PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEROKOK TEMBAKAU
YANG BERALIH KE ROKOK ELEKTRIK
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi
Oleh :
WAHYU SAKTI TRI ATMOJO
F 100 130 033
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
ii
iii
1
PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEROKOK TEMBAKAU YANG BERALIH KE ROKOK ELEKTRIK
ABSTRAK
Merokok merupakan masalah yang belum dapat diselesaikan hingga saat ini. Berbagai dampak dan bahaya merokok sebenarnya sudah dipublikasikan kepada masyarakat, namun kebiasaan merokok masyarakat masih sulit untuk dihentikan. Rerata batang rokok yang di hisap per hari penduduk Indonesia umur ≥10 tahun adalah 12,3 batang. Salah satu cara yang efektif untuk berhenti merokok adalah dengan Nicotine Replacement Therapy (NRT). Nicotine replacement therapy (NRT) adalah metode yang menggunakan suatu media untuk memberikan nikotin yang diperlukan oleh perokok tanpa pembakaran tembakau yang merugikan. Electronic cigarette (rokok elektronik) atau e-cigarette merupakan salah satu NRT yang menggunakan listrik dari tenaga baterai untuk memberikan nikotin dalam bentuk uap dan oleh WHO disebut sebagai Electronic Nicotine Delivery System (ENDS). Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk memahami proses pengambilan keputusan perokok tembakau yang beralih ke rokok elektrik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologi deskriptif. Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang dengan kriteria : (a) Usia minimal 18 tahun, (b) menggunakan rokok elektrik minimal 1 bulan, dan (c) sebelumnya menggunakan rokok tembakau. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara. Data dianalisis secara tematik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum pengambilan keputusan perokok tembakau yang beralih ke rokok elektrik dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup persepsi dan pengetahuan menganai rokok tembakau. Faktor eksternal mencakup orang-orang di sekitar seseorang.
Kata Kunci: pengambilan keputusan, perokok, rokok elektrik, rokok tembakau
ABSTRACT Smoking is a problem that can not be solved until today. Many effects and risks of smoking actually been published to the public, but peoples smoking habit still hard to break. Average cigarettes smoked per day Indonesian population aged ≥10 years was 12.3 pcs. There is an effective way to quit smoking, that is using Nicotine Replacement Therapy (NRT). Nicotine replacement therapy (NRT) is a method that use a tool to provide the nicotine which smoker need without a danger of tobacco burn. Electronic cigarettes (electronic cigarettes) or e-cigarette is one of the NRT that uses electricity from the batteries to deliver nicotine in vapor form and by WHO called as as Electronic Nicotine Delivery Systems (ENDS). The aim of this study is to know about tobacco smoker decision
2
making process who switch to electronic cigarette. This study use qualitative research methods descriptive phenomenology. Subjects in this study is 10 people with the following criteria: (a) Minimum age 18 years, (b) using an electric cigarette at least 1 month, and (c) user of tobacco cigarettes previously. This study use interview method for data collection. Data were analyzed thematically. The results of this study showed that the decision-making tobacco smokers who switch to the electric cigarette is influenced by internal and external factors. Internal factors include the perception and knowledge about tobacco cigarettes. External factors include peoples around subjects.
Keywords: decision making, smoker, e-cigarette, tobacco cigarette
1. PENDAHULUAN Merokok merupakan masalah yang belum dapat diselesaikan hingga saat ini.
Berbagai dampak dan bahaya merokok sebenarnya sudah dipublikasikan kepada
masyarakat. Merokok amat berbahaya bagi kesehatan, tidak hanya berbahaya bagi
perokok aktif, namun juga berbahaya bagi perokok pasif. Satu batang rokok yang
dibakar akan mengeluarkan 4000 bahan kimia beracun (Jufri, 2012).
Alamsyah (dalam Indra, 2015) menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi seseorang merokok yaitu, zat nikotin yang membuat seseorang
ketagihan, faktor teman, dan faktor psikologis yang merasa lebih fokus dalam
mengerjakan hal atau suka memainkan asap. Berdasarkan faktor-faktor tersebut
dapat diketahui bahwa berhenti merokok bukan hal yang mudah.
