LAPORAN KASUS
ODS Glaukoma Akut
OS Keratopati Bullosa
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn.S
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku : Makassar
Agama : Islam
Alamat : Komp.Unhas,Antang,Jl.Budidaya 5, Makassar
No. register : 446340
Pekerjaan : Wiraswasta
RS : Wahidin Sudirohusodo
Tanggal pemeriksaan : 1 November 2010
Dokter : dr.H
II. ANAMNESIS
Keluhan utama : Penurunan penglihatan pada kedua mata
Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak ± 1 tahun yang lalu, secara perlahan-lahan, dimulai dari mata
kiri kemudian yang kanan.Saat ini pasien mengeluhkan mata kiri tidak dapat melihat
sama sekali. Nyeri (-), mata merah (+),mata kiri lebih dulu merah lalu mata kanan
selang waktu 3 bulan, mata silau (-), air mata berlebihan (+), kotoran mata berlebihan
(-), Rasa berpasir (-). Halo pada kedua mata. Riwayat memakai kacamata(-). Riwayat
trauma pada mata (-). Riwayat DM dan riwayat HT disangkal. Riwayat keluhan yang
1
sama dalam keluarga (-). Riwayat pemakaian obat tetes mata yang tidak diketahui
jenisnya sebanyak 3 macam (+) sebelum konsultasi ke dokter
III. PEMERIKSAAN OFTALMOLOGI
A. INSPEKSI
PEMERIKSAAN OD OS1. Palpebra Edema (-) Edema (-)
2. Aparatus Lakrimalis Lakrimasi (-) Lakrimasi (-)3. Silia Kesan Normal Kesan Normal4. Konjungtiva Hiperemis (-), Hiperemis (-),
Inj.Perikornea (+)
5. Mekanisme Muskular - ODS - OD - OS
6. Kornea Keruh Keruh
7. BMD Normal Sulit Dinilai8. Iris Coklat,kripte (+) Sulit Dinilai9. Pupil Bulat, sentral,RC(+) Sulit Dinilai10. Lensa Sulit Dinilai Sulit Dinilai
2
Foto pasien
B. PALPASI
PALPASI OD OS
1. Tensi Okuler Tn+2 Tn+2
2. Nyeri tekan (-) (-)
3. Massa tumor (-) (-)
4. Glandula preaurikuler Tidak ada Pembesaran Tidak ada Pembesaran
C. VISUS
VOD : 20/400
VOS : 0
D. TONOMETRI
OD:Tn+2 OS:Tn+2
3
E. CAMPUS VISUAL
Tidak dilakukan pemeriksaan
F. COLOR SENSE
Tidak dilakukan pemeriksaan
G. LIGHT SENSE
Tidak dilakukan pemeriksaan
H.PENYINARAN OBLIK
Pemeriksaan OD OS
Konjungtiva Hiperemis (+) Hiperemis (+)
Kornea Jernih Keruh
Bilik Mata Depan Kesan Normal Kesan Normal
Iris Coklat Sulit dinilai
Pupil Bulat, sentral Sulit dinilai
Lensa Jernih Sulit dinilai
I.DIAFANOSKOPI
Tidak dilakukan pemeriksaan
4
J. FUNDUSKOPI
FOD : Refleks fundus (+), papil N.II batas tegas,kesan fitting warna
sedikit pucat,nasalisasi (+) CDR 0,9, A:V=2:3, makula refleks fovea
suram, retina perifer kesan normal.
FOS : Sulit dievaluasi.
