8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
1/30
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
2/30
ii Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
ii
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
Pengarah:
Dr. Thamrin Kasman
Tim Pengembang Naskah:
1. Drs. Negus Siregar, M.Si
2. Drs. Jintan Hutapea
3. Budy Suprapto, MA
4. Nadia Mukhlisa
5. Siti Nurjannah6. Yayu Mukaromah
Ilustrator Sampul & Isi:
Tri Isti
Diterbitkan oleh:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Cetakan Kedua: Oktober 2013
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
3/30
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
KATA PENGANTAR
Pendidikan Pencegahan HIVAIDS di Sekolah merupakan bagian dari pendidika
karakter yang tidak terpisahkan dari pendidikan nasional. Oleh sebab itu, pemberia
informasi kepada siswa yang akan atau sedang memasuki masa remaja adalah sangat pentin
Karena masa remaja merupakan salah satu tahapan pertumbuhan dan perkembangamanusia yang dimulai dari bayi hingga dewasa. Pada masa tersebut antara pertumbuhan da
perkembangan tidak sejalan. Pada masa ini pertumbuhan organ-organ reproduksi sedan
mengalami proses pematangan, sehingga mengalami perubahan fisik maupun mental da
perubahan tersebut akan mempengaruhi perilaku siswa atau remaja.
Perubahan perilaku siswa atau remaja tidak hanya dipengaruhi oleh adany
perubahan hormon tetapi juga dipengaruhi oleh faktor dari luar diri sendiri. Pengaruh yan
paling besar terhadap perubahan perilaku adalah datang dari luar seperti pergaulan. Sala
satu upaya untuk membentengi siswa dari masalah kesehatan khususnya HIVAIDS adala
dengan memberikan informasi yang tepat dan benar, maka peran guru sangatlah pentingDengan diterbitkannya buku ini diharapkan agar para guru dapat leb
memahami Pendidikan Pencegahan HIVAIDS di lingkungan sekolah serta mamp
mengimplementasikannya dalam kegiatan belajar mengajar. Di samping itu, buku peganga
ini juga untuk mempercepat penyebarluasan informasi kepada siswa tentang bahaya HIV
AIDS.
Selain itu, buku ini juga dapat menambah jumlah koleksi buku-buku yang ada
perpustakaan sekolah sebagai sumber informasi yang patut dibaca. Sebagian besar mate
buku ini banyak menggunakan sumber bacaan dari buku yang pernahditerbitkanolehPus
Pengembangan Kualitas Jasmani Kementerian Pendidikan Nasional.Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku ini kami ucapka
terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga buku ini dapat menjadi pemacu semang
para guru untuk terus berpacu dalam belajar dan mengajar secara kreatif, inovatif da
bertanggungjawab.
an. Direktur Jenderal
Sekretaris Direktorat Jenderal,
Dr. Thamrin Kasman
NIP. 19601126 1988031001
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
4/30
iv Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
DAFTAR ISI
iv
KATA PENGANTAR iiiDAFTAR ISI iv
BAB I INFEKSI MENULAR SEKSUAL 1A. Pengertian IMS 1B. Gejala Orang yang Terkena IMS 1C. Penyebab IMS 2D. Risiko Akibat IMS 2E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Meningkatnya Jumlah Pengidap IMS 2F. Jenis IMS yang Sering Terjadi di Masyarakat 3
BAB II HIV-AIDS 5
A. Pengertian HIV 5B. Pengertian AIDS 6C. Cara Penularan HIV 6D. Perilaku Berisiko 6E. Hal-hal yang Tidak Menularkan HIV 7F. Proses Infeksi 7G. Stadium Perjalanan Infeksi HIV 7H. Pemeriksaan HIV 9I. Pencegahan dan Pengobatan HIV-AIDS 11J. Penyebaran HIV-AIDS 14
K. Dampak HIV-AIDS 15
BAB III MORAL DAN ETIKA 19A. Peranan Moral dan Etika dalam Keyakinan Beragama 19B. Peranan Moralitas Agama dalam Menanggulangi HIV-AIDS 21C. Ajaran Agama dalam Perilaku Sosial 22D. Ajaran Agama dalam Menanggulangi Penyalahgunaan Narkotika dan HIV-AIDS 23E. Pandangan Agama Terhadap HIV-AIDS 24F. Moral Agama Sebagai Benteng dalam Pencegahan HIV-AIDS 25
DAFTAR PUSTAKA 26
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
5/30
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di SekolahPendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
BAB IINFEKSI MENULAR SEKSUAL
Kehidupan masyarakat di tanah air kita pada masa-masa belakangan i
bermunculan berbagai masalah yang berkaitan dengan perilaku seksual. Banya
berita tentang penyimpangan perilaku seksual diberitakan di beberapa med
masa. Berita tentang penyimpangan perilaku seksual tersebut merupakan masala
kesehatan yang perlu diperhatikan dalam rangka pencegahannya.
Masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan reproduksi erkaitanya dengan meningkatnya perilaku yang berisiko seperti bertukar pasanga
salah satu akibatnya adalah penyakit IMS dan HIV-AIDS.
A. Pengertian IMS
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi atau penyakit yang penularanny
terutama melalui hubungan seksual. HIV juga merupakan penyakit yang dapa
digolongkan ke dalam IMS, karena cara penularannya terutama melalui hubunga
seksual.
