Osteomyelitis kronik adalah penyakit akibat infeksi kronik pada jaringan tulang atau sumsum
tulang.Hal ini dapat disebabkan oleh ostemielitis akut yang tidak mendapatkan pengobatan
secra adekuat sehingga menjadi kronis. Bentuk osteomyelitis kronik yang klasik ditandai oleh
nekrosis jaringan tulang akibat iskemia sebagai hasil dari perfusi jaringan tulang yang tidak
adekuat. Kurangnya perfusi jaringan ini disebabkan oleh trombosis yang terbentuk pada proses
radang memblokir aliran darah di jaringan tulang. Jika proses iskemi ini berlangsung terus
menerus dalam waktu yang lama sehingga jaringan-jaringan tulang yang mengalami nekrosis
terlepas dari struktur tulang,akan terbentuk skuestrum.Proses terbentuknya sekuesterum
disebut juga sekuesterisasi. , Jaringan tulang mati (sequestrum) tidak mudah mencair dan
mengalir keluar.Selain itu, rongga akibat abses tidak dapat mengempis dan menyembuh,
seperti yang terjadi pada jaringan lunak. Akibatnya, terjadi pertumbuhan tulang baru
(involukrum) yang mengelilingi sekuestrum. Meskipun tampak terjadi proses penyembuhan,
namun sequestrum akibat osteomyelitis kronik rentan untuk terjadi kekambuhan terutama jika
terjadi kontaminasi ulang.
Klasifikasi
Cierny dan Mader mengembangkan sistem klasifikasi untuk osteomyelitis kronik, berdasar dari
kriteria anatomis dan fisiologis, untuk menentukan derajat infeksi.
Kriteria fisiologis dibagi menjadi tiga kelas berdasar tiga tipe jenis host. Host kelas A memiliki
respon pada infeksi dan operasi. Host kelas B memiliki kemampuan imunitas yang terbatas dan
penyembuhan luka yang kurang baik. Ketika hasil penatalaksanaan berpotensi lebih buruk
dibandingkan keadaan sebelum penanganan, maka pasien digolongkan menjadi host kelas C.
Kriteria anatomis mencakup empat tipe. Tipe I, lesi meduller, dengan ciri gangguan pada
endosteal. Pada tipe II, osteomyelitis superfisial terbatas pada permukaan luar dari tulang, dan
infeksi terjadi akibat defek pembungkus tulang. Tipe III merupakan suatu infeksi terlokalisir
dengan lesi stabil, berbatas tegas dengan sequestrasi kortikal tebal dan kavitasi (pada tipe ini,
debridement yang menyeluruh pada daerah ini tidak dapat menyebabkan instabilitas). Tipe IV
merupakan lesi osteomyelitik difus yang menyebabkan instabilitas mekanik, baik pada saat
pasien datang pertama kali atau setelah penanganan awal.
Pembagian berdasar kriteria fisiologis dan anatomis dapat berkombinasi dan membentuk 1 dari
12 kelas stadium klinis dari osteomyelitis. Sebagai contoh, lesi tipe II pada host kelas A dapat
membentuk osteomyelitis stadium IIA. Sistem klasifikasi ini berguna untuk menentukan apakah
penatalaksanaan menggunakan metode yang sederhana atau kompleks, kuratif atau paliatif,
dan mempertahankan tungkai atau ablasi.
Etiologi
Pada anak-anak, tulang panjang biasanya terpengaruh. Pada orang dewasa, dan tulang panggul
yang paling sering terkena.
Osteomielitis akut hampir selalu terjadi pada anak-anak. Ketika orang dewasa yang terkena, itu
mungkin karena perlawanan tuan rumah berkompromi karena kekurangan tenaga,
penyalahgunaan obat intravena, gigi akar-canaled menular, atau penyakit lainnya atau obat-
obatan (misalnya, terapi imunosupresif).
