring-jaring yang berbeda.
d. Selanjutnya, guru meminta beberapa siswa menggambar bangun
datar tersebut di papan tulis.
3. Kegiatan Akhir ……………….……………………………… (10 menit)
Guru memberi tugas kepada siswa.
Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Benda-benda yang ada di sekitar siswa.
2. Buku Matematika Gemar Berhitung 4B halaman 90–94.
Penilaian
1. Tertulis
Contoh soal:
Buatlah jaring-jaring kubus dan jaring-jaring balok masing-masing dua
buah.
2. Kinerja/Perbuatan
Sikap, tingkah laku dan perbuatan siswa, minat belajar, keaktifan
dalam bertanya dan menjawab pertanyaan, serta keaktifan siswa
dalam proses belajar mengajar.
3. Penugasan/Proyek
Guru memeriksa dan mengecek apakah tugas yang diberikan kepada
siswa dapat terselesaikan dengan baik atau tidak.
Lembar Evaluasi
Ayo Dikusi
Adakah bentuk jaring-jaring kubus yang lain? Coba kamu selidiki dan
diskusikan dengan kawan-kawanmu. Kemudian sampaikan hasil diskusimu
kepada Ibu/Bapak Guru di kelas.
Ayo Berlatih
a. Mari menentukan manakah di antara gambar berikut yang merupakan
jaring-jaring kubus.
b. Meri menentukan manakah diantara gambar berikut yang merupakan
jaring-jaring balok.
Nanga Enap, 15 Juni 2010
Mengetahui :
Kepala SD Negeri 18 Nanga Enap, Mahasiswa,
YOSEPH WEMPI YUSENI HAYATI
NIP 19540503 197703 1 014 NIM 816998778
LEMBAR OBSERVASISIKLUS 2 (Kedua)
Mata Pelajaran : MatematikaKelas Semester : IV (empat)/2 (genap)Hari Tanggal : Selasa, 15 Juni 2010Fokus Observasi : Penggunaan Alat Peraga Bangun Ruang dalam Proses
Pembelajaran
No. Aspek yang diobservasi
Kemunculan
KomentarAda
Tidak Ada
1. Guru menyiapkan alat peraga. -Persiapan bahan dilakukan dengan baik.
2.Guru menggunakan alat peraga yang telah disiapkan.
-Siswa kurang berperan aktif dalam menyimak kegunaan alat peraga.
3.Siswa secara bergilir mempraktikkan alat peraga yang telah tersedia.
-Hampir keseluruh siswa kebagian mempraktikkan alat peraga.
4.Alat peraga dapat membantu proses pembelajaran
-Hanya sebagian siswa yang merasa terbantu dengan alat peraga.
5.Siswa mendemontrasikan alat peraga yang tersedia.
-Hanya sebagian siswa yang aktif.
6.Siswa melakukan dan mempraktikkan alat peraga yang tersedia.
-Dilakukan hampir semua siswa.
PengamatTeman Sejawat,
ASTERIA, A.Ma.NIP 19840805 200604 2 022
SIKLUS 1 (PERTAMA)
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V (lima)/2 (genap)
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi
Memahami teks dengan membaca sekilas, membaca me- mindai, dan
membaca cerita anak.
Kompetensi Dasar
Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat.
Indikator
Membaca cerita.
Mengajukan pertanyaan tentang isi cerita.
Menjawab pertanyaan isi cerita.
Menyimpulkan isi cerita.
Hasil Belajar
Siswa dapat membaca cerita.
Siswa dapat mengajukan pertanyaan tentang isi cerita.
Siswa dapat menjawab pertanyaan isi cerita.
Siswa dapat menyimpulkan isi cerita.
Tujuan Perbaikan
1. Dapat membaca cerita dengan benar dan baik.
1. Dapat membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan dan menyimpulkan isi
dari cerita.
Materi dan Metode Pembelajaran
1. Materi
Cerita
2. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, latihan, pemberian tugas
Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal …………………………….…………………. (10 menit)
a. Siswa dan guru bertanya jawab tentang isi cerita.
2. Kegiatan Inti ………………………………………………… (50 menit)
a. Siswa membaca cerita.
b. Siswa mengajukan pertanyaan tentang isi cerita.
c. Siswa menjawab pertanyaan isi cerita.
3. Kegiatan Akhir ……………………………………………… (10 menit)
a. Siswa menyimpulkan isi cerita.
b. Guru memberikan penilaian hasil evaluasi.
Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Teks cerita
Penilaian
1. Jenis Tes
Tes lisan dan tertulis
2. Format Penilaian
No. Aspek Skor Maksimal
1. Kebenaran jawaban 60
2. Bahasa, ejaan dan tanda baca 30
3. Penulisan dan ketepatan waktu 10
Pertanyaan Tes Lisan :
Berdasarkan cerita yang kamu dengar tadi, jawablah secara lisan pertanyaan di bawah ini!
1. Sebutkan judul cerita yang telah kamu dengarkan !2. Siapa yang bermain biola ?3. Di mana pemain biola tinggal ?4. Bagaimana sikap penduduk terhadap suara biola ?5. Tinggal di kota mana pemain biola itu ?6. Siapa yang melarang diperdengarkan musik biola ?7. Mengapa pemain biola dibebaskan dari dakwaan padahal terbukti malam hari
itu terdengar suara biola ?8. Bagaimana tanggapan penduduk di lingkungan pemain biola setelah adanya
suara biola ?9. Bagaimana pula sikap pemain biola mejawab pertanyaan warga yang
berkerumun di depan gubuknya ?10. Apa sebenarnya pekerjaan pemain biola ?
Nanga Enap, 10 Juni 2010
Mengetahui :
Kepala SD Negeri 18 Nanga Enap, Mahasiswa,
YOSEPH WEMPI YUSENI HAYATI
NIP 19540503 197703 1 014 NIM 816998778
LEMBAR OBSERVASI
SIKLUS 1 (Pertama)
Mata Pelajaran : Bahasa IndonesiaKelas Semester : V (lima)/2 (genap)Hari Tanggal : Kamis, 17 Juni 2010Fokus Observasi : Penerapan Membaca Pemahaman dalam Proses
Pembelajaran
No. Aspek yang diobservasi
Kemunculan
KomentarAda
Tidak Ada
1. Guru menyiapkan cerita. -Persiapan bahan dilakukan dengan baik.
2.Guru menggunakan buku cerita yang telah disiapkan.
-Siswa kurang berperan aktif dalam menyimak cerita yang dibacakan.
3.Siswa secara bergilir membaca cerita yang ada pada buku pelajaran.
- Siswa belum seluruhnya kebagian membacakan cerita.
4.Dengan membaca pemahaman dapat membantu proses pembelajaran.
-Belum semua dapat memahami penerapan membaca pemahaman.
5.Siswa mengulang untuk menceritakan isi cerita yang telah di baca.
-Hanya sebagian siswa yang aktif.
6.Siswa menuliskan kembali isi cerita dengan bahasa mereka sendiri.
- Penggunaan tanda baca dan penulsan belum semua benar.
PengamatTeman Sejawat,
ASTERIA, A.Ma.NIP 19840805 200604 2 022
SIKLUS 2 (KEDUA)
RENCANA PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V (lima)/2 (genap)
Alokasi waktu : 2 x 35 menit
Standar Kompetensi
Memahami teks dengan membaca sekilas, membaca me- mindai, dan
membaca cerita anak.
Kompetensi Dasar
Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat.
Indikator
Membaca cerita.
Mengajukan pertanyaan tentang isi cerita.
Menjawab pertanyaan isi cerita.
Menyimpulkan isi cerita.
Hasil Belajar
Siswa dapat membaca cerita.
Siswa dapat mengajukan pertanyaan tentang isi cerita.
Siswa dapat menjawab pertanyaan isi cerita.
Siswa dapat menyimpulkan isi cerita.
Tujuan Perbaikan
1. Dapat membaca cerita dengan benar dan baik.
1. Dapat membuat pertanyaan, menjawab pertanyaan dan menyimpulkan isi
dari cerita.
Materi dan Metode Pembelajaran
1. Materi
Cerita
2. Metode Pembelajaran
Tanya jawab, latihan, pemberian tugas
Langkah-Langkah Pembelajaran
1. Kegiatan Awal …………………………….…………………. (10 menit)
a. Guru mengingatkan kembali materi pembelajaran yang sudah
disampaikan.
b. Siswa dan guru bertanya jawab tentang isi cerita.
2. Kegiatan Inti ………………………………………………… (50 menit)
a. Siswa membaca cerita.
b. Menjawab pertanyaan tentang isi cerita yang didengar.
c. Menentukan nama tokoh dan wataknya, latar cerita, tema, dan
amanat.
d. Menceritakan kembali cerita yang didengar dengan kata-kata sendiri.