B. Gejala Orang yang Terkena IMS
Gejala orang yang terkena IMS seringkali tidak nampak, terutama pada wanit
tergantung dari jenis infeksi yang muncul, namun secara umum gejalanya sebag
berikut:
Keluar cairan dari alat kelamin (laki-laki atau perempuan) yang dapat berup
cairan, darah atau nanah
Terdapat luka pada alat kelamin
Terdapat tumor, kutil, benjolan seperti jengger ayam atau bunga kol pada al
kelamin
•
•
•
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
6/30
2 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah2 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
Terdapat benjolan pada lipatan paha
Pembengkakan buah zakar pada laki-laki
Rasa nyeri pada perut bagian bawah pada wanita
C. Penyebab IMSPenyebab dari IMS dapat dilihat dari organismenya yaitu:
Bakteri (kuman); misalnya gonorhoe, sifilis
Virus; misalnya herpes genitalis, HIV-AIDS
Jamur; misalnya kandidiasis
D. Risiko Akibat IMS
Bila tidak diobati sampai tuntas, maka dapat mengakibatkan:
penyakitnya menjadi kronis dan menahun
kemandulan (tidak punya anak)
kanker alat reproduksi
sering keguguran
menularkan penyakitnya kepada bayi yang dikandung
gangguan kehamilan (kehamilan di luar kandungan dan bayi lahir cacat)
terkena infeksi HIV
kematian
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Meningkatnya Jumlah Pengidap IMS
Peledakan jumlah penduduk
Mobilitas masyarakat yang bertambah
Perilaku seksual berisiko karena moral, budaya dan nilai agama yang kurang
dihayatiKurangnya pendidikan kesehatan reproduksi
Fasilitas pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau
Banyak yang tidak mempunyai gejala, tetapi dapat menularkanke orang lain
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
7/30
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
8/30
4 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
menyadari bahwa dirinya mengidap gonore.
Kuman gonokokus menyerang lapisan dinding saluran kemih dan alat reproduks
sehingga akan timbul gejala:
Rasa sakit ketika buang air kecil
Pada laki-laki akan terdapat duh (cairan tubuh yang kental) berwarna puti
kekuningan (nanah) keluar dari lubang saluran kemih.Pada wanita timbul keputihan yang berwarna kekuning-kuningan.
3. Herpes GenitalisPenyakit ini diakibatkan oleh virus Herpes hominis type 2, biasanya terjad
pada orang dewasa atau pun anak-anak. Khusus pada perempuan, herpes jenis in
dapat menimbulkan masalah tersendiri. Apabila perempuan yang terkena herpe
aktif sedang hamil, maka risiko terjadinya keguguran makin besar. Herpes genitali
sangat menular, terutama pada saat pengidap mendapat serangan. Pada seranga
ini biasanya virus-virus sedang berkembang biak dan menimbulkan luka-luka lepuhKetika tidak ada serangan, infeksi ini tetap menular. Herpes genitalis yang biasany
ditularkan melalui hubungan kelamin ini, cenderung dapat disembuhkan.
4. Trikomonas (Trichomoniasis)Penyakit trikomonas disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. Pada wanita
gejalanya adalah keputihan yang berwarna kekuningan, kuning hijau, berbau tida
enak dan berbusa. Pada infeksi ini, pengidapnya mengeluh gatal-gatal, panas, sak
dan keluar cairan. Jika infeksi telah akut, cairan dari vagina keluar sangat banyak da
berbau, terkadang diikuti oleh rasa sakit pada saat berhubungan seksual dan keluharasa sakit pada perut bagian bawah.
Pada laki-laki, penyakit ini umumnya tidak menimbulkan gejala atau gejal
yang tampak lebih ringan dibandingkan pada wanita. Kadang-kadang menimbulka
sakit sewaktu buang air kecil, kencing bernanah agak encer. Dapat pula terjadi ras
gatal pada saluran kencing atau kencing keruh di pagi hari.
•
•
•
4 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
9/30
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
BAB IIHIV-AIDS
A. Pengertian HIV
HIV adalah singkatan dari Huma
Immunodeficiency Virus, yaitu virus
yang menyerang sistem kekebalan
tubuh manusia.
Jika seseorang terinfeksi oleHIV maka virus ini akan menyeran
sel darah putih. Selanjutnya ia aka
merusak dinding sel darah putih untu
masuk ke dalam sel dan merusa
bagian yang memegang perana
pada kekebalan tubuh. Sel darah put
yang telah dirusak tersebut menja
lemah, dan tidak lagi mampu melawa
kuman-kuman penyakit. Lambat lau
sel darah putih yang sehat akan sang
berkurang. Akibatnya, kekebalan tubuh orang tersebut menjadi menurun, da
akhirnya ia sangat mudah terserang penyakit.
Seseorang yang terinfeksi oleh HIV, berarti di dalam tubuhnya sudah ada H
dan disebut HIV+ (baca HIV positif) atau pengidap HIV. Orang yang telah terinfek
HIV dalam beberapa tahun pertama belum menunjukkan gejala apapun. Sehingg
secara fisik ia kelihatan tidak berbeda dengan orang lain yang sehat, namun d
sudah bisa menularkan ke orang lain. Setelah periode 5 hingga 10 tahun, atau jik
kekebalan tubuhnya sudah sangat melemah karena berbagai infeksi lain, seoran
pengidap HIV mulai menunjukkan gejala-gejala dan tanda-tanda bermacam-maca
penyakit yang muncul karena rendahnya daya tahan tubuh. Pada keadaan ini disebu
sebagai stadium AIDS.
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
10/30
6 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
B. Pengertian AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficency Syndrome. Syndromatau sindroma, berarti kumpulan gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit. Deficiencberarti kekurangan. Immune berarti kekebalan, sedangkan Acquired berarti “diperoleh
atau didapat. Dalam hal ini, “diperoleh” mempunyai pengertian bahwa AIDS bukapenyakit keturunan. Seseorang yang mengidap AIDS bukan karena ia dapatkan daorang tua yang mengidap AIDS, tetapi karena terinfeksi HIV. Oleh karena itu, AIDdapat diartikan sebagai kumpulan tanda dan gejala penyakit akibat menurunnysistem kekebalan tubuh seseorang. AIDS merupakan fase akhir dari infeksi HIV.
Seorang pengidap HIV mudah terserang penyakit karena daya tahan tubuhnymenurun, bahkan serangan suatu penyakit yang untuk orang lain dapat digolongkasebagai penyakit ringan. Sementara untuk pengidap HIV-AIDS bisa menjadi berabahkan dapat menimbulkan kematian.AIDS tidak menyebabkan kematian, tetapdisebabkan oleh penyakit penyerta lain.