Berhenti merokok berarti berhenti memasukkan kandungan nikotin ke dalam
tubuh. Salah satu cara yang efektif untuk berhenti merokok adalah dengan
Nicotine Replacement Therapy (NRT). Nicotine replacement therapy (NRT)
adalah metode yang menggunakan suatu media untuk memberikan nikotin yang
diperlukan oleh perokok tanpa pembakaran tembakau yang merugikan. Electronic
cigarette (rokok elektronik) atau e-cigarette merupakan salah satu NRT yang
menggunakan listrik dari tenaga baterai untuk memberikan nikotin dalam bentuk
uap dan oleh WHO disebut sebagai Electronic Nicotine Delivery System (ENDS).
Electronic cigarette dirancang untuk memberikan nikotin tanpa pembakaran
tembakau dengan tetap memberikan sensasi merokok pada penggunanya
(Tanuwihardja & Susanto, 2012).
3
Berdasarkan angket yang disebar peneliti pada perokok berjumlah 62
responden, didapat persentase perokok tembakau sebesar 35,48%, lalu sebesar
53,23% adalah pengguna rokok elektrik, dan sisanya sebesar 11,29% adalah
perokok tembakau dan elektrik. Keseluruhan perokok tembakau berjumlah 22
orang dan seluruhnya mengetahui adanya rokok elektrik, namun mereka tetap
menggunakan rokok tembakau. Lalu untuk rokok elektrik, penggunanya
berjumlah 33 orang. Dari 33 orang, hanya satu orang yang tidak merokok
tembakau sebelum menggunakan rokok elektrik, sedangkan 32 orang yang lain
dulunya adalah perokok tembakau lalu beralih ke rokok elektrik. Rata – rata
pengguna rokok elektrik sudah menggunakan rokok elektrik selama kurang lebih
3 bulan. Alasan mereka beralih dari rokok tembakau ke rokok elektrik juga
bermacam-macam, mulai dari aroma yang lebih wangi dari rokok tembakau,
varian rasa yang bermacam-macam, biaya yang lebih murah, ingin berhenti
merokok tembakau, dan juga karena mengikuti trend yang ada di masyarakat.
Dari fenomena tersebut dapat diketahui gambaran terkait pengambilan
keputusan perokok tembakau yang beralih ke rokok elektrik. Pernyataan-
pernyataan tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait
dengan masalah pengambilan keputusan perokok tembakau yang beralih ke rokok
elektrik.
Siagian (1981), mengatakan bahwa pengambilan keputusan adalah suatu
pendekatan yang sistematis terhadap hakekat suatu masalah, pengumpulan fakta-
fakta dan data, penentuan yang matang dari alternatif yang dihadapi dan
mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling
tepat. Sedangkan menurut Sarwono (2009) pengambilan keputusan merupakan
hasil proses dari berbagai pertimbangan-pertimbangan alternatif untuk
menyelesaikan masalah. Persoalan pengambilan keputusan, pada dasarnya adalah
bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan yang mungkin dipilih yang
prosesnya melalui mekanisme tertentu, dengan harapan akan menghasilkan
sebuah keputusan yang terbaik (Suryadi & Ramdhani, 1998). Pengambilan
keputusan adalah teknik memilih dua atau beberapa pilihan dalam sebuah perilaku
4
preventif dengan maksud untuk mendapatkan tujuan tertentu (Cervon, dalam
Heydari dkk. 2011).
Dari berbagai pengertian di atas maka dapat diketahui bahwa pengambilan
keputusan adalah proses pengumpulan alternatif-alternatif untuk mengatasi
masalah lalu memilih salah satu diantara alternatif-alternatif tersebut agar
menghasilkan keputusan yang tepat.
Sarwono & Meinarno (2009) menguraikan ada empat faktor yang dapat
mempengaruhi suatu pengambilan keputusan, yaitu kecerdasan emosi,
androginitas, persepsi, dan nilai. Suryadi & Ramdhani (1998) mengemukakan ada
dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan seseorang, yaitu fakta dan
pengalaman.
