PENGARUH IMBANGAN FESES AYAM DAN LIMBAH JAMU LABIO-1
TERHADAP RASIO C/N KOMPOS
SKRIPSI
OLEH:
SERTIN RAMBU LANGI
1111 13 051
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
ii
PENGARUH IMBANGAN FESES AYAM DAN LIMBAH JAMU LABIO-1
TERHADAP RASIO C/N KOMPOS
SKRIPSI
OLEH:
SERTIN RAMBU LANGI
1111 13 051
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Pada Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
iii
PERNYATAAN KEASLIAN
1. Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Sertin Rambu Langi
NIM : I111 13 051
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli
b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam
Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka bersedia
dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar, Juli 2017
Sertin Rambu Langi
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik
sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi
Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin.
Limpahan rasa hormat,cinta, kasih sayang dan terima kasih tiada tara
kepada Ibunda Martina dan Ayahanda Markus Lama’ Sanggaria yang
mendidik, mencitai dan membesarkan dengan penuh cinta dan kasih yang begitu
tulus dan ikhlas kepada penulis sampai saat ini dan yang telah memberikan doa
dalam setiap hembusan nafasnya untuk keberhasilan penulis. Kepada adik-adikku
tercinta Yuliana Palimbong, Ronaldo Patasik serta keluarga besarku yang
selama ini banyak memberikan doa, kasih sayang, semangat dan saran. Semoga
Tuhan YME senantiasa mengumpulkan kita dalam kebaikan dan ketaatan kepada-
Nya.
Terima kasih tak terhingga kepada ibu Dr. Jamila, S.Pt.,M.Si selaku
Pembimbing Utama dan kepada ibu Dr. H. A. Mujnisa, S.Pt., M.P selaku
Pembimbing Anggota atas didikan, bimbingan, kesabaran serta waktu yang telah
diluangkan dalam menuntun penulis menyelesaikan skripsi ini.
Terima kasih setinggi-tingginya penulis sampaikan dengan segala
keikhlasan dan kerendahan hati kepada :
Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Dekan Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin.
Kepada seluruh Dosen Staf dan Laboran Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin, khususnya Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak.
vi
Kepada Dr. Jamila, S.Pt., M.Si selaku penasehat akademik yang
senantiasa membimbing dan mengarahkan selama dalam bangku
perkuliahan.
Keluarga Besar “Large Family Farm 2013 ”(LARFA 013), yang telah
dengan ikhlas member semangat, do’a dan indahnya persahabatan.
Keluarga Besar Himpuanan Mahasiswa Teknologi Hasil Ternak
Universitas Hasanuddin (HIMATEHATE-UNHAS), terkhusus teman-
teman HIMATEHATE-UNHAS 013 (diklat II) yang telah memberikan
dorongan kepada penulis dan teman-teman KKN Gelombang 93. Semoga
kebersamaan dan persaudaraan kita tidak berakhir hanya dikampus ini.
Buat teman-teman sepenelitianku Nirwana, Haslinda, Syahri Nur Vita
Sari yang selalu memberi dukungan dan semangat.
Buat teman-teman dahlia 2 Desri Pangingi, Adelheith Mangatta
Kombong dan Ribka Rombe Romon yang telah memberi semangat.
Terkhusus kanda Calvein Bara’tau yang yang telah menasehati dan
mendidik penulis selama dalam menyelesaikan skripsi.
Buat teman seperjuanganku sekaligus sahabat dari kecil Deri Parrang dan
Chyntia Retno Sari, semoga penyelesaian Skripsinya cepat selesai dan
cepat mendapatkan pekerjaan.
Special Thanks for Kak Pniel Tanrigoa. Thanks for everything you give
to me. Terkhusus dengan setia dan sabarnya dan menjadi pendengar yang
baik dalam mendengar semua keluh-kesah penulis. Terima kasih atas
segala saran-saran serta semangat, semoga Tuhan memberkati.
vii
Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang selalu
memberikan doa dan semangat kepada penulis hingga selesainya penyusunan
skripsi ini. Penulis memohon kepada Tuhan YME, untuk senantiasa
melimpahkan rahmat dan hidayah serta petunjuk-Nya sehingga kita semua
menjadi manusia-manusia yang selalu berserah diri pada takdir-Nya. Akhir kata
semoga kesehatan dan umur panjang selalu diperuntukkan untuk kita semua.
Makassar, Juli 2017
Sertin Rambu Langi
viii
ABSTRAK
Sertin Rambu Langi (I111 13 051) Pengaruh Imbangan Feses Ayam dan
Limbah Jamu Labio-1 terhadap Rasio C/N kompos. Dibawah Bimbingan Jamila
(Pembimbing Utama) dan A. Mujnisa (Pembimbing Anggota)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Imbangan feses ayam dan
limbah jamu Labio-1 terhadap rasio C/N kompos. Penelitian ini terdiri dari lima
perlakuan dan empat ulangan, dengan perlakuan: P0 (Feses ayam 100 %), P1
(Feses ayam 75% +Limbah Jamu Labio-1 25%), P2 (Feses ayam 50 % + Limbah
Jamu Labio-1 50%), P3 (Feses ayam 25% + Limbah Jamu Labio-1 75%), dan P4
(Limbah Jamu Labio-1 100%). Rancangan yang digunakan yaitu rancangan acak
lengkap (RAL). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh imbangan
limbah jamu dan feses sapi terhadap kandungan C,N dan Rasio C/N kompos
berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Hasil penelitian diperoleh kandungan C
(33,34-35,62% ), kandungan Nitrogen (1,85-2,48%) dan kandungan Rasio C/N
(14,25-16,5 %). Kadar karbon yang terendah (30,46%) pada perlakuan feses
ayam 100%, Nitrogen yang tertinggi 2,48% pada perlakuan P3 (Feses ayam 25%
+ Limbah Jamu Labio-1 75%), dan Rasio C/N yang terendah pada perlakuan P3.
Kesimpulan pada penelitian ini adalah perlakuan P3 (feses ayam 25%+ limbah
jamu Labio-1 75%) dengan Rasio C/N 14,25 adalah kompos dengan kualitas
terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Kata Kunci : Limbah Jamu Labio-1, Feses Ayam, Rasio C/N.
ix
ABSTRACT
Sertin Rambu Langi (I111 13 051) The Effect of the Balance Chicken feces and
waste of jamu to C/N Ratio of Compost. Under the Guidance Jamila and A.
