Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik
Buku Penuntun
The Water and Sanitation Program is a multi-donor partnership
administered by the World Bank to support poor people in obtaining
affordable, safe, and sustainable access to water and sanitation services.
1www.wsp.org
Penghargaan
Buku Penuntun ini disusun oleh tim Water and Sanitation Program - East Asia & the Pacific (WSP-EAP) yang terdiri dari Enrico Rahadi Djonopu-tro, Isabel Blackett, Almud Weitz, Alfred Lambertus, Reini Siregar, Ikabul Arianto dan Job Supangkat dengan kontribusi editorial oleh Yosa Yuliarsa. Tim mengucapkan terima kasih atas dukungan dan kontribusi berbagai pihak di bawah ini.
Masukan yang sangat berharga diberikan oleh peer reviewers yang terdiri dari Handi B. Legowo dan Emah Sudjimah dari Direktorat Pengembangan Lingkungan Permukiman - Direktorat Jenderal Cipta Karya, Ida Yudiarti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman, serta Dody Suparta dan Sean Granville-Ross dari Mercy Corps.
Penghargaan juga disampaikan kepada semua pihak yang berperan aktif dalam pembahasan studi ini yaitu Kementerian Kesehatan, BAPPENAS, Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS), BPPT, TSSM, Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Lingkungan Indonesia (IATPI), WASPOLA, Envi-ronmental Services Program (ESP), USAID, UNICEF, WHO, Royal Haskoning Indonesia, Universitas Muhammadiyah Yogjakarta, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sebelas Maret, PALYJA, Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Maluku Utara, Project Concern International (PCI), Watsan Action, Yayasan Dian Desa, Plan International, Bali Fokus, dan BORDA serta pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISIDAFTAR TABELDAFTAR GAMBARDAFTAR SINGKATANDAFTAR ISTILAH
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Penyusunan 6 1.2 Target Pengguna 6 1.3 Ruang Lingkup 6 1.4 Daerah Spesifik 6 1.5 Struktur Buku Penuntun 7
BAB 2. KAJI ULANG SANITASI, TEKNOLOGI DAN TANTANGANNYA DI DAERAH SPESIFIK DI INDONESIA
2.1. Sanitasi 8 2.1.1. Pengertian Sanitasi 8 2.1.2. Pengertian Sanitasi yang Terjangkau dan Berkelanjutan 9 2.2. Tantangan Perubahan Iklim 9 2.2.1. Dampak Perubahan Iklim 10 2.2.2. Adaptasi terhadap Perubahan Iklim 10 2.3. Tantangan Kondisi Lingkungan Fisik 11 2.4. Tantangan Lingkungan Non-Fisik 11 2.5. Tantangan Pemilihan Komponen Sanitasi 12 2.6. Tantangan Pemilihan Opsi Teknologi Pengolahan 15 2.6.1. Opsi Teknologi Pengolahan yang Tersedia 15 2.6.2. Perbandingan Alternatif Teknologi Pengolahan di Daerah Spesifik 17 2.6.3. Aspek Kajian Opsi Sanitasi 19
BAB 3. PEMILIHAN OPSI SANITASI 3.1. Pemilihan Sistem Setempat atau Sistem Terpusat 21 3.2. Pemilihan Tingkat Pengelolaan 21 3.3. Pemilihan Konstruksi Bagian Atas dan Tengah 22 3.4. Pemilihan Opsi Teknologi Pengolahan 23 3.4.1. Alternatif di Daerah Pantai dan Muara 25 3.4.2. Alternatif di Daerah Sungai 29 3.4.3. Alternatif di Daerah Rawa dan Muka Air Tanah Tinggi 33 3.4.4. Alternatif di Daerah Rawan Banjir 35
2 Buku Penuntun
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Daftar Isi
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Daftar Isi
3www.wsp.org
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kondisi dan Tantangan Fisik Utama di Daerah Spesifik 11Tabel 2. Perbandingan Alternatif Sistem Pengolahan 18Tabel 3. Deskripsi dan Pengaruh Aspek Teknis Terhadap Keterjangkauan dan Keberlanjutan Sistem Sanitasi 20Tabel 4. Deskripsi dan Pengaruh Aspek Non-Teknis Terhadap Keterjangkauan dan Keberlanjutan Sistem Sanitasi 20Tabel 5. Pemilihan Konstruksi Bagian Atas dan Tengah 23Tabel 6. Aplikasi Tipe Jamban dan Sistem Pengolahan Berdasarkan Tantangan Lingkungan Fisik di Daerah Sulit 24Tabel 7. Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Pantai dan Muara 25Tabel 8. Penjelasan Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Pantai dan Muara 27 Tabel 9. Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Sungai 29Tabel 10. Penjelasan Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Sungai 31Tabel 11. Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Rawa dan Muka Air Tanah Tinggi 33Tabel 12. Penjelasan Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Rawa dan Muka Air Tanah Tinggi 32Tabel 13. Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Rawan Banjir 35Tabel 14. Penjelasan Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Rawan Banjir 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kategori Daerah Spesifik 6Gambar 2. Diagram-F Sanitasi 8Gambar 3. Modifikasi Kerangka Kerentanan Perubahan Iklim yang Terintegrasi 10Gambar 4. Diagram Kebiasaan BAB di Daerah Sulit yang Perlu Diputus 12Gambar 5. Berbagai Kebiasaan BAB 12Gambar 6. Tangki Septik dengan Upflow Filter 14Gambar 7. Tangki Septik Konvensional 15Gambar 8. Anaerobic Baffled Reactor (ABR) 16Gambar 9. Anaerobic Upflow Filter 16Gambar 10. Rotating Biological Contactor (RBC) 16Gambar 11. Tripikon-S (kiri) dan T-Pikon-H (kanan) 17Gambar 12. Contoh Konstruksi Bagian Atas 22Gambar 13. Contoh Konstruksi Bagian Tengah 22Gambar 14. Algoritma Pilihan Sanitasi di Daerah Pantai dan Muara 26Gambar 15. Algoritma Pilihan Sanitasi di Daerah Sungai 30Gambar 16. Algoritma Pilihan Sanitasi di Daerah Rawa dan Muka Air Tanah Tinggi 33Gambar 17. Algoritma Pilihan Sanitasi di Daerah Rawan Banjir 35
DAFTAR SINGKATAN
ABR : Anaerobic Baffled Reactor
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
AUF : Anaerobic Upflow Filter
BAB : Buang Air Besar
BOD : Biochemical Oxygen Demand
MAT : Muka Air Tanah
MCK : Mandi Cuci Kakus
O&M : Operation and Maintenance (Operasi dan Pemeliharaan)
PP : Peraturan Pemerintah
RAB : Rencana Anggaran Biaya
RBC : Rotating Biological Contactor
WC : Water Closet (Jamban/kakus)
4 Buku Penuntun
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Daftar Isi
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Daftar Isi
5www.wsp.org
DAFTAR ISTILAH
Anaerobic Baffled Reactor(ABR)
Affordable (Keterjangkauan)
Anaerobic Upflow Filter (AUF)Biochemical Oxygen Demand(BOD)Biofilter
Black waterDaerah Spesifik
Gray Water Jamban Pencemaran
Rotating Biological Contactor(RBC)
Saluran perpipaan Sanitasi
Tangki Septik
Constructed Wetland
Tangki septik yang lebih baik, terdiri dari beberapa seri dinding antar/sekat yang menyebabkan air limbah yang datang tertekan untuk mengalir. Kontak waktu yang lama dengan biomassa/lumpur aktif menghasilkan pengolahan yang lebih baikSuatu pilihan sanitasi dapat dikatakan terjangkau apabila biaya O&M-nya dapat dijangkau sesuai dengan kemampuan masyarakat penggunanyaProses pengolahan air limbah dengan metode pengaliran air limbah secara upflow melalui media filter anaerobikJumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menstabilkan kehadiran zat organik secara biologisInstalasi pengolahan air limbah rumah tangga dengan menggunakan media kontaktorAir limbah yang berasal dari kloset di jamban/kakus/WCDaerah dengan kondisi geografis maupun iklim sedemikian rupa sehingga sistem pelayanan sanitasi yang terjangkau, baik konvensional maupun tidak konvensional, sulit untuk dibangun ataupun diterapkanAir limbah non-kakus yang berasal dari kamar mandi, cuci dan dapurFasilitas pembuangan tinjaMasuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat yang menyebabkan air tidak berfungsi lagi sesuai peruntukannyaSalah satu sistem pengolahan air limbah secara aerobik dengan sistem lapisan tetap (aerobic fixed film system). RBC sendiri adalah media tempat menem-pelnya mikroorganisme aerobikPerpipaan untuk menyalurkan air limbah dari jamban ke sistem pengolahanAlat pengumpulan dan pembuangan tinja serta air buangan masyarakat secara higienis sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan seseorang maupun masyarakat secara keseluruhan (Depledge, 1997)Ruangan kedap air atau beberapa kompartemen ruangan yang berfungsi menampung dan mengolah air limbah rumah tangga dengan kecepatan alir yang lambat, sehingga memberi kesempatan untuk terjadi pengendapan terhadap suspensi benda-benda padat dan kesempatan untuk penguraian bahan-bahan organik oleh jasad anaerobik membentuk bahan-bahan larut air dan gasSistem pengolahan terencana atau terkontrol yang telah didesain dan diban-gun dengan memanfaatkan proses alami yang melibatkan vegetasi tanah basah dan mikroorganisme untuk mengolah limbah cair
:
:
:
:
:
::
:::
:
::
:
:
Buku Penuntun ini merupakan bagian dari studi Pilihan Sanitasi yang Terjangkau di Daerah Spesifik di Indonesia yang telah dilakukan dalam 2 fase. Oleh karenanya, Buku Penuntun ini merupakan kompilasi dari analisa yang telah dilakukan sebelumnya.
Daerah Spesifik (challenging areas) pada Buku Penuntun ini adalah daerah dimana kondisi geografis maupun iklimnya sedemikian rupa sehingga sistem pelayanan sanitasi yang terjangkau baik konvensional maupun non konvensional sulit untuk dibangun ataupun diterapkan. Hal ini terutama berkaitan dengan ketersediaan lahan, kondisi tanah yang tidak mendukung, tanah yang selalu basah untuk sistem cubluk dan tangki septik dengan sistem resapan, ataupun kesulitan dalam pemasangan pipa dan sistem pembuangan-nya. Di beberapa wilayah, mungkin cubluk, perpipaan dan tangki septik dapat dibangun, namun wilayah tersebut ternyata rawan banjir sehingga baik bangunan atas maupun bawah dari sistem sanitasi cepat rusak serta mengakibatkan terjadinya pencemaran air di lingkungan sekitar, dan oleh karenanya investasi yang telah ditanamkan menjadi sia-sia. Daerah spesifik ini meliputi:1 a. Daerah pesisir pantai dan muara;b. Daerah sepanjang sungai baik di bantaran maupun di
atas sungai;c. Daerah rawa, rawa pasang surut dan juga daerah dengan
muka air tanah yang tinggi;d. Daerah rawan banjir dimana banjir terjadi secara rutin
maupun yang tidak dapat diprediksie. Daerah rawan air dan danau
Buku Penuntun
BAB I. Pendahuluan
Buku Penuntun ini menjelaskan metodologi pemilihan opsi sanitasi yang terjangkau dan berkelanjutan untuk membantu para pemangku kepentingan bidang sanitasi di Indonesia (Pemerintah Daerah, perencana, masyarakat, sektor swasta dan organisasi donor) memutuskan dan mengambil kebijakan dalam memilih opsi sanitasi yang paling memungkinkan untuk diterapkan di suatu daerah spesifik.
Tujuan utama dari penyusunan Buku Penuntun ini adalah untuk mendukung Pemerintah Indonesia dan pemegang andil lainnya dalam upaya memenuhi kebutuhan akan perbaikan sanitasi di daerah spesifik, dimana pilihan sanitasi yang terjangkau tidak dapat diterapkan karena kondisi geografis, iklim, maupun topografi.
Buku Penuntun ini ditujukan untuk para pembuat keputusan baik pada tingkat Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah, aktor pembangunan sanitasi di tingkat lokal, bahkan oleh masyarakat penerima manfaat.
Khususnya bagi Pemerintah Daerah yang mengenal secara mendetail mengenai kondisi daerahnya, Buku Penuntun ini dapat menjadi penuntun dalam menentukan intervensi yang dapat diaplikasikan di daerah spesifik yang ada di wilayahnya, sehingga dengan demikian dapat mengarahkan program-program pembangunan sanitasi menjadi tepat teknologi, terjangkau, tepat sasaran, dan berkelanjutan sesuai dengan kondisi fisik lingkungannya.
Ruang lingkup pembahasan dalam Buku Penuntun ini lebih diarahkan pada pemilihan opsi sanitasi di daerah spesifik yang dikaji dari aspek teknis dan non-teknis. Sistem sanitasi yang dimaksudkan dalam Buku Penuntun ini adalah khusus untuk sektor air limbah rumah tangga yang berasal dari kloset (black water).
Pembahasan mengenai aspek pendanaan, kelembagaan dan kemasyarakatan tidak menjadi fokus dalam buku ini, namun secara singkat akan dibahas sebagai bahan masukan untuk dikaji lebih lanjut pada referensi-referensi yang digunakan.
1.1. Tujuan Penyusunan
1.4. Daerah Spesifik
1.2. Target Pengguna
1.3. Ruang Lingkup
1 Permukiman yang termasuk dalam daerah spesifik adalah permukiman apung di air, permukiman panggung diatas air, serta permukiman yang berada tepat di bantaran pantai atau sungai.
6
Gambar 1 : Kategori Daerah Spesifik
7www.wsp.org
Dalam Buku Penuntun ini daerah rawan air, khususnya daerah kering, serta danau tidak dibahas oleh karena jumlah masyarakat yang terkena dampak rawan air ini tidak terlalu signifikan.
1.5. Struktur Buku Penuntun Bab 1 berisi Pendahuluan yang membahas tujuan penyusunan, struktur Buku Penuntun, tujuan dari intervensi sanitasi serta penjelasan mengenai istilah keterjangkauan (affordability) dan keberlanjutan (sustainability) dari sistem sanitasi. Dari Bab 1 ini diharapkan bahwa para pengguna dapat memahami latar belakang dan maksud penyusunan buku ini.
Bab 2 menjelaskan Apa Saja Tantangan yang Dihadapi. Dalam Bab 2 ini akan diuraikan tantangan-tantangan dalam pengembangan sistem sanitasi di daerah-daerah spesifik baik secara teknis, kemasyarakatan, sosial-budaya, serta kaitannya dengan isu perubahan iklim. Tantangan di masing-masing daerah spesifik akan dijelaskan secara lebih lengkap dalam bentuk tabel sehingga memudahkan para pengguna. Selain itu, dalam bab inipun akan dibahas mengenai tantangan dalam hal penerapan komponen-komponen dari suatu sistem sanitasi.
Bab 3 menjadi inti dari Buku Penuntun ini dalam hal pemili-han sistem sanitasi yang terjangkau dan berkelanjutan di daerah-daearah spesifik. Alur pemilihan ini disusun dengan sistem diagram dan penjelasan terhadap diagram tersebut sehingga diharapkan dapat memudahkan dalam pemahaman-nya.
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pendahuluan
yaitu penyediaan air bersih dan promosi kesehatan untuk mendorong praktik cuci tangan menggunakan sabun.
B. Meningkatkan Martabat Dan Kualitas HidupFasilitas sanitasi yang aman, memadai dan dekat dengan tempat tinggal akan memberikan privasi dan kenyamanan bagi penggunanya. Pengolahan air limbah yang memadai juga akan dapat meningkatkan kualitas lingkungan. Kebersihan diri dan lingkungan akan meningkatkan martabat masyarakat, terutama kaum wanita.
Sanitasi yang baik menurunkan risiko kejadian penyakit, dan kematian, terutama pada anak-anak seperti penyakit kulit, diare, cacingan, dan penyakit mata.
Kondisi ekonomi dan sosial di daerah spesifik yang cenderung rendah dapat ditingkatkan melalui peningkatan status kesehatan dan kualitas hidup masyarakat. Perilaku hidup bersih dan sehat yang disertai penyediaan infrastrukturnya sangat diperlukan oleh masyarakat di daerah spesifik.
C. Perlindungan LingkunganPembuangan air limbah domestik secara langsung ke lingkungan dapat menyebabkan terjadinya degradasi sumber daya air permukaan maupun air tanah. Kontaminan biologis yang masuk ke sumber air tersebut dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen dalam air yang sebetulnya diperlukan oleh biota akuatik. Lama-kelamaan sumber air tersebut dapat menjadi anaerob dan kualitas air dan lingkungan menjadi turun. Pengadaan fasilitas sanitasi yang memadai di daerah spesifik akan secara signifikan meningkatkan kualitas badan air.
2.1.1. Pengertian SanitasiSecara praktis, istilah sanitasi dalam Buku Penuntun ini dapat diartikan sebagai alat pengumpulan dan pembuangan tinja serta air buangan masyarakat secara higienis sehingga tidak membahayakan bagi kesehatan seseorang maupun masyarakat secara keseluruhan. (Depledge, 1997)
Tujuan teknis pembuangan tinja secara saniter adalah untuk mengisolasi tinja sehingga bibit penyakit infeksius didalam-nya tidak dapat mencapai inang baru. Metolodologi yang dipilih untuk area yang berbeda akan tergantung pada beberapa faktor termasuk kondisi geologi dan hidrogeologi, budaya dan kebiasaan masyarakat, ketersediaan bahan lokal dan biaya baik jangka pendek maupun jangka panjang. (WHO, 1992)
Intervensi di sektor sanitasi (termasuk penyuluhan kesehatan) memiliki tiga tujuan utama: (Philippines Sanitation Source-book, 2005)1. Memperbaiki kondisi kesehatan2. Meningkatkan martabat dan kualitas hidup 3. Perlindungan lingkungan
A. Memperbaiki Kondisi KesehatanPatogen dari tinja dapat ditransmisikan melalui beberapa rute yang dikenal sebagai “Diagram-F”. Rute transmisi ini dapat diputus melalui penyediaan fasilitas sanitasi yang memadai sehingga dapat menghindarkan kontak antara tinja dengan manusia dan binatang (termasuk serangga).
Jika transmisi dapat diputus maka penyakit yang berkaitan dengan tinja dapat dikendalikan atau bahkan dihilangkan. Intervensi sanitasi menjadi salah satu pemutus. Sebagai contoh, lubang toilet yang tertutup rapat akan mengurangi kemungkinan berkembangbiaknya nyamuk, vektor filariasis; pengolahan tinja sebelum dibuang juga dapat membunuh telur dan kista berbagai parasit (Ascaris, Entamoeba, dan Schistosoma) sehingga akan mencegah kontaminasi terhadap tanah maupun air. (WHO, 1992)
Dengan demikian maka penyediaan fasilitas sanitasi yang memadai dan berkelanjutan di daerah spesifik ini akan sangat membantu memperbaiki kondisi kesehatan walau-pun tentunya perlu diikuti pula dengan intervensi lainnya
Buku Penuntun
BAB II. Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantangannya Di Daerah Spesifik Indonesia
2. 1. Sanitasi
Gambar 2 : Diagram-F Sanitasi
8
www.wsp.org
2.1.2. Pengertian Sanitasi yang Terjangkau dan BerkelanjutanIstilah sanitasi yang terjangkau dan berkelanjutan terkadang dipahami oleh masyarakat secara berbeda-beda. Dalam Buku Penuntun ini yang dimaksud dengan terjangkau dan berkelanjutan adalah:
A. Sanitasi yang Terjangkau Studi pada fase 1 dan 2 menunjukkan bahwa tidak ada fasilitas sanitasi komunal yang memadai yang dibangun dengan biaya investasi murni berasal dari masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena fasilitas sanitasi yang memadai memerlu-kan biaya investasi yang relatif tinggi dan tidak terjangkau oleh masyarakat yang tinggal di daerah spesifik. Berdasarkan hal tersebut, maka kriteria terjangkau dalam studi ini akan lebih fokus pada keterjangkauan masyarakat terhadap biaya pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas sanitasi.