K. SLIT LAMP
SLOD : Konjungtiva hiperemis (+), kornea jernih, BMD kesan normal,
iris coklat, kripte (+), pupil bulat, sentral, refleks cahaya (+),
lensa jernih
SLOS : Konjungtiva hiperemis (+), kornea keruh seluruh permukaan,
flouresens (+) di parasentralis,bulla (+) BMD kesan
normal,detail lain sulit dinilai.Van herich:1/4 CT
L. BIOMETRI
Tidak dilakukan pemeriksaan
M. LABORATORIUM
Tidak dilakukan pemeriksaan
IV. RESUME
Seorang lelaki berusia 21 tahun datang ke Poliklinik RS Wahidin
Sudirohusodo dengan keluhan penurunan penglihatan pada kedua mata yang dialami
sejak 1 tahun yang lalu, secara perlahan-lahan.Dan sejak ±2 bulan yang lalu mata kiri
pasien tidak dapat melihat sama sekali. Nyeri tidak ada, mata hiperemis ada,awalnya
pada mata kiri kemudian mata kanan dengan selang waktu 3 bulan, fotofobia tidak
5
ada, lakrimasi ada, secret tidak ada, gatal tidak ada. Halo pada kedua mata. Riwayat
trauma tidak ada. Riwayat pemakaian obat tetes mata 3 macam yang tidak diketahui
jenisnya tanpa konsultasi pada dokter (+), Riwayat memakai kaca mata tidak ada.
Riwayat penyakit sistemik tidak ada.. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan VOD
20/400, VOS 0. TODS Tn+2. SLOD:konjungtiva hiperemis,SLOS: konjungtiva
hiperemis,kornea keruh seluruh permukaan, flouresens di parasentralis,bulla. FOD :
Refleks fundus ada, papil N.II batas tegas,kesan fitting warna sedikit pucat,nasalisasi
ada CDR 0,9, A:V=2:3, makula refleks fovea suram, retina perifer kesan normal,
FOS:Sulit dievaluasi.
V. DIAGNOSIS
ODS Glaucoma akut
OS keratopati bullosa
VI. TERAPI
C.Polygran 4x1 tts
C.Reepitel 4x1 tts
C.Timol 0,5% 2x1 tts
Glaucan 2x250 mg
KSR tab 1x1
VII. DISKUSI
Dari hasil anamnesis pada pasien ini, ditemukan adanya keluhan utama
penurunan penglihatan pada kedua mata, terjadi secara perlahan-lahan. Hingga
akhirnya mata kiri tidak dapat melihat sama sekali. Sementara itu, dari hasil
6
pemeriksaan fisis, pada pemeriksaan slit lamp didapatkan bahwa konjuntiva pada
mata kanan hiperemis, sedangkan pada mata kiri tampak konjungtiva hiperemis,
kornea keruh seluruh permukaan,ada udem, flouresens di parasentralis,ada bulla.
Pada pemeriksaan funduskopi mata kanan didapatkan papil n II garis tegas kesan
fitting,warna sedikit pucat,nasalisasi. Dan pada makula reflex fovea suram,
sedangkan pada mata kiri sulit dievaluasi. Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan
visus pada mata kanan 20/400 dan pada mata kiri 0.Pada pemeriksaan juga
didapatkan adanya halo pada kedua mata yang biasanya diakibatkan oleh glaukoma.
Diperoleh juga tensi okuler yang meningkat pada kedua mata yaitu Tn+2. Hal ini
menunjukkan bahwa pada pasien terjadi penurunan penglihatan yang dapat berujung
pada kebutaan seperti yang telah terjadi pada mata kiri pasien. Berdasarkan
anamnesis dan hasil pemeriksaan oftalmologi, dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien
menderita ODS Glaucoma akut ,OS Keratopati bullosa ,dan OS Strabismus
Eksotropia.
Glaukoma sudut tertutup akut primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang
menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer. Hal ini menyumbat
aliran humor akueus dan tekanan intraokuler meningkat dengan cepat menimbulkan
nyeri hebat, kemerahan, dan kekaburan penglihatan. Glaukoma sudut tertutup akut
ditandai oleh munculnya kekaburan penglihatan mendadak yang disertai nyeri hebat,
halo,dan mual serta muntah. Temuan-temuan lain adalah peningkatan mencolok
tekanan intraokuler, kamera anterior dangkal, kornea berkabut, pupil terfiksasi
berdilatasi sedang , dan injeksi siliaris.
