PEl'lGEMBANGAN INTELLECTUAL CAPITAL DAN SOCIAL CAPITALMELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SuyatoFISE Universitas Negeri Yogyakarta
AbstractDeveloping intellectu,,1 and social capital in preparing student for their future's
role as constructive and critical citizen is essential in a healthy de~ocratic state,School-based civic education ,as one of means in building such ones faces somechallenges, Developing intellectual and capital, may be, is the greatest one. Thispaper tries to propose the urgency of such effort by arguing that school"based civiceducation Can be utilized as a means of making well informed citizen, The mainconcepts, such as democracy, citizenship, and responsibilities of governmentshould be understood by citizen properly and comprehensively. Therefore, theparamount challenge of civic education teachers is how to implement a teachingstrategy for best instilling those values, because people are not born with theknowledge, skills, and attitudes necessary to make democracy work; rather, theyacquire this knowledge and capacity for democratic citizenship .only Ihroughexperience,especially through 'School-based civic educa.tion, One of the beststrategies of civic education is portfolio-based teaching strategy. In this activity,students have an opportunity to practicing their values related to deIrtocracy,citizen, and responsibility of government. Besides its disadvantages, portfoliobased teaching strategy is a promising one in order to prepare the well informedcitizen very needed in a healthy democratic 'State. Accordingly, teachers of civiceducation should change their circumstances by implementing this strategy.
Keywords: pengembangan, intellectual capital, social capital, PKn
A. PendahuluanToleransi antarwarganegara dan ke
percayaan rakyat terhadap sistem politik, khususnya dengan para wakilnyadan pejabat publik tidak akan terciptatanpa adanya rasa saling percaya (mutual trust!, Trust ini nampaknya mulaimemudar dalam masyarakat Indonesiadengan indikasi, misalnya banyaknyakonflik sosia!, bail< yang bersifat vertikal maupun horisontaL Konflik horisontal memang potensial terjadi mengingat ciri masyarakat kita yang majemuk, baik dari segi a~a, etnik, ras,budaya, status sosialekonoIrti, maupun
orientasi politik dan ideologi. Konflikyang bersifat vertikal, misalnya dalambidang politik dan hukum, beberapakasus yang menonjol Irtisalnya tingkatkepercayaan rakyat yang rendah (erhadap wakilnya, polisi, hakim, jaksa,dan aparat penegak hukum lainnya.Kondisi semacam ini bila teTUS dibiarkan bisa membuat demokrasi tidakbisaberjalan, democracy did not work, meminjam istilah Putnam (1993).
Dalam 'Sebuah negara demokrasiyang sehat, keberadaan warga negarawarga negara yang memiliki pemahallan yang memadai tentang konsep-
322
323
konsep yang berkaitan dengan demokrasi, kewarganegaraan, dan pemerintah yang bertanggung jawab rnerupakan salah satu elemen penting. Pen
.didikan kewarganegaan sebagai pendidikan politik persekolahan memiliki perart yang strategis untuk mewujudkanhal tersebut. Hal ini sesuai dengan yangdikemukakan Patrick (1999:33) yangmenyatakan bahwa ada empat komponen kajian Civic Educatinn (PKn), yaitu (1) pengetahuan kewarganegaraandan pemerintahan demokralis; (2) kecakapart kognitif dari kewarganegaraandemokratis; (3) kecakapan berparlisipasi sebagai warga negara yang demokratis, dan (4) keutamaan karakter kewarganegaraan yang demokratis.
Dengan kata lain, warga negarayang memiliki intellectual capital dansocial capital merupakan prasyarat bagiterciptanya negara dan masyarakat demokratis yang sehat. Namun demikian,keberadaan warga negara dengankualifikasi dimaksud masih langka.Oleh karena itu, adalah tantangan Pendidikan Kewarganegaraan untuk mewujudkannya.
Melihat begitu pentingnya intellectual capital demi berjalarmya praktik demokrasi, adalah sangat menyedihkankalau masih banyak warga negara Indonesia yang belum memilikinya. Dapatkah Pendidikan Kewarganegaraan(civic education) di sekolah menjadi sarana yang efektif untuk mengembangkan intellectual capital yang sangat dibutuhkan dalam rangka berparlisipasisecara aktif, positif, dan efektif. Dapat,kata beberapa ilmuwan politik dan pakar pendidikan terkemuka sepertiCaesar & McGuinn,; Hirsch, Jr., Niemi& Junn (Patrick, 1999: 46). Yang menjadi pertanyaan, strategi pembelajaranseperti ap", yang mampu mengembangkan intellectual capital dan social capital?
Apakahstrategi pembelajaran berbasisportofolio dalam PKn mampu mengembangkan intellectual capital dan socwlcapital?
B. Pembahasan1. Intellectual Capital dan Social
Capitala. Intellectual Capital
Intellectual Capital terdiri atas pengetahuan dan keterampilan yang memungkinkan seseorang untuk mem<'lhami dunia dan dengan itu ia bisa bertindak rasional dan efektif Jenis intellectual capital yang diperlukan bagi warganegara yang bertanggung jawab adalahpengetahuan tentang prinsip-prinsipdan praktik demokrasi serta kapasitaspengetahuan untuk menerapkan pengetahuan ini pada masalah-masalahpublik (Hirsch,Jr. 1996: 17-47). Beberapakonsep penting yang harus dipahamisebagai warga negara yang demokratisadalah pemerintahart, kedaulatan rakyat, partisipasi politik, konstitusionalisme, hak-hak asasi manusia, kewarganegaraan yang bertanggung jawab. civilsociety, dan ekonomi pasar.