Sementara itu, fasilitas sanitasi individual yang ada tidak memadai, dimana tinja dibuang langsung ke badan air tanpa melalui pengolahan.
Suatu pilihan sanitasi dapat dikatakan terjangkau apabila biaya O&M-nya dapat dijangkau sesuai dengan kemampuan masyarakat penggunanya. Pilihan sanitasi yang memiliki sistem O&M yang sederhana dan memerlukan biaya rendah merupakan pilihan sanitasi yang tepat untuk diterapkan di daerah spesifik yang cenderung memiliki kemampuan ekonomi yang rendah.
B. Sanitasi yang Berkelanjutan Disamping terjangkau secara ekonomis, diterima secara sosial, serta dilengkapi faktor teknis dan institusi yang baik, sistem sanitasi yang berkelanjutan harus melindungi lingkungan dan sumber daya alam. Saat meningkatkan kualitas fasilitas sanitasi yang ada dan/atau merancang sistem sanitasi yang baru, kriteria keberlanjutan terkait aspek-aspek di bawah ini perlu dipertimbangkan:
1. Kesehatan: termasuk risiko terpapar oleh virus/bakteri penyakit patogen dan substansi berbahaya lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat di semua titik sistem sanitasi mulai dari kakus/jamban, pengumpulan, pengolahan hingga pemanfaatan kembali atau pembuan-gan ke badan air
2. Sumber daya lingkungan dan alam: meliputi energi yang dibutuhkan, air dan sumber daya alam lainnya yang diperlu-kan untuk konstruksi, pengoperasian dan pemeliharaan sistem, dan juga potensi munculnya emisi hasil pengolahan ke lingkungan sekitar
3. Teknologi dan operasi: berkaitan dengan fungsi dan kemudahan sistem untuk dibangun, dioperasikan dan dipelihara dengan menggunakan sumber daya manusia yang ada. Aspek ini juga perlu mempertimbangkan kekuatan struktur, kerentanan terhadap bencana, kondisi dan situasi topografi serta fleksibilitas dan kemampuan penyesuaian elemen teknis terhadap infrastuktur yang ada, demografi, pembangunan sosio-ekonomi dan perubahan iklim
4. Aspek finansial dan ekonomi: berkaitan dengan kapasitas rumah tangga dan masyarakat untuk membayar layanan sanitasi, termasuk dalam tahap konstruksi, operasi dan pemeliharaan dan depresiasi sistem
5. Aspek sosial-budaya dan kelembagaan: mempertimbang-kan penerimaan sistem secara sosial-budaya dan ketepatan sistem, kenyamanan, persepsi terhadap sistem, isu jender dan dampak terhadap martabat hidup, kontribusi pada peningkatan ekonomi dan ketahanan pangan, serta aspek hukum dan kelembagaannya.
Pemilihan teknologi sanitasi yang terjangkau dan berkelanjutan adalah suatu hal yang penting namun perlu diingat bahwa adanya kebutuhan masyarakat terhadap sanitasi yang lebih memadai adalah hal yang lebih penting. Penerima manfaat merupakan pengambil keputusan akhir dalam menggunakan ataupun menolak teknologi sanitasi. Merekalah yang menentu-kan keberhasilan suatu intervensi di sektor sanitasi karena nilai dari investasi tidak hanya tergantung pada dukungan masyarakat saja, tetapi lebih pada kepedulian penerima manfaat yang merasakan dampak positif dari teknologi sanitasi yang memadai.
2. 2. Tantangan Perubahan IklimSebuah studi yang dilakukan Lloyd pada tahun 2008 menyimpul-kan bahwa perubahan iklim merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kecenderungan meningkatnya kejadian banjir. Faktor sosial-demografis seperti peningkatan penduduk dunia, dan
9
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik
10
2.2.2. Adaptasi terhadap Perubahan IklimTerkait pilihan sanitasi di daerah spesifik, strategi adaptasi perlu dilakukan di lingkungan setiap individu. Tidak ada satu solusipun untuk mengatasi risiko banjir di pesisir sehingga masyarakat diharapkan dapat menyesuaikan diri untuk menghadapi ketidakpastian kondisi lingkungannya.
Tulisan dalam Journal of Water and Climate Change (Securing 2020 vision for 2030: climate change and ensuring resilience in water and sanitation services), menjelaskan bahwa teknologi sanitasi yang memiliki kelenturan
Buku Penuntun
bertambah banyaknya kota megapolitan seringkali terkait dengan peningkatan risiko banjir. Strategi adaptasi tidak boleh dilakukan secara terpisah dari faktor-faktor tersebut. Tanpa adanya upaya yang dilakukan, kerugian dari risiko banjir di daerah pesisir pantai diperkirakan akan berlipatganda pada tahun 2030.
2.2.1. Dampak Perubahan IklimPerubahan iklim secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada kondisi sanitasi. Beberapa contoh dampak ini antara lain:• Naiknya muka air laut karena terjadinya peningkatan
temperatur berdampak pada terjadinya banjir di perairan pantai yang dapat menyebabkan masyarakat untuk secara terpaksa mengkonsumsi air yang terkontaminasi, kerusakan sistem sanitasi yang ada, ataupun memaksa terjadinya migrasi ke daerah yang terbatas fasilitas penyediaan air bersih dan sanitasinya
• Kejadian-kejadian meteorologis yang ekstrim dapat mengacaukan sistem pengolahan air serta drainase, seperti juga halnya kontaminasi pada sumur-sumur yang tak bertutup maupun air-air permukaan sehingga mengakibatkan peningkatan risiko penyebaran penyakit. Risiko-risiko ini menjadi lebih tinggi pada masyarakat yang tinggal di daerah dataran rendah maupun daerah dengan muka air tanah tinggi
Sistem pengelolaan dan infrastruktur penyediaan air bersih dan sanitasi sangat rentan terhadap ancaman perubahan iklim. Banjir menyebabkan kerusakan dan hilangnya akses ke infrastruktur tersebut baik di negara-negara berkembang maupun negara maju.
Berdasarkan peta bahaya iklim dalam studi yang dilakukan oleh “Economy and Environment Program for Southeast Asia (EEPSEA)” pada tahun 2009, maka ancaman yang paling dominan di Indonesia, terutama di wilayah bagian barat dan timur Pulau Jawa, adalah kekeringan, banjir, tanah longsor, dan naiknya muka air laut.
Oleh karena itu, adaptasi merupakan hal yang vital, sementara mitigasi melalui upaya pengurangan emisi gas rumah kaca adalah satu-satunya cara yang efektif untuk menurunkan risiko dampak perubahan iklim.
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik
Gambar 3 : Modifikasi Kerangka Kerentanan PerubahanIklim yang Terintegrasi (A. H. Dolan and I. J. Walker, 2004)
REGIONAL - NASIONAL - DUNIASumber Daya, dana, Informasi & Teknologi; Institusi, kerangka
kerja & pengambilan keputusan yang kritis
MASYARAKATKetersediaan teknologi; distribusi sumber daya, dana &
informasi kapital & kohesi sosial; kerangka kerja & pengam-bilan keputusan; persepsi resiko; hak kepemilikan; opsi
pelajaran resiko
INDIVIDUALUmur, gender, akses terhadap sumber daya,
pendidikan, persepsi resiko, opsi penjalaran resikoK
ER
EN
TA
NA
N
LingkunganBiofisik
LingkunganMasyarakat
- Sensitivitas alami- kelenturan dinamis
- Kerentanan sosial,ekonomi & budaya
-fleksibilitas
KEMAMPUAN ADAPTASI- respon & penyesuaian- strategi penanganan
IKLIMMacam & Perubahannya
PAPARAN
www.wsp.org
(resilience) rendah belum ditemukan. Resiliensi potensi perubahan iklim yang tinggi dari kakus dengan sistem cubluk dikarenakan tersedianya berbagai desain yang telah disesuaikan (yang menurunkan dampak banjir dan risiko pencemaran lingkungan), sehingga dapat diterapkan secara cepat dan sebanding dengan biaya investasi saat ini. Banjir masih menjadi ancaman utama terhadap sistem cubluk dan dapat menyebabkan pencemaran air secara signifikan.
Oleh karena itu dampak dari perubahan iklim terhadap daerah-daerah spesifik ini perlu dipelajari secara lebih mendalam dalam upaya mempersiapkan alternatif opsi-opsi sanitasi.
2.3. Tantangan Kondisi Lingkungan FisikKondisi dan tantangan yang dihadapi di masing-masing
daerah-daerah spesifik dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
2.4. Tantangan Lingkungan Non FisikTantangan utama pada aspek non-fisik lingkungan di setiap daerah spesifik dapat dikatakan tipikal. Diantaranya:1. Daerah spesifik cenderung merupakan kawasan kumuh
dengan karakteristik:2
a. Kepadatan penduduk sedang (150 – 300 jiwa/Ha) sampai tinggi (500 jiwa/Ha)
b. Dihuni oleh penduduk dengan pendapatan menengah-bawah
c. Permukiman yang tidak tertata d. Jalan akses yang sempit e. Merupakan permukiman yang semi-legal atau
bahkan ilegal f. Bangunan rumah kebanyakan semi permanen g. Sanitasi lingkungan yang kotor
11
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik
TANTANGAN Pantai & Muara Sungai Rawa &
MAT Tinggi Banjir
Gelombang air
Banjir
Variasi taraf muka air permukaan musiman
Dasar/muka tanah yang lunak & tidak stabil
Muka air tanah tinggi
Erosi
Penurunan tanah
Udara yang bersifat korosif
Keterbatasan lahan
Pola permukiman tidak teratur & kumuh
Jalan akses tidak memadai
Tabel 1 : Kondisi dan Tantangan Fisik Utama di Daerah Spesifik
Keterangan : = rumah apung; = Rumah panggung ; = Rumah di darat
2 http://organisasi.org/pengertian_definisi_ciri_daerah_slum_daerah_kumuh_area_wilayah_lingkungan_kota_belajar_geografi_sosiologi
12
2.5. Tantangan Pemilihan Komponen SanitasiInfrastuktur sanitasi pada umumnya terdiri dari 4 kom-ponen yaitu jamban, pengumpulan, pengolahan dan pembuangan/pemakaian kembali lumpur olahan. Keempat komponen tersebut dapat berada di satu lokasi dan disebut sebagai sistem setempat untuk melayani satu atau sekelom-pok kecil rumah tangga. Apabila sebagian dari komponen tersebut tidak berada di satu sumber buangan (jamban), maka sarana itu disebut sistem terpusat (off-site).
Buku Penuntun
2. Pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan lingkungan masih rendah sehingga aspek kesehatan lingkungan tidak menjadi prioritas
3. Dominasi penduduk pendatang di daerah spesifik menim-bulkan beberapa kesulitan, antara lain: pembentukan pengurus/kelompok pengelola fasilitas sanitasi, kurangnya tanggungjawab masyarakat yang hanya tinggal sementara di daerah tersebut, serta pengambilan keputusan menyang-kut pembangunan daerah
4. Keinginan masyarakat untuk tersambung ke, atau menggunakan, fasilitas sanitasi relatif tinggi, namun hal ini sangat dipengaruhi oleh kualitas layanan sanitasi yang memadai dan tingkat kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kualitas lingkungan yang lebih baik
5. Keragaman tingkat ekonomi penduduk terkadang menimbulkan kesulitan dalam penetapan struktur tarif
6. Sebagai daerah yang seringkali terpinggirkan, daerah sulit tidak menjadi prioritas bagi pemerintah sehingga monitoring dan dukungan terhadap fasilitas sanitasi tidak memadai
7. Merubah sekaligus mengakomodasi kebiasaan buang tinja yang selama ini dilakukan, sebagai upaya memutus pencemaran badan air oleh tinja
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik
Gambar 4 : Diagram Kebiasaan BAB di Daerah Sulit yang Perlu Diputus
Praktek/Kebiasaan BAB di Daerah Spesifik
Di dalam rumah Di luar dalam rumah
Lubangdi lantai
Lubang WC Lubang/JambanUmum
WC Apung/Gantung
RuangTerbuka
Pengolahan
A I R P E R M U K A A N & A I R TA N A H ( L a u t , s u n g a i , r a w a )
Gambar 5 : Berbagai Kebiasaan BAB
www.wsp.org
Intervensi penyediaan sistem sanitasi perlu mempertimbangkan keempat komponen tersebut karena sub-komponennya bervariasi tergantung pada kondisi fisik lingkungan serta aspek-aspek pemenuhan keterjangkauan dan keberlanjutan suatu sistem sanitasi.
JambanJamban merupakan tempat yang aman dan nyaman sebagai tempat buang air besar. Jamban sehat adalah fasilitas buang air besar yang dapat mencegah pencemaran badan air, mencegah kontak antara manusia dan tinja, mencegah hing-gapnya lalat atau serangga lain di tinja, mencegah bau tidak sedap, serta konstruksi dudukan (slab) yang baik, aman dan mudah dibersihkan.3
Pemilihan jenis jamban ini menjadi tantangan di daerah spesifik karena harus disesuaikan dengan keadaan daerahnya, misalnya dalam pemilihan kloset duduk atau kloset jongkok, dinding tembok atau dinding kayu, serta beratap atau tidak beratap. Sebagai contoh, kloset beton di rumah apung tidak dapat diterapkan karena bebannya yang terlalu berat. Walau-pun penetapan komponen-komponen tersebut menjadi hak dari penerima manfaat, namun kelebihan dan kekurangan dari masing-masing opsi tersebut tetap perlu diinformasikan.
Dalam Buku Penuntun ini, pilihan jamban akan dibagi menjadi dua yaitu bagian atas dan bagian tengah. Bagian atas meliputi bagian atap dan dinding, sementara bagian tengah meliputi konstruksi lubang jamban.
Pengumpulan dan PengaliranSistem pengumpulan dan pengaliran menyalurkan air limbah ke sistem pengolahan ataupun pembuangan. Jika sistem ini ditujukan untuk melayani lebih dari satu rumah tangga, maka sistem pengaliran akan menerima air limbah dari sistem jamban bersama ataupun dari beberapa rumah tangga. Pada sistem konvensional, air limbah biasanya disatukan dengan air buangan dari bagian lain rumah terse-but dan dialirkan melalui sistem perpipaan ke instalasi pengolahan air limbah.
Pemilihan sistem pengaliran juga menjadi pertimbangan dalam penetapan opsi sistem sanitasi. Pada perumahan
apung sistem perpipaan tidak akan dapat diterapkan. Dengan mempertimbangkan faktor ketersediaan lahan, maka sistem small bore sewer akan lebih cocok diterapkan di rumah panggung ataupun rumah di darat.
Kekuatan penyangga sistem perpipaan di daerah pantai ataupun sungai yang dipengaruhi oleh gelombang air perlu menjadi perhatian. Penyangga yang terbuat dari kayu mudah patah oleh gelombang ataupun lapuk karena terma-kan air sehingga kerusakan penyangga tersebut akan menyebabkan kerusakan pada sistem perpipaan.
Tantangan yang dihadapi dalam penerapan sistem perpipaan di daerah spesifik, khususnya untuk perumahan panggung, adalah ketidakteraturan tiang penyangga rumah yang menyu-litkan pemasangan jalur pipa di bawah rumah. Salah satu solus-inya adalah menempelkan perpipaan di bawah jalan akses.
Penyambungan perpipaan harus dilakukan secara benar dan teliti untuk menghindari lepasnya sambungan oleh gelombang. Selain itu, hal itupun diperlukan untuk menjamin bahwa air laut (untuk sistem di daerah pantai) tidak akan masuk ke dalam sistem ataupun bahkan sebaliknya, air limbah tidak boleh keluar dari sistem perpipaan sehingga mencemari perairan sekitarnya.
PengolahanJenis pengolahan yang akan diterapkan di daerah spesifik sangat tergantung pada kondisi wilayahnya. Sebagai contoh, pengolahan air limbah di daerah pantai sebaiknya tidak menggunakan logam yang memiliki sifat korosif.
Taraf muka air tanah, penempatan instalasi pengolahan (di air atau di darat), kepadatan penduduk serta beberapa faktor lingkungan lainnya akan berpengaruh pada pemilihan opsi teknologi sanitasi. Sebagai contoh, penerapan tangki septik dengan sistem resapan di muka air tanah yang tinggi tidak direkomendasikan selain karena risiko pencemaran akibat kebocoran, juga karena sulitnya pembangunan di lokasi yang berair. Di daerah dengan muka air tanah tinggi, peng-gunaan tangki septik yang dilengkapi dengan upflow filter masih memungkinkan, seperti tampak pada gambar berikut:
13
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik
3 “Informasi Pilihan Jamban Sehat”, WSP, 2009
14
lumpur ke lingkungan. Kegiatan ini harus dilakukan dengan mempertimbangkan risiko pencemaran air. Pembuangan dapat diartikan sebagai pembuangan air limbah olahan langsung ke badan air terdekat (misalnya pantai atau sungai); lumpur tinja ke tanah; dan gas sebagai hasil olahan lainnya ke udara.
Salah satu faktor penting dalam pembuangan lumpur tinja adalah cara penyedotan. Terdapat dua teknik yang umum dilakukan, yaitu secara mekanis dengan menggunakan pompa ataupun secara manual. Penyedotan lumpur tinja secara reguler ini perlu didukung oleh keberadaan layanan penyedotan, terutama di daerah perkotaan.
Daerah spesifik yang kumuh dengan jalan akses yang terbatas memerlukan solusi teknis penyedotan lumpur tinja yang berbiaya rendah. Tangki penyedotan lumpur tinja portable yang khusus dirancang untuk daerah tersebut merupakan salah satu teknologi alternatif, contohnya vacutug.
Penyedotan lumpur tinja secara manual dapat menjadi salah satu alternatif pengurasan, namun kegiatan ini harus dilaku-kan dengan mempertimbangkan keamanan pelakunya. Ketersediaan peralatan pengaman sangat diperlukan. Satu
Buku Penuntun
Penerapan pengolahan biofiltrasi dengan tangki fiberglass di daerah spesifik, khususnya daerah rawa dan muka air tanah tinggi, terkendala oleh besarnya kekuatan tekanan air tanah yang dapat menyebabkan tangki fiberglass menjadi terang-kat. Hal ini dapat ditangani dengan memberi konstruksi tambahan berupa penutup beton.
