i
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEKS
JUDUL PROGRAM
PELATIHAN PENGEMBANGAN PRAKTIKUM IPA
KONSENTRASI KIMIA BERWAWASAN LINGKUNGAN
UNTUK GURU IPA SMP SE-KECAMATAN BANJAR
KABUPATEN BULELENG
Oleh:
I KETUT LASIA, S.Pd., M.Pd.
NIP 197212232001121001
I KETUT BUDIADA, S.T. NIP 197404262001121002
NI NYOMAN WIDIASIH, S.E. NIP 197408052000032001
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha
Dengan SPK Nomor: 155/UN48.15/LPM/2014 tanggal 5 Maret 2015
LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2015
ii
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Hyang Widhi Wasa karena berkat rakhmatNya,P2M ini dapat
terlaksana sesuai rencana. P2M yang berjudul “P2M pelatihan pengembangan
praktikum IPA konsentrasi kimia berwawasan lingkungan untuk guru IPA SMP se-
Kecamatan Banjar Kabupaten Bauleleng” merupakan upaya untuk melatih guru IPA
agar praktikum kimia menjadi murah, mudah, dan efisien.
P2M ini terlaksana atas dukungan beberapa pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
peneliti mengucapkan terimakasih setulus-tulusnya kepada.
a. Rektor Universitas Pendidikan Ganesha
b. Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha yang
telah mengusulkan proposal ini ke Dikti sehingga pengabdian ini dapat
terlaksana
c. Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA yang telah memfasilitasi alat
pengabdian
d. Semua pihak yang tidak tersebutkan namanya yang telah menyukseskan
pengabdian ini
Akhirnya kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat. Saran dan kritik juga kami
sangat harapkan untuk kesempurnaan laporan ini.
Singaraja, 9 Oktober 2015
Tim Pelaksana
iv
DAFTAR ISI
Sampul …………………… I
Halaman Pengesahan …………………… Ii
Kata Pengantar …………………… Iii
Daftar Isi …………………… Iv
Daftar Tabel …………………… Vi
Daftar Gambar …………………… Vii
BAB I PENDAHULUAN …………………… 1
1.1 Analisis situasi …………………… 4
1.2 Identifikasi dan perumusan masalah …………………… 5
1.3 Tujuan kegiatan …………………… 6
1.4 Manfaat kegiatan …………………… 6
BAB II METODE PELAKSANAAN …………………… 8
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN …………………… 13
BAB IV PENUTUP …………………… 17
4.1 Simpulan …………………… 17
4.2 Saran …………………… 17
DAFTAR PUSTAKA …………………… 18
Lampiran-lampiran …………………… 20
1. Absensi peserta kegiatan …………………… 20
2. Foto-foto kegiatan …………………… 21
3. Peta lokasi …………………… 22
v
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Keterkaitan masalah, metode, dan
bentuk kegiatan
…………………… 10
Tabel 2.2. Rancangan evaluasi …………………… 11
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka pemecahan masalah …………………… 9
Gambar 3.1 Pengawas mata pelajaran IPA
SMP Kecamatan Banjar memberi
sambutan
…………………… 13
Gambar 3.2 Nara sumber memberi strategi cara
pembelajaran yang menarik (A),
peserta mengikuti dengan serius (B)
…………………… 14
Gambar 3.3 Diskusi sifat-sifat bahan kimia dan
pengelolaanya
…………………… 14
Gambar 3.4 Identifikasi bahan ramah
lingkungan dan praktik
menggunakannya dalam
praktikum kimia.
…………………… 15
Gambar 3.5 Peserta mendapat pengarahan dan
berlatih membuat prosedur
praktikum berbasis lingkungan
…………………… 15
Gambar 3.6 Pendampingan peserta dalam
membuat Praktikum IPA
konsentrasi Kimia berwawasan
lingkungan
…………………… 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
Permen Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 65 tahun 2013 tentang standar
proses pendidikan dasar dan menengah menyatakan standar kompetensi lulusan,
sasaran pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah
kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang
berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“ menerima, menjalankan, menghargai,
menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas“
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas“ mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”. Karaktersitik kompetensi beserta
perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar
proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu
(tematik antarmata pelajaran) dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu
diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry
learning). Untuk mendorong kemampuan peserta didik menghasilkan karya
kontekstual, baik individual maupun kelompok maka sangat disarankan
menggunakan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning).