Menurut Budiyanto (2013), salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
pengambilan keputusan adalah kelompok acuan seperti peer group. Dalam
pengambilan keputusan, peer group memiliki peran yang spesial sebagai poin
acuan dan bahkan menggantikan keluarga dalam pengambilan keputusan
(Turcinkova & Moisidis dalam Budiyanto, 2013).
Dalam proses pengambilan keputusan, kelompok acuan sangat berperan
dalam hampir seluruh proses pengambilan keputusan, salah satunya pada tahap
pencarian informasi. Sumber-sumber informasi menurut Kotler dan Keller (dalam
Budiyanto, 2013), ada empat: pribadi, komersial, publik, dan eksperimental dan
sumber yang paling mempengaruhi kepada seseorang adalah dari pribadi, yakni:
keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja.
Menurut Robbins (dalam Indra, Hasneli, dan Utami, 2015), pengambilan
keputusan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu:
a. Persepsi Positif
Persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau
informasi dengan pandangan yang positif atau sesuai dengan yang
diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada.
5
b. Persepsi Negatif
Persepsi negatif merupakan persepsi individu terhadap objek atau informasi
tertentu dengan pandangan yang negatif, berlawanan dengan yang
diharapkan dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada.
Jadi berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa pengambilan
keputusan dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri pengambil keputusan seperti,
pengalaman, pengetahuan, persepsi, dan kecerdasan emosi. Sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari lingkungan pengambil keputusan yang
meliputi nilai yang berlaku di masyarakat dan fakta yang terjadi di lapangan.
Perilaku merokok pada dasarnya adalah menikmati nikotin yang dibakar
(Tirtosastro dan Murdiyati, 2010). Menurut Chotidjah (2012) perilaku merokok
adalah menghisap asap dari rokok dengan cara membakar ujungnya dan
menghirup asapnya dari ujungnya yang lain.
Rerata batang rokok yang di hisap per hari penduduk Indonesia umur ≥10
tahun adalah 12,3 batang atau setara dengan satu bungkus (Riset Kesehatan Dasar,
2013). Data dari Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (2015) menyatakan bahwa rata-rata pengeluaran seseorang untuk
membeli rokok per hari adaah Rp. 12.500 atau Rp. 375.000 per bulan.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2015)
yang menyatakan bahwa trend usia mulai merokok yang paling tinggi adalah
kelompok usia 15-19 tahun sebanyak 55,4%.
Menurut Januartha (2012) hal yang paling mempengaruhi perilaku merokok
seseorang secara signifikan adalah status merokok orang tua. Menurut Charlton
dkk. (dalam Chotidjah, 2012) bahwa merokok adalah salah satu cara bagi
seseorang terutama para remaja untuk bersosialisasi dan menjalin pertemanan.
Oleh karena itu maka tidaklah mengherankan jika salah satu situasi dan kondisi
yang kemudian membuat seseorang untuk merokok adalah saat bersama dengan
teman-teman mereka yang juga perokok
Berikut adalah situasi-situasi yang mendorong seseorang untuk merokok:
- Saat bersama teman yang juga perokok
6
- Setelah makan
- Tempat-tempat pribadi
- Diantara orang yang tidak merokok
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2015)
yang menyatakan bahwa 88,2% perokok memiliki keinginan untuk berhenti
merokok, salah satunya karena alasan kesehatan. Hasil riset Global Adult Tobacco
Survey (2012) menyatakan bahwa 81,3% perokok percaya bahwa merokok dapat
menyebabkan penyakit yang serius.
Vensickel & Eissenberg (2013), menyatakan rokok elektrik adalah sebuah
alat yang terdiri dari baterai, pemanas dan cairan yang mengandung nikotin.
Rokok elektrik dapat membantu pengguna rokok tembakau untuk berhenti atau
mengurangi kebiasaan merokok.
Rokok elektrik menawarkan keuntungan berupa berhenti merokok tembakau
dengan memungkinkan pengguna secara bertahap mengurangi jumlah nikotin
yang mereka konsumsi dari waktu ke waktu (Ray, 2016).
