Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin 553
MODEL PENYULINGAN AIR BERSIH DI DESA RANGGA
SURYA KECAMATAN BELAWANG KABUPATEN BARITO
KUALA
Agus Pebrianto1, Ahmad Rizani2, Rudy Haryanto3, Adi Pratomo4
Jurusan Administrasi Bisnis Politeknik Negeri Banjarmasin1,3,4
[email protected], [email protected], [email protected] Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Banjarmasin2
ABSTRAK
Pengabdian kepada masyarakat Politeknik Negeri Banjarmasin ditujukan untuk
mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat dan daya saing perguruan tinggi.
Berdasarkan hal tersebut, Poliban merumuskan program dan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat agar sinergi dengan program pembangunan daerah yang termuat dalam RPJMD Kalimantan Selatan 2016- 2021. Terdapat dua isu strategis wilayah yang diangkat
dan menjadi topik kegiatan yaitu yang pertama pengembangan daya saing ekonomi
daerah berbasis sumber daya lokal dan yang kedua adalah pengembangan infrastruktur wilayah untuk mendukung daya saing ekonomi dan sosial budaya
dengan isu dan permasalahannya adalah pembangunan infrastruktur yang belum merata,
sehingga dibutuhkan salah satu solusi dan programnya adalah “meningkatkan cakupan
penyediaan air bersih di wilayah perkotaan dan perdesaan” adapun masalah yang
muncul adalah keterbatasan peralatan, teknologi dan ilmu pengetahuan, oleh karena itu
Poliban dalam hal ini P3M mencoba memberikan solusi terhadap masalah yang ada di desa
rangga surya kecamatan belawan yang sangat kekurangan air bersih. Adapun solusinya adalah pembuatan penyulingan air di desa rangga surya di kecamatan belawang kabupaten
Barito Kuala. Program-program pengabdian kepada masyarakat tersebut dilaksanakan
melalui kemitraan dengan Karang taruna provinsi yang juga memiliki kesamaan program untuk mendukung daya saing di daerah terutama pedesaan.
Program selanjut nya yang tetap harus adalah adalah Pendampingan lebih intensif kepada
masyarakat sebaiknya dilakukan agar semua anggota masyarakat dapat menerapkan standar dalam kegiatan pengelolaan air bersih. Diakhir program akan diadakan monev oleh
reviwer baik internal maupun eksternal. Keberlanjutan program diharapkan masyarakat
dapat menerapkan program pengelolaan dan penyulingan air bersih dan pemerintah daerah
juga dapat menerapkan program yang sama.
Kata Kunci : Diseminasi Teknologi, Pengabdian masyarakat, Penyulingan air bersih
PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi masyarakat Indonesia banyak terjadi di wilayah
perdesaan. Sejalan dengan program pemerintah untuk percepatan perekonomian
desa yang berfokus menangani infrastruktur pedesaan, maka dalam hal ini
Politeknik Negeri Banjarmasin memiliki kepedulian dengan memberikan
kontribusi, memberikan penguatan melalui aplikasi sains dan teknologi, model
kebijakan, serta rekayasa sosial berbasis riset. Perkembangan sosial ekonomi desa
akan lebih cepat dengan dibangunnya infrastruktur dan terbukanya akses. Sentuhan
dari Politeknik Negeri Banjarmasin berupa hilirisasi hasil riset multi disiplin akan
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin 554
memberikan akselerasi kualitas dan kuantitas kemajuan desa di segala bidang
(sosial, ekonomi, hukum, kesehatan, budaya, pendidikan, pertanian, ketahanan
pangan, maritim, energi baru dan terbarukan, dan lainnya) tanpa meninggalkan nilai
unggul atau ciri khas yang telah dimiliki desa tersebut.
