1
PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL, FREE CASH FLOW DAN STRUKTUR ASET
TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN MANUFAKTUR
(Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2012-2015)
SITI ROHAINI
120462201166
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH)
Jl. Politeknik Senggarang, Telp/Fax. (0771) 500096; PO.BOX 155
Gmail : [email protected]
ABSTRACT
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan secara empiris tentang adanya
pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Free Cash Flow
dan Struktur Aset Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2012-2015. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun
2012 – 2015. Sehingga diperoleh total sampel penelitian 11 perusahaan. jenis data
yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id. Data
dianalisis dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Hasil penelitian
ini membuktikan bahwa Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional
berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
BEI periode 2012 – 2015. Sedagkan Struktur Aset dan Free Cash Flow tidak
berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan Manufaktur yang terdaftar di
BEI periode 2012 – 2015.
Kata Kunci : Kepemilikan Manajerial (MOWN), Kepemilikan Institusional
(INSWN), Free Cash Flow (FCF), Struktur Aset (STA) dan
Kebijakan Hutang (DER).
2
PENDAHULUAN
Dalam usaha meningkatkan nilai dan mencapai tujuan nya, perusahaan
sering dihadapi dengan berbagai permasalahan. Permasalahan tersebut meliputi
keputusan investasi, kebijakan pendanaan, dan kebijakan dalam menentukan
berapa besar dividen yang harus dibagikan perusahaan kepada para pemegang
saham (Nurmasari, 2015).
Setiap keputusan yang menyangkut dengan pengambilan dana dan
penambahan utang harus dilihat dari 2 (dua) perspektif, yaitu (Irham, 2012) :
1. Perspektif manajemen perusahaan, dan
2. Perspektif para pemegang saham.
Penentuan kebijakan berhutang tidak akan lepas dari peran manajer yang
juga bertindak sebagai pemegang saham. Masdupi (dalam Destriana, 2010)
mengatakan dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, maka
manajer akan dapat merasakan secara langsung akibat dari pengambilan
keputusan yang diambil sehingga manajer tidak mungkin bertindak secara
oportunistik lagi.
Selain itu kebijakan berhutang juga tidak lepas dari peran kepemilikan
saham institusional, Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan
institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik
keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Maka penggunaan
hutang yang ditimbulkan oleh agency cost berkurang.
Sibagariang (2013) mengatakan, Free cash flow atau aliran kas bebas
adalah kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang
saham yang tidak diperlukan untuk operasi dan investasi. Free cash flow dapat
digunakan untuk membayar hutang. jadi semakin tinggi hutang akan mengurangi
free cash flow dan sebaliknya.
Kebijakan hutang juga tidak terlepas dari faktor lain yaitu struktur aktiva.
Menurut Brigham dan Houston dalam Hidayat (2013) secara umum perusahaan
yang memiliki jaminan, akan lebih mudah memperoleh utang daripada perusahaan
yang tidak mempunyai jaminan. Jadi struktur aktiva yang tinggi akan cenderung
menggunakan hutang yang semakin besar.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penelitian ini mengambil
judul. “PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN
INSTITUSIONAL, FREE CASH FLOW DAN STRUKTUR ASET
TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN MANUFAKTUR
(Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2012-2015)”.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
PENGEMBANGAN HIPOTESIS
3
Hutang dan Pengklasifikasian Hutang
Hutang adalah semua kewajiban yang belum terpenuhi atau belum
terbayar. Utang merupakan kewajiban (liabilities) pihak perusahaan yang
bersumber dari dana eksternal baik berasal dari sumber pinjaman perbankan,
leasing, penjualan obligasi, dan sejenisnya (Fahmi, 2012)
Kewajiban adalah saldo kredit atau jumlah yang harus dipindahkan dari
saat tutup buku ke periode tahun berikutnya berdasarkan pencatatan yang sesuai
dengan prinsip akuntansi. Saldo kredit bukan akibat saldo negative aktiva (Fahmi,
2012)
Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang adalah kebijakan perusahaan untuk mendanai
perusahaannya melalui pendanaan dari luar. Sibagariang (2013) menyatakan
kebijakan hutang perusahaan sebagai kebijakan yang diambil oleh pihak
manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan (dana) dari pihak
ketiga untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan.
Teori Kebijakan Hutang
Ada beberapa teori yang berkaitan dengan Kebijakan Hutang yaitu :
1. Trade off Theory
Menurut Brigham dan Houstan (2009) Trade off Theory adalah teori yang
menyatakan bahwa perusahaan menukar manfaat pajak dari pendanaan hutang
yang ditimbulkan oleh potensi kebangkrutan..
2. Pecking Order Theory
Menurut Fahmi (2012) Pecking Order Theory merupakan suatu kebijakan
yang ditempuh oleh suatu perusahaan untuk mencari tambahan dana dengan cara
menjual Aset yang dimilikinya.