Osteomyelitis merupakan komplikasi sekunder di 1-3% dari pasien dengan TB paru [1] Dalam
hal ini,. Bakteri, secara umum, menyebar ke tulang melalui sistem peredaran darah, pertama
menginfeksi sinovium (karena konsentrasi oksigen yang lebih tinggi) sebelum menyebar ke
tulang yang berdekatan [1] Dalam osteomyelitis TBC., tulang panjang dan vertebra adalah
orang-orang yang cenderung akan terpengaruh. [1]
Staphylococcus aureus adalah organisme yang paling sering diisolasi dari segala bentuk
osteomyelitis. [1]
osteomyelitis aliran darah-bersumber terlihat paling sering pada anak-anak, dan hampir 90%
kasus disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Pada bayi, S. aureus, streptokokus Grup B (paling
umum [6]) dan Escherichia coli umumnya terisolasi, pada anak-anak dari 1 sampai 16 tahun, S.
aureus, Streptococcus pyogenes, dan Haemophilus influenzae yang umum. Pada beberapa
subpopulasi, termasuk pengguna narkoba suntikan dan pasien splenectomized, bakteri Gram-
negatif, termasuk bakteri enterik, adalah patogen signifikan. [7]
Bentuk paling umum dari penyakit pada orang dewasa disebabkan oleh cedera tulang untuk
mengekspos infeksi lokal. Staphylococcus aureus adalah organisme yang paling umum dilihat
pada osteomyelitis, unggulan dari daerah infeksi berdekatan. Tapi anaerob dan organisme
Gram-negatif, termasuk aeruginosa Pseudomonas, E. coli, dan Serratia marcescens, juga umum.
infeksi campuran adalah aturan daripada pengecualian. [7]
Sistemik mycotic (jamur) infeksi juga dapat menyebabkan osteomyelitis. Dua yang paling umum
adalah Blastomyces dermatitidis dan immitis Coccidioides.
Dalam osteomyelitis melibatkan badan vertebra, sekitar separuh dari kasus disebabkan oleh
Staphylococcus aureus, dan setengah lainnya adalah karena tuberkulosis (hematogenously
menyebar dari paru-paru). osteomielitis TBC tulang belakang begitu umum sebelum mulai
terapi antitubercular efektif sehingga memperoleh nama khusus, penyakit Pott.
Setelah analisis data laboratorium klinis dan studi literatur, kita dapat mengatakan bahwa
perubahan patologis tulang yang disebabkan oleh beberapa mekanisme yang saling terkait
komponen obat, diproduksi sembunyi-sembunyi [8] Kompleks cepacia Burkholderia telah
terlibat dalam osteomyelitis vertebralis pada pengguna narkoba suntikan.. [ 9]
Sebagian besar osteomielitis kronik disebabkan oleh infeksi Stafilokokus aureus, E
coli,Pseudomonas, Proteus. Pada pasien yang mengalami pembedahan orthopedic
menggunakan implant, Streptococcus epidermidis merupakan penyebab yang utama. Begitu
juga dengan:
1. Osteomielitis akut yang tidak tertangani dengan baik
2. Osteomielitis hematogen
3. Trauma
4. Iatrogenik, seperti fiksasi interna fraktur
5. Fraktur terbuka
6. Infeksi mikobakterium dan sifilis
7. Penyebaran infeksi secara kontagiosa dari jaringan lunak seperti pada pasien diabetes
yang menderita ulkus atau ulkus pada penyakit vaskuler perifer
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui darah) dari fokus infeksi di
tempat lain (mis. Tonsil yang terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi, infeksi saluran nafas atas).
Osteomielitis akibat penyebaran hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat
trauma dimana terdapat resistensi rendah kemungkinan akibat trauma subklinis (tak jelas).
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi jaringan lunak (mis. Ulkus
dekubitus yang terinfeksi atau ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis, fraktur
ulkus vaskuler) atau kontaminasi langsung tulang (mis. Fraktur terbuka, cedera traumatik
seperti luka tembak, pembedahan tulang.