Perspektif POLIBAN menuju perguruan tinggi yang mampu mempersiapkan
tenaga kerja yang bisa bersaing secara nasional maupun internasional harus juga
dilandasi dilandasi atas; kepakaran di bidang Ekonomi, Bisnis, Engineering dan
commerce serta lingkungan hidup, dan budaya berbasis kearifan lokal. Oleh
karenanya, RIP POLIBAN dan RENSTRA PENGABDIAN diharapkan akan
mampu menjawab pula berbagai tantangan dalam Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional 2030 yaitu mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri,
maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang
dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh
berlandaskan keunggulan kompetitif.
Berdasarkan berbagai kerangka landasan hukum, pemikiran dan tantangan,
fenomena yang akan dihadapi di masa mendatang, serta visi Arah kebijakan
pengabdian kepada masyarakat adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang mampu memberikan solusi tepat guna terhadap permasalahan, kebutuhan, dan
tantangan di masyarakat.
Kegiatan pengabdian juga diarahkan pada penemuan, pengembangan, dan
pemanfaatan teknologi tepat guna untuk membantu meningkatkan kualitas hidup
masyarakat melalui upaya hilirisasi kegiatan penelitian dan pemanfaatan hasil-hasil
penelitian kepada masyarakat, terutama masyarakat paling terluar yaitu masyarakat
pedesaan.
Analisis Situasi
Kabupaten Barito Kuala yang ber-ibukota Marabahan terletak paling barat
dari Propinsi Kalimantan Selatan dengan batas-batas: sebelah utara Kabupaten
Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Tapin, sebelah selatan Laut Jawa, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin, sedangkan sebelah
barat berbatasan dengan Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah. Dengan
letak astronomis berada pada 2°29’50” - 3°30’18” Lintang Selatan dan 114°20’50”
- 114°50’18” Bujur Timur. Kabupaten Barito Kuala berada pada hamparan wilayah
yang datar dengan kelerengan 0% - 2%, dengan ketinggian elevasi berkisar antara
1-3 meter di atas permukaan laut.
Sebagaimana diketahui bahwa wilayah Kabupaten Barito Kuala diapit oleh
dua buah sungai besar yaitu Sungai Barito dan Sungai Kapuas, hal ini sangat
mempengaruhi tata air yang ada di wilayah kabupaten ini, Disamping itu terdapat
pula 3 buah terusan (anjir) buatan yang menghubungkan Sungai Barito dan Sungai
Kapuas yaitu Anjir Talaran, Anjir Serapat dan Anjir Tamban. Keadaan hidrologi
ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan present land use baik di daerah ini
maupun di bagian hulu. Dalam musim hujan pada waktu pasang air Sungai Barito
dapat membanjiri sebagian besar wilayah ini dan mengakibatkan permukaan tanah
tergenang terus menerus.Kapasitas pengairan alam melalui anak-anak sungai kecil
sehingga terbentuk tanah rawa.
Pasang surut turut pula mempengaruhi tata air yang ada, yang selalu
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin 555
bergerak naik turun mengikuti fluktuasi pasang surut air pada Sungai Barito dan
Sungai Kapuas, gerak pasang surut ini terjadi 2 kali dalam 24 jam dan setiap harinya
terlambat 50 menit sesuai dengan peredaran bulan. Perbedaan tinggi rendah
permukaan air pada waktu pasang surut dapat mencapai 2-3 M, gerak pasang surut
inilah yang dimanfaatkan oleh para petani untuk menggali handil-handil (parit)
pada daerah yang akan dijadikan persawahan Secara umum daerah ini ditutupi oleh
tumbuhan rawa daerah pantai ditutupi oleh hutan bakau (Mangrove) dan sedikit
ditemukan cemara laut (Cacuarina sp). Sedangkan daerah yang masih dipengaruhi
oleh air payau 1-3 Km dari pantai, di lokasi ini banyak ditumbuhi pohon nipah dan
tumbuhan lainnya adalah nibung. Tumbuhan jingah, rambai yang tumbuh di
sepanjang sungai, tumbuhan galam (Melaleuca spp) dan purun tikus (Fimbristylis
