s. miharja Page 1
4 Model-Model
Bimbingan Karir
Objek kajian
s. miharja Page 2
Dalam bab ini dikaji beberapa program konseling karir dan
komponen-komponen program tersebut. Program-program ini
dipandang mewakili contoh model-model prosedur konseling karir
yang inovatif yang kini banyak dipergunakan di lembaga formal dari
tingkat menengah, pendidikan keterampilan hingga pendidika tinggi.
Setidaknya terdapat tujuh model program yang disajikan, yaitu (1)
model modul, (2) model effective problem-solving, (3) model
paraprofessional, (4) model metroplex, (5) model decision-making, (6)
model replikasi, dan (7) model experience.
A. Model Modul
Model modul ini dikembangkan oleh Curricular of Career Information
Service (CCIS), Florida State University. Program ini menekankan
pendekatan instruksional terhadap layanan perencanaan karir. CCIS
berorientasi self-help, menggunakan model instruksional, dan berbasis
multimedia. Program dilaksanakan dengan menggunakan tenaga
paraprofesional. Modul pembelajaran ini dirumuskan untuk mencapai
tujuan behavioral tertentu melalui kegiatan-kegiatan yang terstruktur.
Program ini terdiri dari modul-modul dengan isi sebagai berikut.
1. Modul I berisi penjelasan tentang tujuan CCIS. Modul ini diawali
dengan presentasi slide 10 menit tentang garis-garis besar tujuan
CCIS.
2. Modul II berisi tinjauan umum tentang variabel-variabel yang
dipandang penting dalam perencanaan karir. Modul dilengkapi
dengan slide dan materi pilihan.
3. Modul III berisi self-assessment, yang dilakukan sendiri dan
hasilnya ditafsirkan sendiri, tentang inventarisasi minat,
menggunakan instrumen Self-Directed Search dari Holland, 1977.
4. Modul IV terdiri dari presentasi slide tentang sumber-sumber
informasi karir.
5. Modul V dimaksudkan untuk membantu mengenal karir-karir
yang terkait dengan kajian akademik utama yang ditempuhnya.
6. Modul VI sampai XII mencakup harapan kerja, perencanaan waktu
senggang, perencanan karir untuk orang kulit hitam, pembuatan
keputusan karir untuk perempuan dewasa dan penyandang cacat,
s. miharja Page 3
dan eksplorasi minat karir melalui keterampilan kerja dan
okupasional.
7. Modul tambahan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
yang teridentifikasi. Segera setelah kebutuhan akan program yang
baru teridentifikasi, seperti bantuan karir untuk kelompok
minoritas, modul instruksional dapat dikembangkan
menggunakan materi dan contoh yang sudah ada.
CCIS merupakan sebuah sistem yang tidak mahal untuk layanan karir.
Penggunaan tenaga paraprofesional direkomendasikan untuk
supervisi on-line dan berbagai lokasi outreach. Jumlah staf yang
dibutuhkan untuk pengembangan modul dan evaluasi relatif kecil.
Modul instruksional yang dikembangkan untuk CCIS mempunyai
desain yang fleksibel dan dapat dikonversikan ke dalam sistem
informasi karir berbasis komputer.
B. Model Effective Problem Solving (EPS)
Model EPS merupakan sebuah program pembelajaran karir yang self-
directed yang dikembangkan di University of Maryland. Kegiatan
belajar ini mengajarkan teknik-teknik pemecahan masalah dan
mengaplikasikan teknik tersebut pada perencanaan pendidikan dan
vokasional. Program ini sangat terstruktur dan menuntut individu
untuk mengikuti prosedurnya langkah demi langkah guna
mendapatkan arah vokasional dan pendidikannya. Model problem-
solving ini mencerminkan pertukaran informasi yang sering terjadi
antara klien dan konselor dalam konseling karir. Langkah pertama
menuntut klien mengemukakan three okupasi yang dirasakannya
paling cocok dengan kualifikasi yang dimilikinya, berdasarkan
estimasi dirinya sendiri. Klien juga dituntut untuk mengindikasikan
tingkat dan jenis pendidikan yang diharapkan dan mengemukakan
bidang studi yang terkait dengan okupasi tersebut. Selanjutnya, "self-
directed learning program" itu digariskan sebagai berikut:
1. Klien belajar langkah-langkah dalam problem solving dan
kemudian mengaplikasikan proses pemecahan masalah itu pada
perencanaan vokasional dan pendidikannya.
2. Sebagian besar program ini dalam bentuk tertulis. Keberhasilan
Klien tergantung pada kesungguhan dan ketelitian respon tertulis
s. miharja Page 4
klien itu. Banyak pertanyaan yang diajukan dan klien dituntut
untuk berusaha keras guna sampai pada jawaban yang
diharapkan. Menemukan jawaban tersebut serta menuliskannya
merupakan cara konkret untuk melibatkan klien dalam pemecahan
masalah.