Pada daerah pesisir/laut, tantangan yang dihadapi adalah sifat air laut yang dapat mempengaruhi kinerja pengolahan. Masuknya air laut ke dalam sistem dapat menghambat proses dekomposisi biologis didalam pengolahan, dan oleh karena itu kebocoran sistem perpipaan air limbah maupun pembilasan menggunakan air laut perlu dihindari.
Dalam beberapa kasus, instalasi pengolahan terpaksa dibangun di perairan dikarenakan keterbatasan ketersediaan lahan. Insta-lasi ini akan memerlukan sistem pondasi khusus seperti misal-nya penerapan sistem cerucuk yang dapat mencegah amblasnya konstruksi instalasi pengolahan atau dengan sistem phonton (kontruksi terletak diatas drum plastik bekas, sehingga dapat mengikuti turun naiknya muka air permukaan).
Pembuangan atau Pemakaian KembaliKomponen akhir dari infrastruktur sanitasi berkaitan dengan pengembalian atau pelepasan air limbah olahan dan
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik
Le
Lubang pemeriksaan
Pipa udara (55mm)
Pipa PVC 110 mm
bak efluentangkiseptik
Tinggi mediamedia filter
Lubang udara
Lf
Tutup dari kawat ayakan
Gambar 6 : Tangki Septik dengan Upflow Filter
www.wsp.org
hal yang harus diperhatikan adalah tidak boleh ada seorang-pun yang diperbolehkan masuk ke dalam tangki pengolahan tinja tanpa peralatan yang memadai. Lumpur tinja dari unit pengolahan dapat dibuang/digunakan kembali dengan cara:• Membuang langsung ke badan air terdekat setelah
lumpur terolah dan tidak berbahaya bagi lingkungan
• Dibuat kompos dan dimanfaatkan untuk pemupukan
• Dikubur (untuk volume tinja yang sedikit) dengan menggunakan lapisan-lapisan penutup dan kondisi tanahnya memungkinkan
• Dibuang ke kolam pengering (sludge drying beds)
Hal lain terkait pembuangan lumpur tinja adalah kesiapan pemerintah daerah untuk menampung dan mengolah lumpur tinja tersebut. Oleh karena itu ketersediaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) sangat dibutuhkan untuk mendukung intervensi di sektor sanitasi air limbah domestik ini, sekaligus dalam penentuan opsi sistem pengelolaan lumpur tinja.
2. 6. TANTANGAN PEMILIHAN OPSI TEKNOLOGI PENGOLAHAN 2.6.1. Opsi Teknologi Pengolahan yang TersediaPada dasarnya telah cukup banyak opsi teknologi pengolahan air limbah yang dapat diterapkan. Kesulitan timbul pada saat pemilihan teknologi yang paling tepat dan efisien terkait kondisi lingkungan yang ada, khususnya untuk daerah spesifik. Langkah penyesuaian perlu dilakukan agar teknologi yang ada dapat diterapkan.
Secara umum, beberapa teknologi dasar yang biasa diterap-kan di Indonesia adalah teknologi tangki septik dengan sistem resapan, anaerobic baffled reactor (ABR), anaerobic upflow filter (AUF), biofiltrasi, dan rotating biological contactor (RBC). Disamping itu, terdapat beberapa teknologi tepat guna seperti Tripikon-S dan T-Pikon-H.
Dalam penerapannya, opsi teknologi sistem pengolahan air limbah sangat tergantung pada kebutuhan atau kapasitas pengolahan, kondisi lingkungan, ketersediaan ruang, serta kemampuan pengguna atau pengelola dalam mengoperasi-kan dan memeliharanya.
A. Tangki Septik KonvensionalFungsi tangki septik konvensional adalah untuk mengolah air limbah domestik dengan memanfaatkan proses biologis melalui pemisahan padatan dari cairan dimana padatan tersebut akan secara anaerobik terdekomposisi sementara airnya akan dialirkan ke sistem pembuangan. Tangki septik konvensional yang dilengkapi dengan sistem resapan meru-pakan metode yang paling umum untuk pengolahan air limbah rumah tangga dari perumahan yang tidak tersam-bung dengan sistem perpipaan air buangan.
Tangki septik konvensional merupakan sistem pengolahan air limbah rumah tangga yang paling banyak digunakan untuk sistem individual di Indonesia.
B. Anaerobic Baffled ReactorAnaerobic baffled reactor (ABR) dapat dikatakan sebagai pengembangan tangki septik konvensional. ABR terdiri dari kompartemen pengendap yang diikuti oleh beberapa reaktor baffle. Baffle ini digunakan untuk mengarahkan aliran air ke atas (upflow) melalui beberapa seri reaktor selimut lumpur (sludge blanket). Konfigurasi ini memberi-kan waktu kontak yang lebih lama antara biomasa anaerobik dengan air limbah sehingga akan meningkatkan kinerja pengolahan. Dari setiap kompartemen tersebut akan dihasil-kan gas.
Teknologi sanitasi ini dirancang menggunakan beberapa baffle vertikal yang akan memaksa air limbah mengalir keatas melalui media lumpur aktif. Pada ABR ini terdapat tiga zone operasional: asidifikasi, fermentasi, dan buffer. Zone asidifikasi terjadi pada kompartemen pertama dimana nilai pH akan menurun karena terbentuknya asam lemak
15
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik
Gambar 7 : Tangki septik konvensional
16
D. Rotating Biological ContactorRotating biological contactor (RBC) merupakan salah satu sistem pengolahan air limbah secara aerobik dengan sistem lapisan tetap (aerobic fixed film system). RBC sendiri merupa-kan media tempat menempelnya mikroorganisme aerobik. Dalam sistem RBC terdapat tiga unit utama, yaitu: (Elisabeth v. Münch, 2005)a. Zona primer: tangki sedimentasi dimana air limbah
masuk dan padatan akan terendapkan untuk kemudian dibuang dengan penyedotan. Proses anaerobik dapat pula terjadi pada zona ini
b. RBC: dimana pengolahan secara biologis terjadi. Sejumlah cakram (disk) menempel pada tuas pemutar dan sebagian dari cakram ini akan terendam oleh air buangan sehingga akan terbentuk lingkungan biomasa aktif pada media. RBC ini secara perlahan berputar pada porosnya sehingga biomasa yang ada dapat kontak dengan air limbah maupun oksigen di atmosfir secara bergantian
c. Zona pengendapan akhir: dimana terjadi pengendapan campuran air limbah yang telah terolah dan biomasa yang berlebih.
Buku Penuntun
volatil dan setelahnya akan meningkat lagi karena meningkat-nya kapasitas buffer. Zona buffer digunakan untuk menjaga agar proses berjalan dengan baik. Gas methan dihasilkan pada zona fermentasi.
C. Anaerobic Upflow FilterAnaerobic upflow filter (AUF) merupakan proses pengola-han air limbah dengan metode pengaliran air limbah ke atas melalui media filter anaerobik. Sistem AUF ini memiliki waktu detensi yang panjang dan akan menghasilkan efluen anaerob serta biasanya digunakan untuk mengolah air limbah yang telah diolah sebelumnya dan juga perlu ada pengolahan lanjutan untuk mendapatkan efluen yang memenuhi standar.
Mekanisme dasar pengolahan pada sistem ini adalah secara fisik, yaitu flokulasi, sedimentasi dan adsorpsi. Proses atau reaksi biologis secara anaerob sangatlah lambat dan tidak memiliki dampak penurunan BOD yang signifikan kecuali dengan waktu detensi yang lama. Namun beberapa organik toksik dapat dikurangi melalui mekanisme fisik dan presipi-tasi kimiawi (misalnya dengan sulfit) pada waktu detensi yang lebih pendek.(Onsite Wastewater Treatment Systems Technology Fact Sheet 5, EPA)
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik
Gambar 8 : Anaerobic Baffled Reactor
Gambar 9 : Anaerobic Upflow FilterGambar 10 : Rotating Biological Contactor
www.wsp.org
E. BiofiltrasiBiofiltrasi merupakan teknologi pengolahan air limbah yang memanfaatkan material hidup untuk menangkap dan secara biologis mendegradasi polutan didalamnya. Biofiltrasi air limbah domestik merupakan proses pengolahan yang unik dibandingkan dengan pengolahan biologis lainnya dimana mikroorganisme menempel pada media kontak dan air limbah dialirkan melewatinya untuk diolah. Teknologi biofiltrasi ini secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu (a) sistem konvensional dimana mikroorgan-isme menempel secara alami pada media kontak dan (b) penempelan mikroorganisme secara artifisial pada material polimer. Dalam sistem biofiltrasi modern, mikroorganisme ditempelkan pada media kontak atau diperangkap dalam suatu membran sehingga dapat lebih meningkatkan penyisi-han BOD dan padatan tersuspensi dibandingkan dengan teknologi biofiltrasi konvensional.
Lebih jauh lagi, penyisihan BOD dan padatan tersuspensi dalam air limbah dapat tercapai dengan baik apabila mekan-isme dan parameter yang mempengaruhi kekuatan penem-pelan biofilm pada permukaan artifisial dapat diketahui dan dikontrol.(Pract. Periodical of Haz., Toxic, and Radioactive Waste Mgmt, Oct 2006).
F. Tripikon-S dan T-Pikon-H Tripikon-S (Tri/Tiga Pipa Konsentris-Septik) merupakan salah satu alternatif pengolahan air limbah domestik yang pada awalnya dikembangkan oleh Laboratorium Teknik Sipil Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Teknologi ini
dikembangkan untuk menjawab tantangan kondisi lingkun-gan yang dihadapi di daerah yang terpengaruh pasang surut, seperti misalnya daerah pesisir pantai, muara, sungai, maupun rawa. Teknologi ini dapat diterapkan untuk toilet individual maupun komunal.
Kemudian teknologi Tripikon-S ini dikembangkan lebih lanjut oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dengan melakukan perubahan dan rancang ulang sistem, menghasil-kan T-Pikon-H (T Pipa Horisontal).
Pengolahan yang terjadi dalam T-Pikon-H ini adalah secara semi-aerob dan anaerob. Konsep dasar pengolahan adalah dengan menggunakan 3 pipa, yaitu: (a) pipa kecil sebagi inlet dari toilet; (b) pipa medium sebagai tempat terjadinya proses dekomposisi biologis, dan (c) pipa besar sebagai pelimpah (overflow) efluen. Ketiga pipa tersebut diatur secara konsentris.
Kinerja kedua sistem ini masih perlu dikaji lebih lanjut, namun bila dilihat dari ide pengolahannya, maka sistem ini dapat menjadi salah satu alternatif pengolahan air limbah yang potensial untuk dikembangkan. Dalam studi ini, sistem T-Pikon-H menjadi salah satu rekomendasi, dengan catatan bahwa kinerja pengolahan belum diketahui secara pasti.
2.6.2. Perbandingan Alternatif Teknologi Pengolahan di Daerah SpesifikTeknologi pengolahan yang ada memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, seperti terlihat pada Tabel 2.
17
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik
Gambar 11 : Tripikon-S (kiri) dan T-Pikon-H (kanan)
18 Buku Penuntun
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik
Tab
el 2
: P
erb
and
ing
an O
psi
Tek
nolo
gi P
eng
ola
han
Sis
tem
P
eng
ola
han
A
plik
asi
Pem
elih
araa
n
Kel
ebih
an
Kek
ura
ng
an
Kes
esu
aian
di
Dae
rah
Su
lit
TA
NG
KI S
EP
TIK
•
Coc
ok u
ntuk
jam
ban
prib
adi a
taup
un ja
mba
n be
rsam
a •
Han
ya m
engo
lah
bla
ck
wa
ter
saja
, kec
uali
tela
h di
laku
kan
peng
olah
an
pend
ahul
uan
pada
gra
y w
ate
r.
• U
ntuk
kon
disi
muk
a ai
r ≥
2 m
dan
kel
ulus
an a
ir ≥
2 x
10-2
m/ja
m,
jum
lah
jiwa
10
s/d
50 ji
wa
digu
naka
n bi
dang
res
apan
•
Unt
uk k
ondi
si m
uka
air ≥
2 m
dan
kel
ulus
an a
ir ≥
2 x
10-2
m/ja
m ju
mla
h jiw
a ≤
10 ji
wa
digu
naka
n su
mur
re
sapa
n
• T
idak
bol
eh d
i dae
rah
MA
T ti
nggi
•
Tid
ak b
oleh
dite
rapk
an d
i da
erah
pad
at
• H
arus
mem
iliki
aks
es
peng
uras
an
• Ja
rak
sist
em r
esap
an k
e
sum
ber
air
bers
ih 1
0 m
• P
engu
rasa
n ha
rus
berk
ala
2-3
tahu
n •
Tid
ak b
oleh
ada
bah
an
kim
ia b
erba
haya
mas
uk k
e da
lam
sep
tik
• Lu
mpu
r ha
sil p
engu
rasa
n ha
rus
dibu
ang
ke in
stal
asi
peng
olah
an lu
mpu
r tin
ja
• D
apat
men
ggun
akan
mat
eria
l lok
al
• U
mur
pel
ayan
an p
anja
ng
• B
ebas
mas
alah
lala
t da
n ba
u ap
abila
dira
ncan
g de
ngan
ben
ar
• B
iaya
inve
stas
i rel
atif
rend
ah, b
iaya
O
&M
terg
antu
ng h
arga
sat
uan
air
dan
peng
uras
an
• K
eper
luan
laha
n ta
nah
keci
l •
Tid
ak p
erlu
ene
rgi l
istr
ik
• E
fisie
nsi p
engo
laha
n (r
eduk
si B
OD
) re
ndah
50-
60%
Tid
ak b
oleh
terk
ena
banj
ir
• E
fluen
dan
lum
pur
tinja
m
asih
per
lu p
engo
laha
n la
njut
an
• M
emer
luka
n su
mbe
r ai
r ya
ng k
onst
an
• R
umah
di d
arat
TA
NG
KI S
EP
TIK
D
EN
GA
N
UP
FLO
W
FIL
TE
R
• C
ocok
unt
uk ja
mba
n pr
ibad
i ata
upun
jam
ban
bers
ama
deng
an p
emak
ai
≤ 50
ora
ng (
10 K
K)
• C
ocok
unt
uk d
aera
h M
AT
tin
ggi
• H
arus
mem
iliki
aks
es
peng
uras
an
• P
engu
rasa
n ha
rus
berk
ala
2-3
tahu
n •
Tid
ak b
oleh
ada
bah
an
kim
ia b
erba
haya
mas
uk k
e da
lam
sep
tik
• Lu
mpu
r ha
sil p
engu
rasa
n ha
rus
dibu
ang
ke in
stal
asi
peng
olah
an lu
mpu
r tin
ja
• D
apat
men
ggun
akan
mat
eria
l lok
al
• U
mur
pel
ayan
an p
anja
ng 2
– 3
ta
hun
• B
ebas
mas
alah
lala
t da
n ba
u ap
abila
did
esai
n de
ngan
ben
ar
• B
iaya
inve
stas
i ren
dah,
bia
ya O
&M
te
rgan
tung
har
ga s
atua
n ai
r da
n pe
ngur
asan
•
Tid
ak p
erlu
ene
rgi l
istr
ik
• D
apat
men
gola
h bl
ack
wat
er d
an
gray
wat
er
• E
fisie
nsi p
engo
laha
n (r
eduk
si B
OD
) r
enda
h 5
0 –
60%
•
Tid
ak b
oleh
terk
ena
banj
ir
• E
fluen
dan
lum
pur
tinja
m
asih
per
lu p
engo
laha
n la
njut
an
• M
emer
luka
n su
mbe
r ai
r ya
ng k
onst
an
• R
umah
pan
ggun
g
• R
umah
di d
arat
AN
AE
RO
BIC
B
AF
FLE
D
RE
AC
TO
R (
AB
R)
• C
ocok
unt
uk li
ngku
ngan
ke
cil
• D
apat
men
gola
h B
lack
w
ater
dan
gra
y w
ater
•
AB
R te
rpus
at s
anga
t co
cok
jika
tekn
olog
i pe
nyed
otan
dan
pe
ngan
gkut
an s
udah
ada
•
Tid
ak b
oleh
dite
rapk
an d
i da
erah
MA
T t
ingg
i •
Har
us m
emili
ki a
kses
pe
ngur
asan
• P
enge
ndal
ian
lum
pur
haru
s di
laku
kan
di s
etia
p ko
mpa
rtem
en u
ntuk
m
ence
gah
busa
/lapi
san
koto
ran
(scu
m)
terla
lu te
bal
• Lu
mpu
r ha
rus
diku
ras
setia
p 2-
3 ta
hun
• Lu
mpu
r ha
sil p
engu
rasa
n ha
rus
dibu
ang
ke in
stal
asi
peng
olah
an lu
mpu
r tin
ja
• T
ahan
ter
hada
p flu
ktua
si b
eban
hi
drol
is d
an z
at o
rgan
ik
• D
apat
men
gola
h bl
ack
wat
er d
an
gray
wat
er
• D
apat
men
ggun
akan
mat
eria
l lok
al
• U
mur
pel
ayan
an p
anja
ng
• E
fisie
nsi p
engo
laha
n za
t or
gani
k tin
ggi
• B
iaya
inve
stas
i ser
ta O
&M
mod
erat
• M
emer
luka
n su
mbe
r ai
r ya
ng k
onst
an
• E
fluen
per
lu p
engo
laha
n la
njut
an s
ebel
um d
ibua
ng,
lum
pur
perlu
pen
gola
han
lanj
utan
•
Pen
urun
an z
at p
atog
en
rend
ah
• R
umah
pan
ggun
g
• R
umah
di d
arat
ANAE
RO
BIC
U
PFL
OW
FI
LTE
R
(AU
F)
• U
ntuk
rum
ah in
divi
dual
da
n be
bera
pa ru
mah
•
Bis
a m
engo
lah
blac
k w
ater
dan
gra
y w
ater
•
Mer
upak
an u
nit
peng
olah
an la
njut
an
sete
lah
unit
peng
olah
an
prim
er
• C
ocok
unt
uk
men
ingk
atka
n ku
alita
s ef
luen
seb
elum
dib
uang
ke
bad
an a
ir pe
nerim
a •
Tida
k bo
leh
tere
ndam
ba
njir
• P
erlu
dila
kuka
n pe
mbe
rsih
an fi
lter s
ecar
a be
rkal
a
• P
enur
unan
zat
org
anik
ting
gi
• D
apat
men
gata
si b
eban
zat
org
anik
hi
ngga
10
Kg
BO
D/m
3/ha
ri
• M
ater
ial f
ilter
dap
at m
engg
unak
an
baha
n lo
kal
• E
fluen
dap
at la
ngsu
ng d
ibua
ng k
e ba
dan
air p
ener
ima
• P
ori-p
ori f
ilter
mud
ah
ters
umba
t apa
bila
mas
ih
ada
pada
tan
terb
awa
sete
lah
peng
olah
an p
rimer
•
Tida
k bo
leh
tere
ndam
ban
jir
• P
engo
laha
n pe
ndah
ulua
n di
perlu
kan
untu
k m
ence
gah
peny
umba
tan
• R
umah
pan
ggun
g •
Rum
ah d
i dar
at
www.wsp.org 19
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik
Sist
em
Peng
olah
an
Apl
ikas
i Pe
mel
ihar
aan
Kel
ebih
an
Kek
uran
gan
Kes
esua
ian
di
Dae
rah
Sulit
2.6.