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah mereka yang nutrisinya buruk,
lansia, kegemukan atau penderita diabetes. Selain itu, pasien yang menderita artritis
reumatoid, telah di rawat lama dirumah sakit, mendapat terapi kortikosteroid jangka panjang,
menjalani pembedahan sendi sebelum operasi sekarang atau sedang mengalami sepsis rentan,
begitu pula yang menjalani pembedahan ortopedi lama, mengalami infeksi luka mengeluarkan
pus, mengalami nekrosis insisi marginal atau dehisensi luka, atau memerlukan evakuasi
hematoma pascaoperasi.
Patogenesis
Secara umum, mikroorganisme dapat menginfeksi tulang melalui satu atau lebih dari
tiga metode dasar: melalui aliran darah, contiguously dari daerah setempat infeksi
(seperti pada selulitis), atau penetrasi trauma, termasuk penyebab iatrogenik seperti
pengganti bersama atau fiksasi internal patah tulang atau akar -gigi canaled [1] Setelah
tulang yang terinfeksi., leukosit memasuki area yang terinfeksi, dan, dalam upaya
mereka untuk menelan organisme menular, melepaskan enzim yang melisiskan tulang.
Nanah menyebar ke pembuluh darah tulang itu, mengganggu aliran mereka, dan daerah
tulang terinfeksi devitalized, yang dikenal sebagai sequestra, membentuk dasar dari
infeksi kronis [1]. Seringkali, tubuh akan mencoba untuk membuat tulang baru di sekitar
area nekrosis. Tulang baru yang dihasilkan sering disebut involucrum sebuah. [1] Pada
pemeriksaan histologis, daerah-daerah tulang nekrotik adalah dasar untuk membedakan
antara osteomyelitis osteomyelitis akut dan kronis. Osteomyelitis adalah proses infeksi
yang meliputi semua tulang (osseous) komponen, termasuk sumsum tulang. Bila kronis,
dapat menyebabkan sclerosis tulang dan kelainan bentuk.
Osteomyelitis kronis mungkin karena adanya bakteri intraseluler (di dalam sel-sel
tulang) [2] Juga,. Sekali intraseluler, bakteri dapat melarikan diri dan menyerang sel-sel
tulang lainnya. [3] Selain itu, sekali intraseluler, bakteri menjadi resisten untuk beberapa
antibiotik [4] Fakta-fakta ini dikombinasikan dapat menjelaskan kronisitas dan
pemberantasan penyakit ini sulit.. Hal ini mengakibatkan biaya signifikan dan kecacatan
dan bahkan dapat menyebabkan amputasi. intraselular keberadaan bakteri dalam
osteomyelitis kemungkinan merupakan faktor yang belum diakui untuk membentuk
kronis tersebut.
Pada bayi, infeksi dapat menyebar ke sendi dan menyebabkan arthritis. Pada anak-anak,
abses subperiosteal besar dapat terbentuk karena periosteum yang longgar melekat
pada permukaan tulang. [1]
Karena khusus suplai darah mereka, tibia, femur, humerus, tulang belakang, rahang
atas, dan badan-badan mandibula sangat rentan terhadap osteomyelitis. [5] Abses
tulang, bagaimanapun, dapat dipicu oleh trauma pada daerah yang terkena . Banyak
infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus, anggota flora normal ditemukan pada
kulit dan selaput lendir. Pada pasien dengan penyakit sel sabit, agen penyebab paling
umum tetap Staphylococcus aureus, tetapi spesies Salmonella patogen proporsional
menjadi lebih umum dari pada host yang sehat
Manifestasi Klinis
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus
atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi
derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
Osteomyelitis akut
Nyeri daerah lesi
Demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe regional
Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka
Pembengkakan lokal
K emerahan
Suhu raba hangat
Lab = anemia, leukositosis
Osteomyelitis kronis
Ada luka, bernanah, berbau busuk, nyeri
Gejala-gejala umum tidak ada
Gangguan fungsi kadang-kadang kontraktur
Lab =LED meningkat
Pada Kronik osteomyelitis :
- Ulkus yang tidak kunjung sembuh.