3. Balancing Theories
Menurut Fahmi (2012) Balancing Theories merupakan suatu kebijakan
yang ditempuh oleh perusahaan untuk mencari dana tambahan dengan cara
mencari pinjaman ke perbankan atau juga dengan menerbitkan obligasi. Obligasi
adalah surat berharga yang mencantumkan nilai nominal, tingkat suku bunga, dan
jangka waktu.
4. Asymmetric Information Theory
Menurut Atmaja dalam Maryaty (2014) Asymmetric information adalah
kondisi diaman suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak daripada pihak
lain. Manajemen perusahaan tahu lebih bannyak daripada investor.
4
Kepemilikan Manajerial
Menurut Sibagariang (2013) Kepemilikan manajerial adalah persentase
kepemilikan saham oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam
pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan Komisaris). Yang berarti
kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer sekaligus sebagai
pemegang saham perusahaan. Peran ganda ini sama sama memiliki kepentingan,
perbedaan kepentingan ini yang seringkali menimbulkan konflik keagenan.
Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah persentase kepemilikan saham oleh
investor institusional seperti bank, perusahaan investasi maupun perusahaan dan
lembaga lain (Nurmasari, 2015).
Free Cash Flow
Arus kas bebas merupakan jumlah uang tunai yang tersedia dari operasi
setelah investasi pada modal kerja operasional bersih dan aktiva tetap. Uang tunai
ini tersedia untuk didistribusikan pada pemilik perusahaan dan kreditor (Arthur J.
Keown et.al, 2008 : 47)
Menurut Arthur J. Keown et.al, (2008 : 47) Dalam perspektif pendanaan,
aliran kas bebas ini terjadi dalam salah satu cara berikut :
1. Membayar bunga kepada kreditor.
2. Membayar dividen kepada pemegang saham.
3. Memperbesar atau memperkecil hutang yang ada.
4. Menerbitkan atau membeli kembali saham dari investor yang ada
sekarang.
Struktur Aset
Struktur aset adalah kekayaan atau sumber-sumber ekonomi yang dimiliki
oleh perusahaan yang diharapkan akan memberi manfaat dimasa yang akan
datang Kesuma dalam Hidayat (2013).
Struktur aset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing –
masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva tetap.
(agustina, 2009)
Menurut Brigham dan Houston (2006) secara umum perusahaan yang
memiliki jaminan, akan lebih mudah memperoleh utang daripada perusahaan yang
tidak mempunyai jaminan. Jadi struktur aktiva yang tinggi akan cenderung
menggunakan hutang yang semakin besar.
5
Gambar 2.3.1
Kerangka Pemikiran penelitian
H1
H2
H3
H4
H5
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang
Manajer mempunyai kecenderungan untuk menggunakan hutang yang
tinggi bukan atas dasar maksimalisasi nilai perusahaan melainkan untuk
kepentingan opportunistik mereka (Prastiwi, 2009). Hal yang akhirnya
memunculkan konflik keagenan atau disebut agency conflict.
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan semakin tinggi tingkat
kepemilikan saham oleh pihak manajemen akan mensejajarkan kepentingan antara
manajemen dan pemegang saham, sehingga manajer akan mendapatkan langsung
manfaat ataupun kerugian yang akan diterima saat mengambil suatu keputusan.
Sehingga manajer tidak mungkin bertindak opportunistik lagi dan akan semakin
hati-hati dalam menggunakan hutang dan berusaha meminimumkan biaya
keagenan sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis penelitian ini dirumurskan
sebagai berikut :
H1: Kepemilikan Manajerial berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang
perusahaan manufaktur di BEI .
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Hutang
Jensen dan Meckling (1976) mengatakan Usaha monitoring yang
dilakukan pihak institusional akan meminimalisasi agency conflict yang terjadi
sehingga hutang yang timbul akibat agency cost yang dikeluarkan untuk
mengurangi konflik ini akan berkurang. Dengan kata lain, peran hutang
digantikan oleh kepemilikan institusional, dengan begitu semakin tinggi tingkat
kepemilikan isntitusional, semakin rendah hutang yang digunakan. Semakin besar
Kepemilikan Manajerial (x1)
Kepemilikan Institusional
(x2) Free Cash Flow (x3)
Struktur Aktiva (x4)
Kebijakan Hutang
6
kepemilikan oleh institusional maka akan semakin besar upaya dalam peningkatan
nilai perusahaan dan kemakmuran para pemiliknya. Maka dari itu semakin rendah
pula penggunaan hutang.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis penelitian ini dirumurskan
sebagai berikut :
H2 : Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang
perusahaan manufaktur di BEI.
Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Hutang
Perusahaan dengan aliran kas bebas tinggi bisa lebih bertahan dalam
kondisi yang buruk. Sedangkan aliran kas bebas yang negative menggambarkan
bahwa perusahaan kekurangan dana internal, sehingga perusahaan akan
membutuhkan tambahan dana eksternal dalam bentuk hutang maupun penerbitan
saham baru.
