Material Konservasi pada Pemugaran van Erp
MATERIAL KONSERVASI PADA PEMUGARAN VAN ERP
Oleh :Nahar Cahyandaru
Koordinator Kelompok Kerja PemeliharaanBalai Konservasi Peninggalan Borobudur
CCandi Borobudur yang saat ini bisa kita nikmati Setelah Candi Borobudur ditinggalkan,
kemegahannya sesungguhnya telah memiliki struktur candi berada dalam kondisi terabaikan
sejarah panjang semenjak dibangun. dan hampir-hampir dilupakan. Kondisi
Pembangunan candinya sendiri membutuhkan terabaikan ini berlangsung dalam masa yang
waktu yang sangat lama dan mengalami sangat lama, yaitu hingga akhir abad 19.
beberapa kali perubahan konsep disain. Meskipun dalam kitab “Babad Tanah Jawi”
Menurut beberapa informasi pembangunan dari tahun 1709 tentang monumen yang dapat
awal hingga selesai membutuhkan waktu
hingga lima generasi yang kurang lebih setara
dengan satu seperempat abad. Namun setelah
selesai dibangun, masa pemanfaatan candi
sebagaimana fungsi yang direncanakan hanya
berlangsung relatif singkat. Beberapa pendapat
menyatakan bahwa candi hanya difungsikan
antara satu sampai dua abad menyusul
perpindahan peradaban ke Jawa bagian timur.
Pedapat tentang adanya mahapralaya pada
awal abad ke-11 yang menyebabkan peradaban
beserta candi ditinggalkan juga cukup populer.
35
Kondisi Candi Borobudur setelah ditemukan dan dibersihkan
menyebabkan sial, dan “Babad Tanah Mataram” Kedu Hartmann hingga mampu menampakkan
tahun 1757 tentang monumen dengan patung bentuk candi yang sangat megah. Pembersihan
ksatria jawa yang terkurung dalam sangkar batu dan pembenahan yang dilakukan Hartmann
yang keduanya merujuk pada diketahuinya selesai pada tahun 1835 (Soekmono, 1972).
keberadaan candi ini (Soekmono, 1972), namun Hingga saat tersebut belum dilakukan
secara fisik praktis Candi Borobudur terabaikan. upaya pemugaran besar, namun baru
Masyarakat sek i tar juga sebenarnya penyusunan ulang struktur candi. Yang lebih
mengetahui adanya candi yang saat itu hanya penting pada era tersebut adalah publikasi oleh
berupa gundukan serupa bukit yang dipenuhi pemerintah Hindia Belanda sehingga nama
balok-balok batu. Borobudur menjadi terangkat di tingkat dunia
Candi Borobudur memasuki era baru dan mendapat perhatian dari berbagai
setelah Gubernur Jenderal T.S. Raffles kalangan. Dokumentasi berupa deskripsi foto
membuka “bukit” dan menemukan adanya maupun sketsa juga dibuat untuk mendukung
candi yang luar biasa. Borobudur kembali publikasi dan perekaman data. Deskripsi
dikenal setelah pembukaan awal dan publikasi lengkap candi dibuat oleh Brumun sedangkan
pada tahun 1814. Meskipun hingga tahun 1817 gambar dibuat oleh Wilsen.
informasi tentang Borobudur baru sedkit yang Setelah Candi Borobudur dibuka, maka
masuk dalam buku Sejarah Tanah Jawa. Namun berbagai peristiwa baik alam maupun campur
pembukaan oleh Raffles yang dikomandoi oleh tangan manusia terjadi secara intensif. Ketika
Cornelius ini memberikan andil yang sangat masih terabaikan candi berada dalam kondisi
besar untuk mengenalkan kembali Candi yang lebih baik, karena batu-batu tertutup oleh
Borobudur yang fenomenal ke masyarakat gundukan tanah dan semak sehingga terhindar
dunia. Namun usaha Raffles dan Cornelius ini dari interaksi langsung dengan lingkungan.
juga menimbulkan dampak negatif lain, yaitu Pengaruh lingkungan seperti sinar matahari,
hilangnya takhayul masyarakat sehingga tidak kelembaban, perubahan suhu, aliran air, dan
takut lagi mengambil batu candi sebagai bahan mikroorganisme terjadi secara lebih minimum.
bangunan, dan menyebabkan pihak pemerintah Demikian juga pengaruh manusia terutama
setempat ingin tahu lebih banyak sehingga vandalisme berupa pengrusakan dan pencurian
melakukan penggal ian sembarangan. juga tidak terjadi. Campur tangan manusia yang
Pembersihan dilanjutkan atas perintah Residen secara langsung merupakan pengrusakan
36 Material Konservasi pada Pemugaran van Erp
Kondisi stupa induk Candi Borobudur sebelum direstorasi oleh The van Erp
berlangsung setelah Candi Borobudur dibuka, dalam kondisi yang stabil.
antara lain pembongkaran stupa induk dan Faktor yang mempengaruhi la ju
mungkin juga bagian lain, hingga dibangunnya pelapukan dan kerusakan material cagar
shelter dipuncak stupa untuk gardu pandang budaya adalah kualitas dan karakteristik
dan tempat minum kopi. material serta interaksinya dengan lingkungan.