3. Klien harus berhati-hati agar tidak sampai pada jawaban secara
cepat tetapi kabur dan superfisial.
4. Materi disusun secara berurutan dan harus dikerjakan secara
berurutan pula agar memiliki nilai bagi klien.
5. Klien mungkin mendapati bahwa terdapat sesuatu yang penting
tidak tercantum di dalam perencanaan dan klien dapat
menambahkannya.
6. Peranan konselor dalam proses ini adalah membantu dengan: a)
Menyediakan materi yang dirancang untuk menstimulasi
pemikiran dan perencanaan klien; b) Mengklarifikasi hal-hal yang
tidak dimengerti oleh klien; c) Bertindak sebagai konsultan dan
katalisator untuk usaha pemecahan masalah klien.
7. Selanjutnya klien dilibatkan dalam proses pemecahan masalah
yang efektif. Langkah-langkah dalam pemecahan masalah yang
efektif adalah sebagai berikut:
a. Mendefinisikan masalah.
b. Mengumpulkan informasi yang relevan.
c. Menimbang evidensi yang terkumpul.
d. Memilih alternatif perencanaan atau tujuan.
e. Mengambil tindakan berdasarkan rencana.
f. Mengkaji ulang rencana secara periodik.
Setelah merumuskan langkah-langkah pemecahan masalah yang
efektif secara tertulis, klien mulai dengan proses yang sesungguhnya.
Langkah-langkah dalam proses tersebut dapat dirangkum sebagai
berikut:
1. Langkah 1. Klien menginventarisasi waktu belajar dan
efisiensinya. Kegiatan ini menuntut evaluasi terhadap teknik
belajar dan penggunaan waktu.
2. Langkah 2. Klien menginventarisasi kemampuan dan prestasinya.
Kegiatan ini menuntut klien untuk mengevaluasi skor ACT-nya
berdasarkan norma-norma lokal, membuat daftar nilai rata-rata
untuk setiap semester perkuliahannya, memberikan informasi
tentang prestasinya akademik, dan hasil evaluasi perkuliahannya.
s. miharja Page 5
3. Langkah 3. Klien menginventarisasi berbagai pengalaman
kerjanya. Bagian ini menuntut klien mengevaluasi pekerjaan yang
pernah dialaminya dari sudut pandang jenis pekerjaan yang paling
disukainya dan yang paling tidak disukainya serta pengalaman
belajar dari berbagai pekerjaan yang pernah dijabatnya.
4. Langkah 4. Klien menginventarisasi berbagai pengalaman kegiatan
waktu senggangnya. Bagian ini menuntut klien mengevaluasi
relevansi antara kegiatan waktu senggangnya dengan perencanaan
karirnya. Klien mendaftar berbagai kegiatannya dan menelaah
pengalaman belajar yang terkait dengan masing-masing kegiatan
itu.
5. Langkah 5. Klien menginventarisasi minat-minatnya. Di sini klien
mendaftar berbagai hal yang diminatinya dan
membandingkannya dengan minat-minat yang terukur.
6. Langkah 6. Klien menginventarisasi berbagai pendapat orang lain.
Pada bagian ini klien diminta mengevaluasi pendapat orang-orang
tertentu yang signifikan (orang tua, saudara, guru, teman)
sehubungan dengan pengaruhnya terhadap pembuatan keputusan
karirnya.
7. Langkah 7. Okupasi untuk Diinvestigasi. Pada langkah ini, klien
mendaftar hingga sepuluh okupasi untuk dievaluasi, terutama
okupasi yang tidak memerlukan kualifikasi pendidikan tinggi.
8. Langkah 8. Overview. Di sini klien diminta meninjau ulang
informasi yang sudah dikumpulkannya.
9. Langkah 9. Rangkuman dan Evaluasi. Langkah ini menuntut
dilakukannya evaluasi komprehensif terhadap masing-masing
okupasi yang dipilih melalui serangkaian pertanyaan terstruktur
tentang topik-topik seperti kualifikasi pendidikan atau pelatihan
untuk masing-masing okupasi, evaluasi diri sehubungan dengan
okupasi, dan kajian tentang prestasi akademik serta kemampuan
yang terukur yang terkait dengan okupasi yang akan dipilih. Klien
harus membuat rencana yang realistik berdasarkan hasil evaluasi
tersebut.
10. Langkah 10. Pilihan Rencana dan Tindak Lanjutnya. Di sini klien
harus menjawab sejumlah pertanyaan sehubungan dengan
rencana yang telah dirumuskannya untuk karir yang dipilihnya.
Klien mengevaluasi perencanaannya berdasarkan lembar evaluasi
yang dipersiapkan pada
11. Langkah 11. Evaluasi personal tentang proses pemecahan masalah.
Pada bagian ini klien diminta mengevaluasi program EPS.
s. miharja Page 6
C. Paraprofessional Model
Pada tahun 1976, Career Development Resource Center (CDRC)
didirikan di Southwest Texas State University. Staf pusat sumber
pengembangan karir ini terdiri dari paraprofesional terlatih yang
terdiri dari mahasiswa S1 dan S2. CDRC ini buka setiap hari untuk
konseling karir atau bimbingan akademik. Pusat ini diawasi oleh
konselor profesional dari pusat konseling universitas.