Sedangkan keratopati bullosa adalah peradangan pada kornea yang ditandai
adanya vesikel dan bulla yang disertai rasa nyeri yang hebat.Dan menurunkan
ketajaman penglihatan.
Pengobatan yang dianjurkan pada pasien glaukoma ini adalah beta adrenergik
antagonis untuk menurunkan tekanan intra okuler dengan cara menekan produksi
humor aquosnya langsung. Sediaannya adalah timolol, karteolol, levobunolol,
metipranolol, dan selektif betaksolol.Digolongkan 7 kelompok untuk pengobatan
7
glaukoma : Prostaglandin analogs, β Adrenergik antagonist, Pharasimpathomimetic
agents, Carbonic anhydrase inhibito, adrenergic agonists, combination medications,
hyperosmotic agents .
VIII. PROGNOSIS
Dubia
8
NEURITIS RETROBULBAR
I.PENDAHULUAN
Neuritis optikus merupakan salah satu penyebab umum kehilangan
penglihatan unilateral pada orang dewasa. Berdasarkan kategori klinik dan
pemeriksaan opthalmoskopis terbagi menjadi papilitis dan neuritis
retrobulbar. Papilitis adalah inflamasi yang mengenai serabut retina nervus
optikus yang masuk pada papil nervus optikus di dalam bola mata, dengan
pemeriksaan opthalmoskopis di diskus optikus akan tampak kelainannya
sedangkan pada neuritis retrobulbar inflamasinya mengenai nervus yang
terletak di belakang bola mata dan terletak jauh dari diskus optikus sehingga
perubahan-perubahan dini di diskus optikus tidak tampak dengan pemeriksaan
opthamoskopis, ketajaman penglihatan dapat menurun. (1)
Kerusakkan saraf terjadi pada bagian saraf optik yang letaknya di be-
lakang bola mata dan disebut juga neuritis retrobulbar serta sering dikaitkan
dengan penyakit sklerosis multipel. Peradangan saraf optik dan edema (pem-
bengkakan) terjadi akibat tekanan intrakranial pada tempat dimana saraf masuk
ke dalam bola mata. Peradangan di tempat tersebut disebut papilitis.(2)
Insidensi neuritis optikus dalam populasi per tahun diperkirakan 5 per
100.000 sedangkan prevalensinya 115 per 100.000. Sebagian besar mengenai
usia 20 sampai dengan 40 tahun. Wanita lebih umum terkena daripada pria.
Berdasarkan data The Optic Neuritis Treatment Trial (ONTT) 77% adalah
wanita, 85% kulit putih dan usia rata-rata 32 ± 7 tahun. Sebagian besar kasus
patogenesisnya disebabkan inflamasi demielinisasi dengan atau tanpa sklerosis
9
multipel. Pada sebagian besar kasus neuritis optikus monosimptomatik
merupakan manifestasi awal sklerosis multipel.(1)
II. ANATOMI
Gambar 1: Anatomi mata(3)
Saraf terdiri atas 3 lapisan, yaitu :lapisan neuroepithel retina, lapisan
ganglion retina dan lapisan ganglion pada saraf optik yang merupakan lapisan
saraf multipolar. Akson membentuk saraf optik. Dengan demikian, sel-sel sen-
sorik retina tidak menghadapi cahaya yang masuk dengan reseptor sel sensorik
retina , tetapi terlindungi oleh neuron dan serat saraf. Hal ini dikenal sebagai
inversi retina.(4)
10
Gambar 2: (A) Nervus optik, (B) axon pada potongan frontal(5)
.