Kerusakan semakin mengkhawatirkan Faktor lingkungan sangat mempengaruhi
sehingga Pemerintah Hindia Belanda kecepatan pelapukan. Air merupakan faktor
memutuskan untuk melakukan pemugaran. utama karena mampu melarutkan beberapa
Pemugaran yang berlangsung pada tahun senyawa kimia dalam material, sinar matahari
1907-1911 yang dipimpin oleh Theodore van juga berperan dalam mempercepat laju
Erp merupakan pemugaran yang sangat sukses degradasi. Air dan sinar matahari bersama
dan berhasil mengembalikan kemegahan Candi dengan kelembaban dan suhu udara dapat
Borobudur. Hasil-hasil pemugaran van Erp menyebabkan pertumbuhan organisme yang
tersebut menjadi dasar pemugaran selanjutnya melapukkan material secara lebih cepat. Selama
dan beberapa bagian hasil pemugaran tersebut material batu-batu Candi Borobudur dalam
masih bertahan sampai dengan sekarang. keadaan terpendam dan tertutup belukar, faktor-
faktor lingkungan tersebut menjadi stabil
KONDISI KERUSAKAN DAN PELAPUKAN sehingga pengaruhnya terhadap pelapukan
SEBELUM PEMUGARAN VAN ERP material menjadi minim.
Di sisi lain adanya semak-semak, rumput,
Sebagaimana digambarkan di atas, dan pohon-pohon di atas struktur candi justru
kondisi candi sebelum pemugaran van Erp berdampak negatif. Akar-akar pohon dan semak
sangat memprihatinkan. Dari tinjauan material, dapat merusak struktur candi karena akar-akar
masa sebelum candi dibuka dari semak belukar dapat menekan celah-celah batu dan
merupakan masa yang paling baik bagi menyebabkan posisi batu bergeser dari
keawetan material. Pada masa yang panjang tempatnya. Kondisi ini menyebabkan struktur
tersebut (kurang lebih 9 abad) batu-batu justru candi menjadi rusak dan ada kemungkinan
terlindung dari faktor lingkungan oleh tanah dan materialnya juga mengalami kerusakan.
semak belukar. Kondisi tertutup tanah dan Dua sisi yang mempengaruhi ini satu
semak tersebut menyebabkan material berada sama lain menyebabkan dampak positif dan
37Material Konservasi pada Pemugaran van Erp
Shelter yang dibangun di puncak stupa induk untuk gardu pandang dan tempat minum kopi
sekaligus negatif terhadap pelapukan dan material dan struktural candi juga tetap
kerusakan material. Aspek mana yang akan terpelihara.
dominan mempengaruhi, apakah dengan Masa antara pembukaan candi dan
kondisi tertutup tersebut material menjadi lebih pemugaran van Erp merupakan masa yang
awet ataukah sebaliknya. Dari sudut pandang buruk bagi konservasi material Candi
material, stabilitas lingkungan yang dapat Borobudur. Pada masa tersebut dilakukan
menurunkan kecepatan pelapukan lebih berbagai observasi dan dokumentasi yang
dominan dibanding pengaruh negatif akar-akar sebag ian d ian ta ranya menyebabkan
tumbuhan. Meskipun, dari sudut pandang kerusakan. Stupa induk pernah dibuka untuk
struktur keadaan tertutup semak dan pohon mengetahui benda penting yang mungkin ada di
akan mempercepat kerusakan struktur. dalamnya, meskipun kemudian yang ditemukan
Oleh sebab itu meskupun batu-batu Candi justru arca yang kurang sempurna (Unfinished
Borobudur telah berusia sangat tua, namun Buddha atau masyarakat lokal menyebut Mbah
hingga hari ini masih relatif kuat dan belum Belet). Selanjutnya puncak stupa induk juga
mengalami kerapuhan yang parah. Hal ini pernah dibangun shelter untuk gardu pandang
karena masa perjalanan panjang material Candi dan tempat para Meneer Belanda menikmati
Borobudur justru didominasi oleh masa kopi.
tertimbun dan tertutup semak belukar. Satu ironi Berbagai percobaan yang dilakukan juga
yang harus diterima adalah bahwa dengan kurang dilandasi dengan ilmu pengetahuan
membuka candi dari timbunan dan semak yang memadai. Tentu saja pada waktu itu
belukar justru akan mempercepat laju degradasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
berupa pelapukan dan kerusakan akibat belum semaju sekarang. Sebagai contoh
interaksi material dengan lingkungan, terlebih adanya usulan penggunaaan asam sulfat untuk
manusia. Namun hal tersebut adalah kenyataan mematikan gulma dan pohon-pohon yang
yang harus diterima, karena membiarkan candi akarnya masuk ke bangunan oleh L. Serrurier
dalam keadaan terabaikan juga kurang tahun 1899 (Hyvert, 1972). Penggunaan asam
bijaksana. Selanjutnya menjadi tugas para sulfat tentu saja efektif untuk mematikan gulma,
pelestari untuk menjaga candi dalam keadaan tetapi asam sulfat sangat keras sehingga dapat
terbuka agar dapat dimanfaatkan dan dikaji merusak batu. Bisa dibayangkan bagaimana
secara optimal, namun pada saat yang sama kerusakan batu yang terjadi jika disiram dengan
38 Material Konservasi pada Pemugaran van Erp
Unfinished Budha (Mbah Belet) di Museum Karmawibhangga
asam sulfat. Pada saat itu mungkin senyawa ini yang dibuat oleh seorang pelancong Belanda
dianggap sebagai senyawa ampuh, tetapi ilmu pada tahun 1834 (20 tahun setelah dibuka),
pengetahuan saat itu belum memahami dampak Candi Borobudur masih dalam kondisi
kerusakan yang diakibatkan. Ada kemungkinan reruntuhan namun bentuk dasarnya masih
beberapa percobaan lain juga diajukan namun terlihat. Batu-batu masih berserakan sehingga
tidak masuk dalam catatan. Meskipun demikian, untuk bisa naik ke puncak candi perlu
Profesor Voute yang meneliti Borobudur memanjat-manjat. Pada bagian atas juga masih
menjelang pemugaran kedua menyatakan tidak bisa diamati adanya 72 stupa meskipun masing-
bisa mengungkap, apakah usulan-usulan masing tidak utuh. Banyak arca Buddha pada
penggunaan bahan kimia tersebut benar-benar relung-relung yang sudah hilang kepala atau
dilakukan pada saat itu atau tidak. tangannya. Catatan tersebut juga menyebutkan
Laporan mengenai pembuatan cetakan batu-batu sudah mulai lapuk tetapi masih
untuk mengkopi relief juga meninggalkan bahan memiliki bentuk pahatan yang baik (Hyvert,
yang tidak hilang. Pada tahun 1899 ditemukan 1972)
lapisan plester pada relief yang sulit dihilangkan Sebagai catatan tambahan, buku-buku
dan membingungkan, karena menjadi
pertanyaan apakah plester ini berasal dari masa
lampau atau bukan. Belakangan baru diketahui
bahwa plester tersebut merupakan sisa-sisa
pembuatan kopi relief yang menggunakan
plester sebagai media cetak. Von Saher
melakukan pencetakan beberapa panil relief
yang akan digunakan untuk pameran di Paris
tahun 1900 (Hyvert, 1972). Plester tersebut saat
ini mungkin masih ada jejak-jejaknya atau
sebagian besar telah dibersihkan pada
pemugaran ke dua.