Penelitian Choi dan Forster (2012) menyatakan bahwa 44.5% setuju bahwa
vaporizer dapat membantu orang berhenti merokok tembakau, 42.8% setuju jika
vaporizer lebih sedikit mengandung racun dibanding rokok tembakau, dan 26.3%
setuju vaporizer lebih sedikit membuat kecanduan dibanding rokok tembakau.
Oleh karena itu muncul pertanyaan penelitian bagaimana perilaku merokok
para perokok? Serta faktor eksternal dan internal apa yang memengaruhi
pengambilan keputusan perokok tembakau beralih ke rokok elektrik?
2. METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif fenomenologi deskriptif.
Pendekaatan kualitatif fenomenologi lebih memfokuskan pada konsep suatu
fenomena tertentu dan bentuk dari studinya adalah untuk melihat dan memahami
arti dari suatu pengalaman individu atau kelompok yang berkaitan dengan suatu
fenomena tertentu. Informan dalam penelitian ini berjumlah 10 orang dengan
kriteria : (a) Memiliki perangkat rokok elektrik (b) telah menggunakan rokok
elektrik minimal 1 bulan, dan (c) sebelumnya menggunakan rokok tembakau.
7
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
wawancara. Wawancara dilakukan kepada pengguna rokok elektrik yang
tergabung dalam komunitas rokok elektrik “Independen Vapor”, dengan tujuan
untuk mengetahui perilaku merokok mereka, serta mengungkap faktor-faktor
yang mempengaruhi keputusan mereka untuk beralih dari rokok tembakau ke
rokok elektrik. Dalam penelitian ini peneliti mengunakan cara member check
dalam memvalidasi keakuratan hasil dan interpretasi. Adapun analisis data yang
digunakan secara tematik dan kategorisasi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengambilan keputusan
perokok tembakau yang beralih ke rokok elektrik. Pembahasan mencakup
perilaku merokok para perokok, dan faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan untuk beralih ke rokok elektrik.
3.1 Perilaku Merokok
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh subjek mulai merokok pada
saat masih bersekolah. enam dari sepuluh subjek mulai merokok saat SMP, tiga
subjek yang lain mulai merokok pada saat SMA, lalu satu subjek bahkan mulai
merokok pada saat SD. Hal ini sesuai dengan data dari Pusat Data dan Informasi
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2015) yang menyatakan bahwa
trend usia mulai merokok yang paling tinggi adalah kelompok usia 15-19 tahun
sebanyak 55,4%. Kelompok usia 15-19 tahun adalah rentang usia seseorang
bersekolah di SMP dan SMA.
Semua subjek berada di lingkungan perokok, entah dari lingkungan keluarga
atau lingkungan pertemanan. 50% dari subjek memiliki teman yang merokok
tembakau, 40% subjek juga memiliki teman yang merokok ditambah ada orang
dari keluarga yang juga merokok, sedangkan 10% sisanya memiliki orang di
keluarganya yang merokok, namun tidak memiliki teman yang merokok. Hal ini
sesuai dengan penelitian Muslimin, Christiana, Muhari, dan Pratiwi (2013) yang
menyatakan bahwa perilaku merokok seseorang dipengaruhi oleh perilaku
merokok orang tua, terutama ayah mereka. Teman juga memiliki pengaruh
8
terhadap perilaku merokok seseorang, karena mereka suka beraul dengan teman-
teman yang merokok, baik teman sekolah maupun teman di lingkungan rumah
(Muslimin dkk, 2013).
Masing-masing subjek memiliki waktu tertentu untuk merokok. Persentase
paling besar adalah saat bersama teman, masing-masing sebesar 60%. Hal
tersebut sejalan dengan pendapat Charlton dkk. (dalam Chotidjah, 2012) yang
menyatakan bahwa merokok adalah salah satu cara bagi para remaja untuk
bersosialisasi dan menjalin pertemanan. Lalu 60% subjek juga mengatakan akan
merokok ketika setelah makan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
Chotidjah (2012) bahwa situasi dan kondisi yang mendorong seseorang untuk
merokok salah satunya adalah ketika setelah makan.