Permukaan bagian dalam retina dipisahkan dari korpus vitreus oleh
membran basal internal.Sebuah membran glial, membatasi membran eksternal ,
dan memisahkan bagian reseptor sel sensorik dari epitel saraf. Kedua membran
memanjang dengan bantuan sel Müller.(4)
11
Lapisan neuroepithelial : neural epitelium mempunyai dua jenis sel
fotoreseptor, yaitu sel batang dan sel kerucut.Sel-sel batang adalah untuk terang-
gelap persepsi dalam cahaya redup (night vision), sedangkan sel-sel kerucut yang
berfungsi untuk persepsi warna dalam cahaya terang (visi warna) dan visual keta-
jaman (teori duplicity). Fotoreseptor merupakan neuron pertama pada jalur
penglihatan.(4)
Gambar 3 : Bagian kepala nervus optik(5)
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa dua
jenis serabut saraf yaitu : saraf penglihatan dan serabut pupilomotor. Kelainan
saraf optik yang menggambarkan gangguan yang diakibatkan tekanan langsung
atau tidak langsung terhadap saraf optik perubahan toksik anoksik yang
mempengaruhi penyaluran aliran listrik.(6)
III. PATOFISIOLOGI
Neuritis retrobulbar adalah salah satu bentuk neuritis optikus dimana
inflamasi mengenai nervus yang terletak di belakang mata. Daerah inflamasi
terletak di antara belakang mata dan otak. Nervus optikus mengandung serabut-
12
serabut syaraf yang mengantarkan informasi visual dari sel-sel nervus retina ke
dalam sel-sel nervus di otak. Retina mengandung sel fotoreseptor, merupakan
suatu sel yang diaktivasi oleh cahaya dan menghubungkan ke sel-sel retina lain
disebut sel ganglion. Kemudian mengirimkan sinyal proyeksi yang disebut
akson ke dalam otak. Melalui rute ini, nervus optikus mengirimkan impuls
visual ke otak. Sehingga ketika nervus tersebut inflamasi, sinyal visual yang
dihantarkan ke otak menjadi terganggu dan pandangan menjadi lemah.(1,2,6)
IV. ETIOLOGI
1. Inflamasi lokal
a. Uveitis dan retinitis
b. Oftalmia simpatika
c. Meningitis
d. Penyakit sinus dan infeksi orbita.( 1)
2. Inflamasi umum.
a. Infeksi syaraf pusat
b. Multipel sklerosis
c. Acute disseminated encephalomyelitis
d. Neuromyelitis optic (Devic disease)
e. Encephalitis periaxial diffusa of Schilder
f. Herpes zoster
g. Encephalitis epidemic, poliomyelitis, inokulasi rabies
h. Syphilis
i. Tuberkulosis.(1)
3. Toksin endogen
13
a. Penyakit infeksi akut, seperti influenza, malaria, measles, mumps,
pneumonia
b. Fokus septik pada gigi, tonsil, infeksi fokal
c. Penyakit metabolik: diabetes, anemia, kehamilan, avitaminosis(1)
5. Intoksikasi racun eksogen seperti tobacco,etil alcohol, metil alkohol. .( 1)
Faktor resiko neuritis optikus termasuk:
1.Usia
Neuritis optikus sering mengenai dewasa muda usia 20 sampai 40 tahun; usia
rata-rata terkena sekitar 30 tahun. Usia lebih tua atau anak-anak dapat terkena
juga tetapi frekuensinya lebih sedikit
2.Jenis kelamin
Wanita lebih mudah terkena neuritis optikus dua kali daripada laki-laki5.