Warga negara yang memiliki intellectual capital semacam itu akan memiliki kemampuan untuk berparlisipasidalam bidang politik dan kemasyarakatan, atau meminjam istilah Nie.Junn, & Stehlik-Barry (Patrick, 1999: 45)sebagai warga negara yang tercerahkandalam berpartisipasi (enlightened political engagement!. Konsep intellectual capital sangat erat kaitannya dengan konsep-konsep yang merupakan atributwarga negara yang baik, seperti toleransi politik, kepentingan politik, danpengetahuan tentang pemberdayaanpolitik. Singkatnya, sebagairnana dikatakan Delli Carpini dan Scott Keeter"For citizens who are the most informed,democracy works much as intended, while
Pengembangan Intellectual Capital dim Social Capital melaluiPendidikan
for those who are the most uninformed,democracy is a tragedy or a ftrce" (1996:60). Lebih !anjut mereka mengatakan ".. ,democracyfunctions best when its citizenare politically informed" ( 1996:1).
b. Social CapitalSocUlI capital, sebagaimana modal
modal lainnya, merupakan alat atausarana untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Ladd, sebagaimanadikutip Patrick (1999: 50) konsep socUlIcapital mencakup "any form of citizens'civic engagement emplayed or capable ofbeing to address community needs and problems and, in general, to enhance community life". SocUlI "apital terdiri dari kete_tampilan partisipatoriatau berpartisipasi (participatory skills), kebajikan_ kewarganegaraan (civic virtues), dan karakter (dispositions) yang memungkinkan para individu atau kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu(Newton,sebagaiman dikutip Patrick(1999: 50). Karakter dan kebajikan kewarganegaraan menunjuk pada sUatsifat karakter seperti kedaban, sosialibilitas, kejujuran, kontrol diri, toleransi,kepercayaan, pengotbanan, loyalitas,dotongan, rasa hormat terhadap hargadiri dan martabat setiap orang dan pedUli terhadap kepentingan umum(Schmitter, daJam Patrick, 1999: 51).
Putnam, seorang ahli ilmu politik,menjelaskan bagaimana keterampilanpartisipatif dan kebijakan atau karakterkewarganegaraan menjadi modal sosial. Katanya "By analogy with notions ofphysical capital nnd human capital-toolsand training that enhance individual productivity--;;ocUlI capital refers to features at'socUlI organiZJltion such as networks, norm,and socUlI trust that focilitate coordinationtIiid cooperation for mutual benefit"(Putnam, 1995: 67). Lebih lanjut, lewatpenelitian yang ia lakukan >cukup lama,
324
ia menyimpulkan bahwa partisipasiwarga negara melalui jaringan organisasi sukarela berbasis komunitas, adalah cara untuk membangun modal sO'"sial dan bersarna-sarna dengan intellectual capital membuat demokrasi bekerja(putnam, 1993: 181-185).
Bullen and Onyx menyatakan ada 8elemen modal 'Sosial, yaitu (1) partisipasi di dalarn komunitas lokal; (2)proaktif di dalarn kontekssocial; (3)perasaan aman dan saling petcaya; (4)hubungan ketetanggaan; (5) hubungartpersahabatan dan keluarga; (6) toleransiterhadap perbedaan; (7) nilai-nilai hidUp; dan (8) hubungan kerja (-www.mapl.com.aulA2.htrn). _
Kepereayaart (trust) rli antara warga negara sebagai salah satu elemenpenting dalarn socUlI cqpital. Warga negara yang saling percaya dapat bekerjasama untuk meneapai tujuan bersarna. Sebaliknya, orang_orang yang sinis, terasingkan, dan individualistisakart cenderung untuk berada di luarmasyarakat.sipil di dalam bidang yangtermarginalkart (Fukuyama, 1995;Putnam, 1993; Seligman, 1997).
2. Aspek Intellectutll Capital danSocial Capital dalarn PKnNiemi dan Junn telah mendo
kumentasikan potensi dan PendidikanKewarganegaraan di sekolah untukmengembangkan intellectual £apital diantara para siswa, sesuatu yang sangatdiperlukanuntuk berpartisipasi setarakonstruktif dalarn kehidupan politik.Pendidikan Kewarganegaraan yangefektif meneakup proses belajar mengajar yang sistematis tentang ide-idekunci atau substansi demokrasi melalUikurikulum di sekolah. Ketika siswamenjadi matang, mereka siap memasuki dunia mereka, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berballgsa,
CakrIiWIIlaNovemj>er,2IJ()7, Th.J<XV), No.3
325
dan bemegara karena mereka telah memiliki pemahamart yang memadai. Lebih lanjut, pendidikan kewarganegaraan yang efektif mencakup aplikasi darikonsep-konsep inti untuk menganalisisdan menilai isu-isu publik dan masalah-masalah demokrasi. Ia"fuga men"cakup usaha untuk memberi ke"sempatan kepada para siswa untuk berdiskusidan berinteraksi dengan siswa lainketika mereka membahas isu-isu danmasalah-masalah pemerintahan dan kewarganegaraan yang demokratis. Pembahasan yang sistematis tentang ide-idekunci dart praktik secara sistematis didalam menerapkannya ke dalam organisasi serta interpretasi dan informasiadalah hal yang membuat para siswabelajar tentang apa yang menjadi syaratdari partisipasi warga negara yang konstruktif (Niemi & Junn, 1998: 117-146).