Pendekatan ilmiah (scientific) IPA sebagai satuan pendidikan dilakukan
melalui keterampilan proses sains (KPS). KPS adalah keterampilan-keterampilan
yang dimiliki oleh ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan produk
kimia yang meliputi keterampilan mengamati (observasi), mengklasifikasikan,
mengukur, inferensi, prediksi, dan mengkomunikasikan. KPS merupakan
perwujudan keterampilan kimia sebagai proses. Kimia sebagai proses dilakukan
melalui kegiatan praktikum/percobaan.
Percobaan memungkinkan siswa menggunakan semua potensi yang ada
pada dirinya (kognitif, afektif, dan psikomotorik) terutama proses mentalnya
untuk menemukan sendiri konsep-konsep/ prinsip-prinsip kimia dan proses-
proses mental lainnya (Mulyati Arifin, 1995: 190). Untuk melakukan kegiatan
praktikum diperlukan sarana penunjang laboratorium.
2
Laboratorium adalah unit penunjang akademik pada lembaga pendidikan,
berupa ruangan tertutup atau terbuka, bersifat permanen atau bergerak, dikelola
secara sistematis untuk kegiatan pengujian, kalibrasi, dan/atau produksi dalam
skala terbatas, dengan menggunakan peralatan dan bahan berdasarkan metode
keilmuwan tertentu dalam rangka pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat (Peraturan bersama MENPENNAS dan Kepala
BKN No. 02/V/PB 2010 No. 13 tahun 2013). Laboratorium di SMP dan SMA
didominasi untuk kegiatan pengujian atau verifikasi suatu teori. Sedangkan di
SMK, laboratorium didominasi untuk kegiatan pengujian dan produksi dalam
skala terbatas. Mengingat pentingnya laboratorium, maka laboratorium harus
dikelola dengan baik.
Hasil penelitian terkait pengelolaan laboratorium menunjukkan sebagian
besar laboratorium belum dikelola dengan baik. Tantris (2006) mengungkapkan
laboratorium IPA SMP Negeri se-Kabupaten Buleleng berkualitas rendah dan
frekuensi penggunaan laboratorium untuk praktikum juga rendah. Ayu Ari
Laksmi (2014) juga menemukan kesulitan pihak sekolah untuk mengadakan
bahan-bahan kimia untuk praktikum. Bahan-bahan kimia yang dimiliki seperti,
HgCl2, AgNO3, CuSO4, MnO, Pb asetat, dan sebagainya belum termanfaatkan
dengan baik karena bahan tersebut sangat beracun dan sangat berbahaya bagi
praktikan.
Redhana (2013) mengidentifikasi bahan-bahan kimia berbahaya yang
digunakan dalam praktikum kimia. Bahan-bahan tersebut adalah padatan NaOH,
larutan HCl, larutan H2SO4, larutan HNO3, larutan CuSO4, larutan KSCN, larutan
FeCl3, dan larutan Pb(NO3)2. Sedangkan berdasarkan pengalaman emperik Ketut
Lasia selama 10 tahun menjadi laboran di Jurusan Pendidikan Kimia Undiksha,
mahasiswa PPL di SMA juga menggunakan CCl4, benzene, dan K2CrO4. Bahan-
bahan tersebut jika tidak terkelola dengan baik, maka akan dapat mencemari
lingkungan.
Pencemaran lingkungan akibat limbah bahan kimia sudah dirasakan oleh
umat manusia. Seperti, timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan syaraf dan
organ reproduksi. Timbal juga dapat menurunkan kecerdasan anak, sedangkan
merkuri dapat menyebabkan gangguan syaraf, otak, dan ginjal (Kompas. Com.
3
2009). Limbah yang dihasilkan oleh laboratorium pendidikan memang sedikit,
tetapi akumulasi limbah-limbah tersebut sangat mengancam kesehatan manusia
dan lingkungan. Bahaya yang disebabkan oleh limbah bahan kimia tersebut tidak
dirasakan langsung dan bahkan tidak disadari (Redhana, 2014). Ketidaksadaran
terpapar bahan kimia berbahaya tidak terlepas dari pengetahuan dan pemahaman
praktikan terhadap sifat bahan yang digunakan dan dampaknya terhadap
kesehatan. Lasia (2013) melaporkan 85% mahasiswa Jurusan Pendidikan Kimia
Undiksha tidak mengetahui dampak bahan yang digunakan terhadap kesehatan
dan 85% tidak mengetahui cara menggunakan bahan yang berbahaya secara aman.
