PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK SEREH (CYMBOPOGON NARDUS L. RANDLE)
YANG DIPRODUKSI OLEH MASYARAKAT ACEH
TUGAS AKHIR
Oleh: RANI AGATHA PRISCA
NIM 142410015
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
Universitas Sumatera Utara
PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK SEREH (CYMBOPOGON NARDUS L. RANDLE)
YANG DIPRODUKSI OLEH MASYARAKAT ACEH
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh: RANI AGATHA PRISCA
NIM 142410015
PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2017
Universitas Sumatera Utara
LEMBAR PENGESAHAN
PENENTUAN KADAR SITRONELLAL DAN BOBOT JENIS MINYAK SEREH (CYMBOPOGON NARDUS L. RANDLE)
YANG DIPRODUKSI OLEH MASYARAKAT ACEH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Oleh: RANI AGATHA PRISCA
NIM 142410015
Medan, 02 Juni 2017
Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,
Minda Sari Lubis, S.Farm., M.Si., Apt. NIP. 82080812012001
Disahkan Oleh:
Dekan,
Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt. NIP 195707231986012001
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Rani Agatha Prisca
Nomor Induk Mahasiswa : 142410015
Program Studi : D III Analis Farmasi dan Makanan
Judul Tugas Akhir : Penentuan Kadar Sitronellal dan Bobot Jenis Minyak Sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang diproduksi oleh Masyarakat Aceh
dengan ini menyatakan bahwa tugas akhir ini ditulis berdasarkan data dari hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar ahli madya di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena kutipan yang ditulis telah menyebutkan atau mencantumkan sumbernya di dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam tugas akhir ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia menerima sanksi apapun oleh Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Medan, 02 Juni 2017 Yang Menyatakan, Rani Agatha Prisca NIM 142410015
Materai Rp 6.000
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa,
Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan berkat dan kasih-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Penentuan Kadar
Sitronellal dan Bobot Jenis Minyak Sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang
diproduksi oleh Masyarakat Aceh”.
Tujuan penyusunan Tugas Akhir ini sebagai salah satu persyaratan untuk
menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan
Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun
berdasarkan apa yang penulis lakukan pada Praktek Kerja Lapangan (PKL) di
Unit Pelayanan Terpadu Pengujian Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB)
Medan.
Selama penulisan Tugas Akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
jika tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, penulis tidak akan dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, penulis
megucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini, yaitu kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Popi Patilaya, S.Si,. M.Sc. Apt., selaku Ketua Program Studi
Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Minda Sari Lubis, S.Farm., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing
yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan nasihat dan
bimbingan hingga Tugas Akhir ini selesai.
4. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Helmawati, seluruh staf dan pegawai Unit Pelayanan Terpadu
Pengujian Sertifikasi Mutu Barang (UPT. PSMB) Medan.
6. Teristimewa kepada orang-orang terkasih yang selalu menjadi bagian
inspirasi : Ayahanda Alm. Ogamota Telaumbanua dan Ibunda Rosdiana
Siregar, serta kepada saudara kandung penulis, Daniel Jan Louis
Telaumbanua dan Jeremia Nicholas Telaumbanua yang senantiasa
mendoakan, memberi semangat dan mendukung penulis dalam keadaan
apapun.
7. Sahabat-sahabat penulis
8. Teman-teman mahasiswa D3 Analis Farmasi dan Makanan angkatan 2014
untuk kebersamaan, kerjasama dan kenangan selama 3 tahun masa
perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini kurang dari
sempurna.Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan Tugas Akhir ini.Semoga Tugas Akhir ini
dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan pendidikan.
Medan, 02 Juni 2017
Penulis,
Rani Agatha Prisca NIM 142410015
Universitas Sumatera Utara
Penentuan Kadar Sitronellal dan Bobot Jenis Minyak Sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang diproduksi
oleh Masyarakat Aceh
Abstrak
Minyak sereh merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang cukup berperan bagi Indonesia. Sekitar 80% minyak sereh yang diproduksi Indonesia di ekspor ke berbagai negara. Minyak Sereh bersifat multi khasiat dalam industri parfum sebagai pewangi dalam berbagai produk minyak wangi dan dalam industri farmasi obat-obatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadarsitronellal dan bobot jenis minyak sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang diproduksi oleh Masyarakat Aceh memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI).
Sampel yang digunakan adalahminyak sereh yang diproduksi oleh Masyarakat Aceh. Penentuan kadar sitronellal dan bobot jenis dilakukan menurut SNI 06-3953-1995.
Hasil penelitian menunjukkan bahwakadar sitronellal dari minyak sereh sebesar 48,296%, dimana kadar ini melampaui batas minimum 35%. Dan bobot jenis dari minyak sereh sebesar 0,880, dimana hasil tersebut berada diantara nilai yang ditetapkan oleh SNI 06-3953-1995 yaitu 0,880-0,922.