Dengan kata lain, perusahan yang memiliki aliran kas bebas tinggi
cenderung membayar hutang atau mengurangi hutang, bukan malah menambah
hutang.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis penelitian ini dirumurskan
sebagai berikut :
H3 : Free Cash Flow berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang perusahaan
manufaktur di BEI.
Pengaruh Struktur Aset terhadap Kebijakan Hutang
Struktur aset berhubungan dengan jumlah kekayaan (aset) yang dapat
dijadikan jaminan. Dengan kata lain, perusahaan yang memiliki struktur aktiva
yang dapat digunakan sebagai jaminan, berpotensi menggunakan hutang lebih
besar.
Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis penelitian ini dirumurskan
sebagai berikut :
H4 : Struktur Aktiva berpengaruh terhadap Kebijakan Hutang perusahaan
manufaktur di BEI.
METODOLOGI PENELITIAN
Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang. dalam penelitian
ini ukuran debt ratio merupakan proxy dari kebijakan hutang perusahaan. Skala
pengukuran variabel ini menggunakan skala rasio. Debt Equity Ratio (Brigham
dan Houston, 2009) dirumuskan sebagai berikut:
7
DER =
100%
Variabel Independen
1. Kepemilikan Manajerial
Skala pengukuran variabel ini menggunakan skala rasio yang dapat dirumuskan
sebagai berikut (Masdupi dalam Indahningrum, 2009):
Manajerial Ownership (MOWN) =
x100%
2. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah persentase kepemilikan saham oleh
investor institusional seperti bank, perusahaan investasi maupun perusahaan dan
lembaga lain (Nurmasari, 2015).
Institusional Ownership (INSWN) =
x
100%
3. Free Cash Flow
Merupakan kelebihan yang diperlukan untuk mendanai semua kegiatan
perusahaan. variabel dalam penelitian ini menggunakan skala rasio. Dihitung
dengan menggunakan rumus (Ross et al., 2000) :
Free cash flow = –
x 100%
Dimana, AKO = Aliran kas Operasi Perusahaan
PM = Pengeluran modal bersih
Pengeluaran Modal itu diperoleh dari hasil pengurangan antara Aset Tetap
Bersih Akhir Periode dengan Aset Tetap Bersih Awal Periode.
NWC = Modal kerja bersih perusahaan.
Sedangkan Untuk Net Working Capital ( Modal Kerja Bersih ) merupakan
hasil dari pengurangan antara Jumlah Aset Lancar dengan Jumlah Hutang Lancar.
4. Struktur Aset
penelitian ini struktur aktiva dihitung menggunakan rumus (Hidayat dalam
Brigham dan Weston, 2010) :
STA =
x 100%
8
Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
data rasio. Data tersebut diadakan dari laporan keuangan perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2011-2014 yang memenuhi
kriteria sampel penelitian. Data laporan keuangan yang dapat diakses melalui
www.idx.co.id .
Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015. Populasi dalam
penelitian ini berjumlah 142 perusahaan.
Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive
sampling yaitu data yang dipilih berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang sesuai
dengan tujuan penelitian dengan kriteria sebagai berikut:
a. Perusahaan manufaktur yang sudah dan masih terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2012 sampai dengan 2015.
b. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan yang berakhir pada tanggal 31
Desember selama periode pengamatan.
c. Perusahaan memberikan informasi tentang adanya pemisahan kepemilikan
saham antara kepemilikan saham oleh manajemen dan kepemilikan saham
oleh institusi.
d. Perusahaan yang operating income nya mengalami laba selama periode
pengamatan.
e. Menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah.
f. Perusahaan yang memiliki data keuangan yang lengkap untuk menghitung
variabel-variabel dalam penelitian ini selama periode pengamatan yaitu
tahun 2012-2015
Berdasarkan kriteria diatas, maka didapat jumlah sampel sebanyak 10 perusahaan
selama periode 2012-2015 yang telah memenuhi kriteria yang ditetapkan penulis.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Unit Analisis
Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015. Pemilihan sampel menggunakan
teknik purposive sampling dengan kriteria yang telah ditentukan yang tertulis di
bab sebelumnya. Prosedur pemilihan sampel ini dapat dilihat pada table 4.1.
Tabel 4.1
9
Prosedur Pemilihan Sampel
Keterangan Jumlah
Jumlah perusahaan manufaktur yang
sudah dan masih terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2012 sampai
dengan 2015.
142
Perusahaan tidak menerbitkan laporan
keuangan yang berakhir pada tanggal
31 Desember selama periode
pengamatan.
(6)
Perusahaan tidak memberikan
informasi tentang adanya pemisahan
kepemilikan saham antara kepemilikan
saham oleh manajemen dan
kepemilikan saham oleh institusi.
(111)
Perusahaan yang operating income nya
tidak mengalami laba selama periode
pengamatan.
(11)
Tidak menerbitkan laporan keuangan
dalam mata uang Rupiah.