Keadaan tersebut diperparah dengan alat-alat yang digunakan tidak diseting
dengan aman.
Ketakutan terhadap penggunaan bahan kimia didalam praktikum kimia
juga dirasakan oleh guru-guru IPA di Kecamatan Banjar Buleleng. Hal terebut
terungkap ketika perbincangan secara tidak sengaja terhadap para guru yang
berkunjung dipameran kimia di laboratorium kimia. Para guru khawatir bahan
kimia yang digunakan membahayakan anak didiknya dan dirinya sendiri. Untuk
menghindari hal tersebut, para guru memilih untuk tidak melakukan praktikum
IPA khususnya kimia. Bagi para guru keselamatan lebih penting daripada
praktikum kimia. Keputusan tersebut diambil, karena latar belakang guru IPA di
SMP di Kecamatan Banjar kebanyakan berlatar belakang pendidikan biologi,
pendidikan fisika, dan sangat sedikit berlatar belakang pendidikan kimia.
Keselamatan kerja di laboratorium merupakan dambaan bagi setiap
individu yang sadar akan kepentingan kesehatan, keamanan, dan kenyamanan
kerja. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan
(Muhtaridi, 2011). Untuk mengurangi resiko kecelakaan praktikum di
laboratorium IPA khususnya praktikum kimia, berbagai penelitian telah
dilakukan. seperti pembuatan garam dari air laut. Dalam pembuatan air laut
konsep-konsep pemisahan yang dapat digali adalah penyaringan, penguapan, dan
pengkristalan (Surdana, 2010). Sedangkan untuk pengujian asam basa dapat
digunakan bahan cuka, ekstrak buah-buahan, air sabun, air abu, dan yang lainnya.
Pengujian reaksi-reaksi kimia dapat digunakan asam cuka dengan baru kapur
untuk uji gas, air kapur ditiup untuk uji endapan, dan karbid dengan air untuk uji
4
perubahan suhu. Sedangkan peristiwa eksoterm dan endoterm dapat digunakan
urea ditambah air untuk endoterm, dan karbid ditambah air untuk peristiwa
eksoterm (Redhana, 2014).
Penggunaan bahan-bahan yang aman untuk praktikum kimia di SMP
ternyata belum banyak diketahui oleh para guru IPA SMP di Kecamatan Banjar.
Hal itu terungkap dari pertanyaan para guru IPA kecamatan Banjar Buleleng “
apakah ada bahan yang aman untuk praktikum kimia di SMP?” Lebih lanjut
mereka menanyakan,”Apakah Jurusan Pendidikan Kimia tidak ada program
pelatihan praktikum kimia untuk guru IPA SMP?” Pertanyaan-pertanyaan tersebut
mengindikasikan bahwa para guru IPA SMP Banjar sangat memerlukan
pengetahuan tentang praktikum kimia.
Berdasarkan uraian di atas maka akan dilakukan pelatihan pengembangan
praktikum IPA konsentrasi kimia berwawasan lingkungan untuk guru IPA SMP
se-Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng.
1.1 Analisis situasi
Kecamatan Banjar adalah salah satu kecamatan dari 9 kecamatan yang ada
di Kabupaten Buleleng. Kecamatan banjar terletak di sebelah barat Kota
Singaraja. Wilayah selatan Kecamatan Banjar merupakan daerah perbukitan.
Kecamatan Banjar memiliki 6 SMP Negeri. Ke-6 SMP tersebut tersebar diseluruh
Kecamatan Banjar. Guru-guru IPA yang mengajar di SMP rata-rata 3-4 orang.
Kualifikasi guru IPA tersebut adalah 13 orang S1 tamatan pendidikan biologi dan
10 orang S1 tamatan pendidikan fisika.
Guru IPA SMP Kecamatan Banjar sangat jarang melakukan praktikum
kimia. Alasan guru tidak melakukan praktikum kimia adalah bahan-bahan dan alat
tidak ada, bahan-bahan kimia yang ada sangat berbahaya bagi praktikan, dan
waktu yang dibutuhkan untuk praktikum sangat banyak. Disamping itu,
pengembangan praktikum kimia yang lebih aman untuk praktikan juga masih
sangat kurang.