Minyak sereh yang diproduksi oleh Masyarakat Aceh mempunyai kadar sitronellal dan bobot jenis yang memenuhi persyaratanSNI 06-3953-1995. Kata kunci:minyak sereh, sitronellal, bobot jenis.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................................... iii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Tujuan ................................................................................................ 2
1.3 Manfaat ............................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3
2.1 Minyak Atsiri .................................................................................... 3
2.2 Uraian Tanaman ................................................................................ 5
2.2.1 Sistematika tumbuhan ........................................................... 5
2.2.2Nama daerah .......................................................................... 5
2.2.3Deskripsi ................................................................................ 6
2.2.4Syarat tumbuh ........................................................................ 6
2.3 Minyak Sereh .................................................................................... 8
2.4Strandar Mutu Minyak Sereh ............................................................. 9
2.5Sitronellal ........................................................................................... 10
2.6Bobot Jenis ......................................................................................... 12
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE .............................................................................................. 13
3.1 Tempat dan Waktu ............................................................................ 13
3.2 Pengambilan Sampel ......................................................................... 13
3.3 Alat .................................................................................................... 13
3.4 Bahan ................................................................................................ 14
3.5Prosedur .............................................................................................. 14
3.5.1 Penentuan kadar sitronellal sesuai SNI 06-3953-1995 ......... 14 3.5.1 Penentuan bobot jenis sesuai SNI 06-3953-1995 ................. 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
................................................................................................................. 174.
1 Hasil Penentuan Kadar Sitronellal ....................................................... 17
4.2Hasil Penentuan Bobot Jenis .............................................................. 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 19
5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 19
5.2 Saran ................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 20
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel
2.1 Parameter Syarat Mutu Minyak Sereh SNI 06-3953-1995 ................... 10
4.1 Data PenentuanBobot Jenis Minyak Sereh ........................................... 18
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Penentuan Kadar Sitronellal Minyak Sereh .......................................... 21
2 Penentuan Bobot Jenis Minyak Sereh ................................................... 23
3 Pengujian Minyak Sereh ....................................................................... 24
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Minyak atsiri dalam Bahasa Inggris disebut essential oils, etherial oils dan
volatile oils. Dalam bahasa Indonesia ada yang menyebutnya minyak
terbang,bahkan ada pula yang menyebut minyak kabur karena minyak atsiri
mudah menguap dalam keadaan terbuka (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Minyak atsiri dihasilkan dari bagian jaringan tanaman tertentu seperti akar,
batang, kulit, daun, bunga, buah atau biji. Sifat minyak atsiri yang menonjol
antara lain mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir, berbau
wangi sesuai dengan aroma tanaman yang menghasilkannya dan umumnya larut
dalam pelarut organik (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Komponen kimia minyak atsiri sangat kompleks, tetapi biasanya tidak
melebihi 300 senyawa.Aroma minyak atsiri biasanya ditentukan oleh komponen
yang presentasenya tertinggi. Meskipun begitu, kehilangan satu komponen yang
presentasenya kecil memungkinkan terjadi perubahan aroma yang berarti
(Agoes,2007).
Minyak sereh merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang cukup berperan
bagi Indonesia. Ekspor minyak ini hampir mendominasi seluruh ekspor minyak
atsiri Indonesia, terutama di tahun 1970-an. Pada saat ini hampir 80% pengusaha
mancanegara meminta minyak sereh produksi Indonesia. Maka dari itu diperlukan
Universitas Sumatera Utara
kualitas minyak sereh yang memenuhi persyaratan yang baik(Lutony dan
Rahmayati, 2002).
Minyak Sereh bersifat multi khasiat dalam industri parfum sebagai pewangi
dalam berbagai produk minyak wangi; dalam industri farmasi obat-obatan; bahkan
digunakan pula sebagai zat antinyamukmelalui kandungan sitronellalnya
(Yulvianti,2014).
Penentu mutu minyak sereh yang memberikan dampak bagi produk industri
antara lain nilai bobot jenis dan kadar sitronelal. Maka dari itu, penulis membuat
Tugas Akhir dengan judul “Penentuan Kadar Sitronellal dan Bobot Jenis Minyak
Sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang diproduksi oleh Masyarakat Aceh”.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kadarsitronellal
dan bobot jenis minyak sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang diproduksi
oleh Masyarakat Acehmemenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Standar
Nasional Indonesia (SNI).
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu diharapkan dapat
menambah pengetahuan tentang minyak sereh danmenginformasikan kepada
masyarakat bahwa minyak sereh yang diproduksi oleh Masyarakat Aceh
memenuhi persyaratan yang ditetapkan SNI dan layak untuk dipasarkan.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak Atsiri
Sejak dahulu orang telah mengenal berbagai jenis tanaman yang memiliki
bau spesifik.Bau tersebut bukan ditimbulkan oleh bunganya, tetapi oleh tanaman,
baik dari batang, daun,rimpang atau keseluruhan bagian tanaman.Masyarakat
kemudian mengenalnya sebagai tanaman beraroma. Bau khas dari tanaman
tersebut ternyata ditimbulkan secara biokimia sejalan dengan perkembangan
proses hidupnya sebagai suatu produk metabolit sekunder yang disebut minyak
atsiri (Gunawan,2004).
Minyak atsiri (volatile oils atau essential oils) didefinisikan sebagai
campuran kompleks yang menunjukkan dan merupakan senyawa yang menguap
bersama uap air. Sifat fisik terpenting minyak atsiri adalah sangat mudah
menguap pada suhu kamar (sering digunakan untuk parfum). Selain itu,
mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang
menghasilkannya dan umunya larut dalam pelarut organik. (Agoes,2007; Lutony
dan Rahmayati, 2002).
