BAB I
LAPORAN KASUS
1.1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Tanggal Lahir : 4 Juli 2004
Umur : 1 Tahun 01 Bulan 1 Hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : KP. Pisangan RT 08 RW 03 Penggilingan Cakung
Jakarta Timur
Tanggal Masuk : 5 Agustus 2015
Bangsal : Bougenville Atas
1.2. IDENTITAS ORANG TUA/WALI
Nama Ayah/Wali Ibu/Wali
Nama Tn. A Ny. S
Umur 28 Tahun 25 Tahun
Pekerjaan Wiraswasta Ibu rumah tangga
Pendidikan SMA SMA
Penghasilan Rp. 2.000.000,- -
Agama Islam Islam
Alamat KP. Pisangan RT 08 RW 03
Penggilingan Cakung Jakarta
Timur
KP. Pisangan RT 08 RW 03
Penggilingan Cakung Jakarta
Timur
1.3. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 5 Juli 2015 Jam
22.00 WIB dengan Orang tua pasien dan berdasarkan data dari rekam medis
Keluhan Utama : Sesak sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit.
1
Keluhan Tambahan : Demam, Batuk, Pilek, Muntah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami batuk – batuk.
Namun semakin parah sejak 1 minggu terakhir ini. Batuk yang dialami pasien adalah
batuk berdahak, akan tetapi dahak sulit untuk dikeluarkan dan pilek dengan ingus
berwarna bening. Batuk tidak dipengaruhi oleh cuaca, waktu malam hari ataupun
aktifitas fisik. Batuk juga tidak disertai dengan adanya darah. Pasien juga mengalami
muntah sebanyak 2x yang berisi lender dan makanan setiap harinya.
2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami demam. Demam yang
dirasakan pasien naik turun. Suhu mencapai 38,8°C diukur menggunakan alat
pengukur suhu tubuh oleh ibu pasien. Pasien juga sudah mengkonsumsi obat sirup
penurun panas, akan tetapi suhu tubuh menurun karena obat dan 3 jam kemudian
suhu kembali naik.. Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran dan kejang. Serta
tidak mengalami berkeringat pada malam hari. BAK normal, frekuensi ganti pampers
3-4 kali sehari. BAB normal tidak mencret, frekuensi ganti pampers 2-3 kali sehari.
1 hari sebelum masuk Rumah Sakit, pasien tampak lemas dan nafsu makan
berkurang Pasien juga rewel tidak mau makan dan minum. Batuk, pilek dan demam
masih ada. Beberapa jam sebelum masuk Rumah sakit, pasien terlihat bernafas cepat
dan sesak. Sesak muncul perlahan-lahan dan kemudian makin memberat. Sesak tidak
dipicu oleh udara dingin ataupun debu. Kemudian orang tua pasien membawa pasien
ke IGD. Di IGD pasien dipasang selang oksigen dan mendapatkan terapi uap satu kali
karena adanya pergerakan cuping hidung dan retraksi dada namun tidak ada suara
mengi. Setelah keadaan mengalami stabil, pasien dimasukkan ke bangsal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Riwayat batuk pilek sejak usia6 bulan hingga sekarang kambuh-kabuhan
- Riwayat penggunaan obat lama disangkal
- Riwayat alergin obat dan susu formula disangkal
- Riwayat penyakit asthma disangkal
- Riwayat kencing tidak lancar dan nyeri disangkal
2
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mempunyai keluhan yang sama dengan
pasien. Riwayat penyakit asma pada anggota keluarga disangkal. Riwayat
penyakit alergi, diabetes militus, dan hipertensi pada keluarga juga disangkal.
Riwayat Sosial, Ekonomi dan Lingkungan
Pasien tinggal di rumah kontrakan bersama kedua orangtuanya.
Lingkungan tempat tinggal pasien adalah lingkungan yang padat penduduk.
Rumah pasien berdinding tembok, berlantai keramik dengan atap
genteng.Pasien masih tidur dengan kedua orangtuanya. Ventilasi dan
pencahayaan baik. Sumber air bersih dari PAM. Saluran pembuangan di
sekitar rumah tidak tersumbat. Rumah pasien tidak berdekatan dengan
sungai dan tempat pembuangan sampah. Ayah pasien bekerja sebagai
wiraswasta dengan penghasilan Rp.2.000.000,-/bulan. Sedangkan ibu pasien
merupakan ibu rumah tangga. Menurut ibu pasien penghasilan tersebut
cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.
Kesan : Keadaan lingkungan dan sosial ekonomi pasien cukup baik
Riwayat Antenatal :
Status obstetric ibu G1P1A0
Kontrol kehamilan Ibu kontrol kehamilan di bidan sebanyak 4x selama masa kehamilan, mulai minum susu kehamilan sejak usia kehamilan 1 bulan.
Penyakit yang diderita selama masa kehamilan
Demam, nyeri kepala, hipertensi, keputihan Ibu pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan, tidak merokok, dan minum-minuman beralkohol.
Kesan : Kontrol kehamilan rutin, kelanian selama kehamilan tidak ada.
3
Riwayat Kelahiran :
Kelahiran Tempat kelahiran Di puskesmas
Cara persalinan
Penolong
persalinan
Spontan
Bidan
Masa gestasi Cukup bulan, 39 minggu
Ketuban Pada saat pasien dibawa ke puskesmas,
cairan ketuban sudah pecah, air ketuban
berwarna jernih
Keadaan bayi Berat lahir 2500 gr
Panjang badan 40 cm
Lingkar kepala (Tidak tahu)
Langsung menangis spontan
Nilai APGAR 8/9
Kelainan bawaan tidak ada
Kesan: Bayi lahir spontan, neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan
Riwayat imunisasi :
IMUNISASI DASAR ULANGAN
BCG 2 bulan
Hepatitis B 0, 1, 6 bulan
DPT / POLIO 0, 2, 4 dan 6 bulan -
Campak 9 bulan -
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
4
Riwayat makanan :
UMUR ASI/
PASI
BUAH / BISKUIT BUBUR NASI TIM
0–1
Minggu
ASI
(sesuai
kemauan)
1 minggu –
6 bulan
ASI dan
PASI
(sesuai
kemauan)
6 – 8 bulan ASI dan
PASI
(sesuai
kemauan)
Buah pisang
dikerik ( 1 kali 1
buah pisang sehari)
biskuit milna (1-2
kali sehari biskuit
milna)
Bubur nestle (2
kali 1 mangkuk
bayi sehari)
8 – 10
bulan
ASI dan
PASI
(sesuai
kemauan)
Buah pisang
dikerik (2 kali 1
buah pisang sehari)
biskuit milna (2
kali sehari biskuit
milna)
Nasi tim saring
(2 kali 1
mangkuk bayi
sehari)
10 -12
bulan
PASI
(sesuai
kemauan)
Buah pisang dan
papaya dikerik (3
kali 1 buah pisang
sehari) biskuit
milna (2 kali sehari
biskuit milna)
Nasi tim
ditambah
dengan sayuran
( kali 1
mangkuk bayi
sehari)
5
Kesan : Kuantitas baik, kualitas makanan baik, makanan pokok diberikan 3 kali
sehari.