3. A
spek
Pen
gkaj
ian
Ops
i San
itasi
Pem
iliha
n op
si sa
nita
si di
dasa
rkan
pad
a ka
jian
terh
adap
asp
ek t
ekni
s m
aupu
n no
n te
knis.
Aspe
k te
knis
meli
puti:
1. B
iaya
inve
stasi
2. K
emud
ahan
dal
am p
emba
ngun
an3.
Kes
esua
ian
desa
in te
rhad
ap li
ngku
ngan
4.
Kin
erja
pen
gola
han
5. D
aya
taha
n str
uktu
r6.
Kem
ungk
inan
unt
uk d
irepl
ikas
i7.
Aks
es u
ntuk
pen
gura
san
tinja
8. K
emud
ahan
dal
am p
engo
pera
sian
dan
pem
eliha
raan
9. K
eter
sedi
aan
suku
cad
ang
Aspe
k no
n-te
knis
yang
dik
aji d
alam
stu
di
ini m
elipu
ti:1.
Pen
erim
aan
mas
yara
kat t
erha
dap
pilih
an
sani
tasi
yang
ada
2. K
eber
adaa
n sis
tem
pen
gelo
laan
3. B
iaya
pen
gope
rasia
n da
n pe
meli
hara
an4.
Per
an
pem
erin
tah
daer
ah
dala
m
m
enye
diak
an la
yana
n pe
nyed
otan
tinj
a5.
Ket
erlib
atan
pem
erin
tah
daer
ah d
alam
m
eman
tau
siste
m s
anita
si ya
ng t
elah
diba
ngun
Peng
kajia
n as
pek
tekn
is da
n no
n-te
knis
seca
ra le
bih
rinci
dap
at d
iliha
t pa
da T
abel
2, 3
dan
4.
Pene
rapa
n op
si sa
nita
si
dala
m
Buku
Pe
nunt
un in
i did
asar
kan
pada
asu
msi
tela
h di
laku
kann
ya p
emic
uan
sani
tasi
sehi
ngga
m
asya
raka
t m
enya
dari
pent
ingn
ya fa
silita
s sa
nita
si ba
gi k
eseh
atan
, ser
ta b
erke
ingi
nan
untu
k m
engh
entik
an p
rakt
ik B
AB se
mba
-ra
ngan
.
TA
TIN
G
LO
GIC
AL
N
TA
CT
OR
C
)
• D
ap
at
dig
una
kan
se
cara
ko
mu
na
l dan
ka
wa
san
•
Me
rup
aka
n u
nit
pe
ng
ola
ha
n la
nju
tan
se
tela
h u
nit
prim
er
• S
asa
ran
nya
untu
k d
itera
pka
n p
ad
a ju
mla
h
pe
nd
ud
uk
keci
l sa
mpa
i m
ed
ium
•
Uku
ran
pa
ling
keci
l un
tuk
10
– 1
5 K
K
• T
ers
ed
ia d
ala
m b
en
tuk
un
it m
odu
l
• P
en
yuci
an
den
gan
p
en
yem
pro
tan p
irin
gan
ya
ng
men
ga
nd
ung
bio
masa
b
erl
ebih
se
tiap
sa
tu a
tau
d
ua
bu
lan
•
Pe
lum
asa
n d
en
gan
min
yak
pe
lum
as
un
tuk
ba
gia
n
pe
rala
tan
ya
ng
be
rge
rak
• P
em
be
rsih
an
lum
pu
r tin
ja
yan
g m
en
ge
nd
ap
se
tiap
sa
tu a
tau d
ua b
ula
n
• K
eb
utu
ha
n la
han
ke
cil
• D
ap
at
be
rta
ha
n te
rha
da
p k
eju
tan
b
eb
an o
rgan
ik d
an
hid
rolis
• E
fisie
nsi
pen
uru
na
n B
OD
tin
gg
i (9
0
– 9
5%
)
• K
eb
utu
ha
n p
em
elih
ara
an
da
n
en
erg
i re
nd
ah
•
Pe
ng
erin
gan
ke
lebih
an
lum
pu
r m
ud
ah
dila
kuka
n
• M
ed
ia k
on
tak
tidak
ters
edia
d
i pasa
r •
Bia
ya in
vest
asi
pe
rala
tan
m
eka
nik
al t
ing
gi
• H
aru
s te
rlin
du
ng
da
ri h
uja
n,
an
gin
, si
na
r m
ata
ha
ri d
an
p
en
gru
saka
n
• R
isik
o k
eru
saka
n p
ad
a
pe
rala
tan
pe
mu
tar
(sh
aft
) d
an
me
dia
•
Bia
ya O
&M
tin
gg
i •
Me
nim
bu
lka
n b
au
• R
um
ah
pa
ng
gu
ng
•
Ru
ma
h d
i da
rat
FIL
TE
R
• D
ap
at
dig
una
kan
un
tuk
sist
em
indiv
idu
al m
au
pu
n
kom
un
al
• C
oco
k d
itera
pka
n d
i d
ae
rah M
AT
tin
gg
i da
n
da
era
h s
pe
sifik
•
Pe
rlu
ad
a s
trukt
ur
khusu
s d
ala
m p
em
asa
ng
an
nya
• T
ida
k b
ole
h a
da
sam
pah
ya
ng
masu
k ke
dala
m
sist
em
•
Pe
ng
ura
san h
aru
s be
rka
la >
6
ta
hun
• T
ida
k m
em
erlu
kan
sis
tem
p
ere
sap
an
•
Tid
ak
me
me
rlu
kan
en
erg
i lis
trik
•
Mu
da
h d
ala
m p
em
asa
nga
n
• M
ob
ilisa
si p
era
lata
n r
ela
tif m
ud
ah
•
Efis
ien
si p
en
uru
na
n B
OD
bis
a le
bih
d
ari
90
% -
97
%
• E
flue
n a
ma
n u
ntu
k d
ibu
ang
ke
ba
da
n a
ir, a
pala
gi b
ila d
iiku
ti d
en
gan
klo
rin
asi
•
Uku
ran
keci
l, p
rakt
is,
tidak
pe
rlu d
i-co
r •
Ma
sa p
aka
i leb
ih la
ma
ka
rena
e
nd
apa
n lu
mp
ur
rela
tive
lebih
se
dik
it
• T
erb
ua
t d
ari f
ibe
rgla
ss (
an
ti boco
r d
an
tah
an
ko
rosi
)
• T
ida
k d
ap
at
dib
ua
t di
lap
ang
an
•
Su
ku c
ada
ng
te
rka
da
ng
su
lit
did
apa
tka
n,
teru
tam
a u
ntu
k d
ae
rah d
i lu
ar
Pu
lau
Ja
wa
• R
um
ah
ap
un
g
• R
um
ah
pa
ng
gu
ng
•
Ru
ma
h d
i da
rat
PIK
ON
-S
• D
ap
at
dig
una
kan
un
tuk
syst
em
ind
ivid
ua
l •
Co
cok
dite
rapka
n d
i d
ae
rah M
AT
tin
gg
i •
Sa
sara
nn
ya u
ntu
k d
itera
pka
n s
kala
ind
ivid
ua
l •
Dig
un
aka
n h
an
ya u
ntu
k m
en
go
lah
bla
ck w
ate
r
• T
ida
k b
ole
h a
da
sam
pah
ya
ng
masu
k ke
dala
m
sist
em
• D
ap
at m
en
gg
una
kan
ma
teria
l lo
kal
• K
eb
utu
ha
n la
han
ke
cil
• E
fisie
nsi
pen
uru
na
n B
OD
5 s
eki
tar
75
%
• K
ap
asi
tas
pen
gola
han
nya
ke
cil
• S
ulit
da
lam
me
laku
kan
pe
ng
ura
san
•
Efis
ien
si p
en
gola
han
be
lum
d
iketa
hui s
eca
ra je
las
• R
um
ah
pa
ng
gu
ng
•
Ru
ma
h d
i da
rat
KO
N-H
•
Sa
ng
at co
cok
dite
rapka
n
di r
um
ah
ap
ung
•
Dite
rapka
n u
ntu
k sk
ala
in
div
idu
al a
tau k
om
una
l ke
cil
• D
igu
naka
n h
an
ya u
ntu
k m
en
go
lah
bla
ck w
ate
r
• T
ida
k b
ole
h a
da
sam
pah
ya
ng
masu
k ke
dala
m
sist
em
• D
ap
at m
en
gg
una
kan
ma
teria
l lo
kal
• D
ap
at
dik
erjaka
n o
leh t
ena
ga
loka
l •
Se
maki
n b
esa
r ka
pasi
tas
ma
kin
se
ma
kin
be
sar
pu
la
lah
an y
an
g d
ipe
rlu
kan
•
Pe
ng
ura
san s
ulit
dila
kuka
n
• R
um
ah
ap
un
g
• R
um
ah
pa
ng
gu
ng
•
Ru
ma
h d
i da
rat
20 Buku Penuntun
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Kaji Ulang Sanitasi, Teknologi Dan Tantanganya Di Daerah Spesifik
Kemudahan dalampembangunan
Kesesuaian desain terhadap lingkungan
Kinerja pengolahan
Daya tahan struktur
Kemungkinan replikasi
Akses pengurasan tinja
Kemudahan dalam O&M
Ketersediaan suku cadang
ASPEK DESKRIPSI PENGARUH
Tabel 4 : Deskripsi dan Pengaruh Aspek Non-Teknis Terhadap Keterjangkauan dan Keberlanjutan Sistem Sanitasi
ASPEK DESKRIPSI PENGARUH
Tabel 3 : Deskripsi dan Pengaruh Aspek Teknis Terhadap Keterjangkauan dan Keberlanjutan Sistem Sanitasi
Biaya Investasi
Biaya investasi adalah total biaya pembangunan fasilitas sanitasi. Tinggi rendahnya biaya investasi ditentukan dari total investasi dibandingkan dengan jumlah KK yang dilayani. Biaya investasi ini bisa berasal dari masyarakat, pemerintah, LSM ataupun lembaga donor atau swasta lainnyaKeinginan masyarakat untuk memiliki sarana sanitasi tidak terlepas dari kesulitan atau kemudahan pembangunannya. Fasilitas sanitasi yang akan dibangun harus memiliki konstruksi yang dapat dibangun oleh masyarakat sehingga keterlibatan masyarakat akan meningkatkan rasa kepemilikannya
Kesesuaian desain berkaitan dengan kesesuaian struktur yang dibangun di daerah spesifik tertentu. Sarana sanitasi dapat dikatakan sesuai apabila mampu mengantisipasi berbagai karakteristik lingkungannya
Kinerja pengolahan tidak menjadi penentu keterjangkauan maupun keberlanju-tan suatu sistem pengolahan, namun aspek ini penting untuk menentukan efektifitas sistem pengolahan dan mengurangi risiko pencemaran lingkungan sebagai tujuan utama pengolahan air buangan Daya tahan struktur suatu sistem pengolahan terhadap kondisi lingkungan dapat mempengaruhi keberlanjutan suatu sistem. Semakin kokoh strukturnya, maka kalkulasi nilai investasi akan semakin rendah
Desain sistem pengolahan yang sederhana dan berbiaya rendah lebih mudah untuk direplikasi. Sistem pengolahan diharapkan dapat direplikasi oleh anggota masyarakat ataupun pemerintah daerah
Akses pengurasan tinja sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan suatu sistem pengolahan karena pengurasan tinja merupakan hal yang sangat penting dalam mempertahankan kinerja pengolahan
Sistem O&M yang mudah akan meningkatkan kinerja pengolahan. Sistem O&M yang rumit dan sulit untuk dilakukan akan mengurangi keinginan pengguna terutama pengelola untuk menjaga keberlanjutan sistem. Hal inipun terkait kondisi dimana pekerjaan O&M yang dilakukan dipandang kotor dan menjijikan
Ketersediaan suku cadang di pasar lokal sangat penting untuk menjaga keberlanjutan suatu sistem. Kesulitan mencari suku cadang mengganggu kinerja sistem. Kerusakan sistem akan menimbulkan berbagai masalah seperti bau dari pipa yang bocor dan masuknya air laut ke dalam sistem
Aspek ini sangat penting untuk keberlanjutan oleh karena sistem yang dapat diterima oleh masyarakat akan meningkatkan keinginan masyarakat untuk tersambung ke sistem yang ada serta membayar layanan (kebutuhan ekonomi)
Keberadaan pengelola fasilitas sanitasi sangat penting untuk memastikan keberlanjutan fasilitas terutama dalam hal pengelolaan pemungutan tarif, supervisi, operasi dan pemeliharaan, perbaikan, dan penyedotan tinja
Dana yang diperoleh dari pemungutan tarif diperlukan untuk memastikan bahwa O&M dilaksanakan secara benar, termasuk biaya penyedotan, perbaikan, dan lain-lain. Semakin rendah biaya O&M, semakin rendah tarif yang harus dibayar oleh pengguna sehingga membuat sistem lebih terjangkau
Pemerintah daerah perlu menjamin bahwa layanan penyedotan tinja tersedia dan tempat pembuangan lumpur tinja dilakukan secara aman (misalnya dengan adanya Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja). Layanan penyedotan dapat dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta
Pemerintah daerah seharusnya melakukan pemantauan terhadap fasilitas sanitasi yang ada secara berkala untuk memastikan fasilitas tersebut beroperasi secara baik, mengevaluasi keuntungan dan kerugian sistem yang ada, serta memberikan dukungan apabila diperlukan. Pemantauan secara berkala akan membantu memastikan keberlanjutan sistem dan juga perencanaaan pengem-bangan
KETERJANGKAUAN
KEBERLANJUTAN
LINGKUNGAN
KEBERLANJUTAN
KEBERLANJUTAN
KEBERLANJUTAN
KEBERLANJUTAN
KEBERLANJUTAN
KETERJANGKAUAN
KETERJANGKAUAN
KEBERLANJUTAN&
KETERJANGKAUAN
KEBERLANJUTAN&
KETERJANGKAUAN
KEBERLANJUTAN&
LINGKUNGAN
KEBERLANJUTAN&
KETERJANGKAUAN
Penerimaan serta keinginan membayar dari masyarakat
Keberadaan pengelola
Biaya O&M
Peran pemerintah dalam penyedotan
Pemantauan dari pemerintah daerah
www.wsp.org
3.1 PEMILIHAN SISTEM SETEMPAT ATAU SISTEM TERPUSATTerdapat banyak pilihan sistem sanitasi yang memadai, mulai dari cubluk sederhana sampai dengan sistem perpipaan dengan instalasi pengolahan air buangan yang modern. (WHO & OECD EAP Task Force Secretariat, 2005)
Sistem sanitasi secara umum dibagi menjadi dua kategori, yaitu sistem setempat (on-site system) dan sistem terpusat (off-site system).
Penerapan sistem sanitasi setempat lebih dari sekedar penerapan teknologi sederhana, namun juga merupakan intervensi yang melibatkan aspek perubahan sosial. Jika perbaikan kondisi sanitasi di daerah perkotaan maupun perdesaan diharapkan dapat diterima oleh masyarakat, maka faktor-faktor sosial dan budaya terkait perlu dipertimbang-kan selama proses perencanaan dan pelaksanaan. Struktur sosial, aspek kepercayaan, konsep kesehatan diri dan lingkungan, dan kepercayaan yang berkaitan dengan sanitasi dan kesehatan, serta keinginan untuk berubah, menjadi kunci keberhasilan penerapan sistem sanitasi setempat. (WHO, 1992)
Struktur pengolahan utama dalam sistem setempat berada di, atau sangat dekat dengan, sumber air buangan dari rumah tangga. Untuk perdesaan, sistem setempat, jika memungkinkan, merupakan sistem yang secara teknis, finansial dan institusional dapat diterima. Untuk sistem setempat ini, keluarga bertanggung jawab terhadap operasi dan pemeliharaannya.
Sistem terpusat lebih rumit dan memerlukan sistem pengelolaan, pengoperasian dan pemeliharaan yang lebih teratur serta memerlukan lebih banyak biaya. Namun, sistem setempat jelas memiliki keterbatasan. Kondisi tanah dan muka air tanah dapat membuat solusi sistem setempat menjadi sulit atau bahkan tidak mungkin diterapkan; dan selain itu, jika kepadatan penduduknya sangat tinggi maka akan meningkatkan risiko pencemaran lingkungan--apalagi jika posisi sistem ini berada di arah hulu dari sumber air.
Berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (Keputusan Menteri Kimpraswil No. 534/KPTS/M/2001), pemilihan sistem setem-pat atau sistem terpusat didasarkan pada jenis kota, kepadatan penduduk, dan tinggi muka air tanah:
• Sistem setempat lebih diarahkan untuk kota sedang kecil dengan kepadatan rata-rata > = 200 jiwa/ha,dengan taraf muka air tanah > 2 m, dan potensi cost recovery yang belum mendukung untuk sistem perpipaan
• Sistem terpusat lebih diarahkan untuk kota metro besar dengan kepadatan rata-rata >= 200 jiwa/ha, taraf muka air tanah < 2m, dan potensi pemulihan biaya belum mendu-kung untuk sistem perpipaan (perlu studi kelayakan)
• Simplified sewerage/condominial sewerage: sebuah jarin-gan perpipaan air buangan yang dibangun memakai diam-eter pipa kecil. Pipa ditanam pada kedalaman dangkal dan kemiringan kecil dibanding saluran limbah konvensional
• Saluran limbah bebas zat padat (small bore sewer): sebuah jaringan perpipaan air buangan yang fungsinya menyalur-kan air buangan yang telah dipisahkan zat padatnya, atau dari pengolahan pendahuluan (efluen dari tangki septik) ke fasilitas pengolahan berikutnya atau bisa juga ke tempat pembuangan tertentu
• Conventional sewerage: jaringan perpipaan air buangan bawah tanah yang besar. Saluran ini mengangkut black water, gray water dan air hujan dari sumbernya (rumah tangga, komersial, dan lain-lain) ke fasilitas pengolahan terpusat dengan memakai gaya gravitasi (dan pompa jika perlu). Sistem ini cocok untuk daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dimana air bersih tersedia dalam bentuk sambungan rumah
3.2 PEMILIHAN TINGKAT PENGELOLAANTingkat pengelolaan sistem sanitasi yang dimaksud dalam Buku Penuntun ini merupakan fasilitas tempat melakukan buang hajat atau BAB yang terbagi kedalam 4 kategori berikut:1. Jamban pribadi: jamban yang hanya digunakan oleh satu
rumah tangga
2. Jamban bersama: jamban yang digunakan secara bersama oleh lebih dari satu rumah tangga yang berdekatan
3. Jamban umum: jamban yang digunakan oleh penduduk di suatu lingkungan tertentu
4. Sistem perpipaan: sistem pengaliran air buangan dari rumah tangga yang tersambung dengan sistem perpipaan
21
BAB III. Pemilihan Opsi Sanitasi
Gambar 12 : Contoh konstruksi bagian atas
Buku Penuntun22
diarahkan pada pemanfaatan struktur atau kebiasaan yang telah ada, namun perbaikan atau pengembangan lebih lanjut tetap diperlukan agar dapat memenuhi pertimbangan-pertimbangan diatas.