Mujnisa
The aim of this research to know the effect of Biofic Chicken feces and waste of
jamu on C/N ratio compost. The study consisted of five treatments and four
replications, ie: P0 (100% chicken feces), P1 (75% Chicken Feces + 25% Waste
of jamu), P2 (50% Chicken Feces + 50% Waste of jamu Jamu), P3 ( 25% Feces of
chicken + 75% Waste of jamu), and P4 (100% Waste of jamu). The design used
is complete randomized design. The result of variance analysis showed that the
effect of Chicken feces and waste of jamu on the content of C, N and C/N ratio of
compost significantly different (P <0.01). The result showed that C content
(33,34-35,62%), Nitrogen content (1,85-2,48%) and C/N ratio (14,25-16,5%). The
lowest carbon content (30,46%) in 100% chicken feces treatment P0 the highest
Nitrogen 2,48% in treatment of 25% chicken feces + 75% waste of jamu, and
lowest C / N ratio in treatment of chicken feces 25% + 75% Waste of jamu. The
conclusion of this research is treatment of P3 (25% chicken feces + 75% waste of
jamu) with Ratio C/N 14.25 is compost with the best quality compared with other
treatment.
Keywords: Herbs Livestock Waste, Chicken Feces, C/N ratio.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .............................................................................. i
HALAMAN JUDUL ................................................................................. ii
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................. viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..................................................................................... 1
Perumusan Masalah ............................................................................. 2
Tujuan dan Kegunaan ......................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Feses Ayam ............................................................ 4
Gambaran Umum Limbah Jamu Labio-1 dari Ramual Herbal ............ 5
Proses Pembuatan Kompos dan Hal-hal yang Mempengaruhinya ...... 9
Hipotesis .............................................................................................. 13
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 14
Materi Penelitian .................................................................................. 14
Metode Penelitian ................................................................................ 14
Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 15
Parameter yang Diukur ........................................................................ 15
Pengolahan Data .................................................................................. 18
xi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kandungan Karbon (C) pada Kompos dengan Imbangan Feses Ayam
dan Limbah Jamu Labio-1 .................................................................. 19
Kandungan Nitrogen (N) pada Kompos dengan Imbangan Feses Ayam
dan Limbah Jamu Labio-1 ................................................................... 20
Rasio C/N pada Kompos dengan Imbangan Feses Ayam dan Limbah
Jamu Labio-1 ...................................................................................... 21
PENUTUP
Kesimpulan .......................................................................................... 23
Saran .................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 24
LAMPIRAN ............................................................................................... 28
xii
DAFTAR TABEL
No Teks Halaman
1. Rataan Kandungan Kabon (C), Nitrogen (N), dan Rasio C/N pada imbangan
feses ayam dan limbah jamu Labio-1 ..................................................... 19
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
No Teks Halaman
1. Analisis Statistik Kandungan Karbon (C) kompos pada Feses Ayam
dan Limbah Jamu Labio-1 .................................................................... 29
2. Analisis Statistik Kandungan Nitrogen (N) kompos pada Feses Ayam
dan Limbah Jamu Labio-1 .................................................................... 30
3. Analisis Statistik Rasio C/N kompos pada Feses Ayam dan Limbah
Jamu Labio-1 ........................................................................................ 31
4. Dokumentasi Penelitian pengaruh imbanagn feses ayam dam limbah
jamu Labio-1 terhadap Rasio C/N kompos .......................................... 32
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila
ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara serta
dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi, atau kesuburan tanah. Pupuk
banyak macam dan jenisnya serta berbeda pula reaksi dan peranannya di dalam
tanah dan tanaman. Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Selain
itu Kompos memiliki banyak manfaat yaitu mengurangi volume/ukuran limbah,
memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari bahan asalnya, mengurangi polusi udara
karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang
membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah, mengurangi
kebutuhan lahan untuk penimbunan, meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki
struktur dan karakteristik, meningkatkan kapasitas penyerapan air, dan
meningkatkan aktivitas mikroba tanah (Hasibuan, 2006).
Menurut Pangaribuan et al. (2012), feses ayam memiliki kandungan unsur
hara N, P dan K yang lebih banyak daripada pupuk kandang jenis ternak lainnya
karena kotoran padat pada ternak unggas tercampur dengan kotoran cairnya.
Kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan
kadar air 55% (Lingga, 1986). Feses ayam merupakan limbah peternakan yang
belum banyak dimanfaatkan oleh peternak sebagai kompos, tetapi bau yang
ditimbulkan serta pengolahan yang sulit merupakan faktor penghambat dalam
2
penggunaan feses ayam sebagai kompos, oleh karena itu, penambahan berupa
limbah jamu ternak yang berasal dari ramuan herbal. Jika limbah tersebut hanya
dibuang maka dapat mencemari lingkungan, jadi lebih baik digunakan sebagai
penambahan dalam pengomposan. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya
penelitian mengenai pengaruh imbangan feses ayam dan limbah jamu Labio-1
terhadap rasio C/N kompos.
Permasalahan
Peningkatan produksi kompos perlu ditambahkan bahan padatan/selulosa
yang mengandung karbon (C) berupa bahan organik seperti limbah jamu Labio-
1 atau dengan penambahan unsur N (misalnya: urea) yang dapat menurunkan
rasio C/N pada kotoran ayam. Selain itu dengan penambahan bahan organik
tersebut kemungkinan juga dapat mempengaruhi kondisi temperatur sehingga
mempercepat proses pengomposan. Sisa pembuatan jamu labio-1 menjadi limbah
yang kaya bahan organik karena berasal dari ramuan herbal sehingga dapat di
jadikan bahan penambah pada pembuatan kompos dari feses ayam, tetapi belum
diketahui apakah dengan penambahan limbah jamu ternak dapat mempengaruhi
rasio C/N kompos dari feses ayam.
3
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Imbangan
feses ayam dan limbah jamu Labio 1 terhadap rasio C/N kompos.
Kegunaan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui kandungan C/N
pada kompos feses ayam dengan penambahan limbah jamu Labio-1 , serta
memberi informasi kepada masyarakat bahwa imbangan feses ayam dan limbah
jamu Labio-1 dapat berpengaruh terhadap rasio C/N kompos.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Feses Ayam
Kotoran ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam
petelur maupun ayam pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk
organik. Komposisi kotoran sangat bervariasi tergantung pada sifat fisiologis
ayam, ransum yang dimakan, lingkungan kandang termasuk suhu dan
kelembaban. Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik yang
berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman. Kotoran ayam
mempunyai kadar unsur hara dan bahan organik yang tinggi serta kadar air yang
rendah. Setiap ekor ayam kurang lebih menghasilkan ekskreta per hari sebesar
6,6% dari bobot hidup (Taiganides, 2000).
Kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40%
dan kadar air 55% (Lingga, 1986). Hasil analisis yang dilakukan oleh Suryani
dkk (2010), bakteri yang ditemukan pada kotoran ternak ayam antara lain
Lactobacillus achidophilus, Lactobacillus reuteri, Leuconostoc mensenteroide
dan Streptococcus thermophilus, sebagian kecil terdapat Aktinomycetes dan
kapang. Menurut Pangaribuan et al. (2012), pupuk kandang ayam memiliki
kandungan unsur hara N, P dan K yang lebih banyak daripada pupuk kandang
jenis ternak lainnya karena kotoran padat pada ternak unggas tercampur dengan
kotoran cairnya.
5
Raihan (2000), menyatakan bahwa penggunaan bahan organik kotoran
ayam mempunyai beberapa keuntungan antara lain sebagai pemasok hara tanah
dan meningkatkan retensi air. Apabila kandungan air tanah meningkat, proses
perombakan bahan organik akan banyak menghasilkan asam-asam organik. Anion
dari asam organik dapat mendesak fosfat yang terikat oleh Fe dan Al sehingga
fosfat dapat terlepas dan tersedia bagi tanaman. Penambahan kotoran ayam
berpengaruh positif pada tanah masam berkadar bahan organik rendah karena
pupuk organik mampu meningkatkan kadar P, K, Ca dan Mg tersedia.
Gambaran Umum Limbah Jamu Ternak dari Ramuan Herbal
Pembuatan jamu ternak Labio-1 menggunakan 12 macam ramuan herbal
yaitu 12 macam ramuan herbal harus dicuci bersih, kemudian diiris tipis dan
dihaluskan menggunakan mesin, ramuan herbalyang digiling dicampur air
secukupnya, digiling sampai semua bahan halus, setelah semua bahan halus dan
tercampur rataditambahkan 1 liter molasses, 1 liter EM4 dan air sumur untuk
mengencerkan molasses, kemudian diaduk sampai homogen, ramuan herbal
dimasukkan dalam jerigen 20 liter dan ditutup rapat dan jamu ternak Labio-1
difermentasi selama 2 minggusampai tidak terbentuk gas. Gas yang terbentuk
selama proses fermentasidikeluarkan dengan membuka tutup jerigen, setelah itu
ditutup rapat kembali setelah fermentasi jamu ternak Labio-1 disaring sehingga
menghasilkan jamu ternak Labio-1 dan ampasnya limbah jamu ternak Labio-1
dibuat pupuk kompos (Agustina, 2006).
6
Ramuan tanaman herbal atau limbah jamu ternak adalah obat tradisional
yang berasal dari bahan alamai terutama tumbuhan lain dan merupakan warisan
budaya bangsa dan telah digunakan turun-temurun secara empiris. Ramuan
tanaman obat (jamu) selain untuk dikonsumsi manusia dapat digunakan untuk
kesehatan ternak (Zainuddin, 2006).
Obat alami dapat pula didefenisikan sebagai obat-obatan yang berasal dari
alam, tanpa rekayasa atau buatan, bias berupa obat yang biasa digunakan secara
tradisional, namun cara pembuatannya dipermodern. Apabila obat tersebut
diperuntukkan bagi hewan maka obat alami tersebut diberi keterangan tambahan
“untuk hewan” (Maheshwari, 2002).
Ramuan tanaman obat pada umumnya dikonsumsi oleh manusia untuk
tujuan menjaga kesehatan atau sebagai pengobatan beberapa penyakit tertentu.
Sejak krisis moneter yang terjadi di Indonesia sampai saat ini harga obat-obatan
untuk ternak buatan pabrik (impor) sangat mahal, sehingga tidak terjangkau oleh
para petani ternak, khususnya peternak dalam skala menengah kebawah. Oleh
karena itu, peternak berupaya mencari alternatif lain dengan memanfaatkan
ramuan herbal.
Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia yang termasuk salah satu
jenis temu-temuan atau jahe-jahean. Kandungan kimia rimpang temulawak
dibedakan atas tiga komponen besar, yaitu fraksi pati, fraksi kurkuminoid dan
fraksi minyak atsiri (Rahayu dan Budiman, 2008).
7
Bawang putih mengandung minyak atsiri, yang bersifat antibakteri dan
antiseptik. Kandungan alicin berkaitan dengan daya anti kolesterol. Zat aktif ini
mencegah penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi dan lain-lain
(Hakim, 2008).
Daun kemangi mengandung komponen non gizi antara lain senyawa
flavonoid dan eugenol, arginin, anetol, boron, dan minyak atsiri. Flavonoid dan
eugenol berperan sebagai antioksidan, yang dapat menetralkan radikal bebas,
menetralkan kolesterol dan bersifat antikanker (Candra, 2011).
Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol),
seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya
mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Kunyit merupakan
tanaman herbal dan tingginya dapat mencapai 100 cm. Batang kunyit semu, tegak,
bulat, membentuk rimpang dan berwarna hijau kekuningan. Bagian tanaman yang
digunakan adalah rimpang atau akarnya. Rimpang kunyit mengandung minyak
atsiri dan mengandung kurkumin. (Mahendra, 2005).
Menurut Nursal, et. al. (2006) bahwa jahe juga mengandung senyawa
flavonoid, fenol, terpenoid. Sereh merupakan sejenis tanaman dari keluarga
rumput yang rimbun dan berumpun besar serta mempunyai aroma yang kuat dan
wangi. Sereh juga merupakan tanaman tahunan yang hidup secara meliar.
Tanaman ini dapat mencapai ketinggian sampai 1,2 meter (Kristio, 2011).
Lengkuas mengandung minyak atsiri berwarna hijau kekuningan dan
berbau khas. Minyak atsiri ini terdiri atas bahan metal sinamat 48 %, cineol 20 %-
30 %, kamfer, d-alfa-pinen, galangin, dan eugenol 3 %-4 % (Muhlizah, 1999).
8
Ekstrak lengkuas (suku Zingiberaceae) dilaporkan dapat menghambat
pertumbuhan mikroba, diantaranya bakteri Escherchia coli, Bacillus subtilis,
Staphylococcus aureus, jamur Neurospora sp., Rhizopus sp. dan Penicillium sp.
(Nursal, et,al, 2006).
Rimpang temu hitam mengandung minyak atsiri, tanin, kurkumol,
kurkumenol, isokurkumenol, kurzerenon, kurdion, kurkumalakton, germakron, a,
ß,gelemene, linderazulene, kurkumin, demethyoxykurkumin, bisdemethyoxykurk
umin (Riayati, 1989).
