PENGARUH CR, OITL, TATO DAN ROA TERHADAP
PERTUMBUHAN LABA PADA PERUSAHAAN SEKTOR
PERTANIAN PERIODE 2016-2019
SKRIPSI
Oleh :
AYU ISTIKHOMAH
NIM 210717041
Pembimbing :
Dr. Luhur Prasetiyo, S.Ag., M.E.I
NIP.197801122006041002
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2021
ii
ABSTRAK
Istikhomah, Ayu. 2021. Pengaruh CR, OITL, TATO, Dan ROA Terhadap
Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019.
Skripsi. Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. Luhur
Prasetiyo, S.Ag., M.E.I.
Kata kunci: Pertumbuhan Laba, Current Ratio, Operating Income To Liabilities,
Total Asset Turnover, dan Return On Asset.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Current Ratio,
Operating Income To Liabilities, Total Asset Turnover, dan Return On Asset.
Terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-
2019. Rasio keuangan merupakan analisis yang dilakukan dengan
menghubungkan berbagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan serta dapat
digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan
termasuk didalamnya adalah pertumbuhan laba itu sendiri secara efektif dengan
membandingkan laporan keuangan dalam beberapa periode.
Populasi pada penelitian ini adalah 18 perusahaan sektor pertanian yang
Masuk Daftar Efek Syariah Menurut Surat Keterangan OJK periode 2016-2019.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling sehingga
diperoleh 5 perusahaan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kuantitatif. Teknik analisis data dilakukan dengan uji
asumsi klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
heterokedastisitas, dan uji autokorelasi. Sedangkan uji hipotesis dilakukan dengan
analisis regresi sederhana dan analisis regresi berganda.
Hasil dari penelitian ini adalah CR secara parsial tidak berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba pada Perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019
dengan nilai sig. 0,649 > 0,05. OITL, TATO dan ROA secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba pada Perusahaan Sektor Pertanian Periode
2016-2019 dengan nilai signifikansi masing-masing OITL sebesar 0,006 < 0,05
TATO sebesar 0,001 < 0,05 dan ROA sebesar 0,001 < 0,05. Sedangkan secara
simultan CR, OITL, TATO dan ROA berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba pada Perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,001 < 0,05.
iii
iv
v
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perusahaan sektor pertanian sangatlah penting, hal ini dikarenakan
sektor pertanian merupakan salah satu penggerak perekonomian di Indonesia.
Kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian semakin meningkat
disetiap tahunnya. Pada tahun 2014, sektor pertanian berkontribusi sekitar
13,14% terhadap perekonomian nasional, pada tahun 2017 meningkat menjadi
13,53%. Industri agro dan penyediaan makanan dan minuman yang berbasis
bahan baku pertanian kontribusinya mencapai 25,84% yang bedampak pada
perekonomian skala nasional.1 PDB pertanian tumbuh sebesar 16,24% pada
triwulan 2 tahun 2020 bahkan sektor pertanian tetap berkontribusi positif
yakni tumbuh 2,19 persen.
Sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang tidak terdampak
pandemi covid 19. Pertanian, kehutanan dan perikanan mendominasi industri
pengolahan lapangan usaha sebesar 14,68 persen.2 Kontribusi sektor pertanian
pada perekonomian Indonesia pada tahun 2019 menyentuh angka 12,65% dan
pada tahun 2020 meningkat menjadi 12,84 persen3
1 https://www.pertanian.go.id/home/?show=news%act=view&id=3551, diakses pada
tanggal 9 Desember 2020 pukul 05.08 WIB.
2 https://m.liputan6.com/bisnis/read/4324057/sektor-pertanian-jadi-penyumbang-
tertinggi-pertumbuhan-ekonomi-indonesia diakses pada tanggal 10 maret 2021 pukul 07.20 WIB.
3 https://m.mediaindonesia.com/ek)onomi/350685/kontribusi-sektor--pertanian-pada-
ekonomi-capai-1624 diakses pada tanggal 11 maret 2021 pukul 05.37 WIB
2
Kontribusi tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian sangat
penting dalam membangun perekonomian Indonesia. Oleh sebab itu
peningkatan kinerja perusahaan sektor pertanian sangat diperlukan. Satu
diantara yang menjadi tantangan dalam menggerakkan kinerja dan
memanfaatkan sektor pertanian adalah investasi. Pengembangan investasi
disektor pertanian dibutuhkan untuk memacu pertumbuhan ekonomi,
memperbanyak kesempatan kerja, dan pendapatan petani. Untuk
meningkatkan investasi salah satu cara yang dilakukan adalah meningkatkan
laba perusahaan. Laba yang tinggi akan menarik investor untuk menanamkan
modalnya ke perusahaan.
Untuk mendapatkan modal dari para investor perusahaan menerbitkan
efek. Penerbitan efek adalah salah satu pilihan perusahaan ketika memutuskan
untuk pendanaan perusahaan. Perusahaan akan mendapatkan modal atau dana
dari efek yang dibeli oleh para investor dan investor mendapatkan keuntungan
dari efek tersebut. Tak hanya sampai disitu perusahaan juga tertarik untuk
menerbitkan efek syariah. BEI bekerja sama dengan PT Danareksa Investment
mendirikan Jakarta Islamic Index (JII). Baik BEI maupun JII akan diawasi
oleh OJK sesuai dengan UU Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan, terhitung mulai tanggal 31 Desember 2012 tugas dan fungsi
Bapepam-LK pindah ke Otoritas Jasa Keuangan. Dengan demikian
perusahaan yang menerbitkan efek syariah akan terdaftar pada OJK melalui
surat keputusan yang diterbitkan setiap tahunnya.
3
Pada tahun 2016 tercatat ada 345 perusahaan dan ada 14 perusahaan
sektor pertanian yang yang masuk Daftar Efek Syariah.4 Pada tahun 2017
tercatat ada 375 perusahaan dan 11 perusahaan disektor pertanian yang masuk
Daftar Efek Syariah.5 Tahun 2018 tercatat ada 407 perusahaan dan 11
perusahaan sektor pertanian yang masuk Daftar Efek Syariah.6 Tahun 2019
ada 435 perusahaan dan 13 perusahaan sektor pertanian yang masuk Daftar
Efek Syariah menurut Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa keuangan
(OJK).7
Luasnya lahan maupun kebun-kebun yang dikelola perusahaan sektor
pertanian mewajibkan mereka untuk mampu mengelola perusahaan dengan
baik terlebih lagi pada segi pengelolaan keuangan yakni dalam bentuk laporan
keuangan. Terutama bagi perusahaan yang go public di Bursa Efek Indonesia
maupun perusahaan yang masuk Daftar Efek Syariah. Umumnya masyarakat
atau investor menilai atau mengukur keberhasilan suatu perusahaan
berdasarkan kinerjanya. Sedangkan kinerja perusahaan dapat dilihat dan
dinilai melalui laporan keuangan yang disajikan secara berkala setiap periode.
Laporan keuangan tersebut nantinya menjadi sarana utama bagi sebuah
perusahaan untuk memberikan informasi keuangan bagi pengambil keputusan
4 Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor KEP-56/D.04/2016.
5 Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor KEP-59/D-04/2017.
6 Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor KEP-72/D-04/2018.
7 Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor KEP-76/D.04/2019.
4
dalam hal ini adalah investor maupun kreditor.8 Laporan keuangan perusahaan
menyajikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja
perusahaan, aliran kas perusahaan, dan informasi lainnya yang berkaitan
dengan keuangan perusahaan termasuk informasi mengenai laba perusahaan.
Tujuan mendirikan sebuah perusahaan adalah untuk memperoleh laba
dan berusaha agar laba tersebut diperoleh dengan maksimal. Laba yang
didapat akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Menurut Harahap laba merupakan perbedaan antara realisasi penghasilan atau
pendapatan yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu
dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan
atau pendapatan tersebut.9 Laba juga diartikan sebagai ringkasan hasil atau
pendapatan bersih dari aktivitas operasi perusahaan pada periode tertentu yang
dinyatakan dalam istilah keuangan. Sedangkan pertumbuhan laba merupakan
hasil perbandingan laba antara periode berjalan dengan periode sebelumnya.
Dengan demikian pertumbuhan laba menjadi suatu yang penting
karena dengan mengetahui pertumbuhan laba pemakai laporan keuangan dapat
mengetahui apakah terjadi peningkatan atau penurunan produktifitas
perusahaan. Oleh sebab itu laba menjadi suatu yang menggambarkan
kelayakan perusahaan bagi investor dalam menginvestasikan dananya. Laba
8 Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Direktorat Pengembangan Sistem Persediaan Air
Minum, Modul Analisa Keuangan dan Manajemen, Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, 4.
9 Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama (Jaakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006), 267.
5
menjadi satu-satunya faktor penentu nilai efek (sekuritas/saham), sehingga
manajemen perusahaan perlu untuk menciptakan laba dengan melalui
peningkatan aktivitas kinerja operasional. Semakin baik kinerja semakin besar
pula laba yang akan diperoleh.
Peningkatan kinerja operasional tidaklah mudah, ketidakmampuan
manajemen perusahaan dalam mengatur dan mengelola kinerja operasional
akan berdampak pada perubahan laba yang menurun ditambah lagi dengan
persaingan dunia bisnis yang semakin ketat. Peningkatan kinerja perusahaan
harus disesuaikan dengan perubahan kondisi perekonomian. Contohnya adalah
perubahan Indeks Harga Konsumen yang terus meningkat setiap tahun.
Berdasarkan data BPS, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada awal tahun 2017
sebesar 127,79 dan hingga akhir tahun 2019 menjadi 139,07.10
Perusahaan sektor pertanian atau bisa disebut dengan agroindustri
merupakan perusahaan yang mencakup Industri Pengolahan Hasil Pertanian
(IPHP), Industri Peralatan dan Mesin Pertanian (IPMP), Industri Jasa Sektor
Pertanian (IJSP). Industri Pengolahan Hasil Pertanian meliputi IPHP Tanaman
Pangan, IPHP Tanaman Perkebunan, IPHP tanaman Hasil Hutan, IPHP
Perikanan, IPHP Peternakan.11 Sehingga kenaikan Harga Pokok Penjualan
akan berpengaruh terhadap kinerja operasional. Apabila perusahaan tersebut
10 BPS, “Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia,” dalam
https://www.bps.go.id/statictable/2009/06 /15/907/indeks -harga-konsumen-dan-inflasi-bulanan-
indonesia-2006-2020.html, (diakses pada tanggal 14 Desember 2020 pukul 06.30 WIB).
11 Wikipedia, “Agroindstri,” dalam https://id.m.wikipedia.org/wiki/Agroindustri, (diakses
pada tanggal 14 Desember 2020 pukul 06.33 WIB).
6
tidak melakukan efisiensi produksi dan menyesuaikan harga jual dengan harga
pasar, maka laba yang dihasilkan tidak akan maksimal serta sulit untuk
bersaing dengan perusahaan yang sejenis.
Untuk itu pertumbuhan laba diharapkan bernilai positif, sehingga
manajemen perusahaan dalam melaksanakan kegiatan operasional perlu
melakukan penyesuaian dengan kondisi perekonomian. Kinerja operasional
perusahaan nantinya akan disajikan dalam laporan keuangan yang diterbitkan
agar mempermudah investor atau pengguna lainnya untuk melihat kinerja
perusahaan. Besarnya laba dapat dilihat dalam laporan tersebut, yakni laporan
laba-rugi. Kemudian untuk menilai kinerja operasional dapat dianalisis dengan
rasio keuangan. 12
Rasio keuangan adalah suatu perhitungan rasio dengan menggunakan
laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja
keuangan perusahaan. Sedangkan analisis rasio keuangan menurut Herry
merupakan analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai
perkiraan yang ada pada laporan keuangan serta dapat digunakan untuk
mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.13 Kasmir
mengungkapkan ada beberapa jenis laporan keuangan, yaitu rasio likuiditas,
rasio solvabilitas, rasio aktivitas, dan rasio profitabilitas.14
12 Ibid, 268.
13 Herry, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT Grasindo, 2016), 138-139.
14 Luluk Muhimatul Ifada dan Tiara Puspitasari, “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan
Terhadap Perubahan Laba,” Jurnal Akuntansi & Auditing Vol. 13 No. 1, (2016), 99.
7
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator tentang kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo
dengan menggunakan aktiva atau aset lancar yang dimiliki. Kurangnya
likuiditas pada perusahaan akan menghambat perusahaan dalam memperoleh
laba atau keuntungan.15 Salah satu ukuran yang digunakan untuk menilai
aktivitas operasional dengan likuiditas yaitu dengan Current Ratio. Current
Ratio menunjukkan perbandingan antara aktiva lancar dengan kewajiban
lancar pada perusahaan. Menurut Kuswadi semakin besar aktiva lancar
semakin mudah perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya
sehingga perusahaan terhindar dari beban denda yang dapat meningkatkan
laba. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi current ratioi memperlihatkan
pertumbuhan yang tinggi.16
Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya. Ukuran yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Operating Income to Liabilities yaitu rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi seluruh kewajibannya yang
diukur dengan laba operasional. Semakin tinggi rasio laba operasional
terhadap kewajiban berarti semakin besar kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya. Sehingga kegiatan operasional menjadi lancar dan
15 JJ. Wild, Subramanyam, K.R dan Halsey, Financia Statement (Jakarta: Salemba
Empat, 2005), 186.
16 Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Auntansi Keuangan dan Akuntansi
Biaya (Jakarta: PT Elex Media Kompuntindo, 2005), 79.
8
laba yang diperoleh meningkat. Dapat disimpulkan bahwa jika OITL
meningkat maka pertumbuhan laba juga akan meningkat.17
Aktivitas operasional perusahaan sektor pertanian untuk menghasilkan
laba diperoleh dari kegiatan penjualan. Rasio Aktivitas merupakan rasio yang
digunakan untuk menilai efektivitas dan intensitas aset perusahaan untuk
menciptakan penjualan. Ukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Rasio Perputaran Total Aset (Total Aset Turn Over) yaitu rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aset atau
investasi untuk menghasilkan penjualan. Perputaran Total Aset yang rendah
dapat diartikan bahwa perusahaan memiliki kelebihan total aset yang mana
total aset tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal untuk menghasilkan
penjualan. Sehingga dapat diartikan bahwa beberapa aset dalam perusahaan
kurang produktif, hal tersebut akan menghambat penjualan dan laba yang
dihasilkan pun juga rendah.18 Menurut Toto Prihadi meningkatnya rasio total
asset turnover akan diikuti dengan peningkatan pertumbuhan laba. Hal ini
menunjukkan efisiensi penggunaan total aset untuk menghasilkan penjualan
yang tinggi sehingga kemampuan menghasilkan laba pun semakin besar.19
17 Melinda Kusuma Dewi dan Rilla Gantino, “ Perbandingan Pengaruh WCTA, OITL,
dan ROE Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar di BEI Periode 2013-
2017,” Jurnal Riset Akuntansi Volume XI No. 1, (2019). 30.
18Herry, Analisis Laporan Keuangan, 187.
19 Toto Prihadi, Memahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS dan PSAK (Jakarta Pusat:
PPM, 2012), 255.