Pada masa sebelum pemugaran van Erp
banyak batu-batu candi yang belum pada
tempatnya. Berdasarkan catatan perjalanan
Material Konservasi pada Pemugaran van Erp 39
Kondisi Candi Borobudur sebelum dipugar oleh Th. van Erp
laporan dan literatur tentang Candi Borobudur Di sisi lain air juga menyebabkan dampak
baik sebelum pemugaran, selama pemugaran, serius pada struktur candi. Candi Borobudur
atau setelah pemugaran van Erp telah banyak yang berdiri di atas bukit memiliki kerentanan
yang hilang dan sulit ditelusuri. Salah satu yang terhadap air. Struktur susunan batu candi
paling banyak menyebabkan hilangnya literatur berada di atas tanah bukit dan tanah urug. Air
tersebut adalah terjadinya kebakaran pada yang masuk ke dalam struktur candi dapat
perpustakaan Universitas Leiden akibat menyebabkan tanah di bawah candi jenuh
pemboman pada perang dunia kedua (Hyvert, dengan air. Tanah yang jenuh dengan air akan
1972). menjadi lembek dan menurunkan daya dukung,
sehingga struktur candi menjadi melesak dan
PERMASALAHAN AIR mengalami deformasi (perubahan bentuk).
Pada saat candi dibuka, deformasi struktur
Candi Borobudur yang berada di te ru tama kemelesakan te lah te r jad i .
lingkungan terbuka menghadapi pengaruh Kemelesakan tersebut sebagian tetap dibiarkan
lingkungan secara langsung. Material batu bahkan hingga menjelang pemugaran kedua
penyusun Candi Borobudur terbuat dari batu (1973-1983).
andesit yang bersifat porous atau berpori. Jenis Pe r m a s a l a h a n a i r y a n g s a n g a t
material porous akan berinteraksi dengan air berpengaruh negatif terhadap kelestarian Candi
dengan sangat baik. Air dapat bergerak di Borobudur tersebut ternyata sudah disadari
permukaan batu dan juga di dalam batu melalui sejak pemugaran van Erp. Berbagai
pori-pori batu. Pergerakan air di dalam batu permasalahan yang timbul akibat air memang
dapat menyebabkan reaksi pelapukan batu telah nyata pada masa sebelum pemugaran van
terjadi secara lebih cepat. Air dapat melarutkan Erp. Kondisi batu-batu candi yang mulai lapuk,
senyawa terlarut dalam batu dan menyababkan pertumbuhan lumut, semak, dan tumbuhan
batu terdegradasi. Air juga dapat membawa yang subur, kemelesakan yang parah, hingga
garam-garam dalam tanah masuk ke dalam ke luarnya a i r dar i d ind ing ber re l ie f
batu. Garam-garam dari tanah tersebut dapat mengindikasikan air merupakan permasalahan
mengendap di dalam pori atau pada permukaan serius. Pemugaran van Erp telah berusaha
batu. Garam yang mengendap tersebut dapat merencanakan pengendalian air secara
menyebabkan terjadinya pelapukan lebih lanjut. terencana. Hal ini masih bisa kita lihat hingga
40 Material Konservasi pada Pemugaran van Erp
Kondisi dinding Candi Borobudur yang mengalami kebocoran
saat ini pada area teras stupa dan lantai selasar struktur dari susunan material asli. Batu baru
yang sela-sela batunya ditutup dengan yang dipasang pada pemugaran van Erp berupa
campuran mortar. blok batu dengan ukuran yang sesuai. Pada
dinding berrelief blok batu baru ini dibiarkan
MODEL PEMUGARAN VAN ERP polos untuk mempertahankan otentisitas candi.
Batu baru pada pemugaran van Erp tidak diberi
Karena sebelum pemugaran masih tanda khusus sebagaimana pemugaran ke dua.
banyak batu-batu yang tidak pada tempatnya, Saat ini untuk mengenali batu baru van Erp
maka menyusun ulang batu-batu merupakan dapat diperhatikan dari pahatannya. Pahatan
pekerjaan besar yang dilakukan pada saat itu. batu baru van Erp berbeda dari batu asli karena
Sebagaimana pemugaran candi-candi lain di terlihat adanya guratan-guratan bekas pahatan
Indonesia yang berkiblat pada konservasi yang masih nyata (pahatan kasar). Ada dua
Eropa, Candi Borobudur dipugar dengan kemungkinan yang menyebabkan batu baru van
prinsip anastilosis. Metode anastilosis dilakukan Erp berbeda dengan batu asli. Pertama, pahatan
untuk mengembalikan struktur candi dengan batu baru memang dibuat kasar secara sengaja
menggunakan bahan aslinya. Penyusunan oleh van Erp untuk membedakan dengan batu
ulang dengan cara susun coba dilakukan asli. Kedua, batu baru van Erp dibuat sekitar
hingga diperoleh kembali struktur candi yang seratus tahun yang lalu, sedangkan batu asli
seperti aslinya. Pada metode anastilosis tidak telah berusia kurang lebih 13 abad. Perbedaan
diperkenankan melakukan interpretasi bentuk usia ini menyebabkan perbedaan kenampakan
strutur tanpa menemukan material aslinya. permukaan batu, batu asli yang berusia jauh
Analogi sebagai salah satu metode pemugaran lebih tua akan lebih halus dibanding permukaan
dengan membandingkan struktur yang sudah batu pemugaran van Erp yang lebih muda.