Penggunaan bahan lokal sangat direkomendasikan. Slab beton di rumah dengan lantai kayu (pada rumah apung dan rumah panggung) sedapat mungkin dihindari karena beban berat beton tersebut dapat meruntuhkan konstruksi lantai, apalagi jika kondisi lantai kayu dibawah slab beton tidak diketahui.
Matriks opsi-opsi konstruksi bagian atas dan tengah dapat dilihat pada Tabel 5.
dan pengolahannya dilakukan secara terpusat
3.3 PEMILIHAN KONSTRUKSI BAGIAN ATAS DAN TENGAHOpsi konstruksi bagian atas dan tengah diperlukan supaya masyarakat maupun stakeholder dapat memilih opsi yang sesuai dengan kondisi fisik daerahnya maupun dengan keingi-nan dan kebiasaan masyarakatnya. Beberapa pertimbangan untuk konstruksi bagian atas meliputi: (WSP-EAP, 2009) • Sirkulasi udara yang cukup• Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca pada
musim panas dan hujan• Kemudahan akses di malam hari• Bangunan menghindarkan pengguna terlihat dari luar• Menggunakan bahan lokal
Konstruksi bagian tengah meliputi:• Penutup lubang WC• Dudukan jamban yang memperhatikan keamanan (tidak
licin dan tidak runtuh)• Melindungi dari kemungkinan munculnya bau tidak
sedap• Mudah dibersihkan dan dipelihara• Menggunakan bahan lokal
Walaupun pemilihan struktur bagian atas dan tengah
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi
Gambar 13 : Contoh konstruksi bagian tengah
TANTANGAN Pantai & Muara Sungai
Rawa & MAT
Tinggi Banjir
BANGUNAN ATAS
Rumah jamban dinding gedek/kayu tanpa atap
Rumah jamban dinding gedek dengan atap
Rumah jamban dinding kayu dengan atap
Rumah jamban dinding batu bata dan gedek dengan atap
Rumah jamban dinding batu bata dengan atap
BANGUNAN TENGAH
Slab bambu dilapisi tanah dengan penutup
Slab kayu dengan penutup
Slab beton dengan penutup
Slab plengsengan beton/pasangan bata
Slab beton dan kloset keramik
www.wsp.org
3.4 PEMILIHAN OPSI TEKNOLOGI PENGOLA-HANPemilihan opsi teknologi dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk sistem (individual atau komunal), kepadatan penduduk, ketersediaan lahan, taraf muka air tanah, serta kemudahan dalam pengoperasian dan pemeliharaannya.
Teknologi pengolahan dalam Buku Penuntun ini -- tangki septik kedap, Anaerobic Baffled Reactor (RBC), Anaerobic Upflow Filter (AUF), Rotating Biological Contactor (RBC), wetland, bidang resapan dan sumur resapan -- merujuk pada Buku Referensi Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi yang
dikeluarkan oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS).4
Beberapa pertimbangan dan rekomendasi khusus dalam pemilihan opsi sanitasi ini mencakup:1. Hindari penggunaan Anaerobic Upflow Filter (AUF) di
permukiman panggung/gantung untuk mengurangi biaya investasi dan operasional serta untuk meminimalkan risiko penurunan efisiensi pengolahan akibat filter yang mampat, terutama untuk di daerah pantai dimana perai-rannya tidak digunakan sebagai sumber keperluan air domestik ataupun pariwisata
23
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi
Tabel 5 : Pemilihan Konstruksi Bagian Atas dan Tengah
Keterangan: = rumah apung; = Rumah panggung; = Rumah di darat.
Atap dapat terbuat dari bahan lokal seperti atap rumbia/nipah/seng. Untuk di daerah pantai, penggunaan seng sebaiknya dihindari.Apapun konstruksi bangunan tengah, sebaiknya menggunakan sistem leher angsa untuk mencegah timbulnya bau serta kontak antara vektor penyakit/serangga dengan tinja.
4 http://ppsp.sanitasi.or.id/index.php?option=com_docman&task=doc_details&gid=14&Itemid=11
24
sekitar rumah apungnya. Sementara itu, sistem perpipaan memang tidak dapat diterapkan di perumahan apung
6. Sistem sambungan perpipaan air buangan, khususnya untuk daerah pantai, perlu dibuat kokoh dan anti-bocor sehingga air laut tidak dapat masuk ke dalam sistem. Masuknya air laut ke dalam sistem akan menghambat proses dekomposisi tinja
7. Sistem perpipaan di daerah pantai, dan daerah spesifik
lainnya yang dipengaruhi oleh pasang surut dan gelom-bang, perlu diperkuat penyangga beton yang mampu menahan hantaman gelombang. Kekuatan penyangga dan jarak antar penyangga ini harus mempertimbangkan kekuatan gelombang
8. Dalam algoritma pemilihan opsi sanitasi diberikan beberapa alternatif sistem yang didasarkan pada jenjang rekomendasi secara teknis. Para pengambil keputusan dapat memutuskan opsi pengolahan mana yang dipan-dang paling sesuai berdasarkan kemampuan finansial, ketersediaan material dan tenaga kerja, serta kemampuan organisasi pengelolaan dan O&M
Kesesuaian sistem pengolahan dalam penerapannya di daerah sulit dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.
2. Pemakaian Rotating Biological Contactor (RBC) dihin-dari untuk daerah pantai sebagai upaya mengurangi risiko rusaknya peralatan mekanis yang terbuat dari bahan logam akibat korosi oleh air laut ataupun percikan air laut yang terbawa angin
3. Efisiensi pengolahan Tripikon-S dan T-Pikon-H belum terbukti secara ilmiah. Efisiensi pengolahan Tripikon-S pada Buku Penuntun ini berdasarkan hasil riset efisiensi pengolahan limbah industri tahu rumah tangga dengan menggunakan Tripikon-S
4. Biofiltrasi dengan tangki fiber yang dimaksud dalam Buku Penuntun ini adalah berbagai macam alat pengolahan air buangan domestik yang tersedia di pasaran, umumnya terbuat dari fiberglass. Produk yang dikenal di pasaran termasuk Biofil, Biority, Biomed, Biosys. Produk-produk ini menggunakan teknologi biofiltrasi dalam pengolahan air limbahnya. Sebagian juga telah dilengkapi oleh sistem klorinasi sebagai fitur tambahan
5. Untuk perumahan apung, sistem pelayanan sanitasi yang
direkomendasikan adalah sistem setempat, baik jamban pribadi maupun jamban bersama. Jamban umum tidak direkomendasikan karena masyarakat cenderung enggan berjalan ke jamban umum dan lebih memilih BAB di
Buku Penuntun
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi
PANTAI SUNGAI RAWA & MAT TINGGI BANJIR Rumah Apung
Rumah Panggung
Rumah di Darat
Rumah Apung
Rumah Panggung
Rumah di Darat
Rumah Panggung
Rumah di Darat
Rumah di Darat Sistem Pengolahan
Ind Kom Ind Kom Ind Kom Ind Kom Ind Kom Ind Kom Ind Kom Ind Kom Ind Kom TIPE JAMBAN Jamban Pribadi/Bersama A A A A A A A A A Jamban Umum T T A T T A T A A Sistem Perpipaan T A A T A A A A A SISTEM PENGOLAHAN Tangki Septik (TS) T T T T A T T T T T A T T T M T M T Anaerobic Baffled Reactor (ABR) T T T M A M T T T M A A T T M M M M ABR/TS + Anaerobic Upflow Filter (AUF) T T M M M M T T T M T M T T T M T M
Rotating Biological Contactor (RBC) T T T T T T T T T T T A T T T A T T
Biofiltrasi Tangki Fiber M T M T A T M T M T A T M T M T M T TRIPIKON-S T T A T A A T T A T A A A T A A A A T-PIKON-H A T A T A T A T A T A A A T A A A A
A = Dapat diaplikasikan; T = tidak dapat diaplikasikan; M = dapat diaplikasikan namun perlu modifikasi struktur (antara lain ketebalan beton bertulang, struktur pondasi/penyangga untuk menahan tekanan air baik secara horizontal dan/atau tekanan air dari bawah)Ind = Individual (jamban pribadi dan jamban bersama); Kom = Komunal (jamban umum dan sistem perpipaan)
Tabel 6 : Aplikasi Tipe Jamban dan Sistem Pengolahan Berdasarkan Tantangan Lingkungan Fisik di Daerah Sulit
www.wsp.org
3.4
.1.
Alt
ern
ati
f di D
aera
h P
an
tai dan M
uara
25
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi
Sist
em
Pela
yana
n Fa
silit
as
Alte
rnat
if Pe
ngol
ahan
Pe
mbu
anga
n ef
luen
/air
limba
h ol
ahan
DAE
RAH
SP
ESIF
IK
Alternatif
On-site
Off-site
Jamban Pribadi/Bersama
Jamban Umum
Sistem Perpipaan
Tangki Septik Kedap
Tangki Septik + AUF
ABR
ABR + AUF
ABR + RBC
Small Bore Sewer + AUF
ABR/Tangki Septik + RBC
Biofiltrasi Tangki Fiber
Tripikon-S
T-Pikon-H
Wetland
Resapan
Badan Air
KET
ERA
NG
AN
Rum
ah A
pung
P1
P2
P3
Kons
truks
i pen
gola
han
diba
ngun
di
dara
t. Pe
nggu
naan
AU
F tid
ak
disa
rank
an n
amun
dap
at d
igun
akan
ap
abila
wila
yah
pant
ai d
iman
faat
kan
untu
k ke
giat
an d
omes
tik a
tau
wis
ata
lain
nya
Rum
ah P
angg
ung
P4
Kons
truks
i pen
gola
han
diba
ngun
di a
ir,
kare
na k
eter
bata
sanl
ahan
P5
Tang
ki fi
ber p
erlu
dile
ngka
pi d
enga
n an
ker d
an ju
ga p
enut
up a
tas
beto
n ag
ar
tidak
men
gapu
ng k
aren
a te
kana
n ai
r ta
nah
P6
Unt
uk m
uka
air t
anah
yan
g re
ndah
mak
a da
pat d
itera
pkan
sum
ur/b
idan
g re
sapa
n un
tuk
air l
imba
h ol
ahan
P7
R
umah
di d
arat
P8
Smal
l bor
e se
wer
dim
anfa
atka
n un
tuk
mem
perk
ecil
kebu
tuha
n la
han
peng
olah
an, t
erut
ama
apab
ila
mas
yara
katn
ya te
lah
mem
iliki
peng
olah
an in
divi
dual
Tab
el 7
: A
ltern
atif
Sis
tem
San
itasi
di D
aera
h P
anta
i dan
Mua
ra
www.wsp.org 26
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi
Gam
bar
14
: A
lgo
ritm
a P
iliha
n S
anita
si d
i Dae
rah
Pan
tai d
an M
uara
27 Buku Penuntun
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi
Tabel 8 : Penjelasan Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Pantai dan Muara
Alternatif Penjelasan Keterangan
P1 • Sistem setempat merupakan satu-satunya pilihan untuk rumah terapung • Sistem ini mengakomodasi kebiasaan masyarakat di rumah terapung yang terbiasa BAB dari area
rumah apung (melalui lubang di lantai ataupun bilik WC/jamban terapung yang digunakan bersama) • Tangki septik fiberglass dapat ditempelkan atau disambungkan pada jamban atau lubang BAB. Tidak
diperlukan penyangga dari bawah karena tekanan air dapat menyangga berat tangki septik fiberglass yang selalu terendam sebagian
• Pemasangan tangki septik fiberglass memerlukan teknik khusus dimana tangki fiber diisi dahulu dengan air hingga dapat tenggelam sebagian dalam air
• Efluen dari pengolahan tangki septik fiberglass dapat langsung dibuang ke perairan sekitar karena airnya tidak digunakan untuk keperluan domestik. T-Pikon-H dapat diterapkan dengan cara menempelkannya secara horisontal di samping rumah apung
• Sistem individual dipelihara oleh, dan menjadi tanggung jawab, masing-masing rumah tangga
• Untuk daerah kumuh dan miskin, pengadaan tangki septik fiberglass yang cukup mahal perlu didukung sistem pembiayaan yang dapat diterima masyarakat, seperti misalnya arisan
• Kebocoran harus dihindari agar air laut tidak masuk ke dalam sistem karena akan mempengaruhi kinerja pengolahan
P2 • Untuk rumah panggung dengan kepadatan kurang dari 200 jiwa/Ha, pilihannya adalah sistem setempat dengan menerapkan sistem jamban pribadi atau jamban bersama
• Pengolahan air buangan menggunakan tangki septik fiberglass, Tripikon-S ataupun T-Pikon-H • Tangki septik fiberglass ditempelkan pada lubang jamban yang ada dan disangga dengan
menggunakan konstruksi kayu untuk menahan beban tangki septik setelah terisi • T-Pikon-H ditempelkan pada sisi rumah dengan menggunakan konstruksi kayu sebagai
penyangganya • Efluen dari tangki septik fiberglass maupun T-Pikon-H dapat langsung dibuang ke laut • Tripikon-S dapat diterapkan dengan menancapkan sebagian konstruksinya ke dalam tanah atau
dasar pantai sehingga beban Tripikon-S dapat tertahan (tergantung ketinggian lantai rumah terhadap permukaan pantai/tanah). Apabila Tripikon-S tidak dapat mencapai permukaan tanah, maka perlu penyangga
• Sistem sanitasi di rumah panggung diarahkan untuk dapat mengkomodasi kebiasaan penduduk yang melakukan BAB dari dalam rumah, baik melalui jamban ataupun lubang di lantai
• Untuk daerah kumuh dan miskin, pengadaan tangki septik fiberglass yang cukup mahal perlu didukung sistem pembiayaan yang dapat diterima masyarakat, seperti misalnya arisan
• Kebocoran harus dihindari agar air laut tidak masuk ke dalam sistem karena akan mempengaruhi kinerja pengolahan
P3 • Sistem perpipaan sesuai untuk diterapkan di rumah panggung dengan kepadatan penduduk >200jiwa/Ha, dan tersedia lahan di darat
• Pengolahan air buangan menggunakan teknologi ABR, ABR + AUF atau tangki septik + AUF • Konstruksi instalasi pengolahan dibangun di daratan dimana air limbah dari rumah-rumah panggung
dialirkan melalui pipa menuju pengolahan di darat • Kapasitas pengolahan harus disesuaikan dengan beban air limbah yang masuk • Sistem pondasi instalasi pengolahan menggunakan teknik pondasi standar, kecuali apabila lokasi
instalasi berada di lokasi yang berpasir • Untuk lokasi yang berpasir, maka pondasi harus disokong dengan sistem cerucuk untuk menghindari
amblasan • Teknologi ABR lebih diprioritaskan karena kualitas air efluen tidak perlu terlalu tinggi dimana air laut
tempat pembuangan efluen ini tidak digunakan untuk keperluan domestik • Perpipaan yang tidak menempel pada struktur rumah harus disangga dengan tiang beton ataupun
kayu yang terpancang kuat dan sedapat mungkin memiliki kelenturan yang sangat rendah terhadap hantaman gelombang air laut. Tiang penyokong yang lentur dapat menyebabkan pipa kaku yang disokongnya patah
• Sambungan pipa harus dibuat kokoh dan kedap sehingga air laut tidak dapat masuk ke dalam sistem
• Perlu ada kelompok pengelola yang bertanggung jawab atas O&M
• Sistem perpipaan ini untuk mengakomodasi kebiasaan BAB masyarakat yang tinggal di rumah gantung
• Hubungan dengan penyedia jasa penyedotan tinja perlu dibina (swasta/pemerintah)
• Pihak penyedia jasa penyedotan tinja perlu dilengkapi dengan kendaraan penyedot tinja yang mampu menjangkau medan sulit (misalnya motor tinja)
• Kelompok pengelola perlu dibekali kemampuan perbaikan, minimal untuk perbaikan minor
P4 • Sistem perpipaan sesuai untuk diterapkan di rumah panggung dengan kepadatan penduduk >200jiwa/Ha namun tidak tersedia lahan di darat sehingga konstruksi harus dibangun di air
• Pengolahan air buangan menggunakan teknologi ABR, ABR + AUF atau tangki septik + AUF • Kapasitas pengolahan harus disesuaikan dengan beban air limbah yang masuk • Sistem pondasi instalasi pengolahan menggunakan teknik pondasi yang disangga dengan sistem
cerucuk untuk menghindari amblasan • Teknologi ABR lebih diprioritaskan karena kualitas air efluen tidak perlu terlalu tinggi dimana air laut
tempat pembuangan efluen ini tidak digunakan untuk keperluan domestik • Perpipaan yang tidak menempel pada struktur rumah harus disangga dengan tiang beton ataupun
kayu yang terpancang kuat dan sedapat mungkin memiliki kelenturan yang sangat rendah terhadap hantaman gelombang air laut. Tiang penyokong yang lentur dapat menyebabkan pipa kaku yang disokongnya patah
• Sambungan pipa harus dibuat kokoh dan kedap sehingga air laut tidak dapat masuk ke dalam sistem.