Senada dengan itu, Hirsch, Jr.(1996) menyatakan bahwa pengembangan intellectual capital melalui kuri·kulum persekolahan mencakup perpaduan proses kognitif dan inti-inti materi mata pelajaran dan keterampilanberpikir yang diharapkan dipelajaripara siswa. Oleh karena itu, beberapaide, informasi, dan isu seyogyanyadipandang oleh para guru dan siswasebagai lebih penting dan oleh karenaitu lebih ditekankan daripada mateiyang 1ainnya. Para siswa seharusnyadiajari bahwa pengetahuan tidak samanilainya untuk berpartisipasi dalamkehidupan politik. Sebagai contoh, konsep-konsep tentang substansi demokrasi yang merupakan inti dari pendidikanuntuk warga negara yang demokratis,adalah prasyarat bagi pengembangandan pemeliharaan bagi komunitas yangaktif dan bertanggung jawab. Tanpapengetahuan umum ini, yang seharusnya dikembangkan melalui pengalam"an belajar di sekolah, warga n"gara
tidak akan mampu untuk bertindakbersama-sama menganalisis isu-isu danmasalah-masalah kebijakan publik,membuat keputusan yang benar, atauberpartisipasi secara cerdas untuk menyelesaikannya.
Pertanyaan selanjutnya, apa isi ataukonsep-konsep tentang substansi de-mokrasi yang merupakah inti dari pendidikan bagi kewarganegaraan yangefektif? Berikut ini adalah contoh konsep-konsep substansi demokrasi yangmerupakan inti dari pendidikan untukkewarganegaraan yang demokratisyang dikemukakan Patrick, (1999: 3).1. Demokrasi Minimal (minimal demo
cracy), yang meliputi:a. Kedaulatan Rakyat (Pemerintah
an berdasarkan kesepakatanyang diperintah).
b. Representasi dan akuntabilitas didalam pemerintahan.
c. Pemilihan wakil dalam pemerintahan yang kompetitif, adil, danbebas.
d. Kemampuan secara komprehensif untuk berpartisipasi sebagaipemilih yang bebas di daiampemilu.
e. Akses yartg bersifat inklusif untuk berpartisipasi secara bebasuntuk mengusahakan kepentingan umum atau pribadi.
f. Aturan rnayoritas rakyat untukhajat hidup orang banyak
2. Konstitusionalisme constitutionalism)a. Pemerintahan, ekonorni, dan ma
syarakat berdasarkan hukum.b. Kekuasaan pemerintah yang ter
batas dan diberdayakan untukmenjarnin hak-hak rakyat.
c. Distribusi, pemisahan, dan berbag! kekuasaan di dalam pemerintahan.
Pengembartgan Intellectual Capital dan Social Capital melahti Pendidikan
d. Peradilan yang bebas dengan kekuasaan untuk menguji konstitusi atau pengadilan.
3. Hak-hak (rights)a. HAM atau Hak-hak konslitusi
onal.b. Hak-hak politik .dan hak"hak pri
badi atau privat.c. Hak-hak lingkungan, budaya,
sasial, danekonomi.d. Hak"hak negative dan hak-hak
positif.4. Kewarganegaraan (citizenship)
a. Keanggotaan rakyat berdasarkankualifikasi legal tentang kewarganegaraan.
b. Hak-hak, peran, dan tartggungjawab warga Negara.
c. Identitas warga dan tipe-tipeidentitas lainhya (misalnya etnis,ras, agama)
d. Hak-hak warga Negara secaraindividual dan hak-hak warganegara secara kelompok.
5. Masyarakat Madani (civil society/freeand open social system)a. Keanggotaan seCara sukarela da
lam organisasi nonpemerintahb. Kebebasan berserikat, berkum
pul, dan pilihan social.c Keanggotaan/identitas
kelompok yang bersifat pluralisme/ganda.
d. Regulasi sosial (aturan hukum,kebiasaan, tradisi, dan kebajikan.
6. Ekonomi Pasar (market economy/freeand open economic system)a. Kebebasan bertukar dan pilihan
ekonomib. Regulasi ekonomi (aturan hu
kum, kebiasaan, tradisi, dan kebijakan)
7. Ketegangan yang selalu berproses di-dalarn demokrasi liberal konstitusional
326
a. Aturan mayoritas dan hak"hakminoritas (batas"batas rnayoritasdan minoritas-minoritas atau individu"mdividu).
b. Kebebasan dan kesetaraan (kombinasi hak-hak posilif dan hakhak negatif untuk mernperolehkeadilan).
c. Kebebasan dan tatanan (batasbatas kekuasaan dan kebebasanuntuk mencapai jarninan hakhak).
d. Kepentingan mdividu dan kepentingan umum (ruang danbatas-batas pilihanpribadi).
Penguasaan, pengulangan, danpenggunaan YaTlg efektif intellectualcapital diperoleh dari proses belajarrnengajar tentang konsep"konsep intidan keterampilan kognitif berdasarkandisiplin ilmu atau disiplin akadernik.Menurut Cromer "The[effective] curriculum is concept driven. [And] all conceptsare linked to experience through appropriateactivities". This kind ofeducation "providesa consistent, coherent, and universal framwork of basic knowledge on which individuals can build their own understandingof the world" ( 1997: 183).