9
Rasio Profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam menciptakan atau menghasilkan laba. Salah satu rasio
profitabilitas yang bisa digunakan adalah Rasio Return On aset (Hasil
Pengembalian Atas Aset) yaitu rasio yang menunjukkan return (hasil) atas
penggunaan aset perusahaan dalam menghasilkan laba. Dengan kata lain rasio
tersebut digunakan untuk mengukur seberapa besar kontribusi total aset dalam
menghasilkan laba bersih. Semakin tinggi rasio maka semakin tinggi pula
jumlah laba yang dihasilkan dari setiap dana yang tertanam dalam total aset.20
Menurut Herry rasio keuangan merupakan analisis yang dilakukan
dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang ada pada laporan keuangan
serta dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan termasuk didalamnya adalah pertumbuhan laba secara efektif
dengan membandingkan laporan keuangan dalam beberapa periode.21 Secara
teoritis, rasio keuangan memiliki kegunaan apabila di pakai untuk
memprediksi fenomena ekonomi, salah satunya adalah pertumbuhan laba.22
20 Surya Perdana dan Eni Hartanti, “Pengaruh OPM, ROE, dan ROA Terhadap Perubahan
Laba Pada Perusahaan Lembaga Pembiayaan Indonesia,” Jurnal SOSIO-E-KONS Vol. 9 No. 1,
(2017). 80.
21 Ibid, 138-139.
22 Devi Arlinia Wati, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba pada
Perindustrian Perikanan,” Jurnal Online Insan Akuntansi Volume 2 No. 2, (2017), 190.
10
Tabel 1.1
Rata-Rata Nilai CR, OITL, TATO, ROA dan Pertumbuhan Laba
Perusahaan Sektor Pertanian23
Rasio Keuangan Tahun Periode
Q1 Q2 Q3 Q4
Current Ratio
2016 2,542 2,884 2,889 2,560
2017 2,823 2,647 2,654 3,041
2018 3,321 2,992 4,482 2,968
2019 2,679 2,327 2,635 2,963
Operating Income
to Liabilities
2016 0,083 0,193 0,338 0,439
2017 0,154 0,196 0,340 0,495
2018 0,062 0,066 0,289 0,361
2019 0,061 0,068 0,112 0,226
Total Asset
Turnover
2016 0,192 0,364 0,548 0,755
2017 0,200 0,386 0,672 0,895
2018 0,520 0,390 0,603 0,819
2019 0,196 0,369 0,524 0,698
Return On Asset
2016 0,014 0,032 0,048 0,071
2017 0,026 0,038 0,058 0,081
2018 0,012 0,018 0,044 0,061
2019 0,011 0,015 0,022 0,040
Pertumbuhan
Laba
2016 -0,711 1,629 0,554 0,663
2017 -0,555 0,552 0,577 0,328
2018 -0,796 0,546 5,079 0,418
2019 -0,791 0,283 1,322 1,332
Tabel diatas diambil dari laporan keuangan triwulan 1 sampai dengan
triwulan 4 dengan periode tahun 2016-2019 5 perusahaan sektor pertanian
yang menjadi objek dalam penelitian ini. Data tersebut menunjukkan bahwa
current ratio berbanding terbalik dengan pertumbuhan laba. Dapat dilihat
pada tahun 2017 bahwa triwulan 1 ke triwulan 2 rata-rata current ratio turun
23 Laporan Keuangan Triwulan Sektor Pertanian
11
menjadi 2,647 sedangkan pertumbuhan laba naik menjadi 0,552. Untuk lebih
jelas lagi dapat dilihat lagi pada tahun 2019 current ratio mengalami fluktuasi
disetiap periode triwulan sedangkan pertumbuhan laba selalu meningkat
disetiap periode triwulan. Hal tersebut berbeda dengan teori yang ada bahwa
apabila current ratio meningkat maka pertumbuhan laba juga ikut meningkat.
Nilai rata-rata operating income to liabilities dilihat dari tabel diatas
menunjukkan bahwa setiap periode triwulan selalu mengalami peningkatan
dari tahun 2016-2019. Namun berbeda dengan pertumbuhan laba yang
mengalami fluktuasi (peningkatan dan penurunan) pada periode triwulan dari
tahun 2016-2019. Sebagai contoh di tahun 2016 pada triwulan 2 ke triwulan 3
OITL mengalami peningkatan menjadi 0,338 sedangkan pertumbuhan laba
menurun menjadi 0,554. Hal tersebut berbeda dengan teori yang ada bahwa
apabila OITL meningkat maka pertumbuhan laba juga ikut meningkat.
Nilai rata-rata total asset turnover dilihat dari tabel diatas
menunjukkan bahwa setiap periode triwulan selalu mengalami peningkatan
dari tahun 2016-2019. Namun berbeda dengan pertumbuhan laba yang
mengalami fluktuasi (peningkatan dan penurunan) pada periode triwulan dari
tahun 2016-2019. Sebagai contoh di tahun 2016 pada triwulan 2 ke triwulan 3
TATO mengalami peningkatan menjadi 0,548 sedangkan pertumbuhan laba
menurun menjadi 0,554. Hal tersebut berbeda dengan teori yang ada bahwa
TATO berbanding lurus (positif) terhadap pertumbuhan laba.
12
Nilai rata-rata return on asset dilihat dari tabel diatas menunjukkan
bahwa setiap periode triwulan selalu mengalami peningkatan dari tahun 2016-
2019. Namun berbeda dengan pertumbuhan laba yang mengalami fluktuasi
(peningkatan dan penurunan) pada periode triwulan dari tahun 2016-2019.
Sebagai contoh di tahun 2016 pada triwulan 2 ke triwulan 3 nilai rata-rata
ROA mengalami peningkatan menjadi 0,048 sedangkan pertumbuhan laba
menurun menjadi 0,554. Hal tersebut berbeda dengan teori yang ada bahwa
ROA berbanding lurus (positif) terhadap pertumbuhan laba.
Berdasarkan kesenjangan teori diatas penulis bermaksud untuk
meneliti apakah kinerja keuangan dengan rasio-rasio keuangan sebagai alat
ukurnya memiliki pengaruh dalam memprediksi pertumbuhan laba dimasa
yang akan datang. Hal tersebut dibuktikan dengan penelitian empiris yang
bejudul “Pengaruh CR, OITL, TATO dan ROA terhadap Pertumbuhan Laba
pada Perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penelitian ini
mengambil rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah CR berpengaruh terhadap Perubahan Laba pada perusahaan
Sektor Pertanian Periode 2016-2019?
2. Apakah OITL berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan
Sektor Pertanian Periode 2016-2019?
3. Apakah TATO berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan
Sektor Pertanian Periode 2016-2019?
13
4. Apakah ROA berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan
Sektor Pertanian Periode 2016-2019?
5. Apakah CR, OITL, TATO, dan ROA berpengaruh terhadap Pertumbuhan
Laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Current Ratio terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019.
2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Operating Income to Liabilities
terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode
2016-2019.
3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Total Aset Turn Over terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019.
4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Return on Aset terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019.
5. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh Current Ratio, Operating
Income to Liabilities, Total Aset Turn Over, dan Return on Aset terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019.
14
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian diatas, manfaat
dari penelitian pengaruh adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dibidang
ilmiah atau ilmu pengetahuan bagi perkembangan khazanan ilmu ekonomi
serta dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. Selain
itu, penelitian ini juga digunakan untuk mengetahui dan memahami secara
mendalam mengenai analisis rasio keuangan yang juga dapat membantu
dalam menilai kinerja manajemen dalam memanfaatkan sumber daya
perusahaan secara efektif dengan membandingkan laporan keuangan
dalam beberapa periode. Rasio keuangan memiliki kegunanaan apabila di
pakai untuk memprediksi fenomena ekonomi, salah satunya adalah
pertumbuhan laba yang nantinya berguna sebagai bahan untuk kajian
menyusun hipotesis penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi semua pihak yang terkait dalam penelitian ini diantaranya:
a. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam mengambil langkah
strategi bagi manajemen dalam membuat kebijakan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dalam rangka peningkatan laba
perusahaan dan menjadi pertimbangan pengambilan keputusan di masa
yang akan datang.
15
b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
kepada para investor sebelum melakukan investasi dengan melihat
beberapa faaktor yang dapat digunakan untuk menganlisis
pertumbuhan laba. Dalam hal ini adalah mengenai pengaruh rasio
keuangan terhadap pertumbuhan laba perusahaan.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pertumbuhan Laba
a. Pengertian Laba
Tujuan mendirikan sebuah perusahaan adalah untuk
memperoleh laba dan berusaha agar laba tersebut diperoleh dengan
maksimal. Laba yang didapat akan berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Menurut Harahap laba
merupakan perbedaan antara realisasi penghasilan atau pendapatan
yang berasal dari transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi
dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan pendapatan
tersebut.1 Selain itu laba juga merupakan sumber dana internal yang
didapat dari aktivitas operasional perusahaan dan tidak membutuhkan
biaya tambahan untuk penyimpanan dan penggunaannya.2 Laba juga
diartikan sebagai ringkasan hasil atau pendapatan bersih dari aktivitas
operasi perusahaan pada periode tertentu yang dinyatakan dalam istilah
keuangan.
1 Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama (Jaakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006), 267.
2 L.M. Samryn, Akuntansi manajemen Informasi, Biaya utuk mengendalikan Aktivitas
Operasi dan Investasi Edisi Pertama (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012)
17
Laba juga diartikan sebagai pengembalian atas usaha
perusahaan dalam menghasilkan barang dan jasa. Hal ini berarti bahwa
laba adalah kelebihan pendapatan atas beban atau biaya dalam kegiatan
produksi dan penyerahan barang dan/atau jasa.3 Sehingga dapat
disimpulkan bahwa laba merupakan selisih antara pendapatan yang
dikurangi dengan beban atau biaya operasi perusahaan. Laba
menggambarkaan aktivitas atau kegiatan ekonomi perusahaan pada
suatu periode tertentu, sehingga kerapkali laba digunakan sebagai
dasar penilaian kinerja perusahaan dan dipakai oleh investor untuk
menilai kelayakan investasi dan besarnya perolehan yang akan didapat
dimasa mendatang.
Ada beberapa jenis laba yang terdapat pada laporan keuangan,
diantaranya adalah sebagai berikut:4
1) Laba kotor, yaitu hasil dari penjualan bersih dikurangi dengan
harga pokok penjualan (HPP), dinamakan laba kotor karena hasil
terseut belum dikurangi dengan biaya atau beban operasional yang
telah dikeluarkan dalam proses memperoleh pendapatan.
2) Laba operasional, yaitu hasil dari laba kotor dikurangi dengan
beban atau biaya operasional perusahaan. Laba opersaional
3 Suwardjono, Teori Akuntansi Perekayasa Pelaporan Keuangan (Yogyakarta: BPFE,
2014), 464.
4 Ibid, 40-43.
18
mencerminkan aktivitas operasi perusahaan dijalankan dan dikelola
dengan efisien dan baik.
3) Laba sebelum pajak penghasilan, adalah laba operasional ditambah
dengan pendapatan dan keuntungan lain-lain sebeum dikurangi
dengan pajak penghasilan.
4) Laba bersih, adalah laba sebelumpajak penghasilan dikurangi
dengan pajak penghasilan. Laba bersih memberikan informasi
kepada pengguna laporan keuangan bagaimana kinerja perusahaan
secara menyeluruh.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laba Perusahaan
Laba yang didapat oleh perusahaan dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya laba menurut
jumingan adalah sebagai berikut:
1) Naik turunnya jumlah unit yang dijial dan harga jual per unit.
Perusahaan yang ingin mencapai target laba yang diinginkan akan
berusaha meningkatkan unit penjualan. Selain meningkatan unit
penjualan perusahaan juga perlu meningkatkan harga jual. Naik
turunnya jumlah unit yang terjual dan harga jual juga dipengaruhi
oleh indeks harga yang mengakibatkan kenaikan bahan baku yag
berdampak pada harga serta daya beli masyarakat.
2) Naik turunnya harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan
merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan
barang yang dijual. Perubahan biaya tersebut bisa berpengaruh
19
terhadap laba, harga pokok adalah unsur pengurang, jadi naiknya
harga pokok akan menurunkan laba.
3) Naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh jumlah unit yang
terjual, variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga
dan efisiensi operasi perusahaan.
4) Naik turunnya pos penghasilan atau biaya nonoperasionall yang
dipengaruhi oleh variasi jumlah unit, variasi dalam tingkat harga
dan kebijakan dalam pemberian atau penerimaan diskon.
5) Adanya perubahaan dalam metode akuntansi, biasanya terjadi
karena adanya perubahan dalam standar akuntansi. Perubahan
metode akuntansi ini juga dilakukan oleh perusahaan untuk
memanajemen laba. 5
c. Pengertian pertumbuhan Laba
Menurut Angkoso pertumbuhan laba merupakan perubahan
persentase kenaikan dan penurunan laba yang diperoleh perusahaan.6
Nurhadi mengatakan bahwa pertumbuhan laba menunjukkan
persentase kenaikan maupun penurunan laba yang dapat dihasilkan
dari perusahaan dalam bentuk laba bersih. Menurut Lasmi
pertumbuhan laba adalah ukuran kinerja dari suatu perusahaan untuk
menghitung laba dimasa mendatang dengan menggunakan laba pada
5 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), 165.
6 Nandi Angkoso, Akuntansi Lanjutan (Yogyakarta: FE, 2009), 11.
20
tahun atau periode sebelumnya.7 Jadi dapat disimpulkan bahwa
pertumbuhan laba merupakan kenaikan maupun penurunan laba per
tahun yang dihitung dengan menggunakan laba pada periode
sebelumnya. Menurut Munawir pertumbuhan laba dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:8
Y= Yt- Yt-1
Yt-1
Keterangan:
Y = Perubahan Laba
Yt = Laba Bersih Periode Berjalan
Yt-1 = Laba Bersih Periode Sebelumnya
Analisis fundamental adalah analisis historis atau kekuatan
keuangan dari sebuah perusahaan yang biasa disebut dengan
company analysis. Data yang digunakan adalah data historis yang
berarti data yang telah terjadi dan menggambarkan keadaan
keuangan yang sebenarnya pada saat dianalisis. Dalam company
analysis para analisis menganalisa laporan keuangan perusahaan,
salah satunya dengan analisis rasio keuangan. Analisis fundamental
mencoba memprediksi pertumbuhan laba di masa mendatang
7 M. Lasmi, Dasar-Dasar Perbankan (Bandung: CV Pustaka Setia), 301.
8 Munawir, Analisa Laporan Keuangan Edisi Keempat (Yogyakarta: LIBERTY
YOGYAKARTA, 2014), 40.
21
dengan memprediksi faktor fundamental yang mempengaruhi
pertumbuhan laba yang akan datang, yaitu kondisi ekonomi dan
kondisi keuangan yang tercermin melalui kinerja perusahaan.9
2. Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah suatu perhitungan rasio dengan
menggunakan laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam
menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Analisis rasio keuangan
tersebut dapat mengungkapkan hubungan yang penting antar perkiraan
laporan keuangan serta dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan termasuk pertumbuhan laba yang terjadi
pada perusahaan.10
Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang dilakukan dengan
menghubungkan beberapa perkiraan yang ada pada laporan keuangan
dalam bentuk rasio keuangan. Menurut Munawir analisis rasio keuangan
adalah alat analisa yang menghubungkan berbagai pos dalam laporan
keuangan yang merupakan dasar untuk menginterpretasikan kondisi
keuangan perusahaan.11 Dengan membandingkan rasio keuangan dari
tahun ke tahun perusahaan yang dibantu oleh analis bisa mempelajari
9 Chyntia Sirila Manurung dan Evelin Silalahi, “Analisis Rasio Keuangan dalam
Memprediksi Perubahan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia,” Jurnal Akuntansi Volume 2 No. 1 (2016), 42.