spp) terdapat pada daerah yang sifat keasamannya antara PH 3,5-4,5 yang biasanya
tumbuhan ini hidup berdampingan dan kadangkadang diselingi oleh rumput-
rumputan. Galam merupakan pohon yang amat dominan dijumpai di wilayah ini,
sedangkan hutan primier tidak ada. Jenis kayu hutan yang lain adalah belangiran
(Shorea Belangiran), tumih. Tumbuhan air seperti enceng gondok dan rumput air
yang acap kali menutupi saluran (anjir), sehingga menghambat lalu lintas air.Di
daerah ini dijumpai juga beberapa jenis fauna yang hidup dan bisa kita temui,
diantaranya beberapa jenis ikan darat seperti ikan gabus (Ophicephalus striatus),
papuyu (Anabs testudineus), sepat, baung, patin, pipih dan lain-lain. Ikan-ikan
tersebut hidup di sungai-sungai dan saluran rawa-rawa serta sawah. Jenis reftil
seperi ular sawah, biawak. Terdapat pula salah satu jenis kera yang khas dan langka
yaitu Bekantan (Nasalis Larvatus) yang merupakan maskot fauna Propinsi
Kalimantan Selatan. Binatang mamalia lainnya adalah beberapa jenis kera, kucing
hutan, beruang, musang dan lain-lain. Binatang lain yang merupakan hama tanaman
adalah tikus dan babi hutan Jenis tanah yang diperoleh dari hasil survey eksplorasi
yang sudah ada, disini terdapat dua jenis tanah yang masing-masing adalah
ORGANOSOL yakni seluas 101.900 Ha (34%) dan tanah ALLUVIAL seluas
191.390 Ha (66%). Tanah Organosol berwarna coklat hitam dan sering tanah ini
disebut gambut atau peat (bahan yang mudah terbakar), tanah ini terbentuk dari
serat tumbuh-tumbuhan yang mengalami proses pembusukan, sifat keasamannya
sangat tinggi sehingga kalau ingin mempergunakan tanah ini harus dengan sistem
drainage.
Tanah Alluvial berwarna coklat hijau, tanah ini terdiri dari endapat
Alluvium yang bahan induknya terutama termasuk dari pasir dan lumpur yang
dibawa dan diendapkan oleh arus sungai dari pedalaman, tanah terdapat di
sepanjang Sungai Barito dan tepi Sungai Kapuas, berupa tanggul-tanggul dan juga
pada beberapa medeander sungai. Tanah Alluvial ini menutupi areal seluas 191.390
Ha, atau lebih kurang 64% dari luas wilayah Kabupaten Barito Kuala dan
merupakan daerah terbaik bagi pertanian pasang surut. Kemampuan tanah di daerah
ini di ketahui bawah wilayah ini tidak seluruhnya datar, yakni lereng 0,2 % sehingga
merupakan daerah endapan. Keadaan effektif tanah untuk alluvial lebih besar dari
pada 90 cm tercatat hampir 60% - 64% dari luas wilayah, sedangkan daerah yang
ketebalan gambutnya lebih besar dari 75 cm terdapat seluas 6,74% tekstur tanah
95% liat (halus) sedangkan drainage yang dominan yakni di daerah yang tergenang
rawa, untuk erosi tidak ada. Dari data diatas, kalau kita transparankan pada peta
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin 556
penggunaan tanah dengan peta kemampuan tanah dan jenis tanah maka akan kita
lihat pada umumnya daerah yang diusahakan penduduk adalah daerah alluvial yang
digunakan pada umumnya persawahan, karena memang merupakan daerah yang
cukup subur. Pada daerah orgonosal atau gambut juga telah diusahakan dengan
membuat handil-handil atau saluran-saluran pembuangan air sehingga untuk tempat
–tempat ketebalan gambutnya cukup tinggi dengan adanya handil-handil tersebut
ketebalannya bisa menipis, sehingga bisa diusahakan Kabupaten Barito Kuala
terletak di garis Khatulistiwa yang banyak curah hujannya, menurut FH. SCHMIT
dan Y.A. FERGUSON dan VARHANDELINGAN nomor 42 dari Jawatan
Meteorologi dan Geofisika, wilayah ini termasuk daerah hujan tipe b yaitu iklim
yang mempunyai 1-2 bulan kering dalam setahun. Temperatur rata-rata antara 26°
C – 27° C, suhu maksimal adalah 27,50° C terdapat pada bulan Oktober, sedangkan
suhu minimum terdapat pada bulan Juli dengan suhu mencapai 26,50°C. Menurut
penelitian angka ratarata hujan setiap tahunnya adalah 2665 mm dengan 107 hari
hujan untuk Daerah Marabahan.
