LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS INSTRUMEN
PERCOBAAN 3
IDENTIFIKASI PEWARNA PADA PRODUK MINUMAN BERWARNA
KUNING DENGAN METODE KROMATOGRAFI KERTAS
Disusun oleh:
1. AYU WIKHA NOVIYANA G1F011026
2. RIRI FAUZIYYA G1F011028
3. GARNISHA UTAMAS N. G1F011030
4. ERNA TUGIARTI BUDIASIH G1F011034
Kel, gol : 4, B-1
Hari,tgl praktikum : 8 April 2013
Asisten :
Dosen jaga : PAK SARMOKO
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANJURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO2013
I. JudulIdentifikasi Pewarna pada Produk Minuman Bewarna Kuning dengan Metode
Kromatografi KertasII. Tujuan
Mampu melakukan prinsip analisis dengan metode kromatografi kertas, menotolkan sampel, mengelusi, dan mengidentifikasi senyawa dengan kromatografi kertas.
III. Tinjauan PustakaKromatorafi kertas merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai fase
diam adalah lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh kertas. Metode ini menggunakan kertas saring sebagai penunjang fase diam. Bila air diabsorbsi pada kertas, maka akan membentuk lapisan tipis yang dapat dianggap analog dengan kolom. Lembaran kertas berperan sebagai penyangga dan air bertindak sebagai fase diam. Cairan fase bergerak yang biasanya berupa campuran dari pelarut organik dan air akan mengalir membawa noda cuplikan yang dideposisikan pada kertas dengan kecepatan berbeda. Hasil pemisahan dianalisis berdasar harga Rf (faktor retardasi) pada masing-masing noda (Maidamasy,2012).
Derajat retensi pada kromatografi lempeng biasanya dinyatakan sebagai faktor retensi, Rf:Jarak yang ditempuh pelarut dapat diukur dengan mudah dan jarak tempuh. Angka Rf berjangka antara 0,00 & 1,00 dan hanya dapat ditentukan dengan dua desimal. Angka hRf ialah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai berjangka 0 sampai 100. Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan harga-harga standard (Wirasto,2008).
IV. Alat dan BahanAlat-alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah chamber, kertas saring,
alat tulis, dan hair dryer.Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah Tartazine yellow, Metanil
yellow, larutan sampel campuran, air suling, alcohol 96%, dan air keran.
V. Cara Kerja Penotolan sample
1. Kertas saring dibuat dengan ukuran 5x12 cm.2. Dibuat garis start 3 cm dari tepi atas.3. Dibuat garis bawah 8 cm dari garis start sebagai garis front4. Bercak ditotolkann pada garis start dengan interval 1 cm.5. Masing-masing bercak ditotolkan 3 kali dengan dikeringkan terlebih dahulu
setelah penotolan. Elusi sample
1. Ujung kertas saring yaitu yang bagian dekat garis start dimasukkan chamber yang berisi eluen penuh.
2. Chamber ditutup dengan rapat, kertas saring jangan sampai menyentuh dinding chamber.
3. Eluen dibiarkan turun sampai garis frontal.4. Kertas kromatografi diangkat.5. Dikeringkan.
Deteksi / penampakan bercak1. Bercak hasil elusi diamati.2. Diukur jarak masing-masing bercak sample dan standar.3. Hitung harga Rf.4. Evaluasi hasil data yang didapat.
VI. Data Pengamatan
s
VII. Perhitungan
10 cm
4cm
Gb. Kertas saring
Rf Tartrazine =5,5 cm6cm
= 0,916
Rf sample =2,4 cm6cm
= 0,4
Rf metanil =2,4 cm6cm
= 0,4
Kesimpulan : berdasarkan nilai Rf, sampel mengandung metanil yellow.