Pernbelajaran berbasis isu atau masalah rnemang kurang tepat untuk mengembangkan intellectual .capital ini, tetapi bukan berarti pendekatan ini tidakboleh digunakan oleh para guru PKn.Pendekatan ini bisa digunakan berSarna-sarna dengan pendekatan berbasis disiplin ilinu, karena dengan mernadukan kedua pendekatan itu, sebagairnana telah dipraktikkan olehcenter for civic education dengan ProjectCitizen. Di Indonesia, pembelajar inilebih dikenal sebagai Pembelajaran Berbasis Portofolio.
Mengingat begitu strategisnya perman social capital dalam pelaksanaan
Cakrawala November, 2007, Th XXVI, No.3
327
demokrasi, adalah perin bagi PKnuntuk menempatkan pengembangansocial capital di antara para siswa sebagai agenda utamanya. Pertanyaanselanjutnya, apa yang seharusnya dilakukan sekolah. Khususnya para guruPKn untuk mernbangun social capital?Pengembangan social capital dapat dilakukan melalui kurikulurn sekolahyang menyertakan pengalaman di luarsekolah. Partisipasi aklif secara teraturmelalui pendekatan school-based servicelearning atau proses pembelajaran ber"basis portofolio yang dikembangkanCenter for Civic Education (CCE) merupakan dua contoh aplikasi dalam rangkamengembangkan intellectual and socialcapital bagi siswa. Berikut ini akan dikemukakan contoh pembelajaran PKnberbasis portofolio sebagai sarana un!uk mengembangkan kedua modal itu.
3. Peneraparr Pembelajaran PortafolioPKrr urrtuk Pengembangarr Intellectual Capital dan Social CapitalKorrsep strategi pembelajaran (in-
structional strategy) menurut Dick andCarey (1978:106) rnenggambarkan komponen"kornponen urnurn dari seperangkat bahan ajar dan prosedur yang akandigunakan untuk menumbuhkan hasilbelajar tertentu dari siswa. Secara lengkap dikatakan bahwa "an instructionalstrategy describes the general componentsofa set of instructional materials and procedures that will be used wiht those materialsto elicite particular learning outcomes fromstudent". Lebih lanjut, dikatakan bahwaada lima komponen utarna di daIamstrategi pembelajaran, yaitu (1) kegiatanprapembelajaran (preinstructional activities); (2) penyajian informasi (informationpresentation); (3) partisipasi siswa (stu.dent participation); (4) ujian (testing); dan(5) tindak lanjut (follow through activities)(Dick and Carey, 1978:110).
Portofolio sebenarnya dapat diartikan sebagai suatu wujud benda fisik,sebagai suatu proses sasial pedagogis,maupun sebagai adjective (DasimBudimarrsyah, 2002:1-2). Sebagai suatubenda fisik, fortofolio itu adalah bundel, yakni kumpulan atau dokumentasihasli pekerjaan siswa yang disirnpandalam suatu bundel, Irtisalnya hasil tesawal, tugas,tugas, catatan anekdot, piagam penghargaan, keterangan melaksanakan tugas terstruktur, hasil tesakhir, dan sebagainya, Sebagai suatuproses sosialpedagogis, portofolio adalah kurnpulan pengalaman belajar (a
collection of learning experiences) yangterdapat di dalam pikiran peserta didik,baik yang berujud pengetahuan, kecakapan, maupurr sikap. Adapun sebagaiadjective, portofolio seringkali disandingkan dengan konsep lain, misalnyadengan korrsep pembelajaran, makadikenal istliah pembelajaran berbasisportofolio (portfolio based learning), sedangkan bila disandingkan dengankonsep penilaian maka dikenal istilahpenilaian berbasis portofolio (portfoliobased assessment).
Portofolio dalam pembelajaran dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu sebagaistrategi/metode, sebagai media, danevaluasi. Dati segi strategi/metode,pembelajaran portofolio merupakan penerapan strategi pemecahan masalah.Ditinjau dati segi media, pembelajaranportofolio menyangkut pengembangandan produksi media pembelajaran. Darisegi evaluasi, pembelajaran portofoliomerupakan penerapan teknik evaluasiyang unik (Abdul Gafur, 2003:68).Penjelasan lebih lanjut dari ketiga segiini dapat dikemukakan dalam uraianberikut.
Ditinjau dati segi strategi/ metode,pembelajaran portofolio merupakan penerapan strategi pemecahan masalah.
Pengembangan bttellectual Capital dan Social Capital melalui Pendidikan
Hal ini dapat dilihat dari langkah-Iangkah pengembangan portofolio yangmeliputi: identifikasi masalah, identifikasi alterrtatif pemeeahan masalah,pemilihan alternatif, penentuan reneanatindakan, pengembangan portofolio,penyajian protofolio, dan merefleksikanpengalaman belajar (CCE Indonesia,2003:12-20).
Dari segi media, pembelajaran portofolio menyangkut pengembangandan produksi media. Hal ini dapat dilihat dari definisi dan spesifikasi portofolio. Portofolio adalah sebuah kumpulan pekerjaan siswa yang bermanfaat,terintegrasi, yang dise1eksi menurutpanduan yang telah ditetapkan. Panduan tersebut sangat beragam, tergantung disiplin ilmu dan tujuan penilaianportofolio.
Relevansi portofolio dalam rangkapengembangan intellectual capitan dansocial capital dapat dilihat dari teoriyang mendasari model pembelajaranini. Teori yang mendasari model pembelajaran berbasis portofolio, antaralain (1) Teori Konstruktivisme; (2) Democratic Teaching; (3) Prinsip Pembelajaran Partisipatif; dan (4) Prinsip BelajarKooperatif.