ada untuk membuat struktur lainnya tidak Pemugaran van Erp secara umum telah
diperkenankan. Analogi hanya digunakan untuk mampu mengembalikan struktural dan
membantu proses susun coba tetapi tidak arsitektural Candi Borobudur. Kemegahan
digunakan untuk menyusun struktur lain dengan Borobudur telah mampu dinampakkan kembali
material baru. dengan mengacu pada bentuk asli, sehingga
Penambahan batu baru dilakukan jika perbedaan bentuk asli dan bentuk hasil
diperlukan untuk menyempurnakan stabilitas pemugaran ini minimal.
Material Konservasi pada Pemugaran van Erp 41
Saluran air (gorgoyle / jaladwara) pada Candi Borobudur
Pemugaran van Erp telah menyadari hujan pada permukaan bangunan. Air yang
pentingnya pengendalian air untuk menjaga mengalir pada permukaan lantai dialirkan ke
kelestarian material dan struktural candi. Air tingkat bawahnya melalui gorgoyle (jaladwara).
sebagai faktor utama yang menyebabkan Pada saat terjadi hujan, direncanakan air akan
pelapukan material dan kerusakan struktural mengalir pada permukaan batu, turun ke lantai,
telah disadari, sehingga harus rencanakan agar dan selanjutnya turun ke tingkat-tingkat
tidak menjadi permasalahan lebih lanjut. Model dibawahnya hingga mengalir ke tanah halaman
pemugaran van Erp didasarkan pada kebutuhan dan lereng bukit di bawah candi. Konsep ini
ini sekaligus mengembalikan arsitektural candi diharapkan dapat mengendalikan air sehingga
semaksimal mungkin. dapat menjaga stabilitas struktur. Dalam
Konsep pengendalian air pada konstruksi kenyataannya tidak semua air mengalir pada
asli Candi Borobudur adalah mengalirkan air permukaan bangunan, ada yang masuk ke sela-
sela batu maupun ke dalam batu melalui pori-
porinya.
Candi Borobudur tersusun atas tatanan
batu tanpa adanya spesi isian di antara batu.
Meskipun pada pemugaran kedua ditemukan
adanya tanah liat di antara batu-batu isian di
bagian dalam. Beberapa ahli berpendapat
bahwa tanah liat ini berfungsi sebagai bahan
kedap air sehingga air yang masuk ke dalam
struktur bangunan dapat diminimalkan.
Pendapat ini tentu saja perlu diuji lebih lanjut
kebenarannya. Sela-sela batu yang tidak berisi
spesi ini menjadi celah masuknya air ke dalam
struktur bangunan dan dapat menyebabkan
tanah di bawah candi menjadi jenuh air. Hal
inilah yang menyebabkan Candi Borobudur
ditemukan dalam keadaan melesak, miring, dan
sebagian runtuh.
42 Material Konservasi pada Pemugaran van Erp
Kondisi bagian Arupadhatu (tingkat 7, 8,9, dan 10) sebelum pemugaran yang terlihat sangat parah
Secara umum konsep pengendalian air sehingga harus ditata kembali dengan cara
pada pemugaran van Erp masih mengadopsi susun ulang. Sementara bagian lainnya pada
konsep asli. Air juga tetap dialirkan melalui tingkat Rupadhatu (lantai 3,4,5,6,7) ditata
permukaan bangunan, dan dialirkan ke tingkat kembali tanpa menyusun ulang struktur
di bawahnya melalui jaladwara. Berbagai bangunannya. Pada tingkat ini dinding-dinding
modifikasi dilakukan agar air dapat dikendalikan lorong dibiarkan tetap miring, pagar langkan
sesuai perencanaan dan jumlah air yang masuk disusun kembali, dan lantai lorong yang
ke dalam bangunan dapat dikurangi. Cara yang bergelombang diratakan.
digunakan untuk mengurangi jumlah air yang Pada bagian Kamadhatu (selasar dan
masuk adalah dengan memasang spesi mortar undag) sela-sela batu diisi dengan mortar agar
pada sela-sela batu. Semua celah batu pada air tidak masuk ke dalam susunan batu. Bagian
permukaan horisontal diisi dengan mortar Kamadhatu ini memiliki celah antar batu yang
sehingga air tidak masuk ke dalam struktur
bangunan. Tanah di bawah bukit diharapkan
akan menjadi stabil, tidak jenuh air, dan tidak
lembek.
Pemugaran van Erp dilakukan untuk
mengembalikan keseluruhan struktur candi,
namun dalam pelaksanaannya tidak semua
bagian candi dibongkar dan disusun ulang.
Bagian kamadhatu yang terdiri atas undag dan
selasar (lantai 1 dan 2) merupakan bagian yang
dipugar secara total. Bagian ini dibenahi karena
pernah dibuka pada saat pembukaan relief
Karmawibhangga untuk dokumentasi dan
penelitian, dan selanjutnya disusun ulang
secara sempurna. Demikian juga bagian
Arupadhatu (lantai 8, 9, 10) yang terdiri atas
stupa induk, 72 stupa, dan tiga lantai teras.