UMUR DIATAS 1 TAHUN - SEKARANG
MAKANAN BIASA FREKUENSI
Nasi Nasi tiga kali sehari, sebanyak 1 piring kecil
Sayur dan buah Tiga kali sehari, menyukai sayuran hijau
buah pisang
Daging Dua kali sehari (selang-seling)
Telur Satu kali sehari (selang-seling)
Ikan Satu kali sehari (selang-seling)
Tahu Dua kali sehari(selang-seling)
Tempe Dua kali sehari(selang-seling)
Susu Formula Dua kali shari (selan-seling)
Kesan : Kuantitas baik, kualitas makanan baik, makanan pokok diberikan 3 kali
sehari.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Ranah Perkembangan UsiaMotorik Kasar Duduk
Berdiri Berjalan Lari
7 bulan12 bulan12 bulan-
Motorik Halus Meraih benda Memegang/meraih jari Menggambar orang Menggambar pemandangan
6 bulan9 bulan--
Sosial Tersenyum Makan sendiri Berpakaian tanpa bantuan
2 bulan7 bulan-
Bahasa Tertawa Berteriak Mengoceh Bicara lancar Berhitung
2 bulan5 bulan10 bulan--
6
Kesan : Perkembangan anak sesuai dengan anak usia 1 tahun.
1.4. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan dilakukan di Bougenvile Atas tanggal 5 Agustus 2015 Pukul
22.30WIB
Kesan Umum : Tampak sakit sedang, tampak sesak, nafas cepat, kesan gizi
kurang
Tanda Vital :
Nadi : 152 x/menit, kuat angkat, reguler, isi cukup, regular
RR : 54x/menit
Suhu : 37oC axilla (diukur dengan termometer air raksa)
Saturasi O2 : 80%
Status Antropometri :
BB : 6,5 kg PB : 71 cm
Status Gizi
- BB / U = -3 < z score < -2 (gizi kurang)
- TB / U = -2 < z score < 0 (normal)
- BB / TB = -2 <z score < 0 (normal)
- Kesan: Gizi kurang
Kepala : Normocephal (Lingkar kepala 40 cm),
Rambut : Pirang, tipis, distribusi rambut tidak merata, tidak mudah
dicabut,
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil
(+/+), isokor Ø
2mm/2mm. Palpebra cekung (-/-)
Telinga : Bentuk normal, simetris, lubang lapang, serumen (-/-)
Hidung : Bentuk normal, Napas cuping hidung (-/-), Sekret (+/+), Deviasi
septum(-/-), Mukosa hiperemis (+/+)
7
Bibir : Simetris, mukosa bibir basah berwarna merah muda, kering (-),
sianosis(-)
Mulut : Oral Higiene baik, trismus (-), mukosa gusi dan pipi merah
muda, ulkus (-),
Lidah : Ulkus (-), hiperemis (-) massa (-)
Tenggorokan : Mukosa bibir basah, coated tongue (-), faring hiperemis,
Tonsil T1-T1 Tenang
Leher : Simetris, tidak tampak pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
deviasi trakhea, tidak teraba pembesaran KGB
cervical.
Thorak : bentuk normochest, retraksi (+), pergerakan dinding dada simetris
kanan=kiri
- Pulmo
• Inspeksi : Normochest, Dinding dada simetris, retraksi
suprasternal (+),
• Retraksi epigastrium (-)
• Palpasi : fremitus taktil kanan = kiri
• Perkusi : Sonor di kedua lapang paru.
• Auskultasi : Suara napas vesikuler (+/+) normal, ronkhi (+/+),
wheezing (-/-)
- Cor
• Inspeksi : Tidak tampak ictus cordis
• Palpasi : Iktus cordis tidak teraba, thrill tidak teraba
• Perkusi :
o Batas kanan atas : linea para sternalis dekstra ICS II
o Batas kiri atas : linea para sternalis sinistra ICS II
o Batas kanan bawah : linea parasternalis dekstra ICS IV
o Batas kiri bawah : linea midclavicularis sinistra ICS IV
• Auskultasi: BJ I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Kesan : tidak ada kardiomegali, bising (-)
8
Abdomen :
• Inspeksi : Datar
• Auskultasi : Bising usus (+) normal ( 3 kali dalam 1 menit)
• Palpasi : Dinding perut supel, turgor kulit baik
• Perkusi : Timpani
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba pembesaran
Ginjal : Ballotement (-/-)
Kulit : Ruam (-), lebam (-), sianosis (-), turgor kembali cepat
Genitalia : Laki-laki, fimosis (-)
Ekstremitas : Tidak ada deformitas, Akral hangat (+), capilary refill <2detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG 5 Juli 2015 di IGD Pukul 16.07 WIB
PemeriksaanHasil5-Juli-2015
Nilai Rujukan
Hematologi
Hemoglobin 12.2 13.0-18.0 g/dl
LeukositHitung Jenis :NetrofilLimfositMonositEosinofilBasofil
34.68
75.120.04.40.10.4
5-10 ribu/mm3
50-70%25-40%2-8%2-4%0-1%
Eritrosit 4.88 4.5-6.5 juta/uL
Hematokrit 34 34-40 %
Trombosit 545 150-440 ribu/mm3
MCV 69.1 80-100 fL
MCH 25.0 26-34 pg
MCHC 36.2 32-36%
RDW-CV 19.3 11.5-14.5 %
9
PemeriksaanHasil5-Juli-2015
Nilai Rujukan
Kimia Klinik
Analisa Gas Darah
pH 7.341 7.34-7.44 mmHg
PCO2 24.4 35-45 mmHg
PO2 36.9 85-95 mmHg
HCO3 12.8 22-26 mmol/L
TCO2 13.6 23-27 mmol/L
Base Excess -11.8 -2.5-2.6
Std HCO3 15.5 22-26 mmol/L
Saturasi O2 68.9 96-97 %
Elektrolit
Natrium (Na) 150.0 135-145 mmol/L
Kalium (K) 3.40 3.5-5.5 mmol/L
Klorida (Cl) 100.0 98-109 mmol/L
Pemeriksaan foto thorax AP Lateral
Klinis : sesak nafas, batuk
- Jantung kesan tidak membesar
10
- Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
- Trakea di tengah, kedua hilus tidak menebal
- Tampak infiltrate perihiler dan parakardial kanan
- Tak tampak infiltratretrokardia
- Lengkung hemidiafragma dan sinus kostofrenikus baik
- Tulang-tulang intak
Kesan:
- Pneumonia
- Cor dalam batas normal
1.5 RESUME
Seorang anak perempuan berusia 1 tahun 1 bulan dibawa oleh orang tuanya
dengan keluhan sesak napas. Sejak 2 minggu SMRS, ibu OS mengeluh anaknya
batuk-batuk. Batuk yang dialami pasien adalah batuk berdahak, akan tetapi dahak
sulit untuk dikeluarkan. Pasien juga mengalami muntah sebanyak 2x yang berisi
lender dan makanan setiap harinya. 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien
mengalami demam. Demam yang dirasakan pasien naik turun. Suhu mencapai 38,8°C
. Pasien juga sudah mengkonsumsi obat penurun panas, akan tetapi tidak ada
perbaikan.