Menurut Pannen (2001:20), kegiatanpembelajaran yang mendasarkan padateori konstruktivisme menitikberatkanpada aktivitas siswa untuk menemukandan membangun sendiri pengetahuannya. Sedangkan menurut Arnie Fajar(2002:45), prinsip umum yang dikembangkan oleh teori konstruktivisme dalam pembelajaran adalah siswa memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan di luar kelas. Prinsipprinsip teori belajar konstruktivismemenurut Paul Suparno (1996: 73) meliputi: (1) pengetahuan 'clibangun olehsiswa seeara aktif; (2) tekanan dalamproses belajar lebih pada proses dari-
328
pada hasil akhir; dan (3) kurikulum menekankan pada partisipasi siswa sedang guru adalah sebagai fasilitator.
Konsep semacam ini jelas terlihatdalam pembelajaran portofolio, antaralain dalam aktivitas para siswa untukmenemukan sendiri konsep dan aplikasinya dalam pemilihan masalah sampai pemeeahannya. Dengan melakukanberbagai kegiatan, siswa menemukandan membangun pengetahuannya se·suai dengan masalah atau tertia yangdijadikan kajian portofolio kelompok.Dalam kegiatan semaeam ini, intellectualcapital siswa menjadi berkembang
Democratic Teaching adalah suatuupaya menjadikan sekolah sebagai pusat kehidupan demokrasi melalui proses pembelajaran yang demokratis(Depdiknas, 2004:11). Dengan d.emiklan, pembelajaran yang demokratisadalah pembelajaran yang dilandasidan mengembangkan ni]ai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan, danmemperhatikan keragaman pesertadi·dik. Ciri-eiri Democratic Teaching semaeam ini juga mendasari pembelajaran portofolio, antara lain terlihatpada langkah-Iangkah pembelajaranportofolio.· Aspek ini relevan denganupaya pengembangan social capital. siswa.
Melalui proses pembelajaran berbasis portofolio, siswa dididik dan dilatih serta dibiasakan hidup demokra·tis. Dengan mendasarkan pada penyelesaian masalah (problem solving), portofolio sejalan dengan pendapat Zamroni(2001: 44) yang menyatakan bahwapembelajaran yang demokratis dapatdilaksanakan dengan eara guru membawa controversial issues ke dalam kelasuntuk didiskusikan dan dikaji siswa.Dengan demikian siswa memiliki ke-
Cakrawala November;2007, Th. XXVI~No; 3
329
sempatan yang luas unhrk menyarnpaikan dan mempertahankan pendapat,belajar menghargai pendapat orang lainmeskipun berbeda. Penerapan prinsispini sanagt relevan dalarn upaya me'ngembangkan social capital siswa.
Model pembelajaran berbasis portofolio juga menganut prinsip pembelajaran partisipalif, sebab melalui mo-del ini siswa belajar sarnbil mengerjakan (learning by doing). Seperti dikata.kan Sudjana (2000:155) bahwa pembelajaran partisipatif mengandung artiikut sertanya peserta didik di dalamprogram pembelajaran. Keterlibalansiswa dalam model ini sangat jelas, antara lain terlihat pada saat siswa mengidentifikasi masalah untuk dijadikankajian kelas, penenhran masalah dengan pemungutan suara, aktivita mencari berbagal sumber dengan berbagaicara, tahap pembuatan panel, dan presentasi, semuanya menuntut siswa aktifberpartisipasi dalam semua kegiatantersebut. Dalam aktivitas ini, intellectualcapital dan social capital secara simullandikembangkan oleh guru.
Model pembelajaran portofolio sangat jelas dalarn hal menerapkan prinsip belajar kooperalif dan kolaboralif,yaihr pembelajaran yang berbasis kerjasama. Karakteristik belajar kooperatif,sebagaimana dikemukakan Pannen(2001:67; Johnson, 1987:14), yaitu siswabelajar dalam satu kelompok dan me'miliki rasa ketergantungan dalam belajar, menyelesaikan tugas kelompok,mengharuskan semua anggota kelompok untuk saling bekerjasama, dan adanya rasa tanggung jawab, juga merupa.kan karakteristik dari pembelajaranberbasis portofolio. Iklim belajar Se'macam ini mampu mengembangkansocial capital pada diri siswa. ' .
Spesifikasi portofolio terdiri daribagian tayangan dan bagian doku.
mentasi (CCE Indonesia, 2003: 17). Bagian tayangan terdiri dari empat panelpapan poster atau papan busa atauyang sejenis, yang berisi tulisan, bagan,atau gambar. Keempat panel tersebutmeliputi: (1) panel idenlifikasi masalah;(2) panel alternalif pemecahan masalah;(3) panel altematif yang dipilih dalampemecahan masalah; dan (4) panel rencana tindakan. Bagian dokumentasiberisikan tulisan lengkap maupun bahan visual yang mendukung kelengkapan inforrnasi masing-masing paneldati bagian tayangan, ditarnbah sahrbagian refleksi atau evaluasi diri.