- Drainase saluran sinus.
- Kelelahan yang berkepanjangan.
- Malaise.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus
atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakandan pengeluaran pus. Infeksi
derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibatkurangnya asupan darah (Sain, I., 201
Evaluasi Diagnostik
Diagnosis osteomyelitis berdasar pada penemuan klinis, laboratorium, dan radiologi. Gold
standar adalah dengan melakukan biopsi pada tulang yang terinfeksi untuk analisa histologis
dan mikrobateriologis.
Pemeriksaan fisik sebaiknya berfokus pada integritas dari kulit dan jaringan lunak, menentukan
daerah yang mengalami nyeri, stabilitas abses tulang, dan evaluasi status neurovaskuler
tungkai. Pemeriksaan laboratorium biasanya kurang spesifik dan tidak memberikan petunjuk
mengenai derajat infeksi. ESR dan CRP meningkat pada kebanyakan pasien, akan tetapi WBC
hanya meningkat pada 35% pasien. Terdapat banyak pemeriksaan radiologik yang dapat
dilakukan untuk mengevaluasi osteomyelitis kronik; akan tetapi, tidak ada teknik satupun yang
dapat mengkonfirmasi atau menyingkirkan diagnosis osteomyelitis. Pemeriksaan radiologik
sebaiknya dilakukan untuk membantu konfirmasi diagnosis dan untuk sebagai persiapan
penanganan operatif. Radiologi polos dapat memberikan informasi berharga dalam
menegakkan diagnosis osteomyelitis kronik dan sebaiknya merupakan pemeriksaan yang
pertama dilakukan. Tanda dari destruksi kortikal dan reaksi periosteal sangat mengarahkan
diagnosis pada osteomyelitis. Tomography polos dapat berguna untuk mendeteksi sequestra.
Sinography dapat dilakukan jika didapatkan jejak infeksi pada sinus. Pemindaian tulang dengan
isotop lebih berguna pada osteomyelitis akut dibanding dengan bentuk kronik. Pemindaian
tulang techentium 99m, yang memperlihatkan pengambilan yang meningkat pada daerah
dengan peningkatan aliran darah atau aktivitas osteoblastik, cenderung memiliki spesifitas yang
kurang. Akan tetapi pemeriksaan ini, memiliki nilai prediktif yang tinggi untuk hasil yang negatif,
walaupun negatif palsu telah dilaporkan. Pemindaian dengan Gallium memperlihatkan
peningkatan pengambilan pada area dimana leukosit atau bakteria berakumulasi. Pemindaian
leukosit dengan Indium 111 lebih sensitif dibanding dengan technetium atau gallium dan
terutama digunakan untuk membedakan osteomyelitis kronik dari arthropathy pada kaki
diabetik. CT scan memberikan gambaran yang sempurna dari tulang kortikal dan penilaian yang
cukup baik untuk jaringan lunak sekitar dan terutama berguna dalam identifikasi sequestra.
Akan tetapi, MRI lebih berguna dibanding CT scan dalam hal penilaian jaringan lunak. MRI
memperlihatkan daerah edema tulang dengan baik. Pada osteomyelitis kronik, MRI dapat
menunjukkan suatu lingkaran hiperintens yang mengelilingi fokus infeksi (rim sign). Infeksi sinus
dan sellulitis tampak sebagai area hiperintens pada gambaran T2-weighted. Seperti yang
sebelumnya dijelaskan, gold standard dari diagnosis osteomyelitis adalah biopsi dengan kultur
atau sensitivitas. Suatu biopsi tidak hanya bermanfaat dalam menegakkan diagnosis, akan
tetapi juga berguna menentukan regimen antibiotik yang akan digunakan.
Penatalaksanaan
Pada osteomielitis kronik, besar, kavitas iregular, peningkatan periosteum, sequestra atau
pembentukan tulang padat terlihat pada sinar – x. pemindaian tulang dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi area infeksi. Laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih biasanya normal.