Praktikum kimia yang aman bagi praktikan untuk siswa SMP telah banyak
dikaji melalui penelitian. Seperti praktikum pemisahan yang meliputi aspek
penyaringan/filtrasi, sublimasi, kristalisasi, penyulingan/ destilasi, ekstraksi, dan
kromatografi. Bahan praktikum penyaringan dapat digunakan air yang dikotori
5
sampah disaring kasa, sublimasi dapat dialakukan dengan kapur barus dicampur
pasir kemudian dipanaskan, kristalisasi dapat digunakan garam dilarutkan dengan
air kemudian dipanaskan, ekstraksi dapat digunakan air dan minyak, penyulingan/
destilasi dapat digunakan air the yang dipanaskan dalam ketel, dan kromatografi
dapat digunakan kertas dan spidol dengan aneka warna. Pratikum kimia lain yang
aman untuk praktikan adalah menggunakan air sabun, air kapur, dan air abu uji
basa; ekstrak buah dan cuka untuk uji asam.
Pengembangan praktikum kimia SMP oleh guru-guru IPA di Kecamatan
Banjar belum benyak dilakukan. Hal itu terungkap dari pertanyaan para guru IPA
kecamatan Banjar Buleleng “ apakah ada bahan yang aman untuk praktikum
kimia di SMP?” Lebih lanjut mereka menanyakan,”Apakah Jurusan Pendidikan
Kimia tidak ada program pelatihan praktikum kimia untuk guru IPA SMP?”
Pertanyaan-pertanyaan tersebut mengindikasikan bahwa para guru IPA SMP
Banjar sangat memerlukan pengetahuan tentang praktikum kimia.
Di sisi lain, banyak sekali potensi-potensi yang ada di sekitar pebelajar
dapat digunakan untuk media pembelajaran. Media pembelajaran yang berbasis
lingkungan sangat telah terbukti dapat meningkatkan pemahaman konsep
pebelajar (Lasia, 2012 dan Wiratini, 2011).
Keunggulan penggunaan bahan-bahan berwawasan lingkungan dalam
praktikum kimia adalah pengurangan pencemaran lingkungan akibat limbah
praktikum kimia, biaya murah, dan mudah didapat. Disamping itu, materi kimia
menjadi sangat kontekstual sehingga mudah dipahami oleh siswa.
1.2 Identifikasi dan perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang dan analisisi situasi di atas maka dapat
diidentifikasi permasalahan sebagai berikut.
a. Guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar jarang melakukan
praktikum kimia
b. Guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar belum mampu mengelola
bahan kimia yang berbahaya ketika praktikum kimia
c. Guru-guru IPA SMP di Kecamatan Bajar kurang informasi tentang
bahan-bahan yang aman untuk praktikum kimia
6
d. Guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar kurang mengembangkan
praktikum kimia menjadi praktikum yang aman bagi praktikan
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
a. Pengetahuan guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar melakukan
praktikum kimia masih kurang.
b. Pemahaman guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar tentang
pengelolaan bahan-bahan yang berbahaya ketika praktikum kimia
masih kurang.
c. Pengembangkan praktikum kimia yang aman bagi praktikan belum
dilakukan oleh guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar.
1.3 Tujuan kegiatan
Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk
memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru IPA SMP di Kecamatan
Banjar. Tujuan secara khusus dapat dijabarkan sebagai berikut.
a. Guru-guru IPA di kecamatan Banjar dapat meningkatkan intensitas
praktikum kimia
b. Meningkatkan pemahaman guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar
tentang pengelolaan bahan-bahan yang berbahaya ketika praktikum
kimia
c. Meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru-guru IPA SMP di
Kecamatan Banjar agar dapat mengembanganan praktikum kimia yang
aman bagi praktikan
1.4 Manfaat kegiatan
Manfaat yang diperoleh oleh peserta pengabdian pada masyarakat ini
adalah.
a. Guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar mendapatkan pengetahuan
tentang cara mengelola bahan-bahan kimia yang berbahaya ketika
praktikum kimia
b. Guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar mendapatkan pengetahuan
bahan-bahan tidak berbahaya yang dapat digunakan untuk praktikum
kimia
7
c. Guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar mendapatkan pengetahuan
dan keterampilan tentang cara mengembangkan praktikum kimia yang
aman bagi praktikan
8
BAB II
METODE PELAKSANAAN
2.1 Kerangka penecahan masalah
Kerangka pemecahan masalah dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini
dapat digambarkan seperti Gambar 2.1. Berangkat dai permasalahan yang dimiliki
oleh para guru IPA di Kecamatan Banjar, kemudian disusun berbagai alternative
untuk memecahkan masalah. Selanjutnya dari berbagai alternatif tersebut dipilih
yang paling mungkin dapat dilaksanakan.
Berdasarkan Gambar 2.1, langkah yang paling mungkin dapat
dilaksanakan adalah memberi pelatihan praktikum IPA konsentrasi kimia yang
berwawasan lingkungan. Keunggulan langhkah-langkah ini adalah aman bagi
praktikan, tidak mencemari lingkungan akibat limbah praktikum kimia, biaya
murah, mudah didapat, pembelajaran menjadi kontekstual. Dengan demikian
materi kimia menjadi lebih mudah dipahami oleh siswa.
2.2 Sasaran
Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah para guru IPA di
Kecamatan Banjar. Guru-guru IPA di Kecamatan Banjar sangat membutuhkan
pengetahuan dan keterampilan pengembangan praktiukum kimia berwawasan
lingkungan. Disamping itu keterbatasan sarana dan prasaran laboratorium
khususnya kimia dapat teratasi dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan
pengembangan praktikum kimia berwawasan lingkungan.
2.3 Metode kegiatan
Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah di atas adalah diskusi
dan praktek. Gabungan kedua metoda tersebut diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan peserta dalam mengembangan praktikum IPA
konsentrasi kimia di SMP. Dengan demikian ketergantungan terhadap bahan
kimia yang berharga mahal dapat diatasi dan pencemaran lingkungan akibat
lingkungan limbah praktikum dapat dikurangi bahkan dihilangkan. Keterkaitan
masalah, metode, dan bentuk kegiatan disajikan dalam Tabel 2.1.
Keberhasilan program pengabdian pada masyarakat ini dirancang melalui
rancangan evaluasi. Rancangan evaluasi program ini mengaitkan tujuan, indicator,
dan cara pengukuran, seperti disajikan Tabel 2.1.
9
Gambar 2.1. Kerangka pemecahan masalah
Permasalahan guru-guru IPA SMP di Kecamatan Banjar a. Tidak ada latar belakang pendidikan kimia
b. Jarang melakukan praktikum kimia
c. Belum mampu mengelola bahan kimia yang berbahaya ketika praktikum
kimia
d. Kurang informasi tentang bahan-bahan yang aman untuk praktikum kimia
e. Kurang mengembangkan praktikum kimia menjadi praktikum yang aman
bagi praktikan
Alternatif pemecahan masalah a. Penambahan guru IPA berlatar belakang pendidikan kimia
b. Penambahan jumlah alat dan bahan kimia
c. Pelatihan pengembangan praktikum kimia berwawasan lingkungan
Pemecahan masalah yang paling mungkin Pelatihan pengembangan praktikum kimia berwawasan lingkungan
Keunggulan
a. Aman bagi praktikan,
b. Limbah praktikum tidak
mencemari lingkungan
c. Biaya murah,
d. Mudah didapat,
e. Pembelajaran menjadi
kontekstual.
f. Materi kimia menjadi lebih
mudah dipahami oleh siswa.