10 Herry, Analisis Laporan Keuangan (Jakarta: PT Grasindo, 2016), 138-139.
11 Munawir, Analisa Laporan Keuangan, 64.
22
komposisi perubahan yang terjadi serta menentukan apakah ada kenaikan
atau penurunan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan dalam kurun
waktu tersebut. Menurut Herry analisis rasio keuangan merupakan salah
satu media analisis keuangan yang paling populer dan banyak digunakan.12
Menurut Fahmi analisis rasio keuangan memiliki beberapa manfaat
dan kegunaan, diantaranya adalah sebagai berikut: 13
a. Analisis laporan keuangan bermanfaat sebagai media untuk menilai
kinerja dan prestasi perusahaan.
b. Analisis rasio keuangan berguna bagi manajemen sebagai
pertimbangan untuk membuat perencanaan.
c. Analisis rasio keuangan dapat digunakan sebagai media untuk
mengevaluasi kondisi perusahaan dalam perspektif keuangan.
d. Analisis rasio keuangan berguna bagi kreditor untuk memperkirakan
potensi resiko yang akan dihadapi berkaitan dengan jaminan
kelangsungan pembayaran bunga dan pokok pinjaman.
e. Analisis rasio keuangan dapat digunakan sebagai penilaian bagi
stakeholder dalam hal ini adalah investor dan kreditor.
Riyanto mengatakan bahwa pada umumnya rasio keuangan dapat
dikategorikan kedalam beberapa jenis diantaranya adalah rasio likuiditas,
12 Herry, Analisis Rasio Keuangan (Jakarta: PT Grasindo, 2013), 4.
13 Irham Fahmi, Analisis Kinerja Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2012), 44.
23
rasio solvabilitas, rasio aktivitas dan rasio profitabilitas.14 Rasio keuangan
yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator tentang kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan
tepat waktu atau kurang dari satu tahun.15 Melalui rasio likuiditas
pemilik perusahaaan bisa menilai kemampuan manajemen dalam
mengelola dana termasuk dana yang digunakan untuk membiayai
kewajiban jangka pendek perusahaan. Bagi pihak manajemen bisa
memantau ketersediaan kas yang berkaitan dengan pemenuhan
kewajiban yang akan jatuh tempo. Bagi investor rasio likuiditas
penting dalam hal pembagian deviden tunai, sedangakan bagi kreditor
penting dalaam pengembalian jumlah pokok pinjaman. Baik kreditor
maupun supplier akan memberika pinjaman kepada perusahaan yang
memiliki tingkat likuiditas yang baik.
Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
current ratio. Current ratio (CR) atau rasio lancar merupakan
perbandingan antara aktiva atau lancar dengan kewajiban lancar.16
Current ratio (CR) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
14 Riyanto Bambang, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan edisi 4 (Yogyakarta:
BPFE, 2010), 331.
15 JJ. Wild, Subramanyam, K.R dan Halsey, Financia Statement (Jakarta: Salemba
Empat, 2005), 186.
16 Rahardjo, Laporan Keuangan Perusahaan (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2009), 139.
24
melunasi kewajiban jangka pendeknya melalui aktiva lancar yang
dimiliki oleh perusahaan. Pihak yang berkepentingan terhadap current
ratio atau rasio lancar adalah kreditor jangka pendek seperti
pemasok.17 Current ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:18
Current Ratio =Aset Lancar
Utang Lancar
Kurangnya likuiditas dapat dilihat dari ketidakmampuan
perusahaan mengubah aset menjadi kas dalam waktu kurang dari satu
tahun untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal tersebut akan
mempengaruhi aktivitas perusahaan yang berdampak pada
pertumbuhan laba. Current ratio yang tinggi menunjukkan bahwa
aktiva lancar lebih besar dari pada kewajiban atau hutang jangka
pendek. Menurut Kuswadi semakin besar aktiva lancar semakin mudah
perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya sehingga
perusahaan terhindar dari beban denda karena belum bisa memenuhi
kewajiban lancarnya yang kemudian dapat meningkatkan laba.19
17 Chyntia dan Evelin, “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI,” JRAK Vol.2 No. 1. ISSN : 2443-1079.
(2016), 38.
18 Fahmi, Analisis Laporan Keuangan (Bandung: Alfabeta, 2013), 121.
19 Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Auntansi Keuangan dan Akuntansi
Biaya (Jakarta: PT Elex Media Kompuntindo, 2005), 79.
25
b. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dala memenuhi seluruh kewajibannya. Ukuran
yang digunakan adalah Operating Income to Liabilities (OITL) yaitu
rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi
seluruh kewajibannya yang diukur dengan laba operasional. OITL juga
merupakan perbandingan antara laba operasional sebelum bunga dan
pajak (penjualan bersih yang dikurangi dengan harga pokok penjualan
dan biaya atau beban operasional) terhadap total hutang.20 Operating
Income to Liabilities dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
OITL=Laba Operasional
Total Utang
Menurut Riyanto OITL yang tinggi menunjukkan bahwa
semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya. Sehingga laba yang diperoleh dari kegiatan penjualan
lebih besar dibandingkan total hutangnya, hal ini berarti perusahaan
mampu membayar hutang-hutangnya. Dengan demikian kegiatan
operasional menjadi lancar dan laba yang diperoleh meningkat. Dapat
disimpulkaan bahwa jika OITL meningkat maka pertumbuhan laba
juga akan meningkat.21
20 Herry, Analisis Laporan Keuangan, 173.
21 Riyanto Bambang, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan edisi 4. 340.
26
c. Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
efektivitas dan intensitas aset perusahaan untuk menciptakan
penjualan. Ukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rasio
Perputaran Total Aset (Total Aset Turn Over). Total Aset Turn Over
atau TATO merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam menggunakan atau mengelola seluruh aset yang
dimilik untuk menghasilkan pendapatan.22 Total Aset Turn Over dapat
diukur dengan rumus sebagai berikut:
Total Aset Turn Over =Penjualan
Total Aset
Menurut Herry TATO yang rendah dapat diartikan bahwa
perusahaan memiliki kelebihan total aset yang mana total aset tersebut
belum dimanfaatkan secara maksimal untuk menghasilkan penjualan.
Sehingga dapat diartikan bahwa beberapa aset dalam perusahaan
kurang produktif, hal tersebut akan menghambat penjualan. Jika
penjualan terhambat maka juga akan berpengaruh pada laba yang
dihasilkan yakni laba yang diperoleh kurang maksimal (rendah).23
Sebaliknya jika TATO (total asset turnover) tinggi berarti perusahaan
mampu memanfaatkan total aset yang dimiliki untuk meningkatkan
22 Herry, Analisis Rasio Keuangan, 185.
23Ibid., 187.
27
penjualan, penjualan yang tinggi akan meningkakan laba perusahaan.
Menurut Toto Prihadi meningkatnya rasio total asset turnover akan
diikuti dengan peningkatan pertumbuhan laba. Hal ini menunjukkan
efisiensi penggunaan total aset untuk menghasilkan penjualan yang
tinggi sehingga kemampuan menghasilkan laba pun semakin besar.24
d. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas adalah rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam menciptakan atau menghasilkan laba.
Menurut Hanafi rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas atau
keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal.25 Salah satu rasio
profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA (Return
On Aset). Return on Aset Ratio atau rasio hasil pengembalian atas aset
merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan atas
penggunaan aset perusahaan dalam menghasilkan laba.26 Return On
aset dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
Return On Aset=Laba Bersih
Total Aset
24 Toto Prihadi, Memahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS dan PSAK (Jakarta Pusat:
PPM, 2012), 255.
25 Herry, Analisis Laporan Keuangan, 192.
26Ibid., 193.
28
Menurut Herry Return On aset digunakan untuk mengukur
seberapa besar laba bersih yang mampu dihasilkan dari setiap dana
yang tertanam dalam total aset. Semakin besar rasio semakin baik
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Sehingga, semakin
tinggi ROA maka semakin tinggi pula jumlah laba yang dihasilkan dari
setiap dana yang tertanam dalam total aset begitu pula sebaliknya.27
B. Studi Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan penulis berjudul “Pengaruh CR, OITL,
TATO dan ROA terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Sektor
Pertanian Periode 2016-2019” tidak memuat atau memasukkan yang
sebelumnya telah diajukan tanpa mencantumkan sumbernya. Dapat dilihat
tabel dibawah ini:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Nama
Peneliti
(Tahun)
Metode
Analisis
Data
Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
1 Anggi
Maharani
Safitri dan
Analisis
Regresi
Linier
ROA
berpengaruh
negatif dan
Variabel
independen
ROE, dan
Variabel
independen
ROA
27 Ibid, 144.
29
Mukaram
(2018)28
Berganda signifikan
terhadap
Pertumbuhan
Laba
ROE
berpengaruh
positif dan tidak
signifikan
terhadap
Pertumbuhan
Laba
NPM
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Pertumbuhan
Laba
NPM
Laporan
keuangan
tahunan
Variabel
independen
pertumbuhan
laba
2 Anita
Wahyu
Indrasti
(2020)29
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Quick Ratio dan
DER tidak
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba
ROA dan TATO
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan
Variabel
Independen
Quick Ratio
dan DER
Variabel
Dependen
Pertumbuhan
laba
Variabel
independen
TATO dan
ROA
28 Anggi Maharani Safitri dan Mukaram, “Pengaruh ROA, ROE, dan MPM Terhadap
Perubahan Laba pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Teerdaftar di Bursa
Efek Indonesia,” Jurnal Riset dan Investasi Vol. 4 No. 1. (2018), 25.
29 Anita Wahyu Indastri, “ Analisa Pengaruh Rasio Keuangan Teerhadap pertumbuhan
Laba Pada Sektor Industri Barang Konsumsi Yang terdaftar di BEI Tahun 2015-2018,” Jurnal
Ekonomika dan Manajemen Vol. 9 No. 1, ISSN Online: 2622-8265, (2020), 69.
30
laba
3 Liza
Anggraini
(2016)30
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Secara simultan
ada pengaruh
antara WCTA,
DAR, TATO dan
profit margin
terhadap
pertumbuhan
laba
Variabel
independen
WCTA,
DAR, dan
profit margin
Variabel
independen
TATO
Variabel
dependen
Pertumbuhan
Laba
4 Suyono
dan
Marina
(2020)31
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Current ratio,
TATO dan NPM
berpengaruh
positif signifikan
terhadap
pertumbuhan
laba
DER tidak
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba
Variabel
independen
DER dan
NPM
Variabel
independen
Current ratio,
dan TATO
Variabel
dependen
pertumbuhan
laba
5 Ria Devi
Ardiany
(2019)32
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Current ratio,
DAR, ROE,
TATO, dan
GWC
berpengaruh
signifikan
Variabel
independen
DAR, ROE,
dan GWC
Variabel
dependen
Variabel
independen
Current
ratio,dan
TATO
30 Liza Anggraini, “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Sektorr Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar di BEI,” Skripsi
(Palembang: Universitas Muhammadiyah Palembang, 2016),74.
31 Suyono dan Marina, “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba
Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2017,” Jurnal Ilmiah
Akuntansi Vol. 4 No. 1, e-ISSN: 2685-5607 (2020), 9.
32 Ria Devi Ardiany, ““Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia,” Skripsi (Jember:
Universitas Jember, 2019)
31
terhadap
perubahan laba
perubahan
laba
C. Kerangka Berpikir
Menurut Angkoso pertumbuhan laba merupakan perubahan persentase
kenaikan dan penurunan laba yang diperoleh perusahaan.33 Laba
menggambarkaan aktivitas atau kegiatan ekonomi perusahaan pada suatu
periode tertentu, sehingga kerapkali laba digunakan sebagai dasar penilaian
kinerja perusahaan dan dipakai oleh investor untuk menilai kelayakan
investasi dan besarnya perolehan yang akan didapat dimasa mendatang.
Menurut Rahardjo Current ratio atau rasio lancar merupakan rasio
yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka
pendeknya melalui aktiva lancar yang dmiliki oleh perusahaan.34. Menurut
Kuswadi semakin besar aktiva lancar semakin mudah perusahaan dalam
membayar hutang jangka pendeknya sehingga perusahaan terhindar dari beban
denda karena belum bisa memenuhi kewajiban lancarnya yang kemudian
dapat meningkatkan laba. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi current ratio
memperlihatkan pertumbuhan laba yang tinggi.35
33 Nandi Angkoso, Akuntansi Lanjutan (Yogyakarta: FE, 2009), 11.
34 Rahardjo, Laporan Keuangan Perusahaan (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2009), 139.
35 Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Auntansi Keuangan dan Akuntansi
Biaya (Jakarta: PT Elex Media Kompuntindo, 2005), 79.
32
Menurut Riyanto Operating Income to Liabilities yaitu rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi seluruh kewajibannya yang
diukur dengan laba operasional. OITL yang tinggi menunjukkan bahwa
semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Sehingga laba yang diperoleh dari kegiatan penjualan lebih besar
dibandingkan total hutangnya, hal ini berarti perusahaan mampu membayar
hutang-hutangnya. Dengan demikian kegiatan operasional menjadi lancar dan
laba yang diperoleh meningkat. 36
Menurut Herry Total Aset Turn Over atau rasio perputaran aset tetap
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
menggunakan atau mengelola seluruh aset yang dimilik untuk menghasilkan
pendapatan.37 Perputaran Total Aset yang rendah dapat diartikan bahwa
perusahaan memiliki kelebihan total aset yang mana total aset tersebut belum
dimanfaatkan secara maksimal untuk menghasilkan penjualan. Jika penjualan
terhambat maka juga akan berpengaruh pada laba yang dihasilkan yakni laba
yang diperoleh kurang maksimal (rendah).38
Menurut Herry Return on Aset Ratio merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan atas penggunaan aset perusahaan dalam menghasilkan
36 Melinda Kusuma Dewi dan Rilla Gantino, “ Perbandingan Pengaruh WCTA, OITL,
dan ROE Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar di BEI Periode 2013-
2017,” Jurnal Riset Akuntansi Volume XI No. 1, (2019). 30.
37 Martini dan Monica, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Laba Pada
Perusahaan Kosmetik dan Rumah Tangga Industri Sub Sektor dan Perusahaan Retail Service
Perdagangan Sub Sektor Terdaftar di BEI,” Jurnal Lentera Akuntansi Vol. 2 No. 2, (2016), 51.
38Herry, Analisis Laporan Keuangan, 187.
33
laba.39 Semakin besar rasio semakin baik kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Sehingga, semakin tinggi rasio maka semakin tinggi pula
jumlah laba yang dihasilkan dari setiap dana yang tertanam dalam total aset
begitu pula sebaliknya.40
Setiap kegiatan penelitian kerangka pemikiran menjadi dasar untuk
menemukan alur sebuah penelitian tersebut, agar penelitian dapat tersusun
dengan sistematis dan konseptual. Sugiyono menyatakan bahwa kerangka
berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan
dengan berbagai faktor yang telah di persepsikan sebagai masalah yang
penting.41 Berikut kerangka pemikiran pada penelitian ini:
Gambar 2.1
Kerangka Berfikir
39 Amalia Nur Chasanah dan Daniel Kartika Adhi, “ Pengaruh Total Asset Turn Over,
Return On Asset, dan Net Profit Margin Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Sektor
Otomotif yang Listed di BEI,” Jurnel STIE Vol. 9 No. 3, ISSN: 2085-5656, (2017), 18.
40 Ibid, 144.
41 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2017), 60.
34
Keterangan :
X1 = Current Ratio
X2 = Operating Income to Liabilities
X3 = Total Aset Turnover
X4 = Return On Aset
Gambar diatas menunjukkan variabel Pengaruh Current Ratio (CR),
Operating Income to Liabilities (OITL), Total Aset Turn Over (TATO) dan
Return on Aset (ROA) terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Sektor
Pertanian Periode 2016-2019.
