PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS
DASADARMA PRAMUKA TERHADAP SIKAP ILMIAH
PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN
BIOLOGI KELAS XI DI MAN 2
BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
Ratna Sari
NPM. 1211060094
Jurusan : Pendidikan Biologi
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1438 H/2017 M
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS
DASADARMA PRAMUKA TERHADAP SIKAP ILMIAH
PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN
BIOLOGI KELAS XI DI MAN 2
BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
Ratna Sari
NPM. 1211060094
Jurusan : Pendidikan Biologi
Pembimbing I : Dra. Uswatun Khasanah, M.Pd.I
Pembimbing II : Dwijowati Asih Saputri, M.Si.
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN
LAMPUNG
1438 H/2017 M
ii
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS
DASADARMA PRAMUKA TERHADAP SIKAP ILMIAH
PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN
BIOLOGI KELAS XI DI MAN 2
BANDAR LAMPUNG
Oleh:
Ratna Sari
Pembelajaran IPA (termasuk Biologi) pada hakikatnya memiliki komponen-
komponen yang menjadi tujuan pembelajaran yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan
produk ilmiah. Namun dalam keadaan sebenarnya dilapangan sikap ilmiah peserta
didik kurang tertanam pada pribadi peserta didik. Salah satunya pada peserta didik di
MAN 2 Bandar Lampung. Terdapat berbagai faktor penyebab kurang tertanamnya
sikap ilmiah peserta didik di MAN 2 Bandar Lampung seperti pembelajaran yang
masih sering berpusat pada pendidik. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat
digunakan untuk membantu meningkatkan sikap ilmiah peserta didik, salah satunya
dengan menerapkan model problem based learning berbasis dasadarma pramuka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap ilmiah peserta didik
sebelum dan sesudah penerapan model problem based learning berbasis dasadarma
pramuka pada mata pelajaran Biologi kelas XI di MAN 2 Bandar Lampung.
Penelitian eksperimen dengan jenis penelitian Quasi Eksperimental Design dengan
desain penelitian pretest-postest nonequivalent control group design. Sampel
penelitian dipilih secara sampling purposive. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian berupa angket dan lembar observasi sikap ilmiah. penelitian dengan
hipotesis “ada perbedaan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah penerapan
model problem based learning berbasis dasadarma pramuka”, di analisis dengan uji
prasyarat (uji normalitas dan uji homogenitas) dan uji paired sample t-test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen perolehan rata-rata
nilai N-Gain yaitu 0,579 yang termasuk dalam kategori sedang. Rata-rata hasil
penilaian lembar observasi sikap ilmiah yaitu 88,32 yang termasuk dalam kategori
sangat baik. Pada kelas kontrol perolehan rata-rata nilai N-Gain yaitu 0,378 yang
termasuk dalan kategori sedang. Rata-rata hasil penilaian lembar observasi sikap
ilmiah yaitu 84,72 yang termasuk dalam kategori sangat baik. Berdasarkan analisis
uji paired sample t-test diperoleh hasil thitung > ttabel yaitu 15,418 > 2,024. Artinya
terdapat perbedaan sikap ilmiah yang signifikan sebelum dan sesudah penerapan
model problem based learning berbasis dasadarma pramuka pada mata pelajaran
Biologi kelas XI materi sistem gerak di kelas eksperimen.
Kata kunci: Model Problem Based Learning berbasis dasadarma pramuka, dan
sikap ilmiah.
v
MOTTO
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.” (Q.S. An-Nahl: 90)1
1 Departemen Agama RI, Alhidayah Al-qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka. (Banten:
Kalim, 2011), h. 221.
vi
PERSEMBAHAN
Seiring do’a dan penuh rasa syukur kepada Allah SWT., skripsi ini penulis
persembahkan kepada:
1. Keluarga yang selalu memberikan do’a dan dukungannya, terutama
kepada kedua orangtua tercinta yang luar biasa yakni Ayahanda Zairi Ali
dan Ibunda Riyanti, yang selalu sabar, tidak kenal lelah untuk
membesarkan dan mendidik dengan penuh rasa kasih sayang, senantiasa
memberikan nasihat-nasihat, dan senyuman hangat yang selalu menjadi
motivasi penulis dalam mencapai keberhasilan. Serta Adik tersayang
Zuliansyah yang selalu mengingatkanku akan cita-citaku yang harus
diperjuangkan.
2. Saudara sepupu Kakak Masnoni, Kakak Nur Azizah, Kakak Heryanti,
Mulhadi, Nur Afriyani, Maya Susanti, Dekiyansah, Tika, Okta, Imam
Saputra, Hanggum Novelia, Julia Ramadhani, dan Alm. Heri Setiawan,
serta teman-teman 6cm (Agung Laksono, Ahmad Agus Saputra, Aris
Kurniawan, Ryo Waldi, Siti Anisa), Comel (Septiani), Olim (Selvi
Agustina), yang selama ini selalu membantu, memberikan motivasi,
mengingatkan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tugas akhir
skripsi.
vii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di desa Terdana, Kecamatan Kotaagung, Kabupaten
Tanggamus pada tanggal 23 Desember 1993. Bernama lengkap Ratna Sari, yang
dilahirkan dari pasangan suami istri yaitu bapak Zairi Ali dan Ibu Riyanti. Penulis
adalah anak pertama dari dua bersaudara, yang memiliki adik bernama Zuliansyah.
Penulis menempuh pendidikan pertama di SDN 1 Negeri Ratu Kecamata Kotaaagung
Kabupaten Tanggamus pada tahun 2000 sampai 2006. Kemudian penulis melanjutkan
pendidikan menengah pertama di MTs N 1 Kotaagung, Kabupaten Tanggamus dari
tahun 2006 sampai tahun 2009.
Penulis menempuh pendidikan menengah atas di MAN 1 Kotaaagung,
Kabupaten Tanggamus pada tahun 2009 hingga 2012 dengan mengambil jurusan
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kemudian penulis melanjutkan pendidikan perguruan
tinggi di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung dan mengambil
jurusan Pendidikan Biologi di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dari tahun 2012
hingga sekarang. Selama mengenyam dunia pendidikan dari tingkat dasar hingga
perguruan tinggi sekarang ini, penulis aktif di kegiatan ekstrakulikuler Pramuka.
Penulis pernah bergabung di Pramuka Ambalan Tunas Bhakti Muktabar dan Putri
Ratu Penyimbang selama di bangku MA dan saat ini bergabung di UKM Pramuka
Racana Raden Imba Kesuma Ratu-Putri Sinar Alam Gugus Depan Bandar Lampung
09.029-09.030 yang berpangkalan di UIN Raden Intan Lampung.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Waromatullahi Wabarokatuh.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT., yang telah melimpahkan
Rahmat dan Hidayah-Nya kepada seluruh Alam beserta isinya. Shalawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada junjungan agung Nabi Muhammad SAW., berkat
perjuangan beliaulah penulis mengenal islam dalam kehidupan penulis. Adanya niat,
usaha serta petunjuk dan kehendak dari Allah SWT., penulis dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi ini yang berudul “Penerapan Model Problem Based Learning
Berbasis Dasadarma Pramuka Terhadap Sikap Ilmiah Peserta Didik pada Mata
Pelajaran Biologi Kelas XI di MAN 2 Bandar Lampung”.
Dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, penulis banyak menerima
bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak yang sangat berharga guna demi
kemajuan dan kesempurnaan skripsi yang penulis susun. Oleh karena itu, penulis
ucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Chairul Anwar, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
2. Bapak Dr. Bambang Sri Anggoro, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Biologi.
3. Ibu Dra. Uswatun Khasanah, M.Pd.I, selaku Pembimbing I yang telah
membimbing dan mengarahkan penulis dengan penuh kesabaran dan
kebijaksanaan dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
ix
4. Ibu Dwijowati Asih Saputri, M.Si., selaku Pembimbing II yang selalu
mendidik, memberikan bimbingan, dan arahan penuh dengan ketelitian dan
kesabaran sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Pengurus perpustakaan Pusat Universitas, perpustakaan Tarbiyah dan
Keguruan, dan perpustakaan Pendidikan Biologi yang selama ini telah
membantu penulis dalam meminjamkan buku-buku referensi sehingga skripsi
ini dapat terselesaikan.
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah mendidik,
membimbing dan memberikan Ilmu Pengetahuan kepada penulis selama
menuntut ilmu di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
7. Bapak Samsurizal, S.Pd., M.Si. selaku Kepala Sekolah di MAN 2 Bandar
Lampung beserta Staf dan Dewan Guru yang telah memberikan izin
mengadakan penelitian dan membantu kelancaran proses penelitian.
8. Ibu Dra. Eny Supriati selaku guru pembimbing yang telah membantu penulis
dalam kelancaran penelitian dan proses pengumpulan data penelitian.
9. Teman-teman seperjuangan di jurusan Pendidikan Biologi UIN Raden Intan
Lampung angkatan 2012 yang telah berjuang bersama mengukir cerita selama
berada di Jurusan Pendidikan Biologi dan menjadi pemicu motivasi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman Nur Indah Sari, Nisa Azizah, Nurma Yunita, Sarah Amalia, dan
Erliana Yuniar, Halimatussya’diah MT., Nury Lutfiana Amini, Leni Ratna
Wulan, Tika Agustiani, dan M. Hamdan Basori Alwi, dan teman-teman Asrama
x
Baitussyakinah (BS) yang selama ini sudah berjuang bersama dan selalu
memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Keluarga dan teman-teman di Racana Raden Imba Kesuma Ratu-Putri Sinar
Alam Gugus Depan Bandar Lampung 09.029-09.030 Pangkalan UIN Raden
Intan Lampung yang selama ini menjadi tempat untuk bertukar pikiran,
mengembangkan kreatifitas dan menimba ilmu yang penulis tidak dapatkan di
bangku perkuliahan.
12. Almamater Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung yang penulis
banggakan karena di sinilah penulis belajar mendewasakan diri menjadi pribadi
yang lebih baik dalam berpikir, bersikap dan bertindak.
Semoga bantuan baik berupa dukungan moral atau non-moral yang telah
mereka berikan kepada penulis mendapat balasan pahala yang berlimpah dari Allah
SWT., dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi salah satu informasi
menarik bagi pembaca. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
Bandar Lampung, Juni 2017
Penulis,
Ratna Sari
NPM. 1211060094
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iv
MOTTO ......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN .......................................................................................... vi
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah.............................................................................. 10
C. Batasan Masalah ................................................................................... 11
D. Rumusan Masalah ................................................................................. 11
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 12
F. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 12
BAB II LANDASAN TEORI
A. Model Problem Based Learning Berbasis Dasadarma Pramuka .......... 13
1. Model Problem Based Learning (PBL) ........................................... 13
a. Pengertian Problem Based Laerning (PBL)................................ 13
b. Karakteristik Problem Based Laerning (PBL) ............................ 17
c. Langkah-Langkah Problem Based Laerning (PBL) ................... 18
2. Dasadarma Pramuka ........................................................................ 20
a. Pengertian Dasadarma Pramuka.................................................. 20
b. Makna Dasadarma Pramuka Pertama dan Dasadarma Pramuka
Kedua .......................................................................................... 24
1) Pramuka Takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa ................... 24
2) Pramuka Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia .... 27
3. Model Problem Based Laerning Berbasis Dasadarma Pramuka ..... 32
B. Sikap Ilmiah .......................................................................................... 40
1. Pengertian Sikap .............................................................................. 40
2. Pembentukan Sikap .......................................................................... 41
3. Sikap Ilmiah ..................................................................................... 44
a. Sikap Jujur ................................................................................... 45
xii
b. Sikap Bekera Sama...................................................................... 46
c. Sikap Peduli Lingkungan ............................................................ 47
C. Hakikat Pembelajaran Biologi .............................................................. 47
D. Kerangka Berpikir ................................................................................ 50
E. Hipotesis Penelitian .............................................................................. 52
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 53
B. Waktu Dan Tempat Penelitian .............................................................. 53
C. Desain Penelitian .................................................................................. 53
D. Variabel Penelitian................................................................................ 54
E. Populasi, Sampel, Dan Teknik Pengambilan Sampel ........................... 55
1. Populasi Penelitian ........................................................................... 55
2. Sampel Penelitian............................................................................. 56
3. Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 57
F. Prosedur Penelitian ............................................................................... 57
1. Tahap Persiapan ............................................................................... 57
2. Tahap Pelaksanaan ........................................................................... 59
3. Tahap akhir ...................................................................................... 60
G. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 60
1. Observasi ........................................................................................ 60
2. Skala Sikap Likert........................................................................... 60
3. Dokumentasi ................................................................................... 61
H. Instrumen Penelitian ............................................................................. 61
1. Lembar Observasi ............................................................................ 61
2. Angket Sikap Ilmiah ........................................................................ 62
I. Analisis Uji Instrumen .......................................................................... 64
1. Uji Validitas Instrumen .................................................................... 64
2. Uji Reliabilitas Instrumen ................................................................ 65
J. Teknik Analisis Data ............................................................................ 67
1. Uji Normalitas .................................................................................. 67
2. Uji Homogenitas .............................................................................. 68
3. Uji Hipotesis Penelitian dengan Uji paired sample t-test ................ 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian .................................................... 72
1. Propil Umum Sekolah MAN 2 Bandarlampung .............................. 72
a. Searah Singkat MAN 2 Bandarlampung ..................................... 72
b. Identitas Sekolah ......................................................................... 73
c. Visi, Misi, dan Tujuan ................................................................. 74
d. Data Tenaga Pendidik ................................................................ 75
e. Sarana dan Prasarana ................................................................... 77
xiii
f. Struktur Organisasi ...................................................................... 78
B. Hasil Penelitian ..................................................................................... 79
1. Hasil Analisis Angket Prestest-Postest ........................................... 79
2. Hasil Analisis Lembar Observasi Sikap Ilmiah ............................... 84
3. Hasil Analisis Uji Normalitas .......................................................... 85
4. Hasil Analisis Uji Homogenitas....................................................... 86
5. Hasil Analisis Uji paired sample t-test ............................................ 87
C. Pembahasan .......................................................................................... 88
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 100
B. Saran .................................................................................................. 101
C. Penutup .............................................................................................. 102
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 103
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sintak atau Langkah-Langkah Problem Based Learning .............. 19
Tabel 2.2 Sintak atau Langkah-Langkah Problem Based Learning Berbasis
Dasadarma Pramuka....................................................................................... 34
Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest-Postest Nonequivalent Control Group
Design ............................................................................................................ 54
Tabel 3.2 Data Jumlah Peserta Didik Kelas XI MIA di MAN 2 Bandar
Lampung ........................................................................................................ 56
Tabel 3.3 Jumlah Sampel Kelas XI MIA 1 dan Kelas XI MIA 2 di MAN 2
Bandar Lampung ............................................................................................ 57
Tabel 3.4 Nilai Interpretasi Lembar Observasi .............................................. 62
Tabel 3.5 Kriteria Skor N-Gain atau Indeks Gain.......................................... 64
Tabel 3.6 Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba
Instrumen Angket Skala Sikap Ilmiah ........................................................... 66
Tabel 4.1 Daftar Kepala Sekolah yang Menjabat di MAN 2 Bandar
Lampung ........................................................................................................ 73
Tabel 4.2 Data Tenaga Pendidik MAN 2 Bandar Lampung .......................... 75
Tabel 4.3 Data fasilitas Sarana dan Prasarana MAN 2 Bandar Lampung ..... 77
Tabel 4.4 Hasil Rata-Rata Pretest-Postest Angket Sikap Ilmiah ................... 80
Tabel 4.5 Rekapitulasi Data Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen dan Kontrol
xv
Berdasarkan N-Gain ....................................................................................... 82
Tabel 4.6 Hasil Analisis Lembar Observasi Sikap Ilmiah ............................. 84
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Liliefors Angket Sikap Ilmiah Awal dan
Akhir .............................................................................................................. 86
Tabel 4.8 Hasil Analisis Uji Homogenitas Sikap Ilmiah ............................... 87
Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji paired sample t-test Sikap Ilmiah .................... 87
Tabel 4.10 Uji Perbedaan Rata-Rata (Uji t) Sikap Ilmiah Siswa Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol ................................................................................................ 94
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Struktur Organisasi MAN 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2016/2017 ....................................................................................................... 78
Gambar 4.2 Perkembangan Sikap Ilmiah Kelas Kontrol Hasil Angket Awal
(Pretest) dan Angket Akhir (Postest) ............................................................. 80
Gambar 4.3 Perkembangan Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen Hasil Angket Awal
(Pretest) dan Angket Akhir (Postest) ............................................................. 81
Gambar 4.4 Rata-Rata N-Gain Peningkatan Sikap Ilmiah Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen........................................................................................... 83
Gambar 4.5 Persentase Perkembangan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas
Kontrol dan Kelas Eksperimen ...................................................................... 85
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Materi Sistem Gerak .................................................................. 107
Lampiran 2 Silabus Pembelajaran Materi Sistem Gerak .............................. 115
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Materi Sistem Gerak........ 119
Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa .................................................................. 168
Lampiran 5 Kisi-Kisi Lembar Observasi Sikap Ilmiah................................. 181
Lampiran 6 Kisi-Kisi Angket Sikap Ilmiah .................................................. 183
Lampiran 7 Angket Sikap Ilmiah .................................................................. 186
Lampiran 8 Uji Validitas Angket Sikap Ilmiah ............................................ 189
Lampiran 9 Uji Reliabilitas Angket Sikap Ilmiah ........................................ 192
Lampiran 10 Data Hasil Pretest Angket Sikap Ilmiah Kelas XI MIA 2 ...... 193
Lampiran 11 Data Hasil Postest Angket Sikap Ilmiah Kelas XI MIA 2 ...... 194
Lampiran 12 Data Hasil Pretest Angket Sikap Ilmiah Kelas XI MIA 1 ...... 195
Lampiran 13 Data Hasil Postest Angket Sikap Ilmiah Kelas XI MIA 1 ...... 196
Lampiran 14 Penilaian Lembar Observasi Kelas Eksperimen (XI MIA 2) .. 197
Lampiran 15 Penilaian Lembar Observasi Kelas Kontrol (XI MIA 1) ......... 198
Lampiran 16 Data Hasil N-Gain Peserta Didik Kelas Kontrol ..................... 199
Lampiran 17 Data Hasil N-Gain Peserta Didik Kelas Eksperimen .............. 200
Lampiran 18 Uji Normalitas Liliefors Kelas Eksperimen ............................ 201
Lampiran 19 Uji Normalitas Liliefors Kelas Kontrol ................................... 202
Lampiran 20 Hasil Uji Homogenitas ............................................................ 203
Lampiran 21 Hasil Uji Paired sample t-test ................................................. 204
Lampiran 22 Foto Dokumentasi ................................................................... 205
Cover Acc Seminar Proposal
Lembar Pengesahan Seminar Proposal
Surat Permohonan Mengadakan Penelitian
Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian
Kartu Kendali Konsultasi Skripsi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kenakalan remaja saat ini menjadi topik hangat yang menjadi perhatian dunia
pendidikan. Pergaulan bebas, kekerasan, pelecehan seksual, narkoba, dan tawuran
antar sekolah kerap terjadi dikalangan pelajar saat ini. Hal ini menjadi kekhawatiran
bagi masyarakat, orang tua, dan lembaga formal (sekolah) atas fenomena-fenomena
yang terjadi dikalangan pelajar. Kurang tertanamnya nilai-nilai pendidikan menjadi
tantangan besar yang harus dipecahkan di dunia pendidikan. Bantuan dan kerjasama
dari lembaga-lembaga terkait, dan masyarakat sangat diperlukan untuk menjawab
tantangan di dunia pendidikan.
Allah SWT. berfirman dalam surat At-Taubah ayat 122, yang berbunyi:
Artinya: “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya”.1(QS. At-Taubah: 122).
Ayat ini memberikan anjuran tegas kepada umat islam agar hanya sebagian
saja yang ikut berperang dan sebagian lagi dianjurkan untuk memperdalam
1 Departemen Agama RI, Alhidayah Al-qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka, (Banten:
Kalim, 2011), h. 207.
2
pengetahuan agama. Orang-orang yang memperdalam atau mencari ilmu ini
selanjutnya dianjurkan untuk memberi peringatan atau mengajarkan apa yang mereka
peroleh kepada yang lain agar mereka pandai dalam menjaga diri. Begitu pula dengan
dunia pendidikan yang seharusnya, ketika sebagian dalam keadaan buruk, maka
sebagian lagi bertugas untuk mengingatkan dan mengajarkan hal-hal baik yang
diperoleh dari pendidikan yang di emban.
Pendidikan merupakan suatu rangkaian proses untuk mengubah watak atau
sikap seseorang melalui pengajaran dan pelatihan. Oleh karenanya pendidikan harus
diemban oleh setiap diri manusia karena pendidikan merupakan wadah dalam
mengubah sikap atau tingkah laku yang akan menjadi ciri khas pribadi manusia
tersebut, disamping mendapat pengetahuan dan keterampilan. Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyatakan bahwa Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.2
Peran pendidikan dewasa ini menitik beratkan pada pembentukan watak atau
sikap peserta didik. Hal ini tercantum jelas didalam Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, yaitu Pendidikan Nasional
2 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2008), h. 3.
3
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.3 Dengan kata lain pendidikan diarahkan untuk menghasilkan
manusia yang berkualitas, mampu bersaing, dan memiliki budi pekerti yang luhur
serta moral yang baik. Al-Qur’an surat Al-Lukman ayat 17 Allah SWT. berfirman :
Artinya : “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang
baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap
apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).”4(QS. Al-Lukman: 17).
Ayat tersebut menjelaskan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam
pendidikan, yaitu mengerjakan sholat, berbuat baik, menghindari perbuatan buruk,
dan bersikap sabar. Nilai-nilai pendidikan ini tidak lain merupakan hubungan
manusia dengan sang Pencipta (religius) dan hubungan manusia dengan sesama
manusia (sosial). Nilai-nilai pendidikan ini harus diterapkan pada diri peserta didik
agar tujuan dari pendidikan itu tercapai.