Bagian ini telah mengalami kerusakan parah
Materail Konservasi pada Pemugaran van Erp 43
Hasil pemugaran oleh van Erp pada bagian Arupadhatu (tingkat 7, 8,9, dan 10) yang ditata dan disusun ulang serta dipasang mortar pada sela-sela batu lantainya.
lebar (3-5 cm), setelah diisi dengan mortar air Permukaan lapisan lantai tersebut hingga kini
dapat mengalir pada permukaan. Bagian masih bertahan dan menjadi lantai teras yang
Arupadhatu (stupa dan lantai terasnya) juga diinjak oleh pengunjung saat ini.
dikendalikan airnya dengan cara menutup sela- Bagian Rupadhatu sedikit berbeda karena
sela batu dengan mortar. Penataan lantai teras bagian ini tidak ditata ulang (tidak dibongkar
(Arupadhatu) dan selasar (Kamadhatu) berbeda total sebelum ditata). Dinding lorong
meskipun tujuannya sama, yaitu meminimalkan kebanyakan miring dan melesak, demikian juga
masuknya air dan mengalirkan air pada lantai bergelombang dan melesak mengikuti
permukaan. Pada lantai teras terdapat kemelesakan dinding. Untuk mengendalikan air,
penambahan satu lapis batu dengan ketebalan lantai diratakan dan ditutup dengan mortar.
sekitar 5 cm diatas batu lantai asli. Satu lapis Bagian yang bergelombang diisi dengan tanah
batu tipis ini direkatkan dengan mortar dan sela- urug dan selanjutnya ditutup dengan satu lapis
sela batunya juga ditutup dengan mortar. batu tipis (sekitar 5 cm) yang direkatkan dengan
44 Material Konservasi pada Pemugaran van Erp
Kondisi lorong pada bagian Rupadhatu yang
melesak dan miring serta lantainya yang rusak
(foto kiri). Pada pemugaran van Erp bagian ini
tidak dibongkar/ disusun ulang, dinding tetap
miring dan melesak (foto kanan). Beban
dinding dikurangi dengan memindahkan
susunan batu pagar langkan pada beberapa
lokasi. Lantai diratakan dengan tanah urug
dan ditutup dengan lapisan batu tipis yang
direkatkan dengan mortar, sela-sela batu tipis
juga diisi dengan mortar.
mortar dan sela-selanya juga ditutup dengan tersebut adalah :
mortar. Air diharapkan dapat mengalir pada 1. Dapat melekat dengan baik pada batu
permukaan lantai yang dirapatkan dengan namun tidak menyatu sehingga apabila
mortar ini dan selanjutnya mengalir ke tingkat lepas tidak merusak batu.
bawahnya melalui jaladwara (gargoyle). 2. Cukup keras namun masih lebih lunak
dari batu, apabila terjadi pergerakan
MORTAR TRADISIONAL bangunan mortar ini dapat retak/lepas
sehingga batu t idak mengalami
Mortar menjadi material penting yang kerusakan.
diaplikasikan pada pemugaran van Erp untuk 3. Tidak melepaskan senyawa kimia
membantu mengendalikan air. Sebagaimana tertentu yang dapat menyebabkan
telah diuraikan di atas, mortar diaplikasikan pelapukan batu. Hal ini berbeda dengan
untuk merekatkan lapisan batu lantai dan semen modern yang dapat melepaskan
mengisi sela-sela batu. Bahan ini dipilih karena kalsium bebas dan menyebabkan air
merupakan material yang banyak dipergunakan men jad i basa seh ingga dapa t
saat itu untuk membangun berbagai bangunan mengakibatkan pelapukan batu.
baik di Eropa maupun di negara-negara 4. Porositas material menyerupai porositas
jajahannya. Penggunaan bahan mortar batu, sehingga pergerakaan air di dalam
tradisional untuk meminimalkan air yang masuk pori batu dapat lancar. Apabila
ke bangunan candi dengan cara mengisikannya menggunakan bahan yang tidak berpori
pada sela-sela batu cukup efektif dan awet. air akan terhenti dan menyebabkan
Bahan ini dipilih untuk mengisi sela-sela terjadinya akumulasi pelapukan.
batu candi karena dinilai memiliki beberapa 5. Bersumber dari bahan yang mudah
keunggulan. Beberapa keunggulan tersebut didapat dan melimpah sekaligus murah.
pada era modern ini juga masih relevan dan Meskipun demikian mortar tradisional ini
menjadi pertimbangan pada pemilihan material juga memiliki kekurangan, yaitu warna dan
konservasi untuk bangunan batu/ bata. teksturnya yang berbeda dengan batu. Warna
Sebagian keunggulan tersebut merupakan mortar cenderung lebih cerah karena
kriteria ideal dalam pemilihan material menggunakan kapur dan juga kemerahan
konservasi saat ini. Beberapa keunggulan karena adanya kandungan serbuk bata. Secara
Material Konservasi pada Pemugaran van Erp 45
visual dan estetis adanya material ini terlihat menyimpan air. Analisis yang dilakukan
berbeda dengan material asli (batu) sehingga Cahyandaru, dkk (2008) menemukan adanya
kurang menarik. Adanya mortar ini juga seolah serbuk bata, sehingga kemungkinan bahan
“menyalahi” konsep pembangunan candi yang pozzolana yang dimaksud merupakan
merupakan teknik Dry Masonry, yaitu monumen campuran serbuk bata dengan batuan sejenis
yang dibuat dengan menyusun blok-blok pumice (batu apung) atau zeolit. Observasi yang
material tanpa spesi perekat. dilakukan pada kajian tersebut terhadap dinding
Saat ini mortar tradisional ini menjadi teras stupa dan dinding selasar menunjukkan
kajian yang menarik karena berbagai bahwa beberapa kasus pelapukan terjadi pada
keunggulan sebagaimana telah diuraikan di daerah yang mortar penutup natnya telah
atas. Penerapan kembali mortar tradisional mengelupas. Sehingga dapat disimpulkan
tersebut pada saat ini juga memungkinkan bahwa mortar tradisional ini efektif untuk
dengan mempertimbangkan aspek arkeologis, meminimalkan infiltrasi air ke stuktur bangunan
teknis, dan estetis. Beberapa kajian dilakukan yang dapat mengakibatkan pelapukan.