Minyak atsiri pertama kali diisolasi pada tahun 1300 oleh Arnold de
Villanova.Produksi secara modern baru dilakukan Lavoisier (Perancis) pada tahun
1760-1770. Untuk memperoleh minyak atsiri diterapkan beberapa cara, seperti
Universitas Sumatera Utara
penyulingan, pemerasan/ekspresi, ekstraksi dengan pelarut mudah menguap, atau
pengikatan dengan lemak padat atau enflurage (Agoes,2007).
Minyak atsiri dari tanaman dapat diperoleh dengan cara berikut ini :
a. Penyulingan (destilasi)
Penyulingan dapat diperoleh dengan carapenyulingan air, penyulingan
dengan air dan uap sertapenyulingan dengan uap. Destilasi juga dipengaruhi oleh
besarnya tekanan uap, bobot molekul dari tiap-tiap komponen yang berada dalam
minyak atsiri serta kecepatan pengeluaran minyak atsiri dari simplisia(Lutony dan
Rahmayati, 2002).
Namun disisi lain terdapat juga kelemahan-kelemahan perolehan minyak
atsiri dengan cara penyulingan seperti tidak dapat diaplikasikan untuk minyak
atsiri yang terurai oleh pengaruh panas dan air. Misalnya minyak atsiri yang
mengandung ester (Lutony dan Rahmayati, 2002).
b. Metode pengepresan atau pemerasan
Metode pemerasan atau pengepresan dilakukan terutama untuk minyak-
minyak atsiri yang tidak stabil dan tidak tahan pemanasan seperti minyak jeruk
(citrus). Juga terhadap minyak-minyak atsiri yang bau dan warnanya berubah
akibat pelarut penyari. Metode ini juga hanya cocok untuk minyak atsiri yang
rendemennya relatif besar. Bila tidak, nantinya hanya akan habis di dalam proses
(Gunawan,2004).
c. Ekstraksi dengan pelarut mudah menguap
Simplisia diestraksi dengan pelarut yang sesuai, seperti heksan, benzen,
toluene dan sebagainya dalam suatu ekstraktor. Produk yang dihasilkan berupa
masa setengah padat, seperti malam. Kemudian masa diekstraksi ulang dengan
Universitas Sumatera Utara
etanol dan didinginkan hingga menghasilkan 2 fraksi, yaitu fraksi pelarut
ditambah malam dan minyak atsiri dalam alkohol. Larutan minyak atsiri dalam
alkohol yang disuling, pada suhu dan tekanan rendah akan menghasilkan minyak
atsiri yang murni (Lutony dan Rahmayati, 2002).
d. Penyarian dengan lemak padat
Dilakukan tanpa pemanasan atau pemanasan pada suhu rendah (maserasi)
dan hanya menggunakan lemak. Proses ini ditujukan untuk minyak atsiri yang
tidak tahan panas atau enflurage(Lutony dan Rahmayati, 2002).
2.2 Uraian Tanaman
2.2.1 Sistematika Tanaman
Tanaman sereh wangi (Cymbopogon nardus L.) dapat diklasifikasikan
sebagai berikut(Khoirotunnisa, 2008) :
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Cymbopogon
Spesies : Cymbopogon nardus (L.) Randle
2.2.2 Nama Daerah
Nama daerah di Indonesia untuk tanaman sereh wangi antara lain sere
mangat (Aceh), sange-sange (Toba), sere (Gayo, Jawa, Madura), sarai
Universitas Sumatera Utara
(Minangkabau), serai (Kalimantan),kendoung witu (Sumba), timbuala
(Gorontalo), hisa-hisa (Ambon), isola (Nusa Laut) (Dalimantha, 2008).
2.2.3 Deksripsi
Minyak sereh, lazim digunakan sebagai disinfektan, bahan pengikat dan
bahan pengusir nyamuk.Sisa hasil dari destilasi mengandung sekitar 2% nitrogen
yang dapat digunakan sebagai pupuk (Sastrohamidjojo,2004).
2.2.4 Syarat Tumbuh
Tanaman sereh tumbuh pada berbagai tanah yang memiliki kesuburan
cukup, gembur, dan banyak mengandung bahan organik. Untuk mendapatkan
tanah yang sesuai dapat dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang yang sudah
masak. Pemakaian pupuk kandang yang belum masak justru dapat menjadi
sumber inokulum yang mengakibatkan busuknya akar sereh wangi
(Santoso,1992).
Tanah jenis geluh pasiran pada ketinggian 180-450 m di atas permukaan
laut, iklim lembab dengan curah hujan teratur menghasilkan minyak berkualitas
tinggi. Hasil minyak sereh yang paling tinggi diperoleh dari tanaman yang
ditanam pada tanah geluh pasiran dengan pH 6,00 hinga 6,50. Sedangkan tanah
dengan pH lebih rendah tidak cocok untuk tanaman sereh (Santoso,1992).
Daerah yang beriklim panas dengan cukup sinar matahari dan curah hujan
setiap tahun berkisar 200 hingga 250 cm merupakan syarat utama untuk
menghasilkan daun dan minyak sereh yang baik. Kekeringan yang
berkepanjangan atau curah hujan yang berlebihan akan merusak tanaman sereh.