Metode kegiatan a. Diskusi sifat-sifat bahan kimia dan
dampaknya terhadap kesehatan serta
lingkungan
b. Diskusi bahan alternative (aman)yang
dapat digunakan untuk praktikum
kimia
c. Praktek merancang prosedur
praktikum kimia berwawasan
lingkungan
d. Praktek hasil rancangan prosedur
praktikum yang telah dibuat
e. Diskusi permasalahan yang dihadapi
selama merancang dan mempraktekan
praktikum kimia berwawasan
lingkungan
10
Tabel 2.1. Keterkaitan masalah, metode, dan bentuk kegiatan
No Masalah Metode Bentuk kegiatan
1 Guru-guru IPA SMP di
Kecamatan Banjar
jarang melakukan
praktikum kimia
Diskusi Diskusi strategi
melakukan praktikum
yang mudah dan
aman
2 Guru-guru IPA SMP di
Kecamatan Banjar
belum mampu
mengelola bahan kimia
yang berbahaya ketika
praktikum kimia
Diskusi dan praktek Diskusi sifat-sifat
bahan kimia dan
dampaknya
terhadap kesehatan
Diskusi cara
mengelola bahn
kimia
Praktek cara
mengelola bahan
kimia berbahaya
3 Guru-guru IPA SMP di
Kecamatan Banjar
kurang informasi
tentang bahan-bahan
yang aman untuk
praktikum kimia
Diskusi Identifikasi bahan-
bahan aman yang
dapat digunakan
untuk praktikum
kimia
4 Guru-guru IPA SMP di
Kecamatan Banjar
kurang
mengembangkan
praktikum kimia
menjadi praktikum
yang aman bagi
praktikan
Diskusi, praktek,
pendampingan
Diskusi cara
membuat prosedur
praktikum kimia
berwawasan
lingkungan
Praktikum kimia
berwawasan
lingkungan
Pendampingan
11
pengembangan
praktikum kimia
berwawasan
lingkungan
Tabel 2.2. Rancangan evaluasi
No Tujuan Indikator Cara pengukuran
1 Guru-guru IPA di
Kecamatan Banjar dapat
meningkatkan intensitas
praktikum kimia
Guru melakukan
praktikum kimia
meningkat minimal
25%
Prosentrase
peningkatan
praktikum kimia
oleh guru-guru IPA
di Kecamatan banjar
2 Guru-guru IPA SMP di
Kecamatan Banjar
mendapatkan pengetahuan
tentang cara mengelola
bahan-bahan kimia yang
berbahaya ketika praktikum
kimia
Guru dapat
mengelola bahan-
bahan kimia
berbahaya ketika
praktikum kimia
Tidak terjadi
kecelakaan ketika
praktikum kimia
menggunakan
bahan-bahan
berbahaya
3 Guru-guru IPA SMP di
Kecamatan Banjar
mendapatkan pengetahuan
bahan-bahan tidak
berbahaya yang dapat
digunakan untuk praktikum
kimia
Guru dapat
mengidentifikasi
bahan-bahan yang
tidak berbahaya
untuk praktikum
kimia
Guru menggunakan
bahan-bahan yang
tidak berbahaya
minimal di dua judul
praktikum kimia
4 Guru-guru IPA SMP di
Kecamatan Banjar
mendapatkan pengetahuan
dan keterampilan tentang
cara mengembangkan
Dapat merancang
praktikum kimia
berwawasan
lingkungan
Terdapat rancangan
prosedur praktikum
kimia berwawasan
lingkungan
12
praktikum kimia yang aman
bagi praktikan
13
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian pada masyarakat di Kecamatan Banjar untuk guru
IPA SMP dihadiri oleh pengawas mata pelajaran IPA dari Dinas Pendidikan
Kabupaten Buleleng. Dalam kegiatan tersebut, jumlah guru IPA yang hadir adalah
20 orang dari 21 orang yang diundang. Dalam kegiatan tersebut pengawas mata
pelajaran IPA Kecamatan Banjar sangat menyambut baik kegiatan tersebut dan
berharap kegiatan tersebut dapat berlangsung terus.
Gambar 3.1 Pengawas mata pelajaran IPA SMP Kecamatan Banjar memberi
sambutan
Hasil Pengabdian pada masyarakat ini meliputi: diskusi strategi
pembelajaran melalui praktikum kimia, diskusi sifat-sifat bahan kimia dan
pengelolaanya, identifikasi bahan alam yang dapat digunakan praktikum, dan
praktik pengembangan membuat prosedur praktikum berbasis lingkunngan.
3.1 Diskusi strategi pembelajaran melalui praktikum kimia di SMP
Diskusi strategi pembelajaran kimia SMP melalui praktikum
menghadirkan nara sumber Dr. I Made Kirna, M.Si. dalam diskusi tersebut sangat
banyak permasalahan guru IPA di SMP se-Kecamatan Banjar terungkap.