C. Cara Penularan HIV
Penularan akan terjadi bila ada kontak dengan cairan tubuh yang mengandunHIV, yaitu:
Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap HIV. Hubungaseksual ini bisa homoseksual maupun heteroseksualPenggunaan jarum suntik yang tidak steril, darah yang tercemar dan transplantasorgan.
Penularan dari ibu hamil yang mengidap HIV kepada bayiyang dikandungnya.Cairan tubuh yang bisa menularkan HIV adalah darah, air mani, cairan vagina
air susu ibu.
D. Perilaku Berisiko
Orang yang memiliki perilaku berisiko menularkan atau tertular HIV adalah:Wanita dan laki-laki yang berganti-ganti pasangan dalam melakukan hubungaseksual, dan pasangannyaWanita dan pria pekerja seks, serta pelanggan merekaOrang yang melakukan perilaku berisiko seperti anal dan oral seksPenggunaan narkotika dengan suntikan, yang menggunakan jarum suntik tidasteril secara bersama-sama atau bergantian
•
•
•
•
•••
6 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
11/30
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di SekolahPendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
E. Hal-hal yang Tidak Menularkan HIV
Sebagaimana telah disebutkan, HIV mudah mati di luar tubuh manusia. Ole
sebab itu HIV tidak dapat ditularkan melalui kontak sosial sehari-hari seperti:
Bersentuhan dengan pengidap HIV
Berjabat tanganBerenang bersama
Menggunakan WC dan handuk yang sama dengan pengidap HIV
Melalui gigitan nyamuk
Atas dasar inilah maka seorang pengidap HIV ataupun pengidap AIDS tidak per
dikucilkan atau diasingkan, ia dapat hidup biasa di tengah-tengah masyarakat.
F. Proses Infeksi
Mulai masuknya HIV sampai terdeteksi di dalam tubuh dikenal dengan masperiode jendela, dimana seseorang sudah terinfeksi HIV walaupun belu
menunjukkan gejala.
Pengidap HIV ini tampak seperti orang sehat lainnya, karena belum adanya geja
sakit apapun. Namun walaupun demikian, ia dapat menularkan HIV kepada oran
lain.
Pada infeksi HIV sampai timbulnya gejala penyakit penyerta disebut stadium AID
biasanya ini muncul antara 5 sampai 10 tahun. Disebut juga ODHA (Orang Denga
HIV-AIDS). Gejala-gejala dan tanda-tanda sakit munculnya secara bertaha
bertambah lama bertambah berat sampai akhirnya pengidap meninggal duniaSkema perjalanan infeksi HIV adalah sebagai berikut:
•
••
•
•
1.
2.
3.
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
12/30
8 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
G. Stadium Perjalanan Infeksi HIV
Ada 4 (empat) stadium gejala untuk orang yang terinfeksi HIV :
1. STADIUM 1
Beberapa hari atau beberapa minggu sesudah terjadi infeksi HIV untukpertamkali, seseorang mungkin akan menjadi sakit dengan keluhan dan gejala-gejala miri
“seperti flu”, yaitu:
Demam
Rasa lemah dan lesu
Sendi-sendi terasa nyeri
Batuk
Nyeri tenggorokan
Gejala-gejala ini hanya berlangsung beberapa hari atau beberapa minggu saja
lalu hilang dengan sendirinya.2. STADIUM 2
Pada masa ini pengidap merasa sehat, hal ini dapat berlangsung beberap
tahun, dulu disebut “fase laten” dan dianggap HIV dalam tubuh dalam keadaan tida
aktif, dalam penelitian baru sekarang terbukti HIV selalu dalam keadaan aktif. Secar
perlahan-lahan terus merusak sistem kekebalan.
3. STADIUM 3Mula-mula pengidap mengalami gejala-gejala ringan, selanjutnya memasuk
tahap di mana sudah mulai timbul gejala-gejala tetapi gejala-gejala inipun miridengan yang terjadi pada penyakit lain, yaitu:
Demam berkepanjangan
Penurunan berat badan (lebih dari 10 % dalam waktu 3 bulan)
Kelemahan tubuh yang mengganggu/menurunkan aktivitas fisik sehari-hari
Pembekakan kelenjar: di leher, lipat paha dan ketiak
Diare atau mencret terus menerus tanpa sebab yang jelas
Batuk dan sesak nafas lebih dari satu bulan secara terus-menerus
Kulit gatal dan bercak-bercak merah kebiruan
Gejala-gejala di atas ini memang tidak khas, karena dapat juga terjadi padpenyakit-penyakit lain. Namun gejala-gejala ini menunjukkan sudah adany
kerusakan pada sistem kekebalan tubuh.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
8 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
13/30
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
4. STADIUM 4Pengidap mengalami gejala yang lebih berat oleh karena kekebalan tubu
sudah sangat menurun. Pada tahap ini pengidap mudah diserang penyakit lain, da
disebut “infeksi oportunistik”. Maksudnya adalah penyakit yang disebabkan baik ole
virus lain, bakteri, jamur atau parasit (yang bisa juga hidup dalam tubuh kita), yan
bila sistem kekebalan tubuh baik, kuman ini dapat dikendalikan oleh tubuh.Pada tahap ini pengidap HIV telah berkembang menjadi pengidap AIDS.
Radang paru: TBC ( Tuberculosis)
Radang saluran pencernaan
Radang karena jamur di mulut dan kerongkongan
Kulit: Herpes Simpleks, kanker kulit
Gangguan susunan saraf: Toxoplasmosis
Alat kelamin: herpes genitalia
HIV tidak membunuh pengidap secara langsung, pada umumnya pengidapAID
akan meninggal dunia karena penyakit oportunistik yang menyertainya.