Tanaman yang terlindung akan mempengaruhi kandungan total geraniol. Pada
Universitas Sumatera Utara
daerah yang memiliki curah hujan sedikit perlu memperoleh air dan irigasi
(Santoso,1992).
Tanaman sereh tumbuh paling baik pada ketinggian 180 hingga 450 m di
atas permukaan laut.Pada ketinggian yang lebih tinggi dari pada 450 m,
pertumbuhan tanaman lambat hingga minyak sereh yang dihasilkan rendah
(Sastrohamidjojo,2004).
Tanaman sereh dikembangbiakkan melalui akar pada permulaan musim
hujan.Rumpun tanaman sereh yang sehat dibagi menjadi beberapa bagian. Dua
batang tanaman yang mengandung akar sehat ditanam dalam setiap lubang dengan
kedalaman 15cm. Pada tanah yang subur jarak tanaman berukuran 90x90 cm atau
ukuran 75x75 cm. Sedangkan jarak tanaman lebih dekat daripada 75x75 akan
menurunkan hasil daun per satuan area lahan (Santoso,1992).
Sebelum panen tiba maka penyiangan gulma perlu dilakukan.Panen
pertama dilakukan 6 hingga 8 bulan setelah penanaman.Panen berikutnya dapat
dilakukan dalam jarak 3 hingga 4 bulan (Sastrohamidjojo,2004).
Panen dikerjakan pada pagi hari dan tidak pada saat hujan. Pemotongan
terlalu pendek akan menyebabkan minyak yang dihasilkan rendah yang berarti
juga akan mengurangi hasil minyak secara keseluruhan. Hasil panen daun sereh
wangi dari kebun, atau hasil yang telah dirajang, kemudian dijemur. Cara
penjemuran: daun sereh wangi dihamparkan setipis mungkin. Tujuannya untuk
mencegah prosesnya terjadinya fermentasi yang dapat mengurangi aroma minyak
sereh nantinya (Sastrohamidjojo,2004; Santoso,1992).
Lama pengeringan sekitar 3-4 jam, atau kandungan airnya tinggal sekitar
30-50%. Pengeringan daun yang terlalu lama dapat mengakibatkan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
penguapan unsur-unsur yang mudah terbang dari bahan atau justru terjadinya
oksidasi dari minyak yang akan dihasilkan (Santoso,1992).
2.3 Minyak Sereh
Dalam perdagangan dikenal ada tipe minyak sitronella (minyak sereh)
yaitu, tipe Ceylon. Tipe yang pertama diperoleh dengan cara destilasi daun dari
Cymbopogon nardus Rendle, di Ceylon disebut Lenabatu.
Berdasarkan hasil analisis, minyak sereh tersusun dari senyawa-senyawa
sitronellal, sitronelol dan geraniol, alpa-pinena, limonen, linalool, sitronelil asetat,
beta-kariofilen, geranil asetat, beta-kadinen sitral Khavikol, Eugenol, Kadinol,
Kadinen, Vanilin, dan Elemol. Beberapa dari senyawa tersebut hanya ada tiga
senyawa yang kuantitasnya besar yaitu sitronelal, sitronelol dan geraniol. Dengan
presentase komponen sebagai berikut : Sitronelal 32-45%, Geraniol 12-18%,
Sitronelol 11-15%(Sastrohamidjojo,2004).
Minyak sereh wangi dapat menenangkan, menyegarkan dan mempertajam
pikiran. Minyak ini juga merupakan salah satu deodoran alami, dan dapat
digunakan untuk perawatan kulit. Namun, tidak dianjurkan bagi wanita hamil
(Agusta,2000).
Selain itu minyak sereh merupakan salah satu minyak atsiri yang paling
penting dan merupakan sumber dari beberapa komponen yang dapat diisolasi,
yang digunakan secara luas dalam bidang parfum (sitronellal, hidroksi-sitronellal,
mentol sintetik dan ester geraniol), sebagai disinfektan, bahan pengikat dan bahan
pengusir nyamuk. Hasil sisadari destilasi mengandung sekitar 2% nitrogen yang
dapat digunakan sebagai pupuk (Sastrohamidjojo,2004).
Universitas Sumatera Utara
2.4 Standar Mutu MinyakSereh
Mutu minyak sereh khususnya ditentukan oleh dua faktor, yaitu mutu dan
kemurniannya(tidak ditambah atau dicampur dengan benda atau cairan lain).
Penilaian kemurnian minyak atsiri dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik dan
kimianya, terutamaterhadap penampilan, warna, bau, berat jenis, putaran optik,
indeks bias dan tingkat kelarutannya dalam alkohol (Lutony dan Rahmayati,
2002).
Menurut standar pasar internasional, kandungansitronellal harus lebih
tinggi daripada 35%, dan jumlah total alkohol harus lebih besar daripada
35%(Sastrohamidjojo,2004).
Pada tahun 1951 juga sekitar tahun 1970, kualitas minyak sereh turun. Hal
ini disebabkan kebutuhan minyak sereh pada saat tersebut naik, hingga untuk
memenuhinya para pengusaha atau petani melakukan panen serta pemotongan
tanaman sereh sebelum waktunya dan sebagai akibat, kandungan sitronellal dan
total alkohol menjadi lebih rendah(Sastrohamidjojo,2004).