3 Ibid, h. 7.
4 Departemen Agama RI, Op. Cit., h. 413.
4
Pada hakikatnya, pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan
siswa.5 Dengan adanya komunikasi ini maka proses pembelajaran dapat berlangsung.
Karena proses pembelajaran membutuhkan adanya interaksi timbal balik antara
pendidik dan peserta didik sehingga tercipta suasana belajar yang aktif.
Proses pembelajaran merupakan kumpulan beberapa komponen yang saling
berkaitan. Komponen-komponen ini meliputi model, strategi, metode, media, dan
lainnya yang akan digunakan untuk mendukung selama proses pembelajaran
berlangsung untuk mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran atau memenuhi
kompetensi lulusan yang diharapkan.
Pembelajaran Biologi pada hakikatnya merupakan suatu proses untuk
mengantarkan peserta didik kepada tujuan belajarnya, dan Biologi itu sendiri
berperan sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Kurikulum SMA/MA
menjelaskan bahwa mata pelajaran Biologi bertujuan untuk menumbuhkan sikap
spiritual dan sikap sosial, membekali pengetahun dan keterampilan kepada peserta
didik yang relevan dengan Biologi agar peserta didik mampu untuk menyelesaikan
persoalan dalam kehidupan sehari-hari sebagai pribadi dan sebagai warga negara.6
Biologi sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakikatnya
memiliki komponen-komponen yang sama dengan rumpun IPA lainnya, yaitu sikap
ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Hal ini berarti bahwa Biologi tidak hanya
5 Shinta Anggaeni, Pengaruh Model Pembelajaran Terpadu Tipe Webbed Berbasis Nilai Dalam
Pembelajaran IPA Pada Tema Pencemaran Air Tehadap Sikap Peserta Didik SMP N 1 Banyumas
Pringsewu, (Skripsi Jurusan Biologi Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, Lampung,
2015), h. 12. 6 Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum SMA Lampiran III, h. 849.
5
terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihapal, dan suatu proses aktif
dalam memahami gejala-gejala alam, namun juga mengandung nilai-nilai atau sikap
yang ilmiah dalam memecahkan persoalan-persoalan Biologi. Pembelajaran Biologi
diharapkan mampu memberikan pengalaman-pengalaman kepada peserta didik yang
diikuti dengan pembentukan sikap ilmiah. Karena Biologi merupakan ilmu alam yang
bersifat dan bekerja secara ilmiah, sehingga dalam bersikap pun secara ilmiah.
Namun realita yang ada, tujuan dari pendidikan Biologi ini belum tercermin di
dalam diri peserta didik, baik untuk kepentingan pribadi peserta didik maupun untuk
kepentingan Bangsa. Hal ini perlu mendapat perhatian baik dari instansi pemerintah,
sekolah, maupun masyarakat. Mengingat tiga hal komponen Biologi yakni sikap
ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah. Artinya tujuan utama yang ingin dicapai
dalam pembelajaran Biologi adalah pembentukan sikap ilmiah. Jika sikap ilmiah
sudah terbentuk maka akan menunjukkan proses yang ilmiah dan akhirnya
menghasilkan produk-produk yang ilmiah.
Terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab kurang tertanamnya nilai-nilai
sikap ilmiah pada diri peserta didik, diantaranya kurang pandainya pendidik dalam
memanfaatkan kemampuan peserta didik, sistem pengajaran yang masih berpusat
pada pendidik karena pendidik menggunakan metode ceramah sehingga peserta didik
tidak terpancing rasa ingin tahunya dan lebih cendrung memilih mendengarkan dan
diam, akibatnya peserta didik cendrung bersikap pasif. Kurang pandainya pendidik
dalam menerapkan model atau strategi dalam penyampaian materi pembelajaran juga
merupakan salah satu faktor penyebab kurang tertanamnya sikap ilmiah peserta didik.
6
Banyak lembaga-lembaga pendidikan (sekolah) yang sikap ilmiah peserta
didiknya kurang teraplikasi dengan baik pada diri peserta didik. Salah satunya di
MAN 2 Bandar Lampung. Berdasarkan observasi yang dilakukan di MAN 2 Bandar
Lampung pada tanggal 19 April 2016 lalu, peneliti melihat bahwa sikap ilmiah
peserta didik di kelas XI MIA sudah cukup baik namun masih perlu ditingkatkan.
Masih banyak peserta didik yang sikap ilmiahnya belum tercermin dengan baik pada
diri peserta didik, misalnya banyak peserta didik yang asyik mengobrol sendiri
dengan teman sebangku saat guru sedang menjelaskan materi pembelajaran, saat
ditugaskan untuk berdiskusi dengan kelompok rasa kerjasama tidak terjalin hanya
mengandalkan kemampuan teman yang lebih unggul, sering membuang sampah
sembarangan di kelas, dan yang sangat tidak baik yaitu merokok dilingkungan
sekolah walaupun tahu itu melanggar peraturan sekolah.
Menurut Ibu Dra. Eny Supriati selaku guru bidang studi Biologi di MAN 2
Bandar Lampung mengatakan:
“Proses pembelajaran Biologi sudah cukup efektif, dan sikap ilmiah peserta
didik, sebagian sudah cukup baik dan sebagiannya lagi belum baik. Saat
pembelajaran sikap peserta didik berubah-ubah sesuai kondisi lingkungan
peserta didik, terkadang sikap peserta didik baik dan terkadang kurang baik.
Sikap ilmiah peserta didik masih perlu ditingkatkan lagi agar sesuai dengan
kurikulum 2013 yang sangat menekankan pada pembentukan karakter peserta
didik terutama dalam hal bersikap.”7
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di MAN 2
Bandar Lampung menunjukkan bahwa sikap ilmiah peserta didik kelas XI MIA pada
mata pelajaran Biologi termasuk dalam kategori cukup baik, namun diharapkan dapat
7 Dra. Eny Supriati, Guru Bidang Studi Biologi Kelas XI, Wawancara, 19 April 2016.
7
lebih meningkat dari sebelumnya. Sikap ilmiah peserta didik di MAN 2 Bandar
Lampung sebagian sudah mencapai KKM ranah afektif dan sebagiannya lagi belum.
Hal tersebut tentunya menjadi PR bagi pendidik untuk dapat mengoptimalkan proses
pembelajaran sehingga tujuan dari proses pembelajaran dapat tercapai terutama dalam
hal bersikap atau ranah afektif. KKM penilaian hasil belajar Afektif peserta didik di
MAN 2 Bandar Lampung adalah 73.
Belum mencapainya KKM sikap ilmiah peserta didik merupakan suatu
tantangan bagi seorang pendidik untuk mengatasi hal tersebut. Untuk mewujudkan
hal tersebut maka pendidik harus mempunyai keterampilan dalam mengajarnya.
Pendidik harus mempunyai wawasan luas dan mampu mengemas suatu topik
permasalahan agar lebih menarik sehingga peserta didik tertarik untuk belajar.
Sikap ilmiah peserta didik dapat ditingkatkan dengan berbagai cara yang
dapat dilakukan pendidik. Misalnya, dengan menggunakan model pembelajaran,
strategi, metode, dan media pembelajaran yang dapat menarik perhatian peserta didik
saat proses pembelajaran. Kondisi lingkungan dan pemilihan model pembelajaran
yang sesuai dan mendukung materi pembelajaran juga menjadi faktor yang
mempengaruhi perkembangan sikap ilmiah peserta didik.
Terdapat beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran guna untuk membantu pendidik dalam menumbuhkan sikap ilmiah
peserta didik. Salah satunya Model Pembelajaran Problem Based Learning. Problem
based learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menggunakan
permasalahan nyata yang ditemui di lingkungan sebagai dasar untuk memperoleh
8
pengetahuan dan konsep melalui kemampuan berpikir kritis dan memecahkan ma-
salah. Model Pembelajaran Problem Based Learning menyajikan masalah di setiap
pembelajarannya sehingga akan memotivasi peserta didik untuk memecahkan
masalah yang dihadapkan kepada peserta didik. Masalah yang disajikan adalah
masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia
nyata akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan pemelajar.8
Dewasa ini disetiap jenjang lembaga pendidikan sekolah diwajibkan adanya
kegiatan ekstrakulikuler Pramuka. Kegiatan pramuka dianggap tepat ada disetiap
jenjang pendidikan karena pendidikan kepramukaan menanamkan nilai-nilai
pendidikan didalamnya. Pendidikan kepramukaan dianggap mampu untuk
memperbaiki sikap peserta didik selain di lingkungan kelas saat jam pelajaran.
Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka pasal
4 tentang tujuan gerakan pramuka yaitu: “Gerakan Pramuka bertujuan untuk
membentuk setiap anggota pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman,
bertakwa, berakhlak mulia,berjjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjjung tinggi
nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam
menjaga dan membangun Negara Kesatua Republik Indonesia, mengamalkan
Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup”.9
8 M. Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, (Jakarta, Kencana
Prenada Media Group, 2009), h. 22. 9 Kementerin Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Undang -Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, pasal 4, (Jakarta, Pustaka Tunas Media, 2011), h.
4.
9
Berdasarkan tujuan gerakan pramuka yang tercantum jelas bahwa pendidikan
pramuka membantu pembentukan sikap anggota pramukanya. Sikap-sikap anggota
pramuka tertera pada kode kehormatan pramuka. Kode kehormatan pramuka
merupakan janji dan komitmen diri serta ketentuan moral pramuka dalam pendidikan
kepramukaan.10
Kode kehormatan ini terdiri atas Satya Pramuka dan Darma pramuka.
Darma pramuka berisi sepuluh ketentuan moral sehingga disebut juga dasadarma.
Kesepuluh darma itu berisi “takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; cinta alam dan
kasih sayang sesama manusia; patriot yang sopan dan kesatria; patuh dan suka
bermusyawarah; rela menolong dan tabah; rajin, terampil, dan gembira; hemat,
cermat, dan bersahaja; disiplin, berani, dan setia; bertanggung jawab dan dapat
dipercaya; dan suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.”11
Jadi dasadarma
adalah sepuluh ketentuan moral anggota pramuka dalam bertingkah laku guna untuk
membentuk sikap yang lebih baik.
Sikap ilmiah diartikan sebagai suatu kecenderungan, kesiapan, kesediaan
seseorang untuk memberikan respon/tanggapan/tingkah laku secara ilmu pengetahuan
dan memenuhi syarat (hukum) ilmu pengetahuan yang telah diakui kebenarannya.12
Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau
akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Oleh karena itu sikap
ilmiah harus tertanam dengan baik dan bersifat konsisten pada diri peserta didik guna
10
Ibid, h. 5. 11
Ibid, h. 6. 12
Dede Parsaoran Damanik dan Nurdin Bukit, Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Dan Sikap
Ilmiah Pada Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training (IT) Dan
Direct Intruction (DI), Jurnal Universitas Negeri Medan, Jurusan Pendidikan Fisika Program
Pascasarjana, Vol. 2 No. 1, (Juni 2013), h. 19.
10
untuk membantu peserta didik dalam menyikapi berbagai persoalan dengan cara yang
ilmiah. Sebab sikap ilmiah memiliki peran penting dalam mengembangkan
kecakapan ilmiah.
Berdasarkan uraian di atas untuk membantu peserta didik dalam pembentukan
sikap ilmiah maka peneliti tertarik untuk meneliti model problem based learning
berbasis dasadarma dalam pembentukan sikap ilmiah. Maka untuk itu peneliti
menetapkan judul penelitian ini dengan judul “Penerapan Model Problem Based
Learning Berbasis Dasadarma Pramuka terhadap Sikap Ilmiah Peserta Didik pada
Mata Pelajaran Biologi Kelas XI di MAN 2 Bandar Lampung”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas peneliti
mengidentifikasi masalah pada:
1. Kurang terbentuknya dengan baik sikap ilmiah peserta didik kelas XI di MAN
2 Bandar Lampung.
2. Proses pembelajaran biologi di dalam kelas masih sering berpusat kepada
pendidik, dengan metode yang digunakan masih berupa metode ceramah,
serta penggunaan model atau strategi yang masih jarang di terapkan didalam
penyampaian materi pembelajaran Biologi.
3. Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Dasadarma Pramuka
di MAN 2 Bandar Lampung belum diterapkan didalam kelas.
11
C. Batasan Masalah
Penelitian ini hanya difokuskan pada Penerapan Model Problem Based
Learning Berbasis Dasadarma Pramuka Terhadap Sikap Ilmiah Peserta Didik pada
Mata Pelajaran Biologi Kelas XI di MAN 2 Bandar Lampung. Pada penelitian ini
peneliti membatasi hanya membahas Model pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) berbasis dasadarma pramuka, dan sikap ilmiah. Dasadarma yang peneliti
angkat adalah dasadarma pramuka pertama dan kedua yang berbunyi “Takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan cinta alam dan kasih sayang sesama manusia”. Indikator
sikap ilmiah yang peneliti akan teliti yakni tentang sikap ilmiah jujur, bekerja sama,
dan peduli lingkungan. Materi yang akan dibahas yaitu materi sistem gerak..
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah ini
pada : “Adakah perbedaan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah penerapan
Model Problem Based Learning Berbasis Dasadarma Pramuka pada Mata Pelajaran
Biologi Kelas XI di MAN 2 Bandar Lampung?”
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah “Untuk mengetahui perbedaan sikap
ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah penerapan model problem based learning
berbasis dasadarma pramuka pada mata pelajaran Biologi kelas XI di MAN 2 Bandar
Lampung”.
12
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MAN 2 Bandar Lampung, yang dilaksanakan pada
semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 pada bulan September-Oktober 2016. Objek
penelitian ini yaitu pada penerapan model Problem Based Learning berbasis
dasadarma pramuka terhadap sikap ilmiah. Yang mana subjek penelitian ini adalah
peserta didik kelas XI semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 di MAN 2 Bandar
Lampung. Materi yang akan dibahas yaitu materi tentang sistem gerak.
13
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Model Problem Based Lerning (PBL) Berbasis Dasadarma Pramuka
1. Model Problem Based Lesrning (PBL)
a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)
Proses pembelajaran di kelas biasanya dilengkapi dengan beberapa
komponen pembelajaran, salah satunya dengan model pembelajaran. Joyce,
Weil, dan Calhoun dalam Ekawarna berpendapat bahwa Model merupakan
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran.1 Model pembelajaran merujuk kepada wujud/aplikasi dari suatu
teori yang biasanya diikuti dengan adanya strategi, media, metode, dan teknik
dalam proses pembelajaran sehingga menjadi bentuk praktis untuk
dilaksanakan.
Pendidik dalam melaksanakan pembelajaran dituntut untuk dapat
memilih model pembelajaran yang dapat memacu semangat setiap peserta didik
untuk secara aktif terlibat dalam pengalaman belajarnya. Menurut Dewey dalam
Rusmono, sekolah merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah
kehidupan nyata, karena setiap siswa memiliki kebutuhan untuk menyelidiki
lingkungan mereka dan membangun secara pribadi pengetahuannya.2 Melalui
1 Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Referensi, 2013), h. 34.
2 Rusmono, Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning Itu Perlu, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2012), h. 74.
14
proses ini peserta didik akan mengalami perkembangan tahapan demi tahapan
hingga menjadi utuh baik pada aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) mampu mengembangkan
kemampuan berpikir peserta didik secara optimal dan mampu menciptakan
suasana pembelajaran yang aktif. Menurut Tan dalam Rusman, Pembelajaran
Berbasis Masalah (PBM) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam
PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses
kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat
memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan
berpikirnya secara berkesinambungan.3
Model pembelajaran problem based learning (PBL) atau dikenal dengan
model pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang
menggunakan permasalahan nyata yang ditemui di lingkungan sebagai dasar
untuk memperoleh pengetahuan dan konsep melalui kemampuan berpikir kritis
dan memecahkan masalah.4 PBL merupakan model pembelajaran yang
dipusatkan kepada masalah-masalah yang disajikan oleh guru dan siswa
menyelesaikan masalah tersebut dengan seluruh pengetahuan dan keterampilan
mereka dari berbagai sumber yang dapat diperoleh.5 Model pembelajaran
Problem Based Lerning menyajikan masalah sebagai suatu materi pembelajaran
3 Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 229.
4 F. Fakhriyah, Penerapan Problem Based Learning Dalam Upaya Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, (April, 2014), h. 96. 5 Aldi Yudawan, dkk., Model Pembelajaran Problem Based Learning Dan Guided Discovery
Learning Berbantu Media Pembelajaran Muvis Terhadap Literasi Sains, Jurnal Ilmiah Pendidikan
Pedagogia, Vol. 07 No. 02, (2015), h. 266.
15
yang menuntut peserta didik untuk aktif terlibat dalam pemecahan masalah
yang dihadapkan.
Donalds Woods dalam Taufiq mengatakan PBL lebih dari sekedar
lingkungan yang efektif untuk mempelajari pengetahuan tertentu. PBL mampu
membantu pemelajar membangun kecakapan sepanjang hidupnya dalam
memecahkan masalah, kerja sama tim, dan berkomunikasi.6 Melalui PBL
peserta didik diharapkan mampu mengembangkan kecakapan mengatur diri
sendiri, kerjasama kelompok, pandai menggali informasi, dan mampu
memberikan pemecahan masalah yang di hadapkan.
Masalah yang disajikan pada Problem Based Learning (PBL) adalah
masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata. Masalah dalam SPBM
(Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah) adalah masalah yang bersfat terbuka.
Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti.7 Hal ini berarti bahwa
peserta didik dan pendidik dapat memberikan alternatif kamungkinan jawaban.
Dengan demikian peserta didik diberi kesempatan untuk bereksplorasi
mengumpulkan dan menganalisis data yang diperoleh secara lengkap untuk
memecahkan masalah yang dihadapi.
Problem Based Learning (PBL) dalam pemecahan masalah dilakukan
secara ilmiah. Artinya dalam pemecahan masalahnya menggunakan proses
6 Taufiq Amir, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009), h. 13. 7 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media, 2006), h. 216.
16
ilmiah, baik dalam berfikir maupun metode yang digunakan dalam pemecahan
masalah harus sesuai dengan tahapan, data, dan fakta yang jelas, sehingga
tujuan Problem Based Learning (PBL) dapat tercapai. Wina Sanjaya
menyebutkan bahwa tujuan yang ingin di capai PBM (Pembelajaran Berbasis
Masalah) adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis,
dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi
data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap illmiah.8
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Problem Based Learning adalah suatu inovasi pembelajaran yang
menyajikan masalah-masalah sebagai bahan atau materi dalam pembelajaran
yang dapat membantu membangkitkan semangat belajar peserta didik serta
membantu mengembangkan kecakapan peserta didik dalam mengumpulkan dan
menganalisis data untuk mencari solusi pemecahan masalah yang dihadapi.
Masalah yang diangkat berkaitan dengan dunia nyata sehingga peserta didik
akan lebih memahami keadaan lingkungan sekitarnya.
Melalui Problem Based Learning peserta didik diharapkan mampu
mengembangkan kompetensi yang dimiliki serta dapat membantu peserta didik
dalam menanamkan sikap yang baik pada diri peserta didik. Sehingga peserta
didik mampu menganalisis persoalan yang dihadapi, dan dalam menyelesaikan
masalah yang di hadapkan baik dalam pembelajaran maupun di kehidupan
8 Ibid.
17
sehari-hari peserta didik tidak secara asal dalam mengambil keputusan atau
memberikan alternatif pemecahan masalah.
b. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) adalah salah satu model pembelajaran
yang menyajikan masalah disetiap proses pembelajarannya. Masalah yang
diangkat tidak terbatas pada materi atau bersumber dari buku materi pelajaran
saja. Masalah yang diangkat adalah masalah yang memiliki konteks dengan
dunia nyata yang memiliki kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang
diharapkan.
Tan dalam Rusman menyebutkan beberapa karakteristik dalam
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Karakteristik PBM adalah sebagai
berikut:
a. Permasalahan menjadi Starting point dalam belajar;
b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia
nyata yang tidak terstruktur;
c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective);
d. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa,
sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi
kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;
e. Belajar pengarahan diri menjadi hal yang utama;
f. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan
evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam
PBM;
g. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;
h. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama
pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi
dari sebuah permasalahan;
i. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari
sebuah proses belajar; dan
18
j. PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses
belajar.
c. Langkah-Langkah Problem Based Learning (PBL)
Di samping memiliki karakeristik Problem Based Learning juga
memiliki tahapann-tahapan atau langkah-langkah dalam menerapkan PBL
dalam proses pembelajaran. Menurut Fogarty dalam Made, tahapan-tahapan
Problem Based Learning adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah,
b. Mendefinisikan masalah,
c. Mengumpulkan fakta,
d. Menyusun hipotesis (dugaan sementara),
e. Melakukan penyelidikan,
f. Menyempurnakan permasalahan yang telah didefinisikan,
g. Menyimpulkan alternative pemecahan secara kolaboratif, dan
h. Melakukan pengujian hasil (solusi) pemecahan masalah.9
Kegiatan pembelajaran melalui PBL diawali dengan aktivitas peserta
didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau disepakati.
Proses penyelesaian masalah tersebut dilakukan dalam tahapan-tahapan atau
sintaks pembelajaran yang disajikan pada tabel berikut.10
9 Made Wena, Strategi Pembalajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.
92. 10
M. Hosnan, Pendekatan Saintifik Dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2014), h. 302.
19
Tabel 2.1
Sintaks atau Langkah-Langkah Problem Based Learning
No. Tahapan Tingkah Laku Guru
1 Orientasi peserta didik terhadap
masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
dan sarana logistik yang di butuhkan.