H. Pemeriksaan HIV
1. TES HIV Tes HIV adalah suatu pemeriksaan melalui laboratorium untuk memastika
seseorang telah terinfeksi HIV atau tidak.
Terjadinya infeksi HIV ini dapat dideteksi dengan melakukan pengujian adany
antibodi terhadap HIV di dalam darah seseorang (tes antibodi HIV). Jadi, tes i
tidak untuk melihat adanya virus dalam darah pengidap. Pemeriksaan dara
terkait HIV biasanya dilakukan pada penyaringan atau skrining darah dono
sebelum transfusi darah diberikan. Walaupun demikian, terdapat juga tes untu
mengetahui adanya partikel virus atau HIV itu sendiri, atau disebut antigen, yan
dilakukan untuk tujuan tertentu.
Bakteri, virus, atau lainnya disebut antigen. Saat terinfeksi, tubuh kita aka
membuat zat anti untuk melawan antigen tersebut. Zat anti ini disebut antibod
yang keberadaannya di dalam darah dapat dideteksi dengan pemeriksaa
menggunakan zat-zat tertentu (yang disebut reagensia). Tubuh membutuhkawaktu tertentu untuk membentuk antibodi, yang kemudian dapat terdetek
dengan pemeriksaan laboratorium.
Pada infeksi HIV, adanya antibodi yang dapat terdeteksi dengan pemeriksaa
•
•
•
•
•
•
a.
b.
c.
d.
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
14/30
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
15/30
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
masyarakat dan di semua sektor, agar stigmatisasidan diskriminasi terhada
pengidap HIV tidak terjadi.
5. PERSYARATAN TES HIV
Agak berbeda dari tes-tes atau pemeriksaan laboratorium lainnya maka adpersyaratan khusus untuk menjalani tes HIV, yaitu:
Harus dilaksanakan dengan sukarela
Seseorang yang akan dites harus diberikan informasi yang lengkap dan bena
mengenai tes HIV. Setelah ia memahami benar-benar mengenai tes, maka ia haru
memberikan persetujuan tertulis (informed consent)
Kepada orang yang akan menjalani tes harus diberikan konseling sebelum
tes dan sesudah tes. Konseling ini dimaksudkan antara lain untuk membant
mempersiapkan mental pengidap dan mengatasi masalah yang mungk
dihadapi.Hasil tes harus dirahasiakan.
I. Pencegahan dan Pengobatan HIV-AIDS
Sampai saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan maupun vaksin untu
mencegah penyakit ini. Upaya-upaya pencegahan harus dikaitkan dengan bagaiman
penularan HIV dapat terjadi, seperti yang telah di jelaskan sebelumnya.
1. PENCEGAHAN PENULARAN MELALUIHUBUNGAN SEKSUAL
Telah kita ketahui bahwa infeksi HIV terutama terjadi melalui hubungan seksua
Oleh sebab itu pencegahan penularan melalui hubungan seksual memegang perana
paling penting. Untuk itu setiap orang perlu memiliki perilaku seksual yang ama
dan bertanggung jawab, yaitu:
Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah( Abstinence). Hubunga
seksual hanya dilkaukan melalui pernikahan yang sah.
Bila telah menikah, hanya mengadakan hubungan seksual dengan pasangasendiri, yaitu suami atau isteri sendiri. Tidakmengadakan hubungan seksual di lu
nikah (Be faithful.)
Bila salah satu pasangan sudah terinfeksi HIV, maka dalam melakukan hubunga
a.
b.
c.
d.
•
•
•
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
16/30
12 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
seksual harus menggunakan kondom secara benar dan konsisten.
Konsep pencegahan melalui “hubungan seksual” dikenal dengan istilah AB
( Abstinence, Be faithful, Condom). Selain itu, mempertebal iman dan taqwa aga
tidak terjerumus ke dalam hubungan seksual di luar nikah.
2. PENCEGAHAN PENULARAN MELALUI DARAHPenularan HIV melalui darah menuntut kita untuk berhati-hati dalam berbaga
tindakan yang berhubungan dengan darah maupun produk darah dan plasma.
Transfusi Darah
Harus dipastikan bahwa darah yang digunakan untuk transfusi tidak tercema
HIV. Perlu dianjurkan pada seseorang yang HIV (+) ataumengidap virus HIV dalam
darahnya, untuk tidak menjadi donor darah. Begitu pula mereka yang mempunya
perilaku berisiko tinggi
Penggunaan produk darah dan plasmaSama halnya dengan darah yang digunakan untuk transfusi, maka terhada
produk darah dan plasma (cairan darah) harus dipastikan tidak tercemar HIV
Penggunaan alat suntik, dan alat lain yang dapat melukai kulit
Penggunaan alat-alat seperti jarum, jarum suntik, alat cukur, alat tusuk untu
tindik, perlu memperhatikan masalah sterilisasinya. Tindakan desinfeksi denga
pemanasan atau larutan desinfektan merupakan tindakan yang sangat pentin
untuk dilakukan.
3. PENCEGAHAN PENULARAN DARI IBU KEPADA ANAKSeorang Ibu yang terinfeksi HIV, risiko penularan terhadap janin yan
dikandungnya atau bayinya cukup besar, kemungkinannya sebesar 30-40%. Risik
semakin besar bila Ibu yang terinfeksi HIV atau sudah menunjukkan gejala AIDS
Oleh karena itu, bagi seorang Ibu yang sudah terinfeksi HIV dianjurkan untu
mempertimbangkan kembali tentang kehamilan.
Risiko penularan ibu ke anak melalui proses dalam kandungan, persalinan, da
pemberian air susu, sehingga dianjurkan bagi si Ibu untuk tidak menyusukan bay
dengan ASI-nya, dan bisa digantikan oleh susu pengganti.
Melihat kondisi di atas, yang bisa kita lakukan untuk pencegahan penyebara
HIV adalah berperilaku sehat dan bertanggung jawab baik bagi diri kita sendi
maupun orang lain.Hal ini dapat diwujudkan dengan kegiatan sederhana seperti:
•
a.
b.
c.d.
e.
f.