Monografi/ Penjelasan Mengenai Bahan yang Digunakan
1. Tartazine Yellow
Tartrazine adalah pewarna kuning yang banyak digunakan dalam
makanan dan obat-obatan. Selain berpotensi meningkatkan hiperaktivitas anak, pada
sekitar 1- 10 dari sepuluh ribu orang , tartrazine menimbulkan efek samping langsung
seperti urtikaria (ruam kulit), rinitis (hidung meler), asma, purpura (kulit lebam) dan
anafilaksis sistemik (shock). Intoleransi ini tampaknya lebih umum pada penderita
asma atau orang yang sensitif terhadap aspirin. Tartazine merupakan salah satu
pewarna makanan sintetis (pewarna kuning). Di indonesia sebenarnya masih
diijinkan untuk digunakan. Di beberapa negara di dunia, tartrazine sudah dilarang, dan
dibeberapa belahan dunia lainnya sudah dibatasi dengan ketat. Bersama tartrazine ini,
terdapat juga pewarna Ponceau 4R, Sunset Yellow, Quionoline Yellow, dan
Carmoisine, yang sama-sama masuk kategori E dalam penggolongan pewarna pangan
(Anonim, 2011).
Dampak tartrazine bagi kesehatan terutama adalah bagi anak-anak. Dari
suatu penelitian di Inggris, ditemukan bahwa anak yang mengkonsumsi pangan yang
mengandung tartrazine dapat menyebabkan hyperaktif, kesulitan konsentrasi dan
kesulitan belajar membaca. Sementara jika digabung dengan pengawet natrium
benzoat, maka kedua bahan ini saling melengkapi menyebabkan sakit kepala migrain
yang parah. Dampak lain tartrazine adalah dapat memicu alergi, anak-anak siaga
penuh (maksudnya tidak bisa tidur) pada malam hari, pandangan mengabur, bercak
ungu pada kulit (sumber: The New Additives Code Breaker). Di Indonesia sendiri,
memang belum ada surveilan yang mengaitkan gaya hidup/pola makan dengan
penyakit tertentu. Hanya dari data RSCM, disebutkan bahwa 1 diantara 150 rb anak
menderita kanker. Setiap bulan RSCM menerima 30 kasus baru kanker pada anak.
Leukemia menempati urutan pertama, diikuti dengan kanker mata, kelenjar getah
bening, ginjal serta tumor otak. Salah satu penyebab disinyalir karena pola makan
yang terlalu banyak mengandung bahan tambahan sintetis atau kimia (Anonim, 2011).
2. Metanil Yellow
Methanyl Yellow / Metanil yellow atau kuning metanil
merupakan zat warna sintetis berbentuk serbuk, padat, berwarna kuning kecoklatan.
Kuning metanil umumnya digunakan sebagaipewarna tekstil, dan cat. Saat ini banyak
kuning metanil disalahgunakan untuk pangan, beberapa telah ditemukan untuk
beberapa jenis pangan di antaranya, kerupuk, mie,pangan jajanan berwarna kuning
dan banyak juga sebagai pewarna pada tahu. Ciri pangan dengan pewarna kuning
metanil biasanya, berwarna kuning menyolok dan cenderung berpendar, banyak
memberikantitik-titik warna karena tidak homogen (misalnya pada kerupuk).
Berdasarkan rumus kimianya, zat warna sintetis dalam makanan menurut ”Joint
FAO/WHO Expert Commitee on Food Additives (JECFA) dapat digolongkan dalam
beberapa kelas yaitu : azo, triaril metana, quinolin, xantin, indigoid. Methanyl Yellow
ini termasuk ke dalam zat warna sintetis azo (Lita, 2013).
Zat pewarna kuning Metanil yellow, merupakan zat pewarna industry
tekstil yang dilarang untuk produk makanan, yang pada umumnya menggunakan zat
anorganik ataupun mineral alam. Zat warna anorganik berasal dari persenyawaan
logam berat seperti aluminium,besi, tembaga dan lainnya. Zat warna ini bersifat racun
dan berbahaya karena mengandung residu logam berat. Industri tekstil menggunakan
logam berat sebagai bahan pengikat warn aagar warna warna yang dihasilkan menjadi
lebih terang dan indah. Bahkan ada beberapa industry tekstil yang menggunakan
logam berat sebagai bahan pewarna. Logam berat yang terkandung di dalam pewarna
tekstil dapat dilihat dari jenis limbah yang dihasilkan industrytekstil tersebut, terutama
arsenic (Ar), Kadmium (Cd), krom (Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu),zinc/seng (Zn).