• Perlu ada kelompok pengelola yang bertanggung jawab atas O&M
• Sistem perpipaan ini untuk mengakomodasi kebiasaan BAB masyarakat yang tinggal di rumah gantung
• Hubungan dengan penyedia jasa penyedotan tinja perlu dibina (swasta/pemerintah)
• Pihak penyedia jasa penyedotan tinja perlu dilengkapi dengan kendaraan penyedot tinja yang mampu menjangkau medan sulit (misalnya motor tinja)
• Kelompok pengelola perlu dibekali kemampuan perbaikan, minimal untuk perbaikan minor
www.wsp.org 28
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi
Alternatif Penjelasan Keterangan
• Secara umum pengolahan air limbah di daerah pantai dan muara tidak memerlukan pengolahan lengkap karena air laut tidak digunakan untuk kegiatan domestik seperti mencuci, memasak dan mandi, sehingga kualitas air efluen tidak perlu terlalu ketat. Oleh karena itu, penggunaan filter sedapat mungkin dihindarkan karena akan mempersulit proses operasi dan pemeliharaan serta mengurangi nilai investasi sehingga dana yang tersedia dapat dipergunakan untuk penguatan struktur
• Untuk permukiman di darat, pengolahan efluen lanjutan sangat direkomendasikan karena terdapat potensi pencemaran air tanah, kecuali apabila efluen dari pengolahan langsung dibuang ke laut, dengan syarat bahwa air laut atau pantai tidak digunakan untuk aktivitas domestik ataupun pariwisata
• Sistem perpipaan harus anti-bocor sehingga air laut tidak dapat masuk ke dalam sistem
• Sistem penyangga sistem perpipaan harus tahan terhadap hantaman gelombang air laut baik saat pasang maupun saat surut
• Dalam O&M, sebaiknya penggunaan air laut sebagai air pembilas dihindarkan karena akan menghambat proses dekom-posisi biologis dalam sistem pengolahan
P5 • Sistem setempat dengan jamban pribadi/bersama di rumah di darat dengan kepadatan <200jiwa/Ha dan taraf muka air tanah <2m
• Teknologi pengolahan yang direkomendasikan adalah pengolahan yang mudah dibangun di muka air tanah tinggi yaitu biofiltrasi tangki fiber, T-Pikon-H dan Tripikon-S
• Modifikasi tangki fiber perlu dilakukan dengan penambahan anker atau penahan beton untuk mencegah mengapungnya tangki oleh daya angkat air tanah
• Penggunaan biofiltrasi fiberglass tidak memerlukan pengolahan efluen lanjutan karena efluen telah memenuhi standar untuk dibuang ke badan air terdekat, dan lebih baik lagi apabila dibubuhi klor
• T-Pikon-H dan Tripikon-S direkomendasikan untuk dibuat dari bahan PVC sehingga mengurangi kesulitan konstruksinya di muka air tanah yang tinggi
• Efluen dari pengolahan harus dialirkan ke badan air terdekat
• Biaya pengadaan dan pemasangan dapat diperoleh melalui arisan
P6 • Sistem setempat dengan jamban pribadi/bersama di rumah di darat dengan kepadatan <200jiwa/Ha dan taraf muka air tanah >2m
• Teknologi pengolahan yang direkomendasikan adalah tangki septik, T-Pikon-H, Tripikon-S dan biofiltrasi tangki fiber. Efluen dari instalasi pengolahan tersebut perlu diolah dengan sistem resapan, kecuali pada biofiltrasi tangki fiber yang diaktifkan sistem klorinasinya
• T-Pikon-H dan Tripikon-S direkomendasikan untuk dibuat dari bahan PVC ataupun ring beton, tergantung dari kapasitas pengolahan yang diperlukan
• Tangki septik dan sistem resapan yang dibuat harus sesuai dengan SNI 03-2398-2002
• Biaya pengadaan dan pemasangan dapat diperoleh melalui arisan
P7 • Sistem setempat untuk jamban umum di daerah dengan kepadatan yang >200jiwa/Ha dan masyarakatnya tidak memiliki jamban sendiri
• Kualitas efluen untuk rumah di darat perlu diperhatikan karena adanya potensi terjadinya pencemaran air tanah sehingga direkomendasikan penggunaan ABR + AUF yang dilengkapi dengan wetland. Untuk kualitas efluen yang lebih rendah dapat digunakan T-Pikon-H/Tripikon-S yang dilengkapi dengan sistem resapan
• AUF digunakan untuk mendapatkan kualitas efluen yang lebih baik • Sistem pondasi instalasi pengolahan menggunakan teknik pondasi yang disokong sistem cerucuk
untuk menghindari amblasan, apabila konstruksi dibangun di lokasi tanah berpasir atau tidak stabil
P8 • Sistem perpipaan cocok untuk diterapkan di rumah di darat dengan kepadatan penduduk >200jiwa/Ha, dimana masyarakat telah memiliki jamban sendiri baik dengan atau tanpa pengolahan
• Pengolahan air buangan menggunakan teknologi ABR, ABR + AUF atau menerapkan sistem small bore sewer dimana pengolahan tinja diolah di pengolahan individual (misalnya tangki septik) dan efluennya dialirkan menuju AUF
• Kapasitas pengolahan harus disesuaikan dengan beban air limbah yang masuk. Penerapan sistem small bore sewer dapat mengurangi kapasitas pengolahan
• Sistem pondasi instalasi pengolahan menggunakan teknik pondasi yang disokong sistem cerucuk untuk menghindari amblasan, apabila konstruksi dibangun di lokasi tanah berpasir atau tidak stabil
• Perpipaan harus tertanam ataupun terlindung dengan baik dari sinar matahari langsung maupun dari kerusakan oleh kegiatan di sekitarnya (terinjak, tergilas, atau tertabrak)
• Perlu ada kelompok pengelola yang bertanggung jawab atas O&M
• Sistem perpipaan ini untuk mengakomodasi kebiasaan BAB masyarakat yang tinggal di rumah gantung
• Hubungan dengan penyedia jasa penyedotan tinja perlu dibina (swasta/pemerintah)
• Pihak penyedia jasa penyedotan tinja perlu dilengkapi kendaraan penyedot tinja yang mampu menjangkau medan sulit (misalnya motor tinja)
29 Buku Penuntun
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi SanitasiSi
stem
Pe
laya
nan
Fasi
litas
A
ltern
atif
Peng
olah
an
Pem
buan
gan
DA
ERA
H
SPES
IFIK
Alternatif
On-site
Off-site
Jamban Pribadi/ Bersama
Jamban Umum
Sistem Perpipaan
Tangki Septik Kedap
Tangki Septik + AUF
ABR
ABR + AUF
ABR + RBC
Small Bore Sewer + AUF
ABR/Tangki Septik + RBC
Biofiltrasi Tangki Fiber
Tripikon-S
T-Pikon-H
Wetland
Resapan
Badan Air
KET
ERA
NG
AN
Rum
ah
Apu
ng
S1
Sis
tem
klo
rinas
i pad
a bi
ofilt
rasi
per
lu
diak
tifka
n un
tuk
men
jam
in k
ualit
as e
fluen
ya
ng a
man
S2
Sis
tem
klo
rinas
i pad
a bi
ofilt
rasi
per
lu
diak
tifka
n un
tuk
men
jam
in k
ualit
as e
fluen
ya
ng a
man
S3
Kon
stru
ksi p
engo
laha
n di
bang
un d
i dar
at.
Pen
ggun
aan
AU
F &
RB
C ti
dak
disa
rank
an
nam
un d
apat
dig
unak
an a
pabi
la d
iper
luka
n ku
alita
s ef
luen
yan
g le
bih
baik
Rum
ah
Pan
ggun
g
S4
Kon
stru
ksi p
engo
laha
n di
bang
un d
i air,
ka
rena
ket
erba
tasa
n la
han
S5
Tang
ki fi
ber p
erlu
dile
ngka
pi d
enga
n an
ker
dan
juga
pen
utup
ata
s be
ton
agar
tida
k m
enga
pung
kar
ena
teka
nan
air t
anah
. Sis
tem
kl
orin
asi d
iakt
ifkan
S6
Unt
uk m
uka
air t
anah
yan
g re
ndah
mak
a pe
rlu d
itera
pkan
sum
ur/b
idan
g re
sapa
n
S7
Res
apan
ata
upun
wet
land
dip
erlu
kan
untu
k m
ence
gah
penc
emar
an a
ir ta
nah
Rum
ah d
i da
rat
S8
Sm
all b
ore
sew
er d
iman
faat
kan
untu
k m
empe
rkec
il ke
butu
han
laha
n pe
ngol
ahan
, te
ruta
ma
apab
ila m
asya
raka
tnya
tela
h m
emilik
i pen
gola
han
indi
vidu
al
3.4
.2.
Alt
ern
ati
f di D
aera
h S
ungai
Tab
el 9
: A
ltern
atif
Sis
tem
San
itasi
di D
aera
h S
ung
ai
AB
R =
Ana
ero
bic
Baf
fled
Rea
cto
r; A
UF
= A
naer
ob
ic U
pflo
w F
ilter
; RB
C =
Ro
tatin
g B
iolo
gic
al C
ont
acto
r+
Bio
filtr
asi y
ang
diik
uti d
eng
an p
eng
aktif
an s
iste
m k
lori
nasi
(jik
a ad
a)
30 Buku Penuntun
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi
Gam
bar
15
: A
lgo
ritm
a P
iliha
n S
anita
si d
i Dae
rah
Sun
gai
www.wsp.org 31
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi
Tab
el 1
0.
Pen
jela
san
Alte
rnat
if S
iste
m S
anita
si d
i Dae
rah
Sun
gai
Alte
rnat
if Pe
njel
asan
K
eter
anga
n
S1
• S
iste
m s
etem
pat
(jam
ban
prib
adi
atau
jam
ban
bers
ama)
mer
upak
an s
atu-
satu
nya
pilih
an u
ntuk
ru
mah
tera
pung
•
Sis
tem
ini
men
gako
mod
asi
kebi
asaa
n m
asya
raka
t di
rum
ah t
erap
ung
yang
bia
sa B
AB
dari
area
ru
mah
apu
ng (
mel
alui
luba
ng d
i lan
tai a
taup
un b
ilik
WC
/jam
ban
tera
pung
yan
g di
guna
kan
seca
ra
bers
ama)
•
Tekn
olog
i pen
gola
han
yang
dap
at d
itera
pkan
ada
lah
biof
iltra
si ta
ngki
fibe
r dan
T-P
ikon
-H
• Ta
ngki
sep
tik fi
berg
lass
dap
at d
item
pelk
an a
tau
disa
mbu
ngka
n pa
da ja
mba
n at
au lu
bang
BA
B. T
idak
di
perlu
kan
peny
angg
a da
ri ba
wah
kar
ena
teka
nan
air
diha
rapk
an d
apat
men
yang
ga b
erat
tan
gki
sept
ik fi
berg
lass
yan
g se
lalu
tere
ndam
seb
agia
n •
Pem
asan
gan
tang
ki s
eptik
fib
ergl
ass
mem
erlu
kan
tekn
ik k
husu
s di
man
a ta
ngki
fib
er d
iisi
dahu
lu
deng
an a
ir hi
ngga
dap
at te
ngge
lam
seb
agia
n da
lam
air
•
Eflu
en d
ari
peng
olah
an t
angk
i se
ptik
fib
ergl
ass
seba
ikny
a di
olah
den
gan
sist
em k
lorin
asi
yang
te
rsed
ia p
ada
sist
em te
rseb
ut. H
al in
i unt
uk m
empe
rkec
il po
tens
i pen
cem
aran
air
sung
ai
• T-
Pik
on-H
dap
at d
iapl
ikas
ikan
den
gan
men
empe
lkan
nya
seca
ra h
oris
onta
l di s
ampi
ng ru
mah
apu
ng
• S
iste
m i
ndiv
idua
l di
pelih
ara
oleh
, da
n m
enja
di
tang
gung
jaw
ab, m
asin
g-m
asin
g ru
mah
tang
ga
• U
ntuk
da
erah
ku
muh
da
n m
iski
n,
peng
adaa
n ta
ngki
sep
tik f
iber
glas
s ya
ng c
ukup
mah
al p
erlu
di
duku
ng
sist
em
pem
biay
aan
yang
da
pat
dite
rima
mas
yara
kat,
sepe
rti m
isal
nya
aris
an
S2
• S
iste
m s
etem
pat
(jam
ban
prib
adi
atau
jam
ban
bers
ama)
ses
uai
untu
k ru
mah
pan
ggun
g de
ngan
ke
pada
tan
kura
ng d
ari 2
00 ji
wa/
Ha
• P
engo
laha
n ai
r bua
ngan
men
ggun
akan
tang
ki s
eptik
fibe
rgla
ss, T
ripik
on-S
ata
u T-
Pik
on-H
•
Tang
ki
sept
ik
fiber
glas
s di
tem
pelk
an
pada
lu
bang
ja
mba
n ya
ng
ada
dan
disa
ngga
de
ngan
m
engg
unak
an k
onst
ruks
i kay
u un
tuk
men
ahan
beb
an ta
ngki
sep
tik s
etel
ah te
risi
• E
fluen
dar
i pe
ngol
ahan
tan
gki
sept
ik f
iber
glas
s se
baik
nya
diol
ah d
enga
n si
stem
klo
rinas
i ya
ng
ters
edia
pad
a si
stem
ters
ebut
. Hal
ini u
ntuk
mem
perk
ecil
pote
nsi p
ence
mar
an a
ir su
ngai
•
T-P
ikon
-H d
item
pelk
an p
ada
sisi
ata
u di
baw
ah r
umah
sec
ara
horis
onta
l de
ngan
men
ggun
akan
ko
nstru
ksi k
ayu
seba
gai p
enya
ngga
nya
• Tr
ipik
on-S
dap
at d
iapl
ikas
ikan
den
gan
men
anca
pkan
seb
agia
n ko
nstru
ksin
ya k
e da
lam
tan
ah a
tau
dasa
r su
ngai
se
hing
ga
beba
n Tr
ipik
on-S
da
pat
terta
han
(terg
antu
ng
ketin
ggia
n la
ntai
ru
mah
te
rhad
ap p
erm
ukaa
n pa
ntai
/tana
h).
Apa
bila
Trip
ikon
-S t
idak
dap
at m
enca
pai
perm
ukaa
n ta
nah,
m
aka
perlu
dis
angg
a
• S
iste
m s
anita
si d
i ru
mah
pan
ggun
g di
arah
kan
untu
k da
pat m
engk
omod
asik
ebia
saan
pen
dudu
k ya
ng m
elak
ukan
BA
B d
ari
dala
m r
umah
, ba
ik
mel
alui
jam
ban
atau
pun
luba
ng d
i lan
tai
• U
ntuk
da
erah
ku
muh
da
n m
iski
n,
peng
adaa
n ta
ngki
sep
tik f
iber
glas
s ya
ng c
ukup
mah
al p
erlu
di
duku
ng
sist
em
pem
biay
aan
yang
da
pat
dite
rima
mas
yara
kat,
sepe
rti m
isal
nya
aris
an
S
3 •
Sis
tem
pe
rpip
aan
coco
k un
tuk
dite
rapk
an
di
rum
ah
pang
gung
de
ngan
ke
pada
tan
pend
uduk
>2
00jiw
a/H
a de
ngan
ket
erse
diaa
n la
han
di d
arat
•
Pen
gola
han
air b
uang
an m
engg
unak
an te
knol
ogi A
BR
, ABR
+ A
UF
atau
tang
ki s
eptik
+ A
UF.
Sel
ain
itu, t
ekno
logi
RB
C ju
ga d
apat
dite
rapk
an u
ntuk
men
ingk
atka
n ku
alita
s ef
luen
•
Kon
stru
ksi i
ntal
asi p
engo
laha
n di
bang
un d
i dar
atan
dim
ana
air
limba
h da
ri ru
mah
-rum
ah p
angg
ung
dial
irkan
mel
alui
pip
a m
enuj
u pe
ngol
ahan
di d
arat
•
Kap
asita
s pe
ngol
ahan
har
us d
ises
uaik
an d
enga
n be
ban
air l
imba
h ya
ng m
asuk
•
Sis
tem
pon
dasi
ins
tala
si p
engo
laha
n m
engg
unak
an t
ekni
k po
ndas
i sta
ndar
, ke
cual
i ap
abila
lok
asi
inst
alas
i ber
ada
di lo
kasi
yan
g be
rpas
ir •
Unt
uk l
okas
i ya
ng b
erpa
sir,
mak
a po
ndas
i ha
rus
diso
kong
sis
tem
cer
ucuk
unt
uk m
engh
inda
ri am
blas
an
• Te
knol
ogi A
BR
lebi
h di
prio
ritas
kan
men
ging
at k
ualit
as a
ir ef
luen
tida
k pe
rlu te
rlalu
ting
gi k
aren
a ai
r la
ut te
mpa
t pem
buan
gan
eflu
en in
i tid
ak d
igun
akan
unt
uk k
eper
luan
dom
estik
•
Per
pipa
an y
ang
tidak
men
empe
l pad
a st
rukt
ur ru
mah
har
us d
isok
ong
tiang
bet
on a
taup
un k
ayu
yang
te
rpan
cang
kua
t, da
n se
dapa
t mun
gkin
mem
iliki
kel
entu
ran
yang
san
gat r
enda
h te
rhad
ap h
anta
man
ge
lom
bang
air
laut
. Tia
ng p
enyo
kong
yan
g le
ntur
dap
at m
enye
babk
an p
ipa
kaku
yan
g di
soko
ngny
a m
enja
di p
atah
•
Sam
bung
an p
ipa
haru
s di
buat
kok
oh d
an k
edap
seh
ingg
a ai
r lau
t tid
ak d
apat
mas
uk k
e da
lam
sis
tem
• P
erlu
ada
kel
ompo
k pe
ngel
ola
yang
ber
tang
gung
ja
wab
dal
am O
&M
•
Sis
tem
pe
rpip
aan
ini
untu
k m
enga
kom
odas
i ke
bias
aan
mas
yara
kat
yang
tin
ggal
di
ru
mah
ga
ntun
g un
tuk
BA
B la
ngsu
ng d
ari r
umah
mer
eka
• H
ubun
gan
deng
an
peny
edia
ja
sa
peny
edot
an
tinja
per
lu d
ibin
a (s
was
ta/p
emer
inta
h)
• P
ihak
pe
nyed
ia
jasa
pe
nyed
otan
tin
ja
perlu
di
leng
kapi
de
ngan
ke
ndar
aan
peny
edot
tin
ja
yang
mam
pu m
enja
ngka
u da
erah
sul
it (m
isal
nya
mot
or ti
nja)
•
Kel
ompo
k pe
ngel
ola
perlu
dib
ekal
i ke
mam
puan
pe
rbai
kan,
min
imal
unt
uk p
erba
ikan
min
or
• K
onst
ruks
i ce
rucu
k da
pat
men
gacu
pad
a “T
ata
Car
a P
elak
sana
an
Pon
dasi
C
eruc
uk
Kay
u di
A
tas
Tana
h Le
mbe
k da
n Ta
nah
Gam
but”
32 Buku Penuntun
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi
S4
• S
iste
m
perp
ipaa
n co
cok
untu
k di
tera
pkan
di
ru
mah
pa
nggu
ng
deng
an
kepa
data
n pe
ndud
uk
>200
jiwa/
Ha
nam
un ti
dak
ters
edia
laha
n di
dar
at s
ehin
gga
kons
truks
i har
us d
iban
gun
di s
unga
i •
Pen
gola
han
air b
uang
an m
engg
unak
an te
knol
ogi A
BR
, AB
R +
AU
F at
au ta
ngki
sep
tik +
AU
F •
Kap
asita
s pe
ngol
ahan
har
us d
ises
uaik
an d
enga
n be
ban
air l
imba
h ya
ng m
asuk
•
Sis
tem
pon
dasi
ins
tala
si p
engo
laha
n m
engg
unak
an t
ekni
k po
ndas
i ya
ng d
isok
ong
sist
em c
eruc
uk
untu
k m
engh
inda
ri am
blas
an
• Te
knol
ogi A
BR
lebi
h di
prio
ritas
kan
men
ging
at k
ualit
as a
ir ef
luen
tida
k pe
rlu te
rlalu
ting
gi k
aren
a ai
r la
ut te
mpa
t pem
buan
gan
eflu
en in
i tid
ak d
igun
akan
unt
uk k
eper
luan
dom
estik
•
Per
pipa
an y
ang
tidak
men
empe
l pad
a st
rukt
ur ru
mah
har
us d
isok
ong
tiang
bet
on a
taup
un k
ayu
yang
te
rpan
cang
kua
t dan
sed
apat
mun
gkin
mem
iliki k
elen
tura
n ya
ng s
anga
t ren
dah
terh
adap
han
tam
an
gelo
mba
ng
air
sung
ai.