untuk mengetahui efektivitas bahan ini dan juga Mortar tradional yang digunakan oleh van
untuk mengetahui karakteristik mortar yang Erp tersebut saat ini telah diaplikasikan kembali
diaplikasikan van Erp. di Candi Borobudur, yaitu pada lantai teras
Cahyandaru, dkk (2008) melakukan kajian (tingkat 8,9,10) yang sebagian mortarnya
untuk menganalisis komposisi mortar van Erp mengelupas. Mortar yang diaplikasikan van Erp
dan sekaligus mengobservasi efektivitas mortar sebagian telah hilang karena usia dan pengaruh
van Erp untuk mengurangi pelapukan. Hasil lingkungan, pada tahun 2011 ini diperbaiki
analisis menunjukkan komposisi mortar kembali dengan mengisinya menggunakan
tersusun atas agregat kasar dan halus (pasir dan bahan yang serupa.
kerikil) yang diikat oleh matriks kapur dan bahan Kajian modifikasi mortar tradisional ini
hidrolik berupa serbuk bata. Laporan untuk keperluan konservasi lain juga dilakukan.
pemugaran yang dikutip Hyvert (1972) Aris Munandar, dkk (2011) melakukan kajian
menyebutkan data serupa yaitu mortar dibuat untuk menguji beberapa variasi campuran
dari bahan pasir, kapur, dan bahan hidrolik mortar tradisional sebagai bahan grouting.
pozzolana. Bahan pozzolana merupakan bahan Bahan grouting adalah bahan yang digunakan
yang berasal dari batuan vulkanik yang bersifat untuk injeksi pada bangunan yang mengalami
46 Material Konservasi pada Pemugaran van Erp
keretakan struktur. Bahan yang umum digunakan. Mengapa relief yang bagus harus
digunakan adalah beton dengan spesifikasi dilapisi dengan lapisan kuning dan dengan
tertentu. Pada bangunan candi penggunaan campuran apa diaplikasikannya. Salah satu
beton tentu saja tidak sesuai karena pendapat yang saat ini paling populer
mengandung semen yang dapat berdampak mengenai alasan aplikasi lapisan kuning
negatif pada batu. Bahan mortar tradisional tersebut adalah untuk membantu fotografi.
diharapkan dapat berfungsi sebagai bahan Teknologi fotografi yang ada pada saat itu
g rou t ing yang e fek t i f namun t idak belum bisa menghasilkan gambar sempurna
menimbulkan dampak negatif. Pada kajian pada objek yang gelap (permukaan batu
tersebut variasi yang dilakukan adalah berwarna hitam). Dengan pelapisan warna
komposisi masing-masing bahan dan ukuran kuning akan meningkatkan kualitas foto yang
kehalusan butiran material. Kehalusan material dihasilkan, sehingga gambar foto menjadi
merupakan parameter penting karena akan lebih sempurna.
menentukan kemampuan penetrasi dan Pendapat ini yang hingga saat ini masih
kemudahan mengalirkan bahan pada saat
injeksi dilakukan. Hasil kajian ini diharapkan
dapat diaplikasikan pada penanganan
keretakan struktur pada Candi Prambanan
akibat gempa tahun 2006, apabila opsi
grouting diputuskan menjadi pilihan.
LAPISAN KUNING
Salah satu misteri besar pada Candi
Borobudur yang hingga saat ini masih menjadi
pertanyaan adalah lapisan kuning pada
permukaan relief. Berbagai pendapat banyak
dikemukakan tentang material ini. Misteri
tersebut berkaitan dengan alasan pembuatan
lapisan kuning ini dan bahan apa yang
Material Konservasi pada Pemugaran van Erp 47
Salah satu panil relief Lalitawistara pada lorong 1 sisi timur yang berwarna kuning, lapisan oker masih sangat jelas. Pada beberapa bagian terlihat adanya pengelupasan yang diduga turut dipengaruhi oleh keberadaan lapisan kuning ini.
paling populer dan diyakini oleh sebagian besar kuning pada arca tersebut sebagai dasar
arkeolog dan pelestari. Namun masih pengambilan keputusan aplikasi oker kuning
menyisakan pertanyaan apakah tujuan pada relief Candi Borobudur ?
meningkatkan kualitas foto ini merupakan Bahan pembuat lapisan ini juga masih
alasan satu-satunya. Jika hanya untuk misterius. Beberapa informasi menyebutkan
men ingka tkan kua l i t as f o to kenapa lapisan ini dibuat dengan campuran tanah liat,
menggunakan bahan yang permanen yang kapur, dan tumbukan daun-daunan. Jenis daun
tidak dapat hilang hingga saat ini. Kalau untuk yang digunakan juga tidak diketahui dengan
sekedar pewarnaan pada proses fotografi tentu pasti. Van Kinsberger tahun 1873 menyatakan
cukup dengan pewarna ringan yang mudah bahwa setelah dinding relief dibersihkan, dilapisi
dihilangkan. Pertanyaan selanjutnya adalah dengan abu dari bambu yang mungkin
mengapa pada relief Karmawibhangga tidak dicampur dengan tanah liat atau kapur (Hyvert,
diaplikasikan lapisan kuning ini, padahal relief 1972).