Proses pembuatan zat pewarna sintetik biasanya melalui perlakuan pemberian asam
sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain
yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk
akhir, harus melalui suatu senyawa antara yang kadang-kadang berbahaya dan sering
kali tertinggal dalam hasil akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang
berbahaya. Untuk zat pewarna yang dianggap aman, ditetapkan bahwa kandungan
arsen tidak boleh lebih dari 0,00014 persen dantimbal tidak boleh lebih dari 0,001
persen, sedangkan logam berat lainnnya tidak boleh ada (Sherma, 2003).
Pewarna kuning metanil sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit,
mengenai mata dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran
pernafasan, iritasipada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker pada kandung dan
saluran kemih. Apabila tertelan dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare,
panas, rasa tidak enak dan tekanan darah rendah. Bahaya lebih lanjutnya yakni menyebabkan
kanker pada kandung dan saluran kemih. Zat warna sintetis yang memiliki rumus kimia
C18H14N3O3SNa dengan penampakan fisik berwarna orange sampai kuning ini
memiliki struktur seperti dibawah ini :Nama lain atau sinonim/nama dagang dari
kuning metanil adalah :Sodium phenylaminobenzene ,Metaniline Yellow ,CI Acid
Yellow 36 ,CI No. 13065 ,Metanilyellow, Monoazo, Amacid Yellow M, Fenazo
Yellow M, Kiton Yellow MS, Acid Golden G,Metanil Yellow C, Metanil Yellow E,
Metanil Yellow F, Metanil Yellow G, Metanil YellowK, Metanil Yellow M, Metanil
Yellow O, Metanil Yellow S, Metanil Yellow Y, MetanileYellow O, Kiton Orange
MNO, Metanil Yellow PL, Metanil Yellow VS, Metanil Yellow WSNamun zat warna
sintetis ini juga memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat menghasilkan warna yang
lebih kuat, lebih seragam, dan lebih stabil. Warna yang dihasilkan dari pewarna
buatan akan tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan
danpemanasan. Selain itu, penggunaanya sangat efisien karena hanya memerlukan
jumlah yang sangat sedikit. Akan tetapi, jika pewarna tersebut terkontaminasi logam
berat, maka akansangat berbahaya.
3. Aquades
Air murni (H2O) adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi,
perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis balik atau proses lain yang sesuai.
Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum dan tidak mengandung zat
tambahan lain. H2O memiliki berat molekul 18,02 g/mol dengan densitas 0,998 g/cm³
dalam fase cairan dan 0,92 g/cm³ dalam fase padatan. Titik leburnya 0 °C (273,15 K)
(32 ºF) dan titik didihnya 100 °C (373.15 K) (212 ºF). Pemeriaannya cairan jernih,
tidak berwarna, tidak berbau dengan pH antara 5,0 - 7,0. Wadah dan penyimpanannya
dalam wadah tertutup rapat (Anonim, 1995).
4. Etanol 96%
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna, bersifat mobile/dapat
bergerak/mengalir, mudah terbakar, bau penenang, rasa membakar, padat pada suhu
kurang dari -30°C.
Kelarutan : Campur dengan air dan pelarut organik umunya
Titik didih : 78,5°C
Titik leleh : -141,5°C
n20D : 1,361
BJ : 0,7904-0,7935
BM : 46,07 (Anonim, 1995)
Prinsip Kerja Kromatografi Kertas pada Praktikum
Pengertian kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan
atas distribusi diferensial komponen sampel di antara dua fasa. Menurut pengertian ini
kromatografi selalu melibatkan dua fasa, yaitu fasa diam (stationary phase) dan fase gerak
(gerak phase). Fase diam dapat berupa cairan dapat berupa eluen atau pelarut atau gas
pembawa yang inert. Gerakan fasa gerak ini ini mengakibatkan terjadinya migrasi diferensial
komponen-komponen dalam sampel. Kromatografi kertas merupakan bidang khusus
kromatografi cair-cair. Fase diam berupa lapisan tipis air yang terserap oleh kertas. Selain
airdapat juga dipakai cairan lain. Pengerjaannya sangatsederhana. Penempatan satu tetes
larutan cupl;ikan pada ujung kertasdan kemudian mencelupkannya ke dalam pelarut (eluen)
sudah cukup untuk memisahkan komponen-komponen cuplikan (Soebagio, 2003).