(2)
Perusahaan yang tidak memiliki data
keuangan yang lengkap untuk
menghitung variabel-variabel dalam
penelitian ini selama periode
pengamatan yaitu tahun 2012-2015
(1)
JUMLAH SAMPEL 11
Pengujian Outlier
Deteksi terhadap unvariate outlier dapat dilakukan dengan menentukan
nilai batas yang akan dikategorikan sebagai data outlier yaitu dengan cara
menkoversikan nilai data kedalam skor standardize atau yang biasa disebut Z-
score. Menurut Hair dalam (Ghozali, 2013: 41) untuk kasus sampel kecil (kurang
dari 80), maka standard skor dengan nilai ≥ 2,5 dinyatakan outlier. Untuk sampel
besar standard skor dinyatakan outlier jika nilainya pada kisaran 3 sampai 4.
Dalam penelitian ini sampel yang dikeluarkan yaitu 3 dari 44 sampel.
Dengan demikian maka sampel yang digunakan pada penelitian ini ialah
berjumlah 41.
10
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Statistik Deskriptif
Statistic deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi
dari sekumpulan data yang dilihat dari jumlah sampel, nilai minimum, nilai
maximum, nilai rata-rata dan standard deviasi dari masing-masing variabel.
Berikut adalah data deskriptif yang dimaksud :
Table 4.3
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
KHY 41 .252154 1.986325 .69214996 .434551814
MOWNX1 41 .000023 .230769 .06101003 .078634050
INSWNX2 41 .178514 .900252 .53833885 .216710594
STAX3 41 .187973 .625837 .33232093 .129139770
FCFX4 41 -.734243 .357986 -.38715949 .253764033
Valid N 41
Sumber : Data sekunder yang diolah SPSS versi 21.0
Berdasarkan table 4.3 dapat diketahui bahwa jumlah sampel adalah
sebanyak 41. Selain itu dapat diketahui bahwa rata-rata KH sebagai proksi dari
kebijakan hutang ( Y ) ialah sebesar 0, 69214996 dengan nilai nilai minimum
sebesar 0, 252154 dan nilai maksimum sebesar 1, 986325, sedangkan standard
deviasi adalah sebesar 0, 434551814. MOWNX1 (Manajerial Ownership) atau
kepemilikan manajerial merupakan variabel independen (X1) memiliki rata-rata
0,06101003 dengan nilai minimum sebesar 0,000023 dan nilai maksimum sebesar
0,230769 serta nilai standard deviasi sebesar 0,078634050. INSWNX2
(Institusional Ownership) atau kepemilikan institusional merupakan variabel
independen (X2) yang memiliki nilai rata-rata 0,216710594 dengan nilai
minimum sebesar 0,178514 dan nilai maksimum sebesar 0,900252 serta standard
deviasi sebesar 0,216710594. STAX3 (Struktur Aset) merupakan variabel
independen (X3) yang memiliki nilai rata-rata sebesar 0,53833885 dengan nilai
minimum sebesar 0,187973 dan nilai maksimum sebesar 0,625837 serta standard
deviasi sebesar 0,129139770. Sedangkan FCFX4 (Free Cash Flow) sebagai
variabel independen (X4) memiliki nilai rata-rata sebesar -0,38715949 dengan
nilai minimum sebesar -0,734243 dan memiliki nilai maksimum sebesar 0,357986
serta nilai standard deviasi sebesar 0,253764033.
Uji Asumsi Klasik
11
Uji Normalitas
Untuk mengetahui sebaran data yang diperoleh harus dilakukan uji
normlitas terhadap data yang digunakan. Berikut hasil uji normalitas :
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas data sebelum dilakukan eliminasi outlier
Unstandardize
d Residual
N 44
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .48842870
Most Extreme
Differences
Absolute .258
Positive .258
Negative -.157
Kolmogorov-Smirnov Z 1.711
Asymp. Sig. (2-tailed) .006 Sumber : Data sekunder yang diolah SPSS versi 21.0
Dari tabel 4.4 nilai signifikansi residual sebesar 0,006 Nilai tersebut
berada di bawah 0,05 sehingga penulis menyimpulkan bahwa data dalam
penelitian ini tidak terdistribusi secara normal.
Tabel 4.5
Data sesudah dilakukan eliminasi Outlier
Unstandardized
Residual
N 41
Normal Parametersa,b
Mean .0000000
Std. Deviation .36506736
Most Extreme Differences
Absolute .080
Positive .080
Negative -.057
Kolmogorov-Smirnov Z .514
Asymp. Sig. (2-tailed) .955
Sumber : Data sekunder yang diolah SPSS versi 21.0
Gambar 4.1
Histogram Uji Normalitas
12
Sumber : Data sekunder yang diolah SPSS versi 21.0
Gambar 4.2
Data P-P Plot Normalitas
Sumber : Data sekunder yang diolah SPSS versi 21.0
Dari table 4.7 ketahui bahwa Hasil uji normalitas data dengan One-Sample
KolmogorovSmirnov test menunjukkan nilai signifikansi residual sebesar 0,955.