12 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
17/30
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
Memberikan informasi yang benar dan tepat yang sudah anda terima kepadalingkungan anda sendiri. Misalnya: keluarga, teman-teman, tetangga dan lainlain.Jika dalam percakapan sehari-hari anda mendengar informasi yang salah tentangHIV-AIDS, langsung diperbaiki dengan cara yang benar.
Dalam lingkungan sekolah atau satuan pendidikan:Mengusulkan adanya diskusi dan seminar atau kegiatan lainnya yangberhubungan dengan kegiatan pencegahan HIV-AIDS.Mengadakan kegiatan lain yang berkaitan dengan masalah HIV-AIDS, misalnyalomba poster, lomba mengarang, dan lain sebagainya.Mengintegrasikan materi pencegahan HIV-AIDS ke dalam mata pelajaran dsekolah
Dari uraian di atas, kita mengetahui bahwa ada beberapa hal penting dalammengurangi risiko terjadinya penularan HIV-AIDS.
Tidak melakukan hubungan seks, bagi yang belum nikah (prinsip ABC)Selalu menghindarkan diri dari penggunaan obat-obat terlarang (narkotik
heroin, ganja, dan lain-lain) dan menjauhkan diri dari minuman yang bisa
memabukkan (D=drugs)
Sebaiknya tidak menggunakan alat-alat tidak steril seperti alat suntik, alat tindik
alat tatto, pisau cukur, atau sikat gigi bersama orang lain (E= Equipment )
Sekarang dikenal 5 konsep pencegahan dengan istilah ABCDE( Abstinence, Be faithful, Condom, Drugs, Equipment )
4. PENGOBATANSampai sekarang belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit AIDS
Pengobatan yang dibutuhkan seorang pengidap AIDS diperlukan tidak saja untukmelawan infeksi sampingan yang muncul, tetapi juga untuk mencegah komplikasvirus lebih lanjut dan untuk memperbaiki fungsi tubuh pengidap akibat sistemkekebalannya yang sudah rusak.
Ada beberapa jenis obat yang telah ditemukan yang berfungsi hanya untukmenghambat perkembangan HIV. Obat-obat bekerja menghambat kerja 3 enzim
yang terdapat pada inti sel, sehingga diperlukan 3 kombinasi obat dengan carakerja yang berbeda yang kini disebut ARV (Anti Retro Viral). Akan tetapi obat ARV inbelum menjamin proses penyembuhan. Ini mungkin hanya memperpanjang hiduppengidap.
a.
b.
a.
b.
c.
1.2.
3.
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
18/30
14 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
J. Penyebaran HIV-AIDS
Situasi AIDS di Indonesia
Kasus AIDS yang pertama di Indonesia dilaporkan dari Bali pada tahun198
(seorang wisatawan asing). Kemudian jumlah pengidap HIV atau pengidap AID
bertambah terus secara cepat. Perlu diketahui bahwa AIDS merupakan fenomengunung es: yang muncul ke permukaan merupakan bagian kecil dari keadaa
sebenarnya.
Jumlah kumulatif infeksi HIV sampai dengan Juni 2013 sebanyak 108.600 orang
sedangkan untuk AIDS sebanyak 43.667 orang.
Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan Juni 2013, HIV-AIDtersebar di 348 dari 497 kabupaten/kota di Indonesia. Provinsi pertama kali ditemuka
adanya kasus HIV-AIDS adalah di Bali, sedangkan yang terakhir yang melaporka
adalah provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2011.
Kasus HIV sampai dengan tahun 2005, jumlah yang dilaporkan sebanyak 85
kasus, tahun 2006 (7.195 kasus), tahun 2007 (6.048), tahun 2008 (10.362), tahun 200
(9.793), tahun 2010 (21.591), tahun 2011 (21.031), tahun 2012 (21.511). Sedangka
Kasus AIDS sampai dengan tahun 2005 jumlah AIDS yang dilaporkan sebanyak 4.987
tahun 2006 (3.514), tahun 2007 (4.452), tahun 2008 (4.943), tahun 2009 (5.483), tahu
2010 (6.845), tahun 2011 (7.004), dan tahun 2012 (5.686).
14 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
19/30
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
K. Dampak HIV-AIDS
1. DAMPAK SOSIAL DARI HIVAIDSBeberapa dampak sosial dari epidemi HIV-AIDS antara lain adalah:
Menurunnya produktivitas masyarakatMengganggu terhadap program pengentasan kemiskinan
Meningkatnya angka pengangguran
Mempengaruhi pola hubungan sosial di masyarakat
Meningkatkan kesenjangan pendapatan/kesenjangan sosial
Munculnya reaksi negatif dalam bentuk; deportasi, stigmatisasi,
Diskriminasi dan Isolasi, tindakan kekerasan terhadap para pengidap HIV da
pengidap AIDS.
2. DAMPAK HIVAIDS TERHADAP PENGEMBANGAN SDMAIDS bisa menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita, orang tua maupu
anak muda dan bayi. Data menunjukan bahwa persentase infeksi HIV tertingdilaporkan pada kelompok umur 25 – 49 tahun (70,7%), diikuti kelompok umur 2024 tahun (17,1%), dan kelompok umur 15-19 tahun (4,5%). Sedangkan persentaskumulatif kasus AIDS tertinggi pada kelompok umur 20-29 tahun (35,0%), kemudiadiikuti kelompok umur 30-39 tahun (28,2%), 40-49 tahun (10%), 15-19 tahun (3,2%dan 50-59 tahun (3,0%). Disimpulkan bahwa banyak kelompok usia produktif yanterinfeksi sehingga memiliki dampak besar pada pengembangan SDM, seperti :
Mempengaruhi mutu SDMMenurunkan mutu SDM masa yang akan datangMenurunkan produktivitas tenaga kerja yang sedang aktif.