Pemalsuan minyak atsiri sangat mudah dilakukan oleh produsen maupun
eksportir yang memang nakal.Praktek pemalsuan minyak atsiri dilakukan dengan
mencampurkan bahan asing sehingga mutu dari minyak atsiri berkurang.Namun,
kini pemalsuan minyak atsiri mudah diketahui karena pihak konsumen atau
importir telah memiliki peralatan untuk mengukur tingkat kemurnian dan adanya
laboratorium pengujian yang berada dibawah pengawasan pemerintahan yang
juga memberlakukan standar mutu secara umum (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, uji mutu minyak sereh wangi terdiri atas 2 tahap. Tahap
pertama adalah uji organoleptik, dan tahap kedua uji sifat fisik dan kimia yang
umumnya meliputi (SNI-06-3953-1995) (BSN,1995) yaitu: bobot jenis, indeks
bias, total geraniol, sitronellal, kelarutan dalam etanol 80% dan zat asing.
Parameter syarat mutu minyak sereh dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini.
Tabel 2.1 Parameter Syarat Mutu Minyak Sereh SNI 06-3953-1995
No Jenis Uji Satuan Persyaratan 1
Warna -
Kuning pucatsampaikuning kecoklat-coklatan
2 Bobot jenis, 200C/200C - 0,880 – 0,922 3 Indeks bias (nD20) - 1,466 – 1,475 4 Total Geraniol bobot/bobot % Minimal 85 5 Sitronellal bobot/bobot % Minimal 35
6 Kelarutan dalam etanol 80% - 1 : 2jernih, seterusnya jernih
opalesensi 7 7.1 7.2 7.3 7.4
Zat asing : Lemak Alkohol tambahan Minyak pelikan Minyak terpentin
- - - -
Negatip Negatip Negatip Negatip
2.5 Sitronellal
Hasil penyulingan dari (Cymbopogon nardus L) dapat diperoleh minyak
atsiri yang disebut Oleum citronellae, sedangkan bahan aktif yang mematikan
bagi hama adalah Sitronellal dan Geraniol. Dalam konsentrasi tinggi senyawa
sitronelal ini memiliki sifat racun kontak.Sebagai racun kontak, zat tersebut
apabila dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian akibat kehilangan
cairan secara terus-menerus sehingga tubuh rayap kekurangan cairan, sedangkan
dalam konsentrasi rendah dapat bersifat sebagai racun perut(Yulvianti,2014).
Sitronellal adalah cairan tak berwarna, dengan bau menyegarkan dan
mempunyai sifat racun dehidrasi (desiccant).Racun tersebut merupakan racun
Universitas Sumatera Utara
kontak yang dapat mengakibatkan kematian karena kehilangan cairan terus-
menerus. Serangga yang terkena racun ini akan mati karena kekurangan cairan.
(Yulvianti,2014).
Sitronellal bila direaksikan dengan berbagai senyawa yang bersifat asam
seperti silika gel dan anhidrida asetat akan mengalami siklisasi menjadi isopulegol
dan sejumlah isomer. Bila isopulegol dihidrogenasi dengan Raney Ni akan
menghasilkan mentol. Salah satu pabrik di Perancis mengonsumsi mentol sintetik
sekitar 10% dari produk total dunia minyak sereh. Penggunaan yang terpenting
sitronellal adalah untuk pembuatan hidroksi sitronellal melalui hidrasi.Senyawa
hidroksi sitronellal tidak diperoleh secara alami tetapi senyawa tersebut
merupakan salah satu senyawa sintetik yang paling penting dalam
pewangian.Senyawa tersebut memiliki bau yang harum seperti floral-lilydan
digunakan secara luas dalam pewangi untuk sabun dan kosmetika. Sejumlah orang
menyebutnya dengan namaking of the perfumes(Sastrohamidjojo,2004).
Sitronellal dapat dipisahkan dari penyusun lainnya dengan cara kimia.
Caranya minyak sereh ditambahkan dengan larutan jenuh natrium bisulfit.
Komponen minyak atsiri yang bereaksi hanya sitronellal yang membentuk
produksi adisi yang disebut dengan sitronellal natrium bisulfit
(Sastrohamidjojo,2004).
Dalam perdagangan sitronelol diperoleh dengan mereduksi sitronellal yang
terdapat dalam minyak sereh.Kandungan sitronellal dalam minyak sereh berkisar
30-45%.Dalam perdagangan dikenal “Rhodinol” merupakan campuran sitronelol
dan geraniol.Rhodinol memiliki bau yang “lembut” sehingga mempunyai harga
yang tinggi bila dibandingkan dengan sitronelol maupun geraniol.Sitronelol dan
Universitas Sumatera Utara
geraniol dapat diesterifikasi dengan menggunakan berbagai asam organik
menghasilkan berbagai ester untuk parfum(Sastrohamidjojo,2004).