Zat yang terkandung didalam hebal ini adalah minyak atsiri (sineol,
kamfer, d-borneol, d-pinen, seskuiterpene, zingiberen, kurkumin, zedoarin),
rhisoma pati (hanya ada sesudah musim kemarau) (Faris, 2011).
Bawang merah mengandung protein serta kaya akan kalsium dan
riboflavin. Bawang merah dewasa mengandung protein 1,2%, lemak 0,1%, serat
0,6%, mineral 0,4%, dan karbohidrat 11,1% per 100 g (Syukur, 2005).
Kencur mengandung pati (4,14 %), mineral (13,73 %), dan minyak atsiri
(0,02 %) berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, asam cinnamik, ethyl
aster, asam sinamic, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisic, alkaloid dan
gom. Kencur segar mengandung antibakteri walau cuma sedikit.
9
Proses Pembuatan Kompos dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya
Pupuk organik (kompos) merupakan hasil perombakan bahan organik oleh
mikrobia dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang
rendah. Bahan yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30,
sedangkan kompos yang dihasilkan memiliki nisbah C/N < 20. Bahan organik
yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi di atas 30 akan terombak dalam waktu
yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu rendah akan terjadi kehilangan
N karena menguap selama proses perombakan berlangsung. Kompos yang
dihasilkan dengan fermentasi menggunakan teknologi mikrobia efektif dikenal
dengan nama bokashi. Dengan cara ini proses pembuatan kompos dapat
berlangsung lebih singkat dibandingkan cara konvensional (Yuwono, 2007).
Kompos mengandung bahan organik dan hara-hara mineral esensial yang
siap di serap akar tanaman. Bahan organik yang terdapat dalam kompos mampu
mengikat partikel tanah (Sriharti dan Salim, 2010).
Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar
berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah serta
sebagai sumber nutrisi tanaman. Secara umum kandungan nutrisi hara dalam
pupuk organik tergolong rendah dan agak lambat tersedia, sehingga diperlukan
dalam jumlah cukup banyak. Namun, pupuk organik yang telah dikomposkan
dapat menyediakan hara dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dalam
bentuk segar, karena selama proses pengomposan telah terjadi proses dekomposisi
yang dilakukan oleh beberapa macam mikroba, baik dalam kondisi aerob maupun
anaerob. Sumber bahan kompos antara lain berasal dari limbah organik seperti
10
sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah rumah tangga, kotoran ternak
(sapi, kambing, ayam), arang sekam, dan abu dapur (Deptan, 2006).
Sumber utama bahan organik bagi tanah berasal dari jaringan tanaman,
baik berupa sampah-sampah tanaman (serasah) ataupun sisa-sisa tanaman yang
telah mati. Sumber bahan organik lainnya adalah hewan. Bahan–bahan organik
yang berasal dari serasah, sisa-sisa tanaman yang mati, limbah atau kotoran
hewan dan bangkai hewan itu sendiri, didalam tanah akan diaduk-aduk dan
dipindahkan oleh jasad renik yang selanjutnya dengan kegiatan berbagai jasad
tanah bahan organik itu melalui berbagai proses yang rumit dirombak menjadi
bahan organik tanah yang mempunyai arti penting (Kartasapoetra, 1987).
Karyaningsih (2001) penggunaan kompos juga memiliki banyak
kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya adalah: Kompos
diperlukan dalam jumlah yang banyak untuk memenuhi kebutuhan unsur hara
suatu tanaman; Hara yang dikandung untuk bahan sejenis bervariasi; Kekurangan
unsur hara dimungkinkan terjadi apabila kompos telah matang. Pada kompos yang
telah matang, bahan organik mentah telah terdekomposisi membentuk produk
yang stabil. Kompos yang matang sudah tidak lagi mengandung senyawa
fitotoksik yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Darlington, 2001).
Bahan organik tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman
karena perbandingan kandungan C/N dalam bahan tersebut tidak sesuai dengan
C/N tanah. Rasio C/N merupakan perbandingan antara karbohidrat (C) dan
nitrogen (N). Rasio C/N tanah berkisar antara 10-12. Apabila bahan organik
mempunyai rasio C/N mendekati atau sama dengan rasio C/N tanah, maka bahan
11
tersebut dapat digunakan tanaman. Namun pada umumnya bahan organik segar
mempunyai rasio C/N tinggi (jerami 50-70; dedaunan tanaman 50-60; kayu-
kayuan >400; dan lain-lain).
Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organik
hingga sama dengan C/N tanah (<20). Semakin tinggi rasio C/N bahan organik
maka proses pengomposan atau perombakan bahan semakin lama. Waktu yang
dibutuhkan bervariasi dari satu bulan hingga beberapa tahun tergantung bahan
dasar. Proses perombakan bahan organik terjadi secara biofisiko-kimia,
melibatkan aktivitas biologi mikroba dan mesofauna. Secara alami proses
peruraian tersebut bisa dalam keadaan aerob (dengan O2) maupun anaerob (tanpa
O2) (Cooperband, 2000).
Kompos yang sudah matang secara fisik digambarkan sebagai struktur
remah, agak lepas dan tidak gumpal, berwarna coklat kegelapan, baunya mirip
humus atau tanah dan reaksi agak masam sampai netral, tidak larut dalam air,
bukan dalam bentuk biokimia yang stabil tetapi berubah komposisinya melalui
aktivitas mikroorganisme, kapasitas tukar kation yang tinggi dan daya absorpsi air
tinggi, jika dicampurkan ke tanah akan menghasilkan akibat yang menguntungkan
bagi tanah dan pertumbuhan tanaman (Gaur, 1981). Kematangan kompos dapat
ditentukan berdasarkan nisbah C/N kompos, sedangkan kandungan hara kompos
berhubungan dengan kualitas bahan asli yang dikomposkan.
Sampai saat ini, penilaian kualitas kompos selain dilihat dari sifat fisik
sering dilihat hanya dari nilai C/N rasio dan kandungan unsur hara saja. Dimana
kompos dengan C/N rasio rendah dan memiliki kandungan hara yang tinggi
12
dianggap sebagai ciri kompos yang baik, tanpa memperhitungkan kandungan
asam-asam organik khususnya asam humat dan asam fulvat yang memiliki
peranan besar dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kompos yang baik
untuk ditambahkan ke dalam tanah dapat dilihat dari segi fungsi dan peranannya
dalam mempengaruhi (memperbaiki) sifat-sifat tanah.