Anemia, dikaitkan dengan infeksi kronik. Abses ini dibiakkan untuk menentukan organisme
infektif dan terapi antibiotik yang tepat.
Pada osteomielitis kronis, dilakukan sekuetrektomi dan debrideman serta pemberian antibiotic
yang sesuai dengan hasil kultur dantes resistensi. Osteomielitis tidak dapat sembuh sempurna
sebelum semua jaringan mati disingkirkan.
Osteomyelitis kronik pada umumnya tidak dapat dieradikasi tanpa operasi. Operasi untuk
osteomyeritis termasuk sequestrektomi dan reseksi tulang dan jaringan lunak yang terinfeksi.
Tujuan dari operasi adalah menyingkirkan infeksi dengan membentuk lingkungan tulang yang
viable dan bervaskuler. Debridement radikal dapat dilakukan untuk mencapai tujuan ini.
Debridement yang kurang cukup dapat menjadi alasan tingginya angka rekurensi pada
osteomyelitis kronik dan kejadian abses otak pada osteomyelitis tulang tengkorak.
Debridement adekuat seringkali meninggalkan ruang kosong besar yang harus ditangani untuk
mencegah rekurensi dan kerusakan tulang bermakna yang dapat mengakibatkan instabilitas
tulang. Rekonstruksi yang tepat baik untuk defek jaringan lunak maupun tulang perlu
dilakukan,begitu pula identifikasi menyeluruh dari bakteri penginfeksi dan terapi antibiotik yang
tepat. Rekonstruksi sebaiknya dilakukan setelah perencanaan yang baik dan identifikasi
sequestra dan abses intraosseus dengan radiography polos, sinography, CT dan MRI. Prosedur
ini sebaiknya dilakukan dengan konsultasi ahli infeksi dan untuk fase rekonstruksi, diperlukan
konsultasi ahli bedah plastik mengenai skin graft, flap muskuler dan myocutaneus. Durasi
pemberian antibiotik post-operasi masih kontroversi. Pada umumnya, pemberian antibiotik
intravena selama 6 minggu dilakukan setelah debridement osteomyelitis kronik. Swiontkowski
et al melaporkan angka kesuksesan sebesar 91% dengan hanya 1 minggu pemberian antibiotik
intravena dilanjutkan dengan terapi antibiotik oral selama 6 minggu.
Semua jaringan nekrotik harus dibuang untuk mencegah residu bakteri yang dapat menginfeksi
ulang. Pengangkatan semua jaringan parut yang melekat dan skin graft sebaiknya dilakukan.
Sebagai tambahan dapat digunakan bur kecepatan tinggi untuk membersihkan untuk
mendebridemen tepi kortikal tulang sampai titik titik perdarahan didapatkan. Irrigasi
berkelanjutan perlu dilakukan untuk mencegah nekrosis tulang karena bur. Kultur dari materi
yang didebridement sebaiknya dilakukan sebelum memulai terapi antibiotik. Pasien
membutuhkan beberapa kali debridement, hingga luka cukup bersih untuk penutupan jaringan
lunak. Soft tissue dibentuk kembali dengan simpel skin graft, tetapi sering kali membutuhkan
transposisi lokal jaringan muskuler atau transfer jaringan bebas yang tervaskularisasi untuk
menutup segment tulang yang didebridemen secara efektif Muscle flaps ini memberikan
vascularisasi jaringan yang baru untuk membantu penyembuhan tulang dan distribusi
antibiotik. Pada akhirnya stabilitas tulang harus di capai dengan bone graft untuk menutup gaps
osseus. Autograft kortikal dan cancellous dengan transfer tulang yang bervaskularisasi biasanya
perlu dilakukan. Walaupun secara tehnis dibutuhkan bone graft tervaskularisasi memberikan
sumber aliran darah baru pada daerah tulang yang sebelumnya tidak memiliki vaskularisasi .
a. Sequestrektomi dan Kuretase untuk Osteomyeltis Kronik
Sekuestrektomi dan kuretase membutuhkan lebih banyak waktu dan menyebabkan lebih
banyak kehilangan darah pada pasien yang biasanya tidak dapat diantisipasi oleh ahli bedah
yang kurang berpengalaman, persiapan yang tepat sebaiknya dilakukan sebelum operasi.