Karmawibhangga juga difoto pada era yang Lapisan kuning tersebut sebagian besar
tidak jauh berbeda. masih terlihat hingga saat ini, pada beberapa
Yang lebih menarik adalah bahwa lokasi seperti relief dinding lorong satu sisi timur
beberapa catatan perjalanan pelancong lapisan kuning masih tebal sehingga warna
Belanda pada masa lampau menyebutkan kuningnya masih mencolok. Pengelupasan
adanya warna kuning pada arca di beberapa yang terjadi pada sebagian batu-batu dinding
candi di daerah Prambanan, salah satunya dan pagar langkan (bagian relief) diduga juga
adalah di Candi Sewu dan candi lain yang tidak berkaitan dengan lapisan kuning ini. Akibat
disebutkan namanya. Catatan tersebut tertutupnya permukaan batu oleh lapisan kuning
menyebut adanya arca di Candi Sewu yang maka porositas batu menurun sehingga air
dilapisi warna kuning sebagai penghormatan dapat mendesak kulit batu dari arah dalam,
para pemuja kepada dewa yang dipuja tersebut. sehingga terjadi pengelupasan.
Belakangan Profesor Galestin menyebutkan Penelitian yang mencoba mengupas
bahwa arca tersebut dilapisi dengan bahan yang misteri ini relatif jarang dilakukan. Baik penelitian
disebut sebagai “Boreh” (Hyvert, 1972). mengenai tujuan aplikasi lapisan kuning ini,
Pertanyaan yang sangat menarik untuk diajukan jenis campuran material yang digunakan,
adalah, apakah van Erp melihat adanya lapisan maupun dampak lebih lanjut terhadap
48 Material Konservasi pada Pemugaran van Erp
pelapukan batu. Salah satu penelitian yang sebagai bahan penguat permukaan batu
cukup banyak memberikan pengetahuan baru (konsolidan).
terhadap material ini pernah dilakukan oleh Penelitian yang dilakukan oleh Meucci
Meucci (2007) pada saat melakukan penelitian m e n g g u n a k a n b e b e r a p a i n s t r u m e n
tentang material Candi Borobudur dan usaha laboratorium modern, sehingga dapat
untuk memahami proses pelapukan yang memberikan perspektif ilmu pengetahuan
terjadi. material secara lebih baik. Hasil penelitian yang
Salah satu pendapat yang berbeda menggunakan analisis petrografi untuk
dikemukakan oleh Meucci (2007) mengenai mengetahui stratigrafi lapisan kulit batu,
lapisan kuning ini. Observasi langsung pada memperlihatkan lapisan-lapisan yang jamak
permukaan batu menunjukkan lapisan tipis (multilayer). Gambar berikut menunjukkan
bening di atas lapisan kuning. Model kombinasi lapisan-lapisan tersebut dengan interpretasi
lapisan kuning transparan dan keras ini serupa jenis-jenis mineral dari masing-masing layer.
dengan yang diaplikasikan pada beberapa
monumen di Eropa. Sebagai catatan pada
paruh kedua abad ke-19 anggota the Society for
the Protection of Ancient Buildings, seperti J.
Ruskin, W. Morr is dan F. Ransome,
mengaplikasikan kalsium hidroksida dan larutan
silikat terlarut untuk meningkatkan kekerasan
dan sifat penolak air pada monumen yang
mengalami pelapukan. Bahan kimia lain seperti
campuran kalsium karbonat dan zat-zat warna
juga digunakan untuk meningkatkan kekerasan
material dan kenampakan warna permukaan.
Setelah diaplikasikan bahan tersebut dapat
bereaksi dengan mineral batu sehingga cukup
keras dan dapat menolak air. Tegasnya, Meucci
berpendapat bahwa lapisan kuning tersebut
diaplikasikan pada relief Candi Borobudur Magnification x40. Sample T2A-12 shows the complete stratigraphy of the patina layers. (K = kaolin,. Y3 = yellow patina layer 3, Y4 = yellow patina layer 4, C = calcite).
Material Konservasi pada Pemugaran van Erp 49
Lebih lanjut analisis dengan SEM-EDS
menunjukkan data yang sejalan yaitu adanya
layer-layer pada permukaan batu yang dilapisi
oker. Data tersebut juga menunjukkan adanya
lapisan clay (tanah liat), serta adanya lapisan
mineral silikat.
Analisis dengan FTIR (Spektroskopi Infra
Merah/ Four ier Transform Inf ra Red )
menunjukkan adanya mineral clay dengan
konsertrasi yang bervariasi. Mineral clay yang
teridentifikasi merujuk pada mineral kaolin, yang
dapat bersumber dari hasil degradasi plagioklas
dalam batu atau clay alam yang diaplikasikan di
permukaan. Hal ini sesuai dengan yang
dideskripsikan dalam stratigrafi pada gambar di
atas. Lebih lanjut semua sampel batu yang ada
lapisan kuningnya menunjukkan adanya
senyawa silikon dengan rantai Si-O-Si dan Si-
OH, seperti pada produk bahan penolak air
komersial kelompok polysiloxane. Hasil
berbagai analisis tersebut mengarah kepada
hipotesis aplikasi lapisan kuning pada relief
Candi Borobudur, dibuat dari campuran alkaline
silicates, pigmen alam dan atau sintetis, dan
mungkin kapur. Campuran diaplikasikan pada
permukaan batu berrelief yang sebelumnya
dilapisi dengan lapisan primer tipis yang terbuat
dari bahan kaolin (bersumber dari tanah liat).