Konseling karir diberikan melalui program penelusuran karir CDRC
yang terdiri dari enam tahapan yaitu: 1. Orientasi, 2. Asesmen, 3.
Interpretasi, 4. Penelusuran mandiri (solo search), 5. Kajian opsi
penelusuran (review solo option) dan 6. Tindak lanjut.
Sesi orientasi dapat dilakukan secara individual ataupun kelompok,
tergantung pada tuntutan konseling dan kapan mahasiswa memasuki
program ini. Pada tahap asesmen, mahasiswa mengisi lembar
inventarisasi yang dipergunakan dalam tahapan penelusuran karir.
Pada tahap interpretasi, paraprofesional mendorong setiap mahasiswa
untuk mengaitkan pilihan karir dan orientasi gaya hidup dengan
harapan-harapan masa depannya. Ini dilaksanakan dengan
mengunakan inventarisasi minat (interest inventory) dan Dimensions
of Life-style Orientation Survey (DLOS). Sebagian besar mahasiswa
didorong untuk melewatkan sekurang-kurangnya tiga jam di
perpustakaan karir, untuk mengkaji sekurang-kurangnya tiga
alternatif karir menggunakan pedoman penelusuran tertulis yang
disebut “solo-option form”. Sesi kajian opsi mandiri )solo-option
review) adalah untuk menentukan rencana aksi yang berakhir dengan
pemilihan karir atau melihat kegiatan alternatif untuk melanjutkan
penelusuran karir. Sesi tindak lanjut biasanya dilakukan melalui surat.
Pada selang waktu tertentu selama semester berjalan, paraprofesional
mengkaji para mahasiswa yang aktif dan secara sistematik
mengirimkan surat kepada mereka untuk mengingatkan jadwal
konseling berikutnya. Seorang mahasiswa dapat mengakhiri program
ini dengan mengindikasikan pilihan karirnya atau kembali ke
perpustakaan karir atau pusat sumber lain untuk mendapatkan
informasi tambahan. Para mahasiswa yang belum menentukan pilihan
akan diundang ke CDRC lagi untuk mengikuti bimbingan akademik
s. miharja Page 7
pada semester berikutnya. Dalam bimbingan ini, para mahasiswa itu
didorong untuk berpartisipasi dalam program penelusuran karir. Kali
ini penekanannya adalah pada pemilihan mata kuliah.
Secara rinci, keenam tahapan dalam program penelusuran karir itu
adalah sebagai berikut.
Orientasi:
1. Reviu program penelusuran.
2. Reviu tujuan CDRC.
3. Reviu peran paraprofesional.
4. Reviu sumber kepustakaan karir di CDRC.
5. Reviu materi dan instrumen asesmen di CDRC.
6. Reviu tahapan kegiatan dalam program penelusuran karir.
7. Mencari tahu alasan mengapa mahasiswa datang ke CDRC.
8. Mencari tahu tentang ekspektasi mahasiswa terhadap CDRC.
9. Mendorong mahasiswa mengambil keputusan untuk
berpartisipasi dalam CDRC.
10. Mengisi kartu komitmen.
11. Menentukan waktu yang tepat untuk tahapan berikutnya.
Asesmen
1. Mengisi lembar inventarisasi minat.
2. Mengisi survey dimensi orientasi gaya hidup.
3. Menetapkan tanggal untuk interpretasi.
Interpretasi
1. Merangkum hasil inventarisasi minat.
2. Mendiskusikan estimasi kemampuan diri.
3. Mendiskusikan hubungan antara gaya hidup dengan pilihan
karir.
4. Mengklarifikasi nilai-nilai yang dianut mahasiswa.
5. Mahasiswa mempertimbangkan ekspektasi masa depannya.
6. Menentukan karir yang akan dikaji.
7. Menjelaskan tujuan formulir opsi mandiri (solo-option form).
Penelusuran Mandiri (Solo search)
1. Reviu sistem klasifikasi karir.
2. Mendemonstrasikan penggunaan sistem kode warna.
3. Menunjukkan lokasi berbagai materi yang terkait dengan karir.
s. miharja Page 8
4. Mendorong penggunaan opsi mandiri.
5. Menetapkan jadwal untuk reviu karir.
6. Menetapkan janjian selanjutnya.
Reviu Opsi Mandiri (Solo option)
1. Reviu masing-masing opsi mandiri.
2. Menetapkan rencana aksi.
3. Sumber-sumber alternatif: (a) ketua jurusan, (b) sumber-sumber
lain di kampus, (c) sumber-sumber masyarakat, (d) reviu karir
lanjut.