3. Kegiatan Akhir ……………………………………………… (10 menit)
a. Siswa menyimpulkan isi cerita.
b. Guru memberikan penjasalan untuk siswa menjawab pertanyaaan isi
cerita.
c. Guru memberikan penilaian hasil evaluasi.
Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Teks cerita
Penilaian
1. Jenis Tes
Tes lisan dan tertulis
2. Format Penilaian
No. Aspek Skor Maksimal
1. Kebenaran jawaban 60
2. Bahasa, ejaan dan tanda baca 30
3. Penulisan 10
Tes Tertulis :
Dengarkan kembali cerita yang dibacakan teman atau gurumu, kemudian kerjakan
latihan di bawah ini!
1. Tulislah nama tokoh-tokoh dalam cerita itu !
2. Uraikan sifat/watak masing-masing tokoh yang ada dalam cerita yang telah
kamu dengar !
3. Sebutkan latar cerita yang meliputi waktu dan tempat kejadian dalam cerita
rakyat yang kamu dengar !
4. Apakah tema dari cerita yang kamu dengar ?
5. Pesan apakah yang terdapat dalam cerita yang kamu dengar ?
6. Ceritakan kembali cerita yang kamu dengar tadi menggunakan bahasamu
sendiri !
Nanga Enap, 17 Juni 2010
Mengetahui :
Kepala SD Negeri 18 Nanga Enap, Mahasiswa,
YOSEPH WEMPI YUSENI HAYATI
NIP 19540503 197703 1 014 NIM 816998778
LEMBAR OBSERVASI
SIKLUS 2 (Kedua)
Mata Pelajaran : Bahasa IndonesiaKelas Semester : V (lima)/2 (genap)Hari Tanggal : Kamis, 17 Juni 2010Fokus Observasi : Penerapan Membaca Pemahaman dalam Proses
Pembelajaran
No. Aspek yang diobservasi
Kemunculan
KomentarAda
Tidak Ada
1. Guru menyiapkan cerita. -Persiapan bahan dilakukan dengan baik.
2.Guru menggunakan buku cerita yang telah disiapkan.
-Siswa kurang berperan aktif dalam menyimak cerita yang dibacakan.
3.Siswa secara bergilir membaca cerita yang ada pada buku pelajaran.
- Siswa belum seluruhnya kebagian membacakan cerita.
4.Dengan membaca pemahaman dapat membantu proses pembelajaran.
-Belum semua dapat memahami penerapan membaca pemahaman.
5.Siswa mengulang untuk menceritakan isi cerita yang telah di baca.
-Hanya sebagian siswa yang aktif.
6.Siswa menuliskan kembali isi cerita dengan bahasa mereka sendiri.
- Penggunaan tanda baca dan penulsan belum semua benar.
PengamatTeman Sejawat,
ASTERIA, A.Ma.NIP 19840805 200604 2 022
Membaca Cerita
Tutuplah bukumu, lalu dengarkan cerita yang akan dibacakan oleh teman-temanmu secara bergilir!
Ronin Pemain Biola
Ronin adalah pemain biola. Sejak kecil ayahnya mengajari Ronin bermain biola. Walaupun ayah ibunya sudah tiada, Ronin tak jemu menggesek biola. Baginya, bermain biola dapat mengusir sedih dan sepi. Akan tetapi, tidak semua orang senang mendengar bunyi biola. Saat Ronin datang ke kota Brolin, dia dilarang memainkan biola. Orang-orang di Brolin sangat tak suka musik.
“Apakah suara biolaku ini akan mengganggu penduduk Brolin?” tanya Ronin saat walikota Brolin melarangnya memainkan biola.
“Tentu saja! Kami tak terbiasa dengan bunyi musik. Musik hanya mengganggu pekerjaan kami,” kata sang Walikota yang bermuka kaku dan serius.
“Kalau begitu, apakah aku juga tidak boleh tinggal di sini?” lanjut Ronin.
“Kau boleh tinggal di kota ini, tapi jangan mainkan biolamu!”
Ronin setuju. Ia pun tinggal di kota Brolin yang sepi. Penduduk kota Brolin memang pekerja keras. Mereka bahkan sanggup bekerja sampai larut malam. Hidup mereka selalu serius dan tak ceria.
Ronin sebenarnya tidak suka dengan kehidupan yang tanpa musik. Namun, dia tak ingin meninggalkan kota Brolin. Dia berharap penduduk kota Brolin akan berubah sikap.