Ditinjau dari segi evaluasi, pembelajaran portofolio merupakan pene.rapan telrnik evaluasi yang unik.Keunikannya ditunjukkan dari penilalan produk bagian tayangan dandokumentasL Penilaian teknik presentasi oleh dewan juri pada forum kompelisi (show case) dan adanya refleksidiri (self reflection). Dalam presentasi,masing-masing kelompok portofoliomenyajikan portofolio yang menjadibagiannyadan menjawab pertanyaanpertanyaan dari para juri. Prosedurdengar pendapat yang dilakukan dibuat sedemikian rupa sehingga sarnadengan langkah-Iangkah dengar pendapat yang diadakan oleh lembagalembaga pemerintahan. Kegiatan iniakan memberikan kesempatan kepadapara siswa unhrk berpartisipasi dalamproses pemerintahan (CCE Indonesia,2003: 19). Kriteria penilian yang digrmakan para juri dalam memberikannilai sudah disediakan oleh CCE, yangsecara lengkap dapat dilihat pada lampiran,
Langkah-Iangkah yang dilakukandalam proses pembelajaran berbasisportofolio meliputi (1) idenlifikasi masalah; (2) memilih masalah untuk kajiankelas; (3) mengurnpulkan informasi
Pengembangan Intellectual Capital dan Social Olpital melalui Petididikan
tentang masalah yang akan dikaji; (4)mengembangkan portofolio kelas; dan(5) menyajikan portofolio.
Pada tahap identifikasi masalah,kegiatan yang dilakukan adalah melakukan inventarisasi permasalahanapa saja yang diketahui dan dirasakansiswa, mulai dari lingkungan keluargasampai masalah-masalah yang menyangkut hubungan antarbangsa (bersifat global). Untuk melakukan kegiataniui, seluruh siswa hendaknya mendiskusikan masalah yang berhasil merekaidentifikasikan.
Sebagai makhluk individu dansosial, manusia sebenamya selalu dihadapkan pada permasalahan hidup sehari-hari. Tentu saja permasalahanyang dapat diangkat nantinya adalahpermasalahan yang menyangkut hajathidup orang banyak dan menyangkutkebijakan publik yang seharusnya dibuat oleh pemerintah. Oleh karena itu,dalam proses identifikasi masalah ini,peran guru adalah mengarahkan agarpermasalahan yang diidentifikasi olehpara siswa termasuk dalam lingkup tersebut. Untuk memudahkan dalam lang"kah ini, kelas dapat dibagi ke dalamkelompok.kelompok kecil. Masing_masing kelompok mendiskusikan satu masalah saja, dilengkapi dengan alasanmengapa dianggap menjadi masalah,seberapa urgen atau mendesak permasalahan itu untuk diatasi, darimanainformasi akan diperoleh untuk mengumpulkan data tentang permasalahan tersebut, dan sebagamya.
Berkaitan dengan upaya mencarisumber informasi, ada beberapa carayangbisa dilakukan oleh para siswa.Pertama, dengan wawancara. Wawancara bisa dilakukan dengan ayah atauibu di rumah, temaIl.; - tetangga, danorang lain yang elipandang memahamipermasalahan tersebut. Kedua, dengan
330
membaca atau mencari sumber informasi dati buku atau media cetak lainnya. Siswa dapat menemukan masalahdati membaca buku, majalah, tabloid,atau surat kabar yang memuat tulisan,berita atau artikel. Bahan-bahan yangtelah terkumpul kemudian dibawa kekelas untuk didiskusikan denganteman-teman dengan bimbingan guru.Ketiga, masalah dapat diperoleh dengan melihat media elektronik, televisiatau radio. Siswa dapat mendengarkansiaran berita dari radio atau melihatberita dari televisi berkaitan denganmasalah yang diidentifikasikan. Idealnya, siswa menggunakan banyak caralteknik pengumpulan informasi, tetapipada prinsipnya, semakin lengkap datayang dikumpulkan, semakin baik
Setelah menemukan informasi-in.formasi yang memadai berkaitan dengan masalah yang diidentifikasi, langkah selanjulnya adalah memilih satumasalah untuk dijadikan sebagai kajiankelas. Dalam penentuan masalah apayang akan dijadikan sebagai kajiankelas hendaknya ditempuh cara-earayang demokratis. Kalau tidak bisa diambil secara musyawarah mufakat,maka cara pemungutan suara atauvoting dapat dilakukan. Masalah yangdipilih dengan suara terbanyak yangdijadikan sebagai kajian kelas.. Perludiperhatikan, sekali lagi, bahwa masalah tersebut mertyangkut hajat hiduporang banyak dan mendesak untukditangani atau dipecahkan dengan kebijakan publik yang dianggap palirtgtepat. .
Agar pelaksanaan pemilihan masalah untuk kajian kelas ini betjalan Ian.car, beberapa langkah berikut dapatditempuh guru. Pertarna, membuat daftar masalah. Kelompok.kelompok kecilyang telah elitugasi untuk mengidentifikasi masalah yang ada eli dalam
C.1<rawala November, 2007, Th XXVI, No.3·
331
masyarakat atau sekolah menugasiwakilnya untuk menuliskan masalahdalam daftar masalah di papan tulis.Dengan eara yang sarna, kelompokkelompok lain mendapat giliran berikutnya sampai semua masalah yang.berhasil di diidentifikasikan oleh semuakelompok terdaftar dalam daftar ma·saiah. Jadi, bila daIam kelas itu terdapat8 kelompok keeil, maka akan terdaftardelapan masalah. Kedua, melakukanmusyawarah untuk mufakat, memi1ihsatu masalah untuk ditetapkan sebagaikajian kelas. Biasanya eara ini susahditempuh karena masing-masing kelompok eenderung untuk mengusaha.kan masaiahnya yang dijadikan sebagaikajian kelas. Bila ini terjadi, maka earapemungutan suara atau voting berdasarkan suara terbanyak dapat ditempuh.