Tian
g pe
nyok
ong
yang
le
ntur
da
pat
men
yeba
bkan
pi
pa
kaku
ya
ng
diso
kong
nya
men
jadi
pat
ah
• S
ambu
ngan
pip
a ha
rus
dibu
at k
okoh
dan
ked
ap s
ehin
gga
air
dari
luar
tida
k da
pat m
asuk
ke
dala
m
sist
em, y
ang
dapa
t men
yeba
bkan
inst
alas
i pen
gola
han
men
jadi
cep
at p
enuh
• P
erlu
ada
kel
ompo
k pe
ngel
ola
yang
ber
tang
gung
ja
wab
dal
am O
&M
•
Sis
tem
pe
rpip
aan
ini
untu
k m
enga
kom
odas
i ke
bias
aan
mas
yara
kat
yang
tin
ggal
di
ru
mah
ga
ntun
g un
tuk
BA
B la
ngsu
ng d
ari r
umah
mer
eka
• K
onst
ruks
i ce
rucu
k da
pat
men
gacu
pad
a “T
ata
Car
a P
elak
sana
an
Pon
dasi
C
eruc
uk
Kay
u di
A
tas
Tana
h Le
mbe
k da
n Ta
nah
Gam
but”
S5
• S
iste
m
sete
mpa
t (ja
mba
n pr
ibad
i/ber
sam
a)
sesu
ai
untu
k ru
mah
di
da
rat
deng
an
kepa
data
n <2
00jiw
a/H
a da
n ta
raf m
uka
air t
anah
<2m
•
Tekn
olog
i pen
gola
han
yang
dire
kom
enda
sika
n ad
alah
pen
gola
han
yang
mud
ah d
iban
gun
di m
uka
air
tana
h tin
ggi y
aitu
bio
filtra
si ta
ngki
fibe
r, T-
Pik
on-H
dan
Trip
ikon
-S. E
fluen
per
lu d
iola
h le
bih
lanj
ut
deng
an m
engg
unak
an s
iste
m re
sapa
n •
Mod
ifika
si t
angk
i fib
er p
erlu
dila
kuka
n m
elal
ui p
enam
baha
n an
ker
atau
pen
ahan
bet
on u
ntuk
m
ence
gah
men
gapu
ngny
a ta
ngki
ole
h da
ya a
ngka
t air
tana
h •
Pen
ggun
aan
biof
iltra
si f
iber
glas
s tid
ak m
emer
luka
n pe
ngol
ahan
eflu
en la
njut
an k
aren
a ef
luen
tela
h m
emen
uhi s
tand
ar u
ntuk
dib
uang
ke
bada
n ai
r te
rdek
at,
dan
akan
lebi
h ba
ik la
gi a
pabi
la d
ibub
uhi
klor
•
T-P
ikon
-H
dan
Trip
ikon
-S
seba
ikny
a di
buat
da
ri ba
han
PV
C
sehi
ngga
m
engu
rang
i ke
sulit
an
kons
truks
inya
di m
uka
air t
anah
yan
g tin
ggi
• E
fluen
dar
i pen
gola
han
haru
s di
alirk
an k
e ba
dan
air t
erde
kat
• B
iaya
pe
ngad
aan
dan
pem
asan
gan
dapa
t di
sedi
akan
mel
alui
aris
an
S6
• S
iste
m
sete
mpa
t (ja
mba
n pr
ibad
i/ber
sam
a)
sesu
ai
untu
k ru
mah
di
da
rat
deng
an
kepa
data
n
<200
jiwa/
Ha
dan
tara
f muk
a ai
r tan
ah >
2m
• Te
knol
ogi
peng
olah
an y
ang
dire
kom
enda
sika
n ad
alah
tan
gki
sept
ik,
T-P
ikon
-H,
Trip
ikon
-S d
an
biof
iltra
si ta
ngki
fibe
r. E
fluen
dar
i ins
tala
si p
engo
laha
n te
rseb
ut p
erlu
dio
lah
deng
an s
iste
m r
esap
an,
kecu
ali p
ada
biof
iltra
si ta
ngki
fibe
r yan
g di
aktif
kan
sist
em k
lorin
asin
ya
• T-
Pik
on-H
dan
Trip
ikon
-S s
ebai
knya
dib
uat
dari
baha
n P
VC
ata
upun
rin
g be
ton,
ter
gant
ung
dari
kapa
sita
s pe
ngol
ahan
yan
g di
perlu
kan
• Ta
ngki
sep
tik d
an s
iste
m r
esap
an h
arus
ses
uai
deng
an S
NI 0
3-23
98-2
002
• B
iaya
pe
ngad
aan
dan
pem
asan
gan
dapa
t di
sedi
akan
mel
alui
aris
an
S7
• S
iste
m s
etem
pat
untu
k ja
mba
n um
um s
esua
i unt
uk d
aera
h de
ngan
kep
adat
an
>200
jiwa/
Ha,
dan
m
asya
raka
tnya
tida
k m
emili
ki ja
mba
n se
ndiri
•
Kua
litas
eflu
en u
ntuk
rum
ah d
i dar
at p
erlu
dip
erha
tikan
men
ging
atpo
tens
i ter
jadi
nya
penc
emar
an a
ir ta
nah,
seh
ingg
a pe
nggu
naan
AB
R +
AU
F ya
ng d
ileng
kapi
wet
land
dire
kom
enda
sika
n. U
ntuk
kua
litas
• K
onst
ruks
i ce
rucu
k da
pat
men
gacu
pad
a “T
ata
Car
a P
elak
sana
an
Pon
dasi
C
eruc
uk
Kay
u di
A
tas
Tana
h Le
mbe
k da
n Ta
nah
Gam
but”
S8
• S
iste
m p
erpi
paan
ses
uai
untu
k ru
mah
di
dara
t de
ngan
kep
adat
an p
endu
duk
>200
jiwa/
Ha,
dan
m
asya
raka
t tel
ah m
emili
ki ja
mba
n se
ndiri
den
gan
atau
tanp
a pe
ngol
ahan
•
Pen
gola
han
air
buan
gan
men
ggun
akan
tekn
olog
i AB
R, A
BR
+ A
UF
atau
men
erap
kan
sist
em s
mal
l bo
re s
ewer
dim
ana
tinja
dio
lah
di p
engo
laha
n in
divi
dual
(m
isal
nya
tang
ki s
eptik
) da
n ef
luen
nya
dial
irkan
men
uju
AU
F •
Kap
asita
s pe
ngol
ahan
har
us d
ises
uaik
an d
enga
n be
ban
air
limba
h ya
ng m
asuk
. Pen
erap
an s
iste
m
smal
l bor
e se
wer
dap
at m
engu
rang
i kap
asita
s pe
ngol
ahan
•
Sis
tem
pon
dasi
ins
tala
si p
engo
laha
n m
engg
unak
an t
ekni
k po
ndas
i ya
ng d
isok
ong
sist
em c
eruc
uk
untu
k m
engh
inda
ri am
blas
an, a
pabi
la k
onst
ruks
i dib
angu
n di
loka
si ta
nah
berp
asir
atau
tida
k st
abil
• P
erpi
paan
har
us te
rtana
m a
taup
un te
rlind
ung
deng
an b
aik
dari
sina
r mat
ahar
i lan
gsun
g m
aupu
n da
ri ke
rusa
kan
oleh
keg
iata
n d
i sek
itarn
ya (m
isal
nya
terin
jak,
terg
ilas,
ata
u te
rtabr
ak)
• S
ambu
ngan
pip
a ha
rus
dibu
at k
okoh
dan
ked
ap s
ehin
gga
air
dari
luar
tida
k da
pat m
asuk
ke
dala
m
syst
em, t
erut
ama
di d
aera
h ya
ng te
rgen
ang
saat
pas
ang
• P
erlu
ada
kel
ompo
k pe
ngel
ola
yang
ber
tang
gung
ja
wab
dal
am O
&M
•
Sis
tem
pe
rpip
aan
ini
untu
k m
enga
kom
odas
i ke
bias
aan
mas
yara
kat
yang
tin
ggal
di
ru
mah
ga
ntun
g un
tuk
BA
B la
ngsu
ng d
ari r
umah
mer
eka
• H
ubun
gan
deng
an
peny
edia
ja
sa
peny
edot
an
tinja
per
lu d
ibin
a (s
was
ta/p
emer
inta
h)
• P
ihak
pe
nyed
ia
jasa
pe
nyed
otan
tin
ja
perlu
di
leng
kapi
ke
ndar
aan
peny
edot
tin
ja
yang
m
ampu
m
enja
ngka
u da
erah
su
lit
(mis
alny
a m
otor
tinj
a)
• K
elom
pok
peng
elol
a pe
rlu d
ibek
ali
kem
ampu
an
perb
aika
n, m
inim
al u
ntuk
per
baik
an m
inor
www.wsp.org 33
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi
• Berbeda dengan di daerah laut dan muara, pengolahan air limbah di daerah sungai perlu memiliki efluen yang memenuhi standar air buangan agar tidak mencemari air sungai yang dipergunakan untuk kegiatan domestik. Oleh karena itu penerapan pengolahan efluen sangat diperlukan apabila memungkinkan. Penggunaan AUF dan RBC pun sedapat mungkin dihindari, namun sistem tersebut diperlukan untuk pengolahan komunal dalam upaya meningkatkan kualitas efluennya
• Penyangga sistem perpipaan harus tahan terhadap gelom-bang air sungai, terutama pada saat terjadi musim hujan. Hal ini juga perlu diperhatikan pada sistem yang berada di sungai yang berfungsi sebagai jalur transportasi perahu. Pemilihan material instalasi Tripikon-S juga tidak boleh rentan terhadap gelombang. Penggunaan pipa PVC patut dipertimbangkan
• Apabila memungkinkan, pengaktifan sistem klorinasi pada sistem biofiltrasi tangki fiber perlu dilakukan. Hal ini sangat berguna untuk menjamin kualitas efluen yang memenuhi standar air buangan yang ditetapkan pemerin-tah
3.4.3. Alternatif di Daerah Rawa dan Muka Air Tanah TinggiKarena risiko pencemaran air tanah sangat tinggi maka sistem pengolahan di daerah rawa dan muka air tanah tinggi
Sistem Pelayanan Fasilitas Alternatif Pengolahan Pembuangan
DAERAH SPESIFIK
Alte
rnat
if
On-
site
Off-
site
Jam
ban
Pri
badi
/ B
ersa
ma
Jam
ban
Um
um
Sis
tem
Per
pipa
an
Tang
ki S
eptik
Ked
ap
Tang
ki S
eptik
+ A
UF
AB
R
AB
R +
AU
F
AB
R +
RB
C
Smal
l Bor
e Se
wer
+ A
UF
AB
R/T
angk
i Sep
tik +
RB
C
Bio
filtr
asi T
angk
i Fib
er
Trip
ikon
-S
T-P
ikon
-H
Wet
land
Res
apan
Bad
an A
ir
KETERANGAN
R1
Tangki fiber perlu dilengkapi dengan anker dan juga penutup atas beton agar tidak mengapung karena tekanan air tanah. Sistem klorinasi diaktifkan.
R2
Wetland perlu dibuat untuk menurunkan resiko pencemaran lingkungan yang sangat tinggi di daerah rawa maupun muka air tanah tinggi.
Rumah panggung /
di darat
R3
Small bore sewer dimanfaatkan untuk memperkecil kebutuhan lahan pengolahan, terutama apabila masyarakatnya telah memiliki pengolahan individual.
Tabel 11 : Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Rawa dan Muka Air Tanah Tinggi
ABR = Anaerobic Baffled Reactor ; AUF = Anaeobic Upflow Filter ; RBC = Rotating Biological Contactor
memerlukan pengolahan yang benar-benar kedap serta efluen yang memenuhi persyaratan air limbah, oleh karena risiko pencemaran air tanah sangat tinggi. Daya angkat air tanah terhadap pengolahan dengan menggunakan tangki fiberglass perlu diantisipasi dengan pembuatan penahan beton. Pembubuhan klor yang menjadi fasilitas pilihan pada beberapa biofiltrasi fiberglass perlu diaktifkan untuk menjamin kualitas efluen yang memenuhi standar air limbah domestik.Gambar 16 : Algoritma Pilihan Sanitasi di Daerah Rawa & MAT Tinggi
34 Buku Penuntun
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi SanitasiAl
tern
atif
Penj
elas
an
Kete
rang
an
R1
• Si
stem
set
empa
t de
ngan
men
erap
kan
siste
m j
amba
n pr
ibad
i at
au j
amba
n be
rsam
a di
rum
ah
pang
gung
ata
upun
rum
ah d
i dar
at d
enga
n ke
pada
tan
pend
uduk
kur
ang
dari
200
jiwa/
Ha.
• Pe
ngol
ahan
air
buan
gan
men
ggun
akan
tang
ki se
ptik
fiber
glas
s, T
ripiko
n-S
ata
upun
T-P
ikon-
H.
• Ta
ngki
sept
ik fib
ergl
ass
dite
mpe
lkan/
disa
mbu
ngka
n pa
da lu
bang
jam
ban
yang
ada
den
gan/
tanp
a di
sang
ga u
ntuk
men
ahan
beb
an ta
ngki
sept
ik se
tela
h te
risi (
untu
k ru
mah
pan
ggun
g).
• Ef
luen
dar
i pe
ngol
ahan
tan
gki
sept
ik fib
ergl
ass
seba
iknya
dio
lah
deng
an s
istem
klo
rinas
i ya
ng
ters
edia
di s
istem
ters
ebut
. Ha
l ini
unt
uk m
empe
rkec
il po
tens
i pen
cem
aran
air
sung
ai d
an a
gar
eflu
en d
apat
lang
sung
dib
uang
ke
bada
n ai
r ter
deka
t. •
Untu
k ru
mah
pan
ggun
g, T
-Piko
n-H
dite
mpe
lkan
pada
sisi
ata
u di
bawa
h ru
mah
sec
ara
horis
onta
l de
ngan
men
ggun
akan
kon
stru
ksi k
ayu
seba
gai p
enya
ngga
nya.
•
Untu
k ru
mah
pa
nggu
ng,
Trip
ikon-
S da
pat
diap
likas
ikan
deng
an
men
anca
pkan
se
bagi
an
kons
truks
inya
ke
dala
m t
anah
ata
u da
sar
sung
ai s
ehin
gga
beba
n Tr
ipiko
n-S
dapa
t te
rtaha
n (te
rgan
tung
ket
ingg
ian
lant
ai r
umah
ter
hada
p pe
rmuk
aan
pant
ai/ta
nah)
. Ap
abila
Trip
ikon-
S tid
ak
dapa
t men
capa
i per
muk
aan
tana
h, m
aka
perlu
disa
ngga
.
• Si
stem
san
itasi
di r
umah
pan
ggun
g di
arah
kan
untu
k da
pat m
engk
omod
asi k
ebia
saan
pen
dudu
k ya
ng m
elak
ukan
BAB
dar
i da
lam
rum
ah,
baik
mel
alui
jam
ban
atau
pun
luba
ng d
i lant
ai.
• Un
tuk
di d
aera
h ku
muh
& m
iskin
, pe
ngad
aan
tang
ki se
ptik
fiber
glas
s ya
ng c
ukup
mah
al p
erlu
di
duku
ng d
enga
n sis
tem
pem
biay
aan
yang
dap
at
dite
rima
mas
yara
kat,
sepe
rti m
isaln
ya d
enga
n sis
tem
aris
an.
R2
• Si
stem
set
empa
t un
tuk
Jam
ban
Umum
di
daer
ah d
enga
n ke
pada
tan
yang
>20
0jiw
a/Ha
dan
m
asya
raka
tnya
tida
k m
emilik
i jam
ban
send
iri.
• Ku
alita
s ef
luen
san
gat p
erlu
dip
erha
tikan
kar
ena
adan
ya p
oten
si te
rjadi
nya
penc
emar
an a
ir ta
nah
sehi
ngga
dire
kom
enda
sikan
pen
ggun
aan
ABR
+ AU
F ya
ng d
ileng
kapi
den
gan
wetla
nd.
Untu
k ku
alita
s ef
luen
yan
g le
bih
rend
ah d
apat
dig
unak
an T
-Piko
n-H/
Trip
ikon-
S ya
ng d
ileng
kapi
den
gan
siste
m re
sapa
n. A
ltern
atif
lain
ada
lah
men
erap
kan
peng
olah
an la
njut
an m
engg
unak
an s
istem
RBC
, na
mun
per
lu m
empe
rhat
ikan
kete
rsed
iaan
sum
ber d
aya
listri
k da
n ke
mam
puan
O&M
. •
Sist
em p
onda
si in
stal
asi p
engo
laha
n m
engg
unak
an te
knik
pond
asi y
ang
diso
kong
den
gan
siste
m
ceru
cuk
untu
k m
engh
inda
ri am
blas
an, a
pabi
la k
onst
ruks
i dib
angu
n di
loka
si ta
nah
yang
lem
bek
dan
tidak
sta
bil.
• Ko
nstru
ksi c
eruc
uk d
apat
men
gacu
pad
a “T
ata
Cara
Pel
aksa
naan
Pon
dasi
Ceru
cut
Kayu
Di
Atas
Tan
ah L
embe
k Da
n Ta
nah
Gam
but”
R3
• Si
stem
per
pipa
an c
ocok
unt
uk d
itera
pkan
di r
umah
di d
aera
h ra
wa d
an m
uka
air t
anah
ting
gi d
enga
n ke
pada
tan
pend
uduk
>20
0jiw
a/Ha
dan
mas
yara
kat
tela
h m
emilik
i ja
mba
n se
ndiri
tan
pa/d
enga
n pe
ngol
ahan
. •
Peng
olah
an a
ir bu
anga
n m
engg
unak
an te
knol
ogi A
BR, A
BR +
RBC
ata
u m
ener
apka
n sis
tem
sm
all
bore
sew
er d
iman
a pe
ngol
ahan
tin
ja d
iola
h di
pen
gola
han
indi
vidua
l (m
isal
tang
ki se
ptik)
dan
ef
luen
nya
dial
irkan
men
uju
AUF.
•
Peng
olah
an e
fluen
san
gat d
iper
luka
n ol
eh k
aren
a tin
gkat
resik
o pe
ncem
aran
air
tana
h ya
ng ti
nggi
. Pe
nera
pan
wetla
nd a
taup
un R
BC s
anga
t dia
njur
kan
apab
ila m
emun
gkin
kan.
•
Kapa
sitas
pen
gola
han
haru
s di
sesu
aika
n de
ngan
beb
an a
ir lim
bah
yang
mas
uk. P
ener
apan
sist
em
smal
l bor
e se
wer i
ni d
apat
men
gura
ngi k
apas
itas
peng
olah
an.
• Si
stem
pon
dasi
inst
alas
i pen
gola
han
men
ggun
akan
tekn
ik po
ndas
i yan
g d
isoko
ng d
enga
n sis
tem
ce
rucu
k un
tuk
men
ghin
dari
ambl
asan
, ap
abila
kon
stru
ksi d
iban
gun
di lo
kasi
tana
h ya
ng s
anga
t le
mbe
k da
n tid
ak s
tabi
l.