Permasalahan-permasalahn yang disampaikan guru antara lain: a) guru belum
mampu membuat strategi yang menarik dalam pebelajaran IPA konsentrasi kimia,
b) praktikum kimia takut dilakukan karena bahan yang digunakan berbahaya dan
mahal, c) alat praktikum kimia sangat terbatas.
Suasana diskusi sangat hangat, karena para guru IPA SMP di kecamatan
sangat membutuhkan penyegaran materi kimia dan suatu strategi agar kimia
14
disenagi oleh siswa. Karena para guru IPA SMP di Kecamatan Banjar menyadari
latar belakang mereka bukan dari pendidikan kimia.
A B
Gambar 3.2 Nara sumber memberi strategi cara pembelajaran yang menarik (A),
peserta mengikuti dengan serius (B)
3.2 Diskusi sifat-sifat bahan kimia dan pengelolaannya
Para guru IPA SMP Kecamatan Banjar berlatar belakang pendidikan fisika
dan biologi. Dalam diskusi sifat-sifat bahan kimia, para guru sangat antosias
menanyakan sifat-sifat bahan kimia yang sering digunakan dalam praktikum
kimia di SMP. Dalam diskusi terebut, muncul pertanyaan, “ Apakah tidak ada
bahan yang lebih aman dari yang sering kita gunakan?”. Ketertarikan diskusi
terebut karena mereka ingin anak-anak didik aman dari bahaya bahan praktiukum
yang digunakan. Kegiatan diskusi terebut dapat dilihat dalam Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Diskusi sifat-sifat bahan kimia dan pengelolaanya
3.3 Identifikasi bahan yang dapat digunakan praktikum kimia di SMP
Identifikasi bahan yan dapat digunakan dalam praktikum kimia di SMP
sangat menarik para guru IPA Kecamatan Banjar. Mereka seperti tidak percaya
banyak bahan yang murah dan mudah dapt digunakan untuk praktikum kimia.
ketertarikan mereka tersebut semakin bertambah, setelah diajak praktikum
bersama dengan menggunakan bahan alam ramah lingkungan yang dikaitkan
dengan materi kimia di SMP. Ketertarikan terebut disajikan dalam Gambar 3.4.
15
Gambar 3.4 Identifikasi bahan ramah lingkungan dan praktik menggunakannya
dalam praktikum kimia.
3.4 Pelatihan cara membuat prosedur praktikum kimia SMP berbasis
lingkungan
Pelatihan cara membuat prosedur praktikum berbasis lingkungan didahului
dengan penyampaian materi tentang aspek-aspek yang harus dipenuhi dalam
membuat prosedur praktikum agar mencapai tujuan yang diinginkan. Semua
materi kimia di SMP dibuatkan prosedur praktikum berbasis lingkungan, antara
lain: perubahan fisika dan kimia; teknik pemisahan; identifikasi larutan asam,
basa, dan netral; larutan elektrolit dan non elektrolit; serta jenis-jenis reaksi kimia.
Dalam membuat prosedur praktikum tersebut, para peserta sangat serius dan
sangat inten berdiskusi satu dengan yang lainnya, seperti terlihat dalam Gambar
3.5.
Gambar 3.5 Peserta mendapat pengarahan dan berlatih membuat prosedur
praktikum berbasis lingkungan
16
3.5 Pendampingan
Program pendampingan dimaksudkan untuk mengetahui penerapan dan
permasalahan peserta dalam menidaklanjuti materi pelatihan yang telah diberikan.
Dalam pendampingan tersebut, beberapa permasalahan yang muncul, seperti: cara
mendisain alat dan jumlah bahan yang digunakan. Setelah diarahkan peserta
menyadari bahwa permasalahan mereka sangat mudah untuk dipecahkan, Disis
lain, terdapat peserta telah mampu membuat prosedur praktikum IPA konsentrasi
kimia berbasis lingkungan, bahkan telah menerapkan prosedur tersebut dalam
pembelajaran, seperti yang terjadi di SMPN 3 Banjar. Berdasarkan hasil
pendampingan, para siswa sangat tertarik sekali dengan praktikum kimia berbasis
lingkungan. Hal ini sangat melegakan guru pengajar/peserta pelatihan.