Setelah menentukan masalah yangakan menjadi kajian kelas, siswa hamsbisa mendapatkan sumber-surnberyang dapat memberikan informasiberkaitan dengan masalah yang dikaji.Dalam meneari sumber informasi tersebut, siswa akan menemukan surnberinformasi yang mungkin lebih baik dariyang lainnya. Oleh karena itu, sebelumnya siswa perlu untuk mengidentifikasi surnber-sumber informasi manasaja yang akan memberikan informasilebih banyak dan sumber-surnber manayang kurang. Disamping itu, perludiidentifikasi tingkat keterjangkauansumber"sumber informasi dan persya"ratan yang diminta agar diperoleh informasi yang memadai.
Beberapa surnber informasi diantaranya adalah (1) perpustakaan; (2)kantor penerbit surat kabar; (3) pakar diperguman tinggi; (4) ahli hukum danhakim; (5) organisasi masyarakat; (6)kantor leiislatif; (7) kantor pe~erintah
daerah; (8) kantor kepolisian; dan (9)jaringan informasi elektronik.
Untuk memasuki tahap pengembangan portofolio kelas, penelusuraninformasi tentang masalah yang menjadi kajian kelas seharusnya sudah eukup memadai. Dalam tahap ini, kelasdIbagi menjadi empat kelompok.Masing-masing kelompok bertanggungjawab untuk mengembangkan satu bagian dari portofolio kelas. Setiap kelompok hendaknya memilih bahanbahan yang dikurnpulkan oleh timpeneliti, temtama bahan-bahan yangsangat diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan yang menjadi kajiankelas. Seeara rinri, tugas masingmasing kelompok adalah sebagaiberikut: Pertama, kelompok portofoliosatu: menjelaskan masalah. Kelompokini bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah yang dipilih sebagai kajiankeias. Kelompok ini juga hams menjelaskan beberapa hal yang menjadialasan mengapa kelas memilihnya menjadi kajian kelas dan mengapa badanatau lembaga pemerintah tertentu seharusnya menyelesaikan masaiah itu.
Kedua, kelompok portofolio kedua:menilai alterriatif-alternatif kebijakanyang disarankan untuk memeeahkanmasalah. KelOmpok ini bertanggungjawab untuk menjelaskan kebijakan-kebijakan yang sudah ada dan menjelaskan kebijakan-kebijakan alternatif, kelebihan serta kelemahannya. Berdasarkan pertimbangan kelebihan, kelemah"an, serta kelayakan altematif"altematifyang telah diidentifikasi, kelompokyaJ:l.g ketiga akan memilih satu alternatif terbaik sebagai pemecahan masalah.
Ketiga, kelompok portofolio ketiga:mengusulkan kebijakan publik untukmengatasi masalah. Kelompok ini bertanggung jawab untuk mengembang-
Pengembangan Intellectual Capital danSocial Capital melahri Pendidikan
kan dan menjelaskan dengan tepat atassuatu kebijakan tertentu yang sudahdisepakati dan didukung oleh seluruhkelas untuk memecahkan masalah.
Keempat, kelompok portofolio keempat: membuat rencana tindakan.Kelompok ini bertanggung jawab untukmembuat rencana tindakan yang mencerminkan bagaimana warga negaradapat memengaruhi pemerintah untukmenerima atau mengimplementasikankebijakan yang disarankan oleh kelas.
Apabila portofolio kelas sudah selesai, maka langkah selanjutnya adalahmenyajikan hasil pekerjaan di hadapanhadirin. Presentasi dapat juga denganmenghadirkan tiga sampai empat orangjuri yang mewakilikampus dan lna
syarakat. Dewan juri akan menilaipenyajian portofolio atas dasar kriteriayang sarna seperti yang digunakan untuk membuat portofoilo kelas. Melaluipresentasi atau show-ease siswa men-.dapatkan pengalaman yang sangat berharga, khususnya dalam hal kecakapanmengemukakan pendapat, menjawabpertanyaan, berargumentasi, serta menerirna saran dan kritik dari para juridan hadirin. Agar suasana meriah, sebelum presentasi bisa diawali denganyel-yel atau nyanyian-nyanyian yangrelevan dengan masalah yang diangkat.
Ada empat tujuan dasar dari kegiatan presentasi, yaitu sebagai berikut(CCE Indonesia, 2003:47): (a) memberikan informasi kepada para hadirin tentang pentingnya masalah yang diidentifikasi bagi masyarakat; (2) menjelaskan dan memberikan penilaian atas kebijakan altematif kepada hadirin de"ngan maksud agar mereka dapat memaharni keuntungan dan kerugian darimasing-masing kebijakan altematifyang diajukan; (3) mendiskusikan de-
o ngan hadirin bahwa'pilihan kebijakanyang telah dipilih adalah kebijakan
332
yang terbaik untuk menangani masalahtersebut. Kebijakan yang dipilih jugaharus didasarkan atas argumentasiyang rasiona!. Selain itu, diskusi inijuga untuk menjamin bahwa kebijakanyang dimabil bersifat legal, tidak melanggar konstitusi; (4) menunjukkanbagaimana cara untuk mendapatkandukungan dari masyarakat, dewan Ie"gislatif; eksekutif, dan lembaga swasfalainnya atas kebijakan yang dipilih.Tujuan tujuan tersebut di atas mewakilitanggung jawab masing-rrtasing kelompok atas bagiah tayangan dan bagiandokumentasi. Selarna presentasi, ma-sing"masing kelompok akan bertanggung jawab terhadap pencapaian tujuan tersebut. Melalui presentasi jugaakan terlihat kreativitas dan kerja keraskelompok.