Profil Wilayah Kecamatan
1. Kecamatan Belawang
Kecamatan Belawang adalah salah satu dari 17 kecamatan yang ada diwilayah
Kabupaten Barito Kuala. Secara geografis Kecamatan Belawang terletak di bagian
utara Kabupaten Barito Kuala dengan kondisi sebagian besar berupa lahan rawa
gambut, dengan topograpfi relatif datar (kemiringan lahan bervariasi rata-rata 0-
3%) dan merupakan daerah beriklim panas dengan suhu berkisar antara 28°c – 32°c
, kelembaban antara 80 % - 90 %, yang dipangaruhi oleh angin musim barat dan
musim timur.
Luas wilayah Kecamatan Belawang adalah 80,25Km2 yang terdiri dari 13 desa
dan 82 RT.
Sedangkan batas administratif wilayah Kecamatan Belawang adalah:
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Alalak dan Anjir Muara.
• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Anjir pasar.
• Sebelah Utara Berbatasan dengan Kecamatan Wanaraya dan Barambai.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Rantau Badauh dan Mandastana.
Jumlah penduduk Kecamatan Belawang sampai dengan bulan Desember 2007
sebanyak 12.992 jiwa dengan 4.197 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari :
Tabel 1. Jumlah Penduduk Kecamatan Belawang
No Jenis Kelamin Penduduk Jumlah Penduduk
1 Laki-laki 6.502 jiwa
2 Perempuan 6.490 jiwa
Adapun sumber penghasilan masyarakat kecamatan belawang apabila dilihat
daraktivitas mata pencaharian masyarakat terdiri dari sektor pertanian, sektor
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin 557
perdagangan dan sektor jasa dan lain-lain, berdasarkan jumlah persentasenya bias
dilihat di tabel berikut dibawah ini:
Tabel 2. Sektor Pekerjaan Masyarakat Kecamatan Belawang
No Sektor Pekerjaan Jumlah Persentase
1 Sektor pertanian 93,4 %
2 Sektor perdagangan 3,9 %
3 Sektor jasa dan lain-lain 2,7 %
Permasalahan Mitra
a. Justifikasi pengusul bersama mitra dalam menentukan persoalan prioritas.
Untuk mengidentifikasi permasalah mitra, perlu melalui perumusan
masalah berdasarkan suatu analisa situasi yang didasarkan pada penjelasan kondisi
eksternal dan internal mitra di atas.
Gambar 1. Penggalian Ide untuk mencari permasalahan
Sumber : Data diolah tahun 2017
Adapun hasil analisa situasi mitra tersebut, tergambar pada matriks analisis
SWOT Permasalah Mitra sebagai berikut :
Kekuatan
1. Masyarakat usia produktif relatif besar
2. Akses air sungai yang cukup banyak jalan
3. Daerah pertanian yang sangat produktif
4. Semangat Organisasi/kemasyarakatan untuk membangun Desa masih tinggi
Kelemahan
1. Komposisi tingkat pendidikan yang rendah
2. Capaian pembangunan dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi masih
rendah
3. Lingkungan belum tertata
4. Infrastruktur masih sangat rendah
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin 558
Peluang
1. Lokasi yang relatif mudah dari jalan Propinsi/ jalan besar
2. Usaha Pengelolaan industry pertanian yang sangat baik
3. Peluang pengelolaan pariwisata pertanian dan perikanan
4. Pengelolaan lahan gambut menjadi lebih bermanfaat
Ancaman
1. Berkembanganya industri, sehingga dikhawatirkan lingkungannya kurang
tertata dan menjadi rusak.