1 hari sebelum masuk Rumah Sakit, pasien tampak lemas dan nafsu makan
berkurang Pasien juga rewel tidak mau makan dan minum. Batuk pilek dan demam
masih ada. Beberapa jam sebelum masuk Rumah sakit, pasien terlihat bernafas cepat
dan sesak. Sesak muncul perlahan-lahan dan kemudian makin memberat Di IGD
pasien dipasang selang oksigen dan mendapatkan terapi uap satu kali karena adanya
pergerakan cuping hidung dan retraksi dada.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum pasien tampak sakit sedang,
suhu 37 oC, nadi 152 x/menit, frekuensi napas 54 x/menit, saturasi oksigen 80 % berat
badan 6,5 kg dan tinggi badan 69 cm di mana status gizi anak terkesan kurang, pada
hidung ditemukan sekret, faring hiperemis, terdengar suara napas yang kasar, ronkhi
basah terdengar di kedua lapang paru.
11
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan Hb 12,2 g/dL, Ht 34 vol%, leukosit
34.64 ribu/mm3 MCV 69,1 fl, MCH 25 pg, MCHC 36.2%, Eritrosit 4,88 juta/uL.
Hasil dari pemeriksaan analisa gas darah yaitu pH 7.34, PCO2 24.4 mmHg, PO2 36.9
mmHg. hasil dari foto thorax adalah kesan pneumonia.
1.6. DIAGNOSA KERJA
Pneumonia
1.7. DIAGNOSA BANDING
Bronkilotis
1.8. PENATALAKSANAAN
02 : Nasal kanul 2 lpm
IVFD KaEn 1B 8 tpm
Kebutuhan cairan anak dengan BB 6.5 kg
[6.5 x 100] x 20 = 9,02 ~ 9 tpm 8 tpm
24 x 60
- Antibiotik
- Ampicilin 4 x 150 mg iv
Ampicilin ( 50 – 100 mg/KgBB) diberikan sebanyak 4x sehari
6,5 x 50 mg = 325 mg/ 4x = 81.25mg/x
6.5 x 100 mg = 650/4x = 162.5 mg/x
- Kloramfenikol 4 x 100 mg iv
Kloramfenikol (25 - 50mg/KgBB) diberikan 4x sehari
6.5 x 25mg = 162.5mg/4x = 40.625 mg/x
6.5 x 50mg = 325mg/4x = 81.25mg/x
- Sanmol drop 4 x 0.7 ml
Tiap 0,6 ml mengandung : Paracetamol 60 mg
Dosis :
Dibawah 1 tahun : 0.6 ml 3-4 kali sehari
12
Pada pasien 1 tahun lebih 1 bulan 4 x 0.7 ml
- Mucos drop 3 x 0.3 ml
Dosis anak 2-4 tahun : 1.5 ml
Dosis anak 1-2 tahun : 1 ml, 0.5 ml
- Asam folat 1x 5 mg pada hari I
- Asam folat 1x 1 mg pada hari ke II - XIV
- Vitamin A 1x100000 iu pada hari I,II, dan XIV
- Inhalasi Ventolin / 8 jam 3x sehari dalam Ns 2cc
1. 9. EDUKASI
- Bila anak bertambah sesak (RR > 50x/menit) maka semntara anak dipuasakn
telebih dahulu dan dipasang NGT
- Bila anak demam, beri minum ASI yang cukup, kompres hangat, dan beri
obat penurun panas
- Berikan makanan yang bergizi pada anak
1.10. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad funtionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
13
FOLLOW UP
5-8-2015 6-8-2015 7-8-2015S Demam (+), Sesak (+), muntah
(+), Batuk (+), Pilek (+)Demam , Sesak (+), Batuk (+), Pilek (+)
Sesak (+), Batuk (+), Pilek (+)
O KU : Sesak, Lemah, tampak sakit sedangKes : CMHR : 120 x/mntRR : 54 x/mntS : 37,8oC SpO2: 88%Kepala : NormocephalMata :Cekung (-/-), Konjungtiva Pucat (-), pupil bulat isokorTHT : Faring hiperemis, tonsil T1-T1 tenangLeher : tdk ada pembesaran KGBToraks : simetris, retraksi (+), SN vesikuler (+/+), rh (+/+), wh(-/-), BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-)Abdomen: datar , nyeri tekan (+), BU (+), hepar lien tidak terabaEkstremitas: akral hangat, CRT <2 s,
KU : Sesak, Lemah, tampak sakit sedangKes : CMHR : 120 x/mntRR : 36 x/mntS : 37,1oCSpO2: 90%Kepala : NormocephalMata : Cekung (-/-), Konjungtiva Pucat (-), pupil bulat isokorTHT : Faring hiperemis, tonsil T1-T1 tenangLeher : tdk ada pembesaran KGBToraks : simetris, retraksi (+), SN vesikuler (+/+), rh (+/+), wh(-/-), BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-)Abdomen: datar, nyeri tekan (+), BU (+),hepar lien tidak terabaEkstremitas: akral hangat, CRT <2 s
KU: Sesak, Lemah, tampak sakit sedangKes : CMHR : 118 x/mntRR : 32 x/mntS : 36,9oCSpO2: 96%Kepala: NormocephalMata: Cekung (-/-), Konjungtiva Pucat (-), pupil bulat isokor THT : Faring hiperemis, tonsil T1-T1 tenangLeher : tdk ada pembesaran KGBToraks : simetris, retraksi (+), SN vesikuler (+/+), rh (+/+), wh(-/-), BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-)Abdomen: datar, nyeri tekan (+), BU (+),hepar lien tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 s
A Pneumonia Pneumonia Pneumonia
14
P 02 : Nasal kanul 2 lpm IVFD KaEn 1B 8 tpm Ampicilin 4 x 150 mg iv Kloramfenikol 4x100 mg iv Sanmol drop 4 x 0.7 ml Mucos drop 3 x 0.3 ml Asam folat 1x 5 mg pada
hari I Vitamin A 1x100000 iu
pada hari I,II, dan XIV Inhalasi Ventolin 3x1 dalam
Ns 2cc
02 : Nasal kanul 2 lpm IVFD KaEn 1B 8 tpm Ampicilin 4 x 150 mg
iv Kloramfenikol 4 x 100
mg iv Sanmol drop 4 x 0.7 ml Mucos drop 3 x 0.3 ml Asam folat 1x 1 mg Vitamin A 1x100000 iu
pada hari I,II, dan XIV Inhalasi Ventolin 3x1
dalam Ns 2cc
02 : Nasal kanul 2 lpm IVFD KaEn 1B 8 tpm Ampicilin 4 x 150 mg iv Kloramfenikol 4 x 100 mg
iv Sanmol drop 4 x 0.7 ml Mucos drop 3 x 0.3 ml Asam folat 1x 1 mg Inhalasi Ventolin 3x1 dalam
Ns 2cc