Di kota Brolin, Ronin tinggal di sebuah gubuk kecil dekat kandang kuda. Tempat itu milik sepasang suami istri yang sudah tua. Ronin bekerja mengurusi kuda milik suami istri itu.
Setiap malam, Ronin duduk sendiri di depan gubuknya sambil memandangi bulan. Ia ingin sekali memainkan biolanya untuk menikmati malam. Tetapi, Ronin tak ingin membuat penduduk kota Brolin menjadi marah.
Ronin pun menyimpan keinginannya itu di dalam hati. Akan tetapi, keinginan itu semakin kuat dari hari ke hari. Bahkan setiap malam Ronin bermimpi memainkan biolanya di hadapan penduduk kota Brolin.
Begitu kuatnya keinginan Ronin, sampai akhirnya pada suatu malam, dalam keadaan tertidur, Ronin bangkit dari tempat tidurnya. Ia meraih biola miliknya, lalu mulai menggeseknya dengan pelan dan menawan.
Bunyi biola yang dimainkan Ronin terbawa hembusan angin. Masuk ke rumah-rumah penduduk kota Brolin. Orang-orang yang mendengar menjadi gempar. Walikota pun memanggil Ronin.
“Aku tak memainkan biolaku semalam,” kata Ronin membela diri.
“Tapi, semua orang mendengar bunyi biolamu,” kata sang Walikota.
“Apa ada orang lain yang memiliki biola selain kau?”
“Entahlah, yang pasti semalam aku hanya memainkan biolaku di dalam mimpi,” kata Ronin.
“Baiklah, kau kubebaskan sekarang. Namun aku akan mengusirmu kalau memang benar kau terlihat memainkan biolamu,” kata walikota.
Ronin pulang ke rumah peternakan kuda tempatnya tinggal. Ia bingung atas tuduhan sang Walikota. Bila dia tak memainkan biola, jadi siapa orang memainkan biola semalam? Pikirnya.
Sebenarnya, bukan hanya Ronin yang memikirkan tentang bunyi biola yang terdengar malam itu. Orang-orang yang mendengarnya juga ikut memikirkannya.
“Kalau itu benar bunyi biola Ronin, sungguh indah sekali...“ kata seorang lelaki.
“Benar, alunan bunyinya bisa mengurangi ketegangan kita dalam bekerja,” sambung temannya.
“Apakah dia akan memainkan biolanya lagi nanti malam?” tanya lelaki yang satu.
“Bagaimana kalau kita ke tempatnya saja. Kita bisa melihatnya langsung,” balas temannya yang langsung disetujui.
Begitu malam tiba, kedua lelaki itu pun menuju kediaman Ronin. Mereka terkejut melihat banyak orang di depan gubuk Ronin. Ronin sendiri heran melihat banyak orang.
“Sedang apa kalian?” tanya Ronin begitu dia keluar dari gubuknya.
“Aku dan yang lain ingin mendengarkan bunyi biolamu,” jawab seorang lelaki.
Ronin menjadi bingung. “Tapi, bukankah kalian tak suka musik?”
“Itu sebelum kami mendengar bunyi biolamu,” kata si lelaki. “Ayolah mainkan lagi biolamu.”
Semua orang yang ada ikut-ikutan memaksa Ronin untuk memainkan biolanya. Dengan penuh keheranan, Ronin mengambil biolanya.
Ronin berdiri di depan orang-orang sambil memainkan biolanya dengan lembut. Semua orang yang mendengar alunan bunyi biola Ronin terhanyut. Perasaan mereka menjadi lebih tenang.
Ronin jadi tambah semangat memainkannya sambil menghentak- hentakkan kakinya. Satu per satu orang-orang yang ada mengikuti gerakan
Ronin. Akhirnya, mereka pun menari sesuka hati. Semua merasa senang. Sejak malam itu, Ronin selalu menghibur penduduk kota Brolin dengan permainan biolanya. Semua orang bekerja dengan gembira. Wajah-wajah mereka pun menajadi ceria. Impian Ronin menjadi nyata.
Atas permintaan warga, walikota segera mencabut larangan bermain musik di kota Brolin. Ronin diangkat pula menjadi warga kehormatan kota Brolin. Dengan senang hati, Ronin bermain biola untuk kota Brolin
Karya: Saokat dalam Bobo, Tahun XXXIV, 2007