2. Berdirinya perumahan-perumahan yang mulai menjarah ke daerah pedesaan
3. Air sungai banyak tercemar limbah-limbah tambang, limbah industry di pinggir sungai yang
berdampak pada kotornya air
Strategi Kekuatan Ancaman
1. Meningkatkan budaya ” Social entrepreneurship ” bagi masyarakat
2. Mendirikan usaha produktif bagi masyarakat melalui penyulingan air dengan
diversipikasi usaha beragam.
3. mendirikan koperasi bagi kelompok sosial masyarakat ( KSM) atau badan
usaha lain yang berpotensi di kelurahan belawang.
Strategi Kelemahan dan
Peluang
1. Mengembangkan unit usaha masyarakat yang produktif berdasarkan
diseminasi teknologi;
2. Meningkatkan kemampuan perekonomian masyarakat dalam meningkatkan
kesejahteraan;
3. penyelenggarakan pelatihan kepada masyarakat dalam masalah pengelolaan air
bersih
4. pemberdayaan ekonomi masyarakat menggunakan diseminas i hasil teknologi
yang telah dihasilkan, serta mendirikan badan usaha yang Produktif .
Penerapan teknologi kemasyarakat
Dalam mewujudkan masyarakat yang peduli kewirausahaan serta
berbudaya lingkungan untuk mendukung kesejahteraan perlu didukung sarana dan
prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan kesejahteraan yang tidak
meninggalkan lingkungan hidup, serta gambaran teknologi yang diterapkan di
masyarakat antara lain meliputi:
1. Pengembangan fungsi sarana pendukung untuk pengembangan usaha dalam
bidang lingkungan hidup, seperti pengelolaan air bersih, melalui proses
penyulingan air sungai menjadi air yang layak untuk digunakan masyarakat
sekitar
2. Teknologi penyulingan air bersih
3. Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan alam sekitar didalam dan diluar
kelurahan.
4. Penghematan sumber daya alam.
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin 559
Fungsi Produk Teknologi Pengolahan Air
a. Sebagai penyaring air sungai kotor menjadi air bersih.
b. Membuat Ph air dari asam menjadi normal dengan ukuran dari 4.3 menjadi
+ 8
c. Menghilangkan bau air yang tidak nyaman.
d. Menjadikan air layak untuk dikonsumsi.
Manfaat Produk Teknologi
a. Mengajarkan kepada masyarakat untuk mengkonsumsi air bersih dan layak
untuk dikonsumsi
b. Meningkatkan kesehatan bagi masyarakat
c. Sebagai penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dapat dirasakan
oleh masyarakat secara langsung.
d. Mempermudah masyarakat membuat pilihan teknologi sesuai dengan
kondisi sumber air setempat berupa bangunan pengolahan yang digunakan
untuk mengolah air gambut, air sungai atau air yang mengandung zat besi
yang cukup tinggi dengan biaya yang sangat murah. Peralatan dapat
disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan.
METODE PELAKSANAAN
Prosedur Kerja Untuk Mendukung Realisasi Metode Yang Ditawarkan.
Tahapan 1 : Melakukan survey pendahuluan untuk melihat situasi kerja di
lingkungan kelurahan, serta kondisi masyarakat.