Tindak Lanjut
Memberitahukan janjian kepada mahasiswa melalui surat.
Reviu rencana aksi.
Melanjutkan penelusuran karir.
Pengorganisasian Materi
Materi karir CDRC dikelompokkan menjadi tiga bagian:
pendidikan, karir, dan informasi tentang pencarian kerja. Kode
warna dipergunakan untuk mengidentifikasi referensi yang
spesifik. Misalnya, semua materi karir yang diklasifikasikan
sebagai materi investigatif diberi kode warna kuning –coklat,
informasi pemerintah diberi kode warna hijau-hitam, dsb. Di
samping itu, judul-judul okupasi disusun dalam indeks kartu
berdasarkan abjad dan diberi kode warna berdasarkan Holland’s
Occupational Classification (HOC).
D. Pemilihan Paraprofesional
Paraprofesional dipilih dari kalangan mahasiswa. Para mahasiswa
yang terpilih diharusnya (1) mempunyai perolehan akademik yang
melampau rata-rata temannya; (2) mengambil bidang studi utama
bimbingan, konseling, psikologi, psikoterapi atau sosiologi; (3)
mendapat rekomendasi staf atau dosen terutama kemampuan
keterampilan komunikasi; (4) pernah bekerja atau beroranisasi yang
berhubungan dengan orang; (5) lulus wawancara mengenai
keterampilan komunikasi. Para mahasiswa yang memenuhi kriteria
tersebut mendapat pelatihan selama 55 jam sebelum ditempatkan
sebagai paraprofesional di pusat konseling karir ini.
s. miharja Page 9
E. Model Metroplex
Sebuah universitas besar yang berlokasi di daerah metropolitan
mungkin mempunyai tanggung jawab tambahan berupa pemenuhan
kebutuhan alumni yang jumlahnya banyak di samping harus melayani
sejumlah besar mahasiswanya yang berasal dari berbagai macam
program studi. Berikut ini adalah contoh kompleksnya program yang
dibutuhkan di pusat konseling karir seperti ini:
1. individu (orang dewasa muda hingga orang setengah umur) yang
mengantisipasi perubahan arah karir,
2. individu yang menghendaki relokasi dalam bidang karirnya,
3. individu yang menginginkan mobilitas dalam bidang karirnya
melalui pendidikan lanjut,
4. individu yang mencari informasi mengenai tren pasar kerja dalam
bidang tertentu,
5. individu yang ingin membuat perencanaan untuk melanjutkan
kembali studinya, dan
6. individu yang mencari karir kedua setelah pensiun dini dari karir
pertama.
Di samping itu, banyak orang dewasa yang tinggal di daerah
metropolitan akan meminta bantuan untuk perencanaan pendidikan
karirnya sebelum masuk universitas.
Satu contoh model metroplex adalah The UCLA Placement and
Career-Planning Center. Pusat ini menawarkan perencanaan karir dan
layanan penempatan kerja kepada para mahasiswa dan alumni dari
semua kampus University of California. Secara operasional, pusat ini
terbagi ke dalam beberapa unit yaitu:
(1) unit pengembangan karir,
(2) unit informasi kerja bagi mahasiswa,
(3) program wawancara kampus, dan
(4) tiga unit khusus yang mengurus kebutuhan mahasiswa dalam
bidang pendidikan, manajemen, dan teknik. Ketiga unit khusus ini
menawarkan program tambahan untuk mengakomodasi prosedur
penempatan dalam masing-masing bidang tersebut.
Unit pengembangan karir memberikan konseling karir kepada
mahasiswa dan alumni. Inventarisasi minat, survey nilai-nilai, tes
s. miharja Page 10
kepribadian, latihan-latihan khusus, dan instrumen-instrumen lain
dipergunakan untuk membantu individu dalam perencanaan karir,
pembuatan keputusan, dan pemecahan masalah. Tiga program khusus
dirancang untuk memberikan bimbingan karir kepada mahasiswa dari
kelompok minoritas, mahasiswa penyandang cacat, dan mahasiswa
asing. Beberapa seminar eksplorasi karir diselenggarakan setiap
kuartal yang memberikan konseling kelompok yang intensif dan
mendalam mengenai topik-topik seperti pembuatan keputusan karir
dan pemecahan masalah, hubungan hidup/kerja, sumber-sumber
informasi karir, pemilihan program pasca-sarjana, dan karir alternatif
untuk para pendidik.
Sebuah seminar kelompok khusus yang berjudul "Career Discussion
Group for Freshmen and Sophomores" dirancang untuk membantu
mahasiswa tahun pertama dan kedua dalam memahami hubungan
antara pendidikan akademik dan pendidikan karir. Program ini
mengajarkan langkah-langkah mempersiapkan karir sementara masih
kuliah guna:
(1) lebih memahami hubungan antara pendidikan tinggi dan karir,
(2) memperkenalkan konsep-konsep dasar dalam proses perencanaan
karir,
(3) meningkatkan kesadaran tentang sumber-sumber yang tersedia di
kampus yang dapat membantu pengembangan keterampilan khusus,
dan
(4) memperkenalkan layanan perencanaan karir yang tersedia di pusat
ini.