3.Ras
Neuritis optikus lebih sering terjadi pada orang kulit putih daripada ras yang
lain.(1,2)
V. DIAGNOSIS BANDING
a. Papilitis
Papilitis adalah inflamasi yang mengenai nervus optikus di dalam bola
mata, merupakan salah satu tipe neuritis optikus yang sering terjadi pada
14
anak-anak, memiliki gejala yang sama dengan neuritis retrobulbar tetapi pada
pemeriksaan dengan opthalmoskopis dapat ditemukan pembengkakan pada
diskus optikus, hiperemi, tepi kabur dan semua pembuluh darah dilatasi.(6)
b. Compressive optic neuropathy
Terdapat kehilangan penglihatan akut. Pola kehilangan lapang pandang
menunjukkan penyebabnya non inflamasi, misalnya ditemukan kehilangan
penglihatan pada mata lainnya. CT Scan atau MRI dapat mengidentifikasi lesi
kompresif pada orbita dan khiasma. Pada Compressive optic neuropathy tidak
terdapat pemulihan penglihatan.(1)
c. Nonarteritic anterior ischemic optic neuropathy
Terdapatnya nyeri terutama pada pergerakan mata (meskipun tidak
mutlak) secara klinis dapat membedakan neuritis optikus dengan nonarteritic
anterior ischemic optic neuropathy.( 1)
V. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tergantung dari gangguan yang ditimbulkan, neuritis
optik retrobulbar yang mengakbatkan penurunan visus bisa diterapi dengan
steroid dosis tinggi 1000 mg prednisolone oral selama 3 hari. Dan 1 mg/kgbb
untuk oral prednisolone untuk hari ke 4-14.(1)
Pada keadaan akut, apabila visus sama atau lebih baik dari 20/40
dilakukan pengamatan saja. Dan apabila visus sama atau kurang dari 20/50
dilakukan pengamatan dan metilprednison 250 mg intravena, disusul dengan
prednison tablet. (6)
15
VI. KOMPILKASI
1) penglihatan kabur
2) bintik/bercak buta, terutama pertengahan lapang pandang
3) nyeri saat pergerakkan bola mata
4) sakit kepala
5) buta warna mendadak
6) gangguan penglihatan pada malam hari
7) gangguan ketajaman penglihatan(2)
VII. PROGNOSIS
Gangguan penglihatan yang disebabkan karena neuritis optik biasanya
bersifat sementara. Remisi (penyembuhan) spontan terjadi dalam dua hingga
lima minggu. Saat masa pemulihan, 65% - 80% ketajaman penglihatan pen-
derita menjadi lebih baik. Prognosis jangka panjang tergantung pada penyebab
yang mendasarinya. Jika serangan ini ditimbulkan oleh infeksi virus maka akan
mengalami penyembuhan sendiri tanpa meninggalkan efek samping. Jika neuri-
tis optik dipicu oleh sklerosis multipel, maka serangan berikutnya harus dihin-
dari. Tigapuluh tiga persen penderita neuritis optik akan kambuh dalam lima
tahun. Tiap kekambuhan menyebabkan pemulihannya tidak sempurna bahkan
memperburuk penglihatan seseorang. Ada hubungan yang kuat antara neuritis
optik dengan sklerosis multipel. Pada orang yang tidak mengalami sklerosis
multipel maka separuh dari mereka yang mengalami gangguan penglihatan aki-
bat neuritis optik akan menderita penyakit ini dalam 15 tahun(2)
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Lang G. “Optic Nerve”, in Ophtalmology A Pocket Textbook Atlas
Second Edition, p.386-8, Stuttgart, New York, 2006.
2. Anonim. Neuritis Optik. Maret, 2010 [cited 2010 Nov 13].Available:
http://www. dokter/neuritisoptik.com
3. Anonim. The Online Atlas of Ophtalmologic. Feb 14, 2005 [cited 2010
Nov 13].Available: http://www. eyeatlas.com
4. Kahle W. “The Eye”, in Color Atlas And Textbook of Human Anatomy ,
p.348, Stuttgart, Germany, 2003.
5. Dunitz, M. Anatomy, Physiology, and Patophysiology : Handbook of
Glaucoma. Second Edition. Taylor and Francis: London; 2003.p.11-13
6. Sidarta I. Glaukoma. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2007.p.10;181-2
17
18