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian
yang diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat. Hipotesis
merupakan dugaan sementara dari jawaban rumusan masalah penelitian.42
Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini:
1. Pengaruh current ratio terhadap pertumbuhan laba
Current ratio atau rasio lancar merupakan perbandingan antara
aktiva atau lancar dengan kewajiban lancar.43 Current ratio menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka pendeknya
melalui aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan. Sedangkan
pertumbuhan laba adalah ukuran kinerja dari suatu perusahaan untuk
42 V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian Bisnis dan ekonomi (Yogyakarta:
PUSTAKA BARU PRESS, 2019), 43. 43 Rahardjo, Laporan Keuangan Perusahaan (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2009), 139.
35
menghitung laba dimasa mendatang dengan menggunakan laba pada tahun
atau periode sebelumnya.44
Menurut Kuswadi semakin besar aktiva lancar semakin mudah
perusahaan dalam membayar hutang jangka pendeknya sehingga
perusahaan terhindar dari beban denda karena belum bisa memenuhi
kewajiban lancarnya yang kemudian dapat meningkatkan laba. Hal ini
berarti bahwa semakin tinggi current ratio memperlihatkan pertumbuhan
laba yang tinggi.45 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suyono
dan Marina apabila dilihat dari koefisien regresi current ratio berpengaruh
signifikan positif terhadap pertumbuhan laba.46 Dengan demikian dapat
diajukan hipotesis atau dugaan sebagai berikut:
H01 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel CR terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019.
Ha1 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel CR terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019.
2. Pengaruh operating income to liabilities terhadap pertumbuhan laba
44 Qahfi Romula Siregar dan Hade Chandra Batubara, “Analisis Determinasi
Pertumbuhan Laba di Bursa Efek,” Jurnal Riset Finansial Bisnis Volume. 1 No. 1. (2017), 81.
45 Kuswadi, Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Auntansi Keuangan dan Akuntansi
Biaya (Jakarta: PT Elex Media Kompuntindo, 2005), 79.
46 Suyono dan Marina, “Analisis PengaruhRsio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba
Pada Perusahaan Pertambangan Yang terdaftar di BEI Periode 2013-2017,” Jurnal Ilmiah
Akuntansi Vol. 4 No. 1, e-ISSN: 2685-5607 (2020), 8-9.
36
Operating Income to Liabilities merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi seluruh kewajibannya
yang diukur dengan laba operasional. Operating Income to Liabilities juga
merupakan perbandingan antara laba operasional sebelum bunga dan pajak
(penjualan bersih yang dikurangi dengan harga pokok penjualan dan biaya
atau beban operasional) terhadap total hutang.47 Sedangkan Nurhadi
mengatakan bahwa pertumbuhan laba menunjukkan persentase kenaikan
maupun penurunan laba yang dapat dihasilkan dari perusahaan dalam
bentuk laba bersih. Menurut Lasmi pertumbuhan laba adalah ukuran
kinerja dari suatu perusahaan untuk menghitung laba dimasa mendatang
dengan menggunakan laba pada tahun atau periode sebelumnya.48
Semakin tinggi rasio laba operasional terhadap kewajiban berarti
semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.
Sehingga kegiatan operasional menjadi lancar dan laba yang diperoleh
meningkat. Dapat disimpukaan bahwa jika OITL meningkat maka
pertumbuhan laba juga akan meningkat.49 Menurut Dimas Putra
Pamungkas OITL menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan laba. Menurut penelitian yang dilakukannya terdapat
pengaruh OITL terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor
47 Norita Citra Yuliati, “Pengaruh Kemampuann Rasio Keuangan Sebagai Prediktor
Pertumbuhan Laba,” JEAM Vol. 16 No. 1 e-ISSN: 2459-9816, (2017), 35.
48 M. Lasmi, Dasar-Dasar Perbankan (Bandung: CV Pustaka Setia), 301.
49 Melinda Kusuma Dewi dan Rilla Gantino, “ Perbandingan Pengaruh WCTA, OITL,
dan ROE Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar di BEI Periode 2013-
2017,” Jurnal Riset Akuntansi Volume XI No. 1, (2019). 30.
37
perdagangan.50 Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diajukan dugaan
atau hipotesis sebagai berikut:
H02 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel OITL terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019.
Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel OITL terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019.
3. Pengaruh total asset turnover terhadap pertumbuhan laba
Total Aset Turn Over atau rasio perputaran aset tetap merupakan
rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menggunakan
atau mengelola seluruh aset yang dimilik untuk menghasilkan
pendapatan.51 Sedangkan Nurhadi mengatakan bahwa pertumbuhan laba
menunjukkan persentase kenaikan maupun penurunan laba yang dapat
dihasilkan dari perusahaan dalam bentuk laba bersih. Menurut Lasmi
pertumbuhan laba adalah ukuran kinerja dari suatu perusahaan untuk
menghitung laba dimasa mendatang dengan menggunakan laba pada tahun
atau periode sebelumnya.52
Perputaran Total Aset yang rendah dapat diartikan bahwa
perusahaan memiliki kelebihan total aset yang mana total aset tersebut
50 Dimas Putra Pamungkas, “Pengaruh WCTA, CLI, OITL,TATO, NPM an GPM
Terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan Sub Sektor Perdagangan Besar Yang Terdaftar di BEI,”
skripsi (Tegal: Universitas Pancasakti , 2019), 79.
51 Martini dan Monica, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Laba Pada
Perusahaan Kosmetik dan Rumah Tangga Industri Sub Sektor dan Perusahaan Retail Service
Perdagangan Sub Sektor Terdaftar di BEI,” Jurnal Lentera Akuntansi Vol. 2 No. 2, (2016), 51.
52 M. Lasmi, Dasar-Dasar Perbankan (Bandung: CV Pustaka Setia), 301.
38
belum dimanfaatkan secara maksimal untuk menghasilkan penjualan.
Sehingga dapat diartikan bahwa beberapa aset dalam perusahaan kurang
produktif, hal tersebut akan menghambat penjualan. Jika penjualan
terhambat maka juga akan berpengaruh pada laba yang dihasilkan.53
Penelitian yang lakukan oleh Nicia Lestari, menyatakan bahwa Total Aset
Turn Over berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan laba pada
perusahaan sub sektor makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu melakukan efisiensi dalam
memanfaatkan seluruh aktivanya yang memengaruhi produksi dan
penjuaan dalam menciptakan laba.54 Berdasarkan uraian tersebut maka
dapat diajukan dugaan atau hipotesis sebagai berikut:
H03 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel TATO terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019
Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel TATO terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019
4. Pengaruh return on asset terhadap pertumbuhan laba
Return on Asset Ratio atau rasio hasil pengembalian atas aset
merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan atas penggunaan
53Herry, Analisis Laporan Keuangan, 187.
54 Nicia Lestari, “Pengaruh CR, DER, ROA, dan TATO Terhadap Pertumbuhan Laba
Pada Perusahaan Sub Sektor Makanan dan Minuman Yang Tercatat di BEI Periode 2012-2016,”
Jurnal Riset Akuntansi Multiparadigma Vol. 6 No.1, (2019), 61.
39
aset perusahaan dalam menghasilkan laba.55 Sedangkan Nurhadi
mengatakan bahwa pertumbuhan laba menunjukkan persentase kenaikan
maupun penurunan laba yang dapat dihasilkan dari perusahaan dalam
bentuk laba bersih. Menurut Lasmi pertumbuhan laba adalah ukuran
kinerja dari suatu perusahaan untuk menghitung laba dimasa mendatang
dengan menggunakan laba pada tahun atau periode sebelumnya.56
Semakin besar ROA semakin baik kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Sehingga, semakin tinggi ROA maka semakin tinggi
pula jumlah laba yang dihasilkan dari setiap dana yang tertanam dalam
total aset begitu pula sebaliknya.57 Marlina Widiyanti dalam penelitiannya
menyatakan bahwa Return on Asset berpengaruh positif signifikan tehadap
pertumbuhan laba. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diajukan
dugaan atau hipotesis sebagai berikut:
H04 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel ROA terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019.
Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel ROA terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019.
5. Pengaruh CR, OITL, TATO, dan ROA terhadap pertumbuhan laba
55 Amalia Nur Chasanah dan Daniel Kartika Adhi, “ Pengaruh Total Asset Turn Over,
Return On Asset, dan Net Profit Margin Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Sektor
Otomotif yang Listed di BEI,” Jurnel STIE Vol. 9 No. 3, ISSN: 2085-5656, (2017), 18.
56 M. Lasmi, Dasar-Dasar Perbankan (Bandung: CV Pustaka Setia), 301.
57 Ibid, 144.
40
Laba menjadi salah satu indikator kinerja suatu perusahaan. Untuk
mendapatkan laba perusahaan perlu melakukan kegiatan operasional.
Kegiatan operasional tersebut dapat dilakukan jika perusahaan memiliki
sumber daya. Sumber daya tersebut dapat dilihat didalam laporan
keuangan. Hubungan antara unsur-unsur yang membentuk laporan
keuangan dapat di lihat dari rasio keuangan. Rasio keuangan dapat menilai
pendapatan laba yang diapat oleh perusahaan. Rasio tersebut mengukur
kemampuaan perusahaan dalam menghasilkan laba pada tingkat
pemenuhan kewajiban, penjualan, aset dan laba itu sendiri. Rasio ini terdiri
dari rasio likuiditas (current ratio), rasio solvabilitas (operating income to
liabilities), rasio aktivitas (total asset turnover), dan rasio profitabilitas
(return on asset). Rasio-rasio tersebut mampu memberikan pengaruh
dalam memprediksi pertumbuhan laba pada perusahaan. Dengan demikian
diperoleh hipotesis sebagai berikut:
H05 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel CR, OITL,
TATO, dan ROA terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan Sektor
Pertanian Periode 2016-2019.
Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel CR, OITL, TATO, dan
ROA terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan Sektor Pertanian
Periode 2016-2019.
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian adalah proses yang diperlukan dalam
perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang terdiri dari jenis penelitian dan
pendekatan penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian
asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar dua
variabel atau lebih kemudian akan membangun suatu teori yang dapat
berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala.1
Sedangkan metode pendekatan penelitian yang digunakan adalah metode
pendekatan penelitian kuantitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan
filsafat, positifistik, yang digunakan untuk meneliti populasi, sampel tertentu.
Teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan proporsional, analisis
data bersifat kuantitatif atau statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis
yang telah ditentukan. 2
Berdasarkan data yang digunakan dalam penelitian ini termasuk
penelitian kuantitatif, karena data yang dipakai berbentuk angka. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh CR (current ratio), OITL (operating
income to liabilities), TATO (total asset turnover) dan ROA (return on asset)
1 V. Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian – Bisnis dan Ekonomi (Yogyakarta: PT
Pustaka Baru, 2019), 74.
2 Sugiyono, Metode Penelitian Tindakan Komprehensif (Bandung: Alfabeta, 2013), 12.
42
sebagai variabel independen (bebas) dan pertumbuhan laba sebagai variabel
dependen (terikat).
B. Jenis Data Penelitian
Data adalah seluruh fakta maupun keterangan mengenai sesuatau yang
dapat dijadikan bahan untuk menyusun informasi. Menurut dimensi waktu
terdapat 3 jenis data penelitian yakni sebagai berikut:
1. Data time series merupakan data yang dikumpulkan tidak dalam 1 waktu
namun dalam rangkaian waktu. Data ini akan berguna apabila ingin
mengetahui terjadinya perubahan.
2. Data cross section merupakan data yang dikumpulkan satu waktu tertentu
artinya waktu yang digunakan terbatas, sehingga tidak bisa mengetahui
terjadinya perubahan.
3. Data panel merupakan gabungan dari data time series dan cross section.3
Penelitian ini berjudul Pengaruh CR, OITL, TATO, dan ROA
Terhadap Pertumbuhan Laba, data yang digunakan oleh peneliti adalah data
panel. Hal ini dikarenakan laporan keuangan yang digunakan merupakan
laporan keuangan triwulan Perusahaan Sektor Pertanian dalam periode 4
(empat) tahun terakhir. Data panel merupakan gabungan dari data time series
dan cross section. Data cross section dalam penelitian ini adalah data laporan
keuangan perusahaan sektor pertanian per triwulan. Sedangkan data time
3 Uhar Sharsaputra, MetodePenelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan (Bandung: PT
Refika Aditama, 2014), 38.
43
series dalam penelitian ini adalah laporan keuangan triwulan 4 (empat) tahun
terakhir (2016-2019). Data laporan keuangan triwulan diambil dalam waktu
atau periode 4 tahun terakhir karena akan lebih mudah melihat bagaimana
fluktuasi dalam setiap tahunnya.
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Penelitian ini penulis menggunakan dua jenis variabel yaitu
variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel
independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab
perubahan atau timbulnya variabel dependen, sedangkan variabel
dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen.
Dengan demikian variabel independen dari penelitian ini adalah
current ratio (X1), operating income to liabilities (X2), total aset turnover
(X3) dan return on aset (X4). Sedangkan variabel dependennya adalah
pertumbuhan laba (Y). Rancangan penelitian dalam penelitian ini
digunakan untuk mengetahui apakah current ratio, operating income to
liabilities, total aset turnover dan return on aset berpengaruh terhadap
perubahan laba pada perusahaan sektor pertanian yang masuk daftar efek
syariah.
2. Definisi Operasional Variabel
44
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebuah penjelasan
dari masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian terhadap
indikator-indikator yang membentuknya.4
Tabel 3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
No Variabel Definisi Skala Pengukuran Sumber
1 Independen
Pertumbuhan
Laba
Pertumbuhan
laba merupakan
kenaikan
maupun
penurunan laba
per tahun
Rasio
Y = Yt − Yt−1
Yt−1
Angkoso
(2009)
2 Independen
Current ratio
Current ratio
adalah rasio
yang
menunjukkan
kemampuan
perusahaan
dalam melunasi
kewajiban
jangka
pendeknya
melalui aktiva
lancar yang
dimiliki oleh
perusahaan
Rasio
Aset Lancar
Utang Lancar
Fahmi
(2013)
3 Operating
Income to
Liabilities
Operating
Income to
Liabilities adalah
rasio yang
menunjukkan
Rasio
Laba Operasional
Total Utang
Herry
(2016)
4 Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2012), 6.
45
perbandingan
antara laba
operasional
sebelum bunga
dan pajak
4 Total Aset
Turn Over
Total Aset Turn
Over adalah
rasio yang
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
dalam
menggunakan
atau mengelola
seluruh aset yang
dimilik untuk
menghasilkan
pendapatan
Rasio
Penjualan
Total Aset
Fahmi
(2013)
5 Return on
Aset
Return on Aset
adalah rasio
yang mengukur
kemampuan
perusahaan atas
penggunaan aset
perusahaan
dalam
menghasilkan
laba
Rasio
Laba Bersih
Total Aset
Herry
(2016)
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan elemen yang akan dijadikan wilayah
generalisasi, elemen sendiri adalah keseluruhan subjek yang akan diukur
dan diteliti. Pengertian lain dari populasi adalah keseluruhan objek
46
maupun subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian akan ditarik
kesimpulan.5 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan
sektor pertanian yang masuk daftar efek syariah menurut Surat Keputusan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selama periode 2016 – 2019 yakni
berjumlah 18 perusahaan sektor pertanian.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Apa yang dipelajari dari sampel kesimpulannya dapat
mewakili populasi.6 Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling adalah
teknik atau metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan. Adapun kriteria pengambilan sampel dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif (Bandung: Alfabeta, 2018), 130.
6 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta,
2017), 81.
47
Tabel 3.2
Kriteria Pengambilan Sampel
No Keterangan Jumlah
1. Perusahaan sektor pertanian yang Masuk Daftar Efek
Syariah menurut Surat Keputusan OJK pada periode
2016 – 2019.