8-8-2015 9-8-2015 10-8-2015S Sesak (+), Batuk (+),
Pilek (+)Sesak (-), Batuk (+), Pilek (+)
Batuk (-), Pilek (-)
O KU : Sesak, Lemah, tampak sakit sedangKes : CMHR : 122 x/mntRR : 36 x/mntS : 36,6oC SpO2: 98%Kepala : NormocephalMata :Cekung (-/-), Konjungtiva Pucat (-), pupil bulat isokorTHT : Faring hiperemis, tonsil T1-T1 tenangLeher : tdk ada pembesaran KGBToraks : simetris, retraksi (-), SN vesikuler (+/+), rh (+/+), wh(-/-), BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-)Abdomen: datar , nyeri tekan (+), BU (+), hepar lien tidak terabaEkstremitas: akral hangat, CRT <2 s,
KU : Lemah, tampak sakit sedangKes : CMHR : 122 x/mntRR : 36 x/mntS : 36,4oCSpO2: 98%Kepala : NormocephalMata : Cekung (-/-), Konjungtiva Pucat (-), pupil bulat isokorTHT : Faring hiperemis, tonsil T1-T1 tenangLeher : tdk ada pembesaran KGBToraks : simetris, retraksi (-), SN vesikuler (+/+), rh (+/+), wh(-/-), BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-)Abdomen: datar, nyeri tekan (+), BU (+),hepar lien tidak terabaEkstremitas: akral hangat, CRT <2 s
KU: Lemah, tampak sakit sedangKes : CMHR : 119 x/mntRR : 32 x/mntS : 36oCSpO2: 99%Kepala: NormocephalMata: Cekung (-/-), Konjungtiva Pucat (-), pupil bulat isokor THT : Faring hiperemis, tonsil T1-T1 tenangLeher : tdk ada pembesaran KGBToraks : simetris, retraksi (-), SN vesikuler (+/+), rh (-/-), wh(-/-), BJ I-II reg, murmur (-), gallop (-)Abdomen: datar, nyeri tekan (+), BU (+),hepar lien tidak teraba Ekstremitas: akral hangat, CRT <2 s
A Pneumonia Pneumonia Pneumonia
15
P 02 : Nasal kanul 2 lpm IVFD KaEn 1B 8 tpm Ampicilin 4 x 150 mg
iv Kloramfenikol 4x100
mg Sanmol drop 4 x 0.7 ml Mucos drop 3 x 0.3 ml Asam folat 1x 1 mg
pada hari I Inhalasi Ventolin 3x1
dalam Ns 2cc
02 : Lepas IVFD KaEn 1B 8 tpm Ampicilin 4 x 150 mg
iv Kloramfenikol 4 x 100
mg iv Sanmol drop 4 x 0.7 ml Mucos drop 3 x 0.3 ml Asam folat 1x 1 mg Inhalasi Ventolin 3x1
dalam Ns 2cc
Pulang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-
paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang
ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas
cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.7
Pneumonia merupakan penyakit batuk pilek disertai napas sesak atau
napas cepat. Napas sesak ditandai dengan dinding dada bawah tertarik ke
dalam, sedangkan napas cepat diketahui dengan menghitung tarikan napas
dalam satu menit. Untuk balita umur 2 tahun sampai 5 tahun tarikan napasnya
40 kali atau lebih dalam satu menit, balita umur 2 bulan sampai 2 tahun
tarikan napasnya 50 kali atau lebih per menit, dan umur kurang dari 2 bulan
tarikan napasnya 60 kali atau lebih per menit.5
II. EPIDEMIOLOGI
Insiden penyakit ini pada negara berkembang hampir 30% pada anak-anak di
bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang tinggi, sedangkan di
16
Amerika pneumonia menunjukkan angka 13% dari seluruh penyakit infeksi
pada anak di bawah umur 2 tahun Insiden pneumonia pada anak ≤ 5 tahun di
negara maju adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan dinegara
berkembang 10-20 kasus/100 anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari
5 juta kematian pertahun pada anak balita di negara berkembang. 2
III. ETIOLOGI
Tabel 1. Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut umur dengan
terjadinya infeksi.5
Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarang
Lahir-20 hari Bakteria Escherichiacolli Group B streptococci Listeriamonocytogenes
Bakteria Group D streptococci Haemophillusinfluenzae Streptococcuspneumoniae Ureaplasmaurealyticum
Virus Cytomegalovirus Herpes simplex virus
3minggu – 3 bulan
Bakteria Clamydiatrachomatis Streptococcuspneumoniae
Virus Respiratory syncytial
virus Influenza virus Para influenza virus
1,2 and 3
Bakteria Bordetellapertusis Haemophillusinfluenza type B
& non typeable Moxarellacatarrhalis Staphylococcusaureus Ureaplasmaurealyticum
Virus Cytomegalovirus
17
Adenovirus4 bulan –5 tahun
Bakteria Streptococcuspneumoniae Clamydiapneumoniae Mycoplasmapneumoniae
Virus Respiratory syncytial
virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles
Bakteria Haemophillusinfluenza type B Moxarellacatarrhalis Neisseriameningitis Staphylococcusaureus
Virus Varicella zoster virus
5 tahun – dewasa Bakteria Clamydiapneumonia Mycoplasmapneumonia Streptococcuspneumoniae
Bakteria Haemophillusinfluenza type B Legionellaspecies Staphylococcusaureus
Virus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Varicella zoster virus
Tabel 2. Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut keadaan klinis terjadinya infeksi5
Communityy-acquired acute pneumonia
Streptococcus pneumoniaHaemophilus influenzaeMoraxella catarrhalisStaphylococcus aureusLegionella pneumophilaEnterobacteriaceae (Klebsiella pneumoniae) and Pseudomonas spp.