Guru memotivasi peserta didik terlibat
dalam aktivitas pemecahan masalah
nyata yang dipilih atau ditentukan.
2 Mengorganisasi peserta didik
untuk belajar
Guru membantu peserta didik
mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan
masalah yang sudah diorientasikan pada
tahap sebelumnya.
3 Membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok
Guru mendorong peserta didik untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai
dan melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan kejelasan yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah.
4 Mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Guru membantu peserta didik untuk
berbagi tugas dan merencanakan atau
menyiapkan karya yang sesuai sebagai
hasil pemecahan masalah dalam bentuk
laporan, video atau model.
5 Menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah
Guru membantu peserta didik untuk
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap proses pemecahan masalah
yang dilakukan.
Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Ibrahim, Nur, dan
Ismail dalam Rusman diatas, bahwa dalam Problem Based Learning pendidik
hanya berperan sebagai fasilitator dan sebagai motivator. Pendidik memotivasi
peserta didik untuk terlibat secara aktif mencari solusi pemecahan masalah.
Pendidik membantu dan membimbing peserta didik untuk memanfaatkan
berbagai sumber yang relevan serta membantu peserta didik untuk dapat
20
berinteraksi dan berkolaborasi dalam kelompok untuk memberikan alternatif
pemecahan masalah yang terbaik.
2. Dasadarma Pramuka
a. Pengertian Dasadarma Pramuka
Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan
kepramukaan serta mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka.11
Jadi
yang dimaksud Pramuka adalah sebutan bagi warga negara yang berkecimpung
atau yang aktif didalam Gerakan Pramuka untuk melaksanakan Pendidikan
Kepramukaan.
Pendidikan kepramukaan dilaksanakan berdasarkan pada nilai dan
kecakapan dalam upaya membentuk kepribadian dan kecakapan hidup
pramuka. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian,
kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai kepramukaan.12
Nilai-nilai Pendidikan Kepramukaan
berlandaskan pada kode Kehormatan Pramuka dan kode Kehormatan Pramuka
berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Kode Kehormatan Pramuka merupakan janji dan komitmen diri serta
ketentuan moral pramuka dalam pendidikan kepramukaan.13
Kode kehormatan
11
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, Pasal 1 ayat (2), (Jakarta, Pustaka Tunas
Media, 2011), h. 2-3. 12
Ibid, h. 3. 13
Ibid., h. 5.
21
adalah suatu norma atau niai-nilai luhur dalam kehidupan para anggota Gerakan
pramuka yang merupakan ukuran atau standar tingkah laku anggota Gerakan
Pramuka.14
Kode Kehormatan Pramuka adalah budaya organisasi yang
melandasi sikap dan perilaku setiap anggota gerakan pramuka.15
Jadi kode
kehormatan pramuka adalah ketentuan moral atau norma-norma yang menjadi
tolak ukur atau standar bagi pramuka dalam bertingkah laku.
Kode kehormatan pramuka terdiri atas Satya Pramuka dan Darma
Pramuka. Satya dan Darma Pramuka ini merupakan suatu kehormatan diri bagi
Pramuka. Satya Pramuka merupakan janji Pramuka dan Darma Pramuka
merupakan ketentuan moral Pramuka.16
Darma Pramuka merupakan:
a. Nilai dasar untuk membina dan mengembangkan akhlak mulia;
b. Sistem nilai yang harus dihayati, dimiliki, dan diamalkan dalam
kehidupan anggota Gerakan Pramuka di masyarakat;
c. Landasan gerka bagi Gerakan Pramuka untuk mencapai tujuan
pendidikan kepramukaan yang diwujudkan dalam kegiatan untuk
mendorong peserta didik untuk manunggal dengan masyarakat,
bersikap demokratis, saling menghormati, serta memiliki rasa
kebersamaan dan gotong royong; dan
d. Kode etik bagi organisasi dan anggota Gerakan Pramuka.17
Kode Kehormatan bagi Pramuka disesuaikan dengan golongan usia
perkembangan rohani dan jasmani peserta didik.18
Kode kehormatan bagi
14
Andri Bob Sunardi, Boyman Ragam Latih Pramuka, (Bandung: Nuansa Muda, 2011), h. 8. 15
Hasil Munaslub Gerakan Pramuka Tahun 2012 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga, Pasal 13 ayat (4). 16
Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka Daerah, Bahan Serahan KMD, (Lemdiknas,
2001), h. 22. 17
Hasil Munaslub Gerakan Pramuka Tahun 2012 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga, Loc. Cit., Pasal 13 ayat (3).
22
Pramuka Siaga terdiri dari Dwi Satya dan Dwi Darma. Kode kehormatan bagi
Pramuka Penggalang, Penegak, Pandega, dan Pramuka Dewasa terdiri dari Tri
Satya dan Dasadarma.
Dasa berarti sepuluh, dan Darma berarti perbuatan baik (kebajikan).19
Dasadarma adalah ketentuan moral yang memuat pokok-pokok moral yang
harus ditanamkan kepada anggota Pramuka agar mereka dapat berkembang
menjadi manusia berwatak, warga Negara Republik Indonesia yang setia, dan
sekaligus mampu menghargai dan mencintai sesama manusia serta alam ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa.20
Dasadarma adalah sepuluh kebajikan yang menjadi
pedoman bagi Pramuka dalam bertingkah laku sehari-hari.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, yang dimaksud dengan
dasadarma adalah ketentuan moral yang memuat sepuluh aturan-aturan yang
menjadi pedoman Pramuka dalam bersikap dan bertingkah laku dikehidupan
sehari-hari baik untuk pribadi, masyarakat, bangsa dan negara. Dasadarma
merupakan kehormatan diri bagi Pramuka bila Pramuka melakukan hal-hal
yang bertentangan dengan dasadarma atau darma Pramuka, maka sama halnya
melanggar komitmen dan prinsip Pramuka.
18
Ibid. 19
https://www.facebook.com/Pramukametro/posts/613586672003336, (diakses pada 14 Januari
2014, pukul 11.18 WIB.). 20
http://www.pramukanet.org/index.php?option=com_content&task=lPtBqQ, (Diakses pada 14
Januari 2014 pukul 11.20 WIB.).
23
Penerapan dasadarma dikehidupan sehari-hari tidak dapat dibangun
diatas dasar lain kecuali atas dasar kesukarelaan.21
Dasadarma yang dibangun
atas dasar kesukarelaan akan menimbulkan rasa tanggung jawab langsung
terhadap ketinggian budi pekerti yang luhur. Pramuka yang mendasadarma
akan membentuk watak atau pribadi yang mandiri, berani, bertanggung jawab
dan setia serta siap mengabdi untuk bangsa dan negaranya.
Dasadarma sebagaimana yang telah dijelaskan diatas yakni berbunyi:
Pramuka itu:
a. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Cinta alam dan kasih sayang sesama manusia;
c. Patriot yang sopan dan kesatria;
d. Patuh dan suka bermusyawarah;
e. Rela menolong dan tabah;
f. Rajin, terampil, dan gembira;
g. Hemat, ceermat, dan bersahaja;
h. Disiplin, berani, dan setia;
i. Bertanggung jawab dan dapat dipercaya; dan
j. Suci dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.22
Tercerminnya nilai-nilai dasadarma dalam kehidupan sehari-hari
Pramuka, maka salah satu tujuan pendidikan kepramukaan yakni pembentukan
watak atau karakter Pramuka yang luhur sudah tercapai. Meskipun pendidikan
kepramukaan tidak termasuk pendidikan formal namun pendidikan
kepramukaan mampu membentuk karakter pribadi Pramuka yang berakhlak
mulia. Sebagaimana di jelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka yang berbunyi:
21
Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka Daerah, Op. Cit., h. 23. 22
Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Op. Cit., Pasal 6 ayat (5), h. 6.
24
“Pendidikan kepramukaan dalam Sistem Pendidikan Nasional termasuk
dalam jalur pendidikan nonformal yang diperkaya dengan pendidikan
nilai-nilai Gerakan Pramuka dalam pembentukan kepribadian yang
berakhlak mulia, berjiwa patriotic, taat hukum, disiplin, menjunjung
tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memeiliki kecakapan hidup.”23
b. Makna Dasadarma Pertama dan Dasadarma Kedua
1) Pramuka Takwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Takwa dalah melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhkan
larangan-Nya.24
Takwa mengisyaratkan seluruh perilaku seorang muslim
yang taat dan patuh terhadap peraturan yang ditetapkan Allah atas manusia.
Dalam pandangan Islam, tingkat yang paling tinggi adalah tingkat takwa.25
Pramuka takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, takwa artinya
keinsyafan yang diikuti dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan
perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya.26
Sikap takwa
menyadarkan Pramuka akan kedudukannya sebagai makhluk lemah yang
mengakui adanya Allah Yang Maha Kuasa, Tuhan Maha Pencipta, dan
Maha Penyayang. Pendeknya kekuaatan dan kekuasaan Allah yang
membuat hambanya kecil dihadapan Allah, dan akan berupaya dengan
sungguh-sungguh untuk mematuhi dan melaksanakan semua Perintah-Nya
dan menjauhi semua larangan-Nya.
23
Ibid., h. 9. 24
Toto Suryana, Et. al., Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Bandung: Tiga
Mutiara, 1997), h. 197. 25
Ibid. 26
Napitupulu, Pendidikan Nilai Dwisatya dan Dwidarma, Trisatya dan Dasadarma, Ikrar
Gerakan Pramuka, (Jakarta: Pustaka Tunasmedia, 2007), h. 16.
25
Allah SWT. berfirman dalam surat Al-Baqarah: 3-4 mengenai ciri-
ciri orang yang bertakwa, yakni:
Artinya: “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan
shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada
mereka. Dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah
diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu,
serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.”27
(Q.S. Al-Baqarah:
3-4).
Kedua ayat di atas menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang bertakwa.
Ciri-ciri orang yang bertakwa yakni orang-orang yang beriman kepada yang
ghaib, kepada kitab (Al-Qur’an), mendirikan sholat, menafkahkan sebagian
rezeki yang diperoleh kepada yang lain sebagai bentuk rasa syukur dan
saling berbagi dengan sesama, serta yakin akan adanya kehidupan lain selain
kehidupan dunia yakni kehidupan akhirat. Orang yang bertakwa kepada
Allah akan selalu mencerminkan ciri-ciri tersebut dan akan selalu berusaha
mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangan Allah. Sebab orang yang
bertakwa selalu patuh dan taat kepada ajaran Allah dan selalu menjauhi
larangan Allah.
Sebagai Pramuka yang memiliki ketentuan moral yang tercantum
dalam dasadarma sudah sepantasnya memiliki dan mencerminkan sifat dan
27
Departemen Agama RI., Alhidayah Al-Qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka, (Banten:
Kalim, 2011), h. 3.
26
sikap takwa pada diri Pramuka. Kesalehan hidup selalu dikejar dan
dilaksanakan oleh setiap anggota Gerakan Pramuka.28
Dengan kata lain,
seorang anggota Gerakan Pramuka harus berusaha dengan sungguh-sungguh
dan terus-menerus untuk memelihara sifat dan sikap diri agar tetap
melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Pramuka yang baik adalah Pramuka pandai dalam bersikap dan
bertindak sesuai aturan atau norma-norma yang berlaku baik secara hukum
negara maupun secara hukum agama. Terutama Pramuka yang muslim
haruslah bersikap sesuai ajaran agama Islam. Sebab dalam Islam memuat
ajaran-ajaran yang berlandaskan Al-Qur’an yang bila di terapkan dalam
kehidupan sehari-hari akan mengantarkan diri lebih dekat dengan takwa.
Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa hakikatnya merupakan
aktualisasi dari pelaksanaan aturan Allah dalam hubungan manusia dengan
Allah, sesama manusia, dan alam lingkungannya.29
Manusia atau Pramuka
sebagai makhluk ciptaan Allah hendaknya menjaga baik hubungan dengan
Rabb-nya, sesama Pramuka, dan Pramuka dengan alam sekitarnya, karena
itu semua merupakan satu-kesatuan yang saling berhubungan untuk
mencapai ketakwaan.
Terdapat beberapa contoh yang dapat dilakukan dan diterapkan
dikehidupan sehari-hari dari Darma pertama. Andri mengemukakan banyak
28
Napitupulu, Loc.Cit. 29
Toto Suryana, Et. al. Op. Cit., h. 198.
27
sikap hidup (tingkah laku) sehari-hari dari dasadarma. Misalnya yang sesuai
dengan Darma pertama:
a) Beribadah menurut agama masing-masing dengan sebaik-baiknya.
Dengan menjalankan semua perintah-perintah-Nya serta
meninggalkan segala larangan-larangan-Nya.
b) Patuh dan berbakti kepada orang tua.
c) Sayang kepada Saudara, dan sebagainya.30
d) Membaca do’a atau niat karena Allah dalam setiap mengawali dan
mengakhiri kegiatan dalam kehidupan sehari-hari.
e) Mengormati Pramuka yang beragama lain.
f) Berkata dan bersikap jujur, patuh, setia, dan sabar.31
Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa adalah mematuhi segala
sesuatu yang menjadi perintah Allah SWT. dan menjauhi segala sesuatu
yang menjadi larangan Allah SWT. Untuk menjadi manusia yang bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa terdapat beberapa perilaku yang dapat
dilakukan dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seperti beribadah
kepada Allah (seperti sholat, mengaji, puasa, membantu orang tua, sedekah,
dan lain sebaginya), membaca do’a dan niat hanya untuk Allah dalam
melaksanakan berbagai bentuk kegiatan, berkata dan bersikap jujur, setia,
patuh, sabar, berkasih sayang dengan sesama, dan lain sebagainya.
30
Andri Bob Sunardi, Op. Cit., h. 9. 31
http://www.pramukanet.org/index.php?option=com_content&task=lPtBqQ, (Diakses pada 14
Januari 2014 pukul 11.20 WIB.).
28
2) Pramuka Cinta Alam dan Kasih Sayang Sesama Manusia
Cinta adalah suatu perasaan yang positif dan diberikan pada manusia
atau benda lainnya.32
Cinta adalah takzim, respek, atau hormat kepada diri
sendiri dan diri orang lain tanpa syarat.33
Daniel Goleman mengatakan, cinta
di dalamnya meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati,
rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran, dan kasih sayang.34
Cinta merupakan
suatu perasaan yang positif dapat berupa perhatian, hormat, patuh, suka,
menerima, pertemanan, dan lain sebagainya yang diberikan kepada sesama
manusia, benda, atau alam sekitar (lingkungan).
Alam adalah segala sesuatu yang ada di dunia. Manusia, tumbuhan,
hewan, benda-benda mati, dan makhluk hidup lainnya adalah bagian dari
alam. Alam mencakup banyak hal, energi, zat kimia, fenomena atau
kejadian-kejadian alam seperti gerhana, badai, gempa, dan lain sebagainya.
Cinta alam adalah rasa memiliki terhadap alam sehingga
menimbulkan kesadaran untuk menjaga lingkungan agar ekosistem alam
terpelihara dan terjaga serta asli, bersih, dan nyaman. Manusia diciptakan
Allah dengan segala kesempuranaannya adalah untuk mengelola dan
32
Makna Cinta, tersedia di https://id.wikipedia.org/wiki/Cinta, diakses pada (03 April 2016
pukul 19.34 WIB). 33
Wisnu Prayudha, Love And Fear Enam Kendali Menjadi Diri-Cinta, (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2010), h. 17. 34
M. Ali, dan M. Asrori, Psikologi Remaja, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 63.
29
menjaga isi alam raya. Alam raya dengan segala potensi yang terkandung di
dalamnya diberikan kepada manusia untuk diolah dan dimanfaatkan.35
Manusia dan alam merupakan interaksi yang saling berpengaruh.
Manusia sebagai makhluk Allah yang di berikan akal dan kepribadian, dapat
menentukan sikap terhadap ekosistem di tempat ia hidup. Dalam Al-Qur’an
terdapat banyak perintah untuk menjaga dan memelihara alam dan
lingkungan hidup. Allah berfirman:
Artinya; “dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)
rahmat bagi semesta alam.” 36
(Q.S. Al-Anbiyaa’: 107).
Memberi rahmat pada alam adalah bagian yang tak terpisahkan dari bentuk
pelaksanaan tugas manusia sebagai makhluk Allah. Manusia sebagai
khalifah Allah, maka ia dituntut untuk dapat menjaga dan memelihara alam
di samping menggunakannya dan memanfaatkannya.37
Manusia sebagai makhluk Allah selain dituntut untuk menjaga alam,
manusia juga dituntut untuk saling mengasihi sesama manusia. Saling
mengasihi sesama manusia berarti juga melindungi alam. Karena manusia
termasuk bagian dari alam.
Kasih sayang adalah perasaan sayang, perasaan cinta atau perasaan
suka kepada seseorang. Kasih sayang merupakan prasyarat bagi terciptanya
35
Toto Suryana, Et. al. Op. Cit., h. 210. 36
Departemen Agama RI., Op. Cit., h. 332. 37
Toto Suryana, Et. al. Op. Cit., h. 213.
30
hubungan yang harmonis. Kasih sayang pada dasarnya harus di upayakan
dan di rasakan, bukan hanya di ucapkan. Kasih sayang dapat berbentuk
perhatian, kepedulian, dan kearifan yang diwujudkan dalam kata-kata,
perilaku, maupun isyarat-isyarat badaniah yang dipahami oleh masing-
masing.38
Allah SWT. berfirman dalam surah Al-Fath ayat 29:
…
Artinya: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka…”39
(Q.S. Al-Fath: 29).
Ayat ini menegaskan bahwa nabi Muhammad Saw. dan para pengikutnya
sangat tegas terhadap orang-orang kafir, tetapi mereka sangat memberikan
kasih sayang diantara mereka. Dari ayat ini terdapat pelajaran bahwasanya
berkasih sayang itu sangat perlu dan dianjurkan untuk menjalin komunikasi
yang harmonis. Dari kasih sayang ini akan melahirkan banyak perbuatan
baik, seperti kepedulian terhadap orang lain, baik kepada sesama manusia
atau alam lingkungan.
Dalam hubungan antarmanusia yang dilandasi rasa kasih sayang dan
rasa memiliki akan menumbuhkan hubungan yang sejati. Hubungan yang
sejati tidak akan ada rasa takut, tidak aman, atau cemas yang sering kali
38
Toto Suryana, Et. al. Op. Cit., h. 132. 39
Departemen Agama RI., Op. Cit., h. 516.
31
menjadi penyebab rusaknya hubungan manusia satusama lain. Maslow
mengatakan: “cinta dan kasih sayang merupakan sesuatu yang hakiki dan
sangat berharga dalam kehidupan manusia karena di dalamnya menyangkut
suatu hubungan erat, sehat, dan penuh kasih antara dua orang atau lebih,
serta menumbuhkan sikap saling percaya.”40
Manusia yang Pramuka mencintai alam semesta, baik benda mati
maupun benda hidup, serta saling menyayangi sesama manusia. Karena
setiap kali Pramuka saling bertemu maka ia akan melihat dirinya sendiri di
dalam Pramuka itu. Sikap mental seperti ini, menyadarkan Pramuka untuk
memperlakukan sesama Pramuka sebagaimana ia memperlakukan dirinya
sendiri.41
Darma kedua ini menjelaskan bahwa manusia itu adalah bagian dari
alam. Kasih sayang sesama manusia juga merupakan bagian dari kasih
sayang dengan alam. Kasih sayang dalam darma ini tidak disebutkan hanya
sesama manusia yang satu suku, satu agama, satu budaya, dan sebagainya,
tetapi untuk semua manusia tanpa membedakan suku, agama, ras, dan
sebagainya.42
Maka wajar dan sudah sepantasnya sebagai Pramuka, secara
alamiah melimpahkan cinta kepada alam sekitarnya (benda alam, satwa, dan
tumbuh-tumbuhan), serta kasih sayang kepada sesama manusia dan sesama
hidup untuk menjaga kelestariannya.
40
M. Ali, dan M. Asrori, Op. Cit., h. 155-156. 41
Napitupulu, Op. Cit., h. 17. 42
Ibid.
32
Terdapat beberapa contoh yang dapat di laksanakan dalam kehidupan
sehari-hari guna untuk menerapkan darma kedua ini, diantaranya:
1) Menjaga kebersihan sanggar, kelas, dan lingkungan sekolah.
2) Ikut menjaga kelestarian alam, baik flora maupun faunanya.
3) Membantu fakir miskin, anak yatim piatu, dan orang tua jompo.
4) Mengunjungi yang sakit, dan sebagainya.43
Darma kedua ini perlu untuk ditingkatkan dan benar-benar
diterapkan. Sebab hakikatnya manusia itu adalah mengelola, menjaga serta
memelihara alam semesta ini. Terdapat banyak hal yang dapat dilakukan
untuk merealisasikan hakikat dari manusia tersebut diantaranya dengan
melakukan hal-hal kecil, seperti tidak membuang sampah sembarangan,
menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal, menanam pohon,
menjaga tali silaturahmi dengan sesama manusia, tolong menolong dalam
kebaikan, saling memaafkan, dan masih banyak yang lainnya. Maka
Pramuka sebagai pribadi yang mandiri harus mampu menjadi pelopor agen
perubahan pembangunan kearah yang lebih baik dengan melakukan berbagai
kegiatan-kegiatan yang positif.
3. Model Problem Based Learning Berbasis Dasadarma Pramuka
Problem based learning merupakan model pembelajaran melalui
pendekatan pembelajaran peserta didik kepada masalah sehingga peserta didik
dapat menumbuhkembangkan pengetahuan, keterampilan serta menumbuhkan rasa
percaya diri dan menjadikan peserta didik untuk lebih mandiri. Salah satu tujuan
43
Andri Bob Sunardi, Loc. Cit.