Mekanisme pemisahan dengan kromatografi kertas prinsipnya sama dengan
mekanisme pada kromatografi kolom. Adsorben dalam kromatografi kertas adalah kertas
saring yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan ke ujung kertas yang kemudian
digantung dalam wadah. Kemudian dasar kertas saring dicelupkan ke dalam pelarut yang
mengisi dasar wadah. Fasa mobil (pelarut) dapat saja beragam. Air, etanol, asam asetat atau
campuran zat-zat ini dapat digunakan (Wawan, 2009).
Pengembangan atau elusi dilakukan dengan eluen campur air, etil
asetoasetat, n-butanol dan asam asetat glacial. Lokasi spotditandai dengan menggunakan
pereaksi yang dapat menghasilkan warna. Identifikasi logam-logam dalam sampel dikerjakan
dengan membandingkan harga Rf dari logam yang bersangkutan. Rf didefenisikan sebagai
perbandingan jarak yang ditempuh oleh senyawa dengan jarak yang dipergerakkan oleh
permukaan pelarut.
Rf= (jarak yang digerakkan oleh senyawa)/(jarak yang digerakkan oleh
permukaan pelarut)
Pada tahap penotolan, kertas saring yang digunakan adalah kertas saring
Whatman karena mempunyai pori-pori yang besar sehingga noda dapat merembes dengan
cepat dan teratur. Garis awal pada kertas dengan menggunakan pensil karena pensil terbuat
dari grafit yang tidak larut dalam eluen sedangkan jika digunakan pulpen maka dari tinta
pulpen akan larut yang dapat mengganggu penampakan noda. Penotolan diusahakan tidak
terlalu banyak karena akan mempengaruhi besar spot. Spot yang terlalu besar tidak baik
untuk penampakkan noda karena nodanya dapat melebar kesamping atau ke bawah (Khopkar,
2003).
Pada tahap pengembangan, kertas yang berisi totolan dimasukkan ke dalam
larutan pengembang. Totolan cuplikan diusahakan tidak terendam dalam eluen karena akan
melarut dalam pelarut dan menjadi rusak sehingga tidak dapat diedentifikasi lagi. Kertas
tidak boleh menyentuh dinding wadah karena dapat mempengaruhi perambatan noda.
Selanjutnya wadah ditutup dengan tujuan untuk menjenuhkan udara didalamnya
menggunakan uap pelarut karena dengan penjenuhan tersebut dapat menghentikan penguapan
pelarut. Komponen cuplikan akan terbawa oleh rembesan cuplikan dan kertas dikeluarkan
dari wadah setelah pelarut hampir mencapai puncak lembaran kertas (Khopkar, 2003).
Ada 3 macam metoda kromatografi berdasarkan kedudukan kertas :
a. Metoda penurunan (descending)
Alat yang pokok berupa bejana yang terbuat dari gelas, platina atau logam anti karat
serta bertutup untuk mencegah penguapan dari pelarut. Agar kertas tidak lepas maka
diberi penahan dari batang gelas. Ujung kertas dicelupkan dalam fase gerak. Pertama
kali fase gerak mengalir oleh gaya kapiler, setelah melewati batang gelas maka aliranya
disebabkan oleh gaya gravitasi. Pada praktikum, ,etode yang digunakan adalah metode
ini.
b. Metode penaikan (ascending)
Kertas dicelupkan dalam fase gerak dan sempel tidak terendam. Fase gerak akan naik
melalui serat-serat dari kertas oleh gaya kapiler. Biasanya perambatan pelan dan makin
lama menurun karena gaya berat.
c. Metode mendatar (horisontal)
Noda dicelupkan ditempatkan pada pusat dari kertas (umumnya kertas saring berbentuk
bulat) yang diberi sumbu. Aliran pelarut disebabkan oleh gaya kapiler. Kertas diletakan
secara horisontal sehingga sumbu tercerlup pada fase gerak. Selanjutnya fase gerak
bergerak ke arah tepi kertas sambil membawa komponen-komponen campuran (Gritter,
1991).