• Pe
rpip
aan
haru
s te
rtana
m a
taup
un te
rlind
ung
deng
an b
aik
dari
sinar
mat
ahar
i lan
gsun
g m
aupu
n ke
rusa
kan
oleh
keg
iata
n d
i sek
itarn
ya (m
isal t
erin
jak,
terg
ilas,
ata
u te
rtabr
ak)
• Sa
mbu
ngan
pip
a ha
rus
dibu
at d
enga
n ku
at d
an k
edap
seh
ingg
a ai
r dar
i lua
r tid
ak d
apat
mas
uk k
e da
lam
sist
em te
ruta
ma
di d
aera
h ya
ng te
rgen
ang
setia
p sa
at.
• Pe
rlu a
da k
elom
pok
peng
elol
a ya
ng b
erta
nggu
ng
jawa
b da
lam
O&M
. •
Untu
k ru
mah
pan
ggun
g, s
istem
per
pipa
an i
ni
dapa
t m
enga
kom
odas
i ke
bias
aan
mas
yara
kat
BAB
lang
sung
dar
i rum
ah m
erek
a.
• Hu
bung
an d
enga
n pe
nyed
ia j
asa
peny
edot
an
tinja
per
lu d
ibin
a (s
wast
a/pe
mer
inta
h).
• Pi
hak
peny
edia
ja
sa
peny
edot
an
tinja
pe
rlu
dile
ngka
pi
deng
an
kend
araa
n pe
nyed
ot
tinja
ya
ng a
cces
sible
(misa
l mot
or ti
nja)
. •
Kelo
mpo
k pe
ngel
ola
perlu
di
beka
li de
ngan
ke
mam
puan
per
baika
n, m
inim
al u
ntuk
per
baika
n m
inor
. •
Kons
truks
i cer
ucuk
dap
at m
enga
cu p
ada
“Tat
a Ca
ra P
elak
sana
an P
onda
si Ce
rucu
t Ka
yu D
i At
as T
anah
Lem
bek
Dan
Tana
h G
ambu
t”
Tab
el 1
2.
Pen
jela
san
Alte
rnat
if S
iste
m S
anita
si d
i Dae
rah
Raw
a &
Muk
a A
ir T
anah
Tin
gg
i
www.wsp.org 35
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi
3.4.4. Alternatif di Daerah Rawan Banjir
Tabel 13 : Alternatif Sistem Sanitasi di Daerah Sungai
Pengolahan air limbah domestik di daerah banjir dapat menggunakan jenis teknologi apa saja selama tetap mem-perhatikan ketinggian muka tanah serta ketinggian banjir maksimal. Teknologi untuk masing-masing daerah spesifik dapat dilihat pada opsi-opsi untuk rumah yang berada di darat. Yang sangat diperlukan adalah teknik untuk mencegah air banjir masuk ke dalam sistem pengolahan, baik melalui lubang kloset, lubang di lantai, lubang kontrol, ataupun outlet sistem pengolahan.
Instalasi pengolahan yang aman dari banjir mensyaratkan posisi lubang jamban, lubang hawa dan outlet instalasi pengolahan yang berada di posisi terlindung dari rendaman banjir, khususnya untuk daerah rawan banjir. Hal ini untuk mencegah masuknya air banjir ke dalam sistem yang akan menyebabkan instalasi pengolahan lebih cepat penuh atau bahkan melimpah sehingga mencemari lingkungan.
Sistem Pelayanan Fasilitas Alternatif Pengolahan Pembuangan
DAERAH SPESIFIK
Alte
rnat
if
On-
site
Off-
site
Jam
ban
Prib
adi/
Ber
sam
a
Jam
ban
Um
um
Sist
em P
erpi
paan
Tang
ki S
eptik
Ked
ap
Tang
ki S
eptik
+ A
UF
AB
R
AB
R +
AU
F
AB
R +
RB
C
Smal
l Bor
e Se
wer
+ A
UF
AB
R/T
angk
i Sep
tik +
RB
C
Bio
filtr
asi T
angk
i Fib
er
Trip
ikon
-S
T-Pi
kon-
H
Wet
land
Res
apan
Bad
an A
ir
KETERANGAN
B1
Tangki fiber perlu dilengkapi dengan anker dan juga penutup atas beton agar tidak mengapung karena tekanan air tanah. Sistem klorinasi diaktifkan. Posisi kloset maupun instalasi pengolahan berada pada posisi yang lebih rendah dari ketinggian banjir rata-rata.
B2 Untuk muka air tanah yang rendah maka perlu diterapkan sumur/bidang resapan.
B3
Wetland perlu memiliki dinding yang lebih tinggi dari tinggi banjir rata-rata. Demikian pula dengan posisi outlet dari instalasi pegolahan. Manhole perlu dibuat kedap air sehingga air banjnir tidak dapat masuk.
Rumah di darat
B4
Small bore sewer dimanfaatkan untuk memperkecil kebutuhan lahan pengolahan, terutama apabila masyarakatnya telah memiliki pengolahan individual.
ABR = Anaerobic Baffled Reactor ; AUF = Anaeobic Upflow Filter ; RBC = Rotating Biological Contactor
Gambar 17 : Algoritma Pilihan Sanitasi di Daerah Rawan Banjir
36 Buku Penuntun
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi
Tab
el 1
4.
Pen
jela
san
Alte
rnat
if S
iste
m S
anita
si d
i Dae
rah
Raw
an B
anjir
Alte
rnat
if Pe
njel
asan
K
eter
anga
n
B1
• S
iste
m s
etem
pat
(jam
ban
prib
adi a
tau
jam
ban
bers
ama)
ses
uai u
ntuk
dae
rah
raw
an b
anjir
den
gan
kepa
data
n pe
ndud
uk k
uran
g da
ri 20
0 jiw
a/H
a da
n m
uka
air t
anah
< 2
m
• P
engo
laha
n ai
r bua
ngan
men
ggun
akan
tang
ki s
eptik
fibe
rgla
ss, T
ripik
on-S
ata
u T-
Pik
on-H
•
Tang
ki s
eptik
fibe
rgla
ss d
isam
bung
kan
pada
luba
ng ja
mba
n ya
ng a
da
• P
engg
unaa
n pl
astik
yan
g di
ikat
kan
pada
pen
utup
tang
ki fi
berg
lass
dap
at m
ence
gah
air b
anjir
mas
uk
ke d
alam
•
Eflu
en d
ari
peng
olah
an t
angk
i se
ptik
fib
ergl
ass
seba
ikny
a di
olah
den
gan
sist
em k
lorin
asi
yang
te
rsed
ia p
ada
sist
em t
erse
but.
Hal
ini u
ntuk
mem
perk
ecil
pote
nsi
penc
emar
an li
ngku
ngan
apa
bila
te
rjadi
ban
jir d
an a
gar e
fluen
dap
at la
ngsu
ng d
ibua
ng k
e ba
dan
air t
erde
kat
• T-
Pik
on-H
& T
ripik
on-S
dis
ambu
ngka
n pa
da lu
bang
jam
ban
yang
ada
. A
pabi
la m
engg
unak
an r
ing
beto
n se
baga
i mat
eria
l pem
buat
T-P
ikon
-H a
taup
un T
ripik
on-S
, m
aka
sam
bung
an a
ntar
rin
g be
ton
haru
s di
buat
ked
ap d
enga
n m
enam
bahk
an k
aret
dia
ntar
a rin
g be
ton
sebe
lum
dip
lest
er
• U
ntuk
da
erah
ku
muh
da
n m
iski
n,
peng
adaa
n ta
ngki
sep
tik f
iber
glas
s ya
ng c
ukup
mah
al p
erlu
di
duku
ng
sist
em
pem
biay
aan
yang
da
pat
dite
rima
mas
yara
kat,
sepe
rti m
isal
nya
aris
an
• S
iste
m p
engo
laha
n ya
ng k
edap
air
mer
upak
an
suat
u ke
haru
san
untu
k m
ence
gah
air
banj
ir m
asuk
ke
dala
m s
iste
m p
engo
laha
n •
Apa
bila
mem
ungk
inka
n, ti
nggi
jam
ban
seba
ikny
a di
sesu
aika
n de
ngan
ket
ingg
ian
banj
ir ra
ta-r
ata
• P
ipa
haw
a pa
da s
iste
m p
engo
laha
n ha
rus
lebi
h tin
ggi d
ari r
ata-
rata
ban
jir te
rting
gi
B
2 •
Sis
tem
se
tem
pat
(jam
ban
prib
adi/b
ersa
ma)
se
suai
un
tuk
rum
ah
di
dara
t de
ngan
ke
pada
tan
<200
jiwa/
Ha
dan
tara
f muk
a ai
r tan
ah >
2m
• Te
knol
ogi
peng
olah
an y
ang
dire
kom
enda
sika
n ad
alah
tan
gki
sept
ik,
T-P
ikon
-H,
Trip
ikon
-S d
an
biof
iltra
si ta
ngki
fibe
r. E
fluen
dar
i ins
tala
si p
engo
laha
n te
rseb
ut p
erlu
dio
lah
deng
an s
iste
m r
esap
an,
kecu
ali p
ada
biof
iltra
si ta
ngki
fibe
r yan
g di
aktif
kan
sist
em k
lorin
asin
ya
• P
engg
unaa
n pl
astik
yan
g di
ikat
kan
pada
pen
utup
tang
ki fi
berg
lass
dap
at m
ence
gah
air b
anjir
mas
uk
ke d
alam
nya
• T-
Pik
on-H
dan
Trip
ikon
-S d
isam
bung
kan
pada
luba
ng ja
mba
n ya
ng a
da. A
pabi
la m
engg
unak
an ri
ng
beto
n se
baga
i mat
eria
l pem
buat
T-P
ikon
-H a
taup
un T
ripik
on-S
, m
aka
sam
bung
an a
ntar
rin
g be
ton
haru
s di
buat
ked
ap d
enga
n m
enam
bahk
an k
aret
dia
ntar
a rin
g be
ton
sebe
lum
dip
lest
er
• T-
Pik
on-H
dan
Trip
ikon
-S s
ebai
knya
dib
uat
dari
baha
n P
VC
ata
upun
rin
g be
ton,
ter
gant
ung
dari
kapa
sita
s pe
ngol
ahan
yan
g di
perlu
kan
• Ta
ngki
sep
tik d
an s
iste
m r
esap
an y
ang
dibu
at
haru
s se
suai
den
gan
SN
I 03-
2398
-200
2 •
Unt
uk
daer
ah
kum
uh
dan
mis
kin,
pe
ngad
aan
tang
ki s
eptik
fib
ergl
ass
yang
cuk
up m
ahal
per
lu
didu
kung
si
stem
pe
mbi
ayaa
n ya
ng
dapa
t di
terim
a m
asya
raka
t, se
perti
mis
alny
a ar
isan
•
Sis
tem
pen
gola
han
yang
ked
ap a
ir m
erup
akan
su
atu
keha
rusa
n un
tuk
men
cega
h ai
r ba
njir
mas
uk k
e da
lam
sis
tem
pen
gola
han
• A
pabi
la m
emun
gkin
kan,
ting
gi ja
mba
n se
baik
nya
dise
suai
kan
deng
an k
etin
ggia
n ba
njir
rata
-rat
a •
Pip
a ha
wa
pada
sis
tem
pen
gola
han
haru
s le
bih
tingg
i dar
i rat
a-ra
ta b
anjir
terti
nggi
B
3 •
Sis
tem
se
tem
pat
untu
k ja
mba
n um
um
sesu
ai
untu
k da
erah
ra
wan
ba
njir
deng
an
kepa
data
n >2
00jiw
a/H
a, d
iman
a m
asya
raka
tnya
tida
k m
emili
ki ja
mba
n se
ndiri
•
Kua
litas
eflu
en p
erlu
dip
erha
tikan
men
ging
at p
oten
si p
ence
mar
an a
ir ta
nah
sehi
ngga
pen
ggun
aan
AB
R +
AU
F ya
ng d
ileng
kapi
wet
land
dire
kom
enda
sika
n •
Ket
ingg
ian
wet
land
per
lu d
ises
uaik
an d
enga
n ke
tingg
ian
banj
ir ra
ta-r
ata
(apa
bila
mem
ungk
inka
n te
rkai
t de
ngan
pos
isi i
nsta
lasi
pen
gola
hann
ya),
atau
set
idak
nya
mem
iliki
din
ding
yan
g cu
kup
tingg
i un
tuk
men
cega
h ai
r ban
jir m
asuk
•
Sis
tem
pon
dasi
ins
tala
si p
engo
laha
n m
engg
unak
an t
ekni
k po
ndas
i ya
ng d
isok
ong
sist
em c
eruc
uk
untu
k m
engh
inda
ri am
blas
an,
apab
ila k
onst
ruks
i di
bang
un d
i lo
kasi
tan
ah y
ang
lem
bek
dan
tidak
st
abil
• Ta
ngki
sep
tik f
iber
glas
s di
sam
bung
kan
pada
lub
ang
jam
ban
yang
ada
. Ta
ngki
fib
er in
i seb
aikn
ya
dilin
dung
i den
gan
boks
bet
on s
ehin
gga
tidak
mud
ah h
anyu
t ata
u te
rang
kat o
leh
banj
ir •
Pen
ggun
aan
plas
tik y
ang
diik
atka
n pa
da p
enut
up t
angk
i fib
ergl
ass
dapa
t
men
cega
h ai
r ba
njir
mas
uk k
e da
lam
nya
• E
fluen
dar
i pe
ngol
ahan
tan
gki
sept
ik f
iber
glas
s se
baik
nya
diol
ah d
enga
n si
stem
klo
rinas
i ya
ng
ters
edia
pad
a si
stem
ter
sebu
t. H
al in
i unt
uk m
empe
rkec
il po
tens
i pen
cem
aran
ling
kung
an a
pabi
la
terja
di b
anjir
, dan
aga
r eflu
en d
apat
lang
sung
dib
uang
ke
bada
n ai
r ter
deka
t
• K
onst
ruks
i ce
rucu
k da
pat
men
gacu
pad
a “T
ata
Car
a P
elak
sana
an
Pon
dasi
C
eruc
uk
Kay
u di
A
tas
Tana
h Le
mbe
k da
n Ta
nah
Gam
but”
• S
iste
m p
engo
laha
n ya
ng k
edap
air
mer
upak
an
suat
u ke
haru
san
untu
k m
ence
gah
air
banj
ir m
asuk
ke
dala
m s
iste
m p
engo
laha
n •
Apa
bila
mem
ungk
inka
n, ti
nggi
jam
ban
seba
ikny
a di
sesu
aika
n de
ngan
ket
ingg
ian
banj
ir ra
ta-r
ata
• P
ipa
haw
a pa
da s
iste
m p
engo
laha
n ha
rus
lebi
h tin
ggi d
ari r
ata-
rata
ban
jir te
rting
gi
Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik I Pemilihan Opsi Sanitasi
B4
• S
iste
m
perp
ipaa
n se
suai
un
tuk
rum
ah
di
daer
ah
raw
an
banj
ir de
ngan
ke
pada
tan
pend
uduk
>2
00jiw
a/H
a,di
man
a m
asya
raka
t tel
ah m
emili
ki ja
mba
n se
ndiri
den
gan
atau
tanp
a pe
ngol
ahan
•
Pen
gola
han
air
buan
gan
men
ggun
akan
tek
nolo
gi A
BR
ata
u m
ener
apka
n si
stem
sm
all b
ore
sew
er
dim
ana
tinja
dio
lah
di p
engo
laha
n in
divi
dual
(mis
alny
a ta
ngki
sep
tik) d
an e
fluen
nya
dial
irkan
men
uju
AU
F •
Pen
gola
han
eflu
en s
anga
t dip
erlu
kan
men
ging
at ri
siko
pen
cem
aran
air
tana
h ya
ng ti
nggi
. Pen
erap
an
wet
land
ata
upun
RB
C s
anga
t dia
njur
kan
apab
ila m
emun
gkin
kan
• K
apas
itas
peng
olah
an h
arus
dis
esua
ikan
den
gan
beba
n ai
r lim
bah
yang
mas
uk. P
ener
apan
sis
tem
sm
all b
ore
sew
er in
i dap
at m
engu
rang
i kap
asita
s pe
ngol
ahan
•
Per
pipa
an h
arus
terta
nam
ata
upun
terli
ndun
g de
ngan
bai
k da
ri si
nar m
atah
ari l
angs
ung
mau
pun
dari
keru
saka
n ol
eh k
egia
tan
di s
ekita
rnya
(mis
alny
a te
rinja
k, te
rgila
s, a
tau
terta
brak
) •
Sam
bung
an p
ipa
haru
s di
buat
kok
oh d
an k
edap
seh
ingg
a ai
r da
ri lu
ar ti
dak
dapa
t mas
uk k
e da
lam
si
stem
, ter
utam
a di
dae
rah
yang
terg
enan
g se
tiap
saat
• P
erlu
ada
kel
ompo
k pe
ngel
ola
yang
ber
tang
gung
ja
wab
dal
am O
&M
•
Pih
ak
peny
edia
ja
sa
peny
edot
an
tinja
pe
rlu
dile
ngka
pi
kend
araa
n pe
nyed
ot
tinja
ya
ng
mam
pu m
enja
ngka
u m
edan
sul
it (m
isal
nya
mot
or
tinja
) •
Kel
ompo
k pe
ngel
ola
perlu
dib
ekal
i ke
mam
puan
pe
rbai
kan,
min
imal
unt
uk p
erba
ikan
min
or
Referensi
“Philippines Sanitation Sourcebook and Decision Aid”, Desember 2005.
A. H. Dolan and I. J. Walker, “Understanding vulnerability of coastal communities to climate change related risks”, Journal of Coastal Research, Special Issue 39, 2004
Badan Standarisasi Nasional Indonesia, Tata Cara Perenca-naan Tangki Septik dengan Sistem Resapan, SNI 03-2398-2002
Depledge, Derrick, “Sanitation for Small Islands – Guide-lines for Selection and Development”, South Pacific Applied Geoscience Commision (SOPAC), September 1997.
Franceys, R, Pickford, J, Reed, R, “A guide to the develop-ment of on-site sanitation”, WHO, Geneva, 1992.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16- 2008 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman
Pusat Penelitian Sains dan Teknologi Universitas Indonesia, “Penanggulangan Tinja pada Segmen Permukiman Padat Penduduk”, 2003
Rebecca Scott and Brian Reed, “Well Factsheet: Emptying Pit Latrines”, November 2006.
TTPS (Tim Teknis Pembangunan Sanitasi), “Buku Refer-ensi – Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi”, 2010
TTPS, ”Buku Panduan – Sumber dan Mekanisme Pendan-aan Sektor Sanitasi”, 2010
WaterAid Bangladesh, “Sanitation Options for Slums over Water Bodies or in Low-Lying Areas”, March 2007.
WHO & OECD EAP Task Force Secretariat, “Rural cost functions for water supply and sanitation (EXD/PCM/EN/NMC/04/125) – Technology Overview and Cost Functions”, November 2005
WHO, “A Guide to the Development of On-Site Sanita-tion”, 1992
WSP (Water and Sanitation Program) & Government of India, “Technology Options for Urban Sanitation in India – A guide to Decisionmaking”, September 2008.
WSP (Water and Sanitation Program) dan WASPOLA, “Financial study – Kajian Pendanaan Public untuk Air Minum dan Sanitasi di Indonesia”, Desember 2006.
WSP-EAP, “Informasi Pilihan Jamban Sehat”, 2009
www.wsp.org 37