33
yang dikemukakan Wina Sanjaya dalam problem based learning adalah
terbentuknya sikap ilmiah peserta didik. Untuk menumbuhkan sikap ilmiah pada
peserta didik ini maka dalam penerapan problem based learning harus sesuai dan
benar sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai dengan nyata.
Pramuka dalam kehidupan sehari-hari menanamkan dan mengaplikasikan
nilai-nilai yang tercantum didalam dasadarma. Dasadarma pramuka merupakan
tuntunan atau aturan yang berlaku didalam gerakan pramuka untuk membentuk
moral atau tingkah laku pramuka. Dengan kata lain, dasadarma bertujuan untuk
membentuk sikap dan tingkah laku pramuka.
Menurut Dirckink Holmfeld Problem based learning harus disesuaikan
dengan kondisi lokal, tujuan pendidikan dan budaya tradisi untuk mengatasi
kendala sumber daya manusia (SDM).44
Berdasarkan hal tersebut maka perlu ada
pembaharuan atau inovasi yang mampu mendukung eksistensi Problem based
learning sebagai suatu model pembelajaran. Sehingga mampu mengikuti
perkembangan kemajuan pendidikan, terutama pendidikan di Indonesia.
Problem based learning berbasis dasadarma pramuka merupakan suatu
kombinasi antara model pembelajaran dengan nilai-nilai yang terkandung didalam
dasadarma pramuka. Problem based learning dan dasadarma pramuka memiliki
tujuan yang sama yaitu membentuk sikap manusia. Dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam penerapan Problem based learning yang dipadukan dengan nilai-
44
I.M. Dwi, H. Arif, dan K. Sentot, Pengaruh Strategi Problem Based Learning Berbasis ICT
terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika, Universitas Negeri
Malang, Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, Vol. 8 No. 17, (Januari 2013), h. 9.
34
nilai yang terkandung didalam dasadarma pramuka, maka akan dapat mendukung
kesuksesan pembelajaran serta berkontribusi pada pencapaian hasil belajar yang
diinginkan.
Problem based learning berbasis dasadarma pramuka adalah model
pembelajaran problem based learning yang dalam proses pembelajarannya
disesuaikan dengan nilai-nilai dasadarma. Baik dalam pemecahan masalahnya atau
dalam prosedur pembelajarannya. Dengan adanya acuan sikap yang terkandung
didalam dasadarma maka dalam proses pembelajaran atau pemecahan masalah
yang di kaji tidak akan menyimpang dari norma-norma yang berlaku didalam
pendidikan.
Adapun sintak atau langkah-langkah Model Pembelajaran Problem based
learning berbasis dasadarma pramuka adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Sintak atau langkah-langkah Model Problem based learning berbasis dasadarma
pramuka
No Tahapan Aktivitas Pendidik Aktivitas Peserta Didik
1 Mengorientasikan
peserta didik
terhadap masalah
berbasis
dasadarma
pramuka
a. Pendidik
menciptakan situasi
yang dapat
mempermudah
munculnya masalah
b. Pendidik
menayangkan suatu
masalah melalui
video, power point,
atau gambar
c. Pendidik
menjelaskan tujuan
pembelajaran yang
sudah berbasis
a. Peserta didik terlibat
dalam kegiatan yang
diciptakan pendidik untuk
mempermudah menelaah
masalah yang diangkat
pendidik
b. Peserta didik
memperhatikan video,
power point, atau gambar
yang tampilkan guru
untuk di telaah masalah
yang mereka hadapi
c. Peserta didik memahami
masalah dan kondisinya
35
dasadarma
d. Pendidik
memotivasi peserta
didik untuk terlibat
dalam aktivitas
pemecahan masalah
untuk memahami
bioproses interaksi
kehidupan, dan
membimbing
peserta didik untuk
bersyukur terhadap
kehidupan di bumi.
yang telah ditelaah
melalui video yang
ditampilkan oleh guru
d. Peserta didik memahami
tujuan pembelajaran yang
akan dipelajari
e. Peserta didik merasa
tertarik dan terlibat
langsung dengan
pemecahan masalah
2 Mengorganisasi
peserta didik
untuk belajar
berbasis
dasadarma
pramuka
a. Pendidik membagi
peserta didik
menjadi beberapa
kelompok yang
terdiri dari 6-7 orang
tiap kelompoknya
dan membagikan
lembar kerja siswa
(LKS)
b. Pendidik
menjelaskan teknis
kerja dan alokasi
waktu yang berikan
c. Pendidik
membimbing
peserta didik untuk
menelaah kembali
masalah yang
dihadapi dengan
memberikan
kesempatan kepada
peserta didik untuk
bertanya jawab
kepada pendidik
terkait masalah yang
dihadapi
d. Pendidik membantu
peserta didik
mendefinisikan dan
a. Peserta didik bergabung
dengan kelompok masing-
masing, dan tiap
kelompoknya mendapat 1
lembar kerja siswa (LKS)
b. Peserta didik
memperhatikan penjelasan
pendidik tentang teknis
kerja dan alokasi waktu
yang diberikan
c. Peserta didik bertanya
jawab dengan pendidik
untuk lebih memahami
masalah yang mereka
hadapi
d. Peserta didik melalui
bimbinga dari pendidik
memcoba
mengorganisasikan tugas
belajar yang sudah didapat
36
mengorganisasikan
tugas belajar yang
berhubungan dengan
masalah yang tidak
menyimpang dari
konsep dan nilai-
nilai dasadarma
yang sudah
diorientasikan pada
tahap sebelumnya.
3 Membimbing
penyelidikan
individual
maupun
kelompok
berbasis
dasadarma
pramuka
a. Pendidik mendorong
peserta didik untuk
mengumpulkan
informasi
b. Pendidik
membimbing
peserta didik
merencanakan
pemecahan masalah
melalui eksperimen
atau cara lain
c. Pendidik
mengorganisasikan
peserta didik untuk
melakukan diskusi
dan pembagian
tugas dalam
kelompoknya untuk
mencari pemecahan
masalah
d. Pendidik
memfasilitasi
peserta didik dalam
hal memproleh
informasi dan data
yang seseuai dan
tidak menyimpang
dari nilai-nilai
dasadarma
e. Membimbing
peserta didik
melakukan
a. Peserta didik bersama
dengan kelompoknya
mencari informasi tentang
masalah yang dihadapi
b. Peserta didik
merencanakan pemecahan
masalah melalui
eksperimen atau cara yang
lain
c. Peserta didik bersama
dengan kelompoknya
berbagi tugas dan
mendiskusikan pemecahan
masalah yang dibahas
d. Peserta didik memperoleh
informasi dan data dari
berbagai sumber sesuai
yang diinstruksikan
pendidik
e. Peserta didik melakukan
pengamatan atau
pemecahan masalah
dengan cara lain dengan
berbagai aktifitas yang
terorganisir dengan baik
f. Peserta didik
mengumpulkan tugas
menjadi satu,
menganalisis data, dan
menarik kesimpulan
terhadap yang diamati
g. Peserta didik memahami
37
pengamatan dan
pengumpulan data
f. Membimbing
peserta didik dalam
menganalisis data
untuk menemukan
suatu konsep,
menarik kesimpulan,
dan menghubungkan
konsep tersebut
dengan fenmena
yang terjadi dalam
kehidupan sehari-
hari
g. Pendidik
membimbing
peserta didik untuk
selalu bersyukur atas
apa yang diberikan
Allah, berusaha
untuk selalu
menjaganya
segala segala penciptaan
Allah dan berusaha untuk
tetap bersyukur dan
merawatnya.
4 Mengembangkan
dan menyajikan
hasil karya
a. Pendidik
menjelaskan teknis
katentuan dalam
melakukan
presentasi di kelas
b. Pendidik secara acak
menunjuk 1 atau 2
kelompok sebagai
perwakilan, untuk
mempresentasikan
hasil kerja diskusi
yang dikaitkan
dengan kehidupan
sehari-hari yang
sudah didiskusikan
dengan masing-
masing kelompok
sebelumnya
c. Membimbing
peserta didik untuk
a. Peserta didik
memperhatikan penjelasan
teknis presentasi dan
mempersiapkan hasil kera
diskusi yang akan
dipresentasikan
b. Peserta didik
mempresentasikan hasil
kerja diskusi yang
dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari
kepada teman lainnya
c. Peserta didik melakukan
tanya jawab dengan
kelompok yang
mempresentasikan hasil
kerja diskusi
d. Peserta didik memahami
bioproses interaksi yang
terjadi didalam kehidupan
38
melakukan tanya
jawab dengan
kelompok yang
mempresentasikan
hasil karyanya
d. Membimbing
peserta didik untuk
memahami
bioproses interaksi
yang teradi dalam
kehidupan sehari-
hari
e. Pendidik
membimbing
peserta didik untuk
lebih mengagumi
penciptaan sang
Pencipta dan
berusaha untuk
menjaga
kelestariannya.
sehari-hari
e. Peserta didik mengagumi
kekuasaan Allah yang
menciptakannya dan
berusaha menjaga
kelestariannya.
5 Menganalisis dan
mengevaluasi
proses pemecahan
masalah berbasis
dasadarma
pramuka
a. Memberikan
penjelasan,
penguatan konsep
yang
dipresentasikan, dan
komentar kepada
peserta didik tentang
pendapat, masukan,
dan kritikan dari
kelompok lain, serta
komentar pendidik
atas pelaksanaan
hasil kerja sebagai
hasil pemecahan
masalah
b. Memberikan
klarifikasi kepada
peserta didik
terhadap beberapa
kekeliruan, kurang
penjelasan, dan
a. Berkomunikasi dengan
teman sekelompok, antar
kelompok dan pendidik
atas temuannya
b. Memperhatikan
penjelasan dan klarifikasi
yang disampaikan
pendidik
c. Menerima umpan balik
dan berkomunikasi
dengan teman
sekelompok, antar
kelompok dan pendidik
atas temuannya untuk
menarik kesimpulan dan
mengaitkannya dengan
kehidupan sehari-hari
d. Menerima umpan balik
yang diberikan pendidik
untuk lebih memahami
konsep dan kemampuan
39
miskonsepsi yang
terjadi selama
kegiatan diskusi
c. Membimbing
peserta didik untuk
menyimpulkan dan
mengaitkannya
dengan kehidupan
sehari-hari informasi
dan data yang telah
dibahas dan
menemukan sendiri
konsep yang
ditanamkan kepada
peserta didik
d. Memberikan refleksi
kepada peserta didik
berupa pertanyaan-
pertanyaan yang
berkaitan dengan
masalah untuk
mengetahui
penguasaan konsep
dan kemampuan
pemecahan masalah
e. Memberikan tindak
lanjut berupat tugas
tambahan, dan
menjelaskan
persiapan-persiapan
untuk pertemuan
selanjutnya
f. Pendidik
memberikan
motivasi belajar dan
mengajak peserta
didik untuk lebih
menjaga dan
melindungi
hubungan, baik
dengan sang
pencipta Allah,
pemecahan masalah
e. Memperhatikan
penjelasan dan mencatat
tugas tambahan yang
diberikan pendidik.
f. Peserta didik memahami
penyampaian pendidik,
lebih bersyukur, dan
menjaga hubungannya
dengan Allah, manusia,
dan alam sekitar.
40
sesama manusia,
dan alam sekitar.
B. Sikap Ilmiah
1. Pengertian Sikap
Dalam ranah pendidikan, tujuan umum yang ingin dicapai bukan hanya
sekedar menghasilkan kompetensi peserta didik dalam bidang akademis saja
(Kognitif) melainkan juga dibidang keterampilan atau keahlian (Psikomotorik)
serta sikap atau watak yang luhur (Afektif). Singkatnya memiliki pribadi yang
cerdas, berkeahlian, namun tetap humanis.
Sikap sangat mempengaruhi pola tingkah laku atau perilaku seseorang.
Fishbein mendefinisikan sikap adalah predisposisi emosional yang di pelajari
untuk merespons secara konsisten terhadap suatu objek.45
Sikap merupakan
variabel laten yang mendasari, mengarahkan, dan memengaruhi perilaku.46
Sikap
dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau tindakan yang merupakan
respons atau reaksi dari suatu objek (bisa berupa makhluk hidup, benda mati,
peristiwa atau situasi).
Sikap didefinisikan sebagai kecenderungan belajar, kecenderungan
emosional secara positif atau negatif dari seseorang individu terhadap objek,
orang, tempat, kejadian, dan ide.47
Sikap muncul karena adanya stimulus yang di
45
M. Ali, dan M. Asrori, Op. Cit., h. 141. 46
Ibid. 47
Dede Parsaoran Damanik dan Nurdin Bukit, Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Dan Sikap
Ilmiah Pada Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training (IT) Dan
41
berikan objek kepada subjek sehingga menimbulkan respon menerima atau
menolak terhadap stimulus yang di berikan objek. Allfort dalam Zaim
mendefinisikan sikap adalah keadaan siap (predisposisi) yang dipelajari untuk
merespon objek tertentu yang seacara konsisten mengarah pada arah yang
mendukung (favorable) atau menolak (unfavorable).48
Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa sikap adalah suatu
syarat untuk munculnya suatu tindakan. Sikap merupakan kecenderungan
bertindak pada seseorang untuk menerima atau menolak. Sikap sangat
mempengaruhi perilaku seseorang terhadap suatu objek karena sikap merupakan
sudut pandang atau keyakinan seseorang mengenai suatu objek sebagai bentuk
respons terhadap stimulus yang diberikan.
2. Pembentukan Sikap
Seseorang tidak dilahirkan dengan sikap dan pandangannya, melainkan
sikap tersebut terbentuk sepanjang perkembangannya. Dimana dalam interaksi
sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai
objek psikologis yang dihadapinya.
Sikap setiap orang berbeda atau bervariasi, baik kualitas maupun jenisnya
sehingga perilaku individu menjadi bervariasi pula. Pembentukan sikap yang
Direct Intruction (DI), Jurnal Universitas Negeri Medan, Jurusan Pendidikan Fisika Program
Pascasarjana, Vol. 2 No. 1, (Juni 2013), h. 19. 48
Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 45.
42
bervariasi dikarenakan setiap individu, tumbuh dan berkembang pada situasi yang
berbeda-beda. Maka sikap yang dihasilkan pun akan bervariasi.
Azwar dalam Zaim menyebutkan terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap yaitu:
a. Pengalaman Pribadi
Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang
terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, karena penghayatan akan
pengalaman lebih mendalam dan lebih lama membekas.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Individu pada umumnya cenderung memiliki sifat yang konformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting yang didorong
oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
konflik.
c. Pengeruh Kebudayaan
Lingkungan (termasuk kebudayaan) sangat berpengaruh dalam
membentuk pribadi seseorang. Kebudayaan memberikan corak
pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayaanlah yang
menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap berbagai masalah.
d. Media massa
Media massa (televisi, radio, surat kabar, dan lainnya)
memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika
cukup kuat, pesan-pesan sugestif akan memberi dasar afektif dalam
menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu sistem
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang
boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
keagamaan serta ajaran-ajarannya. Ajaran moral yang diperoleh dari
lembaga pendidikan atau lembaga agama sering kali menjadi determinan
tunggal yang menentukn sikap.
f. Faktor emosional
Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi
sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara
43
dan segera berlalu begitu fustasi hilang akann tetapi dapat pula
merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.49
Berdasarkan hal diatas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi faktor
dalam pembentukan sikap seseorang adalah faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal adalah faktor yang terdapat dalam diri individu bisa berupa
emosional atau perasaan. Faktor eksternal adalah faktor yang terdapat diluar diri
individu seperti lingkungan masyarakat, pendidikan, agama, budaya, dan lainnya.
Kedua faktor ini sangat mempengaruhi bagaimana sikap akan terbentuk walaupun
merupakan dua hal yang berbeda namun saling berkaitan dan terikat. Faktor
internal ini tidak akan terbentuk dengan baik tanpa diimbangi dengan faktor
eksternal begitupun sebaliknya.
Sikap yang ditimbulkan seseorang akan menjadi acuan orang tersebut
dalam bertingkah laku dan akan menjadi cerminan dalam keperibadiannya. Sikap
baik atau buruknya seseorang sangat tergantung pada individu dan faktor-faktor
lain yang mendukung pembentukan sikap tersebut. Faktor lingkungan merupakan
hal yang sangat berperan didalam pembentukan sikap seseorang. Karena dari
lingkunganlah seseorang akan memiliki pengalaman dan pengajaran yang
sebenarnya. Lingkungan dalam hal ini bukan hanya sebatas individu dengan alam
melainkan cakupan yang luas, yakni individu dengan diri individu, individu
dengan masyarakat, individu dengan budaya, individu dengan agama, dan lain
sebagainya.
49
Ibid., h. 48-49.
44
3. Sikap Ilmiah
Dalam pembelajaran sains atau IPA ada tiga kemampuan yang ingin
dicapai. Tiga kemampuan yaitu (1) kemampuan untuk mengetahui apa yang
diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi apa yang belum diamati, dan
kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, serta (3)
dikembangkannya sikap ilamiah.50
Sikap ilmiah dalam pembelajaran IPA atau sains sering dikaitkan dengan
sikap terhadap sains. Namun sikap ilmiah berbeda dari sikap terhadap sains.
Karena sikap terhadap sains hanya terfokus pada apakah peserta didik suka atau
tidak suka terhadap pembelajaran sains. Sedangkan sikap ilmiah merupakan sikap
yang tercermin didalam pembelajaran sains.
Sikap ilmiah diartikan sebagai suatu kecenderungan, kesiapan, kesediaan
seseorang untuk memberikan respon/tanggapan/tingkah laku secara ilmu
pengetahuan dan memenuhi syarat (hukum) ilmu pengetahuan yang telah diakui
kebenarannya.51
Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang
ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah.52
Sikap
ilmiah adalah sikap yang harus dimiliki seseorang dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan ilmiah menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku
didalam ilmu ilmiah.
50
Ibid., h. 151. 51
Dede Parsaoran Damanik dan Nurdin Bukit, Op. Cit. 52
Masnur Muslich, Maryaeni, Bagaimana Menulis Skripsi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 7.
45
Sikap ilmiah memiliki peran penting dalam mengembangkan kecakapan
ilmiah. Setiap individu yang memiliki sikap ilmiah, akan menunjukkan kualitas
sikap yang baik. Dalam silabus Biologi SMA/MA sikap ilmiah seperti teliti,
tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab, dan peduli dalam
observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan dan
berargumentasi, peduli lingkungan, gotong royong, bekerjasama, cinta damai,
berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam dalam setiap
tindakan dan dalam melakukan pengamatan dan percobaan di dalam
kelas/laboratorium maupun di luar kelas/laboratorium.
Ari Sulistyorini menyatakan sikap ilmiah yang harus dimiliki oleh peneliti
yaitu sikap mampu membedakan fakta dan opini, berani dan santun dalam
mengajukan pertanyaan atau argumentasi, mengembangkan keingintahuan,
peduli lingkungan, berpendapat secara ilmiah dan kritis, berani mengusulkan
perbaikan atas suatu kondisi dan bertanggung jawab atas usulannya, bekerja
sama, jujur terhadap fakta, dan tekun.53
Maka dari itu, sikap ilmiah ini perlu
dibiasakan dalam keseharian peserta didik, baik dilingkungan sekolah (seperti
saat melakukan forum ilmiah, diskusi kelas, belajar, membuat karya tulis ilmiah,
saat pengamatan, dan lain sebagainya), maupun diluar sekolah. Sikap ilmiah
yang akan diteliti yaitu sikap jujur, bekerja sama, dan sikap peduli usulkan
lingkungan.
53
Ari Sulistyorini, Biologi, (Jakarta, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009),
h. 12-13.
46
a. Sikap Jujur
Seorang ilmuwan wajib melaporkan hasil pengamatannya secara
objektif. Hasil yang dilaporkan harus sesuai dengan apa yang diperoleh. Dalam
hal ini tidak ada penambahan atau pengurangan dalam melaporkan hasil
pengamatan. Sikap seperti ini disebut juga sikap jujur.
Dalam melakukan penelitian atau pemecahan dari suatu masalah ilmiah,
ilmuwan atau akademisi dituntut untuk jujur dalam menganalisis dan
menyajikan fakta. Karena dalam suatu penelitian atau penemuan yang telah
diperoleh, akan ada ilmuwan lain yang akan mengulangi penelitian tersebut
dengan kondisi yang dibuat serupa.54
Karena itu, laporan ilmuwan harus dibuat
sejujur-jujurnya dan penelitian menjadi terbuka untuk pengulangan. Itulah
sebabnya seorang ilmuwan harus jujur dalam melaksanakan laporan
penelitiannya.
b. Sikap bekerja sama
Dalam kehidupan sehari-hari, peneliti yang baik mampu bekerja sama
dengan orang lain dan tidak individualis atau mementingkan diri sendiri. Ia
meyakini bahwa dirinya tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain sehingga
keberadaannya senantiasa diharapkan oleh orang lain. Dengan adanya team
orang akan memiliki sikap tenggang rasa atau toleran yang tinggi terhadap yang
lain, jauh dari sikap angkuh dan tidak akan bekerja sendiri atau egois.
54
Maskoeri Jasin, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h. 46.
47
Carin mengatakan “Sciensists today generally work and publish as a
team. Being cooperative in raising and answering questions, analyzing data,
and solving problems is another important attitude in the scientific enterprise in
labs and in elementary/middle garde classrooms.”55
Maksudnya ilmuwan
dalam bekerja dan mempublikasikannya tergabung dalam sebuah team.