Karbon C merupakan sumber energi bagi mikroorganisme. Dalam proses
pengomposan, porsi terbesar C yaitu 2/3 bagian yang terdapat dalam pupuk
organik akan digunakan sebagai sumber energi bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Sementara sisanya digunakan untuk pembentukan sel baru.
Mikroorganisme pengurai sampah organik juga memerlukan N untuk membangun
sel-sel tubuh mereka. Keberadaan unsur ini terutama diperlukan oleh
mikroorganisme untuk proses sintesis protein (Damanhuri dan Padmi, 2010:69).
Semakin tinggi nisbah C/N, semakin sulit suatu bahan terurai. Peningkatan
nisbah C/N awal campuran hingga mudah terdekomposisi akan memperlambat
waktu pengomposan. Bahan kompos yang mempunyai nisbah C/N tinggi juga
hanya menghasilkan temperatur maksimal di bawah kondisi optimum dan suasana
pengomposan yang terlalu asam. Sementara jika nisbah C/N bahan terlalu rendah,
meski awalnya terjadi dekomposisi yang sangat cepat tetapi selanjutnya
kecepatannya akan menurun karena kekurangan C sebagai sumber energi. Pada
nisbah C/N yang terlalu rendah, NH3 akan dihasilkan sehingga aktivitas biologi
menjadi terhambat (Cooperband, 2000).
Rasio C/N (Karbon dan Nitrogen) yang efektif untuk proses
pengomposan berkisar antara 30:1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C
13
sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N
di antara 30 - 40 mikroba mendapatkan cukup karbon untuk energi dan nitrogen
untuk sintesis protein.
Hipotesis
Diduga bahwa penambahan limbah jamu Labio-1 dalam pembuatan pupuk
kompos feses ayam dapat menurunkan rasio C/N kompos tersebut.
14
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai April 2017 dengan
dua tahap yaitu tahap pertama dilakukan pembuatan kompos, dilaksanakan di
Laboratorium Valorisasi Pakan dan Limbah, Fakultas Peternakan Universitas
Hasanuddin Makassar. Tahap kedua yaitu analisis Rasio C/N pada kompos
dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian,
Universitas Hasanuddin Makassar.
Materi Penelitian
Bahan yang digunanakan dalam penelitian ini adalah feses ayam
(kandungan C= 7,26%, N= 0,35%, dan Rasio C/N= 21%), limbah jamu labio-1
(kandungan C= 4,27%, N=0,82%, dan Rasio C/N= 5 %), air bersih, polybag dan
bahan-bahan yang digunakan dalam analisis rasio C/N.
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu, sekop, ember,
timbangan, pengaduk, neraca analitik serta alat yang digunakan untuk analisis
rasio C/N.
Metode Penelitian
Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (Gazper,
1994), terdiri atas 5 perlakuan, setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali, adapun 5
perlakuan tersebut sebagai berikut:
15
P0: Feses ayam 100 %
P1 : Feses ayam 75 % + limbah jamu 25 %
P2 : Feses ayam 50 % + limbah jamu 50 %
P3 : Feses ayam 25 % + limbah jamu 75 %
P4: Limbah jamu 100 %
Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dua tahap, tahap pertama yaitu pembuatan pupuk
kompos, tahap kedua analisis kandungan Rasio C/N. Langkah pertama pembuatan
pupuk kompos yaitu mengumpulkan feses ayam dan limbah jamu ternak,
kemudian mengeringkan feses ayam, selanjutnya dilakukan penimbangan bahan
sesuai dengan perlakuan (feses ayam dan limbah jamu Labio-1), kemudian
dicampur sampai homogen dengan kadar air 60 % (Mulyani, 2014), setelah feses
ayam dan limbah jamu ternak tercampur merata dimasukkan ke dalam plastik
yang telah dilubangi dan diisi sebanyak 1 kg dan disimpan selama 30 hari. Setiap
minggu dilakukan pengadukan, pengukuran pH dan suhu perlakuan untuk
mengetahui pengaruh pH dan suhu pada proses pengomposan.
Parameter yang di ukur
Uji Analisis C/N (Price & Paul, 1981)
- Analisis kadar karbon (C)
Berikut adalah langkah-langkah pengerjaan untuk analisis kadar karbon
organik dalam bahan :
16
Untuk larutan contoh :
1. Timbang 0.25 gram sampel dan masukkan kedalam labu ukur 100 ml
2. Tambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat
3. Tambahkan 5 ml kalium dikromat 1 N
4. Lalu tambahkan sedikit aquades dan kocok hingga homogeny
5. Biarkan 15 menit hingga dingin lalu tambahkan aquades hingga tanda garis
6. Ukur pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 561 nm
Untuk larutan standar :
1. Pipet 5 ml larutan glukosa 5000 ppm kedalam labu ukur 100 ml
2. Tambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat
3. Tambahkan 5 ml kalium dikromat 1 N
4. Lalu tambahkan sedikit aquades dan kocok hingga homogen
5. Biarkan 15 menit hingga dingin lalu tambahkan aquades hingga tanda garis
6. Ukur pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 561 nm
Untuk larutan blanko :
1. Pipet 7,5 ml H2SO4 pekat kedalam labu ukur 100 ml
2. Tambahkan 5 ml kalium dikromat 1 N
3. Lalu tambahkan sedikit aquades dan kocok hingga homogen
4. Biarkan 15 menit hingga dingin lalu tambahkan aquades hingga tanda garis
5. Siap di jadikan larutan blanko
Perhitungan :
((100 / Berat Sampel) X (Abs. Sampel / Abs Standar)) X 250
C (%) =
10.000
17
- Analisis kadar nitrogen (N)
Berikut ini adalah langkah-langkah pengerjaan untuk analisis kadar
Nitrogen organik dalam bahan :
1. Menambahkan sampel 0.5 gram masukkan dalam labu kjedahl
2. Menambahkan 1 sendok teh campuran selenium dan 10 ml H2SO4
3. Mengocok hingga seluruh sampel terbasahi oleh H2SO4 kemudian
didestruksi (dalam lemari asam) diatas alat pemanas listrik hingga jernih
4. Mendinginkan dan mengencerkan dengan aquades sampai tanda garis
5. Larutan H3BO3 2% sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam labu erlemeyer
6. Memipet larutan tersebut sebanyak 10 ml masukkan kedalam labu destilasi
dijalankan sampai larutan penampung N mencapai 50 ml (Penampang N =
3 tetes indikator + asam bokasi)
7. Titrasi dengan H2SO4 0.20 N sampai terjadi perubahan warna
Kebersihan analisis ini ditandai oleh terjadinya perubahan warna hijau
menjadi merah pada labu penampug N.