Tahapan 2 : Melakukan kerjasama dengan pihak karang taruna Kalimantan selatan
sebagai mediator dengan pihak aparatur desa dan masyarakat rangga
surya,
Tahapan 3 : Melakukan koordinasi dengan pihak perguruan tinggi, karang taruna,
mahasiswa, aparatur desa dan tenaga ahli
Tahapan 4 : Melakukan sosialisasi dan uji coba produk pengolahan air
Tahapan 5 : Melakukan pemetaan lanjutan terhadap lokasi untuk mendapatkan
posisi yang tepat guna melakukan instalasi alat pengolahan air
Tahapan 6 : Melakukan pembangunan konstruksi kayu sebagai dasar pondasi
bersama sama dengan masyarakat setempat dan aparatur desa
Tahapan 7 : Melakukan instalasi alat pengolahan air bersama sama masyarakat.
Tahapan 8 : Melakukan uji coba terhadap kualitas air menggunakan Ph meter
Tahapan 9 : Melakukan evaluasi terhadapat kegiatan yang telah dilaksanakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tahapan proses pengolahan terdiri dari beberapa tahap yaitu:
1. Netralisasi dengan pemberian kapur/gamping
2. Aerasi dengan pemompaan udara
3. Koagulasi dengan pemberian tawas
4. Pengendapan
5. Penyaringan
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin 560
Gambar 2. Skema Tahapan Proses
Netralisasi
Netralisasi adalah mengatur keasaman air agar menjadi netral (pH 7 - 8).
Untuk air yang bersifat asam misalnya air gambut (pH berkisar 2.4–4), yang paling
murah dan mudah adalah dengan pemberian kapur/gamping. Fungsi dari pemberian
kapur, disamping untuk menetralkan air baku yang bersifat asam juga untuk
membantu efektifitas proses selanjutnya.
Gambar 3. Proses Netralisasi
Aerasi
Yang dimaksud dengan aerasi yaitu mengontakkan udara dengan air baku
agar kandungan zat besi (Fe) dan Mangan (Mn) yang ada dalam air baku bereaksi
dengan Oksigen yang ada dalam udara membentuk senyawa besi dan senyawa
Mangan yang dapat diendapkan. Disamping itu proses aerasi juga berfungsi untuk
menghilangkan gas-gas beracun yang tak diinginkan misalnya gas H2S, Methan,
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin 561
Carbon Dioksida dan gas-gas racun lainnya.
.
Gambar 4. Proses Aerasi
Koagulasi
Koagulasi adalah proses pembubuhan bahan kimia ke dalam air agar
kotoran dalam air yang berupa padatan tersuspensi, misalnya zat warna organik,
lumpur halus bakteri dan lain-lain dapat menggumpal dan cepat mengendap.
Gambar 5. Proses Koagulasi
Pengendapan
Setelah proses koagulasi air tersebut didiamkan sampai gumpalan kotoran
yang terjadi mengendap semua (+ 45-60 menit). Setelah kotoran mengendap air
menjadi tampak lebih jernih. Endapan yang terkumpul didasar tangki dapat
dibersihkan dengan membuka kran penguras yang terdapat di bawah tangki.
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin 562
Gambar 6. Proses Pengendapan
Penyaringan
Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan
semua. Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang besar dan berat akan
mengendap, sedangkan yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-layang
dalam air. Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih harus dilakukan proses
penyaringan.
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah diendapkan kotorannya
ke bak penyaring yang terdiri dari saringan pasir.
Gambar 7. Proses Penyaringan
Peralatan
Peralatan yang digunakan terdiri dari tong, pengaduk, pompa aerasi, dan
saringan dari pasir.
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin 563
Dampak Ekonomi dan Sosial.
a. Meningkatkan budaya ” Social entrepreneurship ” bagi masyarakat melalui
pengembangan BUMDES dengan melakukan pengelolaan air bersih.
b. Sebagai sarana modal usaha awal bagi pengembangan kegiatan ekonomi
yang berhubungan dengan air bersih
c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui gaya hidup sehat dengan
memanfaatkan air bersih sebagai sumber kehidupan.