18
2. Perusahaan sektor pertanian yang telah
mempublikasikan laporan keuangan triwulan lengkap
di idnfinancial.com pada periode 2016 – 2019.
13
3. Perusahaan sektor pertanian yang memiliki laba atau
keuntungan pada laporan keuangan triwulan selama
periode 2016 – 2019
5
Berdasarkan analisa sampling diatas diperoleh perusahaan sektor
pertanian terdapat 18 perusahaan dan yang memenuhi kriteria
pengambilan sampel berjumlah 5 perusahaan. Kriteria ketiga yaitu
perusahaan sektor pertanian yang memiliki laba atau keuntungan. Kriteria
tersebut dipakai kerena variabel terikat dalam penelitian ini merupakan
pertumbuhan laba, sehingga untuk menghitung pertumbuhan laba data
yang dibutuhkan adalah laba yang tertera pada laporan keuangan triwulan
perusahaan sektor pertanian. Berikut daftar sampel yang digunakan dalam
penelitian ini:
48
Tabel 3.3
Sampel Perusahaan Sektor Pertanian7
No Kode
Perusahaan Nama Penerbit Efek
1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk.
2 BISI PT Bisi Internasional Tbk.
3 DSFI PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk.
4 LSIP PT PP London Sumatra Indonesia Tbk.
5 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk
E. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian akan berpengaruh dalam
melakukan analisa data penelitian. Sumber data menjadi faktor penting dalam
mempertimbangkan penentuan metode pengumpulan data. Sumber data
merupakan subjek penelitian tempat data berada. Sumber data dapat berupa
benda gerak, manusia, tempat dan lain sebagainya.8 Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah
sumber data yang diperoleh secara tidak langsung namun melalui media
perantara. Data sekunder dapat berupa catatan, buku, maupun majalah seperti
7 Website Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
8 Etta Mamang Sangaji, Sopiah, Metodologi Penelitian (Yogyakarta, CV Andi Offset,
2010), 43.
49
laporan keuangan publikasi perusahaan, laporan pemerintah, atikel yang
tersusun dalam arsip.9
Dalam penelitian ini peneliti mengumpulkan data berupa data
sekunder, karena data yang dibutuhkan atau diperlukan merupakan laporan
keuangan triwulan perusahaan sektor pertanian. Data yang digunakan bukan
data langsung atau bukan dari karyawan perusahaan maupun konsumen.
Namun data berasal dari laporan keuangan triwulan dari 5 perusahaan sektor
pertanian yang Masuk Daftar Efek Syariah yang bersumber dari situs atau
website Perusahaan Sektor Pertanian, website resmi Bursa Efek Indonesia
(BEI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta website lainnya yang menyediakan
data yang dibutuhkan dalam penelitian seperti idnfinancial.com.
F. Metode Pengumpulan Data
Data adalah unit informasi yang direkam media yang dapat dibedakan
dengan data lainnya, dapat dianalisis dan relevan dengan program tertentu.10
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk
memperoleh data yang diperlukan. Dapat disimpulkan bahwa metode
pengumpulan data adalah segala cara yang digunakan untuk mengumpulkan
suatu data penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Untuk
mengumpulkan data sekunder dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode dokumentasi, yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan
9 Ating Somatri, Sambas Alli Muhidin, Aplikasi Statistika Dalam Penelitian (Bandung:
CV Pustaka Setia, 2011), 44.
10 Ahmad Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian (Yogyakarta: Teras, 2009), 53.
50
cara mengumpulkan dan mempelajari catatan atau dokumen yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti. Dalam studi dokumentasi metode pengumpulan
data tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian melainkan dengan
melalui penelusuran dokumen-dokumen. Dokumentasi dapat berupa tulisan,
surat, gambar, laporan dan lain sebagainya. data dari metode dokumentasi ini
tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberikan kesempatan dan
peluang bagi peneliti untuk mengkaji segala hal yang terjadi dimasa lalu.11
Dalam penelitian ini dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan, mengkaji
serta menyimpulkan laporan keuangan triwulan Perusahaan Sektor Pertanian
yang Masuk Daftar Efek Syariah untuk mengetahui mengenai Current Ratio
(CR), Operating Income to Liabilities (OITL), Total Aset Turn Over (TATO)
dan Return on Aset (ROA) dan Pertumbuhan Laba.
G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah menggunakan analisis regresi menggunakan media software SPSS
16 (Statistical Program for Social Science) yang merupakan aplikasi yang
berguna untuk menganalisis data statistik. Teknik analisis regresi digunakan
untuk mengetahui pengaruh CR (current ratio), OITL (operating income to
liabilities), TATO (total asset turnover) dan ROA (return on asset) (variabel
bebas/independen) terhadap pertumbuhan laba (variabel terikat/dependen).
Namun sebelum melakukan analisis regresi perlu untuk melakukan uji asumsi
klasik. Berikut adalah teknik analisis data dala penelitian ini:
11 Ibid, 329.
51
1. Uji Asumsi Klasik
Untuk memperoleh hasil regresi linier yang baik maka digunakan
uji asumsi klasik. Hal ini dimaksudkan sebelum data di uji perlu diketahui
apakah data melanggar asumsi dasar atau tidak. Menurut Suharyadi dan
Purwanto dalam menyusun regresi berganda perlu melakukan tes atau uji
yang mendeteksi ada tidaknya pelanggaran asumsi yang perlu dipenuhi
dalam analisis regresi berganda diantaranya adalah uji normalitas,
multikolinieritas, Heterokedastisitas dan Autokorelasi. Uji asumsi klasik
bertujuan agar nilai parameter tidak bias (prasangka). Model regresi yang
baik adalah model dengan kesalahan peramalan yang seminimal
mungkin.12
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-
masing varibel berdistribusi normal atau tidak.13 Uji normalitas
digunakan untuk melakukan pengujian terhadap variabel lainnya
dengan asumsi bahwa nilai residul mengikuti distribusi normal. Suatu
model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi data normal
atau mendekati normal. Uji normalitas bisa dilakukan dengan
menggunakan Kolmogorov Smirnov. Dasar pengambilan keputusan
12 Suharyadi dan Purwanto, Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern (Jakarta:
Salemba Empat, 2011). 230-232
13 Echo Perdana K, Olah Data Skripsi Dengan SPSS 22 (Pangkalpinang: Lab Kom
Manajemen FE UBB, 2016), 42.
52
untuk uji normalitas menggunakan Kolmogorov Smirnov adalah
sebagai berikut:
1) Jika nilai Sig > 0,05 maka data penelitian berdistribusi normal.
2) Jika nilai Sig < 0,05 maka data penelitian tidak berdistribusi
normal
b. Uji Multikolinieritas
Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah pada model
regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel independen.14 Jika
terjadi atau terdapat kolerasi, maka dinamakan dengan problem
multikolerasi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
kolerasi antar variabel independen. Kriteria untuk menentukan suatu
persamaan regresi menunjukkan gejala multikolinieritas atau tidak
adalah dengan melihat nilai VIF dan Tolerance.
1) Tolerance ≥ 0,10 dan VIF < 10 = tidak terjadi multikolinieritas.
2) Tolerance < 0,10 dan VIF ≥ 10 = terjadi multikolinieritas.
c. Uji Heterokedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terdapat ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan ke
pengamatan lainnya.15 Jika varian residual dari satu pengamatan
kepengamatan yang lain tetap maka disebut dengan homokedastisitas.
14 Echo Perdana K, Olah Data Skripsi Dengan SPSS 22, 47.
15 Ibid, 49.
53
Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedatisitas
atau dengan kata lain model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas. Cara yang sering digunakan dalam menentukan
apakah suatu model terbebas dari masalah heterokedastisitas atau tidak
dengan melihat pada ScatterPlot (alur sebaran) antara residual dengan
nilai prediksi dari variabel terikat. Regresi terbebas dari masalah
heterokedastisitas jika ScatterPlot tidak memiliki pola yang jelas dan
titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah alat uji model regresi untuk mengetahui
adanya korellasi antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu
dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Apabila
terjadi kolerasi maka dinamakan ada masalah autokolerasi.
Autokorelasi muncul muncul karena karena observasi yang berurutan
sapanjang waktu berkaitan ssatu sama lainnya.deteksi autokorelasi
dilakukan dengan uji statistik Durbin-Waston.16 Kriteria pengujian
dapat dilihat sebagai berikut:
1) Autokorelasi positif
Jika d < dL, maka terdapat autokorelasi positif
Jika d > dU, maka tidak terdapat autokorelasi positif
16 Ibid, 52.
54
Jika dL < d < dU, maka pengujian tidak ada kesimpulan yang pasti
2) Autokorelasi negatif
Jika (4-d) < dL, maka terdapat autokorelasi negatif
Jika (4-d) > dU, maka tidak terdapat autokorelasi negatif
Jika dL < (4-d) < dU, maka pengujian tidak ada kesimpulan yang
pasti
2. Analisis Data Penelitian
a. Analisis Regresi Sederhana
Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengetahui
pengaruh hubungan yang terjadi antara setiap variabel X secara
individual dan variabel Y.17 Dalam penelitian ini analisis regresi
sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh CR, OITL, TATO,
dan ROA secara individual terhadap Pertumbuhan Laba. Rumus
regresi sederhana menurut Sudaryono adalah sebagai berikut:
Y = a + bX
Keterangan:
Y : subyek dalam variabel dependen yang akan diprediksi
a : harga Y apabila X = 0 (harga konstan)
b : koefisien regresi
X : variabel independen
17 Stanislaus S. Uyanto, Pedoman Analisis Data dengan SPSS (Yogyakarta: Gaha Ilmu,
2009), 233.
55
b. Analisis Regresi Berganda
Regresi linier berganda digunakan untuk menaksir atau
meramalkan nilai dependen bila nilai variabel independen dinaikkan
atau diturunkan. Analisis ini didasarkan pada hubungan satu variabel
dependen dengan satu atau lebih variabel independen.18 Dalam
penelitian ini analisis regresi digunakan untuk menganalisis pengaruh
antara CR, OITL, TATO, dan ROA terhadap pertumbuhan Laba.
Persamaan regresi dapat dirumuskan:
Y = 𝛼 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2 + 𝑏3𝑋3 + 𝑏4𝑋4 + 𝑒
Keterangan:
Y : Perubahan Laba
𝑋1 : Current Ratio
𝑋2 : Operating Income To Liabilities
𝑋3 : Total Asset Turnover
𝑋4 : Return On Asset
𝑏1 − 𝑏4 : Koefisien Regresi Variabel X1, X2, X3, X4
𝛼 : Konstanta
𝑒 : Error
18 Ibid., 243.
56
Untuk menilai ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir
nilai aktual dapat diukur dengan nilai statistik uji t dan statistik uji F:
1) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji t bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh
masing-masing variabel independen (X) secara individual terhadap
variabel dependen (Y) signifikan atau tidak.19 Uji t ini digunakan
untuk menguji masing-masing variabel secara individual (parsial).
Hasil uji t nampak pada tabel coefficients pada kolom sig.
(significance). Jika nilai signifikansi < 0,05 maka dapat dikatakan
bahwa variabel X berpengaruh signifikan terhadap variabel Y
secara individual (parsial). Tetapi jikan nilai signifikansi > 0,05
maka tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel X
secara individual terhadap variabel Y. Dasar pengambilan
keputusan juga dapat dijelaskan dengan melihat perbandingan
antara thitung dan ttabel dengan ketentuan bahwa jika thitung > ttabel
maka variabel independen (X) berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen (Y). Apabila thitung < ttabel berarti bahwa secara
parsial variabel independen (X) tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependen (Y).
19 D. Priyatno, Analisis Kolerasi, Regresi, dan Multivariate dengan SPSS (Yogyakarta:
Gave Media, 2013),
57
2) Uji Kelayakan model (Uji F)
Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua
variabel independen secara bersama-sama memiliki pengaruh yang
signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Hasil uji F dapat
dilihat dari tabel ANOVA pada kolom sig. Jika nilai signifikansi <
0,05 maka variabel X secara bersama-sama memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap variabel Y. Tetapi apabila nilai
signifikansi > 0,05 artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan
antara variabel X secara simultan terhadap variabel Y. Dasar
pengambilan keputusan juga dapat dilihat dari perbandingan antara
Fhitung dan Ftabel dengan syarat jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara
simultan variabel bebas (X) berpengaruh signifikan terhadap
variabel terikat (Y). Apabila nilai Fhitung < Ftabel artinya secara
bersama-sama variabel bebas (X)tidak berpengaruh signifikan
terhadap variabel terikat (Y). Dalam penelitian ini uji F digunakan
untuk mengetahui pengaruh CR, OITL, TATO, dan ROA terhadap
Pertumbuhan Laba.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) adalah ukuran untuk
mengetahui persentase kemapuan variabel X dalam
mempengaruhi variabel Y. Semakin besar atau nilai R
mendekati 1, maka persentase perubahan variabel terikat (Y)
yang disebabkan oleh variabel bebas (X) akan semakin tinggi,
58
begitu juga sebaliknya. Koefisien determinasi (R2) pada
persamaan regresi dapat dihitung dengn rumus:
R2 =SSR
SST
Dimana:
R2 : koefisien determinasi atau propordi keragaman variabilitas
tota di sekitar nilai tengah y yang dapat dijelaskan oleh mode
regresi (biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase).20
20 Ibid., 164.
59
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis atau menguji pengaruh
current ratio, operating income to liabilities, total asset turnover dan return
on asset terhadap pertumbuhan laba. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan populasi seluruh data laporan keuangan triwulan 18 perusahaan
sektor pertanian yang masuk daftar efek syariah menurut Surat Keputusan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selama periode 2016 – 2019. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria
yang telah ditentukan. Dimana peneliti memilih sampel yang memiliki kriteria
sesuai dengan topik penelitian. Kriteria pengambilan sampel pada penelitian
ini adalah perusahaan sektor pertanian yang masuk daftar efek syariah
menurut SK OJK, perusahaan sektor pertanian yang mempublikasikan laporan
keuangan triwulan lengkap selama tahun 2016 - 2019 serta yang memiliki laba
pada laporan keuangan triwulan periode 2016 – 2019.
Berdasarkan kriteria pengambilan sampel tersebut sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah 5 (lima) perusahaan sektor pertanian
yang masuk daftar efek syariah menurut SK OJK periode 2016 - 2019. Berikut
ini adalah daftar sampel penelitian, dapat dilihat pada tabel 4.1.
60
Tabel 4.1
Sampel Perusahaan Sektor Pertanian1
No Kode
Perusahaan Nama Penerbit Efek
1 AALI PT Astra Agro Lestari Tbk
2 BISI PT Bisi Internasional Tbk
3 DSFI PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
4 LSIP PT PP London Sumatra Indonesia Tbk
5 TBLA PT Tunas Baru Lampung Tbk
Adapun deskripsi sampel dalam penelitian ini dapat dijelaskan
seebagai berikut:
1. PT Astra Agro Lestari Tbk2
PT Astra Agro Lestari Tbk didirikan pada tanggal 3 Oktober 1988
sebelumnya bernama PT Suryaraya Cakrawala. Kemudian pada tanggal 4
Agustus 1989 berubah menjadi PT Astra Agro Niaga. Perusahaan mulai
beroperasi komersial pada tahun 1995. Pada tanggal 30 Juni 1997,
perusahaan melakukan penggabungan usaha dengan PT Suryaraya
Bahtera. Setelah penggabungan tersebut, nama perusahaan berganti
menjadi PT Astra Agro Lestari dan meningkatkan modal dasar dari Rp.
250 miliar menjadi Rp. 2 triliun yang terdiri dari 4 miliar lembar saham
dengan nilai nominal Rp. 500,-.