Terdapat dua diskusi kelompok yang masing-masing berlangsung
selama dua jam. Dalam pertemuan pertama, mahasiswa diminta
memilih di antara sejumlah topik mengenai bidang kajian utama
dalam perkuliahannya dan persyaratan karir terkait, dan dilanjutkan
dengan diskusi terbuka. Fokus sesi pertama ini adalah pada tanggung
jawab individu dalam perencanaan karir. Para peserta diberi tugas
untuk mengidentifikasi sekurang-kurangnya lima mata kuliah dan
lima kegiatan ekstrakurikuler yang dapat membantunya dalam
penelusuran karir. Pada sesi kedua, diskusi dipusatkan pada hasil
pengerjaan tugas di atas, teknik perumusan tujuan, dan
mengidentifikasi bantuan dan layanan perencanaan karir yang
ditawarkan oleh kantor-kantor penempatan dan perencanaan karir.
Fokus utama diskusi ini adalah untuk menunjukkan kesempatan karir
s. miharja Page 11
apa yang dapat ditemukan dalam program pendidikan tinggi
tradisional.
Sejumlah layanan tersedia untuk mahasiswa dan alumni yang sudah
terlibat dalam proses penelusuran kerja. Layanan ini menyediakan
daftar pekerjaan yang tersedia dari lembaga-lembaga lokal, nasional
maupun internasional. Seminar tentang strategi penelusuran kerja
ditawarkan setiap dua minggu sekali oleh staf konseling karir.
Bantuan pembuatan resume ditawarkan secara individual atau
melalui lokakarya terjadwal. Pelatihan keterampilan wawancara
ditawarkan secara individual maupun kelompok menggunakan
videotape untuk umpan balik kritis. Sebuah program unik yang
berjudul "Job Club" adalah sebuah peer support group bagi individu
yang terlibat dalam penelusuran kerja yang serupa. Para angota
kelompok tersebut dituntut menyelesaikan tugas-tugas tertentu setiap
minggu, seperti mengadakan kontak pribadi, menulis surat, mencari
informasi. Para anggota mendiskusikan pengalamannya dalam
pertemuan kelompok dan mendapatkan reinforcement untuk
kegiatannya.
CDRC dilengkapi dengan perpustakaan karir yang diawasi oleh
seorang pustakawan okupasional. Materi di perpustakaan tersebut
mencakup kategori-kategori berikut:
1) informasi umum tentang karir;
2) direktori profesional;
3) direktori kependidikan dan katalog pendidikan tinggi;
4) direktori penyedia kerja (employer directories);
5) informasi tentang pekerjaan bagi kaum minoritas, perempuan,
penyandang cacat, orang asing, dsb.;
6) bentuk-bentuk pekerjaan alternatif atau nontradisional; dan
7) koran, majalah dan periodikal lainnya.
Pusat penempatan dan perencanaan karir ini juga menawarkan
program outreach dalam berbagai macam bidang. Misalnya, dalam
kaitannya dengan asosiasi alumni dan berbagai jurusan akademik,
pusat ini menawarkan panel karir spesifik dalam bidang-bidang karir
pada spektrum yang luas seperti kesehatan mental, perbankan dan
investasi, perfilman, advertising, dan marketing dan sales.
s. miharja Page 12
F. Model Decision-Making
Perolehan keterampilan membuat keputusan merupakan tujuan yang
sangat vital dari konseling karir. Pembuatan keputusan berbeda
dengan pemecahan masalah. Pembuatan keputusan merupakan alat
untuk menemukan suatu solusi yang memuaskan berdasarkan satu
jenis variabel tertentu, sedangkan dalam pemecahan masalah tidak
ada patokan benar/salah yang jelas.
Dalam pembuatan keputusan, individu harus menerapkan nilai-nilai
yang dianutnya, minatnya, aptitude-nya, dan kualitas-kualitas lain
yang terkait khusus dengan suatu keputusan yang dibuat. Jadi,
pembuatan keputusan adalah sebuah keterampilan yang dipelajari
yang harus mengarah pada solusi yang lebih memuaskan menurut
nilai-nilai pribadi seseorang.
Krumboltz dan Sorenson (1974) telah merancang sebuah sistem
pembuatan keputusan. Aplikasinya tidak hanya pada pembuatan
keputusan yang sedang berlangsung tetapi juga pada pembuatan
keputusan yang akan dihadapi individu sepanjang kehidupannya.
Terdapat delapan langkah dalam proses pembuatan keputusan yang
dapat diajarkan secara kelompok maupun individual. Diskusi
kelompok tampaknya memiliki beberapa keuntungan karena setting
kelompok memberikan kesempatan untuk reinforcement dari teman
sebaya. Oleh karena itu, kedelapan langkah tersebut dideskripsikan
untuk konseling kelompok. Berdasarkan deskripsi tersebut,
dirumuskanlah model untuk pembuatan keputusan dan tujuan
khususnya serta tugas-tugas yang tepat untuk masing-masing langkah
itu.