Nilai tersebut berada di atas 0,05 sehingga penulis menyimpulkan bahwa data
dalam penelitian ini telah terdistribusi dengan normal. Dari histogram uji
normalitas diketahui bahwa garis membentuk lonceng serta diperkuat oleh hasil
data P-P Plot dimana terdapat persebaran residual yang mendekati garis diagonal.
13
4.2.2.2 Uji Multikolonieritas
Keberadaan multikolinieritas di deteksi dengan Varians Inflating Factor
(VIF) dan Tolerance. Batas dari nilai VIF adalah 10 dan nilai toleransi adalah 0,1.
Dimana jika nilai VIF lebih besar dari 10 dan nilai tolerance lebih kecil dari 0,1
maka dapat dikatakan terjadi multikolonieritas. Hasil uji multikolinieritas tersaji
pada tabel berikut ini :
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolonieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
(Constant) MOWNX1 .798 1.253
INSWNX2 .866 1.155
STAX3 .821 1.218
FCFX4 .890 1.124
Sumber : Data sekunder yang diolah SPSS versi 21.0
Dari hasil output pada table 4.5 dapat dilihat bahwa semua variabel dalam
penelitian ini menunjukan nilai VIF dibawah 10 dan nilai tolerance di atas 0.10
(10%). Berdasar hasil pengujian tersebut maka penulis menyimpulkan bahwa
dalam model regresi tidak terjadi multikolinieritas.
Uji Autokorelasi
Jika terjadi korelasi maka dinamakan problem autokorelasi. Penelitian ini
mendeteksi autokorelasi dengan menggunakan Run test. Untuk menguji apakah
antar residual terdapat koprelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat
hubungan korelasi maka dikatakan residual adalah acak. Run test digunakan untuk
melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak.
H0 : residusl (res_1) random (acak)
HA : residusl (res_1) tidak random
Hasil run test menunjukan bahwa :
1. Jika menunjukan bahwa Asymp.Sig. (2-tailed) > 0,05 berarti H0 gagal
ditolak.
2. Jika menunjukan bahwa Asymp.Sig. (2-tailed) < 0,05 berarti H0 ditolak.
Berikut tabel hasil uji autokorelasi :
Tabel 4.7
Hasil Uji Auokorelasi dengan Run-test Runs Test
Unstandardized Residual
14
Test Valuea .02406
Cases < Test Value 20
Cases >= Test Value 21
Total Cases 41
Number of Runs 24
Z .637
Asymp. Sig. (2-tailed) .524
Sumber : Data sekunder yang diolah SPSS versi 21.0
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai signifikan residual sebesar
0,524. Nilai tersebut besar dari 0,05 yang berarti bahwa H0 gagal ditolak dengan
kata lain data residual terjadi secara acak (random) yang mana data yang acak
(random) menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan korelasi. Berarti model
regresi tidak terdapat autokorelasi.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas dalam penelitian ini diuji dengan
menggunakan uji Scatterplot. Heteroskedastisitas juga dapat dilakukan dengan
melihat nilai signifikannya pada nilai uji glejser serta Tabel Spearman’s Rho.
Apabila nilai signifikannya diatas 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Berikut adalah hasil uji heteroskedastisitas :
Tabel 4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Unstandardized Residual
Spearman's rho
MOWNX1
Correlation Coefficient -.030
Sig. (2-tailed) .853
N 41
INSWNX2
Correlation Coefficient .135
Sig. (2-tailed) .400
N 41
STAX3
Correlation Coefficient -.013
Sig. (2-tailed) .937
N 41
FCFX4
Correlation Coefficient -.018
Sig. (2-tailed) .910
N 41
Unstandardized Residual
Correlation Coefficient 1.000
Sig. (2-tailed) .
N 41 Sumber : Data sekunder yang diolah SPSS versi 21.0
15
Dari tabel 4.7 diketahui bahwa semua variabel independen dalam
penelitian ini tidak mengalami gejala heteroskedastisitas karena nilai Sig. (2-
tailed) berada di atas 0,05.
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini juga diuji dengan Scaterplots.
Hasil uji heteroskedastisitas persamaan regresi disajikan pada gambar berikut ini.
Gambar 4.3
Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Data sekunder yang diolah SPSS versi 21.0
Hasil uji heteroskedastisitas menunjukan bahwa titik-titik tersebar di atas
dan dibawah angka nol sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model regresi
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Analisis Linier Berganda
Analisis linier berganda digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
satu variabel dependen dengan lebih dari satu variabel independen. Berdasarkan
perumusan masalah dan hipotesis yang telah ditentukan maka didapat hasil
pengolahan data dengan program SPSS sebagai berikut :
Tabel 4.9
Hasil Uji Regesi Linier Berganda
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
16
B Std. Error Beta
(Constant) 1.167 .278
MOWNX1 -1.922 .866 -.348
INSWNX2 -1.110 .302 -.554
STAX3 .513 .520 .153
FCFX4 -.178 .254 -.104
Sumber : Data sekunder yang diolah SPSS versi 21.0
Berdasarkan tabel 4.9 diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
DER = α + b1(MOWN)+ b2(INSWN) +b3(FCF) + b4(STA) + 𝐞
Y = 1.167 – 1,922 - 1,110 + 0,513 – 0,178 + 𝐞
Y = Kebijakan Hutang
α = Konstanta
b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi variabel independen (i=1,2,3)
X1 = Kepemilikan Manajerial
X2 = Kepemilikan Institusional
X3 = Free Cash Flow
X4 = Struktur aset
𝐞 = Error
Pernyataan diatas mempunyai makna sebagai berikut:
1. Dari persamaan regresi linier berganda diatas dapat diambil kesimpulan
yaitu apabila semua variabel dependen sama dengan nol, maka kebijakan
hutang akan mengalami perubahan sebesar 1,167.