1 Website Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
2 Website PT Astra Agro Lestari Tbk
61
PT Astra Agro Lestari Tbk yang semula merupakan
penggabungan dari beberapa perusahaan mulai mengembangkan industri
perkebunan di Indonesia sejak lebih dari 30 tahun yang lalu. berawal dari
perkebunan ubi kayu, kemudian mengembangkan tanaman karet, hingga
pada tahun 1984, mulai membudidayakan tanaman kelapa sawit di
Provinsi Riau. Saat ini perusahaan terus mengalami perkembangan dan
menjadi salah satu perusahaan perkebunan kelapa sawit terbesar serta
dikelola dengan manajemen yang baik. Hingga pada tahun 2019 luas areal
yang dikelola perusahaan mencapai 286.877 hektar yang tersebar di pulau
Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Untuk menjaga keberlangsungan
usaha, selain mengelola perkebunan kelapa sawit, perusahaan telah
mengoperasikan pabrik pengolahan minyak sawit di Kabupaten Mamuju
Utara, Sulawesi Barat dan Dumai, Riau. Produk minyak sawit diolah
dalam bentuk olein, stearin, dan PFAD, hal ini uuntuk memenuhi
permintaan pasar ekspor diantaranya yaitu Tiongkok, Malaysia, Filipina,
dan Korea Selatan. sejak tahun 2016 perusahaan juga mengoperasikan
pabrik percampuran pupuk NPK di Kabupaten Donggala, Sulawesi
Tengah dan di tahun 2017 di Bumiharjo, Kalimantan Tengah.
Dalam mengelola perkebunan kelapa sawit perusahaan telah
menjalin kerjasma dengan masyarakat dalam untuk kemitraan inti-plasma
dan kegiatan peningkatan ekonomi masyarakat baik melalui budidaya
tanaman kelapa sawit maupunnon kelapa sawit bahkan sejak awal berdiri.
Kerjasama tersebut memastikan bahwa kehadiran perkebunan kelapa sawit
62
yang dikelola perusahaan juga memberikan manfaat bagi masyarakat
sekitar. Untuk mewujudkannya perusahaan menerapkan program IGA
(Income Generating Acivity) berasis sawwit maupun non sawit.
Pendampingan oleh perusahaan mencakup 150 desa yang tersebar pada 27
kabupaten di 8 provinsi di Indonesia. Sektor usaha berbasis non sawit yang
sudah dikembangkan diantaranya yaitu budidaya ikan, pengolahan ikan
asap, ekowisata gajah, peternakan ayam, hingga konsep wirausaha yang
terintegrasi dengan masyarakat peduli api.
Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan usaha PT Astra
Agro Lestari melakukan Penawaran Saham Perdana (Initial Public
Offering / IPO) di Bursa Efek Indonesia pada tahun 1997. Saat ini
kepemilikan saham publik perusahaan mencapai 20,32% dari total 1,925
miliar saham yang beredar. Kepercayaan investor yang tinggi terhadap
perusahaan terbukti dengan posisi harga sahham yang kuat. Pada
perdagangan yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2019, harga saham
perusahaan ditutup pada posisi Rp. 14.575.
2. PT Bisi Internasional Tbk3
PT Bisi Internasional Tbk yang sebelumnya bernama PT Bright
Indonesia Seed Industry berdiri pada 22 Juni 1983 berdasarkan Akta No.
35 kemudian di ubah dengan Akta No. 20 menjadi tanggal 23 Agustus
1984. Akta pendirian tersebut sudah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI
dengan SK No. C2-5415.HT.01.TH.84 pada 27 September 1984. Pada
3 Website PT Bisi Internasional Tbk
63
tahun 2007 perusahaan ini merubah nama menjadi PT BISI Internasional
Tbk yang disebabkan karena perusahaan sudah mampu mengekspor ke
luar negeri. Pada tanggal 11 Mei 2007, BISI memperoleh pernyataan dari
BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
(IPO) kepada masyarakat sebanyak 900 juta dengan nilai nominal Rp.100,-
per saham dengan nilai penawaran Rp.200,- per saham. Saham-saham
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 28 Mei 2007.
PT Bisi Internasional merupakan produsen benih hibrida terbesar
di Indonesia. Sampai saat ini BISI telah memiliki 3 unit pabrik pengolaan
benih yang berada di Kediri dan Mojokerto, Jawa Timur Berdasarkan
Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha BISI meliputi
pembibitan serta perdagangan benih jagung, sayuran, buah-buahan dan
padi. Produk utama yang dihasilkan BISI dan anak perusahaannya adalah
benih jagung (varietas unggul BISI-2, BISI-12, BISI-16, BISI-18, dan
BISI-816), benih holtikultura (sayuran dan buah-buahan Timun Hercules),
benih padi (varietas unggul padi Intani-2 dan Ciherang) serta pestisida.
Sebagai perusahaan berbasis sains, Bisi menjadi pelopor benih
hibrida di Indonesia. Sampai saat ini perusahaan sudah memiliki pusat
riset yang tersebar di seluruh Indonesia dengan luas total ±175 hektar.
Melalui Departemen Riset dan Pengembangan (R&D) dan Departemen
bioteknologi untuk memastikan bahwa produk benih yang dihasilkan tepat
daan berkualitas. Terutama dalam hal produktivitas, ketahanan terhadap
hama dan penyakit serta daya adaptasi terhadap beragam kondisi
64
lingkungan. Infrastruktur yang lengkap dan modern sertaa sumber daya
manusia yang berkualitas dan berkompeten dibidangnya, mendukung BISI
untuk terus berkomitmen menghasilkan produk yang bemutu tinggi yang
kemudian memberikan nilai tambah bagi para petani serta berkontribusi
positif terhadap ketahanan pangan dan kemajuan pertanian di Indonesia.
3. PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk4
PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk berdiri pada tanggal
2 Oktober 1973 dan memulai usha komersialnya pada tahun 1983. Kantor
pusat dan pabrik PT Dharma Samudera Fishing Industries (DSFI)
berlokasi di jalan Laks. R.E. Martadinata 1, Tanjung Priok, Jakarta serta
memiliki cabang di Kendari, Sulawesi Tenggara. Berdasarkan Anggaran
Dasar Perusahaan ruang lingkup kegiatan opersional DSFI meliputi bidang
perikanan termasuk menangkap, mengumpulkan, mengolah, menjual dan
menjalankan usaha dibidang perdaganan hasil perikanan.
Tahun pertama pendirian kegiatan operasional perusahaan
mengandalkan tangkapan cakalang dan ikan kakap merah dengan fokus
penjualan di pasar ekspor. Dalam perkembangannya ruang lingkup
kegiatan operasional bisnis perusahaan merambah menjadi pengoahan
industri ikan terpadu, yang didalamnya termasuk aktivitas pengolahan
sehingga menghasilkan produk yang memiliki nilai tambah seperti fillet
ikan, tuna, gurita, sotong, dan produk lainnya.
4 Website PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk
65
Visi DSFI yaitu untuk sukses sebagai pengolah hasil laut kelas
dunia telah membawa perusahaan untuk membangun landasan yang kuat
dalam hal kualitas produk, harga yang kompetitif, standar produksi dan
pemasaran yang tinggi. Hampir 90 persen output (produk) dari 5 pabrik
pengolahan DSFI telah diekspor melalui jaringan distribusi dan pemasaran
di berbagai belahan dunia. Produk DSFI dapat diterima untuk ekspor
kerena memiliki sertifikasi HACCP dari sertifikasi kontrol kualitas
Amerika dan ECC. Memiliki sertifikat tersebut berarti manajemen
perusahaan berusaha untuk memastikan kepuasan pelanggan melalui
penekanan pada produk baru dan menjaga kemurnian produk agar sesuai
dengan standar internasional.
Dengan perkembangan yang maju, PT Dharma Samudera Fishing
Industries pada tanggal 28 Februari 2000, DSFI memperoleh pernyataan
efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
Saham DSFI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 50 juta dengan nilai
nominal Rp. 500,- per saham dengan harga penawaran Rp. 900,- per
saham. Kemudian 25 juta waran seri I dengan periode pelaksanaan mulai
26 September 2000 sampai dengan 24 Maret 2003 dan harga pelaksanaan
sebesar Rp. 900,- per saham. Saham dan Waran Seri I tersebut tercatat
pada Bursa Efek Indonesia pada tanggal 24 Maret 2000.
66
4. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk5
Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk atau PP
London Sumatra Indonesia (LSIP) berdiri pada tanggal 18 Desember 1962
dan mulai beroperasi komersial di tahun yang sama. Kantor pusat LSIP
berlokasi di zariobimo Sentral Lt. 12, Jln. HR. Rasuna Said Blok X-2 Kav.
5, Jakarta. Sedangkan kantor cabang terletak di Medan, Palembang,
Makasar, Surabaya dan Samarinda. Berdasarkan Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup kegiatan operasional LSIP bergerak dibidang
usaha perkebunan yang berlokasi di Sumatera Utara, Sumatera Selatan
Jawa, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan.
Komoditas yang dihasilkan LSIP adalah minyak kelapa sawit, karet,
kakao, teh dan benih dalam kuantitas yang kecil. Disamping mengelola
perkebunannya sendiri LSIP juga mengembangkan perkebunan diatas
tanah milik petani kecil setempat (perkebunan plasma) sesuai dengan pola
perkebunan inti-plasma yang dipilih pada saat melakukan ekspansi
perkebunan.
Karena kemajuan yang dialami perusahaan, pada tanggal 7 Juni
1996, LSIP mendapatkan pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk
melakukan Penawaran Umum Perdana Saham (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 38,8 juta dengan nilai nominal Rp. 500,- per saham dan harga
penawarannya Rp.4.650,- per saham. Saham tersebut tercatat pada Bursa
Efeek Indonesia pada 5 Juli 1996.
5 Website PT PP London Sumatra Indonesia Tbk
67
5. PT Tunas Baru Lampung Tbk6
PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) berdiri pada tanggal 22
Desember tahun 1973. Kantor pusat TBLA berlokasi di Wisma Budi,
Lantai 8-9, Jl. H.R. Rasuna Said Kav. C-6, Jakarta. Sedangkan pabrik
TBLA terletak dibeberapa lokasi yaitu di Lampung, Surabaya, Tangerang,
Palembang, dan Kuala Enok. Sedangkan letak perkebunan berada di
Terbanggi Besar, Lampung Tengah dan Banyuasin Provinsi Sumatera
Selatan.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
operasional TBLA meliputi bidang pertanian, industri, perdagangan,
pembangunan, jasa dan pengangkutan. Namun kegiatan operasional utama
TBLA adalah dibidang produksi diantaranya yaitu minyak goreng kelapa
sawit, minyak kelapa, minyak sawit, margarin, mentega, gula dan lemak
yang dapat dimakan, sabun, bahan pembersih, dan kosmetika. Kegiatan
operasional utama yang lain adalah perkebunan diantaranya yaitu
perkebunan kelapa sawit, nanas, jeruk, kelapa hibrida, dan tebu. Produk-
produk yang dihasilkan perusahaan dipasarkan dengan etiket merek
(trademark etiquette / drawing) antara lain yaitu Kompas, Gunung Agung,
Bumi Waras (B.W), Burung Merak, Tawon, Segar, dan Rose Brand.
Perusahaan terus berkembang dan mengalami kemajuan, sehingga
pada tanggal 31 Desember tahun 1999, TBLA mendapatkan pernyataan
efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana
6 Website PT Tunas Baru Lampung Tbk
68
Saham (IPO) sebanyak 140.385.000 lembar saham dengan nilai nominal
Rp.500,- per saham dan harga penawarannya Rp.2.200 per saham. Saham-
saham tersebut tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada 4 Februari 2000.
Pada tahun 2006, perusahaan melakukan Penawaran Umum Terbatas I
(PUT I / Right Issue I) kepada pemegang saham dengan Hak Memesan
Efek Terlebih Dahulu (HMETD) untuk membeli saham baru dengan rasio
setiap pemegang 3 saham lama berhak atas 6 HMETD untkk membeli
saham baru, yang mana dalam 6 saham baru terdapat 1 waran seri I yang
diberikan secara cuma-Cuma dengan nilai nominal Rp.125,- per saham
yang akan ditawarkan dengan harga Rp.125,- per saham. Waran seri I
yang diterbitkan sebagai insentif bagi para pemegang saham, yang
mempunyai jangka waktu 5 tahun dengan masa pelaksanaan mulai tanggal
15 Januari 2007 sampai 13 Juli 2011.
B. Hasil Analisis Data
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah proses pengumpulan, peringkasan serta
penyajian dalam berbagai karakteristik data untuk menggambarkan data
secara proporsional. Dalam peenelitian ini statistik deskriptif digunakan
untuk melihat data dari pertumbuhan laba sebagai variabel dependen, CR
(current ratio), OITL (operating income to liabilities), TATO (total asset
turnover), dan ROA (return on asset) sebagai variabel independen
berdasarkan mean, nilai maksimum, dan nilai minimum. Berdasarkan dari
69
data sampel yang digunakan, dapat diperoleh hasil statistik deskriptif
sebagai berikut:
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif7
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Pertumbuhan Laba 69 -.976 1.504
.198
CR 69 .697 7.627
2.597
OITL 69 .010 .784
.166
TATO 69 .028 1.772
.499
ROA 69 .001 .104
.032
Valid N (listwise) 69
a. Pertumbuhan Laba
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa N
adalah jumlah sampel dalam penelitian yaitu berjumlah 69.
Pertumbuhan laba terendah adalah sebesar -0,976 dan pertumbuhan
laba tertinggi sebesar 1,504. Nilai mean atau rata-rata pertumbuhan
laba adalah sebesar 0,198.
b. CR (Current Ratio)
Berdasarkan tabel statistik deskriptif diatas, dapat dilihat bahwa
N adalah jumlah sampel dalam penelitian yaitu berjumlah 69. CR
(Current Ratio) terendah adalah sebesar 0,697 dan nilai tertinggi dari
7 Data diolah penulis dengan menggunakan media software SPSS 16
70
CR (Current Ratio) adalah sebesar 7,627. Nilai mean atau rata-rata CR
(Current Ratio) sebesar 2,597.
c. OITL (Operating Income to Liabilities)
Berdasarkan tabel statistik deskriptif diatas, dapat dilihat bahwa
N adalah jumlah sampel dalam penelitian yaitu berjumlah 69. Nilai
OITL (operating income to liabilities) terendah adalah sebesar 0,010
dan nilai OITL (operating income to liabilities) tertinggi sebesar
0,784. Nilai mean atau rata-rata OITL (operating income to liabilities)
sebesar 0,166 .
d. TATO (Total Asset Turnover)
Berdasarkan tabel statistik deskriptif diatas, dapat dilihat bahwa
N adalah jumlah sampel dalam penelitian yaitu berjumlah 69. Nilai
TATO (total asset turnover) terendah sebesar 0,028 dan nilai TATO
(total asset turnover) tertinggi sebesar 1,772. Nilai mean atau rata-rata
TATO (total asset turnover) sebesar 0,499.
e. ROA (Return On Asset)
Berdasarkan tabel statistik deskriptif diatas, dapat dilihat bahwa
N adalah jumlah sampel dalam penelitian yaitu berjumlah 69. Nilai
ROA (return on asset) terendah adalah sebesar 0,001 dan nilai ROA
(return on asset) tertinggi sebesar 0,104. Nilai mean atau rata-rata
ROA (return on asset) adalah sebesar 0,032.