C. Penulu]7Berdasarkan pembahasan di muka
dapat disimpulkan bahwa pengem"bangan intellectual capital dan socialcapital dapat dilakukan melalui j7enerapan pembelajaran portofolio PKn.Dengan melihat sejurrtlah kegiatanyang merupakan ciri khas pembelajaranberbasis portofolio, maka jelas terlihatadanya upaya sistemalis untuk melatihketerampilan intelektual siswa, misalnya menemukan masalah, mencari in..formasi, mernahami dan menganalisismasalah tersebut, menilai kebijakanyang ada serta merumuskan kebijakankelas sendiri. Proses ini serrtua terangkum daJam bagian dokumentasi portofolio. Jadi dengan menjalani serang"kaian kegiatan pembelajaran portofoliopara siswa dilatih untuk mengerrtbangkan kemampuan intelektualnya.Dengan kemampuan intelektual yangterlatih, siswa akan memiliki cukupintellectual capital dalam rangka ber-
Cakrawala Nove"1ber;, 2007, Th XXVI, No. :3
333
partisipasi seeara krilis, konstruklif,dan efektif, baik dalam kehidupansosial kemasyarakatan maupun politikkenegaraan.
Upaya pengembangan social capitalmelalui pembelajaranportofolio nampak pada sejurnlah kegiatan yang harusdijalani para siswa, khususnya yangterangkum dalam bagian presentasiatau penyajian portofolio (showcase).Adanya kesadaran akan adanya salingketergantungan antar kelompok keeildan saling pereaya bahwa masingmasing kelompok melakukan kegaiatansebagairnana yang telah ditetapkandalam panduan juga merupakan modalsosial. Demikian juga kemampuan parasiswa untuk menyampaikan gagasan,menerima gagasan, mengatasi konflik,dan memeeabkan masalah serta merumuskan kebijakan dan reneana tindakan merupakan ciri-ciri warga negara yang memiliki modal sosial atausocial capital.
Dalam rangka pengembangan intellectnal capital dan social capital melaluipernbelajaran PKn, guru perlu mernilihstrategi cocak. Salah satu model pembelajaran itu adalah pembelajaran berbasis portofolio. Memang, penerapanmodel pembelajaran PKn berbasis portofolio membutuhkan ketekunan, kerjakeras, waktu, dan biaya yang eukupbanyak sehingga guru perlu memperhalikan kondisi sosial ekonomi siswa.Alokasi waktu untuk satu semester jugaperlu dipertirnbangkan. Dengan dukungan kepala sekolah dan instansiterkait kiranya akan membantu dalamupaya pengembangan intellectual capitaldan social capital pada dir! siswa.
Daftar Pustaka
Budirnansvah, D. 2002. Model pembelaja;an dan penilaian berbasis portofolio. Bandung: Genesindo.
Carpinni, D., Michael X., dan Keeter, S.1996. What americans know aboutpolitics and why it matters. NewHaven: Yale University Press.
CCE Indonesia. 2003. Kami BangsaIndonesia, Praktik Belajar Kewarganegaraan, Buku Siswa, Jakarta:CCE Indonesia.
~__. 2003. Kami Bangsa... Indonesia,Praktik Belajar Kewarganegaraan,Buku Pandnan Guru, Jakarta: CCEIndonesia.
Cromer, Alan. 1997. Connectedknowledge. New York: OxfordUniversity Press.
Depdiknas. 2004. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan PenilaiaMata Pelajaran Kewarganegaraan.Jakarta: Depdiknas
Dick, W. and Carey, L. 1978. Thesystematic design of instruction.Illinois: Scott, Foresman, andCompany.
Fajar, A. 2002. PortoJolio dalampembelajaran IPS. Bandung:Remaja Rosdakarya.
Fukuyama, F. 1995. Trust: the socialvirtues and the creation of prosperity. New York: The Frre Press.
Gafur, A. 2003. "Evaluasi Implementas!HasH Penataran PembelajaranPortofolio Kewarganegaraan (ci-
P~geni.ban:gan Intellectual Capital dan Social Capital melalui Pendidikan
vic) Guru PPKn SLTP di PropinsiDIY". Jurnal Teknologi Pembelajaran, 0854-7599.
Hirsch, E.D. Jr. 1996. The schools we needand why we don't have them. NewYork: Doubleday.
Johnson, D. W. 1987 Learning togetherand alone. New Jersey: PranticeHall, Inc.
Panen, P. 2001. Konstruktivisme dalampembelajaran. Jakarta: UniversitasTerbuka.
Patrick, John J. 1999. Concepts at the coreofeducation for democratic citizeshipdalamBahmuler, c., Charles, P.dan Patrick, John L (Eds.). Principles and Practices of Education fordemocratic citizenship: international
334
perspectives and projects, Bloomington: ERIC Clearinghouse.
Putnam, R. D. 1993. Making democracywork. Princeton: Princeton University Press.
_~_.. 1995. "Bowling alone: America'sdeclining social capital", Journal ofdemocracy 6 (January 1995): 65"78.
Selig)llart, A. 1997. The problem of trust.Princeton: Princeton UniversityPress.
Sudjana. 2000. Strategi pembelajaran.Bandung: Falah Production.www.mapl.com.au/A2.htm.
Cakrawala November, 2007, Th. XXVI- No.3