Community-acquired atypical pneumonia
18
Mycoplasma pneumoniaChlamydia spp. (C. pneumoniae, C. psittaci, C. trachomatis)Coxiella burnetii (Q fever)Viruses: respiratory syncytial virus, parainfluenza virus (children); influenza A and B (adults); adenovirus(military recruits); SARS virusHospital-acquired pneumonia
Gram-negative rods, Enterobacteriaceae (Klebsiella spp., Serratia marcescens, Escherichia coli) andPseudomonas spp.Staphylococcus aureus (usually penicillin resistant)Pneumonia kronis
NocardiaActinomycesGranulomatous: Mycobacterium tuberculosis and atypical mycobacteria, Histoplasma capsulatum,Coccidioides immitis, Blastomyces dermatitidis
IV. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan sehat, tidak terjadi pertumbuhan mikroornagisme di paru.
Keadaan ini disebabkan oleh mekanisme pertahanan paru. Apabila terjadi
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, mikroorganisme dapat
berkembang biak dan menimbulkan penyakit.9
Resiko infeksi di paru sangat tergantung pada kemampuan
mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran napas.
Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan :9
1. Inokulasi langsung
2. Penyebaran melalui pembuluh darah
3. Inhalasi bahan aerosol
4. Kolonisasi dipermukaan mukosa
Dari keempat cara tersebut diatas yang terbanyak adalah secara
Kolonisasi. Secara inhalasi terjadi pada infeksi virus, mikroorganisme
atipikal, mikrobakteria atau jamur. Kebanyakan bakteri dengan ukuran 0,5 -
2,0 m melalui udara dapat mencapai bronkus terminal atau alveol dan
19
selanjutnya terjadi proses infeksi. Bila terjadi kolonisasi pada saluran napas
atas (hidung, orofaring) kemudian terjadi aspirasi ke saluran napas bawah dan
terjadi inokulasi mikroorganisme, hal ini merupakan permulaan infeksi dari
sebagian besar infeksi paru. Aspirasi dari sebagian kecil sekret orofaring
terjadi pada orang normal waktu tidur (50 %) juga pada keadaan penurunan
kesadaran, peminum alkohol dan pemakai obat (drug abuse).4
Sekresi orofaring mengandung konsentrasi bakteri yang tinggi 10 8-10/ml,
sehingga aspirasi dari sebagian kecil sekret (0,001 - 1,1 ml) dapat memberikan
titer inokulum bakteri yang tinggi dan terjadi pneumonia.4
Pada pneumonia mikroorganisme biasanya masuk secara inhalasi atau
aspirasi. Umumnya mikroorganisme yang terdapat disaluran napas bagian atas
sama dengan di saluran napas bagian bawah, akan tetapi pada beberapa
penelitian tidak di temukan jenis mikroorganisme yang sama.9
V. PATOLOGI ANATOMI
Terdapat empat stadium anatomis dari pneumonia terbagi atas: 3
1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam pertama)
Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang
berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi.Hal ini ditandai dengan peningkatan
aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi.Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel
imun dan cedera jaringan.Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan
prostaglandin.Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen
bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos
vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan
perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstitium sehingga terjadi
pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara
kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering
mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.3
20
2. Stadium Hepatisasi Merah (48 jam selanjutnya)
Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang
terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan,
sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium
ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak.
Stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.3
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (Konsolidasi)
Terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang
terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera
dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai
diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah
menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.3
4. Stadium Akhir (Resolusi)
Eksudat yang mengalami konsolidasi di antara rongga alveoli dicerna secara
enzimatis yang diserap kembali atau dibersihkan dengan batuk. Parenkim paru
kembali menjadi penuh dengan cairan dan basah sampai pulih mencapai keadaan
normal.3
VI. KLASIFIKASI
Pneumonia diklasifikasikan ke beberapa kelompok, diantaranya:1
1. Menurut penyakit bawaan
a) Pneumonia primer : radang paru yang terserang pada orang yang tidak
mempunyai faktor resiko tertentu. Kuman penyebab utama yaitu S.
pneumoniae, Hemophilus influenzae, juga virus penyebab infeksi
pernapasan (Influenza, Parainfluenza, RSV). Selain itu juga bakteri
pneumonia yang tidak khas (atypical) yaitu mikoplasma, chlamydia,
dan legionella.1
21
b) Pneumonia sekunder : terjadi pada orang dengan faktor predisposisi,
selain penderita penyakit paru lainnnya seperti COPD, terutama juga
bagi mereka yang mempunyai penyakit menahun seperti diabetes
melitus, HIV, kanker, dll.
2. Menurut tempat asal terjadinya infeksi 1
a) Community acquired pneumonia (CAP; pneumonia yang terjadi di
“lingkungan rumah”), juga termasuk Pneumonia yang terjadi di rumah
sakit dengan masa inap <48 jam. Kuman penyebab sama seperti pada
pneumonia primer.
b) Nosokomial pneumonia atau hospital acquired pneumonia (HAP,
pneumonia yang terjadi di “rumah sakit”), infeksi terjadi setelah 48
jam berada di rumah sakit. Kuman penyebab sangat beragam, yang
sering Staphylococcus aureus atau bakteri dengan gram negatif
lainnya seperti E.coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas
aeroginosa, Proteus, dll. Tingkat resistensi obat tergolong tinggi untuk
bakteri penyebab HAP.