Dari hasil penelitian didapatkan berbagai macam perasaan subjek ketika
merokok, yakni puas, kenikmatan, tenang, dan mendapat inspirasi. Mayoritas
subjek merasa tenang ketika merokok, yakni sebesar 60%. 50% subjek
merasakan kenikmatan ketika merokok. Lalu subjek yang merasa puas ketika
merokok sebanyak 40%. Subjek yang mendapatkan inspirasi ketika merokok
sebanyak 10%. Hal ini menandakan bahwa subjek mengalami efek positif dari
merokok sebagaimana dikemukakan oleh Muslimin dkk (2013) yang
menyatakan bahwa efek yang dirasakan ketika merokok ada dua macam yaitu
efek positif dan negatif. Efek positif mencakup perasaan ketenangan, enjoy,
puas dan rileks.
Untuk pengeluaran per bulan, 40% subjek menghabiskan uang kurang dari
Rp. 200.000 untuk membeli rokok, sedangkan sisanya sebanyak 60%
menghabiskan uang lebih dari Rp. 200.000 untuk membeli rokok. Data dari
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2015)
menyatakan bahwa rata-rata pengeluaran seseorang untuk membeli rokok per
bulan adalah Rp. 375.000.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa seluruh subjek memiliki keinginan
untuk berhenti merokok tembakau. Hal ini sesuai dengan penelitian Pusat Data
dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2015) yang
menyatakan bahwa 88,2% perokok memiliki keinginan untuk berhenti merokok.
9
Alasan masing-masing subjek pun berbeda. 40% subjek ingin berhenti merokok
dengan alasan kesehatan. Hal ini sesuai dengan hasil riset Global Adult
Tobacco Survey (2012) yang menyatakan bahwa 81,3% perokok percaya bahwa
merokok dapat menyebabkan penyakit yang serius. Ditinjau dari jawaban subjek,
seluruh subjek menggunakan rokok elektrik sebagai sarana untuk berhenti
merokok tembakau. Ini sesuai dengan penelitian Brown dkk (2014) yang
hasilnya menyatakan bahwa pengguna rokok elektrik mengatakan bahwa rokok
elektrik membantu mereka untuk berhenti atau mengurangi kebiasaan merokok
mereka.
Ketika sedang menggunakan rokok elektrik 70% subjek merasakan enak. 20%
subjek merasa tenang. Lalu subjek yang merasa nyaman sebanyak 10%. Subjek
yang merasa segar dan biasa saja ketika menggunakan rokok elektrik masing-
masing sebanyak 10%. Jika dikelompokkan dalam kategori yang lebih kecil lagi,
90% subjek menunjukkan perasaan atau persepsi positif dari menggunakan
rokok elektrik. Robbins (dalam Indra dkk, 2015) mengemukakan bahwa
persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau
informasi dengan pandangan yang positif atau sesuai dengan yang diharapkan
dari objek yang dipersepsikan atau dari aturan yang ada. Penyebab munculnya
persepsi positif seseorang karena adanya kepuasan individu terhadap objek yang
menjadi sumber persepsinya, adanya pengetahuan individu, serta adanya
pengalaman individu terhadap objek yang dipersepsikan.
3.2 Faktor Yang Memengaruhi Pengambilan Keputusan Perokok Tembakau
Beralih Ke Rokok Elektrik
Seluruh subjek memiliki teman yang menggunakan rokok elektrik, entah
dari teman kos, teman nongkrong, maupun teman kampus. Hal ini menunjukkan
jika subjek menggunakan rokok elektrik juga dikarenakan subjek konform
dengan teman-teman subjek. Ini sesuai dengan teori Budiyanto (2013) yang
menyatakan bahwa salah satu faktor yang sangat mempengaruhi pengambilan
keputusan adalah kelompok acuan seperti peer group atau kelompok teman.