Menjadi sebuah kelompok dalam meningkatkan dan menjawab pertanyaan-
pertanyaan, menganalisis data, dan memecahkan masalah merupakan suatu
sikap yang penting didalam sains saat berada di labratorium dan sekolah
dasar/kelas menengah.
c. Sikap peduli lingkungan
Dalam melakukan penelitian, peneliti yang baik senantiasa peduli
terhadap lingkungannya dan selalu berusaha agar penelitian yang dilakukannya
membawa dampak yang positif bagi lingkungan dan bukan sebaliknya, yaitu
justru merusak lingkungan. Semua usaha dilakukan untuk melestarikan
lingkungan agar bermanfaat bagi generasi selanjutnya.
Seorang ilmuwan atau akademisi harus mencerminkan sikap peduli
terhadap lingkungan, karena lingkungan merupakan bagian dari dirinya sendiri.
Lingkungan juga merupakan salah satu sumber pengetahuan. Dari lingkungan
peneliti belajar bagaimana interaksi antara alam dengan makhluk hidupnya.
Maka dari itu lingkungan perlu untuk dijaga dan dipelihara.
55
Arthur Carin, Teaching Science Through Discovery, (New Jersey: Merrill Prentice Hall,
1997), h. 14.
48
C. Hakikat Pembelajaran Biologi
Pembelajaran hakikatnya merupakan suatu proses interaksi timbal-balik antara
peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi ini bertujuan untuk membentuk dan
mengembangkan kompetensi peserta didik. Kompetensi ini meliputi pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak. Untuk mencapai tujuan pembelajaran ini tentunya perlu persiapan dan
perencanaan yang matang dan terarah.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peran penting dalam pembentukan
kultur masyarakat. Penguasaan konsep-konsep IPA pada peserta didik akhirnya akan
membentuk budaya pada masyarakat karena akan mempengaruhi cara berpikir,
bertindak, dan bersikap secara ilmiah dalam menghadapi permasalahan sehari-hari.56
IPA pada dasarnya bermula dari sebuah rasa ingin tahu mencari kebenaran
dari suatu fakta yang telah ada yang dalam pembuktiannya dilakukan dengan
pengamatan dan percobaan. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan
teori yang sistematis, yang dalam penerapannya secara umum terbatas pada gejala-
gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah, seperti observasi dan
eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan
sebagainya.57
Hakikat IPA adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui
serangkaian proses yang di kenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar
56
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 59 Tahun 2014
Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah, Lampiran III, h. 851. 57
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 136-137.
49
sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga
komponen terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara
universal.58
Dengan kata lain, hakikat IPA dibangun atas tiga komponen dasar yaitu,
sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah.
Sebagai salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam, Biologi memiliki ciri
yang sama dengan rumpun IPA lainnya. Namun, sebagai suatu disiplin ilmu
tersendiri, Biologi memiliki karakteristik yang berbeda dengan rumpun IPA lainnya.
Belajar Biologi sama halnya dengan mempelajari diri sendiri, karena Biologi banyak
membahas tentang makhluk hidup, mulai dari organ penyusun makhlukh hidup
hingga hubungan dan kelangsungan makhluk hidup dengan lingkungannya.
Biologi umumnya banyak membahas tentang makhluk hidup dan
lingkungannya. Karena lingkup materi yang dicakupnya inilah biologi sering
dimasukkan ke dalam ilmu-ilmu yang mengkaji tentang manusia selain sosiologi dan
psikologi. Namun biologi juga termasuk ke dalam studi tentang alam, seperti
astronomi, geologi, fisika, dan kimia. Uniknya biologi terlibat dalam kedua kelompok
yang berbeda seperti yang disebutkan.59
Pembelajaran biologi lebih mengedepankan pada proses pembelajaran secara
langsung melalui pengamatan dan eksperimen (percobaan) guna untuk memberikan
pengalaman kepada peserta didik agar pembelajaran biologi lebih mudah dipahami.
Belajar biologi bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan berupa fakta dan konsep-
58
Ibid, h. 141. 59
Nuryani Y. Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Universitas Pendidikan
Indonesia, Jurusan Pendidikan Biologi, 2003), h. 14.
50
konsep tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang dapat di peroleh melalui
pengujian, diskusi, penggalian informasi mandiri sehingga siswa harus memiliki
motivasi dan stimulus yang tepat agar mampu mencari tahu dan memahami alam
dengan baik.60
Berdasarkan uraian diatas, pembelajaran biologi pada hakikatnya adalah
kajian materi yang membahas tentang diri sendiri dan lingkungannya yang dalam
pembelajarannya lebih mengutamakan pada pengalaman belajar secara langsung.
Pengalaman belajar ini dapat melalui proses pembelajaran di kelas, di lingkungan
alam terbuka, dan dapat pula melalui pengamatan dan percobaan di laboratorium.
Pengalaman belajar secara langsung diharapkan dapat membentuk sikap peserta didik
dalam memahami dirinya sendiri, dan alam sekitar dalam kehidupan sehari-hari.
D. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan hubungan kausal diantara variabel bebas dan
variabel terikat.61
Hubungan kausal dapat diartikan sebagai hubungan sebab akibat.
Oleh karenanya kerangka berpikir menjelaskan hubungan mengapa variabel bebas
mempengaruhi variabel terikat dan menjelaskan mengapa variabel terikat bisa di
pengaruhi variabel bebas.
60
Shinta Anggraeni, Pengaruh Model Pembelajaran Terpadu Tipe Webbed Berbasis Nilai
dalam Pembelajaran IPA pada Tema Pencemaran Air Terhadap Sikap Peserta Didik SMP N 1
Banyumas Pringsewu, ( Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Raden Intan, Pendidikan Biologi, 2015),
h. 14. 61
Shinta Anggraeni, Op. Cit., h. 37.
51
Proses pembelajaran merupakan hubungan timbal balik atau interaksi yang
terjadi antara pendidik dengan peserta didik. Untuk menjalin interaksi tersebut baik
pendidik dan peserta didik harus saling keterbukaan untuk memberi dan menerima
segala sesuatu yang menjadi aspek pembelajaran. Dengan adanya keterbukaan ini
diharapkan proses pembelajaran mampu mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang
diinginkan.
Model pembelajaran problem based leraning (PBL) merupakan salah satu
model pembelajaran yang menyajikan masalah dalam pembelajarannya. Salah satu
tujuan dari model PBL adalah untuk membentuk sikap ilmiah peserta didik. Model
problem based learning di padukan dengan dasadarma pramuka. Dasadarma dan
problem based learning sama mempunyai tujuan akhir yang sama yakni
pembentukan sikap. Sikap yang ingin diterapkan adalah sikap jujur, bekerja sama,
dan peduli lingkungan.
Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada individu yang
berkecimpung di dibang sains atau ilmiah. Sikap ilmiah merupakan salah satu ciri
dari sains atau IPA. Oleh karenanya sikap ilmiah harus menjadi ciri bagi individu
yang bergabung atau yang mempelajari sains.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan model pembelajaran
problem based learning berbasis dasadarma pramuka. Model ini diharapkan dapat
membentuk sikap ilmiah peserta didik. Untuk mengetahui lebih jelasnya hubungan
Model Problem Based Learning Berbasis Dasadarma Pramuka Terhadap Sikap
Ilmiah Peserta Didik dapat digambarkan melalui diagram berikut:
52
Diagam Kerangka Berpikir
Keterangan:
X : Model Problem Based Learning Berbasis Dasadarma Pramuka
Y : Sikap Ilamiah Peserta Didik
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari masalah penelitian.62
Berdasarkan
landasan teori dan kerangka berpikir maka oleh sebab itu penulis merumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini yaitu H1 diterima artinya ada perbedaan dari
penerapan model problem based learning berbasis dasadarma pramuka
terhadap sikap ilmiah peserta didik kelas XI sebelum dan sesudah
diadakan perlakuan.
2. Hipotesis Statistik
H0 : 𝜇1 = 𝜇2, (tidak ada perbedaan dari penerapan model problem based
learning berbasis dasadarma pramuka terhadap sikap ilmiah peserta didik
kelas XI sebelum dan sesudah diadakan perlakuan).
H1 : 𝜇1 ≠ 𝜇2, (ada perbedaan dari penerapan model problem based
learning berbasis dasadarma pramuka terhadap sikap ilmiah peserta didik
kelas XI sebelum dan sesudah diadakan perlakuan).
62
Wina Sanjay, Op. Cit., h. 289.
X Y
53
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Eksperimen. Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah rancangan semi eksperimen (Quasi experimental design).
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 01 September s.d. 01 Oktober 2016.
Penelitian ini bertempat di sekolah MAN 2 Bandar Lampung. Dengan objek
penelitian yakni penerapan model problem based learning berbasis dasadarma
pramuka terhadap sikap ilmiah peserta didik. Subjek penelitian ini yakni peserta didik
kelas XI IPA semester ganjil tahun ajaran 2016/2017.
C. Desain Penelitian
Penelitian eksperimen dengan jenis penelitian Quasi experimental design ini
menggunakan desain penelitian berupa pretest-posttest nonequivalent control group
design yakni satu kelompok subyek diberi perlakuan tertentu (eksperimen) dan satu
kelompoknya dijadikan sebagai kelompok kontrol. Pada desain ini kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara random.1 Secara umum desain
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1 Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2011), h.
79.
54
Tabel 3.1
Desain Penelitian pretest-posttest nonequivalent control group design
Kelas Angket
Sikap Awal
Subyek
Perlakuan
Angket
Sikap Akhir
Eksperimen (XI
MIA II) O X O
Kontrol (XI
MIA I) O O
Keterngan:
O : Angket Sikap Awal dan Akhir
X : Perlakuan (Eksperimen) menggunakan Model Problem Based
Learning Berbasis Dasadarma Pramuka
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala faktor, kondisi, situasi, perlakuan (treatment) dan
semua tindakan yang bisa dipakai untuk memengaruhi hasil eksperimen.2 Variabel
penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu variabel independen (variabel bebas) dan
variabel dependen (variabel terikat).
Variabel bebas adalah kondisi atau karakteristik yang oleh peneliti
dimanipulasikan dalam rangka untuk menerangkan hubungannya dengan fenomena
yang diobservasi. Variabel ini biasa dilambangkan dengan variabel “X”. Variabel
terikat adalah kondisi atau karakteristik yang berubah, yang muncul atau yang tidak
muncul ketika peneliti mengintroduksi, mengubah, dan mengganti variabel bebas.
Variabel ini biasa dilambangkan dengan variabel “Y”.
2 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), h. 95.
55
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu:
1. Variabel bebas (X) adalah Model Problem Based Learning Berbasis
Dasadarma Pramuka.
2. Variabel terikat (Y) adalah Sikap Ilmiah peserta didik yaitu sikap jujur,
bekerja sama, dan sikap peduli lingkungan.
Hubungan kedua variabel ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Keterangan:
X = Model Problem Based Learning Berbasis Dasadarma Pramuka
Y = Sikap Ilmiah peserta didik yaitu sikap jujur, bekerja sama dan peduli
lingkungan.
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan yang menjadi target dalam
menggeneralisasikan hasil penelitian.3 Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
peserta didik kelas XI MIA di MAN 2 Bandar Lampung semester ganjil tahun
ajaran 2016/2017 pada mata pelajaran Biologi.
3 Ibid, h. 228.
X Y
56
Tabel 3.2
Data Jumlah Peserta Didik Kelas XI MAN 2 Bandar Lampung
No. Kelas Jumlah Peserta
Didik Perempuan
Jumlah Peserta
Didik Laki-Laki
Jumlah
Keseluruhan
1 XI MIA 1 28 12 40
2 XI MIA 2 25 14 39
3 XI MIA 3 26 14 40
4 XI MIA 4 23 17 40
5 XI MIA 5 26 15 41
Jumlah 200
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi.4 Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI MIA I dan XI MIA II.
Penentuan sampel dilakukan secara sampling purposive. Sampling purposive
adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.5
Pertimbangan pengambilan kelas ini karena pada kelas XI IPA terdapat
berbagai karakter peserta didik yang berbeda-beda dan dalam pembentukan
sikapnya berbeda-beda pula. Pemilihan kelas sampel berdasarkan pertimbangan
guru serta melihat dari data nilai rata-rata sikap ilmiah peserta didik pada kelas XI
MIA yang masih belum mencapai KKM hasil belajar afektif.
4 Sugiono, Op. Cit., h. 81.
5 Ibid, h. 85.
57
Tabel 3.3
Jumlah Sampel Kelas XI MIA 1 dan XI MIA 2 MAN 2 Bandar Lampung
No. Kelas Jumlah Peserta
Didik Perempuan
Jumlah Peserta
Didik Laki-Laki
Jumlah
Keseluruhan
1 XI MIA 1 28 12 40
2 XI MIA 2 25 14 39
Jumlah 79
3. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam penelitian ini pengambilan sampel kelas eksperimen dan kelas
kontrol dilakukan dengan teknik sampling purposive. Sampling purposive adalah
teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan yang
dimaksud adalah sampel yang diambil memiliki kritria dan kemampuan yang
hampir sama. Pada penelitian ini kelas eksperimen adalah kelas XI MIA I dan
kelas control adalah kelas XI MIA II. Kelas XI MIA II dipilih sebagai kelas
eksperimen karena pada kelas tersebut sikap ilmiah peserta didik memiliki nilai
rata-rata lebih rendah di bandingkan kelas XI MIA I.
F. Prosedur Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa tahapan selama penyusunan penelitian.
Tahapan tersebut yaitu:
1. Tahap persiapan
Tahap persiapan penelitian terdiri dari:
a. Merumuskan masalah yang akan diteliti
58
b. Studi literatur mengenai model pembelajaran Problem Based Learning
berbasis dasadarma pramuka dan sikap ilmiah.
c. Penyusunan proposal penelitian
Penyusunan proposal penelitian berisikan masalah yang akan diteliti,
variabel, sumber data, instrumen penelitian yang digunakan serta
langkah-langkah penelitian yang akan diteliti. Selama penyusunan
proposal dilakukan juga pra-penelitian terhadap subyek yang diteliti
untuk memperoleh data yang relevan.
d. Melaksanakan seminar proposal penelitian
Seminar proposal penelitian merupakan tahapan yang harus dilalui
sebelum melaksanakan penelitian. Seminar proposal penelitian
bertujuan untuk memaparkan isi dari proposal dan untuk memperoleh
masukan-masukan dari penguji dalam upaya memperoleh rencana
penelitian yang sempurna.
e. Penyusunan instrumen penelitian
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket skala
sikap ilmiah dan lembar observasi untuk melihat sikap ilmiah peserta
didik.
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai pedoman
pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung.
g. Uji coba instrumen
59
Instrumen yang sudah dibuat di uji coba pada kelompok kelas yang
bukan merupakan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum
melakukan uji coba instrumen, instrument yang dibuat terlebih dahulu di
judgement oleh dosen ahli. Setelah di judgement oleh dosen ahli dan
mendapat persetujuan penggunaan instrument, maka instrumen tersebut
boleh di uji coba.
h. Menganalisis hasil uji coba instrumen.
i. Menganalisis kualitas instrumen.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:
a. Melakukan pretest berupa pemberian angket yang berisi pernyataan
positif dan negatif.
b. Melaksanakan proses pembelajaran Biologi menggunakan model
problem based learning berbasis dasadarma pramuka pada tema materi
pencemaraan lingkungan. Penerapan pembelajaran ini menitikberatkan
pada perkembangan sikap ilmiah yakni sikap jujur, bekerja sama, dan
peduli lingkugan. Penerapan model problem based learning berbasis
dasadarma pramuka hanya diterapkan pada kelas eksperimen, sementara
kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.
c. Mengamati sikap ilmiah peserta didik dengan acuan lembar observasi.
d. Memberikan posttest berupa angket sikap ilmiah di akhir pertemuan.
60
3. Tahap Akhir
Pada tahap akhir ini tahapan yang dilakukan adalah:
a. Menganalisis data yang diperoleh setelah melakukan penelitian.
b. Menarik kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan.
G. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara
langsung maupun tidak langsung tentang hal-hal yang diamati dan mencatatnya
pada alat observasi.6 Hal-hal yang diamati biasanya gejala-gejala tingkah laku,
benda-benda hidup, dan benda-benda mati.
2. Skala Sikap Likert
Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Variabel
yang akan di ukur dalam skala Likert dijabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-
item instrument yang dapat berupa pertanyaan atau pernyataan.
Dalam skala likert peserta didik tidak disuruh memilih pernyataan-
pernyataan yang positif saja, tetapi memilih juga pernyataan-pernyataan yang
negatif.7 Jawaban yang dipakai untuk menjawab pernyataan adalah sebagai
berikut: Sering sekali (Selalu), Sering, dan Tidak pernah. Untuk pernyataan yang
6 Wina Sanjaya, Op.Cit., h. 270.
7 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), h. 160.
61
positif diberi rentang skala dari 3 (selalu), 2 (sering), dan 1 (tidak pernah).
Sedangkan untuk pernyataan negatif diberi rating skala dari 1 (selalu), 2 (sering),
dan 3 (tidak pernah).
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode untuk mendapatkan data-data tentang keadaan
sekolah, siswa, dan lainnya sebelum diadakan tes yang berhubungan dengan
penelitian.8
H. Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini di
sebut variabel penelitian.9 Meneliti pada dasarnya adalah melakukan pengukuran,
maka harus ada alat ukur yang digunakan.
1. Lembar Observasi
Dalam melakukan observasi tidak hanya menggunakan indera penglihatan
saja untuk memperoleh data yang akurat. Agar pelaksanaan observasi berhasil
dengan baik dipergunakan alat atau instrument observasi. Instrument observasi
adalah alat yang berfungsi sebagai pedoman bagi observer untuk mencatat hasil
pengamatannya tentang hal-hal yang menjadi bahan observasinya.10
8 Shinta Anggraeni, “Pengaruh Model Pembelajaran Terpadu Tipe Webbed Berbasis Nilai
Dalam Pembelajaran IPA Pada Tema Pencemaran Air Terhadap Sikap Peserta Didik SMP N 1
Banyumas Pringsewu”, (Skripsi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Raden
Intan Lampung, Lampung, 2015), h. 47. 9 Sugiono, Op. Cit., h. 102.
10 Wina Sanjaya, Op.Cit., h. 274.
62
Pada penelitian ini, instrumen observasi yang digunakan berupa lembar
observasi rating scale (skala penilaian). Lembar observasi rating scale berisi aspek
sikap yang dijabarkan kedalam bentuk skala atau kriteria tertentu yang akan
diamati untuk mengetahui sampai dimanakah gejala tersebut muncul. Hasil lembar
observasi dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
skor = skor siswa
jumlah maksimal skor × 100
Tabel 3.4
Nilai Interpretasi Lembar Observasi
Nilai Angka Nilai Huruf Kategori
81 – 100 A Sangat Baik
71 – 80 B Baik
61 – 70 C Cukup Baik
51 – 60 D Kurang Baik
< 60 E Sangat Kurang Baik
2. Angket
Angket adalah instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan atau
pernyataan secara tertulis yang harus dijawab atau diisi oleh responden sesuai
dengan petunjuk pengisiannya.11
Pada penelitian ini menggunakan angket atau
kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang sudah disediakan alternative jawabannya
sehingga responden tinggal memilih jawabannya.
Pada penelitian ini angket yang digunakan berupa angket skala likert.
Dimana setiap jawaban alternative memiliki rating skala baik jawaban pernyataan
11
Ibid., h. 255.
63
positif maupun jawaban pernyataan negatif. Rating skala angket untuk jawaban
positif yaitu 3 (selalu), 2 (sering), dan 1 (tidak pernah). Rating skala angket untuk
jawaban negatif yaitu 1 (selalu), 2 (sering), dan 3 (tidak pernah). Angket akan
diberikan kepada peserta didik pada awal dan akhir pertemuan proses
pembelajaran. Selanjutnya hasil jawaban angket akan dihitung menggunakan
rumus:
𝑋 = 𝑥𝑖 𝑛
× 100
Keterangan:
𝑋 : Rata-rata skor sikap peserta didik
𝑥𝑖 : Jumlah skor yang di peroleh
n : Jumlah skor maksimum
Hasil perhitungan skor sikap tersebut selanjutnya akan dianalisis
menggunakan rumus Normalitas Gain (N-Gain). Rumus N-Gain seperti di bawah
ini:12
𝑁 − 𝐺𝑎𝑖𝑛 = 𝑃𝑜𝑠𝑡𝑒𝑠𝑡 − 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 − 𝑃𝑟𝑒𝑡𝑒𝑠𝑡
N-Gain yang diperoleh pada angket sikap peserta didik dapat dilihat pada kriteria
atau indeks sikap pada tabel dibawah ini:
12
Martala Sari, Jeli Apriani, Pengaruh Model Pembelajaran Concept Attainment Terhadap
Hasil Belajar Siswa Kelas Viii Pada Konsep Sistem Pernapasan, Universitas Lancang Kuning,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Vol. 01 No. 02, (April 2014), H. 138.
64
Tabel 3.5
Kriteria Skor N-Gain atau Indeks Gain
Nilai N-Gain Kategori
N-Gain > 0,70 Tinggi
0,30 ≤ N-Gain < 0,70 Sedang
N-Gain < 0,30 Rendah
I. Analisis Uji Instrumen
1. Uji Validitas Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau
kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila instrument tersebut
mengukur apa yang seharusnya di ukur.
Pengujian validitas instrumen yang digunakan untuk mengukur sikap
dilakukan dengan pengujian validitas konstruksi (construct validity) oleh para ahli
dan berdasarkan pengalaman empiris di lapangan. Untuk mengetahui kevalidan
alat ukur tersebut digunakan teknik korelasi product moment yang dikemukakan
oleh Pearson sebagai berikut:
𝑟𝑥𝑦 =𝑛 𝑋𝑌 – 𝑋 𝑌
𝑛 𝑋2 – 𝑋 2 𝑛 𝑌2
– 𝑌 2
Keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
n : banyaknya subyek yang di teliti
X : skor untuk butir ke-I (dari subyek yang di uji coba)
Y : total skor (dari subyek uji coba)
65
Nilai koefisien 𝑟𝑥𝑦 yang diperoleh akan dibandingkan dengan koefisien tabel
𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑟 𝛼 ,𝑛−2 . Jika 𝑟𝑥𝑦 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka instrumen valid.
2. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu alat ukur
dikatakan mempunyai kepercayaan yang tinggi jika alat ukur tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap.13
Untuk mengetahui reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan rumus K-
R.20, yaitu:
𝑟11 =
𝑛𝑛−1
𝑠𝑡
2− 𝑝𝑖𝑞𝑖𝑠𝑡
2
Dimana:
𝑟11 : reliabilitas instrumen secara keseluruhan
𝑝𝑖 : proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
𝑞𝑖 : proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q=1-p)
𝑝𝑞 : jumlah hasil perkalian p dan q
n : banyaknya item
𝑠𝑡 2 : varians total
Dengan diperolehnya nilai koefisien 𝑟11 akan dibandingkan dengan koefisien tabel
𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑟 𝛼 ,𝑛−2 . Jika 𝑟11 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 , maka instrumen reliabel.
Berikut hasil perhitungan hasil uji validitas dan reliabilitas uji coba instrument
yang terdapat pada table berikut:
13
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h.
100.
66
Tabel 3.6
Rekapitulasi Hasil Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Instrumen
Angket Skala Sikap Ilmiah
No.
Soal
Asli
Indikator
Sikap Ilmiah
No.
Soal
Tes
Sifat
Pernyataan Uji
Validitas
Uji
Reliabilitas Kesimpulan
+ -
1 Jujur 1 0,455 1,069 Digunakan
2 Jujur 2 0,468 1,069 Digunakan
3 Jujur 3 0,413 1,069 Digunakan
5 Jujur 4 0,453 1,069 Digunakan
7 Jujur 5 0,407 1,069 Digunakan
9 Jujur 6 0,363 1,069 Digunakan
10 Jujur 7 0,478 1,069 Digunakan
11 Bekerja Sama 8 0,499 1,069 Digunakan
13 Bekerja Sama 9 0,424 1,069 Digunakan
15 Bekerja Sama 10 0,425 1,069 Digunakan
16 Bekerja Sama 11 0,373 1,069 Digunakan
18 Bekerja Sama 12 0,479 1,069 Digunakan
20 Bekerja Sama 13 0,375 1,069 Digunakan
24 Bekerja Sama 14 0,417 1,069 Digunakan
25 Bekerja Sama 15 0,530 1,069 Digunakan
27
Peduli
Lingkungan
16 0,487 1,069 Digunakan
67
28
Peduli
Lingkungan
17 0,488 1,069 Digunakan
34
Peduli
Lingkungan
18 0,376 1,069 Digunakan
J. Teknik Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang digunakan
berdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan yaitu uji
Liliefors. Rumus uji Liliefors sebagai berikut:
𝐿𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑀𝑎𝑥 𝑓 𝑧 − 𝑆 (𝑧)
Dengan hipotesis:
H0 : data mengikuti sebaran normal
H1 : data tidak mengikuti sebaran normal.
Langkah-langkah uji normalitas dengan Liliefors sebagai berikut:14
a. Mengurutkan data sampel dari yang kecil ke besar
b. Menentukan frekuensi masing-masing data
c. Menentukan frekuensi komulatif
d. Menentukan nilai Z dimana 𝑍𝑖 = 𝑋𝑖 − 𝑋
𝑆 , dengan 𝑋 =
𝑋𝑖
𝑛 , dan
14
Novalia, Muhammad Syazali, Olah Data Penelitian Pendidikan, (Bandar Lampung: Anugrah
Utama Raharja, 2014), h. 53-54.
68
𝑆 = 𝑋𝑖 − 𝑋
𝑛−1
Keterangan:
S : Simpangan baku dan tunggal
Xi : Data tunggal
Y : Rata-rata data tunggal
e. Menentukan nilai 𝑓 (𝑍) dengan menggunakan tabel Z
f. Menentukan 𝑆 𝑍 = 𝑓𝑘𝑢𝑚
𝑛
g. Menentukan nilai 𝐿 = 𝑓 𝑧 − 𝑆 (𝑧)
h. Menentukan nilai 𝐿𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 𝑀𝑎𝑥 𝑓 𝑧 − 𝑆 (𝑧)
i. Menentukan nilai 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝐿 𝛼 ,𝑛
j. Membandingkan 𝐿𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dan 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 serta membuat kesimpulan. Jika
𝐿𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka H0 diterima.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitis dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel
penelitian memiliki kondisi yang sama atau homogeni. Untuk menguji
homogenitas variansi ini menggunakan uji F. Uji variansi ini menggunakan
rumus:
𝐹 = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
69
Adapun langkah-langkah dalam penggunaan uji F adalah sebagai berikut:
a. Menentukan formulasi hipotesis
𝐻0 : 𝜎12 = 𝜎2
2 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑜𝑚𝑜𝑔𝑒𝑛
𝐻1 ∶ 𝜎12 ≠ 𝜎2
2 (𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑜𝑚𝑜𝑔𝑒𝑛)
b. Menentukan F hitung dengan rumus
𝐹 = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
c. Menentukan taraf nyata (𝛼) dan F tabel dengan rumus
𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝐹12𝛼 𝑛1−1,𝑛2−2
d. Membandingkan 𝐹𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 serta membuat kesimpulan.
Jika 𝐹𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka tolak H0 dan terima H1
Jika 𝐹𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka terima H0 dan tolak H1
3. Uji Hipotesis Penelitian dengan Uji-t
Pengujian hipotesis menggunakan uji t terdapat beberapa rumus t-test yang
digunakan untuk pengujian, dan berikut penggunaanya:15
a. Bila sampel 𝑛1 = 𝑛2, dan varian homogen (𝜎12 = 𝜎2
2) maka dapat
digunakan rumus t-test Separated varian maupun Poolled varian. Untuk
melihat harga t tabel digunakan 𝑑𝑘 = 𝑛1 + 𝑛2 − 2
b. Bila 𝑛1 ≠ 𝑛2, varian homogen (𝜎12 = 𝜎2
2), dapat digunakan rumus t-
test dengan Poolled varian. Derajat kebebasannya 𝑑𝑘 = 𝑛1 + 𝑛2 − 2
15
Sugiyono, Op.Cit., h. 96-197.
70
c. Bila 𝑛1 = 𝑛2, dan varian tidak homogen (𝜎12 ≠ 𝜎2
2), dapat digunakan
rumus Separated varian dan Poolled varian, dengan 𝑑𝑘 = 𝑛1 − 1 atau
𝑑𝑘 = 𝑛2 − 1
d. Bila 𝑛1 ≠ 𝑛2, dan varian tidak homogen (𝜎12 ≠ 𝜎2
2). Untuk ini
digunakan t-test dengan Separated varian. Derajat kebebasan yang
digunakan adalah selisih harga t tabel dengan 𝑑𝑘 = 𝑛1 − 1 dan
𝑑𝑘 = 𝑛2 − 1 dibagi dua, dan kemudian ditambahkan dengan harga t
yang terkecil.
e. Bila sampel berkorelasi/berpasangan, misalnya membandingkan
sebelum dan sesudah treatment atau perlakuan, atau membandingkan
kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen, maka digunakan t-test
sampel related.
Rumus: Separated Varian
t = X 1− X 2
S 1
2
n 1 +
S 22
n 2
Rumus: Poolled Varian
t = X 1− X 2
n 1 −1 S 1
2 + n 2−1 S 22
n 1 + n 2−2
1
n 1 +
1
n 2
Rumus: Sampel berpasangan/related (Paired Sample t-test)
t = X 1 − X 2
s1
2
n1+
s22
n2− 2r
s1
n1
s2
n2
71
Keterangan:
𝑡 : nilai t hitung
𝑋 1 : rata-rata nilai kelompok satu
𝑋 2 : rata-rata nilai kelompok dua
𝑆12 : varian kelompok ke satu
𝑆22 : varian kelompok ke dua
𝑛1 : banyaknya subjek kelompok satu
𝑛2 : banyaknya subjek kelompok dua
r : korelasi
Pada penelitian ini, data yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen.
Untuk itu uji-t dilakukan menggunakan rumus paired sample t-test. Berikut rumus
paired sample t-test:
Rumus: Sampel berpasangan/related (Paired Sample t-test)
t = X 1 − X 2
s1
2
n1+
s22
n2− 2r
s1
n1
s2
n2
Pengujian hipotesis dengan uji-t paired sample t-test yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) H0 = Tidak ada perbedaan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah
penerapan model problem based learning berbasis dasadarma pramuka pada
mata pelajaran biologi kelas XI.
2) H1 = Terdapat perbedaan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan sesudah
penerapan model problem based learning berbasis dasadarma pramuka pada
mata pelajaran biologi kelas XI.
72
Dengan kriteria pengujiannya sebagai berikut:
Jika thitung < ttabel maka H0 diterima
Jika thitung > ttabel maka H1 diterima dengan 𝛼 = 0,05 5% .
72
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Daerah Penelitian
1. Profil Umum Sekolah MAN 2 Bandar Lampung
a. Sejarah Singkat MAN 2 Bandar Lampung
Madrasah Aliyah Negeri MAN 2 Bandar Lampung terletak di Jl. Gatot
Subroto, No. 30 Garuntang, Bandar Lampung. MAN 2 Bandar Lampung
didirikan pada tahun 1965 yang dahulunya merupakan sebuah Pendidikan Guru
Agama Negeri (PGAN) 6 Tahun Tanjungkarang. PGAN 6 Tahun
Tanjungkarang awalnya berlokasi di Pahoman (yang sekarang MTsN 1 Bandar
Lampung), hingga pada tahun 1971 PGAN 6 Tahun Tanjungkarang di
pindahkan ke Jl. Gatot Subroto no. 30 Garuntang, Bandar Lampung atas
kebijakan pemerintah. Kemudian sejak saat itu siswa/siswi PGAN 6 Tahun
mengenyam pendidikan di lokasi tersebut.
Pada tahun 1990 Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) beralih
fungsi menjadi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Tanjungkarang pada tanggal
25 April 1990 berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI No. 64 Tahun 1990
tentang Alih Fungsi Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) menjadi
Madrasah Aliyah Negeri (MAN). Kemudian pada tahun 2014 berdasarkan
KMA Nomor 157 mengalami perubahan terakhir dari MAN 2 Tanjungkarang
menjadi MAN 2 Bandar Lampung pada tanggal 17 September 2014. Dalam
73
sejarah kepemimpinannya sejak awal hingga sekarang MAN 2 Bandar
Lampung pernah dipimpin oleh:1
Tabel 4.1
Daftar Kepala Sekolah Yang Menjabat di MAN 2 Bandar Lampung
No. Nama Kepala Sekolah Periode Kepemimpinan
Masa PGA N 6 tahun
1 KH. Ahmad Shobir / Sutomo 1965 S.D 1967
2 Drs. Dzikrullah 1967 S.D 1968
3 Muchammad Rusjdi 1968 S.D 1974
4 Drs. H. Harun Al-Rasyid 1974 S.D 1983
5 Muchtar Abdullah, BA 1981 S.D 1983
6 Drs. H. Anang Anshori 1983 S.D 1990
Masa MAN 2 Tanjungkarang
7 Drs. H. Ngatio Haryanto 01 Mei 1990 s.d 30 April 1995
8 Drs. H. Machrudi Umar 01 Mei 1995 s.d Januari 2001
9 Drs. M. Nadjmi 01 Januari 2001 s.d 31 Juli 2003
10 Drs. H. M. Yusuf 01 Agustus 2003 s.d 28 Desember
2011
11 Drs. M. Iqbal 29 Desember 2011 s.d 17 September
2014
Masa MAN 2 Bandar Lampung
12 Drs. M. Iqbal 18 September 2014 s.d. 30 Agustus
2016
13 Samsurizal, S.Pd., M.Si 01 September 2016 s.d Sekarang Sumber: Dokumen Profil Umum Sekolah MAN 2 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2016/2017
b. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : MAN 2 Bandar Lampung
No. HP/Telp. : (0721) 484735
Alamat Sekolah : Jalan Gatot Subroto No. 30 Kelurahan Pecoh
Raya Kec. Bumiwaras, Kota Bandar Lampung.
Nama Kepala Sekolah : Samsurizal, S.Pd., M.Si
1 Dokumen Profil Umum Sekolah MAN 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017.
74
Tahun Didirikan/Operasi : 1965/1965
Jenjang Akreditasi : B (Baik)
No. Induk Nasional : 10648367 (NPSN Dinas Pendidikan)
No. Statistik Madrasah : 131.1.18.71.0002 (Kemenag. Prov. Lampung)
NPWP : 00.040.257.8.324.000
Luas Bangunan : 5.637 m2
Luas Tanah/Status : 19.876 m2/ Bersertifikat No. 8184303/ Milik
Pemerintah (Kementerian Agama).
c. Visi, Misi, dan Tujuan
Visi Madrasah:
MAN 2 Bandar Lampung Sebagai Lembaga Pendidikan Islam yang Unggul
dan Berkualitas di Provinsi Lampung.
Misi Madrasah:
a. Meningkatkan budaya Madrasah sebagai pusat pendidikan Islam.
b. Meningkatkan pemberdayaan guru dan semua komponen madrasah
sebagai pemeran utama dalam menjadikan Madrasah sebagai pusat
pendidikan berbasis Islami.
c. Mengoptimalkan karakter kepribadian peserta didik yang unggul dalam
penerapan Imtaq dan Iptek.
d. Menyelenggarakan Manajemen Berbasis Madrasah (MBM) secara
mandiri.
75
Tujuan Madrasah:
a. Menjadikan madrasah sebagai pusat pemberdayaan dan pembudayaan
peserta didik untuk mampu melaksanakan kaidah–kaidah Islam di
lingkungan madrasah, masyarakat dan keluarganya.
b. Menjadikan semua komponen madrasah sebagai pemeran utama dalam
menjadikan madrasah sebagai pusat pendidikan Islam.
c. Menyiapkan peserta didik/lulusan yang Taqwa, Cerdas, dan Terampil.
d. Data Tenaga Pendidik
MAN 2 Bandar Lampung memiliki tenaga pendidik sebanyak 64 tenaga
pendidik. Data lengkap tenaga pendidik di MAN 2 Bandar Lampung dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2
Data Tenaga Pendidik MAN 2 Bandar Lampung
No Nama Pendidikan
Terakhir
Program
Studi
Mata
Pelajaran
Yang di
ajarkan
1 Drs. Ahmad Putra, M. Pd. UPI Matematika Matematika
2 Dra. Hj. Siti Latifah, M. Pd. IKIP Ekonomi Ekonomi
3 Samsurizal, S.Pd., M.Si. UNILA MIPA Matematika
4 Maisyaroh . Ay. S. Pd. UNILA IPS Sejarah
5 Dra. Siti Munawaroh IAIN Fiqh Fiqh
6 Dra. Hj. Muthmainnah IAIN PAI Bhs.Arab
7 Anwari, M. Pd. UN. MUH. Bahasa Bhs. Indonesia
8 Adelina Harmiyati, S. Pd. IKIP PKK Tabus Tata Busana
9 Drs. H. Johan Nasatar IAIN PAI Fiqih
10 Gustina Fitriyani, S. Pd. UNILA Kimia Kimia
11 Kasman. S. Pd. IKIP Elektro Elektronik
12 Siti Wulandari, S. Ag. IAIN PAI Fiqh
76
13 Hj. Yuniati Fuadi, S. Pd. UNILA UT. B. Inggris Bhs. Inggris
14 Drs. Idaflis UNILA Kimia Kimia
15 Dra. Hj. Ratnawati IAIN PAI Sosiologi
16 Hj. Wahyuni Sabri, S. Pd. STKIP Bahasa Bhs.Indonesia
17 Dra. Olinda Nani UNILA Bahasa Bhs. Indonesia
18 H. Zainal Asmari, S. Pd. UNILA IPS Sejarah
19 Dra. Eny Supriyati UNILA MIPA Biologi
20 Abdullah, M. Pd. IKIP Otomotif Otomotif
21 Evayani, S. Pd. UNILA B. Inggris Bhs. Inggris
22 Rahman Taufiq, S. Pd. UNILA Penjas. R OR. Kesehatan
23 Dra. Rita Indrayati UNILA MIPA Kimia
24 Zeni Gunawan, M. PFis. S2. ITB Fisika Fisika
25 Yusri Budiati, S. Pd. U SK Fisika Fisika
26 Yeni Willianti, S. Pd. UNILA B. Inggris Bhs. Inggris
27 Muasaroh, S. Ag. STIT PAI Aqidah Akhlaq
28 Novriyanti, S. Ag. IAIN PAI AA-SKI
29 Wahyu Fardhusila, S. Pd. STKIP B. Inggris Bhs. Inggris
30 Bambang Supraptono, M.Si. S2. IPB MIPA “Matematika “
31 Nurul Hamidah, S. Pd. UNILA Biologi Biologi
32 Padli Arsyad,M. Pd. IKIP Or. Kes. OR. Kesehatan
33 Nani Hartini, S. Pd. IKIP Pend. Adm. Ekonomi
34 Lilis Fauziyah, S. Ag. IAIN PAI Quran Hadits
35 Nur „Ainun, S. Pd. UB HT Matematika Matematika
36 Noperdayati, S. Pd. UNILA PPKN PPKN
37 Rozak, S. Ag. IAIN PAI Aqidah Ahlaq
38 Ida Yuliati, S. Pd.I IAIN P. B. Arab Bhs. Arab
39 Syaiful Anwar, S. Pd. UN JAMBI B. Inggris B. Inggris
40 Lindasari, S.Pd. UNILA IPS PPKN
41 Upi Tazakka, S. Pd. UNILA Ekonomi Ekonomi
42 Softa Rizanah, S. Pd. U PGRI B. Inggris Bhs. Inggris
43 Lidia Noviana Adam , S.Si UNILA Fisika Fisika
44 Drs. Irwan Jamal UNILA IPS Ekonomi
45 Wati Murwaningsih, S. Pd. STKIP Bahasa Bhs.Indonesia
46 Dewi Sri Leni Indah, M. Pd. UNILA PPKN PPKN
47 Deden Nur Hakim , S. Pd. UNILA Geografi Geografi
48 Lutfi Himawati, S. Pd. UNILA Fisika Fisika
49 Ciptaningsih, S. Pd. UNILA Matematika Matematika
50 Eldi Asmi. S. Sos. UNDALAS IPS Antropologi
51 Dra .Hj. Azizah Manshuri IAIN PAI Tata Busana
52 Maskur, SE UNSRI Ekonomi Ekonomi
53 Ida Sumarni, S. Pd. UNILA Matematika Matematika
77
54 Wita Kurnia S. Kom.M. Pd. TECHNO Komputer TIK
55 Drs. H. Mun‟in Hijazi IAIN PAI Bhs. Arab
56 Res Yuliasman, S. Hi. IAIN TIK TIK
57 Marina Dwi Pratiwi , S. Pd. UNILA BK BK
58 Deni Kurniawan. S. Pd. UNILA BK BK
59 Anggun, S.Pd. UNILA BK BK
60 Rosa Fitriani, SS.I UNILA MIPA Matematika
61 Abdul Basith Hamhij, S.Pd.I IAIN PAI Bhs. ARAB
62 Nurhayati, S. Pd. STKIP BK BK
63 Kherlati, S. Pd. IAIN SKI SKI
64 Saidul Hapis Rangkuti, S.Th.I ISID TIK TIK Sumber: Dokumen Profil Umum Tenaga Pendidik Sekolah MAN 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2016/2017.
e. Sarana dan Prasarana
Dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya dukungan sarana dan
prasarana untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. MAN 2 Bandar
Lampung memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk
mendukung proses belajar mengajar secara optimal. Dengan tercapainya proses
belajar mengaar yang aoptimal maka akan menghasilkan pencapaian hasil
belajar yang maksimal. Berikut sarana dan prasarana tersebut:
Tabel 4.3
Data Fasilitas Sarana dan Prasarana MAN 2 Bandar Lampung
No
JENIS FASILITAS Luas
(M2)
Kondisi Bangunan
Baik Rusak
ringan
Rusak
Berat
1 Ruang Belajar Siswa 1.284 22 RKB - -
2 Ruang Kantor 120 1 unit - -
3 Ruang Guru 120 2 unit - -
4 Ruang Perpustakaan 128 2 unit - -
5 Ruang Lab. IPA 90 1 unit - -
6 Ruang Lab. Bahasa 90 1 unit - -
7 Ruang Lab. Komputer 120 1 unit - -
8 Aula 520 1 unit - -
78
9 WC. Guru / Pegawai 45 6 unit - -
10 WC. Siswa 60 10 unit - -
11 Tempat Ibadah / Masjid 1200 1 unit - -
12 Lapangan Olah Raga 1400 1unit - -
13 Gedung Workshop
Ketrampilan
360 3 unit - -
14 Kantin Sekolah 100 6 unit - -
15 Area Parkir 900 2 unit - - Sumber: Dokumen Profil Umum Sarana dan Prasarana Sekolah MAN 2 Bandarlampung Tahun
Pelajaran 2015/2016
f. Struktur Organisasi
Dalam menjalankan sebuah lembaga perlu diadakan struktur organisasi
kepemimpinan untuk membantu menjalankan program, visi, misi, tujuan, dan
lainnya sehingga yang ditargetkan dapat tercapai. Berikut struktur organisasi
MAN 2 Bandarlampung:
Gambar 4.1
Struktur Organisasi MAN 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2016/2017
Keterangan:
: Garis Koordinasi
: Garis Instruksi
Kepala Madrasah
Samsurizal, S.Pd., M.Si Kepala Komite
Bendahara
Hj. Siti
Munawaroh, Dra
Kepala Tata Usaha
Marzuki, S.Ag
Wakil Kepala Madrasah
Zeni Gunawan, M.P.Fis
Anwari, M.Pd
Rozak, S.Pd
H. Zainal Asari, S.Pd Staf Tata Usaha
Dewan Guru
79
B. Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di MAN 2 Bandar Lampung pada
semester ganjil Tahun Pejalaran 2016/2017 yang menerapkan model pembelajaran
Problem Based Learning berbasis dasadarma untuk membantu meningkatkan sikap
ilmiah peserta didik. Maka dari penelitian itu di dapatkan data hasil penelitian yang
meliputi: 1) Hasil analisis angket pretest-postest, 2) Hasil analisis Lembar Observasi,
3) Hasil analisis Uji Normalitas, 4) Hasil analisis Uji Homogenitas, 5) Hasil analisis
Uji T Independen. Data hasil penelitian tersebut disajikan dalam bentuk tabel, uraian,
dan gambar diagram yang akan di deskripsikan dibawah ini.