Infeksi sinus diberikan metilen blue 24 jam sebelum operasi untuk memudahkan lokalisasi dan
eksisi. Untuk melakukan teknik ini maka diperlukan torniket pneumatik. Buka daerah tulang
yang terinfeksi dan eksisi seluruh sinus sekitar. Insisi periosteum yang indurasi dan naikkan 1,3
hingga 2,5 cm pada tiap sisi. Gunakan bor untuk memberi jendela kortikal pada lokasi yang
tepat dan angkat dengan menggunakan osteotome. Buang seluruh sequestra, materi purulenta,
dan jaringan parut dan nekrotik. Jika tulang yang sklerotik membentuk kavitas didalam kanal
meduller, buka kanal tersebut pada kedua arah untuk memberikan tempat bagi pembuluh
darah untuk tumbuh didalam kavitas. Bor berkecepatan tinggi akan membantu melokalisir
perbatasan antara tulang iskemik dan sehat. Setelah membuang jaringan yang mencurigakan,
eksisi tepi tulang yang menggantung secara hati-hati dan hindari membuat rongga kosong atau
kavitas. Jika kavitas tidak dapat diisi dengan jaringan lunak sekitar, maka flap muskuler lokal
atau transfer jaringan bebas dapat dilakukan untuk mengisi ruang kosong tersebut. Jika
memungkinkan, tutupi kulit dengan renggang dan pastikan tidak ada tekanan kulit yang
berlebihan. Jika penutupan kulit tidak memungkinkan, tutup luka dengan renggang atau
berikan antibiotik dan rencanakan untuk penutupan kulit atau skin graft di masa yang akan
datang. Setelah penanganan, tungkai dipasangkan splint sampai luka sembuh dan kemudian
dilindungi untuk mencegah fraktur patologis. Pemberian antibiotik dilanjutkan dalam periode
yang panjang dan dimonitor dengan ketat.
Defek jaringan lunak dan tulang harus diisi untuk mereduksi kemungkinan infeksi lanjutan dan
kerusakan fungsi. Beberapa teknik telah dideskripsikan untuk penanganan defek tersebut dan
terbukti berhasil jika dilakukan dengan benar. Metode untuk mengeliminasikan ruang kosong
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Bone graft dengan penutupan primer dan sekunder;
2. Penggunaan antibiotik polymethylsmethacrylate (PMMA) sebagai saringan temporer
sebelum rekonstruksi,
3. Flap muskuler lokal dan skin graft dengan atau tanpa bone graft,
4. Transfer mikrovaskuler flap muskuler, myokutaneus, osseous, dan osteocutaneous, dan
5. Penggunaan transport tulang (Ilizarov technique).
b. Graft Tulang Terbuka
Papineau et al menggunakan teknik graft tulang terbuka untuk penatalaksanaan osteomyelitis
kronik. Penggunaan prosedur ini berdasarkan prinsip sebagai berikut :
1. Jaringan granulasi dapat mencegah infeksi;
2. Graft tulang cancellous autogenous sangat cepat tervaskularisasi dan mencegah terjadinya
infeksi;
3. Daerah terinfeksi dieksisi dengan sempurna;
4. Drainase yang adekuat;
5. Immobilisasi yang adekuat;
6. Antibiotik diberikan dalam jangka panjang.
Panda et al melaporkan angka kesuksesan dengan menggunakan teknik Papineau untuk
penatalaksanaan 41 pasien dengan osteomyelitis kronik.2,6
Operasi tersebut dibagi menjadi tiga tahap yaitu sebagai berikut;
(1) eksisi jaringan terinfeksi dengan atau tanpa stabilisasi dengan menggunakan fixator
eksternal atau intramedullari rod,
(2) cancellous autografting; dan
(3) penutupan kulit.