2.6 Bobot Jenis
Bobot jenis atau berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan
dari suatu zat terhadap kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada
temperatur yang sama. Istilah bobot jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah;
akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. Sifat ini merupakan
salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus merupakan salah satu
sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat digunakan untuk
menentukan kemurnian suatu zat.Bobot jenis sering dihubungkan dengan berat
komponen yang terkandung didalamnya. Semakin besar fraksi berat yang
terkndung daam minyak, semakin pula nilai densitasnya.Bobot jenis merupakan
salah satu kriteria penting dalam menentukan mutu dan kemurnian minyak atsiri.
Dari seluruh sifat fisika - kimia, nilai bobot jenis sudah sering dicantumkan dalam
pustaka(Sebayang,2011; Martin, A, 1993; Depkes RI, 1979; Guenther, 1972).
Bobot jenis dapat ditetapkan menggunakan piknometer. Piknometer adalah
wadah yang terbuat dari gelas umumnya berkapasitas 10-100 ml, bersumbat kaca
asah dilengkapi dengan termometer, terdapat pipa dengan sisi bertanda yang
bertutup kaca asah (Depkes RI, 1980).
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE
3.1 Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Minyak Atsiri dan Bahan
Penyegar, Unit Pelayanan Terpadu Pengunjian dan Sertifikasi Mutu Barang
(UPT. PSMB) Medan yang bertempat di Jalan STM No. 17 Kampung Baru,
Medan pada tanggal 23 Januari 2017sampai 03 Februari 2017.
3.2 Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah minyak sereh yang
diproduksi oleh Masyarakat Aceh.
3.3 Alat
Alat yang digunakan adalah alat asetilasi, alat pemanas, alat penyabunan,
buret 50 ml (pyrex), corong pisah 250 ml, gelas ukur 10 ml (pyrex),gelas ukur 50
ml (pyrex), kondensor,labu cassia 100 ml (kimax),labu elenmeyer 200 ml, labu
kaca tahan alkali, labu ladenburg 100 ml, lampu uap natrium, neraca analitik
(mettle toledo),penangas air, penangas air yang dilengkapi dengan
thermostat,pembakar bunsen, piknometer 10 ml (duran), piknometer 25 ml
(duran), pipet volume 10 ml, pipet volume 20 ml,refraktometer (carlzeis jena),
tabung reaksi dan termometer.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Bahan
Bahan yang digunakan adalah aquadest, asam asetat anhidrat, benzoyl
clorida, bromofenol blue larut dalam etanol, es batu, etanol 80%, etanol
90%,fenolftalein (PP) 20%, garam, hidroksilamonium khlorida larut dalam etanol,
kalium iodida, kertas lakmus, larutan asam khlorida (HCl) 0,5 N, larutan jenuh
natrium hidroksida (NaOH), larutan iodium, larutan kalium hidroksida (KOH)
0,5N dalam etanol 95%, larutan natrium karbonat (Na2CO3) dalam natrium
khlorida (NaCl), magnesium sulfat anhidrat (MgSO4), minyak sereh sampel I,
minyak sereh sampel II, dannatrium asetat anhidrat.
3.5 Prosedur
3.5.1 Penentuan kadar sitronellal sesuai SNI 06-3953-1995
Hidroksilamonium kloridadipipet 20 ml larutan dan dimasukkan
kedalamlabu Erlenmeyer, ditambahkan 10 ml larutan kalium hidroksida yang
diukur dengan buret, kemudian dicampurkan. Campuran tersebut dituangkan
kedalam labu yang berisi 700 mg contoh minyak, labu Erlenmeyer yang telah
kosong disimpan tanpa mencucinya.Diamkan labu yang berisi campuran dan
contoh minyak kemudian didihkan dengan refluks selama beberapa waktu dan
dinginkan dengan cepat sebelum pendingin refluks dipisahkan.Untuk contoh
minyak yang berwarna gelap ditambahkan bromfenol biru. Ditambahkan larutan
asam klorida yang terdapat dalam buret sampai terjadi warna kehijau-hijauan.
Kemudian dipindahkan separuh dari campuran reaksi ini kedalam Erlenmeyer
yang disimpan semula. Campuran yang separuhnya lagi dinetralkan sampai timbul
warna kuning muda, kemudian dipindahkan kembali kedalam labu yang satu lagi,
Universitas Sumatera Utara
lalu dicampurkan dan dikembalikan lagi separuh dari larutan kedalam labu yang
kosong itu. Dilanjutkan cara ini sampai suatu saat dimana penambahan tetes asam
klorida kedalam larutan yang ada didalam salah satu dari kedua labu itu tidak lagi
menimbulkan perubahan warna bila dibandingkan dengan warna larutan yang
terdapat dalam labu kedua.Sebagai alternative titrasi ini dapat dilakukan dengan
metode potentiometris sampai pH 3,5. Bersamaan dengan penentuan, dilakukan
pengujian blanko dengan pereaksi-pereaksi yang sama mengikuti cara kerja yang
sama pula
Contoh perhitungan :
Kadar sitronellal = 𝑀𝑀(𝑉𝑉0−𝑉𝑉1)20 𝑚𝑚
Keterangan : m = massa cuplikan yang diperiksa V1 = volume larutan asam klorida yang digunakan dalam penentuan V0 = volume larutan asam klorida yang digunakan dalam pengujian blanko M = massa molar relative dari aldehida atau keton yang dimasukkan kedalam standar untuk minyak sereh.