DAPUS ANIS
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
Anonim, 2011, Metanil Kuning,
http://www.jombangkab.go.id/SatKerDa/page/1.2.6.2/kuning_metanil.htm, Diakses
tanggal 15 April, 2013.
Gritter, Roy J, dkk., 1991, Pengantar KromatografI, Penerbit ITB, Bandung.
Khopkar,SM., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI-Press, Jakarta.
Lita, 2013, Warna-Warna Berbahaya, http://litakariz.wordpress.com/tag/pengawet/, Diakses
tanggal 15 April 2013.
Sherma Joseph, dan Bernard F., 2003, Handbook of Thin-Layer Chromatography, Marcel
Dekker, Switzerland.
Soebagio, dkk., 2003, Kimia Analitik II, Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang,
Malang.
Wawan, J., 2009, Kromatografi Kertas. http://wawanjunaidi.blogspot.com. Diakses tanggal
15 April 2013.
Berdasarkan hasil pengamatan pada percobaan kromatografi kertas dengan
menggunakan berbagai macam zat pewarna dengan jarak gerak pelarut adalah 6,3 cm, maka
didapatkan jarak gerak tartazine 6,1cm, jarak gerak metanil yellow 3cm dan jarak gerak
sampel adalah 4cm. Setelah dihitung nilai Rf, didapatkan bahwa nilai Rf untuk larutan
tartazine, methanil yellow dan sampel berturut-turut adalah 0,4682; 0,4761 dan 0,6349.
Metanil Yellow adalah zat pewarna sintesis berbentuk serbuk bewarna kuning
kecoklatan, tidak mudah larut dalam air, agak larut dalam benzene, eter, dan sedikit larut
dalam aseton(Paramitha, 2013). Kelarutan tartazine yaitu mudah larut dalam air, sedikit larut
dalam alkohol 95%, mudah larut dalam gliserol dan glikol. (Anonim, 2011). Warna dari
sampel yang digunakan adalah jingga. Sampel adalah minuman berwarna, sedangkan untuk
pewarna minuman dan makanan sebaiknya digunakan pewarna makanan alami, yang
dianggap aman. Pewarna makanan alami biasanya didapatkan dari zat warna tumbuhan. Ada
berbagai macam zat warna alami yang dapat menghasilkan warna jingga, diantaranya adalah
karotenoid dan kurkumin. Kurkumin memiliki sifat yaitu larut minyak dan tidak larut air.
Karotenoid mempunyai sifat-sifat tertentu diantaranya tidak larut dalam air, larut sedikit
dalam minyak, larut dalam hidrokarbon alifatik dan aromatik seperti heksana dan benzena
serta larut dalam terklorinasi seperti kloroform dan metilen klorida(Hamidani, 2013)
Ini sesuai dengan urutan peringkat panjang jarak gerak zat. Yang paling panjang adalah
tartazin, ini sesuai dengan sifatnya yang mudah larut dalam air. Jarak gerak sampel dan
metanil yellow sangat pendek karena metanil yellow tidak mudah larut dalam air dan zat
warna pada sampel yang tidak mudah larut berarti zat warna yang dikandung adalah zat
warna alami yang sukar larut dalam air. Jarak gerak pelarut adalah 6,3 dan tidak ada satu pun
dari zat yang diuji memiliki panjang gerak yang sama, meskipun panjang gerak tartazine
mendekati. Ini dimungkinkan karena adanya kontaminan atau zat yang sudah rusak.
Anonim. 2011. BAB 2. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20762/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada tanggal 16 April 2011.
Pharamitha, Dilla Putri . 2013. Zat Berbahaya Dalam produk Makanan.http://princesdilla.blogspot.com/2013/01/zat-berbahaya-dalam-produk-makanan.html. Diakses pada tanggal 16 April 2013.
Hamidani. 2013. Bahan Pewarna Makanan. . http://catatankimia.com/catatan/bahan-pewarna-makanan.html. Diakses pada tanggal 16 april 2013.
Recommended