3. DAMPAK HIVAIDS TERHADAP DEMOGRAFILedakan kasus HIV-AIDS tidak hanya berdampak terhadap ekonomi saja teta
juga kepada struktur demografi di Indonesia pun akan bergeser/berbeda dari yantelah diproyeksikan. Perubahan pergeseran-pergeseran proyeksi sebagai akib
penyakit AIDS yang dapat terjadi antara lain:Menurunnya angka harapan hidupKomposisi berkurangnya tenaga kerja mudaMakin berkurangnya tenaga kerja muda
a.b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.b.c.
a.b.c.
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
20/30
16 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
Biaya tenaga kerja mahal bersamaan dengan peningkatan kesulitan mencapekerjaanAngka kematian bayi dan anak meningkatAngka kematian Ibu meningkat
4. DAMPAK HIVAIDS TERHADAP SEKTOR KESEHATANAIDS merupakan penyakit yang belum ditemukan obat untuk menyembuhkanny
dan belum ada vaksin untuk mencegahnya. Perawatan pengidap AIDS di rumah sakakan menambah beban biaya pelayanan kesehatan, karena akan meningkatkan pultingkat hunian rumah-rumah sakit. Akibatnya biaya operasional untuk merawat parpengidap AIDS akan bertambah, sehingga berdampak terhadap program lain dalamhal berkurang penyediaan anggarannya, misalnya untuk program Kesehatan Ibdan Anak (KIA), gizi anak, pemberantasan penyakit menular, penyuluhan kesehatan
imunisasi, sanitasi lingkungan,dan lain-lain.
Sedangkan program-program di atas sangat penting dan berperan besar dalam
peningkatan SDM untuk masa yang akan datang.
Selain itu dampak HIV-AIDS terhadap kesehatan fisik dan psikologis adala
sebagai berikut:
a. Dampak Fisik
Dilema transfusi darah, artinya orang yang menerima donor darah menjadi turu
terinfeksi HIV, padahal di satu sisi dia sangat memerlukan tambahan darah
Menstruasi tergangggu tingkat kesuburan menurun
Meningkatnya angka kesakitan dan kematian Ibu, laju infeksi, hamil di luarahim, bayi lahir mati, komplikasi masa hamil
Risiko tinggi kanker leher rahim
Meningkatnya penyakit oportunistik
b. Dampak Psikologis
Timbulnya kecemasan dan depresi, karena banyak hal yaitu: sudah terinfek
penyakit mengerikan, ditolak lingkungan, tidak mampu memiliki jalan keluar, tida
yakin akan kesembuhan, akibat buruk HIV-AIDS termasuk kematian, kehilanga
kepercayaan, kehilangan kesempatan sekolah dan kehilangan pekerjaan, karen
stigma dan diskriminasi oleh mitra, teman, sanak keluarga dan masyarakaKebahagiaan dan ketahanan keluarga menjadi berkurang.
d.
e.f.
•
•
•
•
•
16 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
21/30
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
5. DAMPAK HIVAIDS TERHADAP SEKTOR PENDIDIKANHIV-AIDS yang penularannya sangat cepat dan mematikan, menimbulka
ancaman sekaligus dampak yang sangat serius, khususnya pada sektor pendidika
Mengapa demikian, oleh karena data menunjukkan bahwa penyakit tersebu
menyerang usia produktif, bahkan 65 % diantaranya remaja dan pemuda (15-3
tahun) dan masa usia tersebut merupakan masa usia sekolah. Ancaman bagi paremaja dan pemuda patut diwaspadai oleh karena masa remaja biasanya bersifa
ingin tahu dan berkeinginan untuk mencoba-coba serta berpetualang dalam h
hubungan seksual, alkohol, serta pornografi yang akhirnya dapat menyebabka
korban HIV-AIDS.
Beberapa dampak HIV-AIDS terhadap sektor pendidikan, antara lain:
Menurunnya semangat/produktivitas belajar
Menurunnya jumlah peserta pendidikan, pelajar/mahasiswa
Menurunnya mutu pendidikan
Menurunnya SDM secara kualitatif dan kuantitatif.
6. DAMPAK HIVAIDS TERHADAP ASPEK KEAMANAN DAN
ASPEK POLITIKDampak HIV-AIDS pada bidang politik merupakan akibat yang ditimbulkan ole
dampak HIV-AIDS pada bidang lainnya seperti kesehatan, sosial, ekonomi, buday
dan agama.
Akibat sosial yang disebabkan oleh wabah HIV-AIDS berdampak secara langsun
pada bidang keamanan dan ketertiban masyarakat. Kejahatan dalam semusegi, mutu pelayanan yang menurun, terjadinya diskriminasi di masyarak
dan menurunnya moral akan berdampak di bidang keamanan dan ketertiba
masyarakat dan hal ini akan berakibat luas pada segi pembangunan yang akhirny
akan berdampak politik.
Dampak negatif HIV-AIDS pada kondisi sosial, ekonomi, kesehatan, buday
dan agama yang merupakan sendi-sendi vital kehidupan suatu negara aka
melemahkan ketahanan nasional negara yaitu ideologi, politik, ekonomi, sosia
budaya dan pertahanan keamanan (IPOLEKSOSBUDHANKAM). Hal demikian aka
berakibat terjadinya ketidakstabilan politik dan kemelut politik yang panjang. Hini tentunya akan menghambat laju pembangunan nasional.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
22/30
18 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
7. DAMPAK HIVAIDS TERHADAP ASPEK EKONOMIDampak HIV-AIDS di bidang ekonomi dapat dilihat dari 2 sisi yaitu dampa
secara langsung dan secara tidak langsung. Dampak ini dimulai dari tingkat individu
keluarga, masyarakat dan akhirnya pada negara dan mungkin dunia.
a. Dampak Ekonomi secara LangsungEpidemi HIV-AIDS akan menimbulkan biaya tinggi, baik pada pihak pengida
maupun pihak rumah sakit. Hal ini dikarenakan obat penyembuh yang belum
ditemukan. Sehingga biaya harus terus dikeluarkan hanya untuk perawatan da
memperpanjang usia pengidap. Di lain pihak, penelitian harus terus-meneru
dilakukan dan biaya lainnya sangat dibutuhkan seperti biaya untuk upaya-upay
pencegahan.
b. Dampak Ekonomi secara tidak Langsung
Sumber daya alam yang besar menjadi kurang mampu dikelola oleh sumbe
daya manusia baik sebagai tenaga kerja maupun sebagai konsumen potensial akibaterganggunya kesehatan mereka. Hal ini tentu akan mengakibatkan menurunny
produksi dari berbagai investasi.