Rumus yang digunakan :
hasil titrasi x N. H2SO4 x 20 x 14
N Total = x 100%
(Berat sampel x 1000)
18
Pengolahan Data
Rancangan penelitian yang digunakan adalah RAL Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan model matematika sebagai berikut:
Yij= μ + τI+ ϵij
Keteragan :
Yij = Nilai pengamatan dengan perlakuan ke-i (1,2,3,4,5) dan ulangan ke-j
(1,2,3,4)
μ= Rata-rata pengamatan
τi= Pengaruh perlakuan ke-i (1,2,3,4 dan 5)
ϵij= Pengaruh sisa terhadap sisa terhadap perlakuan ke-i dan ke-j
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan bantuan software
SPSS Vers. 16,0. Jika memperlihatkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan
uji jarak berganda Duncan (Gomez dan Gomez, 2010).
19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian imbangan feses ayam dan limbah jamu labio-1 pada
kompos dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Kandungan Karbon (C), Nitrogen (N), dan Rasio (C/N) pada
Imbangan Feses Ayam dan Limbah Jamu labio-1 pada kompos
Perlakuan Carbon (%) Nitrogen (%) C/N (%)
P0 30.46 + 32,80a 1.85 + 6,60a 16.5 + 5,57c
P1 33.34+ 50,39b 2.15+ 9,77b 15.25 +5,00abc
P2 33.78 +14,08bc 2.15+ 16,48b 15.75 +1,25bc
P3 35.2 +90,25cd 2.48+ 12,49c 14.25 + 5,00a
P4 35.62 +11,49d 2.37 +6, 13c 15 + 1, 15ab
Keterangan: Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perlakuan berbeda nyata
Kandungan Karbon (C) pada kompos dengan Imbangan Feses Ayam dan
Limbah Jamu Labio-1
Karbon (C) merupakan sumber energi bagi mikroorganisme. Dalam proses
pengomposan, porsi terbesar C yaitu sebesar 2/3 bagian yang terdapat dalam
bahan organik akan digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme.
Sementara sisanya digunakan untuk pembentukan sel baru.
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa hasil sidik ragam menunjukkan
kandungan karbon pada imbangan feses ayam dan limbah jamu Labio-1 pada
kompos berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Pada Uji Duncan terlihat rataan P0
berbeda dengan perlakuan lainnya (Lampiran 1) dan mempunyai kandungan C
lebih rendah yaitu 30,46 % sedangkan P4 mengandung karbon yang tertinggi
yaitu 35,61% diduga karena adanya kandungan mikroorganisme pada perlakuan
P0 (feses ayam 100% menggunakan unsur C-organik selama proses fermentasi
berlangsung. Hal ini sesuai pendapat Cahya dkk (2010) menyatakan bahwa unsur
20
C-Organik dalam pembuatan pupuk organik digunakan oleh mikroorganisme
sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangannya dalam
mendegradasi bahan organik selama proses fermentasi berlangsung.
Kandungan Nitrogen (N) pada Kompos dengan Imbangan Feses Ayam dan
Limbah Jamu pada Labio-1
Mikroorganisme pengurai juga memerlukan N untuk membangun sel-sel
tubuh. Keberadaan unsur ini terutama di perlukan oleh mikroorganisme untuk
proses sintesis protein guna mempercepat pertumbuhannya. Berdasarkan hasil
penelitian kandungan Nitrogen (N) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 terlihat bahwa hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kandungan
Nitrogen pada imbangan feses ayam dan limbah jamu Labio-1 pada kompos
sangat berpengaruh nyata (P<0,01). Pada Uji Duncan menunjukkan bahwa rataan
P0 berbeda dengan perlakuan lainnya sedangkan pada perlakuan P4 tidak berbeda
nyata dengan P1 dan P3 (Lampiran 2). Hasil penelitian diperoleh kandungan N
berkisar antara 1,85 sampai 2,48%. Kandungan N terendah 1,85% pada perlakuan
P0 dan tertinggi pada perlakuan P3 (25% feses ayam + 75% limbah jamu Labio-
1). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi presentase limbah jamu Labio-1
pada kompos maka semakin tinggi pula kandungan nitrogennya. Hal ini
disebabkan karena pada ramuan herbal yang digunakan dalam pembuatan jamu
Labio-1 terdapat bawang merah yang kaya akan protein sehingga sesuai dengan
pendapat Syukur, (2005) yang menyatakan bahwa bawang merah mengandung
protein serta kaya akan kalsium dan riboflavin.
21
Rasio C/N pada Kompos dengan Imbangan Feses Ayam dan Limbah Jamu
Labio-1
Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organik
hingga sama dengan tanah (<20). Kematangan kompos dapat ditentukan
berdasarkan nisbah C/N kompos, sedangkan kandungan hara kompos
berhubungan dengan kualitas bahan asli yang dikomposkan.
Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa pada Rasio C/N berbeda sangat
nyata (P<0,01) dan pada Uji Duncan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa P3
berbeda dengan perlakuan lainnya. Semakin rendah Rasio C/N maka
semakin tinggi kualitas kompos tersebut. Ini menunjukkan bahwa pada
perlakuan P3 (Feses Ayam 25% + Limbah Jamu Labio-1 75%) adalah yang
terbaik dibanding dengan perlakuan lainnya disebabkan karena semakin
tinggi presentase limbah jamu Labio-1 maka Rasio C/N semakin menurun.
Hal ini menunjukkan kompos dengan feses ayam dengan limbah jamu ternak
mampu mendegradasi organik kompleks serta unsur hara yang terkandung
dalam feses ayam dapat berperan sebagai sumber nutrient untuk membangun
sel-sel baru mikroorganisme. Kandungan Karbon berfungsi sebagai makanan
bagi bakteri untuk menghasilkan metana, sedangkan nitrogen sebagai
pembangun struktur sel bakteri.
Rasio C/N yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 16,5, yang
tertinggi pada perlakuan P3. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan P3 ( feses
ayam 25%+ limbah jamu Labio-1 75%) mempunyai kualitas yang terbaik
disbanding perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Cooperband
22
(2000) yang menyatakan bahwa semakin tinggi nisbah C/N, semakin sulit suatu
bahan terurai. Bahan kompos yang mempunyai nisbah C/N tinggi juga hanya
menghasilkan temperatur maksimal di bawah kondisi optimum dan suasana
pengomposan yang terlalu asam. Sementara jika nisbah C/N bahan terlalu rendah,
meski awalnya terjadi dekomposisi yang sangat cepat tetapi selanjutnya
kecepatannya akan menurun karena kekurangan C sebagai sumber energi. Pada
nisbah C/N yang terlalu rendah, NH3 akan dihasilkan sehingga aktivitas biologi
menjadi terhambat.