Senyawa lain yang teridentifikasi pada lapisan
kuning berupa magnesite, nitrat, dan kalsit
50 Material Konservasi pada Pemugaran van Erp
Sample T2J-16a, area 2
Sample T2J-16a, area 3
merupakan material dari hasil pelapukan batu andesit yang bersifat porous dan terletak di
mineral batu (Meucci, 2007). lingkungan terbuka, candi Borobudur sangat
rentan terhadap pengaruh air. Air dapat
PENUTUP menyebabkan percepatan pelapukan sekaligus
dapat menyebabkan kerusakan struktur karena
Setiap yang hidup pasti akan mati, dan tanah dibawah candi yang kehilangan daya
set iap benda past i akan mengalami dukung.
kehancuran. Pelapukan merupakan peristiwa Pemugaran pertama Candi Borobudur
alami yang pasti terjadi pada setiap benda, oleh van Erp ternyata telah memperhitungkan
hanya kecepatannya saja yang berbeda-beda. hal ini. Pemugaran telah dilaksanakan dengan
Konservas i merupakan usaha un tuk seksama untuk mengembalikan keseluruhan
memperlambat proses pelapukan dari suatu bangunan sesuai bentuk asli menggunakan
benda cagar budaya. Pada dasarnya pelapukan batu-batu asli. Selanjutnya air yang mengenai
tidak bisa dihentikan sama sekali, tetapi bisa candi akan dialirkan pada permukaan dan
diperlambat selama mungkin agar benda cagar mengalir ke bagian bawah melalui saluran-
budaya yang sudah sangat tua tetap dapat saluran yang ada. Untuk meminimalkan infiltrasi
dinikmati hingga anak cucu. air, sela-sela batu ditutup dengan bahan mortar.
Usaha konservasi dapat dilakukan Hasil pemugaran van Erp telah mampu
dengan berbagai cara, antara lain melalui mengembalikan keseluruhan struktur candi
pemugaran dan pemeliharaan. Pemugaran dengan tetap mempertahankan otentisitas,
bertujuan untuk mengembalikan bentuk struktur sekaligus mengendalikan salah satu faktor
bangunan. Pemugaran yang baik seharusnya utama penyebab pelapukan dan kerusakan
disertai dengan perlakuan terhadap material, candi yaitu air.
dan disain pemugaran juga harus mampu Keberhasilan pemugaran van Erp untuk
mencegah terjadinya pelapukan material lebih mengembalikan keutuhan candi yang
lanjut. Selain mengembalikan struktur, sebelumnya mengalami kerusakan sangat
pemugaran juga mendisain bangunan agar parah juga menyisakan berbagai misteri. Salah
tahan terhadap berbagai faktor penyebab satu misteri tersebut adalah adanya lapisan
pelapukan. Sebagai bangunan dengan bahan kuning yang diaplikasikan oleh van Erp pada
Material Konservasi pada Pemugaran van Erp 51
dinding-dinding relief. Hingga saat ini masih mengalami kerusakan yang semakin
menyisakan pertanyaan, bahan apa yang membahayakan, sehingga bagian ini dibongkar
diaplikasikan dan mengapa relief-relief itu harus dan dipugar kembali pada tahun 1973-1983 oleh
diberi warna kuning. Pendapat yang paling Pemerintah Indonesia-UNESCO.
populer adalah untuk membantu fotografi yang
teknologinya saat itu masih sulit mengambil foto
pada objek yang gelap (batu yang berwarna DAFTAR PUSTAKA
hitam). Namun kemudian muncul pendapat lain
yang menyatakan bahwa bahan tersebut
berfungsi sebagai penguat atau konsolidan
untuk mencegah keroposnya batu akibat
pelapukan. Berbagai misteri lain juga masih
menyisakan pertanyaan, antara lain tentang
chattra, pemahatan batu baru, dan arca
Unfinished Buddha. Misteri tersebut semakin
menarik untuk didalami karena sumber-sumber
literatur yang berkaitan dengan pemugaran van
Erp dan masa sebelumnya juga sangat langka.
Sebagian besar dokumen terbakar akibat
pengeboman perpustakaan Universitas Leiden
pada perang dunia ke-dua.
Setelah 100 tahun sebagian hasil
pemugaran van Erp masih bertahan dan kita
nikmati hingga saat ini. Bagian Kamadhatu
(selasar kaki) dan teras stupa beserta stupa-
stupanya masih merupakan hasil pemugaran
van Erp dan baru sedikit mendapat sentuhan.
Bagian Rupadhatu (lorong-lorong dengan
dinding relief dan pagar langkan) yang pada
saat pemugaran van Erp tidak dibongkar telah
Anom, IGN. 2005. The Restoration of Borobudur. UNESCO.
Cahyandaru N, Arif Gunawan, Arif Widodo. 2008. Analisis Mortar Pemugaran Pertama serta Evaluasi Efektivitas dan Dampaknya. Laporan Kaj ian Balai Konservasi Peninggalan Borobudur.
Hyvert, G. 1972. The Conservation of the Borobudur Temple (Indonesia). Paris : UNESCO.
Meucci, C. 2007. Candi Borobudur Research Program; Degradation and Conservation of Stone, UNESCO Expert Mission Report.
Munandar, Aris, dkk. 2011. Pengembangan Mortar Tradisional Sebagai Bahan Grouting, Laporan Percobaan Proyek Penanganan Candi Prambanan Pasca Gempa. Tidak dipublikasikan.
Soekmono. 1976. Chandi Borobudur a Monument of Mankind. Paris : Unesco Press.
52 Material Konservasi pada Pemugaran van Erp
Material Konservasi pada Pemugaran van Erp 53
BIODATA PENULIS
Nahar Cahyandaru, S.Si., lahir pada tanggal 3 Januari
1978 di Klaten. Menempuh pendidikan D3 pada tahun 1997-
2000 di Akademi Kimia Analisis, Bogor. Kemudian
meneruskan pendidikan S1 di Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada pada tahun 2001-
2003. Pada tahun 2003 mulai bekerja di Balai Konservasi
Peninggalan Borobudur, dan pada 2009-2010 mengambil gelar
Master Specialist dalam bidang World Heritage di University
and Polytechnic of Turin, Italia. Saat ini menjabat sebagai
Koordinator Kelompok Kerja Pemeliharaan Balai Konservasi
Peninggalan Borobudur.
Lorong lantai III, terlihat relief pada dinding yang berwarna kuning terkena lapisan oker