18 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
23/30
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
BAB IIIMORAL DAN ETIKA
A. Peranan Moral dan Etika dalam
Keyakinan Beragama
Moralitas merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia, maka seja
dini manusia harus mendapatkan pengaruh yang positif untuk menstimula
perkembangan moralnya. Dalam hal ini, penanaman nilai-nilai keagamaan adala
mutlak. Menurut Zakiah Darajat (dalam Lilis Suryani dkk., 2008: 1.9), agama suat
keimanan yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan, dan dilaksanaka
dalam tindakan, perkataan, dan sikap. Oleh karenanya, pandangan dasar ini menja
salah satu landasan bahwa agama yang benar tidak mengakui adanya pelimpahabeban seorang pribadi manusia kepada seorang pribadi lainnya dalam berhubunga
dengan Tuhan. Dalam agama ditegaskan bahwa hubungan antara seoran
hamba dengan Tuhannya bersifat sangat pribadi, terutama berkenaan denga
pertanggungjawaban suatu amal perbuatan.
Dalam berbagai ungkapan keagamaan, dinyatakan adanya keterpaduan anta
iman dan amal shaleh, antara tali hubungan dari sesama manusia, serta antara taqw
dan budi pekerti luhur (akhlaq, etika, moral). Keterpaduan tersebut harus berjala
seiring satu sama lain, jika tidak maka akan menyebabkan runtuhnya nilai-nil
agama yang dianut manusia.Sedangkan etika atau nilai etis dari perbuatan manusia merupakan faktor yan
cukup penting untuk menyertai sikap taqwa manusia kepada Allah, Tuhan Yang Mah
Esa.
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
24/30
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
25/30
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
B. Peranan Moralitas Agama dalam
Menanggulangi HIV-AIDS
Ajaran agama dalam upaya penanggulangan HIV-AIDS diintegrasikadengan pelaksanaan pembangunan agama yang meliputi peningkatan keimanadan ketaqwaan, kerukunan beragama dan peningkatan peran aktif umat dalapembangunan nasional yang dilaksanakan melalui pendidikan keluarga, pendidikamasyarakat, pendidikan formal serta penyediaan sarana dan prasarana yanmemadai. Sejalan dengan pola tersebut, maka ajaran agama dalam penanggulangaHIV-AIDS dapat dilaksanakan sebagai berikut.
1. Peningkatan Pengetahuan AgamaUpaya peningkatan pengetahuan agama dalam sekolah diarahkan agar supay
siswa memahami ajaran agama terutama yang menyangkut kehidupan praktsehari-hari, mengingat volume pelajaran agama yang diberikan di sekolah relatsangat minim, sehingga siswa tidak mungkin dapat menyerap ajaran agama dalawaktu singkat. Oleh karena itu peran guru agama di dalam sekolah maupun di luasekolah menjadi faktor yang sangat penting terutama di dalam menterjemahkaajaran agama di dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pendidikan agama dlingkungan rumah tangga terutama yang dilakukan oleh para orang tua terhadaanggota keluarga perlu terus ditingkatkan.
2. Peningkatan Pengamalan AgamaUpaya peningkatan pengalaman agama dilaksanakan seiring dengan upay
peningkatan pengetahuan agama yang dimiliki oleh para siswa terutama yanbersifat aplikatif. Untuk merealisasikan hal tersebut guru agama maupun para orantua dituntut menjadi pelopor pelaksanaan ajaran-ajaran agama yang bersifat praktdan dapat dirasakan oleh siswa secara langsung dalam lingkungan sekolah maupudi rumah. Tempat-tempat peribadatan seperti mushola dan tempat lain yang dapadijadikan tempat ibadah sebaiknya dirintis dan dijadikan sentral kegiatan dalampengembangan ajaran agama terutama yang menyangkut pengamalan dalakehidupan sehari-hari.
3. Peningkatan Penghayatan Ajaran Agama
Upaya peningkatan penghayatan ajaran agama dapat dilaksanakan sejaladengan upaya peningkatan pengetahuan dan pengamalan agama. Upaya idilaksanakan dengan memperdalam pengetahuan agama, menggali nilai-nilkeimanan dan ketaqwaan yang terkandung dalam pengetahuan dan pengamala
agama.
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
26/30
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
27/30
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
28/30
24 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
Dari apa yang diuraikan di atas, maka tidak menutup kemungkinan bahw
pengaruh teman kelompok sebaya merupakan faktor pencetus bagi terjadiny
penyalahgunaan narkotik maupun alkohol, yang pada gilirannya sampai pad
ketergantungan dengan segala konsekensinya.
Dalam hal hubungan antar sesama manusia misalnya, ada perilaku manusi
yang menyimpang dari norma atau nilai kehidupan agama atau sosial, maka sebagasesama manusia wajib mengingatkannya agar jangan melakukan penyimpanga
perilaku yang dilarang oleh agama atau tidak sesuai dengan perilaku kehidupa
sosial. Adapun cara mengingatkannya tersebut dapat dilakukan baik secara lisa
atau pun melalui tulisan (KIE).
E. Pandangan Agama Terhadap HIV-AIDS
Pandangan agama terhadap HIV-AIDS dapat ditinjau dari 2 (dua) sisi,yaitu dasisi sejarah (historis) dan dari sisi IPTEK.