71
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan persyaratan pengujian statistik yang
harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum melakukan uji regresi linier
berganda. Tujuan pengujian ini adalah untuk memastikan bahwa hasil
persamaan regresi linier yang diperoleh memiliki ketepatan estimasi, tidak
bias, dan konsisten. Diantara pengujian asumsi klasik adalah sebagai
berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-
masing varibel berdistribusi normal atau tidak.8 Pengambilan
kesimpulan bahwa data berdistribusi normal dengan melihat nilai
signifikansi yang lebih besar dari 0,005. Suatu model regresi yang baik
adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.
Adapun hasil pengujian normalitas data pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel berikut:
8 Echo Perdana K, Olah Data Skripsi Dengan SPSS 22 (Pangkalpinang: Lab Kom
Manajemen FE UBB, 2016), 42.
72
Tabel 4.3
Hasil Uji Normalitas 19
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 80
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 2.63476054
Most Extreme Differences Absolute .285
Positive .285
Negative -.212
Kolmogorov-Smirnov Z 2.552
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed)
sebesar 0,000 < 0,05 hal ini berarti bahwa data tidak berdistribusi
normal. Dikarenakan data tidak berdistribusi normal maka syarat
model regresi yang baik belum terpenuhi. Untuk mengatasi data yang
tidak berdistribusi normal dilakukan penyembuhan dengan membuang
outliers yaitu data observasi yang muncul dengan nilai-nilai ekstrim.
Yang dimaksud nilai ekstrim disini adalah nilai tersebut jauh atau beda
sekali dengan sebagian besar nilai lain dalam kelompoknya. Dalam
penelitian ini menggunakan sampel sejumlah 80 data setelah di deteksi
ternyata terdapat outliers sejumlah 11, sehingga data yang digunakan
untuk analisis selanjutnya berjumlah 69. Adapun hasil pengujian
9 Data diolah penulis dengan menggunakan media software SPSS 16
73
normalitas data setelah pembuangan outliers dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas 210
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 69
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .60944676
Most Extreme Differences Absolute .109
Positive .109
Negative -.078
Kolmogorov-Smirnov Z .905
Asymp. Sig. (2-tailed) .387
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa hasil uji
normalitas pada tabel one-simple kolmogorov-smirnov test diperoleh
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,387 > 0,05 yang berarti bahwa
data penelitian berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinieritas
Pengujian ini bertujuan untuk melihat apakah pada model
regresi ditemukan adanya kolerasi antar variabel independen.11 Jika
terjadi atau terdapat kolerasi, maka dinamakan dengan problem
multikolerasi. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
10 Data diolah penulis dengan menggunakan media software SPSS 16
11 Echo Perdana K, Olah Data Skripsi Dengan SPSS 22, 47.
74
kolerasi antar variabel independen. Kriteria untuk menentukan suatu
persamaan regresi menunjukkan gejala multikolinieritas atau tidak
adalah dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan
Tolerance. Jika nilai VIF < 10 dan nilai Tolerance > 0,1 maka tidak
terjadi multikolinieritas. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinieritas12
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.136 .228
CR -.064 .057 -.176 .479 2.086
OITL .519 1.091 .151 .118 8.495
TATO .429 .227 .216 .909 1.101
ROA 7.463 7.056 .292 .156 6.419
a. Dependent Variable: Pertumbuhan
Laba
Berdasarkan tabel Coefficients diatas dapat diketahui bahwa
hasil uji multikolinieritas diperoleh data variabel CR (Current Ratio)
memiliki nilai VIF sebesar 2,086 < 10 dan nilai Tolerance sebesar
0,479 > 0,1. Variabel OITL (Operating Income to Liabilities) memiliki
nilai VIF sebesar 8,495 < 10 dan nilai Tolerance sebesar 0,118 > 0,1.
Variabel TATO (Total Asset Turnover) memiliki nilai VIF sebesar
12 Data diolah penulis dengan menggunakan media software SPSS 16
75
1,101 < 10 dan nilai Tolerance sebesar 0,909 > 0,1. Variabel ROA
(Return On Asset) memiliki nilai VIF sebesar 6,419 < 10 dan nilai
Tolerance sebesar 0,156 > 0,1. Dapat disimpulkan bahwa seluruh
variabel independen memiliki nilai VIF > 10 dan nilai Tolerance < 0,1.
Sehingga dapat diartikan bahwa data tidak terjadi multikolinieritas.
c. Uji Heterokedastisitas
Analisis ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terdapat ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan
ke pengamatan lainnya.13 Jika varian residual dari satu pengamatan
kepengamatan yang lain tetap maka disebut dengan homokedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedatisitas
atau dengan kata lain model regresi yang baik adalah yang
homokedastisitas. Cara yang sering digunakan dalam menentukan
apakah suatu model terbebas dari masalah heterokedastisitas atau tidak
dengan melihat pada ScatterPlot (alur sebaran) antara residual dengan
nilai prediksi dari variabel terikat. Regresi terbebas dari masalah
heterokedastisitas jika ScatterPlot tidak memiliki pola yang jelas dan
titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Hasil
uji heterokedastisitas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
13 Ibid, 49.
76
Gambar 4.1 Uji Heterokedastisitas
Dari grafik scatterplot nampak bahwa titik-titik menyebar
secara acak dan tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu
Y. Hal ini berarti model regresi tidak memiliki masalah
heterokedastisitas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model
penelitian ini memenuhi syarat untuk menjadi model regresi yang baik
karena merupakan model yang homokedastisitas yang artinya varian
dari nilai residual pengamatan satu ke pengamatan yang lain tetap.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah alat uji model regresi untuk mengetahui
adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode tertentu
dengan kesalahan pengganggu pada periode sebelumnya. Apabila
terjadi kolerasi maka dinamakan ada masalah autokolerasi.
Autokorelasi muncul karena karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Deteksi autokorelasi
77
dilakukan dengan uji statistik Durbin-Watson.14 Hasil uji autokorelasi
pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.6
Hasi Uji Autokorelasi15
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .491a .241 .194 .628203 2.160
a. Predictors: (Constant), ROA, TATO, CR, OITL
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
Kriteria pengambilan keputusan ada tidaknya masalah
autokorelasi adalah dengan melihat nilai Durbin Watson. Regresi dapat
dikatakan tidak memiliki masalah autokorelasi apabila memiliki nilai
Durbin Watson terletak dU < dW< 4-dU. Nilai dU diketahui melalui
tabel Durbin Watson dengan melihat nilai k (variabel independen atau
bebas) dan N (banyak sampel) dengan nilai signifikansi 5%.
Dari tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa nilai Durbin
Watson sebesar 2,160. Sedangkan nilai dU yang dilihat dengan nilai k
= 4 dan N = 69 sebesar 1,7343. sehingga nilai Durbin Watson (d) > dU.
Sedangkan nilai 4-dU = 4 – 1,7343 = 2,657 dapat ditulis 1,7343 < 2,160 <
2,657 atau dU < dW< 4-dU. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi
tidak memiliki masalah multikolinieritas.
14 Ibid, 52.
15 Data diolah penulis dengan menggunakan media software SPSS 16
78
C. Uji Hipotesis
Di dalam penelitian ini terdapat 5 hipotesis, untuk menguji hipotesis
pertama, kedua, ketiga, dan keempat menggunakan teknik analisis regresi
linier sederhana. Analisis regresi linier sederhana adalah teknik analisis untuk
mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara
parsial atau individual. Sedangkan untuk hipotesis kelima menggunakan
teknik analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama atau simultan.
1. Uji Hipotesis Pertama
H02 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel OITL terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019.
Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel OITL terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis regresi sederhana,
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
79
Tabel 4.7
Hasil Uji Hipotesis I16
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .294 .145 2.024 .047
CR -.020 .045 -.056 -.457 .649
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai konstanta a yaitu 0,294 dan
nilai koefisien regresi (b) CR (current ratio) adalah -0,020 sehingga
persamaan regresinya adalah Y = 0,294 - 0,020X1. Yang berarti bahwa
setiap peningkatan satu (1) poin variabel CR (current ratio) maka variabel
pertumbuhan laba akan menurun sebesar 0,020 dengan syarat variabel lain
bersifat konstan.
Berdasarkan tabel koefisien diatas diperoleh nilai thitung = -0,045 <
ttabel 1,997 atau nilai sig. 0,649 > 0,05 sehingga Ha1 ditolak dan H01
diterima yang berarti bahwa CR (current ratio) secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
2. Uji Hipotesis Kedua
H02 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel OITL terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019.
Ha2 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel OITL terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019.
16 Data diolah penulis dengan menggunakan media software SPSS 16
80
Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis regresi sederhana,
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hasil Uji Hipotesis 217
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .036 .108 .332 .741
OITL 1.127 .397 .328 2.839 .006
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
Dari tabel 4.9 dapat dilihat bahwa nilai konstanta a yaitu 0,036 dan
nilai koefisien regresi (b) OITL (operating income to liabilities) adalah
1,127 sehingga persamaan regresinya adalah Y = 0,036 + 1,127X2. Yang
berarti bahwa setiap peningkatan satu (1) poin variabel OITL maka
variabel pertumbuhan laba akan meningkat sebesar 1,127 dengan syarat
variabel lain bersifat konstan.
Berdasarkan tabel koefisien diatas diperoleh nilai thitung = 2,839 >
ttabel 1,997 atau nilai sig. 0,006 < 0,05 sehingga H01ditolak dan Ha1 diterima
yang berarti bahwa OITL secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
3. Uji Hipotesis Ketiga
H03 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel TATO terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019
17 Data diolah penulis dengan menggunakan media software SPSS 16
81
Ha3 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel TATO terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019
Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis regresi sederhana,
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Hipotesis 318
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.036 .135 -.264 .792
TATO .593 .232 .299 2.561 .013
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta a yaitu -0,036
dan nilai koefisien regresi (b) TATO (total asset turnover) adalah 0,593
sehingga persamaan regresinya adalah Y = -0,036 + 0,593X3. Yang berarti
bahwa setiap penurunan satu (1) poin variabel TATO maka variabel
pertumbuhan laba akan meningkat sebesar 0,593 dengan syarat variabel
lain bersifat konstan.
Berdasarkan tabel koefisien diatas diperoleh nilai thitung = 2,561 >
ttabel 1,997 atau nilai sig. 0,013 < 0,05 sehingga H01 ditolak dan Ha1
diterima yang berarti bahwa TATO secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba.
18 Data diolah penulis dengan menggunakan media software SPSS 16
82
4. Uji Hipotesi Keempat
H04 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel ROA terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019.
Ha4 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel ROA terhadap
pertumbuhan laba pada perusahaan Sektor Pertanian Periode 2016-2019
Berdasarkan hasil perhitungan dengan analisis regresi sederhana,
maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Hipotesis 419
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) -.109 .124 -.877 .384
ROA 10.277 2.861 .402 3.592 .001
a. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai konstanta a yaitu -0,109
dan nilai koefisien regresi (b) ROA (return on asset) adalah 10,277
sehingga persamaan regresinya adalah Y = -0,109 + 10,277X4. Yang
berarti bahwa setiap penurunan satu (1) poin variabel ROA maka variabel
pertumbuhan laba akan meningkat sebesar 10,277 dengan syarat variabel
lain bersifat konstan.
Berdasarkan tabel koefisien diatas diperoleh nilai thitung = 3,592 >
ttabel 1,994 atau nilai sig. 0,001 < 0,05 sehingga H01 ditolak dan Ha1
19 Data diolah penulis dengan menggunakan media software SPSS 16
83
diterima yang berarti bahwa ROA secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba.
5. Uji Hipotesis Kelima
H05 : Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel CR, OITL,
TATO, dan ROA terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan Sektor
Pertanian Periode 2016-2019.
Ha5 : Ada pengaruh yang signifikan antara variabel CR, OITL, TATO, dan
ROA terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan Sektor Pertanian
Periode 2016-2019.
Hasil perhitungan dengan analisis regresi linier berganda diperoleh
hasil sebagai berikut:
Tabel 4.11
Hasil Uji Hipotesis 520
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 8.018 4 2.004 5.079 .001a
Residual 25.257 64 .395
Total 33.275 68
a. Predictors: (Constant), ROA, TATO, CR, OITL
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
Berdasarkan tabel koefisien diatas diperoleh nilai Fhitung sebesar
5,079 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001 pada α = 5% dan derajat
kebebasan (df1) sebesar n-k-1 atau 69 – 4 – 1= 64 (k adalah variabel
independen), sehingga diperoleh nilai Ftabel sebesar 2,52. Jadi dapat dilihat
20 Data diolah penulis dengan menggunakan media software SPSS 16
84
bahwa Fhitung = 5,079 > Ftabel =2,52, atau nilai signifikansi 0,001 < 0,05
sehingga Ha1 diterima dan H01 ditolak hal ini berarti bahwa CR, OITL,
TATO dan ROA secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
6. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi berguna untuk mengetahui persentase
perubahan variabel terikat (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X).
Apabila R2 semakin besar atau mendekati 1 maka persentase perubahan
variabel terikat (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X) semakin
tinggi. Jika R2 semakin kecil maka maka persentase perubahan variabel
terikat (Y) yang disebabkan oleh variabel bebas (X) semakin kecil. Hasil
dari koefisien determinasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.12
Koefisien Determinasi21
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .491a .241 .194 .628203 2.160
a. Predictors: (Constant), ROA, TATO, CR, OITL
b. Dependent Variable: Pertumbuhan Laba
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai R2 adalah sebesar
0,241 atau 24,1%. Persentase kontribusi pengaruh CR, OITL, TATO dan
ROA terhadap pertumbuhan laba aadalah sebesar 24,1% sedangkan
21 Data diolah penulis dengan menggunakan media software SPSS 16
85
sisanya 75,9% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
kedalam model penelitian.
D. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Pengaruh CR terhadap Pertumbuhan Laba
Berdasarkan hasil pengujian penelitian ini menunjukkan bahwa
secara individu (parsial) variabel CR (current ratio) tidak berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba (Y) pada perusahaan sektor
pertanian. Hal ini terlihat dari nilai signifikansi sebesar 0,649 > 0,05.
Sehingga naik turunnya current ratio tidak diikuti dengan naiknya
pertumbuhan laba.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori penelitian terdahulu
yang menyatakan bahwa semakin tinggi current ratio menunjukkan
perusahaan semakin mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya,
sehingga dapat meminimalkan pembayaran beban denda akibat tidak
terpenuhinya kewajiban jangka pendek yang pada akhirnya akan
meningkatkan laba. Akan tetapi beberapa aset lancar yang dimiliki
perusahaan digunakan untuk menjaga kestabilan perusahaan agar tetap
berjalan lancar namun kurang maksimal dalam menghasilkan laba.
Current ratio yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan sedang
kelebihan aktiva lancar yang berpengaruh tidak baik terhadap
pertumbuhan laba karena aset lancar pada umumnya menghasilkan laba
(return) yang lebih rendah dibandingkan aktiva tetap.
86
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Suyono dan Marina berjudul Analisis Pengaruh Rasio
Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Pertambangan yang
terdaftar di BEI Periode 2013-2017. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
apabila dilihat dari koefisien regresi current ratio berpengaruh signifikan
positif terhadap pertumbuhan laba. Namun penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Meilyanti yang berjudul Analisis Pengaruh
Rasio keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba pada sub sektor makanan
dan minuman di BEI periode 2012 - 2016– hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa current ratio tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap pertumbuhan laba.