3. Menurut gambaran klinis 1
a) Typical pneumonia, infeksi radang paru dengan gejala yang khas.
Gejala yang khas (typical) dari pneumonia yaitu munculnya secara
tiba-tiba diikuti dengan batuk berdahak, demam dalam waktu singkat
dan menggigil, dan sesak napas. Sekitar 30% hanya merasakan sakit
dada yang hebat (pleura) sebagai gejala utama tanpa di ikuti simptom
khas pneumonia. Selain itu penderita cepat lelah, tidak nafsu makan,
berkeringat dan rasa mual.
b) Atypical pneumonia sebagai kebalikannya
4. Menurut predileksi infeksi
a) Pneumonia lobaris. Sering pada pneumonia bacterial, jarang pada bayi
dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu lobus atau segmen.
Kemungkinan sekunder disebabkan oleh adanya obstruksi bronkus
seperti aspirasi benda asing, atau adanya proses keganasan.
22
b) Bronkopneumonia. Ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrate
pada lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteri maupun virus.
Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dnegan obstruksi
bronkus.
c) Pneumonia interstitial.
VII. MANIFESTASI KLINIS
Gejala infeksi umum seperti demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
napsu makan, dan keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, atau diare. Gejala
gangguan respiratori seperti batuk, sesak napas, retraksi dada,takipnea, napas
cuping hidung, air hunger, merintih, sianosis. 6
Pneumonia pada neonatus dan bayi kecil6
Sering terjadi akibat transmisi vertikal ibu-anak yang berhubungan dengan
proses persalinan
Infeksi terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari ibu, misalnya
melalui aspirasi mekonium, cairan amnion, atau dari serviks ibu.
Serangan apnea
Sianosis
Merintih
Napas cuping hidung
Takipnea
Letargi, muntah
Tidak mau minum
Takikardi atau bradikardi
Retraksi subkosta
Demam
23
Sepsis pada pneumonia neontus dan bayi kecil sering ditemukan sebelum 48
jam pertama
Angka mortalitas sangat tinggi di negara maju, yaitu dilaporkan 20-50%
Angka kematian di Indonesia dan di negara berkembang lainnya diduga lebih
tinggi
Pneumonia pada balita dan anak yang lebih besar
Takipnea
Retraksi subkosta (chest indrawing)
Napas cuping hidung
Ronki
Sianosis
Ronki hanya ditemukan bila ada infiltrat alveolar
Retraksi dan takipnea merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna
Kadang-kadang timbul nyeri abdomen bila terdapat pneumonia lobus kanan
bawah yang menimbulkan infiltrasi diafragma
Nyeri abdomen dapat menyebar ke kuadran kanan bawah dan menyerupai
apendisitis.
VIII. DIAGNOSA
Diagnosis klinis pneumonia bergantung kepada penemuan kelainan fisis
atau bukti radiologis yang menunjukkan konsuidasi. Klasifikasi diagnosis klinis
pada masa kini dilengkapi faktor patogenesis yang berperan (lingkungan,
pejamu). Diagnosis dan terapi pneumonia dapat ditegakkan berdasarkan kepada
riwayat penyakit yang lengkap, pemeriksaan fisis yang diteliti dan pemeriksaan
penunjang. Gejala-gejala pneumonia serupa untuk semua jenis pneumonia.4
Gejala-gejala meliputi:4
Gejala Mayor: 1.batuk
2.sputum produktif
3.demam (suhu>37,80c)
Gejala Minor: 1. sesak napas
24
2. nyeri dada
3. konsolidasi paru pada pemeriksaan fisik
4. jumlah leukosit >12.000/L
Gambaran klinis biasanya didahului oleh infeksi saluran napas akut
bagian atas selama beberapa hari, kemudian diikuti dengan demam, menggigil,
suhu tubuh kadang-kadang melebihi 40º C, sakit tenggorokan, nyeri otot dan
sendi. Juga disertai batuk, dengan sputum mukoid atau purulen, kadang-kadang
berdarah. Pada pemeriksaan fisik dada terlihat bagian yang sakit tertinggal waktu
bernafas, pada palpasi fremitus dapat mengeras, pada perkusi redup, pada
auskultasi terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronchial yang kadang-
kadang melemah. Mungkin disertai ronkhi halus, yang kemudian menjadi ronkhi
basah kasar pada stadium resolusi. Pneumonia pada usia lanjut seringkali
memberikan gejala yang tidak khas. Selain batuk dan demam pasien tidak jarang
datang dengan keluhan gangguan kesadaran (delirium), tidak mau makan, jatuh,
dan inkontinensia akut.1
Pedoman Diagnosis: 5
Bayi dan anak berusia 2 bulan – 5 tahun
Pneumonia berat
o Bila ada sesak napas
o Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Pneumonia
o Bila tidak ada sesak napas
o Ada napas cepat
o Tidak perlu dirawat, diberikan antibiotik oral.
Bukan pneumonia
o Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas.
o Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotik, hanya diberikan
pengobatan simptomatis seperti penurun panas.
25
Bayi berusia dibawah 2 bulan
Pneumonia
o Bila ada napas cepat atau sesak napas
o Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Bukan pneumonia
o Tidak ada napas cepat atau sesak napas
o Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis
Anamnesis
Ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kuman penyebab yang berhubungan
dengan faktor infeksi :5
a) Evaluasi faktor presdiposisi: PPOK (H. influenzae), penurunan imunitas
(Pneumocystic carinil, CMV, Legionella, jamur, Mycobacterium),
kecanduan obat bius (Staphylococcus)
b) Usia pasien: bayi (virus), muda (M. pneumoniae), dewasa (S.pneumoniae)
c) Awitan; cepat, akut dengan rusty coloured sputum (S. pneumoniae);
perlahan dengan batuk, dahak sedikit (M. pneumoniae).
Pemeriksaan fisis
Presentasi bervariasi tergantung etiologi, usia dan keadaan klinis. Perhatikan
gejala klinis yang mengarah tipe kuman penyebab/patogenitas kuman dan tingkat
berat penyakit:5
a) Awitan akut biasanya oleh kuman patogen seperti S. pneumoniae,
Streptococcus spp. Staphyloccus. Pneumonia virus ditandai dengan
mialgia, malaise, batuk kering dan nonproduktif. Awitan lebih insidious
dan ringan pada orang tua/imunitas menurun misalnya: Klebsiella,
Pseudomonas, Enterobacteriaceae, kuman anerob, jamur.