3.5.2 Penentuan bobot jenis sesuai SNI 06-3953-1995
Piknometer dicuci dan dibersihkan, kemudian basuh berturut-turut dengan
etanol dan dietil eter. Lalu dikeringkan bagian dalam piknometer tersebut denga
arus udara kering dan sisipkan tutupnya. Dibiarkan piknometer di dalam lemari
timbangan selama 30 menit dan timbang (m). Setelah itu, diisi piknometer dengan
air suling sambil menghindari adanya gelembung-gelembung udara. Dicelupkan
piknometer ke dalam pengas air pada suhu 20oC ± 0,2oC selama 30 menit. Dan
disipkan penutupnya dan keringkan piknometernya. Lalu dibiarkan piknometer di
dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian timbang dengan isinya (m1).
Kemudian dikosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol dan dietil eter,
Universitas Sumatera Utara
kemudian keringkan dengan arus udara kering. Setelah itu, diisilah piknometer
dengan contoh minyak dan hindari adanya gelembung-gelembung udara.
Dicelupkan kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu 20oC ± 0,2oC
selama 30 menit. Dan disisipkan tutupnya dan keringkan piknometer tersebut.
Lalu dbiarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan
timbangan (m2).
Contoh perhitungan :
Bobot jenis = 𝑑𝑑2020 = 𝑚𝑚2−𝑚𝑚
𝑚𝑚1−𝑚𝑚
Keterangan : m =massa piknometer kosong (g) m1 =massa piknometer berisi air pada 20oC (g) m2 =massa piknometer berisi contoh pada 20oC (g)
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penentuan Kadar Sitronellal
Sitronellalyang diperoleh dari minyak sereh adalah 48,296%.Hal ini
menunjukkan kadar sitronellal pada minyak sereh yang diproduksi oleh
Masyarakat Aceh memenuhi persyaratan SNI 06-3953-1995. Mutu minyak sereh
khususnya ditentukan oleh kemurniannya. Penilaian kemurnian minyak sereh
dapat ditentukan berdasarkan sifat fisik dan kimianya, salah satunya yaitu
sitronellal dan bobot jenis (Lutony dan Rahmayati, 2002).
Sitronellal merupakan komponen minyak sereh yang terpenting. Lama
penyulingan memberikan pengaruh terhadap kadar sitronellal minyak sereh
wangi. Semakin lama penyulingan maka kadar sitronellal semakin naik sampai
batas lama penyulingan 4 jam. Kenaikkan kadar sitronellal disebabkan oleh
semkin banyaknya panas yang diterima oleh sereh wangi untuk menguapkan
minyak dari sereh wangi tersebut, sehingga kadar sitronellal semakin tinggi. Pada
penyulingan lebih dari 4 jam kadar sitronellal semakin turun, hal ini disebabkan
oleh bahan yang terlalu lama dipanasi, sehingga menyebabkan sitonellal
terdekomposisi menjadi senyawa isoterpen (Sebayang,2011).
4.2 Hasil Penentuan Bobot Jenis
Bobot jenis pada minyak sereh pada penelitian ini sebesar 0,880 (tabel
4.1).Hasil tersebut berada pada rentang batas nilai SNI 06-3953-1995 yaitu 0,880-
0,922. Hal ini menandakan kemungkinan minyak sereh yang diuji Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Aceh memiliki banyak komponen-komponen kimia penyusun, yang menandakan
densitas (bobot jenis) minyak yang tinggi dikarenakan lamanya waktu destilasi.
Tabel 4.1 Data Penentuan Bobot Jenis Pada Minyak Sereh
No. M m1 m2 Bobot Jenis 1. 28,8200 gr 38,5100 gr 37,3431 gr 0,8796
2. 38,3514 gr 88,2252gr 82,1659 gr 0,8785
Bobot jenis rata-rata 0,8800
Keterangan : m =massa piknometer kosong (g) m1 =massa piknometer berisi air pada 20oC (g) m2 =massa piknometer berisi contoh pada 20oC (g)
Bobot jenis istilah lainnya adalah berat jenis. Berat jenis minyak atsiri
mempengaruhi komponen-komponen penyusun minyak atsiri. Semakin banyak
komponen penyusun minyak atsiri, semakin banyak komponen beranti panjang
atau senyawa polimer dalam minyak maka akan meningkatkan densitas minyak.
Semakin lama waktu destilasi akan terjadi peningkatan konsentrasi minyak yang
disebabkan oleh semakin banyaknya akumulasi komponen-komponen kimia
penyusun minyak atsiri, baik itu senyawa yang bertitik didih tinggi atau rendah
(Sebayang,2011).
BAB V
Universitas Sumatera Utara
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan kadar sitronellal dan bobot jenis dari minyak
sereh (Cymbopogon nardus L. Randle) yang diproduksi oleh Masyarakat Aceh
masing-masing sebesar 48,296% dan 0,8800. Hal ini menunjukkan kadar
sitronellal dan bobot jenis minyak sereh SNI 06-3953-1995 yaitu min 35% dan
0,880-0,922.