c. Antibiotik Rantai Plymethylmethacrylate (PMMA)
Klemm dan investigator lainnya melaporkan hasil yang cukup baik dengan penggunaan
antibiotik PMMA untuk penatalaksanaan osteomyelitis kronik. Rasionalisasi untuk
penatalaksanaan ini adalah untuk memberikan antibiotik kadar tinggi secara lokal dengan
konsentrasi yang melampaui konsentrasi inhibitorik minimal. Penelitian farmakokinetik telah
menunjukkan bahwa konsentrasi antibiotik lokal yang diperoleh mencapai 200 kali lebih tinggi
dibandingkan pemberian antibiotik sistemik. Penatalaksanaan ini memiliki keunggulan dalam
hal memperoleh antibiotik dengan konsentrasi sangat tinggi sementara menjaga kadar
toksisitas dalam serum dan sistemik tetap rendah. Antibiotik berasal dari PMMA bead ke dalam
luka hematoma post operasi dan sekresi, yang berfungsi sebagai media tranport. Konsentrasi
antibiotik yang sangat tinggi hanya dapat dicapai dengan penutupan luka primer; jika
penutupan seperti demikian tidak dapat dilakukan maka luka dapat ditutup dengan perban
kedap air. Sebelum PMMA bead diimplantasi, semua jaringan terinfeksi dan nekrotik telah di
debridement dengan adekuat sebelumnya dan semua benda asing dibuang. Drain isap tidak
direkomendasikan karena konsentrasi antibiotik dapat berkurang.
Golongan aminoglikosida merupakan jenis antibiotik yang digunakan bersama PMMA bead.
Penisilin, cephalosporin, dan clindamisin terlarut dengan baik paad PMMA bead; vancomysin
kurang terlarut dengan baik. Antibiotik seperti fluoroquinolon, tetrasiklin, polymixin B dirusak
selama proses exothermik pada pengerasan PMMA bead sehingga jenis antibiotik tersebut
tidak dapat digunakan.2,16 Implantasi antibiotik PMMA jangka pendek, jangka panjang, atau
permanen dapat dilakukan. Pada implantasi jangka pendek, PMMA bead dibuang dalam 10 hari
pertama, dan pada implantasi jangka panjang PMMA bead ini diberikan hingga 80 hari. Henry
et al melaporkan hasil yang bagus pada 17 pasien dengan implantasi permanen antibiotik
PMMA bead. Rasionalisasi pembuangan PMMA ini dipertimbangkan atas beragam faktor. Kadar
bakteriosidal dari antibiotik ini hanya bertahan selama 2-4 minggu setelah impantasi dan
setelah seluruh isi antibiotik keluar, maka butir PPMA akan dianggap benda asing dan
merupakan tempat yang sesuai untuk kolonisasi bakteri pembentuk glykocalyx. PMMA juga
terbukti menghambat respon imun lokal dengan mengganggu beberapa jenis sel imun yang
fagositik. Setelah pemberian antibiotik PMMA ini maka kantong bead perlu diganti dalam
interval 72 jam dengan debridement berulang dan irigasi hingga luka siap ditutup.
d. Transfer Jaringan Lunak (Soft Tissue Transfer)
Transfer jaringan lunak untuk mengisi ruang kosong yang tertinggal setelah operasi
debridement luas dapat mencakupi flap muskuler terlokalisir pada pedikel vaskuler hingga
transfer jaringan lunak dengan mikrovaskuler. Transfer jaringan otot bervaskularisasi
memperbaiki lingkungan biologis lokal dengan membawa suplai darah yang penting bagi
mekanisme daya tahan tubuh, begitupula untuk pengangkutan antibiotik dan penyembuhan
osseus dan jaringan lunak. Angka keberhasilan untuk teknik ini dilaporkan oleh literatur adalah
sebesar 66% hingga 100%.