2. X1 mewakili koefisien Kepemilikan Manajerial sebesar -1,922 bahwa
setiap penambahan Kepemilikan Manajerial 1, maka akan mengurangi
Kebijakan hutang perusahaan sebesar 1,922.
3. X2 mewakili koefisien Kepemilikan Institusional sebesar -1,110 bahwa
setiap penambahan Kepemilikan Institusional 1, maka akan mengurangi
Kebijakan hutang perusahaan sebesar 1,110.
4. X3 mewakili koefisien Struktur Aset sebesar 0,513 bahwa setiap
penambahan Kepemilikan Institusional 1, maka akan mengurangi
Kebijakan hutang perusahaan sebesar 0,513.
5. X4 mewakili koefisien Struktur Free Casg Flow sebesar -0,178 bahwa
setiap penambahan Kepemilikan Institusional 1, maka akan mengurangi
Kebijakan hutang perusahaan sebesar 0,178.
Uji Hipotesis
17
Uji Signifikan Parameter Individual (Uji-t)
Uji t-statistik digunakan untuk menguji koefisien regresi secara parsial
dari variabel independennya. Uji ini dilakukan untuk menguji hipotesis 1 sampai
dengan hipotesis 5, adapun hipotesis dirumuskan sebagai berikut (Ghozali, 2011)
:
Ho : b = i 0 = tidak ada pengaruh signifikan masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen
Ha : b ≠ i 0 = ada pengaruh signifikan masing-masing variabel independen
terhadap variabel dependen
Signifikan atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dilihat dari nilai probabilitas (nilai Sig.) dari t rasio masing-masing
variabel independen dari taraf uji α = 5% (0,05). Kesimpulan dapat diterima atau
tidaknya Ha sebagai pembuktian yaitu:
1. Jika probabilitas < 0,05 maka Ha dapat diterima dan Ho ditolak
2. Jika probabilitas > 0,05 maka Ha tidak dapat diterima dan Ho diterima
Tabel 4.10
Hasil Uji Hipotesis secara Parsial
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance
VIF
1
(Constant)
1.167 .278 4.205 .000
MOWNX1 -1.922 .866 -.348 -2.219 .033 .798 1.253
INSWNX2 -1.110 .302 -.554 -3.678 .001 .866 1.155
STAX3 .513 .520 .153 .987 .330 .821 1.218
FCFX4 -.178 .254 -.104 -.702 .487 .890 1.124
1) Pengujian Hipotesis 1
H01: β1 > 0, artinya tidak terdapat pengaruh kepemilikan manajerial terhadap
kebijakan hutang.
Ha1: β1 < 0, artinya terdapat pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan
hutang.
Berdasarkan tabel 4.10 di peroleh nilai Unstandardized Beta Coefficients
kepemilikan manajerial (MOWNX1) sebesar -1,922 dengan signifikansi 0,033.
Nilai signifikansi kepemilikan manajerial yang lebih kecil dari signifikansi yang
diharapkan (0,05) menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang pada perusahaan.
2) Uji Hipotesis 2
18
H01: β1 > 0, artinya tidak terdapat pengaruh institusional manajerial terhadap
kebijakan hutang.
Ha1: β1 < 0, artinya terdapat pengaruh kepemilikan institusional terhadap
kebijakan hutang.
Berdasarkan tabel 4.10 di peroleh nilai Unstandardized Beta Coefficients
kepemilikan institusional (INSWNX2) sebesar -1,110 dengan signifikansi 0,001.
Nilai signifikansi kepemilikan institusional yang lebih kecil dari signifikansi yang
diharapkan (0,05) menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional
berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang pada perusahaan.
3) Uji Hipotesis 3
H01: β1 > 0, artinya tidak terdapat pengaruh Struktur Aset terhadap kebijakan
hutang.
Ha1: β1 < 0, artinya terdapat pengaruh Struktur Aset terhadap kebijakan hutang.
Berdasarkan tabel 4.10 di peroleh nilai Unstandardized Beta Coefficients
Struktur Aset (STAX3) sebesar 0,513 dengan signifikansi 0,330. Nilai signifikansi
Struktur Aset yang lebih besare dari signifikansi yang diharapkan (0,05)
menunjukkan bahwa variabel Struktur Aset tidak berpengaruh terhadap kebijakan
hutang pada perusahaan.