26
b) Tanda-tanda fisis pada tipe pneumonia klasik bisa didapatkan berua
demam, sesak napas, tanda-tanda konsulidasi paru (perkusi paru yang
pekak, ronki nyaring, suara pernapasan bronchial). Bentuk klasik pada PK
primer berupa bronkopneumonia, pneumonia lobaris atau
pleuropneumonia. Gejala atau bentuk yang tidak khas dijumpai pada PK
sekunder ataupun PN. Dapat diperoleh bentuk manifestasi lain infeksi paru
seperti efusi pleura, pneumotoraks/hidropneumotoraks.
c) Warna, konsistensi, dan jumlah spuum penting untuk diperhatikan.
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukosit
normal/rendah dapat disebabkan oleh infeksi yang berat sehingga tidak terjadi
respons leukosi. Leukopenia menunjukkan depresi imunitas, misalnya
neutropenia pada infeksi kuman Gram negatif atau S. aereus pada pasien
dengan keganasan dan gangguan kekebalan. Faal hati mungkin terganggu.
b. Pemeriksaan Bakteriologis
Bahan berasal dari sputum, darah, aspirasi nasotrakeal/transtrakeal, aspirasi,
jarum transtokoral, torakkosentesis, bronkoskopi, atau biopsy. Untuk tujuan
terapi empiris dilakukan pemeriksaan apus Gram, Burri Gin, Quellung test
dan Z. Nielsen. Kuman yang predominan pada sputum yang disertai PMN
yang kemungkinan merupakan penyebab infeksi. Kultur kuman merupakan
pemeriksaan utama pra terapi dan bermanfaat untuk evaluasi terapi
selanjutnya.8
c. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis pada foto thorax pada penyakit pneumonia antara lain: 1
27
a) Perselubungan homogen atau inhomogen sesuai dengan lobus atau
segment paru secara anatomis. Batasnya tegas, walaupun pada mulanya
kurang jelas.
b) Volume paru tidak berubah, tidak seperti atelektasis dimana paru
mengecil. Tidak tampak deviasi trachea/septum/fissure/ seperti pada
atelektasis.
c) Silhouette sign (+) : untuk menentukan letak lesi paru ; batas lesi dengan
jantung hilang, berarti lesi tersebut berdampingan dengan jantung atau di
lobus medius kanan.
d) Seringkali terjadi komplikasi efusi pleura.
e) Bila terjadinya pada lobus inferior, maka sinus phrenicocostalis yang
paling akhir terkena.
f) Pada permulaan sering masih terlihat vaskuler.
g) Pada masa resolusi sering tampak Air Bronchogram Sign.
IX. PENATALAKSANAAN
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu diraawat inap. Indikasi
perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis, distres
pernapasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain,
komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil
dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan
antibiotik yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi
pemberian cairan intravena, terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan
keseimbangan asam-basa, elektrolit, dan gula darah. Untuk nyeri dan demam dapat
diberikan analgetik/antipiretik. Suplementasi vitamin A tidak terbukti efektif.
Penyakit penyerta harus ditanggulangi dengan adekuat, komplikasi yang mungkin
terjadi harus dipantau dan diatasi.
1. Pneumonia rawat jalan
28
Pada pneumonia rawat jalan diberikan antibiotik lini pertama secara oral
misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Dosis amoksisilin yang diberikan
adalah 25 mg/KgBB. Dosis kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB TMP – 20
mg/kgBB sulfametoksazol). Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid
baru, dapat digunakan sebagai terapi alternatif beta-laktam untuk pengobatan
inisial pneumonia, dengan pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap S.
Pneumoniae dan bakteri atipik.
2. Pneumonia rawat inap
Pilihan antibiotika lini pertama dapat menggunakan beta-laktam atau
kloramfenikol. Pada pneumonia yang tidak responsif terhadap obat diatas,
dapat diberikan antibiotik lain seperti gentamisin, amikasin, atau sefalosporin.
Terapi antibiotik diteruskan selama 7-10 hari pada pasien dengan pneumonia
tanpa komplikasi .
Pada neonatus dan bayi kecil, terapi awal antibiotik intravena harus
dimulai sesegera mungkin untuk mencegah terjadinya sepsis atau meningitis.
Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spektrum luas seperti
kombinasi beta-laktam/klavunalat dengan aminoglikosid, atau sefalosporin
generasi ketiga. Bila keadaan sudah stabil, antibiotik dapat diganti dengan
antibiotik oral selama 10 hari.
Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik yang direkomendasikan
adalah antibiotik beta-laktam dengan/ aatau tanpa klavulanat. Pada kasus yang
lebih berat diberikan beta-laktam/klavulanat dikombinasikan dengan makrolid
baru intravena, sefalosporin generasi ketiga. Bila pasien sudah tidak demam
atau keadaan sudah stabil, antibiotik diganti dengan antibiotik oral dan
berobat jalan.7
Kriteria pulang untuk bayi dan anak dengan pneumonia adalah:6
- Gejala dan tanda pneumonia menghilang
- Asupan per oral adekuat
- Pemberian antibiotik dapat diteruskan di rumah (per oral)
- Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol
29
- Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjut di rumah
-
X. KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis
purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmuner seperti meningitis purulenta.
Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia
bakteri. 5
XI. PENCEGAHAN
Untuk mencegah pneumonia perlu partisipasi aktif dari masyarakat atau
keluarga terutama ibu rumah tangga, karena pneumonia sangat dipengaruhi oleh
kebersihan di dalam dan di luar rumah. Pencegahan pneumonia bertujuan untuk
menghindari terjadinya penyakit pneumonia pada balita. Berikut adalah upaya untuk
mencegah terjadinya penyakit pneumonia :8
1. Perawatan Selama Masa Kehamilan
Untuk mencegah risiko bayi dengan berta badan lahir rendah, perlu gizi
ibu selama kehamilan dengan mengkonsumsi zat-zat bergizi yang cukup
bagi kesehatan ibu dan pertumbuhan janin dalam kandungan serta
pencegahan terhadap hal-hal yang memungkinkan terkenanya infeksi
selama kehamilan.