1. Hasil Analisis Angket Pretest – Angket Postest
Penelitian ini menggunakan angket sebagai salah satu alat ukur untuk
mengukur sikap ilmiah peserta didik. Pengukuran sikap ilmiah menggunakan
angket di lakukan di awal pertemuan pembelajaran (pretest) dan di akhir
pertemuan pembelajaran (posttest). Angket ini berikan di kedua kelas yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Angket yang di berikan pada kedua kelas
merupakan angket yang sama dengan jumlah bobot soal yang sama. Hasil analisis
angket sikap ilmiah pretest-postest peserta didik di kelas kontrol dan kelas
eksperimen:
80
Tabel 4.4
Hasil Rata-Rata Pretest-Postest Angket Sikap Ilmiah
Indikator Sikap Ilmiah
Rata-Rata Kelas
Kontrol
Rata-Rata Kelas
Eksperimen
Pretest Postest Pretest Postest
Jujur 75,83 82,26 74,85 83,76
Bekerja Sama 78,65 87,19 73,61 90,92
Peduli Lingkungan 85,28 93,89 75,78 97,15
Rata-Rata 78,66 86,39 74,45 89,17
Tabel 4.4 di atas, menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol mengalami peningkatan sikap ilmiah jika dilihat dari rata-rata angket awal
dan rata-rata angket akhir. Dimana rata-rata angket awal dan angket akhir untuk
kelas kontrol yaitu 78,66 dan 86,39. Sedangkan rata-rata angket awal dan angket
akhir pada kelas eksperimen yaitu 74,45 dan 89,17. Gambar berikut memberikan
gambaran umum peningkatan sikap ilmiah kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Gambar 4.2
Perkembangan Sikap Ilmiah Kelas Kontrol Hasil Angket Awal (Pretest) dan Angket
Akhir (Posttest).
75.83 78.6585.28
78.6682.2687.19 93.89 86.39
0
20
40
60
80
100
Sikap Jujur Sikap Bekerja Sama
Sikap Peduli Lingkungan
Rata-Rata
Pretest Postest
81
Gambar 4.3
Perkembangan Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen Hasil Angket Awal (Pretest) dan
Angket Akhir (Posttest).
Berdasarkan gambar 4.2 dan 4.3 dari kedua kelas yaitu kelas eksperimen dan
kelas kontrol yang mengalami peningkatan sikap ilmiah. Namun kelas eksperimen
mengalami peningkatan lebih baik setelah diadakan perlakuan yang dalam
pembelajarannya menerapkan model pembelajaran problem based learning
berbasis dasadarma pramuka. Itu artinya dengan diterapkannya model
pembelajaran problem based learning berbasis dasadarma pramuka pada materi
sistem gerak didalam proses pembelajaran dapat membantu meningkatkan sikap
ilmiah peserta didik.
Hasil perhitungan angket sikap ilmiah yang telah di peroleh, kemudian
dianalisis menggunakan Normalitas Gain (N-Gain). Berikut data hasil N-Gain
pretest-postest angket sikap ilmiah peserta didik:
74.85 73.61 75.78 74.4583.76
90.9297.15
89.17
0
20
40
60
80
100
120
Sikap Jujur Sikap Bekerja Sama
Sikap Peduli Lingkungan
Rata-Rata
Pretest Postest
82
Tabel 4.5
Rekapitulasi Data Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen dan Kontrol Berdasarkan N-
Gain
Kelas Kategori Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
Rata-Rata Kategori
Kontrol
Tinggi 2 Orang 5 %
0,378 Sedang Sedang 24 Orang 60 %
Rendah 14 Orang 35 %
Eksperimen
Tinggi 13 Orang 33,3 %
0,578 Sedang Sedang 23 Orang 58, 9 %
Rendah 3 Orang 7,7 %
Hasil N-Gain pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan sikap
ilmiah yang berbeda pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas
eksperimen jumlah peserta didik yang termasuk dalam kategori tinggi sebanyak 13
orang (33,3%) , kategori sedang sebanyak 23 orang (58,9%), dan kategori rendah
sebanyak 3 orang (7,7%). Rata-rata perolehan N-Gain untuk kelas eksperimen
yaitu 0,578 yang termasuk dalam kategori sedang. Sedangkan pada kelas kontrol
jumlah peserta didik yang masuk dalam kategori tinggai sebanyak 2 orang (5%),
kategori sedang 24 orang (60%), dan kategori rendah sebanyak 14 orang (35%).
Rata-rata perolehan N-Gain kelas kontrol yaitu 0,378 yang termasuk dalam
kategori sedang. Dari perolehan rata-rata hasil analisis N-Gain di kelas eksperimen
dan kelas kontrol, kelas eksperimen menunjukkan peningkatan sikap ilmiah yang
lebih baik yang artinya penerapan model problem based learning berbasis
dasadarma pramuka memberikan perbedaan yang signifikan. Peningkatan sikap
ilmiah dapat dilihat pada gambar berikut:
83
Gambar 4.4
Rata-Rata N-Gain Peningkatan Sikap Ilmiah Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Gambar 4.4 di atas menjelaskan bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen
sama-sama menunjukkan adanya peningkatan sikap ilmiah. Baik kelas kontrol dan
kelas eksperimen sebelum diadakan perlakuan sudah memiliki sikap ilmiah yang
cukup baik. Namun peningkatan yang ditunjukkan pada kelas kontrol dan kelas
eksperimen berbeda. Peningkatan yang lebih baik ditunjukkan pada kelas
eksperimen. Kelas eksperimen dalam pembelajarannya pada materi sistem gerak
menerapkan model pembelajaran problem based learning berbasis dasadarma
pramuka. Itu artinya dengan menerapkan model pembelajaran problem based
learning berbasis dasadarma pramuka di kelas eksperimen dapat meningkatkan
sikap ilmiah peserta didik lebih baik lagi khususnya pada materi sistem gerak.
5%
60%
35%0.378
33.30%
58.90%
7.70%
0.578
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Kriteria Tinggi Kriteria Sedang Kriteria Rendah Rata-Rata N-Gain
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
84
2. Hasil Analisis Lembar Observasi Sikap Ilmiah
Lembar observasi biasa digunakan untuk menilai perkembangan sikap
peserta didik saat jam pelajaran berlangsung. Penilaian lembar observasi
disesuaikan dengan indikator sikap ilmiah yang umumnya juga ada pada diri
peserta didik. Dalam hal ini penilaian indikator sikap ilmiah peserta didik yaitu
sikap ilmiah jujur, bekerja sama, dan peduli lingkungan. Data hasil analisis lembar
observasi sikap ilmiah peserta didik dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:
Tabel 4.6
Hasil Analisis Lembar Observasi Sikap Ilmiah
Kelas Kontrol
Kriteria Skor
Kriteria
Kelas Eksperimen
Mean
Jumlah
Peserta
Didik
(%) (%)
Jumlah
Peserta
Didik
Mean
84,72
25 Orang 62,5 % Sangat Baik 81 – 100 79,5 % 31 Orang
88,32
12 Orang 30 % Baik 71 – 80 15,4 % 6 Orang
3 Orang 7,5 % Cukup Baik 61 – 70 5,1 % 2 Orang
0 0 % Kurang Baik 51 – 60 0 0
0 0 % Sangat
Kurang Baik
< 60 0 0
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa kelas kontrol (XI MIA I) jumlah peserta
didik yang termasuk dalam kriteria sangat baik 25 peserta didik (62,5%), kriteria
baik 12 peserta didik (30%), kriteria cukup baik 3 peserta didik (7,5%), kriteria
kurang baik dan sangat kurang baik 0 peserta didik. Hasil rata-rata pada kelas
kontrol yaitu 84,72 yang masuk pada kriteria sangat baik. Sedangkan pada kelas
eksperimen (XI MIA II) jumlah peserta didik yang masuk dalam kriteria sangat
tinggi 31 peserta didik (79,5%), kriteria baik 6 peserta didik (15,4%), kriteria
85
cukup baik 2 peserta didik (5,1%, kriteria kurang baik dan sangat kurang baik 0
peserta didik. Hasil rata-rata kelas eksperimen yaitu 88,32 yang termasuk dalam
kriteria sangat baik. Berikut persentase peningkatan sikap ilmiah peserta didik.
Gambar 4.5
Perkembangan Sikap Ilmiah Peserta Didik Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Pada gambar 4.5 diketahui bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen sama-
sama memiliki rata-rata sikap ilmiah yang sangat baik, namun sikap ilmiah pada
kelas eksperimen memiliki peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan kelas
kontrol.
3. Hasil Analisis Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak. Uji normalitas hipotesis penelitian menggunakan uji liliefors. Hasil uji
normalitas pada kelas kontrol dan kelas eksperimen terhadap data nilai angket
62.50%
30%
7.50%0% 0%
84.72%79.50%
15.40%
5.10%0% 0%
88.32%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
100.00%
Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Sangat Kurang Baik
Rata-Rata
Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
86
sikap ilmiah awal dan akhir diketahui bahwa data berdistribusi normal. Hasil uji
normalitas menggunakan liliefors dapat dilihat pada tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Liliefors Angket Sikap Ilmiah Awal dan Akhir
Jenis Tes Lhitung Ltabel Kesimpulan
Angket Sikap Ilmiah Awal Kelas
Kontrol 0,129
0,140
Data
Berdistribusi
Normal
Angket Sikap Ilmiah Akhir Kelas
Kontrol 0,125
Angket Sikap Ilmiah Awal Kelas
Eksperimen 0,122
0,142 Angket Sikap Ilmiah Akhir Kelas
Eksperimen 0,124
Data hasil uji normalitas liliefors menunjukkan bahwa data pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen angket sikap ilmiah awal dan angket sikap ilmiah
akhir berdistribusi normal. Hasil uji normalitas liliefors dikatakan berdistribusi
normal apabila 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Hasil uji normalitas kelas kontrol memiliki
𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 0,129 < 0,140 dan 0,125 < 0,140 maka data berdistribusi
normal sehingga H0 diterima. Hasil uji normalitas kelas eksperimen memiliki
𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 0,122 < 0,142 dan 0,124 < 0,142 maka data berdistribusi
normal sehingga H0 diterima.
4. Hasil Analisis Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui variansi populasi data yang
di uji memiliki karakteristik yang sama atau homogen. Uji homogenitas yang
digunakan yaitu F-Test Two Sample For Variance. Hasil uji homogenitas dapat
dilihat pada tabel 4.8 berikut ini:
87
Tabel 4.8
Hasil Analisis Uji Homogenitas Sikap Ilmiah
Jenis Tes Fhitung Ftabel Kesimpulan
Angket Sikap Ilmiah Awal Kelas
Kontrol dan Eksperimen 0,561 0,579
Data
Homogen Angket Sikap Ilmiah Akhir Kelas
Kontrol dan Eksperimen 1,606 1,721
Hasil uji homogenitas pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa data yang di uji
memiliki karakteristik yang sama atau homogen. Hal ini dilihat dari nilai
𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 yaitu 0,561 < 0,579 dan 1,606 < 1,721 sehingga H0 diterima dan
itu artinya data homogen.
5. Hasil Analisis Uji Paired Sample t-test
Setelah melakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas
maka selanjutnya dilanjutkan dengan uji t. Uji t digunakan untuk menguji hipotesis
komparatif. Uji t yang digunakan yaitu Paired Sample t Test. Berikut tabel 4.9 data
hasil uji t Paired Sample t-Test
Tabel 4.9
Hasil Analisis Uji Paired Sample t-Test Sikap Ilmiah
Nilai Sikap
Ilmiah
t-Test: Paired Two Sample for Means Kesimpulan
df sd thitung P Value ttabel
Pretest-postest
kelas
eksperimen
38 5.96 15,418 6,12028E-
18 2,024 H1 Diterima
Tabel 4.9 di atas, menunjukkan bahwa hasil uji paired sample t-test hasil
dari perhitungan pretest-postest sikap ilmiah memiliki nilai thitung > ttabel yaitu 15,41
> 2.024 pada taraf 𝛼 = 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Nilai p value
88
sebesar 6,12028E-18 memiliki arti sebesar 0,00000000000000000612028. Nilai p
Value yang diperoleh menunjukkan bahwa p value < 𝛼 = 0.05 maka H0 di tolak.
Itu artinya sikap ilmiah peserta didik memiliki perbedaan yang signifikan sebelum
dan sesudah penerapan model Problem Based Learning berbasis dasadarma.
Sehingga dapat di simpulkan bahwa penerapan model problem based learning
berbasis dasadarma pramuka memiliki pengaruh positif dalam membantu
meningkatkan sikap ilmiah peserta didik.
C. Pembahasan
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Bandar Lampung pada kelas XI MIA 1
dan kelas XI MIA 2. Penelitian dilakukan pada bulan 01 September – 01 Oktober
2016. Penelitian ini dilakukan selama tiga kali pertemuan proses pembelajaran pada
materi sistem gerak. Pada penelitian ini kelas XI MIA 1 adalah kelas kontrol dan XI
MIA 2 adalah kelas eksperimen. Kelas kontrol dan kelas eksperimen di pilih melalui
pertimbangan yang diajukan guru setelah melakukan wawancara dengan guru mata
pelajaran. Kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki karakteristik kelas yang
serupa, namun dalam hal pencapaian hasil belajar terutama dalam hal afektif kelas XI
MIA 2 (kelas eksperimen) rata-rata masih kurang mencapai KKM. Dengan
pertimbangan inilah maka kelas kontrol dan kelas eksperimen dipilih.
Kelas kontrol dan kelas eksperimen dalam proses pembelajarannya
mendapatkan perlakuan yang berbeda. Kelas kontrol berjumlah sebanyak 40 peserta
didik dan kelas eksperimen berjumlah sebanyak 39 peserta didik. Pada kelas kontrol
89
(XI MIA 1) proses pembelajarannya berlangsung seperti biasanya dengan metode
ceramah dan tanya jawab. Sedangkan pada kelas eksperimen (XI MIA 2) proses
pembelajarannya menerapkan model pembelajaran problem based learning berbasis
dasadarma pramuka. Pada kelas eksperimen, proses pembelajarannya dikaitkan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam dasadarma pertama dan dasadarma kedua
yaitu takwa, berkasih sayang, dan peduli lingkungan.
Penelitian ini menitikberatkan pada sikap ilmiah peserta didik. Sikap ilmiah
yang diteliti yaitu sikap jujur, sikap bekerjasama, dan sikap peduli lingkungan.
Penilaian sikap ilmiah peserta didik menggunakan angket sikap ilmiah dan lembar
observasi sikap ilmiah. Angket sikap ilmiah di berikan di awal pertemuan (pretest)
dan di akhir pertemuan (posttest). Sedangkan penilaian menggunakan lembar
observasi di lakukan di setiap pertemuan pembelajaran yang langsung diamati oleh
observer. Observer dalam penelitian ini berjumlah tiga orang observer termasuk
peneliti.
Angket sikap ilmiah dan lembar observasi sebelum digunakan saat penelitian,
terlebih dahulu di jugdemen oleh para ahli dan selanjutnya di lakukan uji coba
instrumen. Uji coba instrumen angket sikap ilmiah dilakukan pada kelas yang sama
yaitu kelas XI namun dilakukan di luar tempat penelitian. Uji coba instrumen angket
sikap ilmiah di lakukan di sekolah SMKN 7 Bandar Lampung pada kelas XI KK.
Berdasarkan hasil dari uji coba instrumen sikap ilmiah, maka terdapat 18 soal yang
dinyatakan valid dan reliabel dari 35 soal sebelumnya yang berisi pernyataan negatif
90
dan pernyataan positif. Hasil dari uji coba instrument inilah yang peneliti gunakan
saat penelitian.
Saat penelitian selama tiga kali pertemuan pada materi sistem gerak, proses
pembelajaran dikelas eksperimen dan kelas kontrol berlangsung dengan baik. Peneliti
saat penelitian berlangsung bertindak sebagai pendidik. Pembelajaran dengan model
pembelajaran problem based learning berbasis dasadarma pramuka kelas eksperimen
dimulai dengan memberikan angket sikap ilmiah awal (pretest) dan diakhiri dengan
memberikan angket sikap ilmiah akhir (posttest) untuk mengetahui perkembangan
sikap ilmiah peserta didik. Hal yang sama juga dilakukan pada kelas kontrol.
Dalam setiap pertemuan pembelajarannya terdapat tiga tahapan kegiatan,
yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan
pendahuluan pendidik melakukan apersepsi kepada peserta didik berupa pertanyaan-
pertanyaan, mengamati video, dan mendemonstrasikan berbagai macam gerakan.
Kegiatan inti pendidik membimbing peserta didik untuk melakukan diskusi dengan
kelompok belajarnya yang masing-masing berjumlah 6-7 peserta didik. Kemudian
pendidik membimbing peserta didik untuk melakukan presentasi dan tanya jawab
untuk saling bertukar pikiran. Selanjutnya pada kegiatan penutup pendidik
memberikan refleksi berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi
untuk mengetahui pemahaman peserta didik, dan mengajak peserta didik untuk
menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Berdasarkan hasil pengamatan selama penelitian, proses pembelajaran di kelas
eksperimen berlangsung dengan baik. Hal ini terlihat dari antusias dan peran aktif
91
peserta didik dalam belajar, baik dalam hal bertanya, mengemukakan pendapat,
diskusi kelompok, presentasi dan lainnya. Walaupun saat proses pembelajaran
berlangsung, masih terdapat beberapa kendala seperti masih terdapat peserta didik
yang asik mengobrol sendiri dengan teman sebangku atau kelompok, masih terdapat
peserta didik yang cenderung diam dan kurang aktif dalam belajar. Untuk mengatasi
kendala tersebut pendidik memperketat pengawasan secara individu maupun dalam
kegiatan kelompok, serta memancing peserta didik yang diam untuk mengemukakan
pendapatnya dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada peserta didik yang
bersangkutan dan menuntut peserta didik untuk memberikan jawaban. Dengan cara
demikian pendidik dapat mengorganisasikan peserta didik untuk pertemuan-
pertemuan selanjutnya. Sehingga peserta didik disetiap pertemuan dapat berperan
aktif dalam belajar dan proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Pada kelas kontrol proses pembelajaran berjalan cukup baik namun kurang
kondusif. Pendidik memberikan penjelasan dengan metode ceramah kepada peserta
didik tentang materi sistem gerak kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan tanya
jawab. Saat pendidik memberikan penjelasan, peserta didik cendrung diam dan
mendengarkan, sehingga rasa ingin tahu peserta didik kurang terpancing. Saat
kegiatan diskusi berlangsung peserta didik masih cendrung individual rasa kerja sama
kurang terjalin. Saat melakukan diskusi peserta didik bergabung dalam kelompoknya
yang heterogen, namun sistem kerja sama tidak terjalin. Hal ini disebabkan masih
terdapat peserta didik yang asyik mengobrol, bermain-main dengan temannya dan
mengandalkan teman kelompoknya untuk mengerjakan tugas kelompok. Kemudian
92
banyak peserta didik yang dalam kelompok diskusinya saling bersaing untuk
menampilkan yang terbaik. Akibatnya peserta didik yang aktif cendrung aktif dan
yang pasif tetap pasif. Sehingga saat proses tanya jawab berlangsung peserta didik
yang aktif cendrung berperan sedangkan peserta didik yang pasif setia menjadi
pendengar dan kurang memahami materi. Namun secara keseluruhan proses
pembelajaran di kelas kontrol berjalan dengan cukup baik karena peserta didik dapat
dikondisikan oleh pendidik untuk mengikuti rangkaian proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil penelitian dan perlakuan pada kelas eksperimen, diketahui
bahwa setelah menerapkan model problem based learning berbasis dasadarma
pramuka terdapat peningkatan sikap ilmiah yang lebih baik. Meningkatnya
perkembangan sikap ilmiah ini membuktikan bahwa model yang diterapkan di kelas
eksperimen memberikan pengaruh positif terhadap sikap ilmiah peserta didik di kelas
eksperimen.
Proses pembelajaran menggunakan model problem based learning memiliki
tujuan untuk menumbuhkan sikap ilmiah. Tahapan-tahapan dalam pembelajarannnya
yang diterapkan pada kelas eksperimen merujuk pada pembentukan dan
perkembangan sikap ilmiah peserta didik. Pembelajaran model problem based
learning merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang mengarah pada
penyelesaian masalah, peserta didik tidak hanya sekedar mendengar, mencatat atau
menghapal, melainkan dituntut untuk aktif berfikir, berkomunikasi, mencari dan
mengolah data untuk menemukan kesimpulan akhir. Hal ini sesuai dengan pendapat
Wina Sanjaya “tujuan yang ingin di capai dalam Pembelajaran Berbasis Masalah
93
(PBM) yaitu kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis
untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara
empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.”2
Dalam rangkaian pembelajaran dan proses pemecahan masalah, peserta didik
dituntut untuk dapat berfikir dan bertindak secara ilmiah bukan secara asal.