1. TINJAUAN SEJARAHPada dasarnya manusia diciptakan sebagai mahluk yang paling cerdas da
semua ciptaan Tuhan.
Dengan dibekali akal budi serta bentuk tubuh yang dapat dipergunakan untu
menjalani hidupnya sesuai dengan apa yang diharapkan penciptanya. Tapi manusi
juga mendapat kebebasan dari Sang Pencipta untuk melaksanakan keputusan da
tindakan dalam hidupnya. Penggunaan fungsi alat tubuh serta penyaluran keingina
yang berlebihan di luar hasrat yang sewajarnya sering kali membawa bencana yan
tidak diharapkan oleh manusia itu sendiri. Perilaku seksual berisiko adalah salah sat
contohnya yang menjadi media penularan HIV.
2. TINJAUAN DARI SISI IPTEKKemajuan IPTEK pada era informasi dan globalisasi di samping mempunya
dampak positif, bila manusia tidak dibentengi dengan moral dan iman yang kuat jug
akan dapat menimbulkan dampak yang negatif. Kemajuan IPTEK secara langsun
atau tidak langsung telah menimbulkan perubahan pola dan gaya hidup. Banya
manusia telah meninggalkan nilai-nilai ajaran agama, dn merubahnya dengan pol
dan gaya hidup serta faham yang baru (“new morality”) yang memperbolehka
segala-galanya, kemudian mengakibatkan masyarakat kehilangan pegangan mora
24 Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
29/30
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
Hal tersebut menjadi salah satu penyebab timbulnya perilaku seksual berisiko dala
masyarakat dan menjadi penyebab timbulnya penyakit HIV-AIDS.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kasus HIV-AIDS banyak terjadi di nega
yang mengalami dekadensi moral. Pada negara dimana ajaran agama/moralitas da
lembaga perkawinan masih dipegang teguh oleh masyarakatnya tingkat epidem
HIV relatif lebih kecil. Namun hal ini tidak dapat dijadikan jaminan selamanymengingat cara penularan HIV adalah universal artinya sudah tidak memandang la
batas antar bangsa, suku, agama dan budaya.
F. Moral Agama Sebagai Benteng dalam
Pencegahan HIV-AIDS
Manusia baik sebagai mahluk individu maupun sosial mempunyai keingina
dalam dirinya untuk melakukan sesuatu. Ketidakmampuan mengendalikan perilakberisiko tersebut akan menyeret manusia terjerumus ke jalan yangsalah, tidak hany
melanggar norma, etika bahkan agama.
Banyak manusia yang karena keinginannya, melakukan sesuatu yang tida
bermoral dan bertentangan dengan etika dan agama. Meningkatnya jumlah oran
yang terinfeksi HIV-AIDS di Indonesia, merupakan indikator banyaknya perilak
berisiko. Moral dan agama sebagai pondasi dari perilaku manusia merupaka
benteng yang tangguh bagiorang-orang yang mentaatinya, khususnya dari berbag
godaan dan keinginan terhadap hal-hal yang berisiko seperti; menggunakan oba
obat terlarang, minum-minuman keras, melakukan hubungan seks bebas/seks di lunikah dan lain sebagainya. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk memperkoko
benteng moral dan agama adalah dengan meningkatkan keimanan dan ketaqwaa
kepada Tuhan Yang MahaEsa.
Hal ini mengisyaratkan bahwa ajaran agama merupakan benteng yang tanggu
bagi orang-orang yang mentaatinya dalam menangkal penyabaran HIV-AIDS. Usah
yang efektif untuk penanggulangan HIV-AIDS ialah mengembalikan perilaku manus
kepada perilaku agamis, di samping penyuluhan dan penyediaan informasi mengen
HIV-AIDS kepada masyarakat.
Pendidikan Pencegahan HIV-AIDS di Sekolah
8/16/2019 Pendidikan Pencegahan Hiv Aids Bacaan Guru
30/30
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Pengembangan Kualitas Jasman
Pedoman dan Modul Pendidikan Kecakapan Hidup Sehat Bagi SLTP dan yang sederajaJakarta, 2000.
Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Pengembangan Kualitas Jasman
“Remaja dan Gaya Hidup (Bacaan Siswa SLTP, SMU dan SMK)”. Jakarta, 2000.
Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Pengembangan Kualita
Jasmani,”Remaja dan Permasalahannya (Bacaan Siswa SLTP, SMU dan SMK)” Jakarta
2000.
Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Penegembangan Kualitas Jasman
“Pedomandan Modul Pelatihan Pendidikan Sebaya (Peer Education) untuk Pencegaha
HIV/AIDS Bagi Siswa SMA/SMK” . Jakarta, 2004.Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Pengembangan Kualitas Jasman
Pedomandan Modul Pelatihan Pendidikan Kecakapan Hidup Untuk Pencegahan HIV
AIDS. Jakarta, 2005.
Departemen Kesehatan RI, “AIDS dan Penanggulangannya”. Depkes bekerjasam
dengan The Food Foundation dan Studio Driya Media, Jakarta 1997.
Division of Mental Health and Prevention of Substance Abuse, WHO, Life Skill
Education In School , Geneva, 1997.
Gordon Dryden A Dr. Jeannetee Vos, Revolusi Cara Belajar (The Learning Orientas
Perlindungan Hak-hak Anak dan Wanita, Cipanas, 16-1/ Juni, 1998.WHO Information Series on School Health, Life Skills Education; An Essentialo
Health Promoting Scholls, WHO Geneva, 1998.
Widjajanti, Widaninggar, dr, M.Ed. Dan Ananto, Purnomo, Drs, MM. “Pendidika
Kecakapan Hidup (Life Skills Education)”. Departemen Pendidikan Nasional, Pusa
Pengembangan Kualitas Jasmani bekerjasama dengan UNICEF Indonesia, Jakarta
2002.