Langkah pertama menuntut individu untuk menyatakan alasan atau
masalah yang telah memotivasinya mengikuti konseling karir. Dengan
individu menyatakan masalah pribadinya sendiri, tujuan individu
dapat dirumuskan secara lebih mudah dalam kelompok. Oleh karena
itu, langkah pertama adalah untuk merumuskan tujuan individual
bagi setiap anggota kelompok. Tujuan tersebut harus dirumuskan
secara behavioral agar kemajuanya dapat dievaluasi secara lebih
efektif.
s. miharja Page 13
Langkah kedua adalah membuat komitmen waktu. Konselor harus
memastikan bahwa setiap individu membuat komitmen tentang
waktu yang diperlukanya untuk mencapai tujuan individual yang
telah ditetapkannya. Waktu yang ditetapkan itu harus realistis dan
harus benar-benar dipatuhi.
Langkah ketiga adalah mengarahkan kegiatan. Tujuan langkah ini
adalah untuk mempersempit alternatif dalam penelusuran karir. Siswa
diharuskan menyelesaikan tugas-tugas individual (seperti
mengerjakan tes minat, mereviu film, dan mempelajari literatur
tentang okupasi). Presentasi individual dalam kelompok mungkin
diperlukan untuk memberi penguatan terhadap pembuatan
keputusan ini.
Langkah keempat adalah mengumpulkan informasi. Pertemuan
kelompok diadakan untuk berbagi cerita tentang kegiatan yang telah
diselesaikan pada langkah sebelumnya. Interaksi kelompok teman
sebaya akan cenderung memberikan reinforcement kepada para siswa
dalam eksplorasi karir lebih jauh. Konselor harus siap untuk
memberikan saran-saran tentang sumber-sumber informasi yang
spesifik untuk setiap individu. Diskusi kelompok sebaiknya
mencakup hakikat pengelompokan karir, informasi pasar kerja,
kesempatan untuk mengembangkan diri, rekan sekerja, waktu yang
dibutuhkan untuk mempersiapkan diri untuk okupasi tertentu, skala
gaji, dan informasi lain semacamnya untuk masing-masing karir yang
sedang dipertimbangkan. Fase pengumpulan informasi ini juga dapat
mencakup kunjungan ke tempat kerja di masyarakat. Bila kunjungan
ke tempat kerja itu tidak memungkinkan, konselor dapat
menggunakan “the job-experience kit” (Krumboltz, 1980), yang berisi
latihan-latihan untuk mensimulasi pengalaman kerja yang
sesunguhnya.
Langkah kelima adalah berbagi informasi dan memperkirakan
konsekuensi yang mungkin dihadapi. Langkah ini dimaksudkan
untuk membantu klien memprediksi keberhasilan berdasarkan
informasi yang terkumpul. Konselor dapat menyediakan “local
expectancy tables” untuk memprediksi keberhasilan di perguruan
tinggi tertentu. The Career Data Book (Flanagan, Tiedeman, Willis, &
McLaughlin, 1973) direkomendasikan untuk infomasi tentang banyak
s. miharja Page 14
okupasi, yang dapat digunakan oleh siswa untuk mengevaluasi
peluang keberhasilannya.
Langkah keenam adalah untuk evaluasi ulang, dan biasanya
dilaksanakan dalam diskusi kelompok. Para siswa berbagi
kemungkinan keberhasilan dalam jenis okupasi tertentu yang telah
mereka eksplorasi pada langkah-langkah sebelumnya. Tujuan langkah
ini adalah untuk memberikan stimulus untuk memperkuat
pengambilan keputusan tentang karir yang telah dipilih atau untuk
mengubah arah dan kembali ke langkah-langkah terdahulu. Presentasi
individual mungkin diperlukan, terutama bagi mereka yang akan
kembali ke langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ketujuh adalah untuk mengambil keputusan tentatif. Di sini
tujuannya adalah agar siswa mempersempit pilihannya dan mencoret
kemungkinan yang paling tidak diinginkan yang telah
dipertimbangkannya hingga tahap ini. Proses pencoretan tersebut
mungkin memerlukan pertimbangan teman sekelompok dan
mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan itu bersama-sama atau,
bagi individu tertentu, untuk mengeksplorasi pekerjaan-pekerjaan lain
yang belum dipertimbangkan. Para siswa itu sebaiknya didorong
untuk mengingat-ingat berbagai keterampilan yang sudah mereka
pelajari hingga saat ini atau mempertimbangkan alternatif lain.
Langkah terakhir dalam proses pembuatan keputusan karir ini disebut
“recede” (surut). Setiap anggota kelompok didorong untuk
memandang pembuatan keputusan karir sebagai proses yang
berlangsung terus yang dapat digunakan dalam berbagai situasi lain.