2. Perbaikan Gizi Balita
Untuk mencegah risiko pneumonia pada balita yang disebabkan karena
malnutrisi, sebaiknya dilakukan dengan pemberian ASI pada bayi
neonatal sampai umur 2 tahun. Karena ASI terjamin kebersihannya,
tidak terkontaminasi serta mengandung faktor-faktor antibodi sehingga
dapat memberikan perlindungan dan ketahanan terhadap infeksi virus
dan bakteri. Oleh karena itu, balita yang mendapat ASI secara ekslusif
lebih tahan infeksi dibanding balita yang tidak mendapatkannya.
3. Memberikan Imunisasi Lengkap pada Anak
Untuk mencegah pneumonia dapat dilakukan dengan pemberian
imunisasi yang memadai, yaitu imunisasi anak campak pada anak umur
30
9 bulan, imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus) sebanyak 3 kali
yaitu pada umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan.
4. Memeriksa Anak Sedini Mungkin Apabila Batuk
Balita yang menderita batuk harus segera diberi pengobatan yang sesuai
untuk mencegah terjadinya penyakit batuk pilek biasa menjadi batuk
yang disertai dengan napas cepat/sesak napas.
5. Mengurangi Polusi didalam dan diluar Rumah
Untuk mencegah pneumonia disarankan agar kadar debu dan asap
diturunkan dengan cara mengganti bahan bakar kayu dan tidak
membawa balita ke dapur serta membuat lubang ventilasi yang cukup.
Selain itu asap rokok, lingkungan tidak bersih, cuaca panas, cuaca
dingin, perubahan cuaca dan dan masuk angin sebagai faktor yang
memberi kecenderungan untuk terkena penyakit pneumonia.
6. Menjauhkan balita dari penderita batuk.
Balita sangat rentan terserang penyakit terutama penyakit pada saluran
pernapasan, karena itu jauhkanlah balita dari orang yang terserang
penyakit batuk. Udara napas seperti batuk dan bersin-bersin dapat
menularkan pneumonia pada orang lain. Karena bentuk penyakit ini
menyebar dengan droplet, infeksi akan menyebar dengan mudah.
Perbaikan rumah akan menyebabkan berkurangnya penyakit saluran
napas yang berat. Semua anak yang sehat sesekali akan menderita
salesma (radang selaput lendir pada hidung), tetapi sebagian besar
mereka menjadi pneumonia karena malnutrisI.
31
BAB III
PEMBAHASAN
Diagnosis pneumonia pada pasien ditegakkan dari anamnesa, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pasien adalah seorang anak perempuan berusia 1
tahun 1 bulan datang dengan keluhan sesak, demam, dan batuk. Dalam rentang usia 4
bulan – 5 tahun, bakteri tersering penyebab pneumonia adalah Streptococcus
pnemoniae, Chlamydia pnemoniae, dan Mycoplasma pnemoniae. Sedangkan, virus
tersering penyebab pneumonia adalah respiratory syncytial virus, influenza virus,
parainfluenza virus, rhinovirus, adenovirus, dan measles.
Dari hasil anamnesa, didapatkan pasien datang dengan keluhan utama sesak
yang semakin berat sejak 1 hari SMRS.Sesak ini didahului oleh demam 2 hari
sebelumnya dan batuk selama 2 minggu yang lalu. Batuk yang dialami pasien adalah
batuk berdahak dengan dahak yang sulit dikeluarkan, dan pilek dengan ingus yang
berwarna bening. Ibu pasien melihat pasien sulit bernafas, bernafas pendek dan cepat.
Pasien juga menjadi malas makan an minum. Gejala ini merupakan gejala infeksi
yang mengarah kepada kriteria diagnosis pneumonia menurut WHO, dimana
ditemukan batuk atau kesulitan bernafas dan ada nafas cepat.
32
Dari pemeriksaan fisik, ditemukan kelainan berupa frekuensi nafas 54
x/menit, adanya pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal, retraksi subcostal,
dan terdengar ronkhi basah halus di daerah basal paru. Gejala ini merupakan gejala
gangguan respiratori.Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik ini, diagnosis ke arah
pneumonia semakin kuat dengan jenis pneumonia berat yang ditandai oleh adanya
nafas cepat, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal, retraksi subcostal,
demam, batuk dan terdengar ronkhi basah halus di basal paru. Kesan gizi pada pasien
ini dilihat dari BB/U pada kurva Z score adalah gizi kurang.
Dari pemeriksaan penunjang, yaitu rontgen thoraks posisi AP Lateral,
ditemukan gambaran khas pneumonia, yaitu tampak infiltrate perihiler dan
parakardial kanan Dari pemeriksaan penunjang tersebut, maka diagnosis banding
bronkiolitis dapat disingkirkan.
Pada penatalaksanaan pasien ini, pemberian oksigen dilakukan untuk
mengatasi sesak dan menjaga kadar oksigen di dalam darah. Pemilihan antibiotik
ampisilin dan kloramfenikol sesuai dengan panduan penanganan pneumonia
berat.Pemberian inhalasi ß-agonis (ventolin) dan NaCl bertujuan untuk memperbaiki
mucocilliary clearance.Pemberian antipiretik sebagai terapi simptomatik juga
berfungsi untuk menjaga kenyamanan pasien. Pemasangan NGT dilakukan karena
frekuensi nafas pasien mencapai 60 x/menit dan kondisi ini akan membuat pasien
susah untuk makan dan minum. Selain itu, ada kemungkinan pasien bisa tersedak bila
memaksakannya. Pemberian Vitamin A 1 x 100000 dan asam folat 1x 1 mg pada
pasien ini diperlukan pada kasus anak dengan gizi kurang.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, Siti S, ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen IPD RSCM; 2007.
2. Hegar, Badriul. 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : IDAI.
3. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson Ilmu Kesehatan
Anak Esensial. Edisi ke-6. Singapura: Elsevier;2014
4. Price, Sylvia A., Wilso, Loraine M. 2008. Patofisiologi, Konsep klinis Proses-
Proses Penyakit, Buku II, edisi keempat. Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
5. Rahajoe N, Supriyanto B, Setyanto DB. Respirologi anak. Edisi ke-1. Jakarta:
IDAI; 2013.
6. Setyanto DB, Suardi AU, Setiawati L, Triasih R, Yani FF. Pneumonia. Dalam:
Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI; 2009.
7. Soedarsono. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru. Bagian Ilmu Penyakit Paru FK
UNAIR. Surabaya
8. Wibisono, Jusuf M. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru, Balai penerbit FK
UNAIR, Surabaya
9. Zul, Dahlan. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II ed. IV:Pneumonia.
Jakarta:FKUI
34
Recommended