Menurut Herawati, dkk. (2010) bahwa apabila C/N terlalu tinggi,
nitrogen akan dikonsumsi dengan cepat oleh bakteri metanogenik untuk
pertumbuhannya dan hanya sedikit yang bereaksi dengan karbon akibatnya gas
yang dihasilkan rendah. Sebaliknya jika C/N rendah, nitrogen akan dibebaskan
dan berakumulasi dalam bentuk amoniak (NH4) sehingga pH > 8,5 yang
menyebabkan berkurangnya bakteri metanogenik. Menurut Mukhtar (2013),
bahan organik tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman karena rasio
C/N dalam bahan tersebut tidak mendekati rasio C/N tanah sehingga harus
melalui pengolahan terlebih dahulu, rasio C/N tanah berkisar antara 10-12.
Namun pada umumnya bahan organik segar mempunyai rasio C/N tinggi.
23
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpilkan bahwa perlakuan P3
(feses ayam 25%+ limbah jamu Labio-1 75%) dengan Rasio C/N 14,25
adalah kompos dengan kualitas terbaik dibandingkan dengan perlakuan
lainnya.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai aplikasi kompos dengan
imbangan feses ayam 25% + limbah jamu Labi-1 75% d sebagai pupuk pada
hijauan pakan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Laily. 2006. Penggunaan Ramuan Herbal Sebagai Feed Additive
untukMeningkatkan Performans Broiler. Lokakarya Nasional Inovasi
Teknologi Dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya saing;
47-52.
Anonim. 2005. Terapi herbal, Buah, Sayuran, Flu Burung dan Demam Berdarah.
Cetakan I. Majalah Flora dan Fauna , Jakarta.
Almatsier, 2001.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Association Of Agriculture Chemist. 1990. Official Methods of Analysis of the
Association of Agriculture Chemist A.O.A.C, Washington D.C.
Astari, L. P. 2011. Kualitas Pupuk Kompos Bedding Kuda dengan menggunakan
aktivator mikroba yang berbeda. Skripsi S1. IPB. Bogor
Barus, J. 2011. Uji Efektivitas Kompos Jerami dan Pupuk NPK Terhadap Hasil
Padi. J. Agrivigor 10(3):247-252.
Budiyati, E., Fitria, N., dan Yayuk, M. 2014. Perbandingan Volume Biogas yang
Dihasilkan dari Fermentasi Campuran Eceng Gondok dan Sampah
Sayuran Dengan dan Tanpa Kotoran Sapi pada Berbagai Rasio
Pengenceran dan Waktu. Fakultas Teknologi Industri. Universitas Islam
Indonesia.
Cahya.2010.Pengaruh Waktu Fermentasi dan Penambahan Aktivator BMF Biofad
Terhadap Kualitas Pupuk organik. Teknik Kimia Undip: Semarang.
Cooperband, L.R.2000. Composting: Art and Science of Organic Waste
Conversion to a Soil Resource. Laboratory Medicine 31 (6) 203-206.
Darlington, W.2001. Compost, Soil Amandement for Etablishment of Turf and
Landscape. www.soil-plant laboratory.com, Accessed 7 January
2017.
Deptan, 2006. Budidaya Kacang Tanah Tanpa Olah Tanah,
availableat;http://www.deptan.go.id/teknologi/tp/tkcgtanah1.htm
[21 Januari 2017]
Enda.2009. Optimalisasi Fermentasi Urine Sapi dengan Aditif Tetes Tebu
(Mollases) untuk Menghasilkan Pupuk Organik Cair Yang
Berkualitas Tinggi. Universitas Negeri Malang: Malang
25
Faris, A., 2011. Manfaat dan Khasiat Temu Kunci. http://aghifaris. blogspot.com
/2011 /02/ manfaat-dan-khasiat-tanaman-herbal-temu.html. Diakses
pada tanggal 8 Februari 2017.
Fry, S. 2003. Derajat Keasaman (pH), Temperatur (Suhu) dan Kelembaban Pada Isian
Digester. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Gaur, A. C. 1981. Improving Soil Fertility through Organic Recycling : A Manual
of Rural Composting. FAO/UNDP. Region Project RAS/75/004.
Project Field.
Gazper, V. 1994.Metode Rancangan Percobaan. CV, Armico, Bandung.
Gomez, K.A.,A.A. Gomez. 2010 Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian
(Terjemahkan) Endang Sjamsuddin dan J.S. Baharsjah. Edisi Kedua.
UI Press. Jakarta.
Hidayati, YA.Bento TB., Kunarni A., Marlina E.T., dan Harlina E. 2008. Kualitas
pupuk cair hasil pengolahan feses sapi potong menggunakan
saccharomyces cerevisiae. Jurnal Ilmu Ternak. 11 (2): 104 –107
Haryati, T. 2006. Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Alternatif.
Balai Penelitian Ternak. Bogor. Hal 160-169.
Herawati, Dewi, A., dan Andang, A.W. 2010. Pengaruh Pretreatment Jerami Padi Pada
Produksi Biogas Dari Jerami Padi dan Sampah Sayur Sawi Hijau Secara
Batch. Universitas Setia Budi. Jurnal Rekayasa Proses, Vol 4, No. 1.
Hasibuan, 2006. Membuat pupuk organik secara singkat, penebar swadaya,
Jakarta.
Kartasapoetra, A.G dan Sutedjo, M.M., 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Penerbit PT.
Bina Aksara. Jakarta.
Kuo, S. M.E.O Escobar. N.V.Hue. R.L. Hummer. 2005. Composting and
Compost Utilization for Agronomic and Container Crops,
Washington State University Research and Extension Center.
Ligga, P. 1986. Bertanam Umbi-umbian. Penebar swadaya. Jakarta.
Mahendra, B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Cetakan I. Pe3nebar
Swadaya, Jakarta.
Maheshwari. 2002. Pemanfaatan Obat Alami: Potensi dan Prospek
pengembangannya. Disertasi. Institut Pertanian Bogor.Bogor.
26
Muhlizah, F, 1999. Temu-Temuan dan Empun Budidaya dan Manfaatnya.
Kanisius, Yogyakarta. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas
Airlangga, Surabaya
Mukhtar, P.D. 2013. Pembuatan Bokasi Dengan Menggunakan Berbagai Macam
Bahan Organik dan Pupuk Kandang. Fakultas Pertanian Universitas
Sriwijaya Inderalaya..