Dalam pengambilan keputusan, peer group memiliki peran yang spesial sebagai
10
poin acuan dan bahkan menggantikan keluarga dalam pengambilan keputusan
(Turcinkova & Moisidis dalam Budiyanto, 2013)
Dari hasil penelitian dapat diketahui jika subjek tertarik dengan rokok
elektrik karena berbagai hal. Sebanyak 30% subjek tertarik menggunakan rokok
elektrik karena ingin mengurangi merokok tembakau. Hal ini menunjukkan jika
sebelum menggunakan rokok elektrik, subjek sudah mencari tahu kegunaan
rokok elektrik yakni untuk membantu berhenti merokok. Ini sesuai dengan teori
Suryadi & Ramdhani (1998) yang menyatakan bahwa seorang pengambil
keputusan yang selalu bekerja secara sistematis akan mengumpulkan fakta
mengenai satu masalah dan hasilnya ialah kemungkinan keputusan akan lahir
dengan sendirinya. Artinya, fakta itulah yang akan memberi petunjuk keputusan
apa yang akan diambil. Sebanyak 60% subjek tertarik dengan rokok elektrik
karena varian rasa. Subjek yang tertarik dengan rokok elektrik karena model
rokok elektrik, dan aroma masing-masing sebanyak 10%. Dapat dikatakan
bahwa ketertarikan subjek pada rokok elektrik karena rasa, aroma, dan model
adalah permasalahan persepsi karena untuk rasa, aroma dan model tidak ada
ukuran yang pasti antar satu orang dengan orang yang lain. Hal ini sesuai
dengan teori Sarwono & Meinarno (2009) yang menyatakan bahwa salah satu
faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan adalah persepsi, yang mana
persepsi akan mempengaruhi interpretasi dan reaksi individu terhadap situasi,
yang pada akhirnya akan membedakan antara gaya individu yang satu dengan
lainnya dalam mengambil keputusan.
Subjek memutuskan beralih ke rokok elektrik dengan mempertimbangan
berbagai hal. 70% subjek mempertimbangkan faktor kesehatan. Hasil penelitian
ini didukung oleh penelitian Pearson, Richardson, Niaura, Vallone, dan Abrams
(2012) yang menyebutkan bahwa rata-rata orang kulit putih, perokok tembakau,
anak-anak muda, dan tamatan sekolah menengah atas atau diploma memiliki
persepsi bahwa vaporizer lebih aman dibanding rokok tembakau. 30% subjek
memiliki pertimbangan karena ingin berhenti merokok. Hasil penelitian ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan Choi dan Forster (2012) yang
menyatakan bahwa 44.5% setuju bahwa rokok elektrik dapat membantu
11
seseorang untuk dapat berhenti merokok tembakau. Masing-masing subjek
memiliki pandangan tersendiri mengenai kelebihan dari rokok elektrik. 80%
subjek mengatakan jika kelebihan rokok elektrik adalah dari segi varian rasanya.
20% subjek mengatakan jika kelebihan rokok elektrik adalah dari segi aroma
yang wangi. Rasa dan aroma adalah hal yang saling berkaitan karena rasa dalam
liquid tentu akan mempengaruhi aroma dari rokok elektrik itu sendiri. Hal ini
sesuai dengan pendapat Wasowics, Feleszko, dan Goniewics (2015) yang
menyatakan bahwa rasa liquid elektrik sangat beragam sehingga rasa liquid
rokok elektrik dikelompokkan menjadi lima kelompok yakni rasa tembakau,
rasa buah, rasa menthol, rasa manis, dan rasa yang lain (kopi, teh, dll.).
Dari hasil penelitian diketahui bahwa seluruh subjek bisa berhenti merokok
tembakau dengan bantuan rokok elektrik. Ini sesuai dengan teori Raw (2016)
yang menyatakan bahwa rokok elektrik menawarkan keuntungan berupa
berhenti merokok tembakau dengan memungkinkan pengguna secara bertahap
mengurangi jumlah nikotin yang mereka konsumsi dari waktu ke waktu.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa perilaku merokok seseorang sangat
dipengaruhi oleh perilaku merokok keluarga, terutama perilaku merokok ayah.