Gambar 3.6 Pendampingan peserta dalam membuat Praktikum IPA konsentrasi
Kimia berwawasan lingkungan
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dalam kegiatan P2M ini adalah guru-guru
IPA SMP di Kecamatan Banjar telah dilatih: cara melakukan praktikum kimia
agar menarik, cara mengelola bahan kimia yang berbahaya, cara mengidentifikasi
bahan kimia yang aman digunakan untuk praktikum, cara membuat prosedur
praktikum kimia SMP berbasis lingkungan. Peserta telah dapat mengambangkan
prosedur IPA konsentrasi kimia berwawasan lingkungan dan telah dapat
menerapkan dalam pembelajaran. Disamping itu semangat dan ketertarikan
peserta dalam mengikuti kegiatan merupakan hal yang patut diberi penghargaan.
4.2 Saran
Penumbuhan sifat kreatif guru IPA Kecamatan Banjar melalui kegiatan
P2m ini semakin terasa. Untuk itu kegiatan P2M ini diharapkan dapat terus
diterapkan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ari Laksmi, IGA. 2014. Analisa Pengelolaan Alat dan Bahan Praktikum pada
Laboratorium Kimia: Studi Kasus di SMA N 1 Seririt. eJournal Kimia
Visvitalis.Vol. 2. No. 1. Tersedia pada http://www.Undiksha.ac.id/
ejournal. Diakses tanggal 9 september 2014.
Dash, S. 2014. Green Chemistry: An Essential of an Hour: A reviw. Asian
Journal Of Biochemical and Pharmaceutical Research, 2(4), 1-3.
Lasia, I Ketut, Wiratini, Ni Made. 2012. Membangun Penguasaan Konsep IPA
Kelas V SD melalui Laboratorium Berbasis Lingkungan. Jurnal IKA
Undiksha. Vol. 10. No 1. Hal. 73-87.
Lasia, I Ketut. 2013. Analisis Pengetahuan Mahasiswa tentang Dampak
Penggunaan bahan Kimia dalam Praktikum Kimia Organik terhadap
Kesehatan (Studi Menuju Pengelolaan laboratorium Kimia yang Aman
bagi Manusia). Proseding Seminar Nasional FMIPA III Undiksha. Hal
148-151.
Permendikbud RI No. 65 th. 2013. Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Peraturan Bersama Menpan dan Kepala BKN No. 02?V?PB.2010. No.13 th. 2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional PLP dan Angka
Kreditnya.
Ravichandran, S. 2011. Green Chemistry For sustainable Development. Asean
Journal of Biochemical and Pharmaceutical Research, 2(1), 129-135.
Redhana, I Wyn. 2013. Identifikasi Bahan Kimia Berbahaya yang Digunakan
dalam Praktikum Kimia SMA. Proseding Seminar Nasional FMIPA III
Undiksha. Hal 53-60.
Redhana, I Wyn (a). 2014. Menghijaukan Kurikulum Kimia untuk Mencapai
Pembangunan Berkelanjutan. Orasi Ilmiah Pengenalan Guru Besar Tetap
dalam Bidang Pendidikan Kimia. Singaraja: Undiksha.
Suardana, I N. (2010). Pengembangan Model Praktikum Kimia Dasar Berbasis
BudayaBali untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis
Mahasiswa Calon Guru Kimia. Disertasi SPs UPI. Tidak Dipublikasikan
Singh,A.,Singh, S., Singh, N. 2014. Green Chemistry: Sustainability An
Innovative Approach. Journal of Applied Chemistry, 2(2), 77-82
Tantris.2006. Pengelolaan Laboratorium dan Sistem evaluasi Kegiatan Praktikum
Fisika dalam Proses Pembelajaran (Studi Kasus pada SMAN di
Kabupaten Buleleng). Tesis. Singaraja: PPS Undiksha
Wiratini, Ni Made, Suardana, I Nyoaman, Lasia, I Ketut. 2011. Pemanfaatan
Potensi Lingkungan Lokal dalam Membuat Prosedur Praktikum
19
Kontekstual. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Jilid 44. Nomor 1-3. Hal.
60-68.
20
LAMPIRAN-LAMPIRAN
a. Absensi peserta kegiatan
21
b. Foto-foto kegiatan
Gambar acara pembukaan
Gambar Kegiatan P2M
22
c. Peta lokasi
UNDIKSHA
Polsek Banjar
SMPN 1 Banjar
Lokasi
P2M