Kontribusi Terhadap Sektor Lain
a. Untuk sektor pertanian dapat membantu penyediaan air bersih, dimana
terdapat beberapa jenis tanaman yang membutuhkan air normal
b. Untuk sektor peternakan dapat membantu meningkat kualitas dan kuantitas
hasil ternak.
Kendala/Hambatan
Adapun kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan Diseminasi adalah
:
a. Ketersediaan bahan baku yang sulit didapat di wilayah Kalimantan Selatan
b. Cara berpikir masyarakat sekitar yang sulit diubah untuk menggunakan air
bersih
c. Infrastruktur jalan yang tidak memadai untuk mencapai lokasi
TindakLanjut
Adapun tindak lanjut yang dapat dilakukan setelah kegiatan diseminasi
teknologi tepat guna di desa rangga surya, diantaranya :
a. Melakukan evaluasi terhadap hasil akhir kegiatan diseminasi
b. Melakukan uji coba penggunaan air untuk sektor pertanian dan perternakan.
c. Membuat kolam penampungan air sebelum dilakukan proses penyulingan.
d. Memetakan potensi peluang kegiatan atau usaha yang dapat diterapkan di
daerah desa Rangga Surya, kecamatan Belawang.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kegiatan diseminasi di desa Rangga Surya kecamatan
Belawang Barito Kuala Kalimantan Selatan, dapat ditarik beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
a. Salah satu tugas perguruan tinggi melalui tri dharma perguruna tinggi adalah
melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat, melalui program
diseminasi teknologi tepat guna yang diprakarsai oleh dirjen dikti maka
Politeknik Negeri Banjarmasin sebagai salah satu perguruan tinggi vokasi
melakukan hilirisasi dari produk hasil riset agar secara langsung dapat
membantu kesulitan dan permasalahan yang ada di masyarakat.
b. Desa Rangga Surya merupakan desa yang terletak di pinggir sungai barito dan
mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Sementara akses PDAM
masih belum menjangkau daerah tersebut, sehingga melalui program
Prosiding Seminar Nasional ASBIS 2017
Politeknik Negeri Banjarmasin
ISSN Cetak : 2541-6014 ISSN Online : 2541-6022 Hak Penerbitan Politeknik Negeri Banjarmasin 564
diseminasi penerapan teknologi tepat guna, tim politeknik negeri Banjarmasin
bergerak untuk memilih lokasi ini sebagai lokasi penerapan teknologi
penyulingan air bersih.
c. Melalui penerapan teknologi tepat guna, mutu air di desa Rangga Surya, dalam
proses penjernihan dapat dilakukan dengan melakukan pengolahan terhadap air
sungai yang tidak layak konsumsi menjadi sumber air bersih, dengan
menggunakan metode Netralisasi dengan pemberian kapur/gamping, Aerasi
dengan pemompaan udara, Koagulasi dengan pemberian tawas dan
Pengendapan serta Penyaringan.
d. Hasil dari kegiatan tersebut dapat menunjang program pemerintah serta
program rencana strategis politeknik negeri Banjarmasin untuk menyiapkan
teknologi penyulingan air bersih yang bermanfaat bagi masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
IPEHIJAU, (2016), Buku Manual Air Gambut dan Pengolahannya, Jakarta
Kasmono (2007).:”Efektivitas PAC dan Tawas dalam menurunkan warna air
gambut di Singkawang, Kalimantan Barat. Skripsi Undip Semarang
Kusnaedi. (2004). Mengolah Air Gambut dan Air Kotor untuk Air Bersih , Jakarta
Said, N.I., dan Widayat, W. (2012), Teknologi Pengolahan Air Gambut Sederhana
(Bab 8), http//www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/
BukuAirMinum/Bab8Gambut.pdf (diakses 12 Desember 2012)
Suherman, D., dan Sumawijaya, N. (2013), Menghilangkan Warna dan Zat
Organik Air Gambut Dengan Metode Koagulasi-Flokulasi Suasana Basa,
Ris. Geo. Tam Vol. 23, No.2, Desember 2013 (127-139)