4) Uji Hipotesis 4
H01: β1 > 0, artinya tidak terdapat pengaruh free cash flow terhadap kebijakan
hutang.
Ha1: β1 < 0, artinya terdapat pengaruh free cash flow terhadap kebijakan hutang.
Berdasarkan tabel 4.10 di peroleh nilai Unstandardized Beta Coefficients
free cash flow (FCFX4) sebesar -0,178 dengan signifikansi 0,487. Nilai
signifikansi free cash flow yang lebih besar dari signifikansi yang diharapkan
(0,05) menunjukkan bahwa variabel free cash flow tidak berpengaruh terhadap
kebijakan hutang pada perusahaan.
Uji Signifikan Simultan (Uji-F)
Uji-F digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen secara bersama-sama (simultan). Hipotesis yang digunakan
adalah :
Ho : b = i 0 = tidak ada pengaruh signifikan secara bersama-sama
(simultan) dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Ha : b ≠ i 0 = ada pengaruh signifikan secara bersama-sama (simultan)
dari seluruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Signifikan atau tidaknya pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen dilihat dari nilai probabilitas (nilai Sig.) dari F rasio seluruh variabel
independen dari taraf uji α = 5% (0,05). Kesimpulan dapat diterima atau tidaknya
Ha sebagai pembuktian yaitu:
1. Jika probabilitas < 0,05 maka Ha dapat diterima dan Ho ditolak
2. Jika probabilitas > 0,05 maka Ha tidak dapat diterima dan Ho diterima
19
Tabel 4.11
Hasil Uji F ANOVA
a
Berdasarkan hasil pengujian di atas, signifikasi simultan bernilai 0,012.
Tingkat signifikansi tersebut lebih kecil dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Struktur Aset, Free Cash
Flow secara simultan berpengaruh terhadap kebijakan hutang, sehingga Ha5
diterima.
Koefisien determinasi
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali,
2011).
Tabel 4.12
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .542a .294 .216 .384814785
Pada tabel 4.12 terlihat nilai Adjusted R Squaresebesar 0,216 atau sebesar
21%, bahwa Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Struktur Aset
dan Free Cash Flow sebesar 21%, sedangkan sisanya 79% dijelaskan oleh
variabel lain diluar model. Berdasarkan pada Tabel 4.12. Keputusan Koefisien
Determinasi dapat dilihat bahwa dengan nilai KD sebesar 21% berarti variabel-
variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang cukup berarti.
Pembahasan
Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kebijakan Hutang
Unstandardized Beta Coefficients kepemilikan manajerial (MOWNX1)
sebesar -1,922 dengan signifikansi 0,033. Nilai signifikansi kepemilikan
manajerial yang lebih kecil dari signifikansi yang diharapkan (0,05) menunjukkan
bahwa variabel kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan
hutang pada perusahaan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa perusahaan
yang sebagian sahamnya dimiliki oleh pihak manajemen memiliki kecenderungan
menerapkan kebijakan utang yang kecil, hal tersebut dikarenakan level utang yang
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 2.222 4 .556 3.752 .012b
Residual 5.331 36 .148 Total 7.553 40
20
tinggi bisa menyebabkan risiko kebangkrutan. Manajer akan merasakan manfaat
langsung dari setiap keputusan yang diambil dan kerugian jika keputusan yang
diambil salah. Oleh karena itu adanya kepemilikan saham oleh pihak manajemen
terdapat kecenderungan akan lebih berhati-hati dalam menggunakan kebijakan
utang dan meminimalisir risiko yang akan ditimbulkan.
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Hutang
Berdasarkan tabel 4.10 di peroleh nilai Unstandardized Beta Coefficients
kepemilikan institusional (INSWNX2) sebesar -1,110 dengan signifikansi 0,001.
Nilai signifikansi kepemilikan institusional yang lebih kecil dari signifikansi yang
diharapkan (0,05) menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional
berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang pada perusahaan.
Adanya kepemilikan institutional akan mendorong peningkatan
pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja perusahaan. Hal ini berarti
semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh investor institutional akan
menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif karena dapat
mengendalikan perilaku opportunistik yang dilakukan oleh para manajer (Jensen
dalam wahyu, 2007). Tindakan monitoring tesebut akan mengurangi biaya
keagenan karena memungkinkan perusahaan menggunakan tingkat hutang yang
lebih rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan
kebangkrutan perusahaan.
Pengaruh Struktur Aset terhadap Kebijakan Hutang
Nilai Unstandardized Beta Coefficients Struktur Aset (STAX3) sebesar
0,513 dengan signifikansi 0,330. Nilai signifikansi Struktur Aset yang lebih
besare dari signifikansi yang diharapkan (0,05) menunjukkan bahwa variabel
Struktur Aset tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan.
Perusahaan cenderung akan menggunakan hutang yang lebih besar jika ia
tidak memiliki struktur asset yang fleksibel atau lebih bersifat lancar.
Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Hutang
Berdasarkan tabel 4.10 di peroleh nilai Unstandardized Beta Coefficients
free cash flow (FCFX4) sebesar -0,178 dengan signifikansi 0,487. Nilai
signifikansi free cash flow yang lebih besar dari signifikansi yang diharapkan
(0,05) menunjukkan bahwa variabel free cash flow tidak berpengaruh terhadap
kebijakan hutang pada perusahaan.
ini berarti bahwa perusahaan tidak mempunyai kesempatan untuk
bertumbuh sehingga manajer sudah tidak mempunyai kesempatan untuk
berinvestasi.
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Struktur Aset dan Free
Cash Flow terhadap Kebijakan Hutang
Signifikasi simultan bernilai 0,012. Tingkat signifikansi tersebut lebih
kecil dari 0,05 dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Struktur Aset, Free Cash Flow secara simultan berpengaruh
terhadap kebijakan hutang, sehingga Ha5 diterima.
21
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data mengenai pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Struktur asset dan Free Cash Flow
terhadap Kebijakan Hutang perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2012-2015, dapat disimpulkan bahwa:
1. Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012 – 2015.
2. Kepemilikan Institusional berpengaruh negative terhadap kebijakan hutang
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012 – 2015.
3. Struktur Aset tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012 - 2015
4. Free Cash Flow tidak berpengaruh terhadap kebijakan hutang perusahaan
Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2012 – 2015.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang sudah dipaparkan di atas, maka dapat
disampaikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Penelitian selanjutnya disarankan untuk menguji variabel lain yang diduga
berpengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan seperti kebijakan
dividen, pertumbuhan penjualan, dan profitabilitas.
2. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperpanjang perioda penelitian
dan mengambil sampel lain di luar perusahaan manufaktur.
REFERENSI
Agustia, D. (2013). Pengaruh Good Coorporate Governance, Free Cash Flow dan
Leverage Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi dan Keuangan,
27-42.
Agustina, C. D. (2009). Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
(Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal
Akuntansi.
Arthur J. Keown, J. D. (2008). Manajemen Keuangan Edisi kesepuluh Jilid 1.
Jakarta: PT.INDEKS.
Aziza, R. Z. (2010). Pengaruh Free Cash Flow, Struktur kepemilikan, Size dan
Profitabilitas terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan yang Masuk di
Jakarta Islamic Index (JII). Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga.
Copeland, J. F. (2001). Manajemen Keuangan. Jakarta: Erlangga.
22
Destriana, Y. D. (2010). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang
pada Perusahaan Keuangan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal Bisnis dan Akuntansi, 1-16.
Dr. Etta Mamang Sangadji, M. &. (2010). Metodologi Penelitian Pendekatan
Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Eugene F. Brigham, P. R. (2006). Dasar - Dasar Manajemen Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Fahmi, I. (2012). Pengantar Manajemen Keuangan Teori dan Soal Jawab.
Bandung: Alfa Beta CV.
Fakultas Ekonomi. (2015). Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana Ekonomi.
Tanjungpinang: Universitas Maritim raja Ali Haji.
Handayani, R. P. (2009). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusional, Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Free Cash Flow dan
Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Jurnal Bisnis dan
Akuntansi, 189-207.
Hidayat, Ari .Y. (2010). Pengaruh Kepemilikan Institusional Free Cash Flow dan
Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
Hidayat, Ari . Y . (2010). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Free Cash Flow
dan Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Hidayat, M. S. (2010). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Dividen,
StrukturAktiva, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kebijakan Utang. Universitas Negeri Surabaya.
Houston, B. &. (2009). Fundamental Of Financial Management Dasar-Dasar
Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba Empat.
Maryaty, D. (2014). Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Dividen, Struktur Aset,
dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012.
Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Meckling, M. C. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency Cost
and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3, 305-360.
Nurmasari, N. D. (2015). Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan
Institusioanl, Kebijakan Dividen, Pertumbuhan Perusahaan, Dan
Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan (Studi Empiris
23
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) .
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Nurul Anisa Zulmi, M. G. (2012). Pengaruh Kepemilikan Manajerial,
Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan
Manufaktur yang Listing di BEI Tahun 2011-2013. Manajemen dan
akuntansi.
Prof. Dr. H. Imam Ghozali, M. A. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan
Program IBM SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
R, Soemarso. S. (2005). Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat (PT
Salemba Empat).
Sibagariang, E. S. (2013). Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial
Terhadap Kebijakan Hutang. Jurnal Telaah Akuntansi, Universitas Negeri
Medan.
Stephen A. Ross, R. W. (2000). Fundamentals and Coorporate Finance. Boston:
Irwin McGraw-Hill.
Suharjito, D. (2014). Pengantar Metodologi Penelitian. Bogor: PT Penerbit IPB
Press.
Wahyu, Bagus. (2009). Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan kepemilikan
Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan manufaktur di
Indonesia. Jurnal Bisnis & Akuntansi.
Yulianto, A. H. (2010). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Free Cash Flow dan
Kebijakan Dividen Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan. Surakarta:
Universitas Sebelas Maret.
www.idx.co.id