Idealnya, kelompok ini sebaiknya mengakui bahwa meskipun
pembuatan keputusan itu harus sistematik, membawa individu pada
umumnya menuju solusi yang memuaskan, ini juga merupakan
proses yang senantiasa berulang setiap kali orang menyerap informasi
baru, mengkristalkan ekspektasi karir, dan belajar tentang lebih
banyak nilai-nilai pribadi yang terkait dengan dunia kerja.
G. Model Replikasi
Prosedur konseling yang dapat direplika (yang memungkinkan orang
lain menerapkan prosedur yang sama) dirancang sebagai satu cara
mengevaluasi keefektifan berbagai prosedur konseling, termasuk
s. miharja Page 15
program konseling karir. Evaluasi replikasi counseling procedure
dilaksanakan dengan mengukur hasil konseling dan perilaku
konseling bila prosedur konseling yang sama dipergunakan terhadap
berbagai kelompok individu dengan tujuan yang sama. Artinya, studi
itu dilaksanakan terhadap individu yang berbeda, menggunakan
prosedur konseling yang dirancang secara teliti langkah demi langkah
(dengan tindakan dan perkataan yang sama) dalam lingkungan yang
serupa. Baik komponen prosedur konseling mnaupun hasil masing-
masing komponen (berupa perilaku konseli) harus ditentukan secara
spesifik.
Meskipun prosedur replikasi dipandang efektif untuk melakukan
evaluasi internal terhadap hasil perilaku klien dan kinerja konselor,
tetapi prosedur ini juga mempunyai keuntungan tambahan yaitu:
- memberi kesempatan bagi konselor untuk memperkaya jumlah
prosedur yang terbukti efektif untuk masalah yang spesifik.
- Dapat dipergunakan sebagai evaluasi formatif pada saat
mengembangkan suatu prosedur.
- Dapat mengarahkan perhatian terhadap variabel-variabel tertentu
(seperti tindakan klien, interaksi kelompok, dan perilaku, sikap
atau tindakan konselor) yang paling berpengaruh terhadap
perubahan pada diri klien.
Idealnya, hasil yang sesungguhnya dari variabel prosedur atau
perlakuan konseling diukur terhadap tujuan spesifik untuk masing-
masing fase konseling dan perilaku konseling.
Replikasi counseling tidak menuntut dilakukannya duplikasi prosedur
konseling secara persis. Demikian pula, konseling untuk kelompok
individu yang berbeda tidak harus diberikan dengan cara yang persis
sama. Melainkan, komponen-komponen konseling dapat diidentifikasi
sebagai kategori-kategori tindakan, bukan sebagai tindakan-tindakan
tertentu. Misalnya, usaha klien harus diberi reinforcement, tetapi cara
memberikan reinforcement-nya dapat bervariasi sesuai dengan
tindakan klien masing-masing. Isi spesifik dari respon konselor tidak
dapat diidentifikasi karena ditentukan oleh tindakan dan respon klien
secara individual.
Salah satu bentuk replikasi model adalah Translation Career-
Counseling Procedure. Model ini didasarkan atas kerangka teori Super
s. miharja Page 16
bahwa pilihan karir merupakan implementasi dari self-concept.
Program ini dirancang untuk mengembangkan keterampilan
perencanaan karir dan pemecahan masalah dalam menentukan tujuan
dan keputusan karir. Prosedur konseling ini dilaksanakan dalam lima
sesi, masing-masing sesi berlangsung selama sekitar 100 menit,
terhadap kelompok tiga hingga tujuh klien, dan dapat juga
dilaksanakan secara individual.
Komponen-komponen translation procedure adalah sebagai berikut:
I.
1. Mengeksplorasi potensi karir individu
2. Membuat rencana karir
3. Mengidentifikasi kualitas individu yang relevan dengan
pekerjaan
II.
Mempromosikan sistem mempelajari okupasi
III.
Memastikan ketepatan pengukuran (rating) setiap klien
IV.
Menelaah perbedaan antara self-ratings dan occupational ratings
guna menentukan rencana aksi
V.
1. Mengkaji kemajuan dalam pelaksanaan rencana
2. Memberikan strategi untuk mengimplementasikan rencana
Respon konselor juga dapat dikategorikan. Healy (1974) telah
mengidentifikasi enam kategori respon sebagai berikut:
(1) menjelaskan tentang informasi program,
(2) melibatkan klien,
(3) diagnosis atau evaluasi,
(4) reinforcement,
(5) memberi advis, dan
(6) pemecahan masalah.