Rangkaian pembelajaran dalam pemecahan masalah yang dilaksanakan harus sesuai
dengan langkah-langkah problem based learning, oleh sebab itu dalam pemecahan
masalah harus sesuai fakta bukan hanya sekedar opini. Peserta didik di kelas
eksperimen baik secara individu maupun kelompok diarahkan untuk aktif
memberikan sumbangsih pikiran dalam diskusi untuk menemukan alternatif
pemecahan masalah. Artinya dengan melakukan proses pembelajaran yang sesuai
dengan problem based learning akan membuahkan hasil belajar yang optimal
termasuk sikap ilmiah peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusmono bahwa
“pembelajaran dengan model problem based learning lebih mengutamakan proses
belajar bukan hanya sekedar hasil belajar. Proses belajar yang berlangsung secara
maksimal, maka kemungkinan besar hasil belajar yang diproleh juga akan optimal.”3
Yustina, dkk. dalam penelitiannya mengatakan “implementasi tahapan-tahapan yang
2 Wina Sanaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2011), h. 216. 3 Rusmono, Strategi Pembelaaran Dengan Problem Based Learning itu Perlu, (Bogor: Ghalia
Indonesia), 2012, h. 82.
94
terdapat dalam problem based learning dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa.”4
Hal ini dibuktikan dengan perolehan rata-rata sikap ilmiah berikut:5
Tabel 4.10
Uji Perbedaan Rata-Rata (Uji t) Sikap Ilmiah Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Kelas Sikap Ilmiah Siswa (%) Kriteria
Eksperimen 84,39 Baik
Kontrol 40,69 Kurang Baik
thitung 5,511 H0 ditolak, H1 diterima (artinya bahwa
model PBL berpengaruh terhadap sikap
ilmiah) ttabel 2,306
Penerapan model problem based learning yang dipadukan dengan dasadarma
pramuka memberikan suatu inovasi lain dalam mengembangkan model problem
based learning. Salah satu tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran dengan model
problem based learning adalah terbentuknya sikap ilmiah peserta didik. Hal yang
serupa juga menjadi tujuan dari dasadarma pramuka. Dasadarma pramuka bertujuan
untuk membentuk sikap atau karakter anggota pramuka. Sikap atau karakter yang
dibentuk merupakan hasil dari proses pendidikan kepramukaan. Dasadarma pramuka
adalah alat proses pendidikan yang progresif untuk mengembangkan budi pekerti
luhur.6 Pendidikan kepramukaan dan pendidikan nasional memiliki tujuan yang sama
yaitu membentuk karakter anak bangsa melalui pendidikan, baik pendidikan formal
4 Yustina, dkk., Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA
Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), Universitas Riau
Pekanbaru: Program Studi Pendidikan Biologi, Jurnal Biogenesis Vol. 11 No. 1, (Juli 2014), h. 63. 5 Ibid, h. 63-64.
6 Lembaga Pendidikan Kader Gerakan Pramuka Daerah, Bahan Serahan KMD, h. 22.
95
maupun pendidikan non-formal. Hal ini sesuai dengan Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka pasal 11 yang berbunyi:
“Pendidikan kepramukaan dalam Sistem Pendidikan Nasional termasuk dalam
jalur pendidikan nonformal yang diperkaya dengan pendidikan nilai-nilai
gerakan pramuka dalam pembentukan kepribadian yang berakhlak mulia,
berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur
bangsa, dan memiliki kecakapan hidup.”7
Model problem based learning berbasis dasadarma pramuka yang diterapkan
di kelas eksperimen memberikan kontribusi positif dalam perkembangan sikap ilmiah
peserta didik yang lebih baik. Dalam proses pembelajarannya setiap langkah-langkah
problem based learning dikaitkan dan diperkuat dengan nilai-nilai yang terkandung
dalam dasadarma pramuka. Sehingga dalam setiap pembelajarannya akan melatih
pembentukan sikap ilmiah yang lebih baik. Nilai-nilai afektif yang terkandung dalam
dasadarma yaitu meliputi nilai takwa, berkasih sayang, dan peduli lingkungan. Hal
tersebut selaras dalam UU No. 12 tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka
menyebutkan bahwa:8
“Nilai kepramukaan mencakup keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, kecintaan pada alam dan sesame manusia, kecintaan pada tanah air
dan bangsa, kedisiplinan, keberanian, kesetiaan, tolong menolong,
bertanggung jawab, dapat dipercaya, jernih dalam berpikir, berkata, dan
berbuat, hemat, cermat, dan bersahaja, rajin dan terampil. Nilai kepramukaan
tersebut merupakan inti kurikulum pendidikan kepramukaan.”
Sehingga pada praktik proses pembelajaran yang dilaksanakan, peserta didik
tidak hanya di didik untuk menambah pengetahuan kognitifnya saja melalui konsep
7 Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta, Pustaka Tunas Media, 2011), h. 9. 8 Ibid., h. 7-8.
96
materi pembelajaran, namun juga merambah pada pembentukan dan perkembangan
sikap terutama sikap secara ilmiah yang tidak menyimpang dari norma pendidikan
dan agama yang berlaku. Sebab dalam proses pembelajarannya dikemas sedemikian
rupa agar peserta didik terlibat secara aktif pada berbagai kegiatan pembelajaran,
sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan tercapai secara optimal.
Proses pembelajaran yang menerapkan model problem based learning
berbasis dasadarma pramuka selama beberapa pertemuan menunjukkan
perkembangan sikap imliah peserta didik yang lebih positif. Pada penerapannya baik
dari segi problem based learning, maupun dasadarma memiliki satu tujuan utama
yaitu pembentukan dan perkembangan sikap peserta didik. Dalam hal ini adalah sikap
ilmiah peserta didik. Romadhona Zakaria mengemukakan bahwa dengan
membiasakan untuk membaca, menghapal, menghayati, dan mengamalkan butir-butir
dasadarma pramuka dalam kegiatan kepramukaan yang dilaksanakan akan melatih
dan menumbuh kembangkan karakter anggota pramuka yang lebih baik.9 Ketika
seseorang telah mampu dan memiliki karakter diri yang baik, maka seluruh kegiatan
dalam hidupnya akan mengindikasikan hal-hal yang baik pula. Hal ini ditunjukkan
dengan kemampuan peserta didik dalam mengendalikan dan mengontrol perilakunya
sehari-hari ke arah yang baik di setiap kegiatan. Sejalan dengan itu, Mazna Hayati,
dkk., menyatakan bahwa siswa memiliki nilai karakter yang memahami nilai-nilai
9 Romadhona Zakaria, Pendidikan Karakter Melalui Penerapan Dasadarma Pramuka di
SMKNegeri 4 Semarang, Jurnal Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan FIS UM, h. 13.
97
perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan.10
Hasil penelitian di kelas eksperimen menunjukkan bahwa adanya peningkatan
sikap ilmiah peserta didik setelah mendapatkan perlakuan. Tebel 4.4 menunjukkan
bahwa kelas eksperimen memiliki rata-rata pretest-pestest keseluruhan dari tiap
indikator sikap ilmiah yaitu 74,45 dan 89,17. Peningkatan sikap ilmiah menunjukkan
perbedaan di setiap indikator yang meliputi indikator sikap jujur, bekerja sama dan
peduli lingkungan. Berdasarkan ketiga indikator sikap ilmiah, sikap peduli
lingkungan memiliki peningkatan yang tertinggi yaitu 21,37 % dan sikap jujur
memiliki peningkatan terendah yaitu 8.91 %. Hasil analisis N-Gain yang ditunjukkan
pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen di peroleh rata-rata hasil
N-Gain yaitu 0,578 yang termasuk dalam kategori sedang. Dimana jumlah peserta
didik yang termasuk dalam nilai N-Gain sikap ilmiah kategori tinggi berjumlah 13
orang, sedang berjumlah 23 orang dan rendah berjumlah 3 orang. Berdasarkan tabel
4.4 dan 4.5 Peningkatan sikap ilmiah peserta didik tertinggi terdapat pada indikator
peduli lingkungan. Dadang Djuandi dalam penelitiannya menyatakan pembelajaran
yang menggunakan model problem based learning memberikan perubahan sikap
pada lingkungan yang lebih baik.11
10
Mazna Hayati, dkk., Hubungan Antara Intensitas Pendidikan Kepramukaan Dengan Karakter
Peserta Didik Sma Fajar Hidayah Aceh Besar, Universitas Syiah Kuala: Program Studi Bimbingan
dan Konseling, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP Unsyiah, Vol. 1 No. 1
(Agustus 2016), h. 9 11
Dadang Djuandi, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Siswa Pada
Lingkungan (Studi Eksperimen Quasi Pada Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Purwadadi),
Subang: SMAN 1 Purwodadi, Jurnal Pendidikan Geografi, Vol. 16 No. 1, (April 2016), h. 30
98
Berdasarkan pada tabel 4.6 sikap ilmiah peserta didik setelah di amati secara
langsung menggunakan penilaian lembar observasi menunjukkan bahwa rata-rata
penilaian sikap ilmiah pada kelas eksperimen yaitu 88,32 yang termasuk dalam
kriteia sangat baik. Dengan jumlah peserta didik yang masuk dalam kriteria sangat
tinggi 31 peserta didik, kriteria baik 6 peserta didik, kriteria cukup baik 2 peserta
didik, kriteria kurang baik dan sangat kurang baik 0 peserta didik. Hal ini berarti
bahwa setelah menerapkan model problem based learning berbasis dasadarma
pramuka pada kelas eksperimen memberikan pengaruh yang positif pada
perkembangan sikap ilmiah peserta didik.
Uji normalitas dan uji homogenitas terdapat pada tabel 4.7 dan tabel 4.8 yang
menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan homogen. Pada tabel 4.7 di
peroleh data hasil analisis uji normalitas menggunakan uji liliefors yang
menunjukkan bahwa kelas eksperimen memperoleh nilai Lhitung < Ltabel yaitu 0,122
dan 0,124 < 0,142 untuk angket awal dan angket akhir. Dengan di perolehnya nilai
Lhitung < Ltabel maka H0 diterima yang artinya data berdistribusi normal. Pada tabel 4.8
di peroleh data hasil analisis uji homogenitas yang menunjukkan bahwa data
memiliki nilai Fhitung < Ftabel yaitu 0,561 < 0,579 untuk angket sikap awal kelas
kontrol dan eksperimen, dan 1,606 < 1,721 untuk angket akhir kelas kontrol dan
eksperimen. Dengan diperolehnya nilai Fhitung < Ftabel maka H0 di terima yang artinya
data memiliki variansi yang sama atau homogen.
Diketahuinya data berdistribusi normal dan homogen, dengan demikian dapat
dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang di gunakan yaitu uji paired sample t-test.
99
Berdasarkan hasil analisis uji paired sample t-tes diperoleh bahwa data memiliki nilai
thitung > ttabel yaitu 15,418 > 2,024 pada 𝛼 = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Setelah diperolehnya nilai thitung > ttabel dan H1 diterima, maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan sikap ilmiah yang signifikan sebelum dan sesudah
penerapan model problem based learning berbasis dasadarma pramuka pada mata
pelajaran Biologi materi sistem gerak di kelas eksperimen (XI MIA 2).
Diperolehnya hasil dari analisis uji paired sample t-test yang menyatakan
bahwa hipotesis H1 diterima, yaitu terdapat perbedaan sikap ilmiah peserta didik yang
signifikan sebelum dan sesudah penerapan model problem based learning berbasis
dasadarma pramuka. Hal ini berarti bahwa model yang diterapkan di kelas
eksperimen mampu membuktikan bahwa variabel bebas pada penelitian ini memiliki
hubungan terhadap variabel terikat. Sehingga pernyataan hipotesis nol (H0) yang
menyatakan bahwa tidak ada perbedaan sikap ilmiah peserta didik sebelum dan
sesudah penerapan model problem based learning berbasis dasadarma pramuka pada
mata pelajaran Biologi kelas XI tidak tepat. Melainkan menunjukkan hasil yang
sebaliknya yaitu setelah penerapan model problem based learning berbasis
dasadarma pramuka menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap sikap ilmiah
peserta didik pada Mata Pelajaran Biologi Kelas XI di MAN 2 Bandar Lampung
terkhusus pada materi sistem gerak.
100
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya tentang penerapan model problem based learning berbasis dasadarma
pramuka terhadap sikap ilmiah peserta didik pada mata pelajaran Biologi kelas XI di
MAN 2 Bandar Lampung, maka dapat disimpulkan bahwa:
Ada perbedaan sikap ilmiah peserta didik yang signifikan sebelum dan sesudah
penerapan model problem based learning berbasis dasadarma pramuka pada mata
pelajaran Biologi kelas XI di MAN 2 Bandar Lampung pada materi sistem gerak.
Terjadi peningkatan rata-rata nilai sikap ilmiah yang signifikan pada kelas
eksperimen sebelum dan sesudah menerapkan model problem based learning
berbasis dasadarma pramuka pada saat proses pembelajaran. Hal ini dibuktikan dari
hasil rata-rata pretest dan posttest, N-Gain angket sikap ilmiah, lembar observasi dan
hasil uji paired sample t-test pada kelas eksperimen, dimana menunjukkan rata-rata
pretest yaitu 74,45 rata-rata posttest yaitu 89,17, perolehan rata-rata N-Gain yaitu
0,578 yang termasuk dalam kriteria sedang. Hasil rata-rata penilaian lebar observasi
yaitu 88,32 termasuk dalam kriteria sangat baik. Sedangkan hasil uji paired sample t-
test menunjukkan bahwa thitung > ttabel yaitu 15,418 > 2,024 pada 𝛼 = 0,05 maka H0
ditolak dan H1 diterima. Artinya terdapat perbedaan sikap ilmiah yang signifikan
sebelum dan sesudah penerapan model problem based learning berbasis dasadarma
101
pramuka pada mata pelajaran Biologi kelas XI di MAN 2 Bandar Lampung materi
sistem gerak.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh, peneliti memberikan saran
kepada:
1. Siswa
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan mengetahui beberapa kendala,
peserta didik sebaiknya memafaatkan waktu belajar secara optimal, dan melatih
diri untuk bersikap secara ilmiah baik untuk individu maupun kelompok
sehingga pembentukan sikap ilmiah peserta didik dapat timbul secara optimal.
2. Pendidik
Pendidik sebaiknya lebih memperhatikan perkembangan afektif peserta didik
disamping perkembangan kognitif dan psikomotorik. Pendidik dapat
menggunakan model problem based learning berbasis dasadarma pramuka
dalam pembelajaran biologi sebagai suatu inovasi pembelajaran berupa model
atau strategi pembelajaran untuk menumbuhkan sikap ilmiah peserta didik.
3. Kepala Sekolah
Sekolah harus memperketat pengawasan terhadap sikap peserta didik, serta
mendorong pendidik untuk terus melakukan kontrol terhadap perkembangan
afektif peserta didik dengan cara melakukan penilaian disetiap proses
pembelajarannya bukan hanya hasil belajar saja yang dinilai oleh pendidik.
102
C. PENUTUP
Alhamdulillahirobbil’alamiin penulis panatkan syukur kepada Yang Maha
Esa Allah SWT. yang senantiasa memberikan nikmat, rahmat, dan hidayah-Nya
sehingga penyusunan skripsi ini terselesaikan. Dalam penyusunan skripsi ini penulis
telah berusaha dengan maksimal, namun menyadari keterbatasan pengetahuan dan
kurangnya pengalaman yang dimiliki, skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka tidak menutup kemungkinan terdapat kesalahan baik dalam penulisan ataupun
dalam penyajian data penelitian, maka untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik
ataupun saran yang konstruktif demi kesempurnaan skripsi ini. Selama penyusunan
skripsi ini penulis telah mendapatkan bantuan, arahan, dan bimbingan yang luar biasa
dari berbagai pihak yang sangat membantu penulis dalam menyempurnakan dan
menyelesaikan skripsi ini, untuk itu penulis ucapkan terima kasih.
103
DAFTAR PUSTAKA
Amir, M. Taufiq. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2009.
Anggaeni, Shinta. Pengaruh Model Pembelajaran Terpadu Tipe Webbed Berbasis
Nilai Dalam Pembelajaran IPA Pada Tema Pencemaran Air Tehadap Sikap
Peserta Didik SMP N 1 Banyumas Pringsewu. Lampung : Skripsi Jurusan
Biologi Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2015.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009.
Budiyono. Statistika Untuk Penelitian. Surakarta: University Press, 2004.
Campbell, Reece.. Biologi Jilid I. Jakarta: Erlangga, 2008.
Carin, Arthur. Teaching Science Through Discovery. New Jersey: Merrill Prentice
Hall, 1997.
Damanik, Dede Parsaoran dan Bukit, Nurdin. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis
Dan Sikap Ilmiah Pada Pembelajaran Fisika Menggunakan Model
Pembelajaran Inquiry Training (IT) Dan Direct Intruction (DI), Jurnal
Universitas Negeri Medan, Jurusan Pendidikan Fisika Program Pascasarjana,
Vol. 2 No. 1., 2013.
(online: http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpf/article/view/4333/3796)
(10 Maret 2016)
Departemen Agama RI. Alhidayah Al-qur’an Tafsir Perkata Tajwid Kode Angka.
Banten: Kalim, 2011.
Djuandi, Dadang Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Sikap Siswa
Pada Lingkungan (Studi Eksperimen Quasi Pada Mata Pelajaran Geografi di
SMA Negeri 1 Purwadadi), Subang: SMAN 1 Purwodadi, Jurnal Pendidikan
Geografi, Vol. 16 No. 1, (April 2016).
(online: ejournal.upi.edu/index.php/gea/article/download/3465/2451) (23 Maret
2016).
Ekawarna. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Referensi, 2013.
Elmubarok, Zaim. Membumikan Pendidikan Nilai. Bandung: Afabeta, 2013.
104
F. Fakhriyah, Penerapan Problem Based Learning Dalam Upaya Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia,
2014.
(online:http://www.academia.edu/26440567/penerapan_problem_based_learnin
g_dalam_upaya_mengembangkan_kemampuan_berpikir_kritis_mahasiswa) (10
Maret 2016)
Hayati, Mazna, dkk., Hubungan Antara Intensitas Pendidikan Kepramukaan Dengan
Karakter Peserta Didik Sma Fajar Hidayah Aceh Besar, Universitas Syiah
Kuala: Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Bimbingan dan Konseling FKIP Unsyiah, Vol. 1 No. 1 (Agustus 2016). (online:
http://www.rp2u.unsyiah.ac.id/index.php/welcome/prosesDownload/6973/4)
(03 April 2016).
Jasin, Maskoeri. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
Kementerin Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Undang -Undang Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, Jakarta: Pustaka
Tunas Media, 2011.
M. Ali, dan M. Asrori. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Makna Cinta, (online: https://id.wikipedia.org/wiki/Cinta) (03 April 2016).
Makna dan Penjelasan Dasadarma Pramuka, (online:
http://www.pramukanet.org/index.php?option=com_content&task=lPtBqQ) (14
Januari 2014).
Muslich, Masnur dan Maryaeni. Bagaimana Menulis Skripsi. Jakarta: Bumi Aksara,
2010.
Napitupulu. Pendidikan Nilai Dwisatya dan Dwidarma, Trisatya dan Dasadarma,
Ikrar Gerakan Pramuka. Jakarta: Pustaka Tunasmedia, 2007.
Nurrohmah, Siti, dkk. Biologi SMA kelas XI. Departemen Pendidikan Nasional: Pusat
Perbukuan, 2009.
Prayudha, Wisnu. Love And Fear Enam Kendali Menjadi Diri-Cinta. Jakarta: PT.
Elex Media Komputindo, 2010.
Rusman. Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers, 2012.
105
Rusmono. Strategi Pembelajaran Dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor:
Ghalia Indonesia, 2012.
Rustaman, Nuryani Y. dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Universitas
Pendidikan Indonesia: Jurusan Pendidikan Biologi, 2003.
Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2013.
Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2006.
Sari, Martala dan Apriani, Jeli. Pengaruh Model Pembelajaran Concept Attainment
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Viii Pada Konsep Sistem Pernapasan,
Universitas Lancang Kuning, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Vol.
01 No. 02., 2014.
(online: https://www.unilak.ac.id/media/file/62152366712MartalaSariJelly.pdf)
(03 April 2016).
Subowo. Biologi Sel. Bandung: Angkasa, 1995.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D. Bandung: Alfabeta,
2011.
Sunardi, Andri Bob. Boyman Ragam Latih Pramuka. Bandung: Nuansa Muda, 2011.
Suryana, Toto. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Tiga
Mutiara, 1997.
Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta:
Sinar Grafika, 2008.
Yudawan, Aldi, dkk., Model Pembelajaran Problem Based Learning Dan Guided
Discovery Learning Berbantu Media Pembelajaran Muvis Terhadap Literasi
Sains, Jurnal Ilmiah Pendidikan Pedagogia, Vol. 07 No. 02., 2015. (online:
http://www.unpak.ac.id/uploads/dosen_7112_2_problem_based_learning.pdf)
(03 April 2016)
Yustina, dkk., Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Kelas
XI IPA Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
106
(PBL), Universitas Riau Pekanbaru: Program Studi Pendidikan Biologi, Jurnal
Biogenesis Vol. 11 No. 1, (Juli 2014).
(online:http://download.portalgaruda.org/article.php?article=273449&val=2269
&title=peningkatan%20sikap%20ilmiah%20siswa%20dalam%20pembelajaran
%20biologi%20kelas%20xi%20ipa%20melalui%20penerapan%20model%20p
embelajaran%20problem%20based%20learning%20(pbl)) (23 Maret 2016).
Zakaria, Romadhona, Pendidikan Karakter Melalui Penerapan Dasadarma Pramuka
di SMKNegeri 4 Semarang, Jurnal Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan FIS
UM. (online: http://jurnal-online.um.ac.id/article/do/detail-article/1/45/1639)
(23 September 2016).