5.2 Saran
Sebaiknya penelitian selanjutnya agar melakukan penetapan kadar
sitronellal menggunakan metode lain seperti Kromatografi Gas dan pada
penentuan bobot jenis minyak sereh dibuat triplo agar hasil lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatera Utara
Agoes, Goeswin. H. (2007).Teknologi Bahan Alam. Bandung: ITB. hal.118-119 Badan Standarisasi Nasional (BSN). (1995). SNI06-3953-1995. Standar Mutu
Minyak Sereh. Jakarta.hal.1, 3-4, 8-10. Dalimartha, Setiawan. 2008. Pertumbuhan Obat Indonesia Jilid 5. Jakarta:Pustaka
Bunda. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.(1979). Farmakope Indonesia Edisi
III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Guenther, E. (1990). Minyak Atsiri Jilid IV B. Jakarta: Universitas IndonesiaPress. Gunawan, D. (2004). Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Jakarta: Penerbit
Penebar Swadaya. Kementerian Kesehatan RI..(2014). Materia Kosmetika Bahasa Alam Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RIDirektorat Jenderal Bina efarmasian dan Alat Kesehatan
Khoirotunnisa, M., (2008).Aktifitas Minyak Atsiri Daun Serai Wangi
Cymbopogon nardus (L.)Randle Terhadap Pertumbuhan Malassezia Furfur invitro dan Identifikasinya dan sebagai penghalau nyamuk Aedes aegypti.Semarang :Universitas Diponegoro.
Lutony, T.L. dan Rahmayati, Y. (2002). Produksi dan Perdagangan Minyak
Atsiri. Jakarta : Penebar Swadaya. hlm. 1-6, 26-27, 107-111 Santoso, H.B. (1992). Sereh Wangi Bertanam dan Menyuling. Yogyakarta :
Kanisius. hal : 44-45 Sastrohamidjojo, H. (2004). Kimia Minyak Atsiri.Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press. hal. 1-10, 65-68 Sebayang, E.P.P. (2011). Minyak sereh wangi (Citronella oil)di UKM Sari
Murni.Tugas Akhir. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Lampiran 1.Penentuan Kadar Sitronellal Minyak Sereh
Rumus :
Universitas Sumatera Utara
Kadar sitronelal = 𝑴𝑴(𝑽𝑽𝑽𝑽−𝑽𝑽𝑽𝑽)𝟐𝟐𝑽𝑽 𝒎𝒎
Keterangan :
M = massa molar relative dari aldehida atau keton yang dimasukkan
kedalam standar untuk minyak sereh
m = massa cuplikan yang diperiksa
V1 = volume larutan asam khlorida yang digunakan dalam penentuan
V0 = volume larutan asam khlorida yang digunakan dalam pengujian
blanko
Diketahui :
M = 154,24
m = 0,7370 gram
V0 = 9,1ml
V1 = 4,5ml
Perhitungan :
Kadar sitronellal 1= 154,24 (𝑉𝑉0−𝑉𝑉1)20 𝑚𝑚
= 154,24 (9,1−4,5)20 (0,7370)
= 48,1345
Diketahui :
M = 154,24
m = 0,7321 gram
V0 = 9,1ml
V1 = 4,5ml
Perhitungan :
Kadar sitronellal 2= 154,24 (𝑉𝑉0−𝑉𝑉1)20 𝑚𝑚
= 154,24 (9,1−4,5)20 (0,7321)
= 48,4567
Rata-rata kadar sitronellal = sitrone llal 1 +sitrone llal 22
= 48,1345+48,45672
Universitas Sumatera Utara
= 48,296
Lampiran 2.Penentuan Bobot Jenis Minyak Sereh
Rumus :
Bobot jenis 𝒅𝒅𝒕𝒕𝑽𝑽𝒕𝒕𝑽𝑽 = 𝒎𝒎𝟐𝟐−𝒎𝒎𝒎𝒎𝑽𝑽−𝒎𝒎
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
m = massa, piknometer kosong (g)
m1 = massa, piknometer berisi air pada suhu 20ºC (g)
m2 = massa, piknometer berisi contoh pada suhu 20ºC (g)
𝑑𝑑𝑡𝑡1𝑡𝑡1 = Pembacaan bobot jenis yang dilakukan pada suhu 20ºC (g)
Diketahui :
m = 28,8200g
m1 = 38,5100g
m2 = 37,3431g
Perhitungan :
Bobot jenis 1𝑑𝑑2020 = 𝑚𝑚2−𝑚𝑚
𝑚𝑚1−𝑚𝑚
= 37,3431g– 28,8200 g38,5100 g – 28,8200 g
= 0,8796
Diketahui :
m = 38,3514 g
m1 = 88,2252g
m2 = 82,1659 g
Perhitungan :
Bobot jenis 2𝑑𝑑2020 = 𝑚𝑚2−𝑚𝑚
𝑚𝑚1−𝑚𝑚
= 82,1659 g – 38,3514 g88,2252 g − 38,3514 g
= 0,8785
Rata-rata Bobot Jenis = Bobot 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 1+𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝑡𝑡 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 22
= 0,8796+0,87852
= 0,880
Lampiran 3.Pengujian Minyak Sereh
Universitas Sumatera Utara
Gambar a.Minyak Sereh dalam piknoeter
Gambar b.Erlenmeyer berisi hasil titrasi sitronellal minyak sereh
Universitas Sumatera Utara