Paimin, F. B. 2001. Alat Pembuat Biogas dari Drum, Penebar Swadaya : Jakarta.
Pangaribuan DH, Yasir M, Utami NK. 2012. Dampak Bokashi kotoran ternak
dalam pengurangan pemakaian pupuk Anorganik pada Budidaya
Tanaman Tomat. J. Agron Indonesia 40 (3):204-210.
Price, E.C., dan Paul, N.C. 1981. Biogas Production and Utilization. Ann Arbor
Science Publishers inc/The Butterworth Group, Michigan.
Rahman Susanto, 2002. Mutu Pupuk Organik, Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Raihan, H.S.2000. Pemupukan NPK dan ameliorasi lahan kering sulfat masam
berdasarkan nilai uji tanah untuk tanaman jagung. J. Ilmu pertanian 9
(1):28
Rahayu dan Berlian. 2007. Bawang Merah. Cetakan XIV. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Rahayu dan Budiman. 2008. Pemanfaatan tanaman tradisional sebagai feed
additive dalam upaya menciptakan Budidaya Ayam Lokal Ramah
Lingkungan. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pemgembangan
Ayam Lokal.
Riayati, E.E. 1989. Tanaman Obat Indonesia. Fakultas Farmasi UGM, 1989.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/index.php. (8 Februari 2017).
Rostiana, O. Nurliani B dan R. Mono. 2005. Budidaya Tanaman Jahe. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Pengembangan
Pertanian , Blalai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika. Sirkuler
No. 11
Ruskandi. 2006. Pembuatan Kompos Limbah Kebun Pertanaman Kepala
Polikultur. Buletin Teknik Pertanian 11 (1):33-36.
Seputra, E.A. 2008. Manfaat Sereh. http://artikel-alternatif. Blogspot .com/
2008/01/manfaat-sereh.html. (8 Februari 2017).
Setiawan, A.I. 2004. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penerbit Penebar Swadaya,
Jakarta.
27
Sriharti dan T Salim.2010. Pemanfaatan Sampah Tanam (Rumput-Rumputan
Untuk Pembuatan Kompos. Prosiding Seminar Nasional Teknik
Kimia “ Kejuangan” Yogyakarta, 26 Januari 2010.
Simamora, S.S., Wahyuni, S., & Sirajuddin. 2006. Membuat Biogas Pengganti Bahan
Bakar Minyak dan Gas dari Kotoran Ternak. PT. Agromedia Pustaka,
Jakarta
Taiganides, R.E.2000. Animal Waste. Applied Science publisher Ltd:London
Wahyuni, Sri. 2008. Panduan Praktis Biogas. Penerbit Swadaya, Jakarta.
Yuwono, D., 2006. Kompos dengan Cara Aerob maupun Anaerob untuk
Menghasilkan Kompos yang Berkualitas Penebar Swadaya. Jakarta.
Zainuddin, D. 2006. Tanaman Obat Meningkatkan Efisiensi Pakan dan Kesehatan
Ternak Unggas. Broiler Modern Kumpulan Tulisan Teknik Budidaya
Ayam Broiler.ww.blogger.com
28
LAMPIRAN
29
Lampiran 1. Analisis Statistik Kandungan Karbon (C) Pada Feses Ayam dengan
Limbah Jamu Labio-1 terhadap Rasio C/N kompos
ANOVA
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Between
Groups
66,309 4 16,577 18,0
22
,000
Within
Groups
13,797 15 ,920
Total 80,107 19
C
Duncana
PERLAKU
AN
N Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
P0 4 30,4575
P1 4 33,3350
P2 4 33,7775 33,7775
P3 4 35,2000 35,2000
P4 4 35,6175
Sig. 1,000 ,524 ,053 ,547
30
Lampiran 2. Analisis Statistik Kandungan Nitrogen (N) Pada Feses Ayam dengan
Limbah Jamu Labio-1 terhadap Rasio C/N kompos
ANOVA
N
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Between
Groups
,940 4 ,235 19,431 ,000
Within Groups ,181 15 ,012
Total 1,121 19
N
Duncana
PERLAKU
AN
N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P0 4 1,8475
P1 4 2,1475
P2 4 2,1525
P4 4 2,3650
P3 4 2,4800
Sig. 1,000 ,950 ,160
31
Lampiran 3. Analisis Statistik Kandungan Rasio C/N Pada Feses Ayam dengan
Limbah Jamu Labio-1
ANOVA
CN
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Between
Groups
11,300 4 2,825 3,767 ,026
Within Groups 11,250 15 ,750
Total 22,550 19
CN
Duncana
PERLAKU
AN
N Subset for alpha = 0.05
1 2 3
P3 4 14,2500
P4 4 15,0000 15,0000
P1 4 15,2500 15,2500 15,2500
P2 4 15,7500 15,7500
P0 4 16,5000
Sig. ,141 ,263 ,071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
32
Lampiran 5. Dokumentasi penelitian Imbangan Feses Ayam dengan Limbah
Jamu Labio-1 terhadap Rasio C/N Kompos
(a)
(b)
(c)
Keterangan: Proses pembuatan kompos (a) Pengisian Sampel, (b) Penimbangan
Sampel, (c) Pengisian Sampel pada penelitian Pengaruh Imbangan
Feses Ayam dan Limbah Jamu Ternak terhadap Rasio C/N kompos
33
Keterangan: Proses Analisis Laboratorium pada kadar Karbon (C), Nitrogen (N),
dan Rasio C/N pada Penelitian Imbangan Feses Ayam dan Limbah
Jamu Ternak terhadap Rasio C/N kompos.
34
RIWAYAT HIDUP
Sertin Rambu Langi lahir di Leatung pada tanggal 19
September 1995, anak pertama dari tiga bersaudara.
Dibesarkan oleh orang tua Markus Lama’ Sanggaria (Ayah)
dan Martina (Ibu). Tingkat pendidikan dimulai dari SDN
125 Buntu Marampa’ di Tana Toraja pada tahun 2001.
Setelah lulus SD, melanjutkan di SMP Kristen Sangalla’
pada tahun 2007, kemudian melanjutkan di SMA Negeri 1 Sangalla’ pada tahun
2010. Setelah menyelesaikan SMA, penulis kemudian diterima di PTN
(Perguruan Tinggi Negeri) di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,
Makassar. Hingga akhirnya lulus Pendidikan Sarjana (S1) Program studi
Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar pada Tahun
2017.