Masing-masing kategori respon mungkin terkait dengan tindakan
yang berbeda, tergantung pada kepribadian klien dan kemajuannya
dalam situasi konseling tertentu. Klasifikasi respon konselor penting
dalam memberikan suatu kerangka untuk memonitor perilaku
konselor – suatu bagian yang sangat esensial dari replikasi counseling.
s. miharja Page 17
H. Model Experience
Model ini disebut juga Extern Program. Program ini memberikan
pengalaman kerja nyata kepada para mahasiswa. Dalam program ini,
mahasiswa ditempatkan di perusahaan atau lembaga selama waktu
tertentu, misalnya selama satu minggu. Tujuan program ini adalah
untuk memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk
mengamati kegiatan di tempat kerja yang terkait dengan bidang
keilmuannya dan berinteraksi dengan para pegawai di tempat kerja
tersebut. Penyelengaraan program ini disponsori bersama oleh ikatan
alumni universitas, pusat kegiatan mahasiswa, kantor penempatan,
dan pusat layanan konseling mahasiswa.
Mahasiswa diseleksi dan ditempatkan berdasarkan proposal yang
diajukannya. Dalam proposal tersebut, mahasiswa harus menyatakan
minat okupasionalnya, karir yang ditujunya setelah lulus, dan
bagaimana program pengalaman kerja nyata ini dapat membantunya
dalam memenuhi tujuan okupasionalnya. Pada dasarnya, biaya
partisipasi dalam program ini ditanggung oleh mahasiswa sendiri,
tetapi dalam kasus-kasus tertentu, perusahaan tempat pelaksanaan
program ini mungkin menawarkan bantuan untuk sebagian
pembiayaan itu.
Rangkuman
1. CCIS yang dikembangkan di Florida State University menggunakan
pendekatan instruksional terhadap perencanaan karir. Model ini
berorientasi self-help, menggunakan model pembelajaran, dan
berbasis multimedia. Sejumlah modul telah dikembangkan untuk
membantu klien melakukan penelusuran karir yang bertahap.
Beberapa modul khusus dikembangkan untuk membantu kelompok-
kelompok khusus seperti kelompok minoritas dan mahasiswa
tunanetra. Keberagaman kegiatan belajar yang diberikan melalui satu
seri modul perencanaan karir memungkinkan individu memperoleh
lebih banyak opsi dan merupakan cara yang efektif untuk memilih
sebuah “pintu masuk”.
2. Model EPS yang dikembangkan di University of Maryland
dirancang untuk mengajarkan teknik-teknik pemecahan masalah dan
s. miharja Page 18
mengaplikasikannya pada perencanaan pendidikan dan karir.
Program ini sangat terstruktur, menuntut individu mengerjakan
serentetan latihan secara berurutan. Model ini menggunakan
pendekatan individual.
3. Paraprofesional mahasiswa digunakan untuk memberi konseling
kepada mahasiswa lain di Career Development Resource Center di
Southwest Texas State University. Paraprofesional mahasiswa ini
diseleksi secara ketat dan diberi pelatihan yang ekstensif untuk
melaksanakan program konseling karir yang sangat terstruktur.
4. Metroplex model adalah model konseling karir untuk universitas
besar di daerah metropolitan. Pusat layanan konseling dengan model
ini dibagi ke dalam beberapa unit untuk memenuhi kebutuhan
mahasiswa maupun alumni serta anggota masyarakat yang
memerlukan bantuan perencanaan pendidikan dan karir.
5. Decision making merupakan sebuah keterampilan yang dipelajari,
yang vital untuk program pendidikan. Pembuatan keputusan berbeda
dengan pemecahan masalah. Pembuatan keputusan merupakan satu
cara menemukan solusi yang memberi kepuasan dengan melakukan
evaluasi terhadap berbagai opsi dan alternatif; tidak ada benar/salah
yang jelas seperti dalam pemecahan masalah. Krumboltz dan
Sorenson merancang sistem pembuatan keputusan yang terdiri dari
langkah-langkah berikut: (1) merumuskan tujuan individual, (2)
membuat komitmen waktu, (3) menciptakan kegiatan, (4)
mengumpulkan informasi, (5) mengestimasi konsekuensi, (6)
reevaluasi, (7) mengambil keputusan tentatif, dan (8) melakukan daur
ulang.
6. Replikasi counseling procedure merupakan metode untuk
mengevaluasi keefektifan hasil konseling dan perilaku konseling bila
dilaksanakan pada individu-individu yang memiliki kesamaan tujuan.
Prosedur replika ini memberikan kesempatan kepada konselor untuk
memperoleh bukti empirik tentang keefektifan berbagai macam
prosedur konseling untuk kelompok-kelompok tertentu.
7. Extern Program, yang merupakan satu bentuk program pengalaman
nyata, dirancang untuk memberikan pengalaman kerja yang
sesungguhnya kepada para mahasiswa. Para mahasiswa ditempatkan
s. miharja Page 19
di perusahaan atau lembaga tertentu selama waktu tertentu.
Tujuannya adalah untuk memberikan kesempatan kepada para
mahasiswa untuk mengamati kegiatan kerja yang sesungguhnya yang
terkait dengan bidang keilmuan yang sedang dipelajarinya.