Seseorang juga akan terdorong untuk merokok ketika ada teman atau rekan yang
juga merokok, karena merokok adalah salah satu cara bersosialisasi dan menjalin
pertemanan. Konsumsi rokok per hari masyarakat Indonesia adalah 12,3 batang
rokok, dan jika dihitung lagi, dalam satu bulan seseorang akan menghabiskan
uang sekitar Rp. 375.000 untuk membeli rokok. Ketika merokok, seseorang akan
merasakan dampak positif, diantaranya adalah merasakan kenikmatan, merasa
tenang, dan merasa puas. Meskipun seseorang merasakan dampak positif dari
merokok, namun tidak menutup kemungkinan jika seseorang tersebut memiliki
keinginan untuk berhenti merokok, karena pada dasarnya seorang perokok
mengetahui efek yang berbahaya dari merokok. Faktor yang mendorong
seseorang untuk berhenti merokok pun bermacam-macam, yang pertama faktor
kesehatan, lalu pengeluaran yang berlebih untuk membeli rokok, dan faktor
12
lingkungan sekitar. Salah satu cara yang digunakan seseorang untuk membantu
berhenti merokok adalah menggunakan rokok elektrik. Rokok elektrik akan
memberikan sensasi rasa yang lebih enak daripada rokok tembakau. Rokok
elektrik juga akan membuat seseorang merasa tenang sebagaimana rokok
tembakau.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan seorang perokok
tembakau beralih ke rokok elektrik dikelompokkan menjadi dua, yakni faktor
internal dan faktor eksternal.
Faktor internal mencakup persepsi dan pengetahuan seseorang mengenai
rokok tembakau. Ketika seseorang mencoba rokok elektrik untuk pertama kali,
rata-rata mereka akan merasakan rasa yang lebih enak daripada rokok tembakau
dan aroma yang lebih wangi dari rokok tembakau. Hal ini akan membentuk
persepsi positif seseorang terhadap rokok elektrik, dan ketika seseorang sudah
memiliki persepsi positif terhadap sesuatu, seseorang tersebut akan merasa tertarik
dengan hal yang dipersepsikan positif tersebut. Faktor internal lain yang
mempengaruhi pengambilan keputusan seorang perokok tembakau beralih ke
rokok elektrik adalah pengetahuan seseorang tersebut. Hal ini masih berhubungan
dengan faktor yang pertama yaitu persepsi. Dikatakan di atas jika seseorang
memiliki persepsi positif akan tertarik dengan hal yang dipersepsikan sebagai hal
yang positif. Dari ketertarikan tersebut seseorang akan menggali informasi lebih
lanjut mengenai hal tersebut, dalam hal ini rokok elektrik. Saat seseorang
menggali informasi mengenai rokok elektrik, mereka menemukan fakta bahwa
rokok elektrik dapat membantu untuk berhenti merokok tembakau. Ketika hal itu
sejalan dengan keinginan untuk berhenti merokok tembakau, seseorang akan
merasa lebih yakin untuk beralih dari rokok tembakau ke rokok elektrik.
Kategori faktor selanjutnya adalah faktor eksternal. Faktor eksternal yang
mempengaruhi pengambilan keputusan seorang perokok tembakau beralih ke
rokok elektrik adalah lingkungan terutama teman. Seseorang akan
mempertimbangkan menggunakan rokok elektrik apabila memiliki teman yang
menggunakan rokok elektrik. Faktor teman ini akan lebih berpengaruh ketika
13
seseorang berkeinginan untuk berhenti merokok dan memiliki teman yang bisa
berhenti merokok dengan bantuan rokok elektrik.
Pengambilan keputusan adalah proses pengumpulan alternatif-alternatif
untuk mengatasi masalah lalu memilih salah satu di antara alternatif-alternatif
tersebut agar menghasilkan keputusan yang tepat. Merokok bagaikan pisau
bermata dua. Seseorang akan merasakan sisi positif maupun negatif ketika
merokok. Dari sisi positif seseorang akan merasa puas, tenang, bahkan
mendapatkan inspirasi. Dari sisi negatif, merokok akan memengaruhi kesehatan
seseorang, penampilan menjadi terlihat lebih tua, bahkan dilarang oleh orang-
orang di sekitar terutama keluarga. Sisi negatif dari rokok itulah yang menjadikan
seseorang memiliki keinginan dan bertujuan untuk berhenti merokok. Saat
seseorang mengetahui adanya rokok elektrik, seseorang akan mencari tahu lebih
jauh mengenai rokok elektrik tersebut, baik dengan bertanya kepada orang lain
maupun mencari tahu menggunakan internet dan sosial media. Rokok elektrik
adalah sebuah alat yang memungkinkan seseorang untuk mendapatkan nikotin
sebagaimana rokok tembakau, namun tanpa pembakaran berbahaya yang ada di
rokok tembakau. Singkatnya, rokok elektrik adalah alternatif yang dapat
membantu seseorang untuk mengurangi bahkan menghilangkan perilaku merokok
tembakau seseorang. Ketika fakta tersebut sejalan dengan keingingan dan tujuan
seseorang untuk berhenti merokok, maka seseorang tersebut akan memutuskan
meninggalkan rokok tembakau dan beralih ke rokok elektrik untuk mencapai
keinginan dan tujuannya.