Kebanyakan flap muskuler lokal digunakan untuk penanganan osteomyelitis kronik pada tibia.
Otot gastrocnemius digunakan untuk defek sekitar 1/3 proximal tibia, dan otot soleus
digunakan untuk defek sekitar 1/3 medial tibia. Transfer jaringan lunak bebas dengan
mikrovaskuler dibutuhkan untuk defek sekitar 1/3 distal tibia.
Beberapa penliti melaporkan angka keberhasilan yang tinggi pada penanganaan osteomyelitis
kronik dengan penggunaan transfer jaringan bebas mikrovaskuler. Jaringan mikrovaskuler
dapat mengandung otot yang menutupi skin graft atau flap myokutaneous, osseous, dan
osteocutaneous. Debridement awal yang adekuat pada daerah yang terkena membantu
meningkatkan angka keberhasilan teknik ini.
e. Teknik Ilizarov
Teknik lizarof telah terbukti bermanfaat untuk penatalaksanaan osteomyelitis kronik dan
nonunion yang terinfeksi. Teknik ini dilakukan dengan reseksi radikal pada tulang yang
terinfeksi. Kortikotomi dimulai dari proximal jaringan tulang normal dan distal daerah yang
terinfeksi. Tulang kemudian dipindahkan hingga union dicapai. 2 Kekurangan teknik ini yaitu
waktu yang digunakan hingga terjadi union solid dan insiden komplikasi yang terkait Dendrinos
et al melaporkan diperlukan rata-rata 6 bulan hingga terbentuknya union dengan beberapa
komplikasi pada tiap pasien. Akan tetapi walaupun dengan kekurangan tersebut Prosedur
Lizarof menguntungkan pasien yang membutuhkan reseksi luas dari tulang dan rekonstruksi
untuk tercapainya stabilitas.
Sumber Pustaka
- Cierny G, Mader JT, Pennick JJ. A clinical staging system for adult osteomyelitis. Contemp Orthop
1985; 10:17–37.
- S. Robert Rozbruch, Svetlana Ilizarov, ed (2007). Limb lengthening and reconstructive surgery.
CRC Press. pp. 3–5. ISBN 0849340519. http://books.google.com/books?
id=wxYt9aoztYoC&pg=PA3&dq=shaft+bow.
- "Bone Grafting - Definition, Purpose, Demographics, Description, Diagnosis/preparation,
Aftercare, Risks, Normal results, Morbidity and mortality rates, Alternatives".
http://www.surgeryencyclopedia.com/A-Ce/Bone-Grafting.html.
- Chronic Traumatic Osteomyelitis: Its Pathology and Treatment, James Renfrew White
BiblioBazaar, 2010 ;ISBN1144863422, 9781144863423
- Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2; R Sjamsuhidayat, Wim de Jong; EGC
- Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6; Schwarts,Shires,Spencer; EGC
Tugas Kelompok Bedah Ortopedi
Osteomyelitis KronikDisusun oleh:
Kelompok 4
Prananingrum Dwi G2A008142 Risa Ardiani G2A008158Prasetyo Nugroho G2A008144 Riyan Rochaniawan G2A008161 Putri Pratama G2A008145 Rizka Alviventiasari G2A008162Putu Frisca G2A008146 Rizka Hastari G2A008163Ratna Indriana G2A008147 Rizka Nugraheni G2A008164Radith Aulia G2A008148 Rizki Adimas Bagoes G2A008165Raissa Vaniana G2A008149 Fresadita G2A007082Ratna Ayu Cahaya G2A008150 Istifa G2A007104Rayno Praditya G2A008151Regina Wulandari G2A008152Restiana Hilda G2A008153Ridha Abdi Wahab G2A008154Ridzky Firmansyah G2A008155Rifka Oktaviana G2A008156Rika Widyantari G2A008157
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGOROSEMARANG
2011
Recommended