2. Pengaruh OITL terhadap Pertumbuhan Laba
Berdasarkan uji parsial (uji t) secara individual variabel OITL
(operating income to liabilities) berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba (Y) pada perusahaan sektor pertanian. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai sig. sebesar 0,006 < 0,05 yang berati bahwa
operating income to liabilities berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori sebelumnya yang
menyatakan bahwa semakin tinggi rasio laba operasional terhadap
kewajiban berarti semakin besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajibannya. Sehingga kegiatan operasional menjadi lancar dan laba
yang diperoleh meningkat. Menurut Dimas Putra Pamungkas dalam
87
penelitiannya menjelaskan bahwa operating income to liabilities menjadi
salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba. Menurut
penelitian yang dilakukannya terdapat pengaruh yang signifikan OITL
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor perdagangan.
3. Pengaruh TATO terhadap Pertumbuhan Laba
Berdasarkan hasil penelitian secara individu (parsial) variabel
TATO (total asset turnover) berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba (Y) pada perusahaan sektor pertanian. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai sig. 0,013 < 0,05 yang berarti bahwa total asset
turnover bsecara individu berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Nicia Lestari, menyatakan bahwa total aset turn over berpengaruh positif
signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sub sektor
makanan dan minuman yang terdaftar di BEI. Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan mampu melakukan efisiensi dalam memanfaatkan seluruh
aktivanya yang mempengaruhi produksi dan penjualan dalam menciptakan
laba. Total aset turn over berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba hal ini dikarenakan pengelolaan aktivitas operasi yang baik melalui
pengelolaan aset perusahaan. Pengelolaan dan pemanfaat aset secara
efektif dan efisien akan memicu pertumbuhan laba yang tinggi.
88
4. Pengaruh ROA terhadap Pertumbuhan Laba
Berdasarkan uji parsial (uji t) secara individual variabel ROA
(return on asset) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba (Y)
pada perusahaan sektor pertanian. Hal ini dilihat dari nilai signifikansi
sebesar 0,001 < dari 0,05 yang berarti bahwa secara parsial (individu)
ROA berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marlina
Widiyanti dalam penelitiannya menyatakan bahwa Return on Asset
berpengaruh positif signifikan tehadap pertumbuhan laba, yang
menunjukkan bahwa semakin tinggi Return on Asset semakin besar
kemampuan perusahaan mengelola aset yang dimiliki secara efektif dan
efisien, sehingga mampu mendukung perusahaan dalam meningkatkan
laba.
5. Pengaruh CR, OITL, TATO, dan ROA terhadap Pertumbuhan Laba
Berdasarkan uji simultan (uji f) secara bersama-sama variabel CR,
OITL, TATO, dan ROA berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba (Y) pada perusahaan sektor pertanian. Hal ini dilihat dari nilai
signifikansi sebesar 0,001 < dari 0,05 yang berarti bahwa variabel CR,
OITL, TATO, dan ROA secara bersama-sama berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba.
Laba menjadi salah satu indikator kinerja suatu perusahaan. Untuk
mendapatkan laba perusahaan perlu melakukan kegiatan operasional.
Kegiatan operasional tersebut dapat dilakukan jika perusahaan memiliki
89
sumber daya. Sumber daya tersebut dapat dilihat didalam neraca.
Hubungan antara unsur-unsur yang membentuk neraca dapat di lihat dari
rasio keuangan. Rasio keuangan dapat menilai pendapatan laba yang
diapat oleh perusahaan. Rasio tersebut mengukur kemampuaan perusahaan
dalam menghasilkan laba pada tingkat pemenuhan kewajiban, penjualan,
aset dan laba itu sendiri. Rasio ini terdiri darai rasio likuiditas (current
ratio), rasio solvabilitas (operating income to liabilities), rasio aktivitas
(total asset turnover), dan rasio profitabilitas (return on asset). Rasio-rasio
tersebut mampu memberikan pengaruh dalam memprediksi pertumbuhan
laba pada perusahaan.
90
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan hasil penelitian mengenai Pengaruh CR,
OITL, TATO, dan ROA terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Sektor
Pertanian Periode 2016 – 2017 yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
1. Variabel CR (current ratio) tidak berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba (Y) pada perusahaan sektor pertanian. Hal ini terbukti
dari nilai thitung = -0,045 < ttabel 1,997 atau nilai sig. 0,649 > 0,05 yang
berarti bahwa CR tidak berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba
pada perusahaan sektor pertanian periode 2016-2017.
2. Variabel OITL (operating income to liabilities) berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba. Hal ini terbukti dari nilai thitung = 2,839 > ttabel
1,997 atau nilai sig. 0,006 < 0,05 yang berarti bahwa OITL berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sektor pertanian
periode 2016-2017.
3. Variabel TATO (total asset turnover) berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba. Hal ini terbukti dari nilai thitung = 3,592 > ttabel 1,994
atau nilai sig. 0,001 < 0,05 yang berarti bahwa TATO berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sektor pertanian
periode 2016-2017.
91
4. Variabel ROA (return on asset) berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba. Hal ini terbukti dari thitung = 3,592 > ttabel 1,994 atau
nilai sig. 0,001 < 0,05 yang berarti bahwa ROA berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sektor pertanian periode
2016-2017.
5. Variabel CR, OITL, TATO, dan ROA secara bersama-sama berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal ini terbukti dari Fhitung = 5,079
> Ftabel =2,52, atau nilai signifikansi 0,001 < 0,05 yang berarti bahwa
ROA, OITL, TATO, dan ROA secara bersam-sama berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan sektor pertanian
periode 2016-2017.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas maka dapat
diberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan investasi alangkah baiknya investor terlebih dahulu
mencari informasi yang lengkap mengenai perusahaan yang akan di danai.
Investor juga perlu melakukan analisis untuk memastikan bahwa
perusahaan yang akan di investasi dalam kondisi keuangan yang baik atau
sehat. Hal ini bertujuan untuk memastikan kestabilan pertumbuhan laba
yang akan menjadi imbalan hasil investasi yang dilakukan.
2. Bagi investor dan calon investor, variabel OITL (operating income to
liabilities), TATO (total asset turnover), dan ROA (return on asset) dapat
dijadikan bahan informasi pertimbangan dalam mengambil keputusan
92
investasi yang tepat, hal ini dikarenakan ketiga variabel tersebut memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan laba pada perusahaan
sektor pertanian periode 2016-2019. Namun untuk CR (current ratio)
investor perlu berhati-hati karena variabel CR (current ratio) tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap laba sehingga lebih
dianjurkan untuk melihat dari OITL, TATO dan ROA.
3. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini bisa dijadikan masukan untuk
memelihara dan menjaga kinerja keuangan perusahaan untuk
meningkatkan pertumbuhan laba agar para investor tertarik untuk
berinvestasi karena pertumbuhan laba yang tinggi.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperbaiki keterbatasan yang
ada didalam penelitian ini, memperbanyak jumlah sampel dan tahun
pengamatan agar mendapatkan hasil yang menyeluruh. Penelitian
selanjutnya diharapkan melakukan pemilihan variabel dengan sebaik-
baiknya agar tidak mengalami kesulitan dalam menganalisis data serta
dalam menggunakan sampel perusahaan industri yang berbeda agar dapat
menjadi pembanding untuk penelitian selanjutnya.
93
DAFTAR ISI
Angkoso, Nandi. Akuntansi Lanjutan. Yogyakarta: FE, 2009.
Bambang, Riyanto. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan edisi 4. Yogyakarta:
BPFE, 2010.
Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Direktorat Pengembangan Sistem Persediaan
Air Minum. Modul Analisa Keuangan dan Manajemen, Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2011.
Fahmi, Irham. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Alfabeta, 2012.
Harahap. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2006.
Herry. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Grasindo, 2016.
Jumingan. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.
K, Echo Perdana. Olah Data Skripsi Dengan SPSS 22. Pangkalpinang: Lab Kom
Manajemen FE UBB, 2016.
Kuswadi. Meningkatkan Laba Melalui Pendekatan Auntansi Keuangan dan
Akuntansi Biaya. Jakarta: PT Elex Media Kompuntindo, 2005.
Lasmi, M. Dasar-Dasar Perbankan. Bandung: CV Pustaka Setia, 2011.
Munawir. Analisa Laporan Keuangan Edisi Keempat. Yogyakarta: LIBERTY
YOGYAKARTA, 2014.
Prihadi, Toto. Memahami Laporan Keuangan Sesuai IFRS dan PSAK. Jakarta
Pusat: PPM, 2012.
Rahardjo. Laporan Keuangan Perusahaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2009.
Samryn, L.M. Akuntansi manajemen Informasi, Biaya utuk mengendalikan
Aktivitas Operasi dan Investasi Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2012.
Sangaji, Etta Mamang dan Sopiah. Metodologi Penelitian. Yogyakarta, CV Andi
Offset, 2010.
94
Sharsaputra, Uhar. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Tindakan.
Bandung: PT Refika Aditama, 2014.
Somatri, Ating dan Sambas Alli Muhidin. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian.
Bandung: CV Pustaka Setia, 2011.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif . Bandung: Alfabeta, 2018.
Suharyadi dan Purwanto, Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern.
Jakarta: Salemba Empat, 2011.
Sujarweni, V. Wiratna. Metodologi Penelitian – Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta:
PT Pustaka Baru, 2019.
Suwardjono. Teori Akuntansi Perekayasa Pelaporan Keuangan. Yogyakarta:
BPFE, 2014.
Widoyoko, Eko Putro. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2012.
Wild, JJ. Subramanyam, K.R dan Halsey. Financial Statement. Jakarta: Salemba
Empat, 2005.
DAFTAR JURNAL
Chasanah, Amalia Nur dan Daniel Kartika Adhi. “ Pengaruh Total Asset Turn
Over, Return On Asset, dan Net Profit Margin Terhadap Perubahan Laba
Pada Perusahaan Sektor Otomotif yang Listed di BEI,” Jurnel STIE Vol. 9
No. 3, ISSN: 2085-5656, 2017.
Chyntia dan Evelin, “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan
Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI,” JRAK Vol.2
No. 1. ISSN : 2443-1079, 2016.
Dewi, Melinda Kusuma dan Rilla Gantino. “ Perbandingan Pengaruh WCTA,
OITL, dan ROE Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan Jasa Yang
Terdaftar di BEI Periode 2013-2017,” Jurnal Riset Akuntansi Volume XI
No. 1, (2019
Ifada, Luluk Muhimatul dan Tiara Puspitasari. “Analisis Pengaruh Rasio
Keuangan Terhadap Perubahan Laba,” Jurnal Akuntansi & Auditing Vol.
13 No. 1, 2016.
Indastri, Anita Wahyu. “ Analisa Pengaruh Rasio Keuangan Teerhadap
pertumbuhan Laba Pada Sektor Industri Barang Konsumsi Yang terdaftar
95
di BEI Tahun 2015-2018,” Jurnal Ekonomika dan Manajemen Vol. 9 No.
1, ISSN Online: 2622-8265, 2020.
Manurung, Chyntia Sirila dan Evelin Silalahi. “Analisis Rasio Keuangan dalam
Memprediksi Perubahan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia,” Jurnal Akuntansi Volume 2 No. 1,
2016.
Martini dan Monica. “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perubahan Laba Pada
Perusahaan Kosmetik dan Rumah Tangga Industri Sub Sektor dan
Perusahaan Retail Service Perdagangan Sub Sektor Terdaftar di BEI,”
Jurnal Lentera Akuntansi Vol. 2 No. 2, 2016.
Perdana, Surya dan Eni Hartanti. “Pengaruh OPM, ROE, dan ROA Terhadap
Perubahan Laba Pada Perusahaan Lembaga Pembiayaan Indonesia,”
Jurnal SOSIO-E-KONS Vol. 9 No. 1, 2017.
Safitri, Anggi Maharani dan Mukaram. “Pengaruh ROA, ROE, dan MPM
Terhadap Perubahan Laba pada Perusahaan Sektor Industri Barang
Konsumsi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia,” Jurnal Riset dan
Investasi Vol. 4 No. 1, 2018.
Siregar, Qahfi Romula dan Hade Chandra Batubara. “Analisis Determinasi
Pertumbuhan Laba di Bursa Efek,” Jurnal Riset Finansial Bisnis Volume.
1 No. 1, 2017.
Suyono dan Marina. “Analisis PengaruhRsio Keuangan Terhadap Pertumbuhan
Laba Pada Perusahaan Pertambangan Yang terdaftar di BEI Periode 2013-
2017,” Jurnal Ilmiah Akuntansi Vol. 4 No. 1, e-ISSN: 2685-5607, 2020.
Wati, Devi Arlinia. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan Laba pada
Perindustrian Perikanan,” Jurnal Online Insan Akuntansi Volume 2 No. 2,
2017.
Yuliati, Norita Citra. “Pengaruh Kemampuann Rasio Keuangan Sebagai Prediktor
Pertumbuhan Laba,” JEAM Vol. 16 No. 1 e-ISSN: 2459-9816, 2017.
Zakiya, Tuti. “Perubahan Laba: Kinerja Keuangan dan Firm Size Sebagai
Antiseden,” JBMA Vol. VI No. 2 ISSN : 2252-5483, 2019.
96
DAFTAR SKRIPSI
Anggraini, Liza. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba Pada
Perusahaan Manufaktur Sektorr Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar
di BEI,” Skripsi (Palembang: Universitas Muhammadiyah Palembang,
2016.
Ardiany, Ria Devi. “Analisis Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Perubahan
Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia,” Skripsi (Jember: Universitas Jember, 2019.
Pamungkas, Dimas Putra. “Pengaruh WCTA, CLI, OITL,TATO, NPM an GPM
Terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan Sub Sektor Perdagangan Besar
Yang Terdaftar di BEI,” skripsi. Tegal: Universitas Pancasakti, 2019.
DAFTAR WEBSITE
BPS, “Indeks Harga Konsumen dan Inflasi Bulanan Indonesia,” dalam
https://www.bps.go.id/statictable/2009/06 /15/907/indeks -harga-
konsumen-dan-inflasi-bulanan-indonesia-2006-2020.html, diakses pada
tanggal 14 Desember 2020 pukul 06.30 WIB.
https://m.liputan6.com/bisnis/read/4324057/sektor-pertanian-jadi-penyumbang-
tertinggi-pertumbuhan-ekonomi-indonesia diakses pada tanggal 10 maret
2021 pukul 07.20 WIB.
https://m.mediaindonesia.com/ek)onomi/350685/kontribusi-sektor--pertanian-
pada-ekonomi-capai-1624 diakses pada tanggal 11 maret 2021 pukul 05.37
WIB
https://www.pertanian.go.id/home/?show=news%act=view&id=3551, diakses
pada tanggal 9 Desember 2020 pukul 05.08 WIB.
OJK, www.ojk.go.id Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
Nomor KEP-56/D.04/2016.
www.ojk.go.id Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
Nomor KEP-59/D-04/2017.
www.ojk.go.id Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
Nomor KEP-72/D-04/2018.
www.ojk.go.id Keputusan Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan
Nomor KEP-76/D.04/2019.
97
PT Astra Agro Lestari Tbk, www.astra-agro.co.id. Diakses pada tanggal 16
Februari 2021, pukul 19.00 WIB.
PT Bisi Internasional Tbk, www.bisi.co.id. Diakses pada tanggal 16 Februari
2021, pukul 19.20 WIB.
PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk, www.dharmasamudera.co.id.
Diakses pada tanggal 16 Februari 2021, pukul 19.40 WIB.
PT PP London Sumatra Indonesia Tbk, www.londonsumatra.com. Diakses pada
tanggal 16 Februari 2021, pukul 20.00 WIB.
PT Tunas Baru Lampung Tbk, www.tunasbarulampung.com. Diakses pada
tanggal 16 Februari 2021, pukul 20.20 WIB.
Wikipedia, “Agroindstri,” dalam https://id.m.wikipedia.org/wiki/Agroindustri,
diakses pada tanggal 14 Desember 2020 pukul 06.33 WIB.