DAFTAR PUSTAKA Brown, J., Beard, E., Kotz, D., Michie, S. & West, R. (2014). Real-world
Effectiveness of E-cigarettes When Used to Aid Smoking Cessation: A Cross-sectional Population Study. Addiction Research Report. 109, 1531–1540
Budiyanto, A. (2013). Keputusan Pembelian Blackberry Remaja Ditinjau Dari
kelompok Acuan. Jurnal Ilmu Psikologi Terapan. 1 (2), 361-375. Choi, K. & Forster, J. (2013). Characteristics Associated With Awareness,
Perceptions, and Use of Electronic Nicotine Delivery Systems Among
14
Young US Midwestern Adults. American Journal of Public Health. 103 (3), 556-561.
Chotidjah, S. (2012). Pengetahuan Tentang Rokok, Pusat Kendali Kesehatan
Eksternal Dan Perilaku Merokok. Makara, Sosial Humaniora. 16 (1), 49-56.
Heydari, H., Bagherian F., Abadi, J.F., Shahyad, S., Asadi, M., Miri, M., &
Derekhshanpur, A. (2011). The Effect of The Environment (Real and Virtual) and The Personality On The speed of Decision Making. Procedia Social and Behavioral Sciences. 15, 2411-2414.
Indra, F.I, Hasneli, Y., & Utami, S. (2015). Gambaran Psikologis Perokok
Tembakau Yang Beralih Menggunakan Rokok Elektrik (Vaporizer). Jurnal Online Mahasiswa Universitas Riau. 2(2), 1285-1291.
Januartha, I.B.P.E. (2012). Analisis Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang
Perilaku Merokok Di Kota Denpasar. e-Jurnal Matematika. 1 (1). 81-83. Jufri, S. (2012). Pigmentasi Mukosa Bibir Pada Perokok dan Penyebabnya
(Skripsi Program Sarjana Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar). Diunduh dari http://repository.unhas.ac.id/handle/123456789/2614.
Muslimin., Christiana, E., Muhari., & Pratiwi, I.T. (2013). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Siswa di SMP Negeri Kecamatan Babat. Jurnal BK UNESA. 1 (2). 116-124.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). Perilaku Merokok Masyarakat Indonesia Berdasarkan Riskesdas 2007 dan 2013. Jakarta.
Ray, A.P. (2015). Treading Lightly: Why The FDA Should Use Its New Authority To Regulate Electronic Cigarettes Sparingly. Journal of Legal Medicine. 3(2), 215-231.
Sarwono, S.W. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika. Siagian, S.P. (1981). Sistem Informasi Untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta:
PT. Gunung Agung. Suryadi, K & Ramdhani, M.A. (1998). Sistem Pendukung Keputusan Suatu
Wacana Struktural Idealisasi dan Implementasi Konsep Pengambilan Keputusan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
15
Tanuwihardja, R.M. & Susanto, A.D. (2012). Rokok Elektronik (Electronic Cigarette). Jurnal Respirasi Indonesia. 32(1), 53-61.
Tirtosastro, S. & Murdiyati, A.S. (2010). Kandungan Kimia Tembakau Dan
Rokok. Buletin Tanaman Tembakau, Serat & Minyak Industri. 2(1), 33-43.
Wasowicz, A., Feleszko, W., & Goniewicz, M.L. (2015). E-Cigarette Use
Among Children and Young People: The Need For Regulation. Expert Review of Respiratory Medicine. 9(5), 507-509.